2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

advertisement
Perkembangan Makroekonomi Terkini
2. Perkembangan Makroekonomi
Terkini
Penguatan pertumbuhan ekonomi diprakirakan berlanjut pada triwulan II-2007
II-2007.
Setelah mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan I-2007, PDB
diprakirakan tumbuh mencapai 6,1% (y-o-y) pada triwulan II-2007. Dari sisi
permintaan, ekspansi perekonomian tersebut terutama ditopang oleh peningkatan
pertumbuhan konsumsi swasta dan ekspor
ekspor. Perbaikan konsumsi swasta didorong
oleh membaiknya daya beli masyarakat. Ekspor diprakirakan tumbuh tinggi seiring
dengan permintaan dunia yang masih tinggi dan membaiknya daya saing dari sisi
harga. Investasi diprakirakan juga akan tumbuh tinggi sebagai respon dunia usaha
atas tingginya pertumbuhan konsumsi swasta dan ekspor. Peningkatan di sisi
permintaan di atas, diprakirakan masih mampu direspons secara memadai oleh sisi
penawarannya
penawarannya. Upaya sisi penawaran dalam merespons peningkatan sisi permintaan
dilakukan dalam bentuk peningkatan kapasitas produksi dan tingkat utilisasi
kapasitas, serta penurunan jumlah persediaan/inventori.
Di sisi eksternal, realisasi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-07
mencatat surplus yang cukup besar disumbang oleh tingginya minat investor asing
pada SUN, SBI dan saham serta kenaikan harga komoditas internasional yang masih
berlangsung. Dengan perkembangan NPI tersebut, realisasi posisi cadangan devisa
sampai dengan akhir triwulan II-2007 menjadi USD 50,9 miliar atau mencukupi
kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah selama 5
bulan.
PERTUMBUHAN EKONOMI
Perekonomian nasional pada triwulan II-2007 masih berada pada fase ekspansi
dan diprakirakan akan tumbuh mencapai 6,1% (y-o-y) (Grafik 2.1). Perkembangan
terkini berbagai indikator dan hasil survei memberikan indikasi bahwa perekonomian
masih berada pada fase ekspansi pada triwulan II-2007.
Perkembangan tersebut ditunjukkan pula oleh perkembangan
%, y-o-y
8,0
indikator
7,0
penuntun
( leading
indicator )
PDB
yang
menggambarkan fase ekspansi perekonomian sampai dengan
6,0
akhir 2007. Berdasarkan asesmen terhadap indikator dan hasil
5,0
4,0
survei, pada triwulan II-2007 PDB diprakirakan akan tumbuh
3,0
secara tahunan sebesar 6,1% (Tabel 2.1).
2,0
1,0
Permintaan Agregat
0,0
I
II III IV I
2001
II III IV I
2002
II III IV I II III IV I
2003
2004
II III IV I II III IV I II
2005
2006
2007
Grafik 2.1
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
Struktur pertumbuhan PDB pada triwulan II-2007 masih ditopang
oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan ekspor. Di sisi
permintaan domestik, konsumsi rumah tangga akan tumbuh
tinggi seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat dan
3
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2007
% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
optimisme konsumen. Di sisi permintaan
Tabel 2.1
eksternal, ekspor juga akan tumbuh tinggi
Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Permintaan
meskipun tidak setinggi pertumbuhan tahun
2006
Indikator
I
II
III
IV
3,8
5,6
2,8
3,5
Konsumsi Swasta
2,9
3,0
3,0
Konsumsi Pemerintah
Total Konsumsi
2006
lalu sejalan dengan kondisi global yang masih
2007*
kondusif.
Sebagai
respons
terhadap
I
II*
3,9
4,5
4,7
3,8
3,2
4,5
4,8
investasi (PMTB) akan tumbuh lebih tinggi.
meningkatnya kegiatan konsumsi dan ekspor,
11,5
28,8
1,7
2,2
9,6
4,3
4,1
Sejalan dengan meningkatnya kegiatan
Total Investasi
1,1
1,1
1,3
8,2
2,9
7,5
8,8
ekonomi, impor juga akan tumbuh lebih tinggi.
Permintaan Domestik
3,1
4,4
2,4
4,6
3,7
5,2
5,7
Ekspor Barang dan Jasa
11,6
11,3
8,2
6,1
9,2
8,9
9,1
Konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2007
Impor Barang dan Jasa
2,8
7,5
10,1
9,7
7,6
8,4
9,0
diprakirakan tumbuh lebih tinggi. Penguatan
PDB
5,0
5,0
5,9
6,1
5,5
6,0
6,1
pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut
terutama diakibatkan oleh peningkatan daya
* Angka Proyeksi Bank Indonesia
beli masyarakat, khususnya untuk masyarakat
kelas menengah ke atas, dan sentimen positif
konsumen terhadap kondisi perekonomian secara keseluruhan.
(%)
gKonsRT (yoy) rhs
60,0
Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh mencapai 4,8%
(%)
r =0,56
80,0
6,0
(y-o-y). Penjualan kendaraan bermotor, khususnya mobil,
5,0
menunjukkan pertumbuhan yang cukup tajam (Grafik 2.2). Di
4,0
samping itu, pertumbuhan penjualan produk elektronik mulai
3,0
pulih setelah mencatat pertumbuhan negatif pada 2006. Untuk
Sales_Mobil (yoy)
Sales_Mobil_sa_cma (mtm)
40,0
20,0
0,0
2,0
-20,0
indikator sektor moneter, meningkatnya konsumsi swasta
dicerminkan oleh tingginya pertumbuhan riil M1. Dari sisi
1,0
-40,0
0,0
-60,0
1
3
5
7 9
2004
11 1
3
5
7 9
2005
11 1
3
5
7 9
2006
11 1
3 56
2007
pembiayaan, peningkatan konsumsi swasta tersebut didukung
oleh pertumbuhan riil kredit konsumsi yang meningkat sejalan
dengan kecenderungan penurunan suku bunga kredit konsumsi.
Grafik 2.2
Peningkatan kegiatan konsumsi juga didukung oleh membaiknya
Pertumbuhan Penjualan Mobil
optimisme masyarakat, sebagaimana terlihat pada hasil Survei
Konsumen Bank Indonesia (Grafik 2.3). Sementara itu, hasil Survei
Penjualan Eceran Bank Indonesia menunjukkan bahwa kegiatan
konsumsi masyarakat juga cenderung meningkat.
Index
Investasi pada triwulan II-2007 diprakirakan masih berada dalam
120
Consumer Confidence
Present Situatuions Index (PSI)
Expectation Index
110
fase ekspansi. Fase ekspansi tersebut ditunjukkan oleh
100
perkembangan indikator penuntun investasi. Ekspansi
90
pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Domestik Burto (PMTB)
80
tersebut didukung optimisme sentimen bisnis para pelaku usaha
70
dan ketersediaan pembiayaan yang relatif memadai. Percepatan
60
pertumbuhan PMTB merupakan respons positif pengusaha
terhadap ekspansi perekonomian, khususnya kegiatan konsumsi
50
Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan
2005
2006
2007
dan ekspor. Namun demikian, optimisme peningkatan investasi
Grafik 2.3
masih dibayang-bayangi oleh lambatnya kemajuan implementasi
Indeks Keyakinan Konsumen
kebijakan pemerintah di bidang perbaikan iklim investasi dan
pembangunan infrastruktur. Dengan perkembangan tersebut,
4
Perkembangan Makroekonomi Terkini
pertumbuhan PMTB pada triwulan II-2007 diprakirakan akan
(%,yoy)
70,00
Bangunan
20,00
mencapai 8,8% (y-o-y).
15,00
Peningkatan investasi pada triwulan II-2007 ditopang oleh
PMTB (rhs)
Non Bangunan
60,00
50,00
40,00
akselerasi pertumbuhan investasi non-bangunan. Sebagai
10,00
30,00
20,00
5,00
10,00
0,00
respons atas peningkatan kegiatan konsumsi dan ekspor, investasi
nonbangunan pada triwulan II-2007 diprakirakan mengalami
kenaikan pertumbuhan yang cukup tinggi (Grafik 2.4). Beberapa
0,00
-10,00
indikator yang erat kaitannya dengan pergerakan investasi
-20,00
-5,00
-30,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2001
2002
2003
2004*
2005*
2006** 2007***
Grafik 2.4
nonbangunan seperti produksi mesin dan perlengkapannya serta
impor mesin/pesawat mekanik menunjukkan peningkatan yang
cukup tinggi. Sementara itu, pertumbuhan investasi bangunan
Jenis Investasi (PMTB)
cenderung relatif stabil.
Perkembangan indikator dini dan survei yang terkait dengan
(%)
investasi menunjukkan peningkatan dan mencerminkan
(%)
30,0
gPMTB (yoy)
Kirril_sa_cam (mtm)
25,0
optimisme pelaku bisnis yang relatif masih tinggi. Pertumbuhan
20,0
riil kredit investasi masih dalam tren meningkat, meskipun sedikit
15,0
melambat pada awal 2007 (Grafik 2.5). Sementara itu,
10,0
pertumbuhan impor barang modal masih cenderung meningkat.
5,0
Beberapa hasil survei menunjukkan optimisme para pelaku bisnis.
0,0
Survei Jetro menunjukkan optimisme perusahaan-perusahaan
-5,0
Jepang terhadap kondisi perekonomian domestik (Grafik 2.6).
-10,0
Demikian pula, survei Indeks Tendensi Bisnis-BPS menunjukkan
Kiriil (yoy)
25,0
20,0
15,0
10,0
5,0
0,0
-5,0
-10,0
-15,0
-20,0
1
3
5
7 9
2004
11 1
3
5
7 9
2005
11 1
3
5
7 9
2006
11 1
3 56
2007
Grafik 2.5
bahwa sentimen bisnis para pelaku usaha terhadap kondisi
perekonomian secara umum masih baik (Grafik 2.7).
Pertumbuhan Kredit Investasi Riil dan PMTB
Kondisi eksternal, baik dari sisi pemintaan maupun daya saing
dari sisi harga, diprakirakan masih kondusif bagi kinerja ekspor
nasional. Permintaan dan harga dunia yang masih cenderung
DI
meningkat berdampak pada meningkatnya pertumbuhan ekspor
40,0
Country Total
Manufacturing
Non Manufacturing
30,0
pada triwulan II-2007. Setelah mencatat pertumbuhan sebesar
20,0
8,9% (y-o-y) pada triwulan I-2007, ekspor diprakirakan akan
10,0
0,0
tumbuh menjadi 9,1% (y-o-y) pada triwulan II-2007 (Grafik 2.8).
-10,0
Berdasarkan sektor dan golongan komoditas, ekspor nasional
-20,0
masih didominasi oleh komoditas pertanian dan pertambangan
-30,0
yaitu komoditas lemak dan minyak hewani/nabati termasuk CPO,
-40,0
-50,0
komoditas bahan bakar mineral, komoditas bijih, kerak, dan abu
-60,0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Mar
2005
2006
[At present]
Source : JETRO Survey
Grafik 2.6
Survei Jetro
2007
[Outlook]
logam, serta komoditas karet.
Seiring dengan peningkatan kegiatan ekonomi, impor pada
triwulan II-2007 diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi (Grafik
2.9). Impor diprakirakan masih berada pada fase ekspansi seperti
ditunjukkan oleh pergerakan indikator penuntun. Ekspansi
pertumbuhan impor tersebut sejalan dengan ekspansi kegiatan perekonomian baik
untuk keperluan konsumsi dan produksi. Dengan melihat prakiraan mengenai
5
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2007
ekspansi pertumbuhan konsumsi, investasi, dan ekspor, maka
Indeks
120
140
impor pada triwulan II-2007 diprakirakan akan tumbuh mencapai
130
9,0% (y-o-y). Berdasarkan golongan penggunaan barang,
110
120
pertumbuhan impor didorong oleh pertumbuhan impor barang
konsumsi dan bahan baku.
110
100
100
90
90
80
80
I*
II* III*
2004
ITB
IV*
I*
II*
III*
2005
Order dr DN
IV*
I*
Order dr LN
II*
III*
2006
IV*
Order Brg. Input
I*
II*
2007
Operasi Keuangan Pemerintah
Pada bulan Mei 2007 terjadi surplus anggaran yang cukup besar
sehingga secara keseluruhan Januari- Mei 2007 operasi keuangan
pemerintah mencatat surplus anggaran yang lebih besar dari
Harga Jual Riil (Rhs)
periode yang sama di tahun sebelumnya (Rp 25,2 triliun atau
Grafik 2.7
0,7% dari PDB pada 2007 dibandingkan dengan Rp 6,3 triliun
Indeks Tendensi Bisnis
atau 0,2% dari PDB pada 2006). Besarnya surplus terkait dengan
penyerapan belanja pemerintah pusat yang masih rendah.
Implementasi berbagai penyempurnaan peraturan terkait
(%)
(%)
25,0
150,0
gEkspor (yoy) rhs
ekspor industri
ekspor_pertanian
ekspor_mineral
130,0
110,0
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah1 belum secara signifikan
mempengaruhi realisasi Belanja Modal. Penyerapan yang lebih
20,0
90,0
15,0
70,0
rendah juga terjadi pada Belanja untuk Daerah disebabkan belum
dikeluarkannya DBH. Dengan perkembangan demikian,
penyerapan Belanja Negara mencapai 26,8% dari APBN, sedikit
50,0
10,0
30,0
10,0
5,0
-10,0
-30,0
lebih rendah dari penyerapan pada periode yang sama tahun
2006 (27,7% dari APBNP).
Kontribusi fiskal pada sektor riil selama triwulan II-2007
0,0
-50,0
1
3
5 7 9 11 1
2004
3
5 7 9 11 1
2005
3
5 7 9 11 1 3 5 6
2006
2007
terutama bersumber dari investasi pemerintah. Dengan
memperhatikan realisasi komponen Belanja Negara selama
Grafik 2.8
bulan April-Mei 2007, pertumbuhan konsumsi pemerintah pada
Ekspor Menurut Kelompok Barang
triwulan II-2007 diprakirakan relatif sama dibandingkan triwulan
I-2007 (%, y-o-y, nominal), sedangkan investasi pemerintah
diprakirakan meningkat (%, y-o-y, nominal). Pertumbuhan
(%, y-o-y)
120
35
100
30
80
25
konsumsi terutama didorong oleh konsumsi pemerintah pusat
sedangkan investasi pemerintah didorong oleh investasi
pemerintah daerah. Transfer pemerintah ke sektor riil di bulan
April-Mei 2007 mengalami peningkatan dibanding periode
60
20
yang sama tahun sebelumnya, yang terutama bersumber dari
40
15
20
5
-20
0
-40
I
II
III
2004
IV
PDB Impor (rhs)
gMbarang modal (val)
Rata2 gMbarang Modal
I
II
III
2005
IV
I
gMbarang Konsumsi (val)
Rata2 gMbahan baku
II
III
2006
IV
I
II
2007
gMbahan Baku (val)
Rata2 gMbarang konsumsi
Grafik 2.9
Impor Menurut Kelompok Barang
6
besarnya realisasi subsidi dan bantuan sosial. Bantuan sosial
10
0
1
Beberapa poin penting dalam PP 8 tahun 2006 dan PP 79 tahun 2006 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah adalah bahwa kementrian dan lembaga negara serta pemerintah
daerah dan Pimpinan BUMN dan BUMD dapat mengadakan proses pengadaan barang/jasa
sebelum dokumen anggaran disahkan sepanjang anggaran untuk kegiatan yang
bersangkutan telah dialokasikan, dengan ketentuan menerbitkan surat penunjukan
penyediaan barang/jasa (SPPBJ) dan penandatangan kontrak pengadaan barang/jasa
dilakukan setelah dokumen anggaran untuk kegiatan/proyek disahkan. Selain itu, PP juga
mengatur tentang pengunduran kewajiban sertifikasi bagi pejabat pembuat komitmen
diundur sampai dengan akhir 2007 dan pekerjaan lelang sampai dengan Rp50 juta dapat
dilakukan penunjukkan langsung.
Perkembangan Makroekonomi Terkini
tersebut, antara lain dialokasikan untuk cadangan dana penanggulangan bencana
alam, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Beasiswa Khusus Murid (BKM), dan
pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas dan Rumah Sakit Kelas III. Peningkatan
bantuan sosial selama bulan April-Mei 2007. merupakan salah satu penyumbang
meningkatnya konsumsi swasta pada triwulan II-2007.
Penawaran Agregat
Trend perbaikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2007 diprakirakan masih
akan terus berlanjut dan tercermin pada beberapa indikator sektoral. Perbaikan
pertumbuhan sisi penawaran terjadi pada hampir semua sektor ekonomi. Indikasi
respon perbaikan ini tercermin dari trend peningkatan penggunaan kapasitas
produksi pada Survei Kegiatan Dunia Usaha serta Survei Produksi Bank Indonesia.
Pada triwulan II-2007, PDB sisi penawaran diprakirakan masih akan tumbuh
meningkat yaitu sebesar 6,1% (y-o-y). Pertumbuhan tersebut terutama bersumber
dari pertumbuhan sektor utama seperti sektor industri pengolahan (5,5%), sektor
pertanian (3,2%) dan sektor pengangkutan & komunikasi (13,6%) yang terus
tumbuh dengan trend meningkat. Sementara itu, sektor-sektor lainnya seperti sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor bangunan juga berada pada trend
pertumbuhan yang tinggi meskipun sedikit melambat. Dengan kondisi ini, penopang
utama pertumbuhan sisi penawaran masih akan berasal dari sektor industri
pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pengangkutan dan
komunikasi.
Secara tahunan, sektor industri pengolahan pada triwulan II-2007 diprakirakan
akan tumbuh sebesar 5,5%, lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007. Kondisi ini
tercermin pada trend peningkatan prompt indikator maupun beberapa survei yang
terus menunjukkan perbaikan. Faktor pendorong peningkatan produksi antara lain
bersumber dari terus membaiknya permintaan domestik dan ekspor, penurunan
suku bunga pinjaman, serta perbaikan ekspektasi kondisi ekonomi kedepan seiring
dengan terus membaiknya indikator ekonomi
% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
makro secara menyeluruh. Prakiraan bahwa
Tabel 2.2
pertumbuhan sektor industri pengolahan
Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Penawaran
tersebut masih dalam fase ekspansi juga
Indikator
2006
2006
didukung oleh pergerakan leading indikator
2007*
I
II*
hingga 1-2 triwulan ke depan serta trend
3,0
-0,5
3,2
kontribusi pertumbuhan subsektor industri
2,2
5,6
3,6
yang mengalami peningkatan di beberapa
5,9
4,6
5,4
5,5
5,7
8,1
5,9
8,2
7,8
kelompok.
8,7
9,3
10,4
9,0
9,3
9,2
5,5
7,5
7,0
6,1
8,5
7,5
11,5
13,3
13,6
15,9
13,6
11,1
13,6
dan restoran diprakirakan akan tumbuh
5,7
5,3
4,7
6,8
5,6
7,1
6,1
sebesar 7,5% di triwulan II-2007, sedikit lebih
Jasa-jasa
5,8
6,1
6,9
6,0
6,2
7,0
5,3
PDB
5,0
5,0
5,9
6,1
5,5
6,0
6,1
I
II
III
IV
Pertanian
6,4
1,5
2,2
1,8
Pertambangan & Penggalian
2,7
4,0
1,6
0,7
Industri Pengolahan
2,9
3,7
5,9
Listrik, Gas & Air Bersih
5,1
4,4
Bangunan
7,4
Perdagangan, Hotel & Restoran
4,4
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa
* Angka Proyeksi Bank Indonesia
Secara tahunan, sektor perdagangan, hotel,
rendah dibandingkan pertumbuhan diawal
tahun. Membaiknya kondisi permintaan
7
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2007
konsumsi RT merupakan salah satu faktor utama masih tingginya pertumbuhan di
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Beberapa indikator mengkonfirmasi
pertumbuhan di sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kondisi ini tercermin
dari masih positifnya trend pertumbuhan arus bongkar muat kargo di 4 (empat)
pelabuhan utama (yakni Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Ujung Pandang)
yang mengindikasikan meningkatnya arus perdagangan sejalan dengan
pertumbuhan sektor perdagangan yang tinggi. Disisi lain, pertumbuhan indeks
penjualan eceran hasil Survei Penjualan Eceran BI meskipun sedikit menurun masih
mengindikasikan membaiknya kondisi perdagangan di awal triwulan II-2007.
Secara tahunan, di triwulan II-2007 pertumbuhan sektor pertanian diprakirakan
akan tumbuh sebesar 3,2%, mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan
pertumbuhan triwulan I-2007. Relatif tingginya pertumbuhan pada sektor
pertanian ini diprakirakan akan berasal dari pertumbuhan sub sektor tanaman
bahan makanan, serta sub sektor perkebunan. Bergesernya musim panen raya
hingga baru terjadi diawal triwulan II-2007 merupakan salah satu faktor pendorong
peningkatan pertumbuhan di sektor pertanian. Sementara itu, tingginya
permintaan terhadap ekspor kelapa sawit dan terus meningkatnya harga kelapa
sawit di perdagangan dunia mendorong peningkatan produksi yang signifikan di
dalam negeri.
Sektor pertambangan dan penggalian di triwulan II-2007 diprakirakan akan tumbuh
sedikit melambat. Pada triwulan II-2007, sektor pertambangan diprakirakan akan
tumbuh sebesar 3,6% (y-o-y) sedikit lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di
awal tahun. Kondisi ini seiring dengan relatif tidak berubahnya insentif harga
terhadap komoditas primer Indonesia. Beberapa ekspor barang tambang pada akhir
triwulan I-2007 mengindikasikan sedikit perlambatan. Pertumbuhan sektor ini
dikonfirmasi oleh produksi komoditas utama sub sektor pertambangan tanpa migas
yang tercermin dari pertumbuhan ekspor bijih, kerak dan abu logam serta ekspor
batubara. Sementara itu, kinerja sub sektor minyak dan gas bumi mengalami sedikit
perbaikan, seperti tercermin dari meningkatnya pertumbuhan produksi minyak pada
bulan April 2007.
Sektor pengangkutan dan komunikasi masih akan tumbuh tinggi. Pada triwulan
II-2007, sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih akan mengalami
trend peningkatan pertumbuhan menjadi sebesar 13,6% (y-o-y), lebih tinggi jika
dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2007. Beberapa faktor yang mendorong
tingginya pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi antara lain dari
semakin berkembangnya inovasi telekomunikasi dan murahnya biaya pulsa yang
mendorong berlanjutnya trend peningkatan jumlah pelanggan telepon seluler
hingga akhir triwulan I-2007 serta peningkatan jumlah penumpang baik darat
maupun udara yang terjadi diawal triwulan II-2007.
Sementara itu, pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan mencapai 9,2% (y-o-y)
(y-o-y),
sedikit lebih rendah jika dibandingkan triwulan I-2007. Pertumbuhan yang tinggi ini
dikonfirmasi oleh tingginya pertumbuhan pembangunan properti komersial, terutama
8
Perkembangan Makroekonomi Terkini
untuk perkantoran, apartemen, dan lahan industri di akhir 2006 dan awal 2007.
Sementara itu, kredit yang disalurkan bank melalui kredit properti maupun kredit
konstruksi tumbuh relatif stabil, terutama sejak kenaikan harga BBM pada Oktober
2005.
Kesenjangan Output (Output Gap)
Mencermati kondisi permintaan dan penawaran seperti telah disebutkan di atas,
pada triwulan II-2007 peningkatan permintaan diprakirakan masih dapat direspon
oleh sisi penawaran. Respon sisi penawaran dapat berupa peningkatan kapasitas
produksi, peningkatan tingkat utilisasi kapasitas, dan penggunaan stok.
Perkembangan interaksi antara permintaan dan penawaran tersebut sejalan dengan
perkembangan output gap yang masih negatif (Grafik 2.10). Kondisi output gap
tersebut mengindikasikan bahwa tekanan inflasi dari faktor
output gap relatif minimal.
0,1
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
0
Transaksi Berjalan
Surplus transaksi berjalan diprakirakan masih akan berlanjut di
-0,1
triwulan II-2007 walaupun cenderung menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya maupun triwulan II-2006. Surplus transaksi
-0,2
Level Gap
Akselerasi Gap
-0,3
1 23 4 1 23 4 1 23 4 12 3 4 12 3 4 12 3 4 12 3 4 12 3 4 12 3 41 2 3 41 2 3 41 2
96
97
98
99
00
01
02
03
04
05
06 07
berjalan tersebut terutama didorong oleh kinerja ekspor
nonmigas yang tumbuh sebesar 15,4% (y-o-y) meskipun lebih
rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 22,2%.
Grafik 2.10
Pertumbuhan ekspor nonmigas tersebut didukung oleh prakiraan
Estimasi dan Akselerasi Perubahan Output Gap
volume perdagangan dan harga komoditi dunia yang masih
tinggi. Di sisi lain, laju pertumbuhan impor nonmigas diprakirakan
sebesar 21,9% (y-o-y) meningkat dari triwulan sebelumnya
sebesar 11,6%. Membaiknya permintaan domestik dan meningkatnya investasi
diprakirakan akan mendorong peningkatan kinerja impor nonmigas.
Beberapa komoditi unggulan sektor pertanian seperti karet, di sektor
pertambangan seperti batubara dan tembaga, serta tekstil, elektronik, CPO dan
mesin-mesin di sektor industri manufaktur diprakirakan akan menjadi penopang
kinerja ekspor nonmigas
nonmigas. Ekspor CPO diprakirakan akan mengalami peningkatan
dengan negara tujuan utama India dan Cina. Kenaikan ekspor tersebut didorong
oleh ekspansi lahan kelapa sawit yang direncanakan sampai tiga tahun mendatang
akan bertambah 1,5 juta hektar dengan target produksi bertambah 18 juta ton.
Tingginya permintaan CPO dunia yang didorong oleh maraknya pengembangan
sumber energi alternatif, diprakirakan ikut berkontribusi terhadap meningkatnya
harga CPO, yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekspor komoditi
tersebut. Namun demikian, tingginya harga CPO mendorong pemerintah
melakukan peningkatan pajak ekspor CPO untuk mengamankan pasokan minyak
goreng di dalam negeri.
9
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2007
Neraca perdagangan migas diprakirakan masih mengalami surplus sebesar USD1,3
miliar, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Surplus neraca perdagangan migas terkait dengan surplus neraca perdagangan
gas yang diprakirakan masih dapat menutupi defisit neraca perdagangan minyak.
Sementara itu, prakiraan harga minyak dunia yang mencapai USD60,00 per bbl
dan kenaikan produksi yang hanya mencapai 1 juta bpd belum dapat memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap kinerja ekspor migas.
Transaksi jasa selama triwulan II-2007 diprakirakan mengalami kenaikan defisit
sebagai dampak dari kenaikan nilai impor baik migas maupun nonmigas yang
menyebabkan kenaikan biaya angkut. Namun demikian, penerimaan devisa dari
turis diprakirakan akan mengalami peningkatan sejalan dengan kenaikan jumlah
turis masuk ke Indonesia. Namun pengeluaran devisa di jasa pariwisata masih akan
tinggi terkait antara lain dengan pengeluaran devisa dari turis domestik yang
berwisata ke luar negeri. Sementara itu, meningkatnya profit transfer perusahaan
FDI dan bank asing di Indonesia ke luar negeri memberikan kontribusi pada kenaikan
defisit transfer pendapatan sebesar USD4,4 miliar, dari tahun sebelumnya USD4,1
miliar. Kenaikan penerimaan devisa TKI selama triwulan II-2007 diprakirakan akan
mendorong surplus current transfer menjadi sebesar USD1,2 miliar.
Neraca Modal dan Finansial
Stabilitas makro ekonomi dan tingginya tingkat suku bunga domestik dibanding
luar negeri mendorong derasnya aliran masuk modal khususnya investasi portofolio
di triwulan II-2007. Aliran masuk investasi portofolio tersebut terutama berupa
pembelian saham, SUN dan SBI yang mencapai neto USD3,9 miliar. Realisasi
pembelian SUN dan SBI serta saham oleh asing sampai dengan Mei sudah tinggi,
melebihi prakiraan triwulan II sebelumnya. Tingginya arus masuk modal asing
tersebut menyebabkan transaksi modal dan finansial diprakirakan mengalami surplus
USD2,3 miliar, meningkat tajam dari angka di periode yang sama tahun 2006 sebesar
surplus USD26 juta. Angka tersebut juga lebih tinggi dari realisasi triwulan
sebelumnya USD1,7 miliar. Namun demikian, sejalan dengan surplus transaksi
berjalan dan transaksi keuangan, penempatan aset penduduk di luar negeri
diprakirakan meningkat mencapai USD2 miliar. Bertambahnya aset tersebut
bersumber dari meningkatnya rekening giro milik bank dan perusahaan domestik
di luar negeri.
Cadangan Devisa
Dengan kinerja NPI tersebut, posisi cadangan devisa per Juni 2007 mencapai
USD50,9 miliar atau setara dengan 5 bulan impor dan pembayaran utang luar
negeri pemerintah.
10
Perkembangan Makroekonomi Terkini
KEBIJAKAN MAKROEKONOMI
Pada 12 Juni 2007 pemerintah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi yang
tertuang di dalam Inpres No. 6/2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan
Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM. Paket kebijakan tersebut merupakan
penguatan dan perluasan dari kebijakan-kebijakan pemerintah sebelumnya yang
mencakup perbaikan iklim investasi, reformasi sektor keuangan, pembangunan
infrastuktur, dan pemberdayaan UMKM. Paket kebijakan tersebut terdiri dari 141
rencana tindak (sebagian besar merupakan kelanjutan dari rencana tindak yang
terdapat di dalam kebijakan-kebijakan sebelumnya) dengan rincian sebagai berikut:
perbaikan iklim investasi sebanyak 41 langkah, reformasi sektor keuangan 43
langkah, percepatan pembangunan infrastruktur sebanyak 28 langkah, dan
menyangkut UMKM sebanyak 29 langkah.
Terkait dengan pengembangan infrastruktur, kebijakan pemerintah difokuskan pada
upaya-upaya untuk mempercepat realisasi pembangunan infrastruktur. Ada 3 area
utama yang menjadi target kebijakan pemerintah yaitu pertama: perbaikan hukum
dan peraturan; kedua: penguatan institusi, khususnya terkait dengan pembagian
tanggung jawab antara pemerintah pusat dan daerah serta fungsi dan peran BUMD;
dan ketiga: perbaikan manajemen pembangunan infrastruktur yang antara lain
mencakup proses pembebasan tanah dan review terhadap kebijakan public service
obligation.
11
Download