ANALISIS POLA PENYEBARAN MINERAL BATUAN DI ALIRAN

advertisement
ANALISIS POLA PENYEBARAN
MINERAL BATUAN DI ALIRAN
SUNGAI JENELATA BAGIAN HILIR
KAB. GOWA MENGGUNAKAN
METODE XRD (X-RAY
DIFFRACTION) – XRF (X-RAY
FLOURESCENCE)
Putri Sinthya Melani Amin1, Muhammad Altin
Massinai1, dan DahlangTahir1
1
JurusanFisika FMIPA UniversitasHasanuddin,
Makassar 90245, Indonesia
ABSTRAK
Sungai Jenelata merupakan jalur erupsi aliran dari
gunung api purba Sapaya, erupsi gunung ini
mengendapkan mineral baik dari jenis logam
maupun nonlogam serta berbagai jenis mineral.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui kandungan
unsur logam oksida dan komposisi mineral batuan
dengan menggunakan metode XRD (X-Ray
Difraction)- XRF (X-Ray Flourescence), serta pola
penyebaran mineral yang terdapat di aliran sungai
Jenelata hilir. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat 5 unsur logam oksida yang
dominan yaitu Silika (SiO2) yang dominan di
semua lokasi pengambilan
sampel, Hematit
(Fe2O3) kadar tertingginya di daerah Lata dan
rendah di Parangloe Lata2, Kalsium Oksida (CaO)
tertinggi di Burung Karamasa2 dan terendah di
Parangloe Lata, Kalium Oksida (K2O) tertinggi di
daerah Parangloe Lata2 dan terendah di daerah
Lata, dan Korundum (Al2O3) tertinggi di daerah
Parangloe Lata2 dan rendah di daerah Burung
Karamasa2, serta 18 mineral yang terdapat di
lokasi penelitian, yaitu Anorthite di Bili-bili,
Burung Karamasa1, Parangloe Lata1 dan
Parangloe Lata2, Augitedi Bili-bili dan Lata,
Leucite di Bili-bili, Parangloe Lata1 dan Lata,
Seidozerite di Bili-bilidan Lata, Apjohnitedi
Burung
Karamasa1,
Lisetite
di
Burung
Karamasa1, Potassium Aluminium Silicate
Hydroxide di Burung Karamasa1, Albite di Burung
Karamasa2 dan Parangloe Lata2, Gobbinsite,
Lavenite dan Manganocolumbite di Burung
Karamasa2, Microcline dan Zeravshanite di
Parangloe Lata1, Feldspar di Parangloe Lata1 dan
Lata, sedangkan Arrojadite, Surkhobitedan
Dibarium Tricadmium bis (vanadate) divanadate di
Parangloe Lata2 sedangkan Anorthoclase di Lata.
Kata kunci :
Metode XRD-XRF, unsur logam
oksida, komposisi mineral, pola
penyebaran.
1.
PENDAHULUAN
Geologi Sulawesi Selatan menarik untuk diteliti,
karena wilayah ini dari segi tektonik merupakan
bagian kontinen Sunda yang bergabung dengan
kawasan lain di Sulawesi yang merupakan pecahan
dari Papua dan Australia (Massinai, 2011).
Lokasi yang dijadikan daerah penelitian adalah
Daerah Aliran Sungai Jenelata Kabupaten Gowa
yang merupakan lembah Gunungapi Sapaya
disusun
oleh
batuan
gunungapi
Fomasi
Lompobattang (Qlv).Daerah Aliran Sungai Jenelata
disusun oleh batuan gunungapi Formasi BaturappeCindako (Tpbv) (Massinai, 2012).
Secara geografis Daerah Aliran Sungai Jenelata
terletak pada 119o32’00”BT-119o50’00’’BT dan
05°15ʹ00ʺ LS - 05°27ʹ00ʺ LS.Sungai ini diprediksi
merupakan aliran letusan gunungapi purba
Sapaya.Secara geologis bermula dari terbentuknya
formasi gunungapi Sapaya yang kemudian
erupsi.Erupsi
ini
kemudian
menyebabkan
keluarnya material-material tertentu dari perut
bumi, membawa batu dan abu hasil erupsi ini
menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih,
sedangkan lava bisa membanjiri sampai sejauh
radius 90 km.Bermula dari proses ini, dimana
semua batuan berawal dari magma yang keluar
melalui puncak gunungapi dan akan kembali
menjadi magma lagi karena proses subsduksi
lempeng yang membawanya menuju astenosfer
kembali (Arlen, 2010).
Magma tersusun dari mineral yang terbentuk pada
waktu yang berbeda ataupun pada kondisi yang
berbeda. Pada temperatur yang berbeda suatu
mineral akan mengkristal berbeda dengan mineral
lainnya. Berbagai jenis batuan tertentu tersusun
dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifatsifat fisik tertentu berasal dari berbagai macam
mineral di alam.Oleh karena itu, untuk
mendapatkan informasi tentang jenis mineral dan
kandungan logam serta pola penyebarannya, maka
dilakukan penelitian dengan metode analisis XRD
(X-Ray Difraction) dan XRF (X-Ray Flourecence).
Pulau Sulawesi terdiri dari empat lengan yaitu
lengan Utara Sulawesi, lengan Timur Sulawesi,
lengan Tenggara Sulawesi dan lengan Selatan
Sulawesi. Keempat lengan Pulau Sulawesi ini
menyatu berbentuk huruf K (Katili, 1989). Kondisi
tektonik Selatan Sulawesi sangat mempengaruhi
aktivitas kegempaan dan gerakan tanah di daerah
Sulawesi Selatan (Lantu dkk, 2006). Depresi
Jenelata yang merupakan wilayah DAS (daerah
aliran sungai) Jenelata adalah produk aktivitas
tektonik di lengan Selatan Sulawesi.Aktivitas
tektonik itu juga menimbulkan beberapa
kekar.Kekar-kekar merupakan gejala umum yang
1
dapat dijumpai di DAS Jenelata.Pembentukan
kekar-kekar
tersebut
berasosiasi
dengan
pembentukan struktur lainnya seperti pada
pembentukan struktur sesar dan perlipatan. Gejala
struktur yang demikian akan berkembang terus
dalam usahanya mengimbangi gaya deformasi,
sampai
gaya tersebut
menghilang. Pada
kenampakan kekar di DAS Jenelata terdiri dari
kekar tarikandan kekar gerus. Kenampakan kekar
tarikan di DAS Jenelata bercirikan bidang yang
tidak rata, arah yang tidak teratur.Pada umumnya
litologi halus berlapis dapat menyebabkan
terbentuknya
kepingan
dari
batuan
tersebut.Kenampakan breksi gunungapi pada jurus
kekar cenderung mengikuti atau mengelilingi
fragmen batuan (Massinai, 2012).
Kekar gerus di DAS Jenelata dapat ditandai dengan
beberapa ciri lapangan antara lain bidang kekarnya
rata, tidak kasar serta jurus kekarnya melurus dan
tidak terpengaruh oleh perubahan litologi. Arah
jurus DAS Jenelata dikelompokkan ke dalam
kelompok batuan berusia Tarsier (Massinai, 2012).
Arah jurus DAS Jenelata di kelompokkan ke dalam
kelompok batuan berusia Tarsier.Jurus kekar di
DAS Jenelata dominan berarah timurlaut-baratdaya
dan berarah baratbaratlaut – timurmenenggara.Pola
kekar ini memperlihatkan adanya kemenerusan
tektonik Tarsier ke Kuarter (Massinai, 2012).
Geomorfologi DAS Jenelata disusun oleh formasi
batuan Camba (Tmc) dan formasi BaturapeCindako (Tpbv).Kelurusan struktur pada DAS
Jenelata rata-rata 46,43oE dan 124,63oE.Azimut
kelurusan yang dominan pada DAS Jenelata
berazimut
timurlaut
–
baratdaya
dan
timurmenenggara
–
baratbaratlaut.Azimut
kelurusan ini berimpit dengan azimuth sungaisungai Jenelata, Datara dan Jenesapaya.Nilai
kelurusan ini merupakan refleksi dari tektonik
lengan Selatan Sulawesi (Massinai, 2012).
1.1 XRD (X-Ray Difraction)
XRD (X-Ray Diffraction) merupakan instrumen
yang digunakan untuk mengidentifikasi material
kristalit
maupun
non-kristalit
dengan
memanfaatkan radiasi gelombang elektromagnetik
sinar-X. Dengan kata lain, teknik ini digunakan
untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam
material dengan cara menentukan parameter
struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran
partikel (Setyadhani, 2012).
XRD memberikan data-data difraksi dan kuantisasi
intensitas difraksi pada sudut-sudut dari suatu
bahan. Data yang diperoleh dari XRD berupa
intensitas difraksi sinar-X yang terdifraksi dan
sudut-sudut 2θ. Tiap polayang muncul pada pola
XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki
orientasi tertentu (Setyadhani, 2012).
Suatu kristal yang dikenai oleh sinar-X tersebut
berupa material (sampel), sehingga intensitas sinar
yang ditransmisikan akan lebih rendah dari
intensitas sinar datang. Berkas sinar-X yang
dihamburkan ada yang saling menghilangkan
(interferensi destruktif) dan ada juga yang saling
menguatkan (interferensi konstrktif). Interferensi
konstruktif ini merupakan peristiwa difraksi (Grant,
1998).
Suatu material jika dikenai sinar-X maka intensitas
sinar yang ditransmisikan akan lebih rendah dari
intensitas sinar datang, hal ini disebabkan adanya
penyerapan oleh material dan juga penghamburan
oleh atom-atom dalam material tersebut. Berkas
sinar-X yang dihamburkan ada yang saling
menghilangkan karena fasenya berbeda dan ada
juga yang saling menguatkan karena fasenya yang
sama. Berkas sinar-X yang menguatkan
(interferensi konstruktif) dari gelombang yang
terhambur merupakan peristiwa difraksi. Sinar-X
yang mengenai bidang kristal akan terhambur ke
segala arah, agar terjadi interferensi konstruktif
antara sinar yang terhambur dan beda jarak
lintasnya maka harus memenuhi pola nλ
(Setyadhani, 2012).
1.2 XRF (X-Ray Fluorescence)
XRF
(X-Ray
Fluorescence)Spectrometry
merupakan instrumen sinar-X dengan teknik
analisa non-destruktif yang digunakan untuk
mengidentifikasi serta menentukan konsentrasi
elemen yang ada, baik padatan, bubuk ataupun
sampel cair. Perlatan ini terdiridari tabung
pembangkit sinar-X yang mampu mengeluarkan
elektron dari semua jenis unsur yang sedang diteliti
(Panalytical, 2009).
Prinsip kerja XRF adalah apabila elektron dari
suatu kulit atom bagian dalam dilepaskan, maka
elektron yang terdapat pada bagian kulit luar akan
berpindah pada kulityang ditinggalkan tadi
menghasilkan sinar-X dengan panjang gelombang
yang karakteristik bagi unsur tersebut.
Pada teknik difraksi sinar-X suatu berkas elektron
digunakan, sinar-X dihasilkan dari tembakan
berkas elektron terhadap suatu unsur di anoda
untuk menghasilkan sinar-X dengan panjang
gelombang yang diketahui. Peristiwa ini terjadi
pada tabung sinarX. Pada teknik XRF, kita
menggunakan sinar-X dari tabung pembangkit
sinar-X untuk mengeluarkan electron dari kulit
bagian dalam untuk menghasilkan sinar-X baru
dari sampel yang di analisis. Seperti pada tabung
pembangkit sinar-X, elektron dari kulit bagian
dalam suatu atom pada sampel analit menghasilkan
sinar-X dengan panjang-panjang gelombang
2
karakteristik dari setiap atom di dalam sampel.
Untuk setiap atom di dalam sampel, intensitas dari
sinar-X karakteristik tersebut sebanding dengan
jumlah (konsentrasi) atom di dalam sampel.
Dengan demikian, jika kita dapat mengukur
intensitas sinar –X karakteristik dari setiap unsur,
kita dapat membandingkan intensitasnya dengan
suatu standar yang diketahui konsentrasinya,
sehingga konsentrasi unsur dalam sampel bisa
ditentukan.
2.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah
wilayah Daerah Aliran Sungai Jenelata Kabupaten
Gowa yang secara geografis terletak pada 1190 33’
27.53” LS - 119037’35.99” LS dan 05°16ʹ26.36ʺ
BT - 05°18ʹ39.50ʺ BT. Daerah DAS Jenelata
terletak di wilayah administratif Kabupaten Gowa.
DAS Jenelata memiliki luas 220 km2(220.000
ha)terletak pada ketinggian 127 – 2.787 meter di
atas permukaan laut .Hulu DAS Jenelata terletak di
wilayah Kecamatan Sapaya.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah
data primer.Lokasi pengambilan sampel dilakukan
langsung dibeberapa titik di sepanjang aliran
Sungai Jenelata hilir berdasarkan dengan survei
lapangan dan penentuan lokasi sebelumnya
menggunakan Google earth dan Global Positioning
System (GPS).Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui lokasi sebaran sampel yang telah
diambil .Penentuan lokasi pengambilan sampel
berdasarkan jarak, jarak antara titik sampel tidak
sama karena mengacu pada peta geologi. Hal
tersebut dilakukan agar sampel-sampel batuan yang
diambil untuk diuji kandungannya mewakili
keadaan di lapangan. Sampel yang diambil berupa
batuan yang juga diambil gambar masing-masing
sampel.
Analisis laboratorium dilakukan untuk mengetahui
sifat fisik dan kimiawi batuan yang tidak bisa
dilakukan secara langsung di lapangan.Untuk
mengetahui sifat-sifat batuan tersebut maka
dilakukan beberapa analisis laboratorium, dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah XRD
(X-Ray Diffraction) dan XRF (X-RayFlourescence).
Data yang dihasilkan oleh alat XRD-XRF
kemudian di analisis untuk menentukan presentasi
mineral dan konentrasi logam oksida pada sampel
batuan yang di uji untuk menentukan pola
penyebaran mineral di aliran sungai Jenelata bagian
hilir.
3.
alat XRD (X-Ray Diffraction)dan XRF (X-Ray
Flourescence) yang akan dianalisis pola
penyebaran mineralnya berdasarkan komposisi
kimiawi dan kandungan logam serta mengacu pada
keadaan geologi daerah penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini telah dilakukan uji laboratorium
pada masing-masing sampel batuan menggunakan
Gambar III.1 Persentase oksida logam utama hasil
pengukuran XRF
Pada penelitianini ada 6 titik lokasi pengambilan
sampel. Berikut ini identifikasi batuan serta
kandungan mineral yang terdapat pada masingmasing sampel :
Sampel A di titik 5017’20.9” S – 119034’40.2” E
adalah jenis batuan beku yang mengandung pirit.
Dari hasil uji kandungan menggunakan alat XRD
diketahui bahwa sampel A memiliki 3 mineral
utama yang menyusun batuan pada sampel A yaitu
Anorthite 39.1%, Augite 37.9% Leucite 20.9% dan
mineral lainnya sebesar 2.1%. Dari hasil Uji
kandungan menggunakan alat XRF diketahui
bahwa logam oksida penyusun batuan pada sampel
A adalah SiO2 55.36%, Fe2O318.43% , CaO
12.3% dan unsur lainnya sebesar 13.91%. Dari
hasil uji XRD-XRF dapat disimpulkan bahwa
sampel A adalah Granodiorit.
Sampel B di titik 5017’22.1” S – 119035’04.4” E
adalah jenis batuan metamorf karena titik
pengambilan sampel B merupakan daerah
pengendapan dan mengalami pengangkatan.Dari
hasil uji menggunakan alat XRD diketahui bahwa
sampel B disusun oleh 3 mineral utama yaitu
Apjohnite 44.7%, Anorthite 33.8% Lisetite 13.6%
dan mineral lainnya sebesar 7.9%. Dari hasil uji
XRF diketahui bahwa logam oksida penyusun
batuan pada sampel B adalah SiO2 52.99%, Fe2O3
19.82%, Al2O3 8.98% dan unsur lainnya sebesar
18.21%.Dari
hasil
uji
XRD-XRF
dapat
disimpulkan bahwa sampel B adalah Sekis Hijau.
Sampel C di titik 5017’36.6” S – 119035’38.3” E
adalah jenis batuan beku yang mengandung pirit
dan kuarsa. Pirit terdapat di batuan intrusi dan
mineralisasi kemungkinan terjadi pada batuan
intrusi.Dari hasil uji menggunakan alat XRD
diketahui bahwa mineral utama penyusun batuan
pada sampel C adalah Albite 41.5%, Gobbinsite
36.6%, Lavenite 15.8% dan mineral lainnya
3
sebesar 6.1%. Dan dari hasil uji menggunakan alat
XRF diketahui sampel C tersusun oleh 55.87%
SiO2, 18.25% Fe2O3, 14.32% CaO dan unsur
lainnya sebesar 11.56%. Dari hasil uji XRD-XRF
dapat disimpulkan bahwa sampel C adalah Basaltik
Sampel D di titik 5017’07.7” S – 119036’22.0” E
adalah jenis batuan sedimen. Dari hasil uji
menggunakan alat XRD diketahui bahwa mineral
utama penyusun batuan pada sampel D adalah
Microcline 37%, Anorthite 31.7%, Zeravzhanite
18.3% dan mineral lainnya sebesar 13%. Dan dari
hasil uji menggunakan alat XRF diketahui sampel
D tersusun oleh 61.66% SiO2, 12.26% Fe2O3,
9.95% K2O dan unsur lainnya sebesar 16.13%.Dari
hasil uji XRD-XRF dapat disimpulkan bahwa
sampel D adalah Batupasir.
Sampel E di titik 5017’24.3” S – 119036’33.1” E
adalah jenis batuan beku yang di dalamnya terdapat
fosil kayu yang akan menjadi batubara, hanya saja
umur fosil tersebut masih muda .Dari hasil uji
menggunakan alat XRD diketahui bahwa mineral
utama penyusun batuan pada sampel E adalah
Anorthite 50.4%, Arrojadite 27.3%, Surkhobite
10.7% dan mineral lainnya sebesar 11.6%. Dan
dari hasil uji menggunakan alat XRF diketahui
sampel E tersusun oleh 61.25% SiO2, 11.10%
K2O, 9.61% Fe2O3 dan unsur lainnya sebesar
18.04%.Dari
hasil
uji
XRD-XRF
dapat
disimpulkan bahwa sampel E adalah Andesit.
Sampel F di titik 5017’48.9” S – 119037’12.2” E
adalah jenis batuan beku yang mengandung pirit
dan kuarsa. Dari hasil uji kandungan menggunakan
alat XRD diketahui bahwa sampel F memiliki 3
mineral utama yang menyusun batuan pada sampel
F yaitu Anorthoclase 62.2%, Augite 22.8%
Feldspar 13.1% dan mineral lainnya sebesar 1.9%.
Dari hasil Uji kandungan menggunakan alat XRF
diketahui bahwa logam oksida penyusun batuan
pada sampel F adalah SiO2 57.35%, Fe2O3
20.55% , CaO 10.27% dan unsur lainnya sebesar
11.83%. Dari hasil uji XRD-XRF dapat
disimpulkan bahwa sampel F adalah Basaltik.
Data yang diperoleh dari alat XRD (X-Ray
Diffraction) berupa jenis-jenis mineral yang
terdapat dalam sampel uji, dibuatkan peta
sebarannya menggunakan software Surfer. Berikut
ini peta sebaran mineral-mineral yang terdapat
pada sampel yang diuji kandungannya, diantaranya
Mineral Anorthite
Gambar III.2 Peta sebaran mineral Anorthite di
titik A-F lokasi pengambilan sampel.
Dari peta sebaran di atas dapat dilihat bahwa
mineral Anorthite di titik A persentasenya cukup
tinggi, yaitu sekitar 39.1%, kemudian berkurang di
titik Bhanya sekitar 33.8%, tetapi tidak terdapat di
titik C,dan muncul kembali di titik Ddengan
presentase 31.7%, dan tertinggi di titik E dengan
50.4% dan yang terakhir di titik F tidak terdapat
mineral Anorthite.
Mineral Augite
Gambar III.3 Peta sebaran mineralAugite di titik
A-F lokasi pengambilan sampel.
Berdasarkan peta sebaran mineral Augite di
atasdapat dilihat hanya dua titik yang mengandung
mineral Augite yaitu titik A 37.9% dan titik F
22.8%.
Mineral Leucite
Gambar III.4 Peta sebaran mineral Leucite di titik
A-F lokasi pengambilan sampel.
Dari peta sebaran di atas dapat dilihat bahwa
mineral Leucite di titik A persentasenya hanya 20.9
%, kemudian di titik D 9.9% dan di titik F
kandungan mineral Leucitenya hanya sekitar 1.2%.
Mineral Albite
4
Surkhobite,
Dibarium
tricadmium,
dan
Anorthoclase. Dan jenis logam oksida yang
terkandung dalam batuan di Aliran Sungai Jenelata
Bagian Hilir adalah Silika (SiO2), Hematit
(Fe2O3), Kalsium Oksida (CaO), Kalium Oksida
(K2O), dan Korundum (Al2O3).
Gambar III.5Peta sebaran mineral Albite di titik
A-F lokasi pengambilan sampel.
Dari peta sebaran di atas dapat dilihat bahwa
mineral Albite terdapat di dua titik yaitu titik C
41.5% dan titik E 9.8%.
Mineral Feldspar
Dari hasil analisis data XRD (X-Ray Diffraction)
menggunakan software Match diketahui pola
penyebaran mineral batuan di Aliran Sungai
Jenelata Bagian Hilir Kabupaten Gowa adalah
sebagai berikut :
Pada sampel A yang di ambil di titik 5017’20.9” S
– 119034’40.2” E menunjukkan mineral yang
mendominasi adalah mineral Anorthite sebesar
39.1% Augite sebesar 37.9%, Leucite sebesar
20.9% dan mineral lainnya sebesar 2.1%.
Pada sampel B yang di ambil di titik 5017’22.1” S –
119035’04.4” E menunjukkan mineral yang
mendominasi
adalah
mineral
Apjohnite
sebesar44.7% , Anorthite sebesar 33.8% Lisetite
sebesar 13.6% dan mineral lainnya sebesar 7.9%.
Gambar III.6 Peta sebaran mineral Feldspar di
titik A-F lokasi pengambilan sampel.
Dari peta sebaran di atas dapat dilihat bahwa
mineral Feldspar terdapat di titik D sebesar 3.1%
dan di titik F sebesar 13.1%.
Mineral Anorthoclase
Gambar III.7 Peta sebaran mineral Anorthoclase
di titik A-F lokasi pengambilan sampel.
Dari peta sebaran di atas dapat dilihat bahwa
mineralAnorthoclase hanya terdapat titik F dengan
presentase yang tinggi yaitu 62.2%.
4.
PENUTUP
Pada sampel C yang di ambil di titik 5017’36.6” S –
119035’38.3” E menunjukkan mineral yang
mendominasi adalah mineral Albite sebesar41.5% ,
Gobbinsite sebesar 36.6% Lavenite sebesar 15.8%
dan mineral lainnya sebesar 6.1 %.
Pada sampel D yang di ambil di titik 5017’07.7” S
– 119036’22.0” E menunjukkan mineral yang
mendominasi
adalah
mineral
Microcline
sebesar37%
,
Anorthite
sebesar
31.7%,
Zeravshanite sebesar 18.3% dan mineral lainnya
sebesar 13%.
Pada sampel E yang di ambil di titik 5017’24.3” S –
119036’33.1” E menunjukkan mineral yang
mendominasi adalah mineral Anorthite sebesar
50.4% , Arrojadite sebesar 27.3%, Surkhobite
sebesar 10.7% dan mineral lainnya sebesar 11.6%.
Pada sampel F yang di ambil di titik 5017’48.9” S –
119037’12.2” E menunjukkan mineral yang
mendominasi adalah mineral Anorthoclase sebesar
62.2% , Augite sebesar 22.8%, Feldspar sebesar
13.1% dan mineral lainnya sebesar 1.8%.
Saran
Kesimpulan
Dari hasil analisis menggunakan alat XRD (X-Ray
Diffraction) dan XRF (X-Ray Flourescence)
diketahui jenis-jenis mineral yang terkandung
dalam batuan di Aliran Sungai Jenelata Bagian
Hilir adalah Anorthite, Augite, Leucit, Seidozerite,
Apjohnite, Lisetite, Potasium Aluminium, Albite,
Gobbinsite,
Lavenite,
Manganocolumbite,
Microcline, Zeravshanite, Feldspar, Arrojadite,
Diperlukan lebih banyak sampel batuan dan titiktitik pengambilan sampel untuk akurasi data yang
di dapatkan sehingga dapat menjelaskan keadaan
geologi dan penyebaran mineral batuan di aliran
sungai Jenelata.
5
REFERENSI
Arlen,
Altius.
2010,
Hubungan
Gunungapi
dan
Mineral
,http://penambang007.blogspot.com/2010/
10/hubungan-gunung-api-danmineral.html , diakses pada tanggal 05
Juli 2013 pukul 21.00 Wita.
Grant Norton, M, & Suryanarayana, C.
1998. X-Ray Diffraction : A Partical
Approach. New York : Plennum Press.
Katili, John Ario. 1989.Evolution of the
Southeast Asian Arc Complex. Jakarta :
Geol. Indon. V.12, no 1. P. 113-143.
Lantu., Miranda., Suko Prayitno Adi.
2006. Analisis Aktivitas Gempabumi
Tektonik dan Potensi Tsunami di
Sulawesi Selatan dan Barat. Makassar :
Jurnal Fusi.V.10, no.3. p.186-191.
Massinai, Muhammad Altin, 2011,
Peranan Tektonik Dalam Berkontribusi
Membentuk Geomorfologi Wilayah DAS
Jeneberang,
Program
PascaSarjana
UNPAD, Bandung.
Massinai, Muhammad Altin, 2012,
Morfotektonik
Dalam
Mengontrol
Geomorfologi DAS Lengkese-Jenelata di
Sulawesi Selatan. Bandung: UNPAD
Press. Indonesian Journal of Applied
Sciences.
Panalytical
B.V.,
2009,
X-Ray
Flourescence
Spectrometry,
http://www.panalytical.com/index.cfm?pid
=130, diakses pada tanggal 30 April 2013
pukul 16.10 Wita.
Setyadhani, Riana Tri. 2012. X-Ray
Difraction
(XRD),
http://nanudz.blogspot.com/2012/12/XRay-Difraction.html diakses pada tanggal
03 Juli 2013 pukul 21.30 Wita.
6
Download