Modul Gangguan-Gangguan Psikologis

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Gangguan
gangguan
Psikologi
GG. Seksual (Identitas Gender,
Parafilia, disfungsi seksual)
serta Gg.Penyalahgunaan Obat
Fakultas
Program Studi
PSIKOLOGI
S1 Psikologi
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh
Putri R. Wulandari
Abstract
Kompetensi
Berisikan hal-hal yang berkaitan
dengan gangguan seksual: parafilia,
disfungsi seksual dan gangguan
identitas gender; serta gangguan
penyalahgunaan obat, seperti definisi,
kriteria, dan penanganan
Mahasiswa mengetahui dan memahami
hal-hal yang berkaitan dengan
gangguan seksual: parafilia, disfungsi
seksual dan gangguan identitas gender;
serta gangguan penyalahgunaan obat,,
seperti definisi, kriteria, dan
penanganan
Gg. identitas gender
Definisi______________________________________________________________
Orang-orang yang mengalami gangguan identitas gender (GIG), ,merasa bahwa jauh di dalam
dirinya, biasanya sejak awal masa kanak-kanak, mereka adalah orang yang berjenis kelamin berbeda
dengan dirinya saat ini. Mereka tidak menyukai pakaian dan aktifitas yang sesuai dengan jenis
kelamin mereka. Bukti-bukti anatomi mereka ( alat kelamin primer, alat kelamin sekunder ) tidak
membuat mereka merasa bahwa mereka adalah orang dengan gender yang dilihat orang lain pada
mereka. Dengan kata lain orang dengan gangguan identitas gender merasa ia adalah perempuan
walaupun secara fisik adalah laki-laki dan begitu juga sebaliknya. Sehingga penderita gangguan ini
tidak dapat berperilaku sesuai dengan gendernya, khususnya dalam perilaku seksual.
Penyebab_________________________________________________________________
Ada beberapa pendapat mengenai penyebab dari GIG, antara lain:
a.
Faktor-faktor biologis
Secara spesifik, bukti menunjukan bahwa identitas gender dipengaruhi oleh hormon. Sebuah studi
yang menunjukan poin ini dilakukan terhadap para anggota sebuah keluarga batih di republik
Dominika ( Imperato McGinley dkk., 1974 ). Para peserta dari studi ini tidak mampu memproduksi
suatu hormon yang bertanggung jawab untuk membentuk penis dan skrotum pada masa
pertumbuhan janin laki-laki. Mereka lahir dengan penis dan skrotum yang sangat kecil yang mirip
seperti lipatan bibir. Dua pertiganya dibesarkan sebagai perempuan, namun ketika mereka
memasuki masa puber dan kadar testoteronnya meningkat, organ kelamin mereka berubah. Penis
mereka membesar dan testikel mengecil menjadi skrotum. Sebanyak 17 dari 18 peserta kemudian
memiliki identitas gender laki-laki.
b.
Faktor Sosial & Psikologis
Peran lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk identitas gender. Dalam
beberapa keluarga perilaku semacam itu dapat terlalu banyak mendapat perhatian dan penguatan
dari orang tua dan para kerabat. Wawancara dengan orang tua yang anak-anaknya menunjukan
tanda-tanda GIG berulang kali mengungkapkan bahwa mereka tidak mencegah, dan dalam banyak
kasus bahkan mendorong, perilaku memakai pakaian lawan jenis pada anak-anak mereka.
Ciri-ciri klinis_______________________________________________________________
Berikut ini ada beberapa ciri-ciri klinis dari gangguan idenitas gender, antara lain:
1.
Identitas yang kuat dan persisten terhadap gender lainnya.
Di bawah ini adalah beberapa hal yang diperlukan untuk diagnosis pada anak-anak, yaitu:
2015
2
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a)
Ekspresi yang berulang dari hasrat untuk menjadi anggota dari gender lainnya,
b)
Preferensi untuk menggunakan pakaian yang merupakan tipikal dari gender lainnya,
c)
Adanya fantasi yang terus-menerus untuk menjadi anggota dari gender lain,
d) Hasrat untuk berpartisipasi dalam aktivitas waktu luang dan permainan yang merupakan
stereotip dari gender lainnya, dan
e)
Preferensi yang kuat untuk memiliki teman bermain dari gender lain.
2. Perasaan tidak nyaman yang kuat dan terus ada dengan anatomi gendernya sendiri atau
dengan perilaku yang merupakan tipe dari peran gendernya.
3.
Tidak ada kondisi interseks.
4. Ciri-ciri tersebut dapat menimbulkan distres yang serius atau hendaya pada area penting yang
terkait dengan pekerjaan, sosial, atau fungsi lainnya.
Terapi____________________________________________________________________
Body Alterations
Pada terapi jenis ini, usaha yang dilakukan adalah mengubah tubuh seseorang agar sesuai dengan
identitas gendernya. Untuk melakukan body alterations, seseorang terlebih dahulu diharuskan untuk
mengikuti psikoterapi selama 6 hingga 12 bulan, serta menjalani hidup dengan gender yang
diinginkan (Harry Benjamin International Gender Dysphoria Association, 1998). Perubahan yang
dilakukan antara lain bedah kosmetik, elektrolisis untuk membuang rambut di wajah, serta
pengonsumsian hormon perempuan. Sebagian transeksual bertindak lebih jauh dengan melakukan
operasi perubahan kelamin.
Keuntungan operasi perubahan kelamin telah banyak diperdebatkan selama bertahun-tahun. Di satu
sisi, hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada keuntungan sosial yang bisa didapatkan dari
operasi tersebut. Namun penelitian lain menyatakan bahwa pada umumnya transeksual tidak
menyesal telah menjalani operasi, serta mendapat keuntungan lain seperti kepuasan seksual yan
lebih tinggi.
Ganti kelamin
Sebelum tindakan operasi kelamin ada beberapa hal yang harus diperhatikan individu. Ada beberapa
tahap yang harus dialaui sebelum tindakan operasi kelamin dilakukan. Tahap – tahap tersebut
adalah:
Memastikan kemantapan dalam mengambil keputusan. Jika terdapat delusi paranoid dalam
memutuskan mengganti kelamin, maka ahli bedah harus menolak permintaanya.
2015
3
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Orang yang ingin merubah dari pria menjadi wanita, estrogennya ditingkatkan untuk menumbuhkan
karakteristik alat kelamin sekunder wanita. Sedangkan pada wanita yang ingin menjadi pria, hormon
androgennya ditingkatkan untuk mengembangkan karakteristik alat kelamin sekunder pria.
Sebelum operasi diwajibkan hidup selama satu tahun sebagai orang dari gender lawan jenisnya
untuk memprediksi penyesuaian setelah operasi. Untuk orang yan mengganti kelamin dari pria
menjadi wanita, penis dan testis dibuang. Kemudian jaringan dari penis digunakan untuk membuat
vagina buatan. Jika dari wanita menjadi pria, ahli bedah membuang organ kelamin internal dan
meratakan payudaranya dengan membuang jaringan lemak.
Pengubahan Identitas Gender
Walaupun sebagian besar transeksual memilih melakukan body alterations sebagai terapi, ada
kalanya transeksual memilih untuk melakukan pengubahan identitas gender, agar sesuai dengan
tubuhnya. Pada awalnya, identitas gender dianggp mengakar terlalu dalam untuk dapat diubah.
Namun dalam beberapa kasus, pengubahan identitas gender melalui behavior therapy dilaporkan
sukses. Orang-orang yang sukses melakukan pengubahan gender kemungkinan berbeda dengan
transeksual lain, karena mereka memilih untuk mengikuti program terapi pengubahan identitas
gender.
Disfungsi seksual
Definisi_________________________________________________________________
Pandangan psikoanalisis mengasumsikan bahwa disfungsi sosial merupakan simtom – simtom dari
konflik yang direpres yang mendasari masalah tersebut. Disfungsi seksual berkaitan dengan berbagai
masalah seksual yang biasanya dianggap mencerminkan hambatan dalam siklus respons seksual
normal. Menurut Master dan Johnson, siklus respon seksual pada orang normal ada 4 tahap yaitu:

Exitement atau arousal yaitu timbulnya nafsu atau gairah seksual pada pria dan wanita.

Plateau yaitu meningkatkan gairah seksual secara intens.

Resolutian yaitu kembali ke tahap sebelum arousal.

Orgasme yaitu klimaks gairah seksual
Individu dapat di sebut difungsi seksual bila individu mengalami difungsi pada salah satu tahap
respon seksual yang normal. Dan diagnosa difungsi seksual di tegakkan bila difungsi tersebut di
sebabkan oleh faktor psikososial bukan faktor organis. Disfungsi seksual dapat menjadi sangat parah
sehingga menghilangkan sensitivitas seksual itu sendiri, apalagi kepuasan yang lebih intens dalam
hubungan seks.
2015
4
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ciri-ciri umum ____________________________________________________________
Disfungsi seksual meliputi masalah dalam minat, rangsangan, atau respons seksual. Berikut ini ada
beberapa ciri-ciri umum dari disfungsi seksual, antara lain:
1. Takut akan kegagalan, ketakutan yang terkait dengan kegagalan untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi atau kegagalan untuk mencapai orgasme.
2. Asumsi peran sebagai penonton dan bukan sebagai pelaku, memonitor dan mengevaluasi
tubuh saat melakukan hubungan seks.
3. Kurangnya self-esteem, kurangi pemikiran tentang kegagalan yang dihadapi untuk memenuhi
standar normal.
4.
Efek emosional, rasa bersalah, rasa malu, frustasi, depresi, dan kecemasan.
5. Perilaku menghindar, menghindari kontak seksual karena takut gagal untuk menampilkan
performa yang adekuat, membuat berbagai macam alasan pada pasangannya masing-masing
Penyebab _________________________________________________________________
1. Faktor biologis, penyakit atau kurangnya produksi hormon seks dapat mengganggu hasrat,
rangsangan, atau respons seksual.
2. Faktor psikodinamika, bahwa konflik tak sadar yang berasal dari masa kanak-kanak dapat
menjadi akar permasalahan dalam merespons rangsangan seksual.
3.
Faktor psikososial, diantaranya:
a) Kecemasan akan performa muncul dari kepedulian yang berlebihan terhadap kemampuan
seseorang untuk memberikan performa seksual yang baik,
b)
Riwayat trauma atau penganiayaan seksual,
c)
Kurangnya kesempatan untuk mendapatkan keterampilan seksual, dan
d) Pemaparan terhadap sikap dan kepercayaan negatif tentang seksualitas terutama seksualitas
wanita.
4.
Faktor kognitif, diantaranya:
a)
Pengadopsian kepercayaan irasional dapat menyebabkan kecemasan akan performa,
b) Pada ejakulasi dini, gagal untuk mengatur peningkatan level tegangan seksual yang
menyebabkan ejakulasi, dan
c)
Pengaruh kognisi dapat menghambat respons seksual yang normal.
5. Faktor hubungan, masalah hubungan dan kegagalan untuk mengomunikasikan kebutuhan
seksual.
2015
5
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
jenis-jenis_________________________________________________________________
Beberapa disfungsi seksual antara lain:
a.
Gangguan keinginan seksual, yaitu kurangnya atau tidak adanya keinginan untuk melakukan
hubungan seksual.
b.
Gangguan hasrat seksual, ciri utamanya adalah kegagalan untuk mencapai atau
mempertahankanarousal (rangsangan) dalam hubungan seksual.
c.
Orgasme yang terhambat, adalah ketidakmampuan untuk mencapai klimaks
atau orgasme
d.
Ejakulasi dini, kegagalan untuk mempertahankan keluarnya sperma dalam
jangka waktu normal.
e.
Dispareunia, terjadi pada wanita, ciri utamanya adalah mengalami rasa sakit
pada saat berhubungan seks.
f.
Vaginismus, terjadi kontraksi pada otot vagina sehingga mengganggu pada
saat melakukan hubungan seks.
Terapi____________________________________________________________________
Terapi seks untuk gangguan hasrat seksual. Terapi seks membantu orang dengan gangguan ini untuk
membangkitkan minat seksualnya melalui penggunaan latihan self stimulation ( masturbasi )
bersama dengan fantasi erotik. Terapi juga dapat meminta klien untuk memperluas perbendaharaan
seksual mereka denga tujuan untuk menambah gairah dalam kehidupan seks.
1.
Terapi seks untuk gangguan rangsangan
Terapi memberikan fakta pada klien bahwa mereka tidak perlu melakukan sesuatu untuk
menjadai terangsang. Mereka hanya perlu untuk mengalami stimulus seksual dalam keadaan rileks
dan tidak tertekan.
Terapi meminta klien untuk melakukan latihan fokus pada sensasi,yaitu kontak seksual tanpa
tuntutan ( belajar menikmati dan di nimati satu sama lain)
2.
Terapi seks untuk gangguan orgasme
Terapis meninta klien untuk melakukan latihan berfokus pada sensasi, yaitu kontak seksual tanpa
tuntutan (belajar menikmati dan dinikmati satu sama lain)
2015
6
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Untuk menangani ejakulasi dini , dilakukan teknik stop-star atau stop –go, dimana pasangan
menunda aktifitas seksual disaat hampir ejakulasi, dan kemudian memulai kembali stimulasi ketika
sensasinya berkurang.
3.
Terapi seks untuk vaginismus dan dispareunia
Kombinasi teknik relaksasi dan penggunaan pembesar vagina yang secara bertahap mendesentisasi
otot vagina.
4.
Penanganan biologis untuk disfungsi seksual pria
Penggunaan obat-obatan dapat membantu membangkitkan eraksi atau menunda ejakulasi.
Misalnya viagra, yaitu obat yang dapat memperluas aliran daerah penis, yang memiliki efek
peningkatan aliran darah kepenis, hingga menyebabkan ereksi
Penanganan hormon dapat membantu pria bertingkat hormon seksnya rendah secara abnormal.
Penanganan hormon ini menyebabkan kerusakan hati, oleh karena itu perlu diperlakukan denagan
pengawasan yang tepat.
Parafilia
Definisi_________________________________________________________________
Parafilia (“Para artinya penyimpangan dan “filia” artinya obyek atau situasi yang disukai).
Parafilia menunjuk pada obyek seksual yang menyimpang (misalnya dengan benda atau anak kecil)
maupun aktivitas seksual yang menyimpang (misalnya dengan memamerkan alat genital).
Dalam DSM IV-TR, parafilia adalah sekelompok gangguan yang mencakup ketertarikan
seksual terhadap objek yang tidak wajar atau aktifitas seksual yang tidak pada umumnya. Dengan
kata lain, terdapat deviasi (para) dalam ketertarikan seseorang (filia). Fantasi, dorongan, atau
perilaku harus berlangsung setidaknya selama 6 bulan dan menyebabkan distress atau hendaya
signifikan. Seseorang dapat memiliki perilaku, fantasi, dan dorongan seperti yang dimiliki seorang
parafilia, namun tidak didiagnosis menderita parafilia bila fantasi atau perilaku tersebut tidak
berulang atau bila ia tidak mengalami distress karenanya.
Penyebab__________________________________________________________________________
1. Perspektif teori belajar, stimulus yang tidak biasa menjadi stimulus terkondisi untuk rangsangan
seksual akibat pemasangannya dengan aktivitas seksual di masa lalu, serta stimulus yang tidak biasa
dapat menjadi erotis dengan cara melibatkannya dalam fantasi erotis dan masturbasi.
2. Perspektif psikodinamika, kecemasan kastrasi yang tidak terselesaikan dari masa kanak-kanak
yang menyebabkan rangsangan seksual dipindahkan pada objek atau aktivitas yang lebih aman.
3. Perspektif multifaktor, penganiayaan seksual atau fisik pada masa kanak-kanak dapat merusak
pola rangsangan seksual yang normal.
2015
7
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jenis-jenis________________________________________________________________
a.
Fetishisme
Ciri utama gangguan ini adalah penderita menggunakan benda sebagai cara
untuk menimbulkan gairah atau kepuasan seksual. Benda yang umum
digunakan adalah benda atau aksesoris milik wanita, misalnya pakaian dalam
wanita, sepatu, kaus kaki, dan lain-lain.
b.
Pedofilia
Adalah kelainan seks dengan melakukan hubungan seksual untuk memnuhi
hasratnya dengan cara menyetubuhi anak-anak di bawah umur (biasanya usia di bawah 13 tahun).
Umumnya penderita pedofilia adalah orang yang takut gagal dalam berhubungan secara normal
dengan wanita yang berpengalaman, yang akibatnya mengalihkannya pada
anak-anak.
c.
Voyeurisme
Berasal dari bahasa Perancis voir atau melihat. Yaitu untuk mendapatkan
kepuasan dengan cara melihat organ seks orang lain atau orang yang sedang
melakukan aktivitas seksual. Ciri utamanya adalah mengintip merupakan
kegiatan utama yang disukai dan perbuatan ini tidak diketahui oleh
korbannya.
d.
Eksibisionisme
Adalah dorongan untuk mendapatkan stimulasi dan kepuasan seksual atau
untuk membangkitkan fantasi-fantasi dengan memperlihatkan alat genital terhadap orang lain.
e.
Froteurisme
Ciri utama dari penderita ini adalah dorongan untuk menyentuh, meremas-remas dan menggesekgesekkan organ seks kepada orang tidak dikenal, biasanya dilakukan di tempat yang penuh sesak, di
trotoar yang penuh dengan pejalan kaki.
f.
Masokisme
Istilah masokhisme diambil dari nama novelis Leopard von Sachter Masoch yang seorang tokoh
novelnya yang mencapai kepuasan seksual bila diperlakukan secara sadis. Gangguan ini mempunyai
ciri mendapatkan kegairahan dan kepuasan seksual secara kejam baik secara fisik maupun psikis.
g.
Sadomasokis
Istilah sadisme berasal dari Marquis de Sade seorang penulis pada abad ke 18. Sadisme seksual
adalah kepuasan seksual yang didapat dari aktifitas atau dorongan menyakiti pasangan. Siksaan bisa
secara fisik (menendang, memperkosa, dan memukul) maupun psikis (menghina, memaki),
penderitaan korban inilah yang bisa membuatnya bahagia dan puas.
h.
2015
Transvetisme
8
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gangguan ini hanya terjadi pada laki-laki. Ciri utama dari penderita gangguan ini adalah dia akan
mendapatkan gairah atau kepuasan seksual bila dia menggunakan pakaian lawan jenisnya kemudian
melakukan masturbasi sambil berfantasi seorang laki-laki tertarik pada dirinya sebagai seorang
wanita. Gangguan ini bersifat kompulsif.
i.
Zoofilia
Gangguan ini disebuat juga Bestiality, yang mana ciri utamanya adalah penderita mendapatkan
kepuasan seksual ketika melakukan hubungan seksual dengan binatang.
j. necrofilia (hubungan seks dengan mayat),
k. telephon scatologia (gairah seks bertelepon cabul)
Terapi ______________________________________________________________
1. Penanganan biomedik, menggunakan antidepresan untuk membantu individu dapat mengontrol
dorongan seksual yang menyimpang atau mengurangi dorongan seksual.
2. Terapi kognitif-behavioral, memasangkan stimulus menyimpang dengan stimulus
aversif, memasangkan perilaku yang tidak diharapkan dengan stimulus aversif dalam imajinasi, dan
metode nonaversif yang membantu individu untuk mencapai perilaku yang lebih adaptif.
Gg. Penyalahgunaan Obat
Definisi_________________________________________________________________
Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan bahan adaktif lainya,yaitu nama
seglongan zat alamiah, semi sintetik maupun sintetik. Kadang disebut juga Napza (Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Aditif). Zat-zat tersebut dapat membuat berbagai efek samping seperti
Halusinasi, ketagihan, dan efek psikologi lainnya. Cara penggunaan bisa melalui suntikan, dimakan,
dihisap, atau dihirup. Contoh zat-zat berbahaya yang dikonsumi dengan cara dihisap adalah Opium
yang menggunakan pipa hisapan. Narkoba pada prinsipnya adalah zat atau bahan yang dapat
mempengaruhi kesadaran, fikiran dan prilaku yang dapat menimbulkan ketergantungan kepada
pemakaianya.
Menurut DSM IV (APA, 1997, dalam Widuri, & Fausiah, 2008), ketergantungan terhadap zat
adalah pola penggunaan zat yang maladaptif, yang menyebabkan terjadinya gangguan atau stres
yang signifikan secara klinis, termanifestasi dalam tiga (atau lebih) hal berikut, dan berulang kali
dalam rentang waktu dua belas bulan. Karakteristik adiksi menurut DSM IV (APA, 1997, dalam
Fausiah& Widuri, 2008; Kring, Jhonson, Davidson, & Naele, 2010) adalah : a. Toleransi Yang
dimaksud dengan toleransi ada dua hal. Pertama, subjek menggunakan zat adiksi dengan jumlah
2015
9
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang banyak untuk menghasilkan efek yang diinginkan. Kedua, berkurangnya efek dari pemakaian
zat apabila penggunaan berkalanjutan dalam jumlah yang sama. b. Wihrdrawl Adanya efek negatif,
baik secara fisik, maupun psikologis apabila dilakukan penghentian ataupun pengurangan jumlah zat
yang menjadi sumber adiksi. c. Zat sering digunakan dalam jumlah yang lebih besar atau periode
yang lebih lama dari yang dikehendaki. d. Adanya keinginan yang besar atau usaha yang gagal untuk
menghentikan atau mengontrol penggunaan zat. e. Digunakannya banyak waktu dalam rangka
aktivitas untuk mendapatkan zat, menggunakan zat, atau pulih dari efeknya. f. Aktivitas sosial,
pekerjaan, atau rekreasi dihentikan atau dikurangi karena penggunaan zat. g. Pemakaian zat
dilanjutkan meskipun telah megetahui adanya masalah fisik dan psikologis akibat dari penggunaan
zat
Penyebab__________________________________________________________
Secara garis besar, etiologi (penyebab) adiksi dapat dijelaskan oleh tiga teori berikut:
a. Psikoanalisa Pandangan psikoanalisa memandang perilaku adiksi merupakan salah
satu bentuk dari mekanisme defensif. Id yang merupakan bagian dari stuktur kepribadian
yang senantiasa mencari kesenangan selalu berusaha agar kesenangkan diperoleh oleh
individu. Ego yang merupakan bagian dari kepribadian yang berhadapan langsung dengan
realitas harus mampu menekan id agar mampu hidup sesuai dengan realita. Untuk itu, super
ego yang merupakan bagian dari kepribadian manusia yang berkaitan dengan norma- norma
senantiasa “memaksa” ego untuk mampu mengendalikan prinsip mencari kesenangan dari id
yang seringkali tidak relevan dengan realita.
b. Conditioning Menurut teori conditioning, seseorang menjadi pecandu karena efek
dari pemberian konsekuensi menyenangkan dari penambahan kualitas dan jumlah pemakaian
zat adiksi. Orang belajar menjadi adiksi dari efek menyeangkan dari perilaku adiksi yang
dilakukan sehingga diri menjadi ketergantungan dengan rasa menyenangkan yang dialami
setelah mengalami adiksi.
2015
10
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Pembelajaran Sosial Teori ini menjelaskan bahwa manusia itu tidak terlepas dari
aktivitas kognisi dan juga interaksi dengan lingkungannya. Melalui aktivitas dalam diri dan di
luar dirinya, manusia belajar untuk melakukan sesuatu, termasuk adiksi.
Jenis _________________________________________________________________
Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh
sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila
kelebihan dosis bisa mengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan
berbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Contoh yang populer sekarang adalah Putaw.
Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Jenis stimulan:
Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai adalah Shabu-shabu dan Ekstasi.
Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi.
Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari
jamur-jamuran. Selain itu ada jugayang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang paling banyak
dipakai adalah marijuana atau ganja
Ciri pecandu_______________________________________________________________
Berikut ini adalah tanda ciri pecandu narkoba (BNN.com)
Pecandu daun ganja
Cenderung lusuh, mata merah, kelopak mata mengattup terus, doyan makan karena perut merasa
lapar terus dan suka tertawa jika terlibat pembicaraan lucu.
Pecandu putauw
Sering menyendiri di tempat gelap sambil dengar musik, malas mandi karena kondisi badan selalu
kedinginan, badan kurus, layu serta selalu apatis terhadap lawan jenis.
Pecandu inex atau ekstasi
Suka keluar rumah, selalu riang jika mendengar musik house, wajah terlihat lelah, bibir suka pecahpecah dan badan suka keringatan, sering minder setelah pengaruh inex hilang.
Pecandu sabu-sabu
gampang gelisah dan serba salah melakukan apa saja, jarang mau menatap mata jika diajak bicara,
mata sering jelalatan, karakternya dominan curiga, apalagi pada orang yang baru dikenal, badan
berkeringat meski berada di dalam ruangan ber-AC, suka marah dan sensitif.
Akibat_________________________________________________________________
Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan
akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik
dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh
seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat
2015
11
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi
pemakai.Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial
seseorang.
1) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap fisik: - Gangguan pada system syaraf (neurologis)
seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi - Gangguan pada
jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran
darah - Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim - Gangguan
pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan
jaringan paru-paru - Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur - Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan
reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen,
progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual - Dampak penyalahgunaan narkoba
terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi,
ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid) - Bagi pengguna narkoba melalui jarum
suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit
seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya - Penyalahgunaan narkoba
bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh
untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.
2) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap psikis: - Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang
dan gelisah - Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga - Agitatif, menjadi ganas dan
tingkah laku yang brutal - Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan - Cenderung menyakiti
diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
3) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap lingkungan social: - Gangguan mental, anti-sosial dan
asusila, dikucilkan oleh lingkungan - Merepotkan dan menjadi beban keluarga - Pendidikan menjadi
terganggu, masa depan suram - Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat
Terapi_________________________________________________________________
Para ahli memiliki pandangan yang sama bahwa cara terbaik untuk melepaskan seseorang
dari kecanduan suatu zat adalah dengan detoksifikasi atau penghentian penggunaan obat sama
sekali (Davidson & Naele, 2001, dalam Fausiah & Widuri, 2008). Hal ini sama dengan apa yang
disebut cold turkey (Jacken, 2002, dalam Syafiie, NRH, Kahija, 2009), yaitu salah satu metode yang
dapat digunakan untuk menghentikan kebiasaan merokok. Cara yang dilakukan sebenarnya
sederhana, yaitu seseorang yang mengalami adiksi rokok tinggal memutuskan kapan dirinya akan
berhenti merokok, namun metode ini seringkali tidak berhasil dalam aplikasinya. Selain detokifikasi,
pendekatan biologis juga dapat dilakukan guna menghentikan perilaku adiksi.
Melalui pendekatan biologis, terapi dilakukan dengan cara memberikan zat pengganti untuk
menggantikan zat yang sebelumnya menjdi sumber adiksi, misalnya, pemberian methadone untuk
menggantikan heroin (Fausiah & Widuri, 2008).
Pendekatan psikologis pun dapat digunakan untuk menganggulangi adiksi. Cara yang cukup
populer adalah cognitive behavioral therapy (CBT). Inti dari pendekatan ini ialah mengembangkan
pengetahuan atau kesadaran akan perilaku menjadi dasar untuk merubah perilaku ke arah yang
2015
12
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
diinginkan. Orang yang mengalami adiksi diajak untuk memahami resiko dari adiksinya, sehingga
dirinya lebih terdorong untuk menghilangkan perilaku adiksinya. Selain itu, orang yang mengalami
adiksi juga dapat diajak mendiskusikan alternatif lain yang dapat dilakukan untuk menghentikannya
dari adiksinya. Karena sangat dibutuhkan pemantauan dari orang lain dalam upaya menghilangkan
perilaku adiksi seseorang, maka terapi yang bersifat kelompok juga dapat dikembangkan guna
mencegah orang yang telah terlepas dari adiksinya kembali pada adiksinya lagi.
Daftar Pustaka
Fitri Fausiah & Julianty Widury, ed. Augustine S. Basri (2005). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa.
Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Kring, Ann M., Johnson, Sheri, L., Davison, G.C., Neale, J.M. (2010). Abnormal Psychology 11th ed.
New York : John Wiley & Sons .
Nevid, J.S., Rathus, S.A. & Greene, B. (2008). Abnormal Psychology in a Changing World 7th ed.
Pearson International Edition
2015
13
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download