2 TABLOID REPUBLIKA ENSIKLOPEDI JUMAT, 10 DESEMBER 2010 HERI RUSLAN/REPUBLIKA Murtad urtad berasal dari akar kata riddah atau irtidad yang berarti kembali. Istilah murtad berarti keluar dari agama Islam dalam bentuk niat, perkataan, atau perbuatan yang menyebabkan seseorang menjadi kafir atau tidak beragama sama sekali. Pada awal sejarah Islam, istilah riddah dihubungkan dengan kembalinya beberapa kabilah Arab, selain Quraisy dan Saqif, dari Islam kepada kepercayaan lama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Saat itu, sejumlah kabilah yang murtad menuntut dihilangkannya kewajiban shalat dan meminta dihilangkannya kewajiban membayar zakat. Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq memerangi kabilah-kabilah yang murtad itu sehingga meletuslah Perang Riddah. Menurut Ensiklopedia Islam terbitan Ichtiar Baroe Van Hoeve, beberapa perbuatan yang dikelompokkan sebagai perilaku murtad antara lain adalah pengingkaran adanya pencipta, peniadaan rasul-rasul Allah SWT, dan penghalalan perbuatan yang disepakati haram serta pengharaman perbuatan yang disepakati halal. Kemurtadan, menurut Ensiklopedia Islam, berarti batalnya nilai religius perbuatan orang yang bersangkutan. Kembali kepada kekafiran setelah M ● Aktivis HMI Cabang Banda Aceh memperlihatkan barang bukti berupa benda-Benda yang dikumpulkan ormas dan OKP dari berbagai tempat pengungsian, satu tahun setelah terjadinya bencana tsunami. Benda yang asing badi masyarakat Aceh itu dijadikan bukti adanya indikasi pemurtadan. beriman berarti terputusnya hubungan dengan Allah SWT. Hal itu antara lain dijelaskan dalam surah AlBaqarah [2] ayat 217, “ … Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu mati dalam kekafiran, mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan akhirat dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” Seseorang dianggap murtad apabila telah mukalaf dan menyertakan kemurtadannya secara terang-terangan atau katakata yang menjadikannya murtad atau perbuatan R asulullah s.a.w. dalam mengajarkan sesuatu kepada sahabatnya, selain menjelaskan orang yang mengurusi anak yatim, kedekatannya dengan Rasulullah s.a.w. di surga dan menjelaskan tentang pengutusan beliau dengan kedatangan hari kiamat diperagakan dengan menggunakan telunjuk dan jari tengah juga untuk menjelaskan tentang pakaian sutra, fajar dan saudara sepersusuan. Ketua STMIK AMIKOM Yogyakarta www.amikom.ac.id ■ heri ruslan, sumber: Ensiklopedia Islam terbitan Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta Menggunakan Telunjuk dan Jari tengah (2) IQTISHAD (EKONOMI ISLAM) Oleh: Prof. Dr. M. Suyanto yang mengandung unsur-unsur kemurtadan. Menurut Ensiklopedia Islam, berlakunya kemurtadan ditentukan oleh dua hal. Pertama, berakal. Tidak sah kemurtadan orang gila atau anak kecil yang belum berakal. Kedua, memiliki kekebasan dan kemerdekaan bertindak serta menentukan pilihan. Seseorang yang dipaksa murtad, sedangkan hatinya masih tetap dalam keadaan beriman, tak bisa disebut murtad. Orang yang murtad, menurut fikih, kehilangan hak perlindungan atas jiwanya. Selain itu, orang yang murtad juga gugur dan hilang hak-hak perdatanya, kepemilikannya, dan batal perkawinannya. Para ulama menetapkan, jika orang tersebut masuk Islam lagi, semua haknya yang hilang akan dikembalikan. Dalam hal waris, secara umum orang murtad tak dapat mewarisi dari pihak mana pun, baik dari pihak Muslim maupun kafir, karena tak mempunyai wali dan tak diakui oleh Islam. Sebagian ulama berpendapat, kemurtadan merupakan penghalang khusus atas pewarisan, bukan perbedaan agama. Menurut jumhur (kesepakatan) ulama, harta benda orang murtad tak dapat diwarisi. Namun, sebagian pengikut Abu Hanifah berpendapat hartanya boleh diwarisi. Harta, menurut Abu Hanifah, adalah yang didapatkan dalam keadaan Islam, sedangkan yang didapatkan dalam keadaan murtad menjadi rampasan (fai) bagi kas negara. Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Zuhair telah menceritakan kepada kami 'Ashim dari Abu Utsman dia berkata; Umar pernah mengirim surat kepada kami ketika kami berada di Adribijan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang mengenakan kain sutera kecuali hanya sebatas ini, dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengisyarakan dengan kedua jarinya, lalu Zuhair mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya (Bukhari). Demikian pula hadits berikut ini :Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah menceritakan kepada kami Qatadah dia berkata; saya mendengar Abu Utsman An Nahdi telah datang dengan membawa kitabnya Umar sementara kami waktu itu tengah bersama Utbah bin Farqad di Adrabijan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang mengenakan kain sutera kecuali hanya sebatas ini dan ini, dan beliau mengisyaratkan dengan kedua jarinya yaitu jari telunjuk dan jari tengah, Abu Utsman mengatakan; Sebagaimana yang kami ketahui yang di maksud itu adalah coraknya atau garis-garis (Bukhari). Telunjuk dan jari tengan juga digunakan untuk menjelaskan tentang fajar : Telah menceritakan kepada kami Musaddad dari Yahya dari At Taimi dari Abu Utsman dari Ibn Mas'ud berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah adzan bilal mencegah kalian dari makan sahur, sebab dia adzan -atau ia katakan dengan redaksi 'memanggil'- agar orang yang shalat malam pulang, dan yang tidur agar bangun, fajar itu bukan, beliau katakan begini - Yahya mendemontrasikannya dengan menyatukan kedua telapak tangannya-hingga beliau katakan begini - Yahya mendemontrasikannya dengan merenggangkan kedua jarinya, telunjuk dan jari tengah." Demikian pula hadits : Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim Telah mengabarkan kepada kami Ayyub dari Abdullah bin Abu Mulaikah ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Ubaidah bin Maryam dari Uqbah bin Al Harits -Abu Mulaikah berkata; dan aku telah mendengarnya dari Uqbah, tetapi hadits Ubaid lebih aku hafal- ia berkata; Aku menikahi seorang wanita, lalu seorang wanita berkulit hitam mendatangi kami seraya berkata, Sesungguhnya aku pernah menyusui kalian berdua. Lalu aku pun segera mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Aku berkata, Aku telah menikahi si Fulanah binti Fulan, lalu kami didatangi oleh seorang wanita berkulit hitam seraya berkata padaku, 'Sesungguhnya aku pernah menyusui kalian berdua.' Wanita itu pembohong. Lalu beliau pun berpaling dariku, lalu aku menghadap lagi ke wajah beliau dan berkata, Sesungguhnya wanita itu adalah pembohong. Beliau bersabda: Apa salah wanita itu, dan bukankah ia telah berkata yang sesungguhnya, bahwa ia benar-benar telah menyusui kalian berdua. Tinggalkanlah si Fulanah itu. Isma'iI memberikan isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya saat mengkisahkannya kepada Ayyub. G Adv.