analisis usahatani dan pemasaran kakao

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Tinjauan Agronomi Tanaman Kakao
Tanaman perkebunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: tanaman
tahunan dan tanaman semusim. Tanaman tahunan (parenial crop) berumur lebih
dari satu tahun, mulai berproduksi 2-6 tahun sejak ditanam dan bisa dipanen lebih
dari satu kali. Contohnya cengkeh, kakao, karet, kelapa sawit, kopi, lada, pala dan
panili. Tanaman semusim (annual crop) merupakan tanaman yang Cuma sekali
bisa dipanen. Misalnya kapas, tebu, dan tembakau. Sebagai suatu komoditas,
tanaman perkebunan memiliki sebutan lain yaitu: tanaman perdagangan dan
tanaman industri. Dua predikat itu jelas menjukkan suatu legitimasi bahwa ada
peluang bisnis dari pengusahaan tanaman perkebunan (Rahardi, 1995).
Kakao merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon yang
dikenal di Indonesia sejak tahun 1560, namun baru menjadi komoditi yang
penting sejak tahun 1951. Pemerintah Indonesia mulai menaruh perhatian dan
mendukung industri kakao pada tahun 1975, setelah PTP IV berhasil menaikkan
produksi kakao per hektar melalui penggunaan bibit unggul Upper Amazon
Interclonal Hibryd, yang merupakan hasil persilangan antar klon dan sabah.
Tanaman tropis tahunan ini berasal dari Amerika Selatan. Penduduk Maya dan
Astec di Amerika Selatan dipercayai sebagai perintis pengguna kakao dalam
makanan dan minuman. Sampai pertengahan abad ke XVI, selain bangsa di
Amerika Selatan, hanya bangsa spanyol yang mengenal tanaman kakao. Dari
Amerika Selatan tanaman ini menyebar ke Amerika Utara, Afrika dan Asia.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari
batang atau cabang. Untuk itulah tanaman kakao digolongkan menjadi kelompok
tanaman Caulifloris, adapun sistematika tanaman kakao menurut klasifikasi secara
botani adalah:
Divisi
Sub divisi
Class
Ordo
Famili
Genus
Species
: Spermatophyta
: Angiospermae
: Dicotiledoneae
: Malvales
: Sterculiceae
: Theobroma
: Theobroma cacao L
Gambar 1. Tanaman Kakao
(Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Indonesia, 2004)
Tanaman cokelat (Theobroma cacao L) termasuk famili sterculiaceae.
Tanaman ini berasal dari hutan-hutan didaerah Amerika Selatan yang kemudian
tanaman ini diusahakan penanamannya oleh orang-orang Indian Aztec.
Sesungguhnya terdapat banyak jenis tanaman cokelat, namun jenis yang paling
banyak ditanam untuk produksi cokelat secara besar-besaran hanya tiga jenis,
yaitu:
a.
Jenis criollo, yang terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika
Selatan. Jenis ini menghasilkan biji cokelat yang mutunya sangat baik dan
dikenal sebagai: cokelat mulia, fine flavour cocoa, choiced cocoa, edel
cocoa.
Universitas Sumatera Utara
b.
Jenis Forastero, banyak diusahakan diberbagai Negara produsen cokelat dan
menghasilkan biji cokelat yang mutunya sedang. Jenis cokelat ini berasal dari
Brasil, Afrika barat dan Ekuador.
c.
Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hibrida dari jenis criollo dan
forastero secara alami, sehingga cokelat jenis ini sangat heterogen.
(Sunanto, 1992).
Tanaman cokelat tumbuh baik dihutan tropik, sebab pertumbuhan cokelat
sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu. Tanaman cokelat
yang dapat
tumbuh ada di daerah yang terletak diantara 20 LU dan 20 LS (Lintang Selatan).
Tanaman cokelat juga dapat tumbuh baik di daerah-daerah yang memiliki curah
hujan 1600 sampai 3000 mm per tahun atau rata-rata optimumnya sekitar 1500
mm per tahun yang terbagi merata sepanjang tahun. Tanaman cokelat sangat peka
terhadap kekeringan yang panjang (3-4 bulan) (Sunanto, 1994).
Tanaman kakao termasuk tanaman yang berakar tunggang. Pertumbuhan
akarnya cukup dalam, bisa mencapai 15 m kearah dalam dan 8 m ke arah
samping. Batangnya dapat mencapai tinggi antara 8-10 m. Meskipun demikian,
tanaman ini mempunyai kecenderungan tumbuh lebih pendek jika ditanam tanpa
pohon pelindung. Cabang primer idealnya tumbuh antara 1,2-1,5 m agar tanaman
mempunyai tajuk yang baik dan seimbang. Daunnya terdiri atas tangkai daun dan
helai daun. Ukuran daunnya antara (25-34 x 9-12)cm. Daun yang tumbuh pada
ujung tunas biasanya berwarna merah, tapi menjadi hijau setelah dewasa
(Setiawan, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Buah cokelat yang masih muda disebut cherelle dan sampai 3 bulan
pertama sejak perkembangannya akan terjadi cerelle wilt yaitu buah muda
menjadi kering dan mengeras. Buah yang sudah masak disebut pod atau tongkol,
warnanya bermacam-macam dan ukurannya antara 10-30 cm. Buah yang sudah
masak pada umumnya memiliki dua macam warna, yaitu:
Warna belum masak
Warna sudah masak
1. Hijau muda –hijau tua
1. Kuning
2. Merah
2. Orange
Buah cokelat menjadi masak setelah 5-6 bulan dari proses penyerbukannya. Setiap
tongkol berisi 30-50 biji cokelat, berat bji kering sekitar 0,8-1,3 gr/biji.
(Sunanto, 1994)
Hama pada tanaman kakao sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian
produksi, beberapa hama penting yang sering dijumpai dikebun kakao adalah
penggerek buah kakao, kepik penghisap buah, penggerek kulit batang, ulat kilan,
tikus dan tupai (PT. Perkebunan Nusantara IV, 1996).
Hama ini dapat menyebabkan kerugian yang besar bila menyerang buahbuah muda. Serangannya dapat menyebabkan buah berhenti perkembangannya,
bahkan serangan yang berat dapat menyebabkan buah mati. Untuk itu perlua
adanya pengendalian secara terpadu dan kontinu agar tanaman dapat terpelihara
dengan baik dan tidak merugikan secara ekonomi (Sudarmo, 1989).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Perkebunan Kakao di Deli Serdang
2.1.2. Tinjauan Ekonomi Tanaman Kakao
Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah
negara Pantai Gading dan Ghana. Tiga besar negara penghasil kakao sebagai
berikut ; Pantai Gading (1.276.000 ton), Ghana (586.000 ton), Indonesia (456.000
ton). Luas lahan tanaman kakao Indonesia lebih kurang 992.448 Ha dengan
produksi biji kakao sekitar 456.000 ton per tahun, dan produktivitas rata-rata 900
Kg per ha .
Daerah penghasil kakao Indonesia adalah sebagai berikut: Sulawesi
Selatan 184.000 ton (28,26%), Sulawesi Tengah 137.000 ton (21,04%), Sulawesi
Tenggara 111.000 ton (17,05%), Sumatera Utara 51.000 ton (7,85%), Kalimantan
Timur 25.000 ton (3,84%), Lampung 21.000 ton (3,23%) dan daerah lainnya
122.000 ton (18,74%). Menurut usahanya perkebunan kakao Indonesia
dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok yaitu ; Perkebunan Rakyat 887.735 Ha,
Perkebunan Negara 49.976 Ha dan Perkebunan Swasta
54.737 Ha.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Kawasan dan Negara Penghasil Kakao
Kawasan
Eropa
Afrika
Amerika
Asia
Negara
Jerman, Belanda
Pantai Gading
Brazil, Amerika Serikat
Malaysia
Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian Tahun 2008
Biji buah coklat/kakao yang telah difermentasi dijadikan serbuk yang
disebut sebagai coklat bubuk. Coklat ini dipakai sebagai bahan untuk membuat
berbagai macam produk makanan dan minuman. Buah coklat/kakao tanpa biji
dapat difermentasi untuk dijadikan pakan ternak. Biji kakao merupakan sumber
ekonomi kakao. Dari biji kakao tersebut, dapat diproduksi empat jenis produk
kakao setengah jadi yaitu: cocoa liquor, cocoa butter, cocoa cake and cocoa
powder dan cokelat. Walaupun pasar untuk cokelat merupakan konsumen terbesar
dari biji kakao, produk kakao setengah jadi seperti cocoa powder dan cocoa
butter, namun dapat juga digunakan untuk keperluan lain.
Cocoa powder umumnya digunakan sebagai penambah citarasa pada
biscuit, ice cream, minuman susu dan kue. Sebagian lagi juga digunakan sebagai
pelapis permen atau manisan yang dibekukan. Cocoa powder juga dikonsumsi
oleh industri minuman seperti susu cokelat. Selain untuk pembuatan cokelat dan
perment, kakao butter juga dapat digunakan pembuatan rokok, sabun dan
kosmetika. Secara tradisional juga dapat menyembuhkan luka bakar, batuk, bibir
kering, demam, malaria, rematik, digigit ular dan luka. Juga dapat digunakan
sebagai antiseptik dan diuretic.
Perkembangan harga kakao (coklat) di pasaran ekspor sulit diprediksi,
karena tingkat harga berkaitan langsung dengan situasi politik di negara Pantai
Gading, penghasil utama komoditas itu di dunia. "Tingkat harga kakao di pasaran
Universitas Sumatera Utara
lokal, menyesuaikan perkembangan harga di bursa London yang sejak dua bulan
terakhir cenderung naik.
Harga kakao di pasar luar negeri tidak stabil dan hampir terjadi perubahan
setiap hari, sedangkan harga pembelian kakao di pasar disesuaikan harga di bursa
London, yang sebulan terakhir turun-naiknya namun masih pada level cukup baik.
Posisi harga kakao di pasar hari Senin (07/08) tercatat Rp11.200/kg, turun dari
sepekan sebelumnya Rp12.500/kg sedangkan tiga pekan lalu Rp13.000/kg yang
turun tipis dari sebulan sebelumnya Rp11.250/kg untuk kakao kering mutu asalan.
(www:\KapanLagi_com Sulit Diprediksi Harga Kakao di Pasaran Ekspor.mht )
2.2. Landasan Teori
Usahatani merupakan suatu kegiatan produksi dimana peranan input
(faktor produksi atau korbanan produksi) dalam menghasilkan output (hasil atau
produksi) menjadi perhatian yang utama. Peranan input bukan saja dilihat dari
macam atau ketersediaannya dalam waktu yang tepat, tetapi dapat juga dilihat dari
segi efisiensi penggunaan faktor tersebut (Tohir, 1991).
Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk
atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi, antara lain
disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dimengerti karena kualitas yang
baik dihasilkan oleh proses produksi yang dilaksanakan dengan baik dan begitu
juga sebaliknya kualitas produksi menjadi kurang baik bila usaha tani tersebut
dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 1995).
Faktor produksi dalam usahatani mencakup tanah, modal, dan tenaga
kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya
mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah banyak lagi
Universitas Sumatera Utara
faktor yang harus diperhatikan, katakan luasnya, topografinya, kesuburannya,
keadaan fisiknya, lingkungannya, lerengnya, dan lain sebagainya. Dengan
mengetahui semua keadaan mengenai tanah, usaha pertanian dapat dilakukan
dengan baik (Daniel, 2002).
Sebagai faktor produksi, tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha
pertanian. Tanpa modal, sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak
modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Kecukupan
modal mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam penggunaan
masukan (Daniel, 2002).
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahtani swasembada,
khususnya faktor tenaga kerja petani dan para anggota keluarganya. Dalam
usahatani swasembada atau usahatani keluarga, faktor tenaga kerja keluarga
petani merupakan unsur penentu (Tohir, 1991).
Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama
beberapa faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang kita hadapi kini
adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut
agar tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara
ekonomis (Mubyarto, 1998).
Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua
yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap
umumnya relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang
diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya ini tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi yang diperoleh, sedangkan biaya variabel dipengaruhi oleh
besar kecilnya produksi yang diperolehnya, yang termasuk biaya tetap adalah
Universitas Sumatera Utara
sewa tanah, pajak, alat-alat pertanian, iuran irigasi, dan lainnya. Biaya tetap dapat
dilihat dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
n
FC = ∑ X .Px
i -1
Dimana :
FC = Biaya tetap (Fixed cost)
X = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Px = Hasil input
n
= Macam input
Menurut Soekartawi (1995), biaya variabel terdiri dari biaya sarana
produksi, biaya tenaga verja, biaya panen, biaya angkutan dan biaya lainnya yang
dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi. Cara menghitung biaya variabel
adalah :
n
VC = ∑ Bv
i -1
Dimana :
VC = biaya tidak tetap (variable cost)
Bv = Biaya variabel dari setiap kegiatan
n
= Banyak kegiatan
Menurut Soekartawi (1995), total biaya adalah penjumlahan biaya variabel
dengan biaya tetap secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
TC = FC + VC
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
TC = Total biaya
FC = Biaya tetap
VC = Biaya variabel
Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani diperoleh dengan
mengalikan total produksi dengan harga jual petani atau ditulis sebagai berikut:
TR = Y. Py
Keterangan:
TR = Total penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dari usahatani
Py = Harga Y
Menurut Soekartawi (1995), pendapatan yang diterima dalam usahatani
antara lain pendapatan tenaga kerja, pendapatan bersih dan pendapatan keluarga.
Pendapatan bersih usahatani
diperoleh dengan cara mengurangi keseluruhan
penerimaan dengan biaya atau dirumuskan :
Pd = TR – TC
Keterangan:
Pd = Pendapatan bersih usahatani
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya
Menurut Gray, dkk (1999), keuntungan bersih suatu usaha adalah
pendapatan kotor dikurangi jumlah biaya. Mencari NPV suatu proyek adalah
Universitas Sumatera Utara
selisih Present Value arus benefit (manfaat) dengan PV arus cost (biaya), yang
n
dapat ditulis sebagai berikut : NPV = ∑
t =0
(Bt - Ct)
(1 + i) t
Keterangan :
Bt = Benefit sosial kotor sehubungan dengan proyek tahun t
Ct
= Biaya sosial kotor sehubungan dengan proyek t pada tahun t
t
= Waktu
n
= Umur ekonomis proyek
i
= Tingkat suku bunga
Menurut Soekartawi (1995), tingkat pengembalian internal (IRR)
merupakan parameter yang dipakai apakah suatu usaha mempunyai kelayakan
usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak layak bagi suatu usaha adalah bila IRR
lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku saat usaha itu dilaksanakan
dengan meminjam uang (biaya) dari bank pada saat nilai netto sekarang (Net
Present Value, NPV= 0), oleh karena itu untuk menghitung IRR diperlukan nilai
NPV terlebih dahulu.
Menurut Kadariah, dkk (1999), perkiraan IRR dapat dicari dengan
memecahkan persamaan sebagai berikut :
NPV '
IRR = i +
(i " − i ' )
'
"
NPV − NPV
- Bila IRR ≥ tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut layak diusahakan.
- Bila IRR < tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut tidak layak
diusahakan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Prawirokusumo (1990), Income statement adalah suatu ringkasan
dari pendapatan atau pengeluaran untuk jangka waktu tertentu dan berfungsi
sebagai alat kontrol untuk alat evaluasi suatu usaha. Ada beberapa pembagian
tentang pendapatan yaitu:
1. Pendapatan tenaga kerja (labour income) adalah jumlah seluruh
penerimaan dikurangi biaya produksi kecuali biaya tenaga kerja.
2. Pendapatan tenaga kerja keluarga (family labour income) adalah total
pendapatan tenaga kerja dikurangi upah tenaga kerja dalam keluarga.
3. Pendapatan keluarga petani (family’s income) adalah pendapatan bersih
ditambah nilai tenaga kerja keluarga.
Istilah tataniaga di negara kita diartikan sama dengan pemasaran atau
distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau
menyampaikan barang dari produsen kekonsumen (Mubyarto, 1998).
Dalam pemasaran komoditi pertanian terdapat pelaku-pelaku ekonomi
yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung, dengan cara melaksanakan
fungsi-fungsi pemasaran. Komoditi yang dipasarkan juga bervariasi kualitasnya
dengan harga yang beragam pula. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan
lembaga-lembaga pemasaran juga bervariasi (Sudiyono, 2004).
Sebagai proses produksi yang komersial, maka pemasaran pertanian
merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian.
Pemasaran pertanian dapat menciptakan nilai tambah melalui guna tempat, guna
bentuk, dan guna waktu. Dengan demikian, pemasaran pertanian dianggap
memberikan nilai tambah yang dapat dianggap sebagai kegiatan produktif
(Sudiyono, 2004).
Universitas Sumatera Utara
2.3. Kerangka Pemikiran
Pengelolaan usahatani merupakan suatu sistem yang terkait, dimana
adanya input, proses, dan output. Faktor-faktor produksi yang terdiri dari lahan,
modal untuk pembiayaan sarana produksi serta tenaga kerja, yang seluruhnya
ditujukan untuk proses produksi sehingga akan dihasilkan output. Semua biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan output disebut biaya produksi.
Kepemilikan
lahan
dan
biaya
produksi
sangat
mempengaruhi
perkembangan usahatani lada. Hal ini dikarenakan semakin luas lahan serta
semakin besar modal yang dimiliki oleh petani maka akan semakin besar potensi
petani tersebut untuk mengembangkan usahatani kakao.
Sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, serta upah tenaga kerja
yang digunakan didalam usahatani kakao akan memiliki pengaruh terhadap
produksi atau output yang dihasilkan. Penggunaan berbagai sarana produksi
tersebut haruslah efektif dan efisien sehingga akan dapat mengurangi biaya
produksi tetapi tetap meningkatkan hasil produksi/output.
Output atau produksi yang dihasilkan dari usahatani kakao jika dikalikan
dengan harga jual akan menghasilkan penerimaan usahatani, dan selisih antara
penerimaan usahatani dengan biaya produksi inilah yang disebut dengan
pendapatan usahatani. Dengan melihat pendapatan yang diperoleh petani di dalam
suatu usahatani kakao, akan dapat diketahui layak tidaknya usaha tani lada
tersebut untuk dilaksanakan.
Untuk lebih memperjelas mengenai analisis usahatani kakao serta
hubungannya dengan hal-hal yang tercantum dalam identifikasi masalah, maka
dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut ini (Gambar 1).
Universitas Sumatera Utara
Petani Kakao
Usaha Tani
Kakao
Faktor Produksi:
Lahan
Modal
Tenaga Kerja
Saprodi
Produksi
Harga
Penerimaan
Biaya Produksi
Pendapatan
Usahatani
Layak
Tidak Layak
: Adanya Hubungan
Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara
2.4. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dari penelitian ini yang sesuai dengan landasan teori
adalah sebagai berikut:
1) Besar biaya produksi, penerimaan, pendapatan usahatani kakao di daerah
penelitian cukup tinggi.
2) Usahatani kakao layak untuk diusahakan secara finansial di daerah
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Download