ANALISIS POLA PENYEBARAN MINERAL BATUAN DI ALIRAN SUNGAI JENELATA BAGIAN HILIR KAB. GOWA MENGGUNAKAN METODE XRD (X-RAY DIFFRACTION) – XRF (X-RAY FLOURESCENCE) Putri Sinthya Melani Amin1, Muhammad Altin Massinai1, dan DahlangTahir1 1 JurusanFisika FMIPA UniversitasHasanuddin, Makassar 90245, Indonesia ABSTRAK Sungai Jenelata merupakan jalur erupsi aliran dari gunung api purba Sapaya, erupsi gunung ini mengendapkan mineral baik dari jenis logam maupun nonlogam serta berbagai jenis mineral. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur logam oksida dan komposisi mineral batuan dengan menggunakan metode XRD (X-Ray Difraction)- XRF (X-Ray Flourescence), serta pola penyebaran mineral yang terdapat di aliran sungai Jenelata hilir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 unsur logam oksida yang dominan yaitu Silika (SiO2) yang dominan di semua lokasi pengambilan sampel, Hematit (Fe2O3) kadar tertingginya di daerah Lata dan rendah di Parangloe Lata2, Kalsium Oksida (CaO) tertinggi di Burung Karamasa2 dan terendah di Parangloe Lata, Kalium Oksida (K2O) tertinggi di daerah Parangloe Lata2 dan terendah di daerah Lata, dan Korundum (Al2O3) tertinggi di daerah Parangloe Lata2 dan rendah di daerah Burung Karamasa2, serta 18 mineral yang terdapat di lokasi penelitian, yaitu Anorthite di Bili-bili, Burung Karamasa1, Parangloe Lata1 dan Parangloe Lata2, Augitedi Bili-bili dan Lata, Leucite di Bili-bili, Parangloe Lata1 dan Lata, Seidozerite di Bili-bilidan Lata, Apjohnitedi Burung Karamasa1, Lisetite di Burung Karamasa1, Potassium Aluminium Silicate Hydroxide di Burung Karamasa1, Albite di Burung Karamasa2 dan Parangloe Lata2, Gobbinsite, Lavenite dan Manganocolumbite di Burung Karamasa2, Microcline dan Zeravshanite di Parangloe Lata1, Feldspar di Parangloe Lata1 dan Lata, sedangkan Arrojadite, Surkhobitedan Dibarium Tricadmium bis (vanadate) divanadate di Parangloe Lata2 sedangkan Anorthoclase di Lata. Kata kunci : Metode XRD-XRF, unsur logam oksida, komposisi mineral, pola penyebaran. 1. PENDAHULUAN Geologi Sulawesi Selatan menarik untuk diteliti, karena wilayah ini dari segi tektonik merupakan bagian kontinen Sunda yang bergabung dengan kawasan lain di Sulawesi yang merupakan pecahan dari Papua dan Australia (Massinai, 2011). Lokasi yang dijadikan daerah penelitian adalah Daerah Aliran Sungai Jenelata Kabupaten Gowa yang merupakan lembah Gunungapi Sapaya disusun oleh batuan gunungapi Fomasi Lompobattang (Qlv).Daerah Aliran Sungai Jenelata disusun oleh batuan gunungapi Formasi BaturappeCindako (Tpbv) (Massinai, 2012). Secara geografis Daerah Aliran Sungai Jenelata terletak pada 119o32’00”BT-119o50’00’’BT dan 05°15ʹ00ʺ LS - 05°27ʹ00ʺ LS.Sungai ini diprediksi merupakan aliran letusan gunungapi purba Sapaya.Secara geologis bermula dari terbentuknya formasi gunungapi Sapaya yang kemudian erupsi.Erupsi ini kemudian menyebabkan keluarnya material-material tertentu dari perut bumi, membawa batu dan abu hasil erupsi ini menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lava bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.Bermula dari proses ini, dimana semua batuan berawal dari magma yang keluar melalui puncak gunungapi dan akan kembali menjadi magma lagi karena proses subsduksi lempeng yang membawanya menuju astenosfer kembali (Arlen, 2010). Magma tersusun dari mineral yang terbentuk pada waktu yang berbeda ataupun pada kondisi yang berbeda. Pada temperatur yang berbeda suatu mineral akan mengkristal berbeda dengan mineral lainnya. Berbagai jenis batuan tertentu tersusun dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifatsifat fisik tertentu berasal dari berbagai macam mineral di alam.Oleh karena itu, untuk mendapatkan informasi tentang jenis mineral dan kandungan logam serta pola penyebarannya, maka dilakukan penelitian dengan metode analisis XRD (X-Ray Difraction) dan XRF (X-Ray Flourecence). Pulau Sulawesi terdiri dari empat lengan yaitu lengan Utara Sulawesi, lengan Timur Sulawesi, lengan Tenggara Sulawesi dan lengan Selatan Sulawesi. Keempat lengan Pulau Sulawesi ini menyatu berbentuk huruf K (Katili, 1989). Kondisi tektonik Selatan Sulawesi sangat mempengaruhi aktivitas kegempaan dan gerakan tanah di daerah Sulawesi Selatan (Lantu dkk, 2006). Depresi Jenelata yang merupakan wilayah DAS (daerah aliran sungai) Jenelata adalah produk aktivitas tektonik di lengan Selatan Sulawesi.Aktivitas tektonik itu juga menimbulkan beberapa kekar.Kekar-kekar merupakan gejala umum yang 1 dapat dijumpai di DAS Jenelata.Pembentukan kekar-kekar tersebut berasosiasi dengan pembentukan struktur lainnya seperti pada pembentukan struktur sesar dan perlipatan. Gejala struktur yang demikian akan berkembang terus dalam usahanya mengimbangi gaya deformasi, sampai gaya tersebut menghilang. Pada kenampakan kekar di DAS Jenelata terdiri dari kekar tarikandan kekar gerus. Kenampakan kekar tarikan di DAS Jenelata bercirikan bidang yang tidak rata, arah yang tidak teratur.Pada umumnya litologi halus berlapis dapat menyebabkan terbentuknya kepingan dari batuan tersebut.Kenampakan breksi gunungapi pada jurus kekar cenderung mengikuti atau mengelilingi fragmen batuan (Massinai, 2012). Kekar gerus di DAS Jenelata dapat ditandai dengan beberapa ciri lapangan antara lain bidang kekarnya rata, tidak kasar serta jurus kekarnya melurus dan tidak terpengaruh oleh perubahan litologi. Arah jurus DAS Jenelata dikelompokkan ke dalam kelompok batuan berusia Tarsier (Massinai, 2012). Arah jurus DAS Jenelata di kelompokkan ke dalam kelompok batuan berusia Tarsier.Jurus kekar di DAS Jenelata dominan berarah timurlaut-baratdaya dan berarah baratbaratlaut – timurmenenggara.Pola kekar ini memperlihatkan adanya kemenerusan tektonik Tarsier ke Kuarter (Massinai, 2012). Geomorfologi DAS Jenelata disusun oleh formasi batuan Camba (Tmc) dan formasi BaturapeCindako (Tpbv).Kelurusan struktur pada DAS Jenelata rata-rata 46,43oE dan 124,63oE.Azimut kelurusan yang dominan pada DAS Jenelata berazimut timurlaut – baratdaya dan timurmenenggara – baratbaratlaut.Azimut kelurusan ini berimpit dengan azimuth sungaisungai Jenelata, Datara dan Jenesapaya.Nilai kelurusan ini merupakan refleksi dari tektonik lengan Selatan Sulawesi (Massinai, 2012). 1.1 XRD (X-Ray Difraction) XRD (X-Ray Diffraction) merupakan instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi material kristalit maupun non-kristalit dengan memanfaatkan radiasi gelombang elektromagnetik sinar-X. Dengan kata lain, teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel (Setyadhani, 2012). XRD memberikan data-data difraksi dan kuantisasi intensitas difraksi pada sudut-sudut dari suatu bahan. Data yang diperoleh dari XRD berupa intensitas difraksi sinar-X yang terdifraksi dan sudut-sudut 2θ. Tiap polayang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu (Setyadhani, 2012). Suatu kristal yang dikenai oleh sinar-X tersebut berupa material (sampel), sehingga intensitas sinar yang ditransmisikan akan lebih rendah dari intensitas sinar datang. Berkas sinar-X yang dihamburkan ada yang saling menghilangkan (interferensi destruktif) dan ada juga yang saling menguatkan (interferensi konstrktif). Interferensi konstruktif ini merupakan peristiwa difraksi (Grant, 1998). Suatu material jika dikenai sinar-X maka intensitas sinar yang ditransmisikan akan lebih rendah dari intensitas sinar datang, hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh material dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam material tersebut. Berkas sinar-X yang dihamburkan ada yang saling menghilangkan karena fasenya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena fasenya yang sama. Berkas sinar-X yang menguatkan (interferensi konstruktif) dari gelombang yang terhambur merupakan peristiwa difraksi. Sinar-X yang mengenai bidang kristal akan terhambur ke segala arah, agar terjadi interferensi konstruktif antara sinar yang terhambur dan beda jarak lintasnya maka harus memenuhi pola nλ (Setyadhani, 2012). 1.2 XRF (X-Ray Fluorescence) XRF (X-Ray Fluorescence)Spectrometry merupakan instrumen sinar-X dengan teknik analisa non-destruktif yang digunakan untuk mengidentifikasi serta menentukan konsentrasi elemen yang ada, baik padatan, bubuk ataupun sampel cair. Perlatan ini terdiridari tabung pembangkit sinar-X yang mampu mengeluarkan elektron dari semua jenis unsur yang sedang diteliti (Panalytical, 2009). Prinsip kerja XRF adalah apabila elektron dari suatu kulit atom bagian dalam dilepaskan, maka elektron yang terdapat pada bagian kulit luar akan berpindah pada kulityang ditinggalkan tadi menghasilkan sinar-X dengan panjang gelombang yang karakteristik bagi unsur tersebut. Pada teknik difraksi sinar-X suatu berkas elektron digunakan, sinar-X dihasilkan dari tembakan berkas elektron terhadap suatu unsur di anoda untuk menghasilkan sinar-X dengan panjang gelombang yang diketahui. Peristiwa ini terjadi pada tabung sinarX. Pada teknik XRF, kita menggunakan sinar-X dari tabung pembangkit sinar-X untuk mengeluarkan electron dari kulit bagian dalam untuk menghasilkan sinar-X baru dari sampel yang di analisis. Seperti pada tabung pembangkit sinar-X, elektron dari kulit bagian dalam suatu atom pada sampel analit menghasilkan sinar-X dengan panjang-panjang gelombang 2 karakteristik dari setiap atom di dalam sampel. Untuk setiap atom di dalam sampel, intensitas dari sinar-X karakteristik tersebut sebanding dengan jumlah (konsentrasi) atom di dalam sampel. Dengan demikian, jika kita dapat mengukur intensitas sinar –X karakteristik dari setiap unsur, kita dapat membandingkan intensitasnya dengan suatu standar yang diketahui konsentrasinya, sehingga konsentrasi unsur dalam sampel bisa ditentukan. 2. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah wilayah Daerah Aliran Sungai Jenelata Kabupaten Gowa yang secara geografis terletak pada 1190 33’ 27.53” LS - 119037’35.99” LS dan 05°16ʹ26.36ʺ BT - 05°18ʹ39.50ʺ BT. Daerah DAS Jenelata terletak di wilayah administratif Kabupaten Gowa. DAS Jenelata memiliki luas 220 km2(220.000 ha)terletak pada ketinggian 127 – 2.787 meter di atas permukaan laut .Hulu DAS Jenelata terletak di wilayah Kecamatan Sapaya. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer.Lokasi pengambilan sampel dilakukan langsung dibeberapa titik di sepanjang aliran Sungai Jenelata hilir berdasarkan dengan survei lapangan dan penentuan lokasi sebelumnya menggunakan Google earth dan Global Positioning System (GPS).Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui lokasi sebaran sampel yang telah diambil .Penentuan lokasi pengambilan sampel berdasarkan jarak, jarak antara titik sampel tidak sama karena mengacu pada peta geologi. Hal tersebut dilakukan agar sampel-sampel batuan yang diambil untuk diuji kandungannya mewakili keadaan di lapangan. Sampel yang diambil berupa batuan yang juga diambil gambar masing-masing sampel. Analisis laboratorium dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dan kimiawi batuan yang tidak bisa dilakukan secara langsung di lapangan.Untuk mengetahui sifat-sifat batuan tersebut maka dilakukan beberapa analisis laboratorium, dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah XRD (X-Ray Diffraction) dan XRF (X-RayFlourescence). Data yang dihasilkan oleh alat XRD-XRF kemudian di analisis untuk menentukan presentasi mineral dan konentrasi logam oksida pada sampel batuan yang di uji untuk menentukan pola penyebaran mineral di aliran sungai Jenelata bagian hilir. 3. alat XRD (X-Ray Diffraction)dan XRF (X-Ray Flourescence) yang akan dianalisis pola penyebaran mineralnya berdasarkan komposisi kimiawi dan kandungan logam serta mengacu pada keadaan geologi daerah penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dilakukan uji laboratorium pada masing-masing sampel batuan menggunakan Gambar III.1 Persentase oksida logam utama hasil pengukuran XRF Pada penelitianini ada 6 titik lokasi pengambilan sampel. Berikut ini identifikasi batuan serta kandungan mineral yang terdapat pada masingmasing sampel : Sampel A di titik 5017’20.9” S – 119034’40.2” E adalah jenis batuan beku yang mengandung pirit. Dari hasil uji kandungan menggunakan alat XRD diketahui bahwa sampel A memiliki 3 mineral utama yang menyusun batuan pada sampel A yaitu Anorthite 39.1%, Augite 37.9% Leucite 20.9% dan mineral lainnya sebesar 2.1%. Dari hasil Uji kandungan menggunakan alat XRF diketahui bahwa logam oksida penyusun batuan pada sampel A adalah SiO2 55.36%, Fe2O318.43% , CaO 12.3% dan unsur lainnya sebesar 13.91%. Dari hasil uji XRD-XRF dapat disimpulkan bahwa sampel A adalah Granodiorit. Sampel B di titik 5017’22.1” S – 119035’04.4” E adalah jenis batuan metamorf karena titik pengambilan sampel B merupakan daerah pengendapan dan mengalami pengangkatan.Dari hasil uji menggunakan alat XRD diketahui bahwa sampel B disusun oleh 3 mineral utama yaitu Apjohnite 44.7%, Anorthite 33.8% Lisetite 13.6% dan mineral lainnya sebesar 7.9%. Dari hasil uji XRF diketahui bahwa logam oksida penyusun batuan pada sampel B adalah SiO2 52.99%, Fe2O3 19.82%, Al2O3 8.98% dan unsur lainnya sebesar 18.21%.Dari hasil uji XRD-XRF dapat disimpulkan bahwa sampel B adalah Sekis Hijau. Sampel C di titik 5017’36.6” S – 119035’38.3” E adalah jenis batuan beku yang mengandung pirit dan kuarsa. Pirit terdapat di batuan intrusi dan mineralisasi kemungkinan terjadi pada batuan intrusi.Dari hasil uji menggunakan alat XRD diketahui bahwa mineral utama penyusun batuan pada sampel C adalah Albite 41.5%, Gobbinsite 36.6%, Lavenite 15.8% dan mineral lainnya 3 sebesar 6.1%. Dan dari hasil uji menggunakan alat XRF diketahui sampel C tersusun oleh 55.87% SiO2, 18.25% Fe2O3, 14.32% CaO dan unsur lainnya sebesar 11.56%. Dari hasil uji XRD-XRF dapat disimpulkan bahwa sampel C adalah Basaltik Sampel D di titik 5017’07.7” S – 119036’22.0” E adalah jenis batuan sedimen. Dari hasil uji menggunakan alat XRD diketahui bahwa mineral utama penyusun batuan pada sampel D adalah Microcline 37%, Anorthite 31.7%, Zeravzhanite 18.3% dan mineral lainnya sebesar 13%. Dan dari hasil uji menggunakan alat XRF diketahui sampel D tersusun oleh 61.66% SiO2, 12.26% Fe2O3, 9.95% K2O dan unsur lainnya sebesar 16.13%.Dari hasil uji XRD-XRF dapat disimpulkan bahwa sampel D adalah Batupasir. Sampel E di titik 5017’24.3” S – 119036’33.1” E adalah jenis batuan beku yang di dalamnya terdapat fosil kayu yang akan menjadi batubara, hanya saja umur fosil tersebut masih muda .Dari hasil uji menggunakan alat XRD diketahui bahwa mineral utama penyusun batuan pada sampel E adalah Anorthite 50.4%, Arrojadite 27.3%, Surkhobite 10.7% dan mineral lainnya sebesar 11.6%. Dan dari hasil uji menggunakan alat XRF diketahui sampel E tersusun oleh 61.25% SiO2, 11.10% K2O, 9.61% Fe2O3 dan unsur lainnya sebesar 18.04%.Dari hasil uji XRD-XRF dapat disimpulkan bahwa sampel E adalah Andesit. Sampel F di titik 5017’48.9” S – 119037’12.2” E adalah jenis batuan beku yang mengandung pirit dan kuarsa. Dari hasil uji kandungan menggunakan alat XRD diketahui bahwa sampel F memiliki 3 mineral utama yang menyusun batuan pada sampel F yaitu Anorthoclase 62.2%, Augite 22.8% Feldspar 13.1% dan mineral lainnya sebesar 1.9%. Dari hasil Uji kandungan menggunakan alat XRF diketahui bahwa logam oksida penyusun batuan pada sampel F adalah SiO2 57.35%, Fe2O3 20.55% , CaO 10.27% dan unsur lainnya sebesar 11.83%. Dari hasil uji XRD-XRF dapat disimpulkan bahwa sampel F adalah Basaltik. Data yang diperoleh dari alat XRD (X-Ray Diffraction) berupa jenis-jenis mineral yang terdapat dalam sampel uji, dibuatkan peta sebarannya menggunakan software Surfer. Berikut ini peta sebaran mineral-mineral yang terdapat pada sampel yang diuji kandungannya, diantaranya Mineral Anorthite Gambar III.2 Peta sebaran mineral Anorthite di titik A-F lokasi pengambilan sampel. Dari peta sebaran di atas dapat dilihat bahwa mineral Anorthite di titik A persentasenya cukup tinggi, yaitu sekitar 39.1%, kemudian berkurang di titik Bhanya sekitar 33.8%, tetapi tidak terdapat di titik C,dan muncul kembali di titik Ddengan presentase 31.7%, dan tertinggi di titik E dengan 50.4% dan yang terakhir di titik F tidak terdapat mineral Anorthite. Mineral Augite Gambar III.3 Peta sebaran mineralAugite di titik A-F lokasi pengambilan sampel. Berdasarkan peta sebaran mineral Augite di atasdapat dilihat hanya dua titik yang mengandung mineral Augite yaitu titik A 37.9% dan titik F 22.8%. Mineral Leucite Gambar III.4 Peta sebaran mineral Leucite di titik A-F lokasi pengambilan sampel. Dari peta sebaran di atas dapat dilihat bahwa mineral Leucite di titik A persentasenya hanya 20.9 %, kemudian di titik D 9.9% dan di titik F kandungan mineral Leucitenya hanya sekitar 1.2%. Mineral Albite 4 Surkhobite, Dibarium tricadmium, dan Anorthoclase. Dan jenis logam oksida yang terkandung dalam batuan di Aliran Sungai Jenelata Bagian Hilir adalah Silika (SiO2), Hematit (Fe2O3), Kalsium Oksida (CaO), Kalium Oksida (K2O), dan Korundum (Al2O3). Gambar III.5Peta sebaran mineral Albite di titik A-F lokasi pengambilan sampel. Dari peta sebaran di atas dapat dilihat bahwa mineral Albite terdapat di dua titik yaitu titik C 41.5% dan titik E 9.8%. Mineral Feldspar Dari hasil analisis data XRD (X-Ray Diffraction) menggunakan software Match diketahui pola penyebaran mineral batuan di Aliran Sungai Jenelata Bagian Hilir Kabupaten Gowa adalah sebagai berikut : Pada sampel A yang di ambil di titik 5017’20.9” S – 119034’40.2” E menunjukkan mineral yang mendominasi adalah mineral Anorthite sebesar 39.1% Augite sebesar 37.9%, Leucite sebesar 20.9% dan mineral lainnya sebesar 2.1%. Pada sampel B yang di ambil di titik 5017’22.1” S – 119035’04.4” E menunjukkan mineral yang mendominasi adalah mineral Apjohnite sebesar44.7% , Anorthite sebesar 33.8% Lisetite sebesar 13.6% dan mineral lainnya sebesar 7.9%. Gambar III.6 Peta sebaran mineral Feldspar di titik A-F lokasi pengambilan sampel. Dari peta sebaran di atas dapat dilihat bahwa mineral Feldspar terdapat di titik D sebesar 3.1% dan di titik F sebesar 13.1%. Mineral Anorthoclase Gambar III.7 Peta sebaran mineral Anorthoclase di titik A-F lokasi pengambilan sampel. Dari peta sebaran di atas dapat dilihat bahwa mineralAnorthoclase hanya terdapat titik F dengan presentase yang tinggi yaitu 62.2%. 4. PENUTUP Pada sampel C yang di ambil di titik 5017’36.6” S – 119035’38.3” E menunjukkan mineral yang mendominasi adalah mineral Albite sebesar41.5% , Gobbinsite sebesar 36.6% Lavenite sebesar 15.8% dan mineral lainnya sebesar 6.1 %. Pada sampel D yang di ambil di titik 5017’07.7” S – 119036’22.0” E menunjukkan mineral yang mendominasi adalah mineral Microcline sebesar37% , Anorthite sebesar 31.7%, Zeravshanite sebesar 18.3% dan mineral lainnya sebesar 13%. Pada sampel E yang di ambil di titik 5017’24.3” S – 119036’33.1” E menunjukkan mineral yang mendominasi adalah mineral Anorthite sebesar 50.4% , Arrojadite sebesar 27.3%, Surkhobite sebesar 10.7% dan mineral lainnya sebesar 11.6%. Pada sampel F yang di ambil di titik 5017’48.9” S – 119037’12.2” E menunjukkan mineral yang mendominasi adalah mineral Anorthoclase sebesar 62.2% , Augite sebesar 22.8%, Feldspar sebesar 13.1% dan mineral lainnya sebesar 1.8%. Saran Kesimpulan Dari hasil analisis menggunakan alat XRD (X-Ray Diffraction) dan XRF (X-Ray Flourescence) diketahui jenis-jenis mineral yang terkandung dalam batuan di Aliran Sungai Jenelata Bagian Hilir adalah Anorthite, Augite, Leucit, Seidozerite, Apjohnite, Lisetite, Potasium Aluminium, Albite, Gobbinsite, Lavenite, Manganocolumbite, Microcline, Zeravshanite, Feldspar, Arrojadite, Diperlukan lebih banyak sampel batuan dan titiktitik pengambilan sampel untuk akurasi data yang di dapatkan sehingga dapat menjelaskan keadaan geologi dan penyebaran mineral batuan di aliran sungai Jenelata. 5 REFERENSI Arlen, Altius. 2010, Hubungan Gunungapi dan Mineral ,http://penambang007.blogspot.com/2010/ 10/hubungan-gunung-api-danmineral.html , diakses pada tanggal 05 Juli 2013 pukul 21.00 Wita. Grant Norton, M, & Suryanarayana, C. 1998. X-Ray Diffraction : A Partical Approach. New York : Plennum Press. Katili, John Ario. 1989.Evolution of the Southeast Asian Arc Complex. Jakarta : Geol. Indon. V.12, no 1. P. 113-143. Lantu., Miranda., Suko Prayitno Adi. 2006. Analisis Aktivitas Gempabumi Tektonik dan Potensi Tsunami di Sulawesi Selatan dan Barat. Makassar : Jurnal Fusi.V.10, no.3. p.186-191. Massinai, Muhammad Altin, 2011, Peranan Tektonik Dalam Berkontribusi Membentuk Geomorfologi Wilayah DAS Jeneberang, Program PascaSarjana UNPAD, Bandung. Massinai, Muhammad Altin, 2012, Morfotektonik Dalam Mengontrol Geomorfologi DAS Lengkese-Jenelata di Sulawesi Selatan. Bandung: UNPAD Press. Indonesian Journal of Applied Sciences. Panalytical B.V., 2009, X-Ray Flourescence Spectrometry, http://www.panalytical.com/index.cfm?pid =130, diakses pada tanggal 30 April 2013 pukul 16.10 Wita. Setyadhani, Riana Tri. 2012. X-Ray Difraction (XRD), http://nanudz.blogspot.com/2012/12/XRay-Difraction.html diakses pada tanggal 03 Juli 2013 pukul 21.30 Wita. 6