BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis energi dunia semakin terasa seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia akan bahan bakar minyak (BBM). Ketersediaan BBM yang semakin menipis tidak sebanding dengan kebutuhan BBM masyarakat global yang semakin meningkat. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengatasi permasalahan yang melanda dunia ini, salah satunya dengan menggunakan sumber energi alternatif terbarukan, yaitu etanol. Produksi etanol secara global terus mengalami peningkatan setiap tahunnya karena kebutuhan BBM hingga saat ini semakin meningkat. Pada tahun 2000, produksi etanol global mencapai 17,25 milyar liter dan meningkat hingga 74 milyar liter pada tahun 2009 (Weusthuis et al., 2011). Pada tahun 2020, produksi etanol diharapkan dapat mencapai angka 125 milyar liter (Demirbas, 2005). Di Indonesia sendiri, produksi etanol diharapkan mencapai 150 juta liter/tahun. Melihat data-data tersebut, proses produksi etanol perlu terus dikembangkan agar produksinya semakin tinggi. Etanol atau etil alkohol (C2H5OH) merupakan cairan tak berwarna yang mudah menguap serta larut dalam air dan juga eter. Etanol sebagai sumber energi memiliki beberapa keuntungan, diantaranya yaitu dapat diperbaharui, ramah lingkungan dan dapat mengurangi emisi akibat karbon monoksida. Proses yang umum digunakan untuk menghasilkan etanol adalah fermentasi. Fermentasi merupakan proses perubahan substrat menjadi produk dengan bantuan aktivitas mikroorganisme sebagai biokatalis. Fermentasi etanol merupakan proses 1 pemecahan asam piruvat menjadi etanol. Substrat yang digunakan untuk fermentasi etanol harus yang mengandung karbohidrat. Oleh karena itu, keuntungan lain dari penggunaan etanol yaitu dapat menguntungkan komunitas pedesaan (petani) secara ekonomi makro, karena kebanyakan etanol yang dihasilkan saat ini berbasis bahan hasil pertanian yang mengandung banyak karbohidrat. Brazil yang merupakan negara penghasil etanol terbesar di dunia menggunakan tebu sebagai bahan baku etanol, sedangkan Amerika Serikat menggunakan jagung (Riyanti, 2009). Selain substrat, poin penting dalam produksi etanol adalah mikroorganisme yang digunakan. Mikroorganisme yang umum digunakan untuk memproduksi etanol dalam skala besar hingga saat ini adalah Saccharomyces cerevisiae. S. cerevisiae atau lebih dikenal sebagai baker’s yeast merupakan salah satu spesies khamir. Produk metabolit utama yang dihasilkan khamir ini adalah etanol, CO2 dan air, sedangkan beberapa produk lain dihasilkan dalam jumlah sedikit. Penggunaan khamir ini dalam memproduksi etanol telah banyak dipelajari dengan baik namun terdapat beberapa kelemahan didalamnya. Beberapa diantaranya yaitu tidak tahan terhadap suhu dan kadar etanol yang tinggi selama proses fermentasi. Telah dilaporkan bahwa Saccharomyces cerevisiae tidak dapat memfermentasi pentosa dan juga tidak dapat memfermentasi heksosa dengan baik (Taherzadeh et al., 2003). Pentosa dan heksosa merupakan gula yang banyak terdapat pada biomasssa tanaman, khususnya bahan berlignoselulosa, sehingga kelemahankelemahan tersebut kurang menguntungkan apabila diaplikasikan pada skala besar terutama untuk fermentasi biomassa tanaman berlignoselulosa. Untuk mengurangi resiko hambatan, perlu dikembangkan penelitian mengenai mikroorganisme lain 2 yang lebih baik sifatnya dalam produksi etanol. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan jamur sebagai alternatif mikroorganisme untuk memproduksi etanol. Selain yeast, jamur merupakan salah satu mikroorganisme yang mudah tumbuh pada berbagai substrat. Indonesia yang beriklim tropis dan lembab memudahkan jamur untuk tumbuh. Iklim tropis menjadi salah satu faktor melimpahnya buah-buahan di Indonesia. Buah-buahan tentunya mudah busuk atau ditumbuhi oleh jamur jika disimpan terlalu lama atau karena proses penyimpanannya yang kurang baik. Salah satu jamur yang mudah tumbuh pada buah busuk adalah Rhizopus oryzae (Samson et al., 1984). Dalam penelitian ini digunakan R. oryzae untuk produksi etanol karena beberapa kelebihannya yaitu memilliki ketahanan yang lebih baik terhadap suhu dan etanol yang tinggi dibandingkan dengan S. cerevisiae serta dapat memfermentasi pentosa dan heksosa dengan baik (Taherzadeh et al., 2003). R. oryzae merupakan jamur yang umumnya digunakan dalam pembuatan tempe. Pemanfaatan jamur ini tidak hanya sebagai ragi tempe saja, namun juga banyak diaplikasikan di industri sebagai penghasil enzim-enzim, asam laktat dan etanol. Asam laktat dan etanol merupakan metabolit primer yang dihasilkan selama masa pertumbuhan. Belum lama ini penggunaan R. oryzae untuk produksi etanol mulai diminati oleh para peneliti. Substrat yang umumnya digunakan dalam memproduksi etanol adalah glukosa dan atau biomassa tanaman. Substrat tersebut merupakan sumber karbon untuk dikonversi lebih lanjut menjadi etanol. Beberapa penelitian menggunakan biomassa tanaman seperti jerami (Abedinifar et al., 2009), hidrolisat kayu (Millati 3 et al. (2005), sedangkan Skory et al. (1997) menggunakan glukosa, xylosa, selobiosa, selulosa, oat gandum, jagung press, dan serat jagung sebagai substrat untuk memproduksi etanol. Dalam penelitian ini digunakan media glukosa sintetis agar diperoleh informasi awal mengenai kemampuan R. oryzae yang diisolasi dari buah busuk dalam mengkonversi glukosa menjadi etanol, sebelum diaplikasikan kearah sumber karbon yang berasal dari biomassa tanaman. Kadar glukosa yang sering digunakan di beberapa penelitian untuk produksi etanol oleh R. oryzae adalah 100 g/L. Jika kadar glukosa tersebut diaplikasikan dalam skala besar tentunya sumber glukosa yang dibutuhkan akan sangat tinggi dan meningkatkan biaya produksi. Dua variasi kadar glukosa telah digunakan dalam penelitian ini, yaitu 100 g/L dan 80 g/L. Apabila hasil etanol dari kedua kadar tersebut tidak jauh berbeda, maka kadar glukosa 80 g/L akan menguntungkan jika diaplikasikan dalam skala besar karena sumber gula yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit. R. oryzae yang diisolasi dari buah busuk merupakan strain lokal yang sangat berpotensi besar, namun hingga saat ini pemanfaatannya belum ada. Oleh karena itu, penelitian mengenai kemampuan R. oryzae strain lokal dalam memproduksi etanol perlu dipelajari agar dapat diaplikasikan dan dimanfaatkan lebih luas 1.2. Rumusan Masalah Permintaaan produksi etanol yang tinggi menyebabkan upaya pengembangan proses perlu terus dilakukan. Pada umumnya, etanol dihasilkan oleh khamir S. cerevisiae namun khamir tersebut memiliki beberapa kelemahan dintaranya tidak tahan pada kondisi suhu dan kandungan etanol yang tinggi selama proses fermentasi serta tidak dapat memfermentasi heksosa dan pentosa yang 4 banyak terkandung dalam bahan pangan khususnya bahan pangan berlignoselulosa. Oleh karena itu pada penelitian ini R. oryzae digunakan untuk produksi etanol karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu kemudahannya untuk tumbuh pada buah busuk dan produk metabolit primer yang dihasilkan oleh jamur tersebut salah satunya ialah etanol. Jamur tersebut juga memiliki kemampuan memfermentasi heksosa dan pentosa serta tahan pada suhu dan kandungan etanol yang tinggi dibandingkan S. cerevisiae. Beberapa penelitian yang menggunakan R. oryzae dalam memproduksi etanol umumnya menggunakan kadar glukosa sebanyak 100 g/L, namun pada penelitian ini digunakan dua kadar glukosa yaitu 100 g/L dan 80 g/L untuk dilhat perbedaan hasil etanolnya. Dari uraian tersebut, muncul beberapa pertanyaan, diantaranya yaitu : 1. Bagaimana mengisolasi dan mengidentifikasi R. oryzae dari buah busuk? 2. Seberapa besar kemampuan R. oryzae strain lokal yang diisolasi dari buah busuk dalam memproduksi etanol dengan menggunakan media glukosa? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengisolasi dan mengidentifikasi isolat R. oryzae yang diisolasi dari buah mangga, pepaya dan sirsak busuk 2. Mengevaluasi kemampuan isolat R. oryzae strain lokal yang diisolasi dari buah busuk dalam mengkonversi glukosa menjadi etanol dengan media glukosa 80 g/L dan 10 g/L. 5 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini merupakan rintisan yang diharapkan dapat memberikan informasi dasar mengenai kemampuan R. oryzae strain lokal yang diisolasi dari buah busuk dalam memproduksi etanol sehingga dapat digunakan sebagai dasar pemikiran untuk penelitian-penelitin selanjutnya. 6