audit pada pt bank brp – prosedur penelaahan

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
AUDIT PADA PT BANK BRP – PROSEDUR PENELAAHAN
KREDIT YANG DIBERIKAN
LAPORAN MAGANG
RONALD SITANGGANG
0706290884
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JANUARI 2014
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan magang ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Ronald Sitanggang
NPM
: 0706290884
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 13 Januari 2014
ii
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
TANDA PERSETUJUAN
LAPORAN AKHIR MAGANG
Nama Mahasiswa
: Ronald Sitanggang
Nomor Pokok Mahasiswa
: 0706290884
Judul Laporan Akhir Magang
: Audit Pada PT Bank BRP - Prosedur
Penelaahan Kredit Yang Diberikan
Tanggal
: 13 Januari 2014
Pembimbing Magang
: Viska Anggraita M.S.Ak.
TTD
(Viska Anggraita M.S.Ak.)
iii
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan magang ini diajukan oleh :
Nama
: Ronald Sitanggang
NPM
: 070290884
Program Studi
: Akuntansi
Judul Laporan Magang
: Audit Pada PT Bank BRP - Prosedur
Penelaahan Kredit Yang Diberikan
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh Sarjana
Strata 1 pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Viska Anggraita, M.S.Ak.
(
)
Penguji
: Widhi Astono, S.E.
(
)
Penguji
: Eliza Fatima, S.E., M.E.
(
)
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: 13 Januari 2014
iv
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan Yesus
Kristus kepada Allah dan Bapa, karena atas segala penyertaan dan perlindunganNya serta berkat-Nya yang tak pernah terduga, penulis dapat menyelesaikan laporan
magang ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penulis
menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, dari masa sebelum dan
selama perkuliahan, selama magang, hingga pada penyusunan laporan magang ini,
hampir tidak mungkin bagi penulis untuk menyelesaikan perkuliahan dan karya
akhir laporan magang ini. Oleh karena itu, saya (penulis) ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Keluarga besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Dekan, semua
dosen, pengajar, karyawan di dekanat, labkom, perpustakaan, penjaga
kantin, OB, satpam dan lainnya. Terima kasih sudah membentuk ekosistem
yang kondusif dan memungkinkan saya untuk beraktivitas dengan aman dan
nyaman di Fakultas Ekonomi terbaik di Indonesia.
2. Ibu Viska Anggraita M.S.Ak. sebagai Dosen Pembimbing yang dengan
sabar memberikan masukan-masukan yang sangat berharga bagi isi laporan
magang saya. Terima kasih sudah mengizinkan saya untuk menjadi
mahasiswa bimbingan Ibu. Tanpa Ibu, laporan magang saya akan menjadi
hambar dan mungkin tidak akan layak untuk dijadikan syarat kelulusan.
3. Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio dan Eny (Deloitte) khususnya
grup FSI 3 yang telah memberi kesempatan untuk magang selama 5 bulan:
Ci Silvy, Koh Bayu, Rio, Yohana, Mutia, Ana, Tati, Rita, Emil, Nindya,
Timothy, Ricky, Ibu Memy, Mbak Andi dan Pak Dodin. Terima kasih atas
segala bimbingan, pertemanan, dan pengalaman berharga yang saya
dapatkan selama magang.
4. Poltak Sitanggang, seorang abang, seorang mentor, seorang motivator,
seorang yang berjasa menuntun dan membimbing saya untuk masuk ke
Universitas Indonesia. Tanpa beliau, saya bahkan tidak akan pernah berpikir
untuk bisa masuk UI.
v
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
5. Bapak, Mama, serta kedua adik. Keluarga yang kompak dan selalu memberi
dukungan baik moral maupun material bagi saya selama menjalani suka
duka dunia perkuliahan.
6. Keluarga Sitanggang dan keluarga dari pihak Mama, terima kasih atas
segala dukungan baik moral maupun material selama saya berkuliah di UI.
7. Teman-teman di semua aktivitas kampus yang pernah saya ikuti. Temanteman OBM UI: Diana, Dimas, Naomi, Mamduh dan lainnya yang menjadi
teman-teman lintas fakultas pertama saya di kampus ini. Teman-teman OPK
FE UI Tim Audit: Rizki, Windi, Reza, Ratih, dan lainnya; sebuah kebetulan
yang unik kalau kelompok kita bernama Audit. Teman-teman Pengmas
Addict: Gifar, Fina, Mei, Stefi, Zara, Au, dan Reski. Pengmas, pengmas,
pengmas BEM FEUI! Teman-teman BEM FEUI: Noval, Shelly, Alm.
Badrul (Rest In Peace bro), Dara, Lingga, Dewir, Agung, Ira 1, Ira 2, Onez,
Ucup, Acha, Timmy, Akam, Abay, Kholid, Pras, Kak Cia dan lainnya. Saya
tidak akan pernah melupakan kenangan dalam ruangan BEM FEUI yang
memorable. Teman-teman Master goes to campus dan pengurus serta murid
YABIM: Leput, Hain, Pak Rochim, Dawa, Ais, Tika dan lainnya, semoga
perjuangan untuk memasukkan anak yang tidak mampu untuk berkuliah di
UI akan terus berlanjut demi pendidikan Indonesia yang lebih baik. Temanteman Badan Audit Kemahasiswaan UI: Fandi, Dewi, Hensi dan lainnya.
8. Teman-teman PABO SONE: Akmal, Ochi, Tyas, Mayang, Deash. We stay
fresh by being PABO.
9. Semua teman-teman FEUI angkatan 2007 jurusan Manajemen, Ilmu
Ekonomi dan khususnya jurusan Akuntansi yang tidak bisa saya sebutkan
satu per satu. Semoga semangat FEUI 2007 terus melekat dalam diri kita
dimanapun kita berada.
Penulis juga berterima kasih kepada pihak-pihak lainnya yang tidak disebutkan di
atas yang turut membantu dalam proses penyusunan laporan magang ini.
Depok, Januari 2014
Penulis
vi
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama
: Ronald Sitanggang
NPM
: 0706290884
Program Studi : Akuntansi
Departemen
: Akuntansi
Fakultas
: Ekonomi
Jenis Karya
: Laporan Magang
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-Exclusive Royalty
– Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Audit Pada PT Bank BRP – Prosedur Penelaahan Kredit Yang Diberikan
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif
ini,
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Depok
Pada tanggal : 13 Januari 2014
Yang menyatakan,
(Ronald Sitanggang)
vii
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
ABSTRAK
Nama
: Ronald Sitanggang
Program Studi : Akuntansi
Judul
: Audit Pada PT Bank BRP - Prosedur Penelaahan Kredit Yang
Diberikan
Laporan magang ini membahas prosedur audit atas penelaahan kredit yang
diberikan Bank BRP yang merupakan salah satu dari prosedur audit umum atas
kredit. Proses penelaahan kredit meliputi pemeriksaan terhadap kelengkapan
dokumen kredit, pengisian kertas kerja penelaahan kredit, dan pemeringkatan
kualitas kredit dari debitur yang bersangkutan. Proses penelaahan kredit bertujuan
untuk memeriksa kesesuaian pemberian kredit Bank BRP dengan peraturanperaturan yang berlaku. Temuan audit dari penelaahan kredit Bank BRP antara lain
kurang cukupnya agunan atas beberapa debitur dan kurang lengkapnya dokumen
yang diberikan beberapa debitur.
Kata kunci : penelaahan kredit, pemeringkatan, bank, prosedur audit
ABSTRACT
Name
: Ronald Sitanggang
Study Program: Accounting
Title
: Audit At PT Bank BRP - Loan Review Procedure
This internship report discusses about the audit procedure of loan review at Bank
BRP which is one of the general audit procedures of credit. The loan review process
includes inspecting the completeness of credit document, filling the loan review
working paper, and grading the credit quality of related debtor. The loan review
process is intended to examine the conformity of credit facility granted by Bank
BRP to the prevailing rules. Audit findings from the loan review are inadequacy of
guarantee from some debtors and insufficiency of documents that are provided by
some debtors.
Keywords loan review, grading, bank, audit procedure
viii
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii
TANDA PERSETUJUAN LAPORAN MAGANG .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
1.
PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang ........................................1
1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang .................................................1
1.3 Aktivitas Selama Magang .........................................................................2
1.4 Latar Belakang Tema Laporan Magang ...................................................2
1.5 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang .............................................3
1.6 Tujuan Penulisan Laporan Magang ..........................................................3
1.7 Sistematika Penulisan Laporan Magang ...................................................3
2.
LANDASAN TEORI .....................................................................................5
2.1 Definisi Perbankan ....................................................................................5
2.1.1 Kegiatan Bank ...............................................................................5
2.1.2 Risiko Perbankan ..........................................................................7
2.1.2.1 Risiko Kredit .......................................................................8
2.2 Definisi Kredit ...........................................................................................8
2.2.1 Jenis-jenis Kredit............................................................................9
2.2.2 Perlakuan Akuntansi ....................................................................11
2.2.2.1 Pengakuan dan Pengukuran ...............................................11
2.2.2.2 Penyajian ............................................................................14
2.2.2.3 Ilustrasi Jurnal ....................................................................15
2.3 Penilaian Kualitas Kredit ..........................................................................17
2.4 Penurunan Nilai Kredit .............................................................................19
2.4.1 Penurunan Nilai Kredit dalam PSAK 55 (revisi 2011) ...........19
2.4.2 Penurunan Nilai Kredit dalam PAPI (2008) ...........................22
2.5 Audit .........................................................................................................36
ix
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
2.5.1 Pengertian Audit.......................................................................36
2.5.2 Jenis Audit................................................................................37
2.5.3 Risiko Audit .............................................................................38
2.5.4 Bukti Audit ...............................................................................38
2.5.5 Tahapan Audit ..........................................................................39
2.5.5.1 Tahapan Audit Atas Piutang ..............................................42
3
PROFIL PERUSAHAAN ............................................................................48
3.1 Profil Kantor Akuntan Publik OBSE ......................................................48
3.1.1 Jasa Profesional yang Disediakan KAP OBSE ...........................48
3.1.2 Metodologi Audit KAP OBSE ....................................................50
3.2 Profil Perusahaan Klien Bank BRP ........................................................52
4
PEMBAHASAN ...........................................................................................54
4.1 Prosedur Pemberian Kredit Bank BRP ....................................................55
4.1.1 Pembukaan Fasilitas Kredit ........................................................56
4.1.2 Penilaian Jaminan ........................................................................58
4.1.3 Drawdown (Pencairan Pinjaman) ...............................................62
4.2 Prosedur Loan Review oleh KAP OBSE .................................................65
4.2.1 Model Audit Program (MAP) KAP OBSE .................................65
4.2.2 Prosedur Audit Loan Review .......................................................67
4.2.2.1 Penetapan Sampel Debitur ....................................................68
4.2.2.2 Pengumpulan Dokumen Terkait Kredit ................................68
4.2.2.3 Pemeriksaan Dokumen dan Penilaian Serta Pembandingan
Kualitas Kredit ......................................................................69
4.2.3 Contoh Loan Review ....................................................................97
4.3 Analisis Prosedur Audit atas Kredit yang Diberikan Bank BRP ............101
4.4 Analisis Hasil Temuan Audit Selama Proses Loan Review ....................102
5
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................108
5.1 Kesimpulan .............................................................................................108
5.2 Saran .......................................................................................................109
5.2.1 Saran untuk KAP OBSE ............................................................109
5.2.2 Saran untuk Bank BRP .............................................................110
DAFTAR REFERENSI ......................................................................................112
LAMPIRAN ........................................................................................................113
x
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Tahap dalam Audit Laporan Keuangan .........................................40
Gambar 2.2
Summary of Audit Process .............................................................41
Gambar 2.3
Metodologi Dalam Merancang Test of Detail of Balances untuk
Piutang ..........................................................................................43
Gambar 3.1
Susunan Pengurus Bank BRP ........................................................53
Gambar 4.1
Alur Pembukaan Fasilitas Kredit ..................................................58
Gambar 4.2
Alur Proses Drawdown...................................................................64
Gambar 4.3
Proses Loan Review .......................................................................68
Gambar 4.4
Data Debitur dan Ringkasan Fasilitas Kredit ................................72
Gambar 4.5
Latar Belakang Debitur .................................................................75
Gambar 4.6
Keterangan Perjanjian Kredit ........................................................76
Gambar 4.7
Susunan Pengurus dan Pemegang Saham Debitur .........................78
Gambar 4.8
Rasio Keuangan ..............................................................................79
Gambar 4.9
Komentar Pemeriksa Dan Keterangan Lainnya .............................80
Gambar 4.10 Data Agunan ...................................................................................86
Gambar 4.11 Total Nilai Agunan .........................................................................87
Gambar 4.12 Matriks Kualitas Kredit – Prospek Usaha Debitur .........................88
Gambar 4.13 Matriks Kualitas Kredit – Kondisi Keuangan Debitur ...................92
Gambar 4.14 Matriks Kualitas Kredit – Kemampuan Membayar Debitur (1) ....95
Gambar 4.15 Matriks Kualitas Kredit – Kemampuan Membayar Debitur (2) ....96
Gambar 4.16 Matriks Kualitas Kredit – Nilai Total .............................................96
xi
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Kategori Kredit dan Pencatatan Pada Saat Pencairan ....................12
Tabel 2.2
Kategori Kredit dan Pencatatan Setelah Pencairan ........................13
Tabel 2.3
Kategori Kredit dan Penyajian Pada Neraca ..................................14
Tabel 2.4
Hubungan Antara Dua Tujuan Utama Audit Terkait Piutang ........45
Tabel 4.1
Tabel MAP Loan Review................................................................65
Tabel 4.2
Nilai Kolektabilitas PT C Oleh Beberapa Bank ...........................103
Tabel 4.3
Daftar Agunan Yang Tidak Menutupi Nilai Pinjaman Debitur ...104
Tabel 4.4
Daftar Asuransi Yang Tidak Menutupi Nilai Jaminan Debitur ....105
Tabel 4.5
Daftar Agunan Debitur Yang Belum Diasuransikan ....................105
Tabel 4.6
Daftar Debitur Yang Tidak Menyerahkan Laporan Keuangan ....106
Tabel 4.7
Daftar Debitur Yang Tidak Menyerahkan Laporan Penilai
Independen Untuk Jaminan ..........................................................106
Tabel 4.8
Daftar Debitur Yang Tidak Menyerahkan Sertifikat Dan Akta
Jaminan Fidusia ............................................................................107
xii
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Struktur Organisasi KAP OBSE...................................................113
Lampiran 2
Audit Approach Diagram KAP OBSE .......................................114
xiii
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang
Dalam era globalisasi serta derasnya informasi, seorang individu yang
profesional dituntut untuk memiliki kecakapan yang mumpuni tidak hanya dalam
hal akademis, namun juga soft skill untuk dapat menghadapi persaingan yang ada.
Seorang calon tenaga kerja yang ideal tidak hanya memahami teori mengenai
bidangnya yang didapat selama bangku sekolah dan kuliah, namun juga mengerti
praktik nyata di dalam dunia kerja. Banyak perusahaan menginginkan calon
karyawan yang memiliki pengalaman dalam dunia kerja agar karyawan tersebut
tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja
perusahaan.
Untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut, Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia (FEUI) memiliki program laporan magang sebagai salah satu pilihan
Karya Akhir dengan bobot 6 sks untuk mahasiswa yang mengikuti program magang
di tempat-tempat tertentu yang diperbolehkan FEUI. Program magang ini
diharapkan dapat
membantu memfasilitasi
kebutuhan mahasiswa untuk
mendapatkan pengalaman praktik kerja nyata sebelum lulus kuliah dan dapat
menjadi simbiosis mutualisme dengan perusahaan yang membutuhkan fresh
graduate yang siap terjun di dunia kerja.
Penulis memilih laporan magang sebagai pilihan Karya Akhir dan
mengikuti program magang dengan tujuan untuk merasakan secara langsung dunia
kerja nyata sebagai auditor. Selain memberikan manfaat berupa input untuk laporan
magang, penulis juga berharap pengalaman yang didapatkan selama magang
sebagai auditor berguna bagi penulis ketika sudah lulus dan siap bekerja.
1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang
Penulis memperoleh kesempatan untuk melaksanakan program magang di
Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (OBSE) yang merupakan
anggota firma dari Deloitte Touche Tohmatsu Limited. OBSE berkantor pusat di
The Plaza Office Tower lantai 32, Jl. M.H. Thamrin Kav 28-30, Jakarta. Program
magang berlangsung selama 5 bulan, dimulai dari 7 Desember 2012 dan berakhir
1
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
2
pada 30 April 2013. Penulis bergabung dengan salah satu divisi yang memberikan
jasa audit di KAP OBSE yang secara khusus memberikan jasa audit pada industri
financial services.
1.3 Aktivitas Selama Magang
Penulis berkesempatan untuk bergabung dengan grup FSI 3, salah satu
bagian grup Financial Services di KAP OBSE yang sebagian besar kliennya berada
dalam industri perbankan. Lebih khusus, penulis berada dalam tim audit salah satu
Bank asing, yaitu Bank BRP. Bank ini merupakan klien terbesar kedua dalam grup
FSI 3. Walaupun hanya berstatus sebagai trainee (karyawan magang) pada tim
tersebut, namun penulis diberikan tanggung jawab dan beban pekerjaan yang sama
dengan associate 1 (karyawan tetap level 1) di KAP OBSE tersebut.
Penulis diberikan kesempatan untuk mengikuti training yang diadakan
oleh KAP OBSE selama kurang lebih dua minggu sebelum terjun ke klien. Penulis
berkesempatan melakukan audit di klien Bank BRP. Selama di klien, penulis
mendapat tugas menangani beberapa prosedur audit yang berkaitan dengan akun
cash dan loan. Khusus untuk akun loan, penulis diberi kepercayaan untuk
mengelola file Loan Review yang berisi working paper sebanyak 75 debitur Bank
yang dijadikan sampel. Penulis juga diberi tugas memeriksa BI Checking,
membantu pemeriksaan cek bayar, membuat konfirmasi untuk beberapa akun,
membantu tim melakukan vouching, serta merasakan pengalaman memeriksa
surat-surat berharga di dalam brankas (strong room) milik Bank.
1.4 Latar Belakang Tema Laporan Magang
Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip
kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan
taraf hidup rakyat banyak.1
1
Situs Bank Indonesia
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
3
Karena memiliki peran yang sangat krusial, para pemain dalam industri
perbankan harus terjamin kesehatannya agar tercapai sebuah sistem perbankan
yang kuat dan stabil dalam menunjang perekonomian nasional. Salah satu sumber
pendapatan utama Bank adalah pemberian kredit pada debitur. Oleh karena itulah
penulis tertarik untuk mengangkat tema mengenai kredit yang diberikan Bank.
1.5 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang
Ruang lingkup dalam laporan magang ini hanya terbatas pada prosedur
loan review yang dilakukan tim KAP OBSE pada Bank BRP untuk tahun yang
berakhir 31 Desember 2012. Loan review merupakan salah satu proses dalam audit
terhadap kredit yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menilai prospek usaha
debitur dan kemampuan membayar debitur. Proses loan review meliputi
pemeriksaan terhadap kelengkapan dokumen kredit, pengisian kertas kerja loan
review, dan pemeringkatan kualitas kredit dari debitur yang bersangkutan.
Pemeringkatan kualitas kredit dari debitur bertujuan untuk menentukan besarnya
nilai Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang menjadi pengurang nilai
akun kredit sebagai salah satu aset dalam neraca Bank. Semakin banyak debitur
yang mendapatkan grading yang buruk, semakin besar pula nilai CKPN sehingga
semakin kecil pula nilai aset Bank dalam laporan keuangan. Namun perhitungan
CKPN tidak akan diangkat oleh penulis, melainkan hanya terbatas sampai pada
proses loan review dan grading debitur yang menjadi sampel.
1.6 Tujuan Penulisan Laporan Magang
Penulisan laporan magang ini memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Memberikan gambaran mengenai kebijakan dan prosedur atas kredit yang
diberikan oleh Bank BRP.
b. Menjelaskan prosedur audit yang dijalankan oleh KAP OBSE dalam mengaudit
akun kredit Bank BRP melalui proses loan review.
c. Menganalisis prosedur audit dan temuan audit yang didapatkan KAP OBSE
selama pelaksanaan prosedur loan review.
1.7 Sistematika Penulisan Laporan Magang
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
4
Laporan magang ini tersusun atas 5 (lima) bab. Sistematika penulisan
laporan magang ini adalah sebagai berikut:

Bab 1: Pendahuluan, membahas mengenai latar belakang pelaksanaan
program magang, waktu dan tempat pelaksanaan program magang, aktivitas
selama magang, latar belakang tema laporan magang, ruang lingkup
penulisan laporan magang, tujuan penulisan laporan magang, dan
sistematika penulisan laporan magang

Bab 2: Landasan Teori, membahas teori yang dijadikan dasar penulisan
laporan ini. Teori yang digunakan diambil dari Peraturan Bank Indonesia
(PBI), Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI), Standar Perikatan
Audit (SPA), Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), teori
pengauditan serta teori yang berasal dari text book yang digunakan baik di
luar maupun di dalam perkuliahan.

Bab 3: Bab ini dibagi menjadi 2 (dua) subbab, yakni profil kantor akuntan
publik tempat dimana penulis mengikuti program magang dan profil
perusahaan klien tempat penulis mengaudit. Bagian pertama bab ini
memberikan gambaran umum mengenai KAP OBSE, seperti sejarah
berdirinya, jasa atau kegiatan usaha yang diberikan, divisi-divisi yang ada
di dalamnya, serta metodologi audit yang digunakan. Kemudian pada
bagian kedua akan dijelaskan mengenai gambaran umum Bank BRP,
perusahaan yang diaudit oleh Penulis beserta tim untuk periode Desember
2012.

Bab 4: Pembahasan. Bab ini membahas tentang prosedur pembukaan kredit
di Bank BRP mulai dari pembukaan fasilitas kredit, penilaian jaminan,
sampai dengan drawdown (pencairan pinjaman). Kemudian akan dibahas
mengenai panduan dalam kertas kerja loan review KAP OBSE, contoh loan
review yang dilakukan pada salah satu debitur Bank, dan analisis serta hasil
temuan dari loan review yang telah dilakukan

Bab 5: Penutup dan Kesimpulan, memaparkan kesimpulan dari pembahasan
yang dilakukan dan saran-saran yang terkait dengan masalah yang ada.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Perbankan
Menurut Bank Indonesia, perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan Indonesia dalam menjalankan
fungsinya berasaskan demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian.
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup
rakyat banyak.
Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai penunjang
kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian
stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.
2.1.1 Kegiatan Bank
Kegiatan usaha bank umum menurut Pasal enam (6) Undang Undang No.
10 tahun 1998 tentang Perbankan meliputi:
a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu
b) Memberikan kredit
c) Menerbitkan surat pengakuan hutang
d) Membeli, menjual, atau menjamin surat-surat atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
5
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
6
1. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa
berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan suratsurat dimaksud
2. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya
tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud
3. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah
4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
5. Obligasi
6. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun
7. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1
(satu) tahun
e) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
nasabah
f) Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada
bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya
g) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antara pihak ketiga
h) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
i) Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
kontrak
j) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
k) Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat
l) Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
m) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
7
2.1.2 Risiko Perbankan
Risiko perbankan adalah risiko yang dialami oleh sektor bisnis perbankan
sebagai konsekuensi dari berbagai keputusan yang dilakukan dalam berbagai
bidang seperti penyaluran kredit, penerbitan kartu kredit, valuta asing, inkaso dan
berbagai bentuk keputusan finansial lainnya.
Risiko-risiko perbankan menurut Pasal empat (4) Peraturan Bank Indonesia
No. 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No.
5/8/PBI/2003 mencakup:
a. Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada Bank.
b. Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif
termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi
pasar, termasuk Risiko perubahan harga option.
c. Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas
dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
d. Risiko Operasional
Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau
adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.
e. Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek
yuridis.
f. Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan
stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
8
g. Risiko Stratejik
Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan
dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
h. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
Adapun risiko perbankan yang relevan dibahas secara lebih spesifik dalam laporan
magang ini adalah risiko kredit.
2.1.2.1 Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain
dalam memenuhi kewajiban kepada Bank dan entitas anak. Risiko kredit dapat
bersumber dari berbagai aktivitas bisnis Bank. Pemberian kredit merupakan sumber
risiko kredit yang terbesar. Selain kredit, Bank menghadapi risiko kredit dari
berbagai instrumen keuangan seperti surat berharga, akseptasi, transaksi antar bank,
transaksi pembiayaan perdagangan, transaksi nilai tukar dan derivatif, serta
kewajiban komitmen dan kontinjensi.
Risiko kredit dapat meningkat karena terkonsentrasinya penyediaan dana,
antara lain pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau
lapangan usaha tertentu. Risiko ini lazim disebut risiko konsentrasi kredit. Secara
umum eksposur risiko kredit merupakan salah satu eksposur risiko utama sehingga
kemampuan
Bank
untuk
mengidentifikasi,
mengukur,
memantau,
dan
mengendalikan risiko kredit serta menyediakan modal yang cukup bagi risiko
tersebut sangat penting.
2.2 Definisi Kredit
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
9
bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (UU No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, Pasal 1 angka 11).
Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) tahun 2008,
pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan
pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif,
kecuali:
a. Pinjaman yang diberikan dan piutang yang dimaksudkan oleh entitas
untuk dijual dalam waktu dekat, yang diklasifikasikan dalam kelompok
diperdagangkan, serta pinjaman yang diberikan dan piutang yang pada saat
pengakuan awal oleh entitas ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada
nilai wajar melalui laporan laba rugi;
b. Pinjaman yang diberikan dan piutang yang pada saat pengakuan awal
ditetapkan dalam kelompok tersedia untuk dijual; atau
c. Pinjaman yang diberikan dan piutang dalam hal pemilik mungkin tidak
akan memperoleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang
disebabkan oleh penurunan kualitas pinjaman yang diberikan dan piutang, dan
diklasifikasikan sebagai kelompok tersedia untuk dijual.
Kepemilikan atas kelompok aset yang bukan merupakan pinjaman yang
diberikan atau piutang (seperti kepemilikan atas Reksadana atau yang serupa) tidak
dapat diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan atau piutang (PSAK 55:
Paragraf 8).
2.2.1 Jenis-Jenis Kredit
Jenis-jenis kredit dapat dibedakan melalui berbagai sudut pandang sesuai
dengan kebutuhannya, yaitu sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
10
1. Kredit berdasarkan tujuan penggunaannya
Jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaannya berdasarkan Pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) tahun 2008, antara lain:
a. Kredit Investasi
Kredit investasi adalah kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian
barang-barang modal tetap dan tahan lama, seperti mesin-mesin, bangunan
pabrik, tanah, kendaraan, dan sebagainya.
b. Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja adalah kredit yang ditujukan untuk membiayai
keperluan modal lancar yang biasanya habis dalam satu atau beberapa
proses produksi, seperti pembelian bahan mentah, gaji atau upah pegawai,
sewa gedung atau kantor, pembelian barang dagangan, dan lain-lain.
c. Kredit Konsumsi
Kredit konsumsi merupakan kredit yang digunakan untuk membiayai
pembelian barang-barang atau jasa-jasa yang dapat memberikan kepuasan
langsung terhadap kebutuhan manusia. Contohnya adalah kredit untuk
membeli rumah atau mobil, atau kebutuhan pribadi lainnya.
2. Kredit berdasarkan kualitas kolektabilitasnya
Penggolongan kredit menurut kualitas, terdiri dari kredit dengan kualitas
lancar (L), dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancar (KL), diragukan (D), dan
macet (M). Penggolongan ini dilakukan untuk kepentingan penerapan prinsip
kehati-hatian bank (prudential regulation). Detail mengenai penentuan penilaian
kolektabilitas (kualitas) kredit terdapat pada Lampiran Surat Edaran Bank
Indonesia No 7-3-DPNP tahun 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank
Umum.
3. Kredit berdasarkan jangka waktu
Berdasarkan jangka waktunya, kredit dikelompokkan menjadi:
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
11
a. Kredit jangka pendek
Kredit jangka pendek adalah kredit yang jangka pengembaliannya kurang
dari satu tahun. Biasanya kredit jangka pendek ini cocok untuk membiayai
kebutuhan modal kerja.
b. Kredit jangka menengah
Kredit jangka menengah adalah kredit yang jangka pengembaliannya antara
satu sampai tiga tahun. Kredit jangka menengah ini biasanya berupa kredit
modal kerja, atau kredit investasi yang relatif tidak terlalu besar jumlahnya.
c. Kredit jangka panjang
Kredit jangka panjang adalah kredit yang jangka pengembaliannya lebih
dari tiga tahun. Kredit jenis ini biasanya cocok untuk kredit investasi seperti
pembangunan gedung, pembelian bangunan pabrik atau mesin-mesin.
4. Kredit berdasarkan evaluasi penurunan nilai
Jenis kredit berdasarkan evaluasi mengenai terdapat atau tidaknya bukti
objektif bahwa kredit mengalami penurunan nilai terdiri dari:
a. Kredit yang mengalami penurunan nilai, yaitu jika terdapat bukti objektif
mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih
peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal kredit tersebut (peristiwa
yang merugikan).
b. Kredit yang tidak mengalami penurunan nilai.
2.2.2 Perlakuan Akuntansi
Berdasarkan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008), perlakuan
akuntansi atas kredit terbagi menjadi Pengakuan dan Pengukuran, Penyajian, serta
Ilustrasi Jurnal.
2.2.2.1 Pengakuan Dan Pengukuran
Pada saat penandatanganan perjanjian kredit dengan debitur, bank
mengakui sebagai ”Kewajiban komitmen fasilitas kredit yang diberikan kepada
debitur” sebesar plafon kredit yang diperjanjikan atau yang dapat ditarik sesuai
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
12
jadwal penarikan/penggunaan kredit yang disepakati bank dengan debitur, kecuali
untuk penerusan kredit.
Jumlah kewajiban komitmen fasilitas kredit tersebut dapat berkurang atau
bertambah selama jangka waktu kredit sesuai jenis kreditnya, yaitu:
a. Kredit modal kerja/rekening koran akan berkurang pada saat dilakukan penarikan
dan akan bertambah pada saat diterima setoran.
b. Kredit investasi, kredit modal kerja (KMK) plafon menurun atau kredit
konsumsi, akan berkurang pada saat dilakukan penarikan dan tetap/tidak bertambah
pada saat diterima setoran.
Pada saat pencairan kredit, bank mengakui sebagai ”Kredit yang diberikan”
sebesar nilai wajar seperti yang dijelaskan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kategori Kredit dan Pencatatan Pada Saat Pencairan
No
1
Kredit dalam kategori
Pencatatan pada saat pencairan
Diukur pada Nilai Wajar melalui Sebesar nilai wajar kredit yang pada saat
Laporan Laba Rugi
pengakuan awal sama dengan harga transaksi,
yaitu sebesar pokok kredit yang dicairkan.
2
Tersedia untuk Dijual
Sebesar nilai wajar kredit yang pada saat
3
Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
pengakuan awal sama dengan harga transaksi,
4
Pinjaman yang Diberikan dan yaitu sebesar pokok kredit yang dicairkan,
Piutang
dikurangi atau ditambah pendapatan dan/atau
beban yang dapat diatribusikan secara langsung
pada pemberian kredit tersebut.
Sumber: Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008)
Pada saat pencairan kredit, bank tidak perlu melakukan kapitalisasi atas
pendapatan dan/atau beban pada biaya perolehan kredit dan dapat mengakui secara
langsung sebagai pendapatan atau beban pada periode berjalan jika:
a. Pendapatan dan/atau beban tersebut tidak terkait dengan jangka waktu kredit;
dan/atau
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
13
b. Pendapatan dan/atau beban tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung
pada pemberian/pembelian kredit.
Misalnya, pendapatan fee atas pengelolaan rekening debitur, biaya talangan,
dan/atau biaya yang dikeluarkan bank karena debitur tidak dapat memenuhi
kewajibannya.
Setelah pencairan kredit, bank mencatat kredit yang diberikan sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Kategori Kredit dan Pencatatan Setelah Pencairan
No
1
Kredit dalam kategori
Pencatatan setelah pencairan
Diukur pada Nilai Wajar melalui Sebesar nilai wajar. Keuntungan atau kerugian
Laporan Laba Rugi
yang timbul dari perubahan nilai wajar kredit
diakui pada laporan laba rugi
2
Tersedia untuk Dijual
Sebesar nilai wajar. Keuntungan atau kerugian
yang timbul dari perubahan nilai wajar kredit
diakui secara langsung dalam ekuitas
3
Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
Sebesar biaya perolehan diamortisasi (amortised
4
Pinjaman yang Diberikan dan cost), yaitu nilai wajar kredit yang diukur pada
saat pengakuan awal dikurangi pembayaran
Piutang
pokok,
ditambah
atau
dikurangi
dengan
amortisasi kumulatif menggunakan metode suku
bunga efektif.
Sumber: Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008)
Penghentian pengakuan kredit diatur oleh PAPI sebagai berikut:
a. Dalam hal hak kontraktual atas arus kas masa datang dari kredit yang diberikan
telah berakhir dan/atau bank telah mentransfer keseluruhan kredit yang memenuhi
kriteria penghentian pengakuan, maka bank tidak lagi mengakui sebagai ”Kredit
yang diberikan”.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
14
b. Dalam hal bank telah mentransfer sebagian kredit yang memenuhi kriteria
penghentian pengakuan, maka bank tidak lagi mengakui bagian kredit tersebut
sebagai ”Kredit yang diberikan” dan nilai tercatat sebelumnya (nilai wajar atau
biaya perolehan diamortisasi) dari keseluruhan kredit harus dialokasikan pada
bagian yang tetap diakui dan bagian yang telah dihentikan pengakuannya
berdasarkan nilai wajar relatif dari kedua bagian tersebut pada tanggal transfer.
Selanjutnya, selisih antara (i) nilai tercatat yang dialokasikan pada bagian
kredit yang ditransfer; dan (ii) jumlah dari pembayaran yang diterima atas bagian
kredit yang ditransfer tersebut ditambah/dikurangi keuntungan/kerugian kumulatif
atas bagian kredit tersebut yang sebelumnya telah diakui secara langsung dalam
ekuitas, diakui pada laporan laba rugi.
2.2.2.2 Penyajian
Kredit disajikan di neraca sesuai kategori yang dijelaskan dalam Tabel 2.3:
Tabel 2.3 Kategori Kredit dan Penyajian Pada Neraca
No
1
Kredit dalam kategori
Penyajian pada neraca
Diukur pada Nilai Wajar melalui Sebesar nilai wajar.
Laporan Laba Rugi
2
Tersedia untuk Dijual
3
Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
4
Pinjaman yang Diberikan dan
Piutang
Sebesar biaya perolehan diamortisasi (amortised
cost), yaitu nilai wajar kredit yang diukur pada
saat pengakuan awal dikurangi pembayaran
pokok,
ditambah
atau
dikurangi
dengan
amortisasi kumulatif menggunakan metode suku
bunga efektif.
Cadangan kerugian penurunan nilai (jika ada)
disajikan sebagai off setting account atas kredit
yang diberikan.
Sumber: Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008)
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
15
2.2.2.3 Ilustrasi Jurnal
Ilustrasi jurnal untuk kredit mulai dari penandatanganan perjanjian kredit
sampai dengan penerimaan klaim asuransi berdasarkan Pedoman Akuntansi
Perbankan Indonesia (2008) adalah sebagai berikut:
a. Pada saat penandatanganan perjanjian kredit/akad kredit
1) Menerima provisi kredit dari debitur
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Kredit - amortised cost
atau
Kr. Pendapatan bunga
(Apabila nilai provisi kredit yang diterima tidak material untuk dilakukan
amortisasi)
2) Pembayaran beban yang dapat diatribusikan
Db. Kredit - amortised cost
Kr. Kas/Rekening…/Giro BI
3) Mencatat kewajiban komitmen fasilitas kredit
Db. Rekening lawan - fasilitas kredit yang belum digunakan
Kr. Kewajiban komitmen - fasilitas kredit yang belum digunakan
b. Pada saat pencairan kredit kepada debitur
Db. Kredit - amortised cost
Kr. Kas/Rekening…/Giro BI
Bersamaan dengan itu dilakukan jurnal untuk mengurangi kewajiban komitmen
fasilitas kredit yang belum digunakan debitur.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
16
Db. Kewajiban komitmen - fasilitas kredit yang belum digunakan
Kr. Rekening lawan - fasilitas kredit yang belum digunakan
c. Pada saat amortisasi dan pembebanan tagihan bunga kepada debitur (apabila
dilakukan amortisasi)
Db. Pendapatan bunga kredit yang akan diterima
Db./Kr. Kredit - amortised cost
Kr. Pendapatan bunga kredit
d. Pada saat menerima setoran dari debitur diprioritaskan menyelesaikan kewajiban
sesuai estimasi arus kas masa datang
1) Sebesar pembebanan bunga dalam estimasi arus kas masa datang
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Pendapatan bunga kredit yang akan diterima
atau
2) Sebesar setoran debitur untuk menyelesaikan angsuran/penyelesaian pokok
kredit
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Kredit - amortised cost
e. Pada saat membayar biaya kredit (antara lain biaya notaris, premi asuransi
barang agunan)
Db. Tagihan biaya - biaya kredit (apabila merupakan beban debitur dan
tidak atas beban pokok kredit)
atau
Db. Beban operasional (apabila merupakan beban bank)
Kr. Nasabah notaris/perusahaan asuransi
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
17
f. Pada saat menerima pembayaran dari debitur atas biaya kredit yang menjadi
beban debitur
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Tagihan biaya - biaya kredit
g. Pada saat klaim kepada perusahaan asuransi
Db. Tagihan klaim asuransi
Kr. Kredit - amortised cost - hasil klaim asuransi
h. Pada saat menerima klaim asuransi dari perusahaan asuransi
Db. Kas/Rekening.../Giro BI
Kr. Tagihan klaim asuransi
2.3 Penilaian Kualitas Kredit
Sebelum memberikan kredit kepada debitur, bank harus melakukan
penilaian atas prospek usaha, kinerja debitur, serta kemampuan membayar.
Penilaian dilakukan berdasarkan faktor-faktor yang telah ditetapkan Bank
Indonesia melalui PBI Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset
Bank Umum. Dalam pasal 10, pasal 11, dan pasal 12, kualitas kredit ditetapkan
berdasarkan faktor penilaian sebagai berikut:
a. Prospek usaha
Penilaian terhadap prospek usaha meliputi penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut:
a. potensi pertumbuhan usaha;
b. kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan;
c. kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja;
d. dukungan dari grup atau afiliasi; dan
e. upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan hidup.
b. Kinerja debitur
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
18
Penilaian terhadap kinerja meliputi penilaian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut:
a. perolehan laba;
b. struktur permodalan;
c. arus kas; dan
d. sensitivitas terhadap risiko pasar.
c. Kemampuan membayar
Penilaian terhadap kemampuan membayar meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
a. ketepatan pembayaran pokok dan bunga;
b. ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur;
c. kelengkapan dokumentasi Kredit;
d. kepatuhan terhadap perjanjian Kredit;
e. kesesuaian penggunaan dana; dan
f. kewajaran sumber pembayaran kewajiban.
Penetapan
kualitas
kredit
dilakukan
dengan
mempertimbangkan
signifikansi dan materialitas dari setiap faktor penilaian dan komponen serta
relevansi dari faktor penilaian dan komponen terhadap debitur yang bersangkutan.
Setelah melakukan penilaian berdasarkan faktor-faktor yang telah
ditentukan, kualitas Kredit ditetapkan menjadi:
1. Lancar;
2. Dalam Perhatian Khusus;
3. Kurang Lancar;
4. Diragukan; atau
5. Macet.
Setelah menentukan nilai kualitas kredit untuk masing-masing debitur,
Bank harus menetapkan cadangan dari aset bagi setiap fasilitas kredit sesuai dengan
kualitas nilai kredit yang ditetapkan dalam PBI Nomor 14/15/PBI/2012 tentang
Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Pasal 42, yaitu sebagai berikut:
a. 5% (lima perseratus) dari Aset dengan kualitas Dalam Perhatian Khusus;
b. 15% (lima belas perseratus) dari Aset dengan kualitas Kurang Lancar;
c. 50% (lima puluh perseratus) dari Aset dengan kualitas Diragukan;
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
19
d. 100% (seratus perseratus) dari Aset dengan kualitas Macet.
2.4 Penurunan Nilai Kredit
Penurunan nilai kredit adalah suatu kondisi dimana terdapat bukti objektif
terjadinya peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa
yang terjadi setelah pengakuan awal kredit tersebut, dan peristiwa yang merugikan
tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan atau
kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara andal. Cadangan kerugian
penurunan nilai kredit adalah penyisihan yang dibentuk apabila nilai tercatat kredit
setelah penurunan nilai kurang dari nilai tercatat awal. Penurunan nilai kredit diatur
dalam PSAK 55: Instrumen Keuangan – Pengakuan dan Pengukuran (revisi 2011)
serta Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) tahun 2008.
2.4.1 Penurunan Nilai Kredit dalam PSAK 55 (revisi 2011)
PSAK 55: Instrumen Keuangan – Pengakuan dan Pengukuran (revisi 2011)
paragraf 65 menyatakan bahwa pada setiap tanggal pelaporan entitas harus
mengevaluasi apakah terdapat bukti yang objektif bahwa aset keuangan atau
kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Jika terdapat bukti tersebut,
maka entitas harus menerapkan paragraf 70 (untuk aset keuangan yang dicatat pada
biaya perolehan yang diamortisasi), paragraf 73 (untuk aset keuangan yang dicatat
pada biaya perolehan), atau paragraf 74 (untuk aset keuangan yang diklasifikasikan
dalam kelompok tersedia untuk dijual) untuk menentukan jumlah kerugian dari
penurunan nilai tersebut.
Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan
kerugian penurunan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti yang
objektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih
peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang
merugikan), dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus
kas masa datang atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat
diestimasi secara andal. Sulit untuk mengidentifikasi satu peristiwa tertentu yang
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
20
menyebabkan penurunan nilai. Penurunan nilai pada dasarnya disebabkan oleh
dampak kombinasi dari beberapa peristiwa. Kerugian yang diperkirakan timbul
akibat peristiwa di masa datang tidak dapat diakui, terlepas hal tersebut sangat
mungkin terjadi.
Berdasarkan PSAK 55 (revisi 2011) paragraf 6, bukti objektif bahwa aset
keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai meliputi data
yang dapat diobservasi yang menjadi perhatian dari pemegang aset tersebut
mengenai peristiwa-peristiwa yang merugikan berikut ini:
a. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam;
b. Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran
pokok atau bunga;
c. Pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan
dengan kesulitan keuangan yang dialami pihak peminjam, memberikan
keringanan (konsesi) pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika
pihak peminjam tidak mengalami kesulitan tersebut;
d. Terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau
melakukan reorganisasi keuangan lainnya;
e. Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan; atau
f. Data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat
diukur atas estimasi arus kas masa depan dari kelompok aset keuangan sejak
pengakuan awal aset dimaksud, meskipun penurunannya belum dapat
diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual dalam kelompok aset
tersebut, termasuk:
i.
memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam kelompok
tersebut
(misalnya
meningkatnya
tunggakan
pembayaran
atau
meningkatnya jumlah pihak peminjam kartu kredit yang mencapai batas
kreditnya dan hanya mampu membayar cicilan bulanan minimal); atau
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
21
ii.
kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan wanprestasi
atas aset dalam kelompok tersebut (misalnya bertambahnya tingkat
pengangguran di area geografis pihak peminjam, turunnya harga properti
untuk kredit properti di wilayah yang relevan, turunnya harga minyak untuk
pinjaman yang diberikan kepada produsen minyak, atau memburuknya
kondisi industri yang memengaruhi pihak peminjam dalam kelompok
tersebut).
Jika terdapat bukti objektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas
pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dalam kelompok dimiliki
hingga jatuh tempo yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi, maka jumlah
kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini
estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit di masa depan yang
belum terjadi) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset
tersebut (yaitu suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal). Nilai
tercatat aset tersebut dikurangi, baik secara langsung maupun menggunakan pos
cadangan. Jumlah kerugian yang terjadi diakui pada laba rugi.
Entitas pertama kali menentukan bahwa terdapat bukti objektif mengenai
penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara
individual, dan untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual terdapat
bukti penurunan nilai secara individual atau kolektif (lihat paragraf 66). Jika entitas
menentukan tidak terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai atas aset
keuangan yang dinilai secara individual, terlepas aset keuangan tersebut signifikan
atau tidak, maka entitas memasukkan aset tersebut ke dalam kelompok aset
keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dan menilai
penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya
dinilai secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap
diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.
Jika, pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang
dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara objektif pada peristiwa yang
terjadi setelah penurunan nilai diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit
debitor), maka kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan,
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
22
baik secara langsung, atau dengan menyesuaikan pos cadangan. Pemulihan tersebut
tidak boleh mengakibatkan nilai tercatat aset keuangan melebihi biaya perolehan
diamortisasi sebelum adanya pengakuan penurunan nilai pada tanggal pemulihan
dilakukan. Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi.
Menurut PSAK 55 (revisi 2011) PA 101, proses estimasi terhadap
penurunan nilai mempertimbangkan seluruh eksposur pinjaman yang diberikan,
bukan hanya yang berkualitas rendah. Sebagai contoh, jika entitas menggunakan
sistem
pemeringkatan
kredit
internal,
maka
entitas
tersebut
harus
mempertimbangkan seluruh peringkat pinjaman yang diberikan, dan tidak hanya
peringkat yang mencerminkan penurunan kualitas pinjaman yang diberikan yang
tajam. Proses estimasi terhadap jumlah kerugian penurunan nilai dapat
menghasilkan satu nilai kerugian atau kisaran (range) nilai kerugian yang mungkin
terjadi. Dalam hal yang terakhir, entitas harus mengakui kerugian akibat penurunan
nilai sebesar estimasi terbaik dalam kisaran tersebut dengan mempertimbangkan
seluruh informasi relevan yang tersedia sebelum laporan keuangan diterbitkan
mengenai kondisi yang terjadi pada tanggal neraca.
2.4.2 Penurunan Nilai Kredit dalam PAPI (2008)
Dasar pengaturan dalam PAPI mengenai penurunan nilai kredit pada
umumnya mengacu kepada PSAK 55, dengan tambahan penjelasan sebagai berikut:
1.
Evaluasi penurunan nilai dilakukan terhadap kredit dalam kategori selain yang
Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi.
2.
Dalam melakukan evaluasi penurunan nilai, bank harus memperhatikan hal-hal
berikut:
a. Sistematis dan konsisten sepanjang waktu
b. Sejalan dengan kriteria yang bersifat objektif
c. Didukung dengan dokumentasi yang memadai
3.
Identifikasi bukti objektif
a.
Bank harus menetapkan peristiwa-peristiwa yang memenuhi kriteria
sebagai bukti objektif terjadinya penurunan nilai kredit berdasarkan
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
23
pengalaman dan trend historis (experience credit judgement), informasi
yang tersedia,
disertai
dengan
analisis
dasar
perhitungan
dan
mendokumentasikan dalam kebijakan bank.
b. Penurunan nilai pada dasarnya disebabkan oleh dampak kombinasi dari
beberapa peristiwa, kecuali peristiwa di masa datang yang diperkirakan
dapat menimbulkan kerugian, terlepas hal tersebut sangat mungkin terjadi.
c. Faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan entitas dalam menentukan
apakah terdapat bukti objektif bahwa kerugian akibat penurunan nilai telah
terjadi meliputi informasi mengenai likuiditas, solvabilitas, dan eksposur
risiko usaha dan risiko keuangan pihak debitur atau pihak penerbit, tingkat
atau tren terjadinya tunggakan (delinquencies) untuk aset keuangan serupa,
tren dan kondisi ekonomi nasional dan lokal, dan nilai wajar agunan dan
jaminan. Faktor-faktor ini dan faktor-faktor lainnya, baik secara individual
maupun secara bersama, dapat menjadi bukti objektif yang cukup bahwa
kerugian akibat penurunan nilai telah terjadi dalam kredit atau kelompok
kredit.
4.
Kriteria evaluasi penurunan nilai
a. Secara individual
1) Bank wajib menentukan tingkat signifikansi kredit yang akan dievaluasi
secara individual yang disertai dengan dokumentasi yang memadai yang
harus dikaji ulang secara periodik;
2) Dalam hal tidak terdapat bukti objektif penurunan nilai dari kredit yang
dievaluasi secara individual, maka kredit tersebut harus dimasukkan ke
dalam kategori kredit yang akan dievaluasi penurunan nilainya secara
kolektif.
3) Dalam hal terdapat bukti objektif penurunan nilai dari kredit yang
dievaluasi secara individual namun tidak terdapat kerugian penurunan
nilai, maka kredit tersebut tidak dimasukkan ke dalam kategori kredit
yang akan dievaluasi penurunan nilainya secara kolektif. Contoh: ketika
debitur berada dalam kondisi macet (tidak ada estimasi arus kas selain
arus kas dari agunan), dimana nilai kini arus kas agunan sama dengan
atau lebih besar dari nilai tercatat kredit.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
24
4) Evaluasi secara individual didasarkan pada 2 konsep, yaitu:
a) estimasi jumlah kerugian kredit; dan
b) estimasi jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount).
5) Estimasi jumlah kerugian kredit didasarkan pada seluruh informasi yang
tersedia dan experienced credit judgement, serta memperhatikan
berbagai faktor seperti:
a) kekuatan finansial dan kemampuan debitur untuk membayar kembali
kewajiban (repayment capacity);
b) jenis dan jumlah agunan;
c) ketersediaan garansi; dan
d) prospek usaha debitur di masa datang.
6) Estimasi jumlah yang dapat diperoleh kembali didasarkan pada
identifikasi arus kas masa datang dan estimasi nilai kini dari arus kas
tersebut.
b. Secara kolektif
1) Evaluasi penurunan nilai secara kolektif mencakup seluruh kredit yang:
a) tidak dievaluasi secara individual; dan
b) dievaluasi secara individual, namun tidak terdapat bukti objektif
terjadinya penurunan nilai.
2) Bank wajib mengelompokkan kredit yang akan dinilai secara kolektif
berdasarkan kesamaan karakteristik risiko kredit yang mengindikasikan
kemampuan debitur untuk membayar seluruh kewajiban yang jatuh
tempo sesuai persyaratan kontrak. Sebagai contoh, kredit dapat
dikelompokkan berdasarkan satu atau lebih karakteristik berikut ini:
a) estimasi probabilitas terjadinya gagal bayar atau peringkat risiko
kredit;
b) tipe (contohnya, pinjaman beragun aset atau pinjaman kartu kredit);
c) lokasi geografis;
d) tipe jaminan;
e) tipe pihak kedua (contoh, konsumen, bisnis, atau pemerintah);
f) status tunggakan; dan
g) jatuh tempo.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
25
Model risiko kredit atau metode untuk mengestimasi arus kas masa
datang yang diperkirakan yang lebih kompleks (canggih) dapat
mengkombinasikan beberapa faktor, seperti evaluasi risiko kredit atau
proses pemeringkatan yang memperhitungkan tipe aset, industri, lokasi
geografis, tipe jaminan, status tunggakan, dan karakteristik yang relevan
lainnya dari aset yang sedang dievaluasi dan data kerugian yang terkait.
3) Pengelompokkan kredit berdasarkan kesamaan karakteristik tersebut
harus disertai dengan dokumentasi yang memadai yang dikaji ulang
secara periodik.
4) Terhadap kredit yang dikelompokkan tersebut, bank harus melakukan
evaluasi apakah terdapat bukti objektif terjadinya penurunan nilai. Halhal yang perlu diperhatikan antara lain:
a) Terdapat data yang dapat diobservasi yang mengindikasikan
terjadinya penurunan dalam estimasi arus kas masa datang yang
dapat diukur dari kelompok kredit;
b) Penurunan yang dapat diukur tersebut telah terjadi sejak pengakuan
awal kredit; dan
c)
Penurunan tersebut belum dapat diidentifikasi terkait dengan kredit
tertentu dalam kelompok kredit.
5.
Periode evaluasi penurunan nilai
a. Setiap akhir bulan atau paling lambat setiap akhir triwulan, bank wajib
mengevaluasi apakah terdapat bukti objektif bahwa kredit atau kelompok
kredit mengalami penurunan nilai.
b. Dalam hal bank melakukan evaluasi setiap akhir triwulan, namun terdapat
bukti objektif terjadinya penurunan nilai sebelum tanggal evaluasi
berikutnya, maka bank wajib mengestimasi kembali arus kas masa datang
dan cadangan kerugian penurunan nilai untuk kredit tersebut.
6.
Teknik evaluasi penurunan nilai
a. Bank dapat menggunakan berbagai teknik untuk mengevaluasi penurunan
nilai, baik secara individual maupun kolektif. Dalam memilih dan
menggunakan
teknik
evaluasi
penurunan
nilai,
bank
perlu
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
26
mempertimbangkan analisa biaya dan manfaat serta ketersediaan informasi
dan data historis.
b. Evaluasi terhadap penurunan nilai tidak hanya didasarkan pada suatu
pendekatan atau metode yang bersifat standar (prescriptive rules/formulae)
tetapi juga didasarkan pada experienced credit judgement oleh pihak yang
memiliki kompetensi dan kewenangan mengingat pengalaman kerugian his
toris maupun data yang dapat diobservasi bersifat terbatas atau mungkin
tidak sepenuhnya relevan dengan kondisi saat ini.
c. Secara individual
Bank dapat menggunakan beberapa teknik untuk mengevaluasi penurunan
nilai dan mengukur kerugian penurunan nilai, yaitu:
1) Discounted Cash Flow
a) Kredit yang telah mengalami penurunan nilai dicatat berdasarkan
jumlah yang didiskonto (discounted value) dan bukan berdasarkan
nilai buku, karena bank tidak akan dapat memperoleh kembali
seluruh jumlah kredit yang telah diberikan kepada debitur.
b) Jumlah yang didiskonto (discounted value) diperoleh dengan
mengestimasi arus kas masa datang (mencakup pembayaran pokok
dan bunga) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal
dari kredit.
c) Untuk kredit bersuku bunga tetap, suku bunga kontraktual tidak
berubah selama jangka waktu kredit. Oleh karena itu, suku bunga
efektif dapat diidentifikasi setelah memperhitungkan seluruh biaya
(termasuk perolehan fee) yang dapat diatribusikan secara langsung
pada kredit. Suku bunga efektif tersebut tidak berubah dan digunakan
untuk mengevaluasi kerugian penurunan nilai kredit.
d) Untuk kredit bersuku bunga mengambang (variable interest rate),
dimana suku bunga kontraktual berubah dari waktu ke waktu
bergantung pada suku bunga referensi, maka suku bunga efektif juga
dapat berubah.
(1) Bank harus menetapkan estimasi kisaran jumlah dan/atau waktu
kemungkinan perubahan suku bunga referensi.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
27
(2) Namun, penggunaan suku bunga efektif yang berbeda dari waktu
ke waktu dapat menyulitkan bank melacak terjadinya kerugian
penurunan nilai.
(3) Sebagai alternatif, bank dapat menggunakan suku bunga efektif
terkini pada saat terdapat bukti objektif terjadinya penurunan.
Suku bunga efektif tersebut dapat digunakan dalam mengevaluasi
penurunan nilai selanjutnya.
(4) Pendekatan apapun yang digunakan, bank harus menerapkan
secara konsisten dalam mengevaluasi penurunan nilai terhadap
kredit dengan suku bunga mengambang.
2) Fair Value of Collateral
a) Kredit yang telah mengalami penurunan nilai juga dapat dicatat
berdasarkan jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable
value).
b) Dalam menentukan jumlah kredit yang dapat diperoleh kembali, bank
dapat memperhitungkan arus kas masa datang dari pengambilalihan
agunan, yaitu jika memenuhi salah satu kondisi berikut:
(1) Kredit bersifat collateral dependent, yaitu jika pelunasan kredit
hanya bersumber dari agunan;
(2) Sulit untuk menentukan jumlah dan saat penerimaan arus kas
masa datang yang berasal dari pokok kredit dan/atau bunga
dengan andal; dan/atau
(3) Pengambilalihan agunan kemungkinan besar terjadi dan
didukung dengan aspek legal pengikatan agunan.
c) Bukti terbaik dari nilai wajar agunan adalah berdasarkan kuotasi
harga di pasar aktif.
(1) jika tidak tersedia kuotasi harga agunan di pasar aktif, maka bank
dapat menggunakan harga dari transaksi terkini atas agunan
serupa; dan
(2) jika tidak tersedia harga dari agunan yang serupa, maka bank
dapat menggunakan teknik penilaian yang andal.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
28
d) Bank
harus
menggunakan
informasi
yang
tersedia
untuk
mengestimasi nilai wajar agunan seakurat mungkin, termasuk
perkiraan waktu realisasi atau penjualan agunan tersebut.
e) Nilai agunan yang dapat diperhitungkan adalah nilai yang terendah
antara nilai wajar dan nilai pengikatan agunan.
f) Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengestimasi nilai wajar
agunan antara lain:
(1) Penunjukkan pihak independen (baik pihak internal bank maupun
lembaga penilai) yang akan melakukan penilaian agunan;
(2) Identifikasi taksiran biaya yang terkait dengan penjualan agunan,
misalnya legal costs;
(3) Identifikasi nilai agunan yang dapat direalisasi setelah
memperhitungkan taksiran biaya penjualan;
(4) Penetapan waktu penjualan/realisasi agunan; dan
(5) Penetapan nilai kini dari hasil penjualan/realisasi agunan dalam
hal terdapat jeda waktu (time lag) antara tanggal penentuan nilai
wajar dan waktu penjualan/realisasi agunan.
g) Beberapa standar minimum yang harus dipenuhi dalam melakukan
estimasi nilai wajar agunan mencakup:
(1) Deskripsi mengenai proses penilaian (appraisal process) yang
dilakukan;
(2) Rincian penyesuaian terhadap harga penilaian (appraisal value),
misalnya haircut/diskon atau estimasi biaya penjualan agunan;
(3) Penjelasan mengenai bagaimana bank memperoleh estimasi nilai
wajar; dan
(4) Dokumentasi mengenai kualifikasi, keahlian, dan independensi
perusahaan penilai (appraisal company).
3) Observable Market Price
a) Dalam kondisi dimana jumlah dan periode arus kas masa datang tidak
dapat dipastikan dan kuotasi harga kredit di pasar aktif dapat
diobservasi melalui informasi dan data pasar, maka harga pasar
tersebut dapat digunakan sebagai nilai wajar kredit dengan
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
29
memperhitungkan perkiraan waktu realisasi atau penjualan kredit
tersebut.
b) Pendekatan ini dapat digunakan untuk mengukur kerugian penurunan
nilai, misalnya untuk kredit commercial real estate, dimana informasi
dan data mengenai harga pasar properti tersebut tersedia setiap saat.
c) Jika pendekatan ini digunakan, bank harus memiliki informasi yang
lengkap mengenai jumlah, sumber informasi dan tanggal atas harga
pasar tersebut.
d. Secara kolektif
1) Evaluasi penurunan nilai terhadap kelompok kredit dilakukan
berdasarkan estimasi arus kas kontraktual masa datang dan tingkat
kerugian historis (historical loss rate atau historical net charge-off rate)
dari kelompok kredit.
2) Data mengenai kerugian historis merupakan titik awal dalam
melakukan evaluasi penurunan nilai terhadap kelompok kredit.
Berdasarkan data kerugian historis dari suatu kelompok kredit setelah
memperhitungkan tingkat pengembalian (recovery rate), bank dapat
mengestimasi arus kas masa datang dan tingkat kerugian kelompok
kredit pada saat ini.
3) Bank dapat menentukan sendiri periode observasi data kerugian
historis.
Namun,
dalam
menetapkan
periode
tersebut,
perlu
diperhatikan bahwa dalam kondisi ekonomi yang stabil, disarankan
menggunakan periode observasi yang lebih panjang, sementara dalam
kondisi ekonomi yang berfluktuasi, disarankan menggunakan periode
observasi yang lebih pendek. Periode observasi apapun yang
digunakan, bank harus memiliki data kerugian historis selama minimal
3 tahun sehingga dapat menghasilkan estimasi kerugian yang lebih
andal dan berarti.
4) Dalam menetapkan tingkat kerugian untuk kelompok kredit, bank perlu
memperhatikan hal-hal berikut:
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
30
a) analisa penurunan nilai kelompok kredit;
b) umur kredit dalam kelompok kredit (ageing of balances);
c) arus kas dari seluruh sisa umur kredit (tidak hanya tahun berikutnya);
d) kondisi terkini, baik internal maupun eksternal;
e) pengaruh nilai waktu dari uang (time value of money); dan
f) tidak
menghasilkan
suatu
tingkat
kerugian
historis
yang
mengharuskan pengakuan kerugian pada saat pengakuan awal
kredit.
5) Evaluasi penurunan nilai terhadap kelompok kredit secara kolektif juga
mencakup kerugian yang telah terjadi namun belum dapat diidentifikasi
secara tersendiri pada tanggal laporan (incurred but not yet identified).
Untuk itu, bank juga perlu mempertimbangkan faktor emergence
period, yaitu periode waktu antara terjadinya peristiwa yang merugikan
dalam kelompok kredit sampai bukti obyektif dapat diidentifikasi atas
kredit secara individual. Emergence period tersebut harus ditetapkan
berdasarkan data empiris. Umumnya emergence period tidak
melampaui 12 bulan kecuali dalam kondisi tertentu di luar perkiraan.
6) Bank dapat menggunakan beberapa pendekatan dalam menetapkan
tingkat kerugian kelompok kredit, yaitu:
a) Pendekatan Berbasis Formula (Formula Based)
(1) Pendekatan ini menggunakan formula tertentu yang relatif
sederhana untuk menghitung tingkat kerugian historis, misalnya
tingkat kematian (death rate) debitur.
(2) Berdasarkan data kerugian historis, bank dapat menentukan
bahwa salah satu penyebab utama terjadinya penurunan nilai
kartu kredit adalah karena kematian pemegang kartu kredit
(card holders). Hasil observasi bank menunjukkan bahwa
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
31
tingkat kematian (death rate) dari tahun ke tahun cenderung
tidak berubah. Namun demikian, beberapa debitur dalam
kelompok kartu kredit bisa jadi telah meninggal dunia pada
tahun tersebut yang mengindikasikan terjadinya kerugian
penurunan nilai atas kredit tersebut, meskipun pada akhir tahun,
bank belum mengetahui debitur mana yang meninggal dunia.
Bank harus mengakui kerugian yang sudah terjadi namun belum
dilaporkan (incurred but not yet identified) sebagai kerugian
akibat penurunan nilai.
(3) Bank tidak dapat mengakui adanya kerugian akibat penurunan
nilai untuk kejadian yang diperkirakan akan terjadi di masa
datang karena peristiwa kerugian (misalnya meninggalnya
debitur) belum terjadi.
b) Metode Statistik (Statistical Model Analysis)
(1) Penetapan tingkat kerugian historis dapat dilakukan dengan
menggunakan metode statistik berdasarkan internal loan grades
masing-masing bank.
(2) Perhitungan
tingkat
kerugian
historis
secara
statistik
menggunakan parameter berikut:
(a) Probability of Default, yaitu tingkat kemungkinan kegagalan
debitur memenuhi kewajiban, yang dapat diukur berdasarkan
beberapa pendekatan, antara lain Migration Analysis, Roll
Rates, Vintage Analysis, dan Default Rate.
- Roll Rates Analysis
Roll Rates Analysis menggunakan internal loan grading
system. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan menganalisis
tingkat kerugian kredit pada setiap periode tunggakan
(deliquency stage). Selanjutnya, tingkat Probability of
Default (PD) dan Loss Given Default (LGD) dihitung
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
32
berdasarkan asumsi bahwa pada kondisi hapus buku, PD dan
LGD adalah sebesar 100% atau tidak akan tertagih (default).
Namun, apabila berdasarkan data historis dapat diestimasi
secara andal, bahwa bank dapat menagih sebagian porsi
kredit yang sudah dihapusbuku (write-off) dimaksud, maka
persentase PD dan LGD untuk kredit tersebut harus
dikurangi dengan persentase tingkat pengembalian (recovery
rate). Selanjutnya, tingkat PD dan LGD pada kondisi hapus
buku tersebut digunakan untuk menghitung tingkat kerugian
pada setiap periode tunggakan.
- Migration Analysis
Migration Analysis menggunakan internal loan grading
system (rating system) dan bukan berdasarkan pengalaman
kerugian sebagaimana halnya pendekatan Historical Loss
Rate. Pendekatan ini dilakukan dengan menganalisa tingkat
migrasi outstanding kredit dari grade tertinggi ke grade
terendah.
Dalam kasus portofolio kartu kredit, umumnya loan grading
ditentukan berdasarkan periode tunggakan (delinquency
stage). Selanjutnya, tingkat migrasi dihitung berdasarkan
persentase nilai kredit atau jumlah rekening yang berpindah
dari satu periode tunggakan terendah ke periode tunggakan
dimana kartu kredit dinilai tidak akan tertagih (default).
Selanjutnya, tingkat migrasi tersebut digunakan untuk
menentukan tingkat kerugian kelompok kartu kredit
berdasarkan setiap periode tunggakan.
(b) Loss Given Default, yaitu besarnya tingkat kerugian yang
diakibatkan kegagalan debitur memenuhi kewajiban, yang
dapat diukur berdasarkan beberapa pendekatan, antara lain
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
33
Expected Recoveries, Collateral Shortfall, dan Loss on
Disposal.
(3) Metode ini dapat menggunakan data tingkat kerugian bank
(bank-specific data) seperti data mengenai internal loan grades,
maupun data kerugian yang dialami industri perbankan.
7.
Estimasi arus kas masa datang
a. Untuk meningkatkan konsistensi dalam melakukan estimasi arus kas masa
datang, bank harus memperhatikan hal-hal berikut:
1) dilakukan secara akurat dalam hal jumlah dan waktu realisasi arus kas
masa datang;
2) meliputi jangka waktu sampai jatuh tempo dan tidak hanya satu tahun;
3) sejalan dengan perubahan kondisi terkini berdasarkan data dan informasi
yang dapat diobservasi dari waktu ke waktu;
4) dikaji ulang secara periodik untuk memastikan metodologi dan asumsi
yang digunakan dapat diandalkan, serta meminimalkan perbedaan antara
estimasi jumlah kerugian dan jumlah kerugian aktual; dan
5) kerugian historis harus digunakan sebagai basis untuk mengestimasi arus
kas masa datang.
b. Estimasi arus kas masa datang antara lain dapat bersumber dari ekspektasi:
1) Penerimaan pokok dan bunga;
a) Estimasi arus kas masa datang terhadap kredit yang mengalam
penurunan nilai harus mempertimbangkan apakah bank akan
melakukan skenario penyelamatan kredit melalui restrukturisasi
kredit.
b) Dalam restrukturisasi kredit, berdasarkan pertimbangan ekonomi atau
hukum, bank memberikan konsesi khusus kepada debitur, yaitu
konsesi yang tidak akan diberikan apabila tidak terdapat kesulitan
keuangan di pihak debitur.
c) Estimasi terbaik atas arus kas masa datang harus didiskonto dengan
menggunakan suku bunga kontrak sebelum kredit tersebut
direstrukturisasi. Selisih antara nilai tercatat dengan nilai kini dari arus
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
34
kas masa datang merupakan cadangan yang harus dibentuk untuk
kerugian penurunan nilai.
d) Apabila kredit diperkirakan akan dibayar penuh, termasuk denda
bunga, maka nilai kini arus kas masa datang mungkin tidak akan
berada di bawah nilai tercatat, sehingga bank tidak perlu membentuk
cadangan kerugian penurunan nilai. Namun, bank harus melakukan
evaluasi secara periodik dan obyektif terhadap kemungkinan
perubahan kemampuan debitur dalam memenuhi persyaratan
restrukturisasi yang telah disepakati.
2) Jaminan dari pihak ketiga dan ganti rugi dari perusahaan asuransi;
a) Estimasi arus kas masa datang dari kredit yang mengalami penurunan
nilai dapat bersumber dari jaminan finansial dari pihak ketiga
(termasuk perusahaan asuransi).
b) Untuk dapat diperhitungkan sebagai arus kas masa datang, bank harus
menilai kemungkinan penjamin tersebut memenuhi kewajibannya.
c) Persyaratan penjaminan dan kondisi keuangan penjamin haru
diidentifikasi sebelum memperhitungkan jaminan atau ganti rugi
dalam perhitungan estimasi arus kas masa datang.
3) Realisasi agunan
a) Estimasi arus kas masa datang dari kredit yang mengalami penurunan
nilai dapat bersumber dari realisasi agunan terlepas apakah bank akan
mengambil alih dan menjual agunan atau tidak.
b) Agunan dapat diperhitungkan dalam estimasi arus kas masa datang
apabila memenuhi kondisi sebagaimana pada butir 6. c. 2) di atas.
4) Penjualan kredit di pasar sekunder
a) Estimasi arus kas masa datang dari kredit yang mengalami penurunan
nilai dapat mempertimbangkan skenario penjualan kredit di pasar
sekunder sepanjang terdapat kuotasi harga di pasar aktif, terlepas
apakah bank akan merealisasikan skenario tersebut atau tidak.
b) Disamping menggunakan kuotasi harga tersebut, bank juga harus
memperkirakan waktu realisasi atau penjualan kredit tersebut
sebagaimana pada butir 6. c. 2) f).
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
35
c. Dalam melakukan estimasi arus kas masa datang, bank juga perlu
mempertimbangkan berbagai langkah yang dilakukan debitur mau pun
kondisi lainnya yang terkait dengan kemampuan debitur dalam
menyelesaikan kewajibannya, antara lain:
1) Restrukturisasi Debitur
a) Pengertian restrukturisasi dalam arti luas mencakup perubahan
struktur organisasi, manajemen, operasional, sistem dan prosedur,
keuangan, aset, utang, pemegang saham, legal, dan sebagainya.
Dalam hal ini, bank harus melakukan estimasi berdasarkan rencana
restrukturisasi dan kemungkinan restrukturisasi tersebut akan
memulihkan kondisi debitur atau sebaliknya.
b) Apabila restrukturisasi debitur tidak berjalan sesuai ekspektasi, maka
kemungkinan sebagian atau seluruh usaha debitur dijual untuk
memenuhi
kewajibannya.
memperkirakan
nilai
dari
Dalam
kasus
ini,
perusahaan/bisnis
bank
perlu
debitur
untuk
mengestimasi arus kas yang akan diterima dari penjualan tersebut.
Perkiraan tersebut harus didasarkan pada penawaran nyata atau
penilaian dari pihak yang memiliki keahlian berdasarkan penjualan
bisnis serupa di pasar.
2) Likuidasi karena debitur pailit
Apabila debitur dalam kondisi atau proses pailit dan kredit tidak dijamin,
maka bank dapat mempertimbangkan aset yang dimiliki debitur dan
memperkirakan bagian yang akan diterima bank dari penjualan/likuidasi
aset tersebut, khususnya jika terdapat bukti yang kuat secara hukum atas
perolehan likuidasi aset debitur.
d. Perubahan dalam jumlah dan waktu realisasi arus kas masa datang dapat
berdampak pada perubahan estimasi terjadinya penurunan nilai dan
jumlah cadangan kerugian penurunan nilai yang harus dibentuk. Dengan
demikian,nilai kini dari arus kas masa datang tidak hanya diestimasi pada
saat pertama kali terdapat bukti obyektif terjadinya penurunan nilai,
melainkan secara periodik sebagaimana pada angka 5 di atas.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
36
e. Perhitungan estimasi arus kas masa datang harus didokumentasikan dan
didasarkan atas kebijakan internal bank yang memadai untuk
kepentingan pemeriksaan oleh audit internal maupun eksternal.
8.
Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)
a. Dalam mengukur dan membentuk cadangan kerugian penurunan nilai, bank
harus memperhatikan hal-hal berkut:
1) Cadangan kerugian penurunan nilai dibentuk berdasarkan selisih antara
nilai tercatat kredit dan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang
didiskonto menggunakan suku bunga efektif;
2) Bank tidak diperbolehkan membentuk cadangan kerugian penurunan
nilai melebihi jumlah yang dapat dikaitkan pada kredit individual atau
kelompok kredit kolektif dan didukung dengan bukti obyektif penurunan
nilai;
3) Cadangan kerugian penurunan nilai dibentuk sesuai dengan mata uang
denominasi kredit yang diberikan.
b. Dalam kasus tertentu, bank mungkin tidak perlu membentuk cadangan
kerugian penurunan nilai, khususnya jika nilai wajar agunan yang
diperhitungkan dalam estimasi arus kas jauh melebihi baki debet dari kredit.
2.5 Audit
2.5.1 Pengertian Audit
Menurut Arens et al. (2009), auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti
mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan pada tingkat korespondensi
antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh
auditor yang kompeten dan bersifat independen. Jasa audit ini disediakan oleh KAP
(Kantor Akuntan Publik).
Untuk melakukan audit, harus ada informasi dalam bentuk yang dapat
diverifikasi dan kriteria (standar) yang memungkinkan auditor untuk mengevaluasi
informasi tersebut. Auditor mengumpulkan bukti untuk menentukan apakah
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
37
informasi yang sedang diaudit sesuai dengan kriteria yang telah diterapkan. Buktibukti tersebut dapat berupa:

Hasil wawancara dengan klien

Komunikasi tertulis dengan pihak luar

Hasil observasi auditor

Data elektronik dan data-data lainnya terkait transaksi
2.5.2 Jenis Audit
Ada tiga jenis audit menurut Arens et al. (2009), yaitu:
a. Audit operasional
Audit operasional merupakan proses evaluasi terhadap efisiensi dan efektivitas
prosedur dan metode operasi suatu organisasi. Di akhir proses audit diharapkan
adanya output berupa saran dari auditor untuk proses operasi yang lebih efisien
dan efektif. Review dalam audit operasional tidak terbatas pada bidang
akuntansi, namun bisa juga termasuk struktur organisasi, sistem komputer,
metode produksi, marketing, dan bidang lainnya yang dikuasai auditor.
b. Audit kepatuhan
Audit kepatuhan dilakukan untuk menentukan apakah auditee (klien/pihak yang
diaudit) telah mengikuti prosedur, aturan, atau regulasi yang ditetapkan oleh
otoritas yang lebih tinggi, seperti pemerintah. Hasil audit kepatuhan biasanya
dilaporkan ke manajemen, bukan kepada pihak luar, karena informasi mengenai
tingkat kepatuhan terhadap regulasi dan prosedur spesifik lebih dibutuhkan oleh
manajemen.
c. Audit laporan keuangan
Audit atas laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan
keuangan (informasi yang diverifikasi) sesuai dengan kriteria spesifik, yaitu
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk memberikan penilaian apakah
laporan keuangan disajikan dengan wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, auditor mengumpulkan bukti untuk memeriksa apakah laporan
tersebut mengandung salah saji yang bersifat material.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
38
2.5.3 Risiko Audit
Ada 4 (empat) tipe risiko audit menurut Arens, et al. (2009), yaitu:
a. Risiko deteksi yang telah direncanakan (planned detection risk) adalah risiko
kegagalan suatu bukti audit untuk mendeteksi salah saji yang melebihi batas
toleransi.
b. Risiko inheren (inherent risk) adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
pengendalian yang terkait. Contohnya, akun yang jumlahnya merupakan suatu
estimasi cenderung mengandung risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan
akun yang sifatnya relatif rutin dan berisi data faktual.
c. Risiko pengendalian (control risk) adalah risiko tidak terdeteksi atau
tercegahnya salah saji yang dapat terjadi dalam suatu asersi secara tepat waktu
oleh pengendalian internal klien. Semakin efektif pengendalian internal yang
dimiliki klien, maka risiko pengendalian akan semakin rendah.
d. Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) adalah risiko seberapa
besar auditor dapat menerima bahwa sebuah laporan keuangan mungkin
mengalami salah saji material setelah proses audit selesai dan opini wajar tanpa
pengecualian telah dikeluarkan.
2.5.4 Bukti Audit
Arens et al. (2009) mendefinisikan bukti audit sebagai informasi yang
digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Terdapat 8 (delapan) jenis bukti audit
yang dapat digunakan oleh auditor dalam proses audit, antara lain:
a. Pemeriksaan fisik (physical examination)
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk melakukan verifikasi bahwa
suatu aset yang dicatat benar-benar ada (existence) dan memastikan bahwa
semua aset telah tercatat (completeness). Pemeriksaaan fisik dilakukan untuk
memeriksa aset berwujud, seperti kas, persediaan, dan aset tetap.
b. Konfirmasi (confirmation)
Konfirmasi adalah respon tertulis atau langsung dari pihak ketiga yang
independen untuk memverifikasi keakuratan informasi yang diminta oleh
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
39
auditor. Bukti audit yang diperoleh dari pihak ketiga seperti konfirmasi
memberikan keyakinan yang lebih besar atas keandalan untuk tujuan audit
dibandingkan dengan bukti audit yang berasal dari klien.
c. Dokumentasi (documentation)
Dokumentasi diartikan sebagai pemeriksaan atas dokumen dan catatan klien
untuk memperkuat informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Dokumen
yang digunakan auditor dapat berasal dari internal klien maupun pihak eksternal
klien.
d. Prosedur analitis (analytical procedure)
Prosedur analitis dilakukan oleh auditor dengan cara membandingkan saldo
akun dengan periode sebelumnya, dengan perhitungan auditor, serta
menganalisis hubungan antarakun untuk melihat apakah pergerakan saldo akun
cukup masuk akal. Prosedur analitis umumnya dilakukan tiga kali dalam audit,
yaitu sebelum pelaksanaan audit (preliminary analytical procedure), saat
berlangsungnya audit, dan penyelesaian audit.
e. Bertanya kepada klien (inquires of the client)
Bertanya kepada klien baik secara lisan maupun tertulis digunakan auditor
sebagai bukti yang menguatkan prosedur audit lainnya.
f. Perhitungan ulang (recalculation)
Perhitungan ulang dilakukan auditor untuk memverifikasi angka yang disajikan
oleh klien. Perhitungan ulang umumnya digunakan untuk akun penyusutan dan
beban di bayar di muka.
g. Perlakuan ulang (reperformance)
Auditor melakukan tes independen atas prosedur atau pengendalian internal
klien dengan tujuan untuk menentukan tingkat kepatuhan klien terhadap
prosedur yang telah dibuat klien.
h. Observasi (observation)
Observasi adalah penggunaan panca indera untuk menilai aktivitas klien.
Contohnya, auditor dapat berkeliling pabrik untuk memperoleh kesan umum
atas fasilitas
2.5.5 Tahapan Audit
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
40
Secara umum, terdapat 4 (empat) tahap audit laporan keuangan yang
dilakukan oleh auditor. Tahap-tahap tersebut akan dijelaskan melalui gambar 2.1.
Pada tahap I, tiga kunci penting yang harus dilaksanakan auditor adalah
memahami bisnis klien dan lingkungannya, memahami pengendalian internal klien
dan menilai risiko pengendalian, dan menentukan risiko salah saji. Dengan
memahami bisnis dan pengendalian internal klien, auditor dapat merancang
program audit yang sesuai dengan karakteristik klien.
Gambar 2.1. Tahap dalam Audit Laporan Keuangan
Tahap I : Perencanaan dan
Merancang Pendekatan Audit
Tahap II : Test of Controls dan
Substantive Test of Transactions
Tahap III : Prosedur Analitis
dan Test of Details of Balances
Tahap IV : Menyelesaikan Audit
dan Menerbitkan Laporan Audit
Sumber : Arens et al ( 2009)
Setelah auditor memahami bisnis klien dan menentukan program audit yang
akan dijalankan, tahap selanjutnya adalah melakukan test of control. Test of control
berfungsi untuk menguji efektivitas pengendalian internal perusahaan. Apabila Test
of Control menunjukkan pengendalian berjalan efektif, maka auditor dapat
mengurangi risiko pengendalian yang telah dirancang sebelumnya. Pengendalian
yang efektif juga membuat substantive test of transactions menjadi lebih sedikit
dilakukan auditor.
Pada tahap III, auditor melakukan prosedur analitis dan test of details.
Prosedur analitis dilakukan untuk menilai apakah saldo akun telah disajikan secara
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
41
wajar. Test of details adalah prosedur spesifik untuk menguji salah saji moneter
dalam laporan keuangan.
Gambar 2.2. Summary of Audit Process
Sumber: Arens et al (2009)
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
42
Pada tahap terakhir, auditor mengkombinasikan semua informasi yang
diperoleh selama audit untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar. Tahap ini merupakan proses yang sangat subjektif
mengingat tahap ini sangat bergantung pada pertimbangan profesional auditor.
Dalam bukunya, Arens et al (2009) juga telah meringkaskan prosedur
audit yang biasa dilakukan oleh auditor. (Gambar 2.2)
2.5.5.1 Tahapan Audit Atas Piutang
Audit terhadap perbankan memiliki nature dan proses yang berbeda dengan
audit terhadap industri pada umumnya. Khususnya mengenai kredit, yang
merupakan salah satu aktivitas utama serta pada umumnya menjadi pos sumber
penerimaan terbesar Bank. Hal ini tentu berbeda dengan nature industri
manufacturing dan merchandising yang banyak dipelajari prosesnya, termasuk
proses auditnya, di bangku kuliah. Namun demikian, kredit di Bank memiliki
nature yang sama dengan piutang pada industri umum, terutama dalam hal tujuan
auditnya. Oleh karena itu penulis akan mengangkat sedikit teori mengenai tahapan
audit atas piutang.
Menurut Arens (2009), dalam mengaudit piutang (accounts receivable),
seorang auditor harus memperhatikan 8 (delapan) tujuan audit terkait dengan saldo
akun piutang. Kedelapan tujuan audit tersebut adalah:
1. Akun piutang dalam neraca sesuai dengan nilai pada master file yang
terkait, dan totalnya telah terjumlah dengan benar serta sesuai dengan buku
besar. (Detail tie-in)
2. Akun piutang yang tercatat benar-benar ada. (Existence)
3. Akun piutang yang ada telah tercatat. (Completeness)
4. Akun piutang tercatat dengan akurat. (Accuracy)
5. Akun piutang telah diklasifikasikan dengan benar. (Classification)
6. Cutoff untuk akun piutang benar. (Cutoff)
7. Akun piutang tercatat pada nilai yang terealisasi. (Realizable value)
8. Klien memiliki hak atas piutang. (Rights)
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
43
Arens (2009) menjelaskan tahapan-tahapan metodologi dalam merancang
tests of details of balances untuk piutang sebagai berikut:
 Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang
Pengujian terhadap piutang dilakukan berdasarkan prosedur penilaian
risiko oleh auditor yang memberikan gambaran mengenai bisnis dan industri
klien.
Gambar 2.3 Metodologi Dalam Merancang Test of Detail of Balances untuk
Piutang
Mengidentifikasi risiko bisnis klien
yang mempengaruhi piutang
Menentukan tolerable misstatement dan
penilaian risiko inheren untuk piutang
Melakukan penilaian risiko kontrol
untuk siklus sales and collection
Merancang dan melakukan test of
control dan substantive tests of
trancsactions untuk siklus sales and
collection
Merancang dan melakukan prosedur
analitis untuk piutang
Merancang test of details terhadap
piutang untuk memenuhi tujuan audit
terkait saldo
Sumber: Arens et al (2009)
Dalam bagian dari gambaran tersebut, auditor mempelajari industri
klien dan lingkungannya dan mengevaluasi tujuan manajemen dan proses bisnis
untuk mengidentifikasi risiko bisnis yang signifikan yang dapat mempengaruhi
laporan keuangan, termasuk piutang. Sebagai bagian dari gambaran ini, auditor
juga melakukan prosedur analitis awal yang dapat mengindikasikan peningkatan
risiko salah saji pada piutang.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
44
Risiko bisnis klien yang dapat mempengaruhi piutang menjadi
perhatian dalam evaluasi auditor terhadap risiko inheren (inherent risk) dan bukti
terkait piutang. Misalnya, sebagai akibat dari memburuknya keadaan
perekonomian dalam industri, auditor dapat meningkatkan risiko inheren untuk
net realizable value dari piutang.
 Menentukan tolerable misstatement dan penilaian risiko inheren untuk piutang
Dalam sebuah audit, seorang auditor harus menentukan penilaian
pendahuluan mengenai materialitas untuk semua bagian dalam laporan
keuangan, kemudian mengalokasikan jumlahnya ke dalam setiap akun neraca
yang signifikan, termasuk akun piutang. Pengalokasian ini disebut penentuan
tolerable misstatement. Piutang biasanya menjadi akun yang paling material
dalam laporang keuangan perusahaan yang melakukan penjualan dengan kredit.
Bahkan meskipun saldo akun piutang terbilang kecil, transaksi-transaksi dalam
siklus sales and collection yang mempengaruhi saldo piutang sudah hampir
dapat dipastikan memiliki nilai yang signifikan.
Auditor menilai risiko inheren untuk setiap tujuan atas akun seperti
piutang, dengan mempertimbangkan risiko bisnis klien dan nature dari klien dan
industrinya. Auditor juga biasanya mengidentifikasi risiko fraud spesifik untuk
pengakuan pendapatan.
 Melakukan penilaian risiko kontrol untuk siklus sales and collection
Pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas dan
piutang yang terkait biasanya terbilang efektif karena manajemen menginginkan
pencatatan yang akurat untuk menjaga hubungan yang baik dengan pelanggan.
Auditor biasanya lebih memperhatikan 3 (tiga) hal berikut terkait dengan
pengendalian internal:
1.
Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan
2.
Pengendalian terhadap cutoff
3.
Pengendalian terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih
Auditor harus menghubungkan risiko kontrol untuk tujuan audit terkait
transaksi dengan tujuan audit terkait saldo dalam menentukan risiko deteksi yang
telah direncanakan (planned detection risk) dan bukti yang telah direncanakan
(planned evidence) untuk tests of details of balances. Untuk kebanyakan kasus,
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
45
hubungan keduanya cukup jelas. Tabel 2.4 menunjukkan hubungan antara dua
kelas transaksi utama dalam siklus sales and collection. Misalnya, diasumsikan
bahwa auditor menyimpulkan bahwa risiko kontrol baik untuk transaksi
penjualan maupun penerimaan kas adalah rendah untuk tujuan audit terkait
akurasi transaksi. Oleh karena itu auditor dapat menyimpulkan bahwa kontrol
untuk tujuan audit terkait akurasi transaksi untuk piutang efektif karena transaksi
yang mempengaruhi piutang hanyalah penjualan dan penerimaan kas.
Tabel 2.4 Hubungan Antara Dua Tujuan Utama Audit Terkait Piutang
Accounts Receivable Balance-Related
Occurence
Sales
X
X
Classification
X
Timing
Cash receipts
X
Occurence
Completeness
Accuracy
value
Rights
X
Accuracy
summarization
Realizable
X
Completeness
Posting and
Cutoff
Objectives
Classification
Related Audit
Accuracy
Transactions
Completeness
Transaction-
Existence
Class of
Detail tie-in
Audit Objectives
X
X
X
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
46
Posting
and
summarization
X
Classification
X
Timing
X
Sumber: Arens et al (2009)
 Merancang dan melakukan test of control dan substantive tests of transactions
untuk siklus sales and collection
Dalam tahap ini auditor melakukan perancangan prosedur audit untuk
test of controls dan substantive tests of transactions, penentuan ukuran sampel,
dan mengevaluasi hasil uji tersebut. Hasil dari tests of control menentukan
apakah risiko kontrol yang dinilai dalam penjualan dan penerimaan kas perlu
direvisi. Auditor menggunakan hasil dari substantive tests of transactions untuk
menentukan sejauh mana risiko deteksi yang direncanakan cukup sesuai dengan
masing-masing tujuan audit terkait saldo piutang.
 Merancang dan melakukan prosedur analitis untuk piutang
Prosedur analitis biasanya dilakukan selama tiga tahap dalam audit:
selama perencanaan, saat melakukan pengujian detail, dan sebagai bagian dari
penyelesaian audit. Bagian ini akan lebih membahas mengenai perencanaan
prosedur analitis dan prosedur analitis substantif yang dilakukan saat
pelaksanaan uji detail terhadap akun dalam siklus sales and collection.
Kebanyakan prosedur analitis selama tahap uji detail selesai dilakukan setelah
tanggal neraca tetapi sebelum tahap tests of details of balances. Sehingga masuk
akal untuk melakukan prosedur analitis secara ekstensif sebelum klien telah
melakukan pencatatan atas semua transaksi dan melakukan finalisasi atas
laporan keuangan.
Auditor melakukan prosedur analitis untuk seluruh siklus sales and
collection, bukan hanya untuk piutang saja. Hal ini penting karena adanya
hubungan erat antara akun-akun laporan laba rugi dengan akun-akun neraca. Jika
auditor mengidentifikasi kemungkinan salah saji dalam penjualan atau retur
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
47
penjualan dan penyisihan menggunakan prosedur analitis, piutang akan mungkin
mengompensasi (offsetting) salah saji.
 Merancang test of details terhadap piutang untuk memenuhi tujuan audit terkait
saldo
Penerapan tests of details of balances yang tepat tergantung pada
faktor-faktor yang menghubungkan risiko deteksi yang telah direncanakan
(planned detection risk) dan tujuan audit terkait saldo piutang.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
BAB 3
PROFIL PERUSAHAAN
3.1 Profil Kantor Akuntan Publik OBSE
Kantor Akuntan Publik (KAP) Osman Bing Satrio & Eny (OBSE)
merupakan anggota firma Deloitte Touche Tomatsu Limited (DTTL). DTTL dan
jaringan anggota firmanya merupakan salah satu KAP big four di dunia bersama
PwC, E&Y, dan KPMG. KAP OBSE awalnya merupakan merger dari tiga akuntan
publik dan firma konsultan pada 1990, dan menjadi Hans Tuanakotta & Mustofa
(HTM) untuk praktik audit dan Capelle Surjadinata & Setiawan (CSS) untuk jasa
pajak dan konsultasi manajemen. Pendiri dari Deloitte Indonesia adalah Hans
Kartikahadi, Theodorus M. Tuanakotta, Mustofa, Paul Capelle, Surjadinata
Sumantri, Edy Setiawan, dan Irwanta Wanatirta.
Deloitte Indonesia mengalami beberapa kali perubahan nama dan entitas
hukum. Pada Juni 2003, HTM berubah menjadi HTMH (Hans Tuanakotta Mustofa
& Halim). Kemudian pada Juli 2005 menjadi Osman Ramli Satrio & Rekan.
Selanjutnya pada Oktober 2007 menjadi Osman Bing Satrio & Rekan. Terakhir
pada Desember 2012 menjadi Osman Bing Satrio & Eny berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1423/KM.1/2012 tanggal 13 Desember
2012. Struktur organisasi KAP OBSE dapat dilihat pada lampiran 1.
3.1.1 Jasa Profesional yang Disediakan KAP OBSE
KAP OBSE berafiliasi dengan Deloitte Tax Solutions (Firma Konsultan
Pajak) dan PT Deloitte Konsultan Indonesia (Financial Advisory Services Firm)
sebagai satu kesatuan yang tergabung dalam anggota DTTL untuk menyajikan
pelayanan berkualitas dan konsisten kepada perusahaan yang listing di bursa,
BUMN,
institusi
publik,
dan
perusahaan
multinasional.
KAP
OBSE
menggabungkan keahlian teknis dan pengetahuan industri yang mendalam meliputi
lima area profesional, di antaranya: audit, konsultasi bisnis dan risiko, pajak, dan
penasihat keuangan. Berikut penjabaran lebih lengkapnya:
48
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
49
a.
Assurance and Advisory Services
Divisi ini memberikan pelayanan berupa pengauditan atas laporan keuangan dan
praktik penyusunan laporan keuangan berstandar IFRS. Pengauditan tidak hanya
meliputi audit tahunan perusahaan, namun juga memberikan jasa atestasi, review,
serta konsolidasi atas laporan keuangan. Divisi ini terbagi menjadi beberapa grup
yang dikelompokkan berdasarkan kekhususan industri klien. Grup pada KAP
OBSE diantaranya: Financial Services; Consumer Business; Energy & Resources;
Manufacturing; Technology, Media & Telecommunications.
b.
IFRS services
Divisi ini membantu, menyusun, dan menyelesaikan laporan keuangan yang
mengadopsi standar akuntansi internasional (IFRS). Divisi ini menawarkan jasa
penasihat ahli, termasuk workshop/ training, gap analysis, rekonsiliasi, konversi,
dan bantuan implementasi IFRS lainnya.
c.
Tax Services
Divisi ini memberikan pendekatan yang komprehensif dan praktis untuk
perencanaan pajak yang membantu bisnis multinasional menghadapi pajak
worldwide dan tanggung jawab menurut undang-undang ketika mengidentifikasi
peluang bisnis. Pelayanan yang diberikan divisi ini meliputi tax compliance
services, tax controversy services dan tax advisory services, termasuk di dalamnya
transfer pricing, international tax services, merger & acquisitions, dan perhitungan
pajak dalam negeri (PPh & PPN).
d.
Financial Advisory
Divisi ini memberikan saran yang penting dan dukungan untuk mengidentifikasi
target strategis yang tepat atau menyusun solusi yang efektif untuk bisnis yang
berkinerja kurang baik. Financial Advisory Services professionals memberikan
beragam strategi dan nasihat keuangan kepada klien di seluruh wilayah yang
berhubungan dengan keuangan perusahaan, restrukturisasi dan aksi perusahaan
lainnya. Secara umum jasa yang diberikan divisi ini meliputi Corporate Finance;
Valuation; Transaction Support; Reorganization & Restructuring Services;
Forensic Services.
e.
Enterprise Risk Services
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
50
Divisi ini membantu klien untuk mengelola risiko melalui proses bisnis pada
seluruh level operasi seperti organisasi, teknis, operasional atau keuangan.
Pelayanan yang diberikan divisi ini meliputi sebagai berikut: Control Assurance;
Internal Audit; Security, Privacy, and Resilience; Enterprise Risk Management;
Technology Risk & Governance; Data Risk Service; Contract & Complience Risks.
3.1.2 Metodologi Audit KAP OBSE
Auditor KAP OBSE diberikan fasilitas berupa software Audit System 2
(AS2). AS2 merupakan perlengkapan komputer untuk mendukung eksekusi
metodologi internal audit. AS2 merupakan software automated workpaper
preparation dan engagement documentation yang digunakan oleh seluruh anggota
firma DTTL. AS2 didesain untuk menambah keefektifan dan keefisiensian
performa berbagai proses engagement, dengan fokus menjalankan dan mereview
pekerjaan engagement secara online. AS2 memfasilitasi pendekatan internal audit
secara lengkap dengan menyajikan “road map” melalui proses dengan applicable
workpaper templates dan embedded smart audit support functionality.
Dalam melakukan audit atas klien-kliennya, KAP OBSE memiliki
metodologi yang telah disusun oleh DTTL yang telah dipublikasikan pada 9
Oktober 2009. Metodologi ini terdapat di DTTL Audit Approach Manual dan
diaplikasikan kepada semua anggota firma DTTL dalam melakukan audit laporan
keuangan atau informasi keuangan historis lainnya. Objektif, persyaratan, dan
panduan dalam metodologi ini berdasarkan International Standard of Auditing
(ISA) yang dikeluarkan oleh International Federation of Accountants. Audit
approach diagram dari KAP OBSE dapat dilihat di lampiran 2.
Audit approach diagram merupakan tahap-tahap yang dilakukan auditor
KAP OBSE dalam melakukan praktik auditnya. Dimulai dari menerima dan
melanjutkan hubungan dangan klien (Acceptance and continuance of client
relationship), dilanjutkan dengan perencanaan audit (audit planning) yang diikuti
dengan pendesainan audit (audit designing), kemudian tahap audit lapangan (audit
field work) dan diakhiri dengan penyelesaian dan pelaporan (completion and
reporting) Berikut adalah penjabaran dari tahap-tahapan tersebut:

Acceptance and continuance of client relationship
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
51
Tahapan ini menuntut auditor untuk memahami latar belakang dari klien yang akan
diaudit juga mengevaluasi kembali seluruh kejadian – kejadian, serta berbagai
risiko klien yang dapat mempengaruhi perikatan antara auditor dengan klien.

Audit Planning
Tahapan ini menuntut auditor untuk melakukan beberapa prosedur analitikal dasar,
memahami lingkungan bisnis klien, memahami pengendalian internal klien,
mengukur risiko audit, dan menentukan nilai materialitas untuk dilakukannya
prosedur audit.

Audit Designing
Tahapan ini menuntut auditor untuk mengembangkan prosedur yang akan
dijalankan dan dikoordinasikan dengan klien. KAP OBSE menggunakan istilah
MAP (Model Audit Program). Prosedur ini berisi rancangan mengenai
dilakukannya uji kontrol, uji substantif dan uji detail transaksi.

Audit fieldwork
Tahapan ini menuntut auditor untuk melakukan berbagai prosedur audit yang telah
dilakukan sebelumnya, MAP menjadi dasar dari prosedur audit yang akan
dilakukan, sehingga nantinya akan membantu mendapatkan berbagai bukti audit
yang dibutuhkan. Pada tahapan ini juga dilakukan beberapa hal, seperti: pengujian
pengendalian internal, prosedur analitis, pengujian detail transaksi, pemeriksaan
fisik, konfirmasi, pengujian atas konsistensi kebijakan akuntansi, pengujian
terhadap isu going concern, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, litigasi, dan
klaim, serta komitmen dan kontijensi.

Completion and Reporting
Tahapan ini merupakan tahapan akhir dimana auditor melakukan evaluasi atas
temuan audit setelah prosedur audit dilakukan, selanjutnya pada tahapan ini juga
dilakukan prosedur lanjutan mengenai subsequent event (periode setelah tanggal
neraca berakhir dan sebelum laporan audit diterbitkan) dan pada tahapan ini pula
diterbitkan laporan audit.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
52
3.2 Profil Perusahaan Klien Bank BRP
P.T. Bank BRP didirikan berdasarkan akta No. 104 tanggal 31 Desember
1953 dari Raden Meester Soewandi, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian
tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan No. J.A.5/15/11tanggal 15 Pebruari 1956 dan diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 168, Tambahan No. 17 tanggal 28 Pebruari 1956.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
260486/UMII tanggal 23 Desember 1957, Bank memperoleh izin usaha untuk
beroperasi sebagai bank umum dan berdasarkan Surat Keputusan Bank Indonesia
No. 1/2KEP/DIR tanggal 28 Pebruari 1969 telah disetujui menjadi Bank Devisa.
Sehubungan dengan penggabungan usaha antara The Daiwa Bank Limited
selaku pemegang saham mayoritas Bank dengan The Asahi Bank Limited dimana
dalam penggabungan usaha tersebut nama The Daiwa Bank Limited, berubah
menjadi “R Bank Limited”, maka berdasarkan akta perubahan anggaran dasar
perseroan No. 15 tanggal 11 April 2003 yang dibuat oleh Notaris Hendra Karyadi,
S.H., nama Bank telah diubah menjadi “PT BRP”. Perubahan Anggaran Dasar
tersebut telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan No.C-09311HT.01.04.TH.2003 tanggal 29 April 2003 dan diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 6, tambahan No. 756 tanggal 20
Januari 2004.
Anggaran dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan, yang
terakhir dengan Akta No. 29 tanggal 21 Agustus 2008 dari Sinta Devi Sudarsono,
S.H., notaris di Jakarta mengenai penyesuaian atas Undang-Undang No. 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan anggaran dasar tersebut telah disetujui
oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat
Keputusan No. AHU-81537.AH.01.02 tanggal 4 Nopember 2008.
Pemegang saham utama Bank antara lain:
1. R Bank Ltd., Japan.
R Bank Japan merupakan anak perusahaan dari R Holdings, Inc. dan
bergerak di bidang perbankan yang memberikan jasa dan produk perbankan kepada
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
53
pelaku bisnis skala kecil dan menengah serta individu di Jepang. Bank ini berbasis
di Tokyo dan didirikan pada tahun 1918.
2. The Bank of East Asia Ltd., Hong Kong
Bank of East Asia merupakan bank swasta terbesar dan bank ketiga terbesar
di Hongkong yang didirikan pada tahun 1918.
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Bank, ruang lingkup kegiatan Bank
adalah melakukan usaha di bidang perbankan. Bank mulai beroperasi secara
komersial pada bulan Pebruari 1958. Kantor pusat Bank berlokasi di Gedung BRP,
Jl. Jend. Sudirman, Jakarta. Bank mempunyai dua kantor cabang di Surabaya dan
Bandung serta tiga kantor cabang pembantu berlokasi di Cikarang, Karawang dan
Cibitung.
Jasa yang disediakan bank meliputi berbagai jenis produk perbankan, antara
lain Time Deposit, Loan, Ekspor dan Impor, Remittance, Bank Guarantee, dan
Lease Financing melalui anak perusahaannya yaitu PT RIF.
Jumlah karyawan Bank pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 masingmasing adalah sebanyak 281 dan 303 orang. Susunan pengurus Bank pada tanggal
31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Susunan Pengurus Bank BRP
Sumber: Laporan Keuangan BRP tahun 2012
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
BAB 4
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang prosedur pemberian kredit
oleh Bank BRP mulai dari pembukaan fasilitas kredit, penilaian jaminan yang
diberikan debitur, sampai dengan proses drawdown (pencairan pinjaman). Setelah
itu penulis akan menjelaskan tentang salah satu proses audit yang dilakukan KAP
OBSE terhadap kredit yang diberikan Bank, yaitu loan review (penelaahan kredit).
Proses loan review meliputi penetapan sampel, pengumpulan dokumen terkait,
pengecekan dokumen dan pengisian kertas kerja loan review, serta pembandingan
grading audit dari hasil loan review dengan grading dari penilaian Bank.
Adapun tujuan grading terhadap kredit adalah untuk menentukan besarnya
nilai Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang menjadi pengurang nilai
akun kredit sebagai salah satu aset dalam neraca. Menurut Pedoman Akuntansi
Perbankan Indonesia (PAPI) tahun 2008, estimasi jumlah kerugian kredit
didasarkan pada seluruh informasi yang tersedia dan experienced credit judgement,
serta memperhatikan berbagai faktor seperti:
a) kekuatan finansial dan kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajiban
(repayment capacity);
b) jenis dan jumlah agunan;
c) ketersediaan garansi; dan
d) prospek usaha debitur di masa datang.
Semakin banyak debitur yang mendapatkan grading yang buruk, semakin
besar pula nilai CKPN sehingga semakin kecil pula nilai aset Bank dalam laporan
keuangan.
Selain untuk perhitungan CKPN, prosedur loan review juga berguna untuk
mengecek perhitungan bunga yang dikenakan bank atas kredit. Salah satu proses
dalam pengerjaan working paper loan review adalah pengecekan nilai loan
principal dan rate bunga atas kredit tersebut di dalam perjanjian kredit. Nilai
54
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
55
tersebut akan dijadikan salah satu acuan untuk mengecek perhitungan Effective
Interest Rate atas kredit yang diberikan bank untuk kelak mengetahui apakah
pendapatan bunga yang diperoleh Bank dari kredit telah sesuai perhitungannya.
Namun perhitungan CKPN dan pendapatan bunga tidak akan diangkat oleh
penulis, melainkan hanya terbatas sampai pada proses loan review dan grading
debitur yang menjadi sampel. Selain itu penulis juga akan memberikan contoh
proses loan review terhadap salah satu debitur Bank BRP. Setelah itu penulis akan
memberikan analisis terhadap prosedur audit atas kredit yang diberikan Bank.
Terakhir, penulis akan mengungkapkan hasil temuan yang didapat selama proses
loan review dilakukan oleh tim KAP OBSE.
1.8 Prosedur Pemberian Kredit Bank BRP
Salah satu produk bank yang ditawarkan kepada nasabah adalah fasilitas
kredit. Prosedur ini dijalankan saat membuka fasilitas kredit untuk debitur baru
maupun lama, perpanjangan, penambahan/penurunan fasilitas kredit dan perubahan
kondisi pinjaman. Prosedur bersumber dari SOP Bank BRP mengenai Proses Kredit
(SOP Loan Process).
Fasilitas kredit yang diberikan ke debitur baru ataupun lama, yaitu:
1. Pinjaman
2. Factoring
3. Overdraft
Dalam mengambil peluang pemberian pinjaman, bagian marketing Bank
dapat melakukan diskusi dengan ke calon debitur. Calon debitur yang bukan
nasabah, diharapkan memiliki referensi dari existing customer ataupun dari
buyer/supplier. Pada saat melakukan diskusi, marketing mengumpulkan data-data
yang diperlukan untuk menganalisis peluang pemberian pinjaman. Setelah Bagian
Pengembangan Usaha menganalisis dan memastikan bahwa peluang ini akan
diteruskan, maka marketing harus memastikan bahwa semua informasi produk
yang perlu untuk disampaikan ke calon debitur sudah dilakukan, sesuai dengan PBI
No. 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan
Data Pribadi Nasabah.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
56
4.1.1
Pembukaan Fasilitas Kredit
Untuk fasilitas kredit baru, calon debitur mengajukan surat pengajuan kredit
ke Bank BRP melalui bagian Administrasi Kredit/Seksi Kredit atau bagian
Pengembangan Usaha. Verifikasi dilakukan oleh Seksi Kredit. Saat menerima surat
pengajuan kredit, staf Seksi Kredit membubuhkan time stamp dan mencatat dalam
buku register.
Setelah menerima surat pengajuan kredit debitur yang telah diverifikasi,
bagian marketing/staf Seksi Kredit Bank mempersiapkan proposal kredit yang
terdiri dari:
a. Surat pengajuan kredit dari debitur
b. Memo Informasi
Memo Informasi di cetak (print out) dari Sistem Aplikasi Kredit (SAK)
berdasarkan data-data dan dokumen-dokumen valid yang telah diterima dari
(calon) debitur, termasuk data dari Sistem Informasi Debitur (SID). Tujuannya
adalah untuk mengecek kualitas kredit nasabah yang akan jadi debitur.
c. Dokumen-dokumen pendukung
1. Debitur perusahaan

Memorandum
(untuk
fasilitas
baru),
Additional
Memo
(jika
perpanjangan fasilitas), Profitability Analysis, Calculation Sheet for
Credit Spread, on the spot report (calon debitur), fotokopi Anggaran
Dasar (yang berlaku), List Collateral (bila ada aset yang dijaminkan)

Laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
(KAP) sesuai dengan kewajiban debitur pada UU No.40 tahun 2005
mengenai Perseroan Terbatas

Profil Perusahaan (Company Profile), termasuk produk dan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan

Dokumen-dokumen lainnya yang diperlukan bila ada aset yang
dijaminkan adalah persetujuan Presiden Direktur (jika perusahaan
PMA), PBB (jika aset yang dijaminkan adalah tanah dan bangunan) dan
disimpan di strong room
2. Debitur perorangan
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
57

Memorandum
(untuk
fasilitas
baru),
Additional
Memo
(jika
perpanjangan fasilitas), Profitability Analysis, Calculation Sheet for
Credit Spread, on the spot report (calon debitur), List Collateral (bila
ada aset yang dijaminkan)

Untuk debitur baru, keterangan/referensi mengenai calon debitur yang
jelas

Cetakan (print out) Data SID (Sistem Informasi Debitur) yang
diperoleh dari database BI untuk keperluan pengecekan kualitas kredit
nasabah

Fotokopi Akte Perjanjian Jual Beli dan Kuasa (jika ada aset yang
dijaminkan)

Fotokopi bukti sertifikat kepemillikan bangunan/tanah (jika ada aset
yang dijaminkan)

Guarantor’s Net Asset

Additional Information (antara lain: saldo di bank)
Setelah proposal kredit diverifikasi oleh bagian Credit Exam dan disetujui
oleh Direksi, tahapan selanjutnya adalah mempersiapkan perjanjian kredit. Bentuk
perjanjian kredit dapat berupa Perjanjian Pinjaman Aksep, Perjanjian Pinjaman
Overdraft, Perjanjian Fasilitas Factoring atau Cessie Agreement untuk Factoring.
Perjanjian Kredit harus memuat kewenangan direksi (jika berbentuk badan hukum),
alamat debitur (sesuai TDP), nominal pinjaman (angka dan terbilang), bunga dan
provisi, jangka waktu pinjaman (termasuk tanggal jatuh tempo), tata cara
pembayaran, susunan pemegang saham, direksi dan komisaris (yang terkini),
informasi mengenai anggaran dasar debitur, jaminan, serta persyaratan kredit
lainnya sebagaimana ditetapkan sebagai prasyarat dalam keputusan persetujuan
kredit.
Perjanjian kredit ditandatangani oleh pihak yang berhak sesuai Anggaran
Dasar (AD). Penandatanganan oleh pihak Bank BRP dilakukan oleh Presiden
Direktur BRP.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
58
Berikut merupakan bagan alur pembukaan fasilitas kredit:
Gambar 4.1. Alur Pembukaan Fasilitas Kredit
Sumber: SOP Bank BRP
4.1.2
Penilaian Jaminan
Jaminan debitur dapat berupa tanah dan bangunan, persediaan barang,
mesin-mesin dan tagihan-tagihan (Account Receivables).
Pemeriksaan dan
penilaian jaminan secara langsung (On The Spot/OTS) dilakukan sebelum
pengikatan jaminan.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
59
Persyaratan serta dokumen-dokumen jaminan yang harus dipenuhi dan
disediakan oleh debitur berdasarkan jenis jaminannya adalah:
a. Tanah dan Bangunan
Jaminan berupa tanah harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen seperti
fotokopi PBB, Sertifikat atau Akta Jual Beli. Sedangkan bangunan harus
memiliki IMB dan layout blueprint yang asli. Khusus untuk pinjaman senilai
minimal 5 milyar rupiah (atau ekuivalen), debitur harus menyerahkan bukti
penilaian (appraisal) yang dilakukan oleh Perusahaan Penilai Aset yang
independen. Jika pinjaman memiliki nilai di bawah 5 milyar rupiah (atau
ekuivalen) dan aset debitur tidak dinilai oleh Perusahaan Penilai Aset, nilai aset
cukup berdasarkan nilai yang tertera pada PBB.
b. Mesin-mesin
Debitur harus menyerahkan dokumen berisi daftar-daftar mesin yang
dijaminkan serta invoice mesin. Khusus untuk pinjaman senilai minimal 5
milyar rupiah (atau ekuivalen), debitur harus menyerahkan bukti penilaian
(appraisal) yang dilakukan oleh Perusahaan Penilai Aset yang independen.
Jika pinjaman memiliki nilai di bawah 5 milyar rupiah (atau ekuivalen) dan
aset debitur tidak dinilai oleh Perusahaan Penilai Aset, nilai aset cukup
berdasarkan nilai yang tertera pada laporan keuangan.
c. Persediaan (Stock) Barang dan Tagihan-Tagihan
Debitur harus menyerahkan dokumen berisi daftar berisi jumlah dan nilai
persediaan barang atau tagihan-tagihan yang dijadikan jaminan. Penilaian
dilakukan oleh Seksi Jaminan berdasarkan Laporan Keuangan Audit dari
Bagian Pengembangan Usaha.
Untuk jaminan berupa tanah, bangunan, dan mesin, penilaian (appraisal)
dilaksanakan minimal 2 (dua) tahun sekali. Sedangkan untuk jaminan berupa
inventory (persediaan barang) dan tagihan-tagihan, penilaian dilakukan minimal 1
(satu) tahun sekali.
Tahap berikutnya adalah pengikatan jaminan secara notarial. Jaminan yang
diberikan debitur antara lain berupa: tanah dan/atau bangunan, mesin-mesin,
tagihan (Account Receivables), stock barang, Letter of Guarantee (L/G), SB L/C,
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
60
saham, blokir rekening koran dan time deposit, Letter of Awareness, kapal atau
bentuk lainnya yang disetujui oleh direksi.
Pengendalian atas hak jaminan (pengikatan) oleh Bank BRP dibagi menjadi
3 kategori, yaitu sebagai berikut:

Pengikatan Kategori “A”
Jaminan yang proses pengikatannya masuk ke kategori ”A” diikat dengan akta
notaris dan disempurnakan dengan didaftarkan pada
Badan Pertahanan
Nasional/Kantor Fidusia Departemen Hukum dan HAM (pengikatan sempurna).
Khusus kapal, jaminan tersebut diikat dengan akta notaris dan didaftarkan pada
Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Direktorat
Perkapalan dan Kepelautan. Yang termasuk dalam kategori A adalah jaminan tanah
dan/atau bangunan, mesin-mesin, tagihan (A/R), stock barang dan kapal (Hipotik).

Pengikatan Kategori “B”
Jaminan yang proses pengikatannya masuk ke kategori ”B” diikat dengan akta
notaris saja. Kategori “B” berlaku untuk L/G (Letter of Guarantee) dan saham.

Pengikatan Kategori “C”
Jaminan yang proses pengikatannya masuk ke kategori “C” merupakan jaminan
yang diserahkan ke pihak bank dengan perjanjian di bawah tangan (tidak dibuatkan
akta notaris). Kategori ”C” dapat berupa semua jaminan, termasuk agunan tunai
seperti blokir rekening koran & Time Deposit.
Sebelum pengikatan jaminan, debitur diminta untuk menyerahkan
dokumen-dokumen berdasarkan jenis jaminan yang dijaminkan yaitu:

Jaminan Kategori “A”
Jaminan tanah dan bangunan, mesin-mesin, stock barang, tagihan/Account
Receivables, kapal/Hipotik) dokumen-dokumennya berupa:
a. Untuk tanah dan bangunan dokumen asli yang harus diserahkan yaitu:
i. Sertifikat tanah dan atau bangunan (SHM, SHGB, SHMSRS)
ii. Akte jual beli (jika ada)
iii. Surat IMB, blueprint bangunan (jika ada)
iv. Polis asuransi
v. Surat Persetujuan (direksi/komisaris/pemegang saham) sesuai akta
anggaran dasar (jika diperlukan)
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
61
vi. Surat persetujuan suami/istri untuk jaminan pribadi
b. Untuk mesin, stock barang, dan tagihan-tagihan (Account Receivables) dokumen
yang diserahkan asli, yaitu:
i. Surat Persetujuan (direksi/komisaris/pemegang saham) sesuai akta
anggaran dasar (jika diperlukan)
ii. Bukti kepemilikan jaminan (invoice/ BPKB)
iii. Surat pernyataan jaminan secara fidusia
iv. Daftar mesin/stock barang/tagihan (A/R)
c. Untuk kapal (hipotik) dokumen-dokumen yang diserahkan yaitu:
i. Surat Kebangsaan Kapal yang dikeluarkan oleh Negara/Pemerintah
(Copy)
ii. Perjanjian/Akta Jual Beli Peralihan Kapal (Copy)
iii. Surat Ijin Usaha Pelayaran Angkatan Laut (SIUPAL) (Copy)
iv.Surat
Ukur
Internasional
sementara/Internationale
Certificate
Provisional yang dikeluarkan oleh Syahbandar berdasarkan ketentuanketentuan Konvensi International tentang pengukuran kapal tahun 1969
(Copy)
v. Bill of Sale & Certificate of Cancellation, dari negara mana kapal tersebut
terdaftar sebelumnya atau Cargo Ship Safety Construction Certificate
(Copy)
Jika kapal berukuran ≥ 20m3 maka selain dokumen diatas, dokumen yang harus
diserahkan yaitu:
i. Surat laut/Pasa Kapal Tahunan (Copy)
ii. Surat ukur Kapal/Surat Ukur International (Copy)
iii. Surat Keterangan Laik Jalan (Copy)
iv. Surat izin Perjalanan dalam Negeri/Surat Ijin Berlayar (Copy)
v. Polis Asuransi atas kapal-kapal tersebut dilengkapi Banker’s Clause
(Asli)
vi. Salinan/Grosse Akta Pendaftaran/Balik Nama Kapal yang dikeluarkan
oleh pejabat pendaftar dan balik nama kapal dimana kapal didaftarkan
vii. Persetujuan Pemegang Saham (Asli)

Jaminan Kategori “B”
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
62
Jaminan berupa L/G (Letter of Guarantee) dan saham, dokumen-dokumen yang
diserahkan berupa :
a. Jaminan L/G dokumennya (Asli) adalah :
i. Surat Persetujuan (direksi/komisaris/pemegang saham) sesuai akta
anggaran dasar jika diperlukan
ii. Fotokopi KTP/passport dari penjamin
iii. Surat persetujuan istri/suami untuk Personnal Guarantee (PG)
iv. Fotokopi akte cerai (jika bercerai)
v. Fotokopi akte nikah/kartu keluarga (apabila menikah)
vi. Fotokopi akte pisah harta (apabila ada pisah harta)
vii. Kartu Keluarga
viii. Spesimen Kanji (untuk L/G dari Jepang)
ix. Dokumen-dokumen lain yang terkait apabila L/G dari Luar Negeri
b. Saham dokumennya (Asli) adalah:
i. Surat atau Akte Jual Beli saham
ii. Sertifikat saham
iii. Surat/perjanjian gadai saham

Jaminan Kategori “C”
Semua jaminan termasuk blokir rekening koran dan Time Deposit, dokumen yang
diserahkan harus berupa dokumen asli, yaitu:
i. Perjanjian gadai blokir rekening/Time Deposit
ii. Lampiran gadai blokir rekening/Time Deposit
Jaminan berupa fixed asset (tanah, bangunan, mesin-mesin, persediaan,
kendaraan dan kapal) wajib menyertakan penyerahan dokumen Polis Asuransi
terbaru. Jumlah/nilai sum insured yang tertera dalam polis asuransi harus dapat
menutupi nilai aset yang dijaminkan.
4.1.3 Drawdown (Pencairan Pinjaman)
Pencairan pinjaman hanya dapat dilakukan apabila:
1. Perjanjian Kredit sudah ditandatangani oleh pihak bank dan debitur; dan
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
63
2. Telah
dilakukan
pengikatan
jaminan
(kecuali
untuk
clean
based
customer/debitur tanpa jaminan) dan mendapat pengecualian dari Komite
Kredit.
Apabila terdapat tambahan dokumen sesuai Anggaran Dasar (AD) yang
belum dilengkapi, maka proses drawdown baru dapat dilaksanakan bila ada
persetujuan dari direktur yang membawahi Seksi Kredit.
Dokumen yang diperlukan untuk drawdown pinjaman dari debitur untuk
pertama kalinya adalah:
1. Perjanjian Kredit (original)
2. Surat permohonan drawdown (original)
3. Aplikasi Kredit (copy)
4. Promissory Notes (P/N) (original)
5. Dokumen lain yang dipersyaratkan dalam AD/ART debitur, seperti surat
persetujuan direksi/komisaris/ persetujuan RUPS dan surat jaminan.
Untuk drawdown selanjutnya, Perjanjian Kredit dan surat persetujuan
direksi/komisaris/RUPS tidak diperlukan, kecuali saat penambahan pinjaman
(berdasarkan yang dipersyaratkan dalam AD/ART debitur).
Setelah menerima dokumen dari debitur, bagian Maker dari Seksi Kredit
harus memeriksa dan membubuhkan time stamp pada setiap dokumen yang
diterima. Khusus untuk debitur yang menggunakan fasilitas fax, surat permohonan
dan P/N dapat diterima melalui fax terlebih dahulu untuk selanjutnya dokumen asli
diserahkan bank.
Seksi Kredit harus memeriksa dan memastikan bahwa:
i.
Dokumen telah lengkap. Pastikan Checklist Drawdown and Binding
Documents telah lengkap.
ii.
Kewenangan untuk menandatangani P/N telah sesuai dengan AD/ART
dan spesimen.
iii.
Nama dan alamat debitur pada P/N sesuai dengan TDP.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
64
iv.
Nominal dalam angka dan terbilang sudah sesuai.
v.
Tanggal drawdown adalah tanggal pada hari tersebut.
vi.
Apabila tanggal permohonan drawdown adalah untuk tanggal yang akan
datang, maka lakukan pencatatan dalam buku titipan.
vii.
P/N telah dibubuhi materai dan stempel perusahaan.
Gambar 4.2. Alur Proses Drawdown
Sumber: SOP Bank BRP
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
65
Setelah pemeriksaan dokumen, tahap berikutnya adalah mempersiapkan
data COLF dan PLR (Prime Lending Rate) terkini yang disediakan oleh bagian
credit examination. Instruksi drawdown dibuat berdasarkan surat permohonan
drawdown dan fotokopi aplikasi kredit. Kurs suku bunga di instruksi drawdown
harus dipastikan sesuai dengan COLF dan PLR terkini. Sisa plafon yang dimiliki
debitur diperiksa melalui CE (Customer Enquiry) pada sistem Equation. Bagian
approver memastikan kelengkapan pengisian instruksi drawdown dengan
membandingkan ke dokumen-dokumen pendukung (surat permohonan debitur,
fotokopi Aplikasi Kredit, data COLF dan PLR). Setelah itu approver menyerahkan
instruksi drawdown ke Bagian Pengembangan Usaha (atau marketing officer kantor
cabang) dan Bagian Treasury untuk memastikan kesiapan dana drawdown agar
kemudian dapat ditransfer ke rekening debitur.
4.2
Prosedur Loan Review oleh KAP OBSE
4.2.1
Model Audit Program (MAP) KAP OBSE
Sebelum melakukan prosedur loan review, auditor terlebih dahulu
melakukan audit design, yaitu merancang dan mengembangkan prosedur yang akan
dijalankan dalam tahapan audit tersebut. KAP OBSE menggunakan istilah MAP
(Model Audit Program) untuk audit design tersebut. Risiko yang telah diidentifikasi
terkait dengan bisnis klien disesuaikan dengan asersi tujuan audit yang relevan
untuk kemudian ditetapkan prosedur yang harus dilakukan auditor atas risiko
tersebut.
Setiap kelompok akun yang signifikan pada laporan keuangan perusahaan
dibuatkan MAP masing-masing sebagai arahan prosedur audit yang harus
dilakukan untuk memeriksa risiko tiap akun tersebut. Prosedur loan review
termasuk salah satu bagian dari MAP Loan and Advances to Customers. Penulis
merangkum MAP yang khusus terkait dengan loan review sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tabel MAP Loan Review
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
66
Transaction-
Prosedur
Akun Terkait
Related Audit
Objectives
Completeness
1. Melakukan pengecekan atas Kredit yang diberikan
pembukaan
loan
baru
dan/atau perubahan fasilitas
atau
term
loan
dalam
dokumen terkait (Email dari
Bank
Arranger,
surat
aplikasi kredit, laporan jurnal
transaksi Credit Application,
daftar jaminan, Commisioner
Approval
dan
Journal
Transaction
2. Memeriksa
otorisasi
dari
masing-masing dokumen
3. Melakukan
pemeriksaan
kepada
nominatif
jumlah
kredit
apakah
yang
di-
approve pada hari tersebut
telah
tercatat
dalam
nominatif.
Existence
1. Memeriksa
ke
dokumen Kredit yang diberikan
terkait mengenai kebenaran
dari isi dokumen dengan
yang diinput dalam sistem
(Credit Application, daftar
jaminan,
Approval
Commisioner
dan
Journal
Transaction)
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
67
2. Memeriksa otorisasi yang
terdapat di dokumen terkait
Right
and Periksa sertifikat kepemilikan Kredit yang diberikan
Obligation
dan
dokumen
pendukung
lainnya terhadap semua sampel
loan review.
Valuation
and Lakukan pemilihan sampel loan Pendapatan bunga
Allocation
review. Untuk setiap sampel
terpilih
lakukan
review
dokumentasi loan file. Pastikan
semua terms and conditions
(Tingkat bunga, principal, dan
lain-lain) tercatat dengan akurat
dalam loan system.
Realizable Value
Memastikan bahwa data yang Beban cadangan
digunakan untuk perhitungan kerugian penurunan
CKPN
(Cadangan
Kerugian nilai
Penurunan Nilai) sudah sesuai.
Lakukan pemeriksaan terhadap
dokumen terkait kredit dari
sampel
terpilih.
Lakukan
penilaian kualitas kredit pada
tiap sampel terpilih berdasarkan
kertas kerja loan review.
Sumber: MAP KAP OBSE telah diolah kembali
4.2.2
Prosedur Audit Loan Review
Dari beberapa prosedur audit yang dilakukan terhadap akun kredit, penulis
akan membahas secara lebih spesifik mengenai prosedur penelaahan kredit (loan
review). Tahapan proses loan review yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
68
Gambar 4.3. Proses Loan Review
Penetapan Sampel Debitur
Pengumpulan Dokumen
Terkait Kredit
Pengecekan Dokumen &
Penilaian Kualitas Kredit
Pembandingan Grading
Audit dengan Grading Bank
Pengungkapan Temuan
Sumber: Prosedur Loan Review KAP OBSE
4.2.2.1 Penetapan Sampel Debitur
Sebelum melakukan loan review, KAP OBSE melakukan proses penentuan
sampel dari populasi, yaitu semua debitur yang tercatat memiliki fasilitas kredit dari
Bank BRP sampai dengan 31 Desember 2012. Namun karena keterbatasan akses
informasi yang dimiliki penulis sebagai trainee di KAP OBSE, proses
penghitungan dan penentuan sampel tidak dapat diperoleh penulis sehingga tidak
dicantumkan. Jumlah debitur yang terpilih sebagai sampel untuk proses loan review
adalah sebanyak 75 debitur dari total populasi 319 debitur.
4.2.2.2 Pengumpulan Dokumen Terkait Kredit
Setelah sampel debitur ditetapkan, tahap berikutnya yang harus dilakukan
adalah memperoleh bukti audit berupa dokumen-dokumen kredit yang harus
dipersiapkan oleh pihak Bank terkait dengan fasilitas kredit yang diterima oleh 75
debitur yang menjadi sampel. Dokumen-dokumen kredit yang dibutuhkan antara
lain:
i.
Perjanjian Kredit (PK), termasuk Memorandum Rekomendasi Kredit
(MRK) dan Memorandum Penyediaan Fasilitas (MPF)
ii.
Company Profile, yang berisi profil umum debitur
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
69
iii.
Daftar Loan Balance dan nominatif yang memuat data mengenai jumlah
fasilitas pinjaman, angka kolektabilitas, dan jangka waktu pinjaman debitur
iv.
Laporan Keuangan Audited terkini milik debitur
v.
List Agunan, yang memuat rincian mengenai agunan yang dijaminkan oleh
debitur
vi.
Laporan Penilai Independen, yang berisikan independent appraisal
terhadap agunan debitur
vii.
Polis asuransi agunan
viii.
Segala dokumen terkait kepemilikan dan pengikatan agunan, termasuk
sertifikat asli
4.2.2.3 Pemeriksaan Dokumen dan Penilaian serta Pembandingan Kualitas
Kredit
Setelah mendapatkan data-data dari dokumen kredit, tahap selanjutnya
adalah memeriksa dan memasukkannya ke dalam kertas kerja (working paper) loan
review. Kertas kerja yang diperlukan sebanyak jumlah debitur yang menjadi
sampel, yaitu 75 buah. Kertas kerja digunakan untuk memaparkan dan menganalisis
aspek-aspek dalam pemberian kredit oleh bank sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Analisis berbagai aspek tersebut bertujuan untuk menilai kualitas kredit
atau kolektabilitas fasilitas kredit masing-masing debitur.
Kertas kerja loan review KAP OBSE terdiri dari 5 (lima) bagian utama,
yaitu:
1. Pengecekan data debitur dan fasilitas pinjaman
Sumber dokumen: Dokumen Company Profile, daftar nominatif kredit, Loan
Balance, File BI Checking, Memorandum Rekomendasi Kredit (MRK),
Memorandum Penyediaan Fasilitas (MPF), Perjanjian Kredit, dan Credit
Application.
Tujuan:
-
Memeriksa kecocokan fasilitas kredit dengan dokumen perjanjian
-
Mengevaluasi kesesuaian penggunaan pinjaman dengan usaha yang
dijalankan oleh debitur
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
70
-
Menganalisis risiko-risiko kelompok usaha debitur yang terkait dengan
usaha debitur
-
Memeriksa kesesuaian kredit dengan BMPK (Batas Maksimum Pemberian
Kredit)
2. Pengecekan susunan pengurus dan pemegang saham
Sumber dokumen: Laporan keuangan, Notarial Deed, Memorandum
Rekomendasi Kredit (MRK), Memorandum Penyediaan Fasilitas (MPF) dan
Perjanjian Kredit.
Tujuan:
-
Memeriksa keterkaitan dengan pihak Bank dan/atau grup usaha
-
Memberikan informasi tambahan mengenai susunan pengurus dan struktur
modal debitur
3. Penilaian atas kondisi keuangan
Sumber dokumen: Laporan keuangan, kertas kerja cek bayar
Tujuan:
-
Memberikan gambaran umum mengenai kondisi keuangan perusahaan
melalui perhitungan dan analisis rasio-rasio keuangan
-
Mengecek ketepatan pembayaran yang dilakukan debitur
4. Pemeriksaan agunan
Sumber dokumen: Dokumen Daftar Agunan, Letter of Guarantee, Akta
Pemberian Jaminan, sertifikat kepemilikan, Sertifikat/Akta Pemberian Hak
Tanggungan,
Sertifikat/Akta
Jaminan
Fidusia,
Laporan
Penilai
Intern/Independen, polis asuransi, serta dokumen lainnya yang terkait dengan
pemberian dan pengikatan jaminan.
Tujuan:
-
Memeriksa ketersediaan dokumen atas jaminan dan pengikatannya
-
Memeriksa dan memastikan kesesuaian daftar agunan dengan dokumen
pendukungnya
-
Memeriksa dan memastikan kekuatan hukum pengikatan atas agunan
melalui dokumen legalnya
-
Memastikan nilai agunan sama dengan atau lebih besar dari nilai fasilitas
kreditnya
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
71
-
Memastikan kesesuaian agunan dengan aturan PBI
-
Memeriksa dan memastikan asuransi tidak kadaluarsa serta memiliki nilai
tanggungan yang dapat menutupi besarnya nilai agunan
5. Pengisian matriks penentuan kualitas kredit
Sumber dokumen: Bagian 1, 2, 3, dan 4 dari kertas kerja loan review
Tujuan:
-
Memberikan pembobotan nilai prospek usaha, kondisi keuangan, serta
kemampuan membayar sesuai dengan aturan PBI
-
Menilai kualitas kredit debitur berdasarkan pembobotan
-
Mengecek kesesuaian grading auditor dengan grading bank
Secara lebih rinci, kelima bagian dalam kertas kerja loan review diisi
dengan pedoman sebagai berikut:
1.
Pengecekan Data Debitur dan Fasilitas Pinjaman
Bagian ini berisi informasi umum mengenai data debitur dan fasilitas
pinjaman yang didapatkannya, rinciannya adalah:
a) Profil Debitur
Profil debitur antara lain berisi:
-
Nama dan alamat debitur
-
NPWP
-
Nomor Rekening
-
Golongan dan grup usaha debitur
-
Nama Credit Committee, Credit Examination, dan Collateral Approver
untuk debitur tersebut
-
Ada/tidaknya penyertaan dari bank
-
Ada/tidaknya penyelamatan kredit
Data mengenai profil debitur bersumber dari Company Profile yang
disediakan klien dan Memorandum Rekomendasi Kredit (MRK). Data ini
berguna untuk mengevaluasi kesesuaian penggunaan pinjaman dengan
usaha yang dijalankan oleh debitur. Profil debitur juga membutuhkan data
dari kelompok usaha debitur yang penting untuk menganalisis risiko-risiko
kelompok usaha debitur yang terkait dengan usaha debitur.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
72
Gambar 4.4 Data Debitur dan Ringkasan Fasilitas Kredit
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
Pengidentifikasian kelompok usaha debitur dan pihak terkait sangat
penting karena berkaitan erat dengan kemampuan membayar dan
kolektabilitas debitur. Analisis terhadap data kelompok usaha debitur
berguna untuk mengidentifikasi pihak terkait atau kelompok peminjam
yang dapat meningkatkan risiko kredit melalui pelanggaran BMPK.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
73
Debitur digolongkan sebagai anggota suatu kelompok peminjam
apabila debitur mempunyai hubungan pengendalian dengan peminjam lain
baik melalui hubungan kepemilikan, kepengurusan, dan atau keuangan,
yang meliputi:
-
Debitur merupakan pengendali peminjam lain
-
Satu pihak yang sama merupakan pengendali dari beberapa
peminjam (common ownership)
-
Debitur memiliki ketergantungan keuangan kepada peminjam lain
-
Debitur menerbitkan jaminan (guarantee) untuk mengambil alih dan
atau melunasi sebagian atau seluruh kewajiban peminjam lain dalam hal
peminjam lain tersebut gagal memenuhi kewajibannya kepada bank.
-
Direksi, komisaris, dan atau pejabat eksekutif debitur menjadi
direksi dan atau komisaris pada peminjam lain
Pihak terkait adalah perorangan atau perusahaan/badan yang
mempunyai hubungan pengendalian dengan Bank BRP, baik secara
langsung maupun tidak langsung, melalui hubungan kepemilikan,
kepengurusan, dan atau keuangan.
Selain mengidentifikasi pihak terkait dengan bank dan kelompok
peminjam, auditor juga harus menentukan apakah pihak terkait ataupun
kelompok peminjam tersebut melampaui atau melanggar BMPK dengan
ketentuan sebagai berikut (PBI Nomor 7/3 tahun 2005):
- Penyediaan dana kepada debitur individual yang bukan pihak terkait
dengan bank maksimum sebesar 20% dari modal bank
- Penyediaan dan kepada satu kelompok peminjam yang bukan pihak
terkait dengan bank maksimum 25% dari modal bank
- Seluruh portofolio penyediaan dana kepada pihak terkait dengan bank
ditetapkan paling tinggi 10% dari modal bank
- Penyediaan Dana Bank kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
untuk tujuan pembangunan dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak
ditetapkan paling tinggi sebesar 30% (tiga puluh perseratus) dari Modal
Bank.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
74
Jika dalam review auditor menemukan debitur yang melanggar
ketentuan BMPK, auditor wajib membuat catatan tersendiri yang nantinya
akan didiskusikan dengan pihak manajemen bank.
b) Ringkasan Fasilitas Kredit
Fasilitas kredit terdiri dari pinjaman langsung dan pinjaman tidak
langsung. Pinjaman langsung meliputi kredit investasi dan kredit modal
kerja. Sedangkan pinjaman tidak langsung mencakup garansi bank, letter
of credit (L/C), dan tagihan akseptasi.
Poin-poin dalam ringkasan fasilitas kredit antara lain:
1) Jenis fasilitas
Data fasilitas kredit diambil dari daftar nominatif kredit, dan
dibandingkan dengan MRK/MPF/PK. Biasanya di MRK akan muncul
fasilitas lain di luar yang tertera di nominatif, yaitu fasilitas yang
termasuk ke dalam pinjaman tidak langsung.
2) Jangka waktu
Jangka waktu adalah lamanya kredit berlangsung, dibandingkan antara
jangka waktu di nominatif dengan MRK/MPF/PK. Apabila ditemukan
perbedaan jangka waktu, biasanya terjadi akibat adanya perpanjangan
dari fasilitas, dan apabila hal itu terjadi auditor harus melakukan
investigasi ke pihak Bank.
3) Nilai plafon kredit
Nilai plafon adalah batas maksimum dari masing-masing nilai fasilitas
kredit, yang diberikan bank kepada debitur. Data ini diambil dari
nominatif kredit dan dibandingkan dengan MRK/MPF/PK. Apabila
dalam pemeriksaan terdapat perbedaan, biasanya akibat adanya
persetujuan
baru
antara
debitur
dengan
bank
untuk
menaikkan/menurunkan plafond dari fasilitas. Apabila hal ini terjadi,
auditor harus melakukan investigasi ke pihak Bank.
4) Nilai baki debet (outstanding) kredit
Nilai baki debet (outstanding) adalah nilai fasilitas yang telah
digunakan dan belum dilunasi oleh debitur per periode waktu. Data ini
diambil dari daftar nominatif kredit.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
75
5) Suku bunga
Suku bunga adalah persentase bunga yang dibebankan bank kepada
debitur atas fasilitas yang diberikan. Data diambil dari daftar nominatif
kredit, dan dibandingkan dengan MRK/MPF/PK. Apabila terjadi
perbedaan, kemungkinan karena adanya persetujuan baru antara debitur
dengan bank untuk menaikkan/menurunkan suku bunga. Audtior harus
melakukan investigasi lanjut ke pihak bank.
6) Jenis penggunaan kredit
Jenis penggunaan kredit adalah informasi singkat mengenai tujuan
debitur melakukan peminjaman. Data ini bisa didapat dari MRK/MPF.
7) Sektor ekonomi debitur
Bagian ini berisi informasi mengenai jenis industri dari debitur. Data
ini bisa didapat dari MRK/MPF.
Gambar 4.5 Latar Belakang Debitur
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
c) Latar Belakang
Latar belakang diisi dengan gambaran umum dari debitur, sejarah berdiri,
kegiatan usaha, lini usaha, sejarah hubungan dengan bank, market rank
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
76
dalam industri, supplier utama, konsumen utama, prospek usaha debitur
dan tujuan peminjaman yang dilakukan. Informasi ini merupakan informasi
tambahan yang memberikan gambaran umum mengenai bisnis debitur.
d) Keterangan Perjanjian Kredit
Gambar 4.6 Keterangan Perjanjian Kredit
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
Bagian ini berisi rincian sebagai berikut:

Application for Credit Facility
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
77
Berisi nomor aplikasi, tanggal, serta nama otorisasi Bank yang
menandatangani

Credit Agreement
Berisi nomor perjanjian, tanggal, nama otorisasi Bank yang
menandatangani, serta nama perwakilan debitur yang menandatangani

Amendment to the Credit Agreement
Berisi nomor amandemen, tanggal, nama otorisasi Bank dan nama
perwakilan debitur yang menandatangani, serta isi perubahan dalam
amandemen

Memorandum Rekomendasi Kredit (MRK)
Rincian MRK berisi nomor MRK, tanggal, serta nama dan tanda tangan
otorisasi bank yang menyetujui.

Memorandum Penyediaan Fasilitas (MPF)
Rincian MPF berisi nomor MPF, tanggal, nama dan tanda tangan
otorisasi bank yang menyetujui, serta biaya-biaya provisi/administrasi
yang terkait.

Perjanjian Kredit (PK)
Rincian PK berisi nomor PK, tanggal dan nama notaris yang
mengesahkan perjanjian.
2.
Pengecekan Susunan Pengurus dan Pemegang Saham
Bagian ini berisikan data debitur mengenai susunan pengurus, pemegang
saham, dan keterkaitan dengan pihak Bank atau grup lainnya. Informasi yang
harus dimuat antara lain mengenai struktur organisasi singkat dari peminjam,
yang terdiri dari susunan komisaris, direksi, dan pemegang saham beserta
jumlahnya. Data ini biasanya diisi ketika peminjam termasuk dalam kategori
debitur korporasi, namun tidak menutup kemungkinan debitur perorangan
memiliki data ini, karena ada kemungkinan debitur termasuk dalam kategori
perorangan namun melakukan peminjaman untuk kepentingan perusahaannya
dan bukan perorangan. Data ini didapat dari MRK/MPF/PK.
Keterkaitan dengan pihak Bank/grup adalah informasi atas hubungan
debitur dengan Bank peminjam/perusahaan lain yang membentuk grup usaha.
Selain itu auditor juga dapat memasukkan informasi tambahan mengenai
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
78
susunan pengurus debitur berupa pengangkatan dewan direksi dan atau dewan
komisaris baru serta struktur modal debitur.
Gambar 4.7 Susunan Pengurus dan Pemegang Saham Debitur
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
3.
Penilaian Atas Kondisi Keuangan
Informasi ini berkaitan dengan laporan keuangan debitur yang
disyaratkan oleh Bank. Biasanya data ini hanya dapat diisi apabila peminjam
adalah debitur korporasi. Data ini dapat diambil dari laporan keuangan audited
terbaru milik debitur.
a. Rasio keuangan dan komentar pemeriksa
Bagian ini merangkum beberapa informasi yang diambil dari laporan
keuangan seperti aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan laba kemudian
mengolahnya menjadi beberapa rasio untuk menilai keuangan perusahaan,
antara lain:
- Solvabilitas, merupakan kemampuan total aset perusahaan untuk
menutupi kewajibannya. Didapat dari membagi total aset dengan total
kewajibannya.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
79
- Likuiditas, merupakan kemampuan aset lancar perusahaan untuk
menutupi kewajiban jangka pendeknya. Didapat dari membagi total aset
lancar dengan total utang jangka pendek.
- Leverage, merupakan rasio untuk melihat perbandingan ekuitas dan
utang yang digunakan untuk modal usaha perusahaan. Didapat dengan
cara membagi total kewajiban dengan total ekuitas.
- Profitabilitas (ROA), merupakan rasio untuk melihat seberapa besar
perusahaan mampu menghasilkan revenue dari aset yang dimilikinya.
Didapat dengan membagi EBT (Earning Before Tax) dengan total aset.
- Profitabilitas (ROE), merupakan rasio untuk melihat seberapa besar
perusahaan mampu menghasilkan revenue dari ekuitas yang ada.
Didapat dengan membagi EBT (Earning Before Tax) dengan total
ekuitas.
Gambar 4.8 Rasio Keuangan
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
Setelah mendapat nilai rasio-rasio tersebut, auditor memasukkan penilaian
singkat mengenai keuangan perusahaan ke dalam kolom komentar
pemeriksa. Komentar pemeriksa juga memuat nama KAP dan tahun audit
debitur yang bersangkutan.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
80
Gambar 4.9 Komentar Pemeriksa Dan Keterangan Lainnya
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
b. Sumber dana debitur
Bagian ini berisi keterangan mengenai sumber dana debitur untuk
pelunasan kredit. Selain itu dimasukkan juga proyeksi kemampuan untuk
melunasi kredit berdasarkan Statement of Cash Flow dalam laporan
keuangan.
c. Analisis kondisi keuangan dan kondisi usaha
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
81
Bagian ini berisi penjelasan singkat mengenai kondisi keuangan, apakah
perusahaan berhasil membukukan profit pada periode sebelumnya dan
kelancaran kondisi kegiatan usaha debitur, dilihat dari tingkat penjualan
debitur dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
d. Keteraturan pembayaran
Keteraturan pembayaran angsuran pokok/bunga kredit debitur dilihat dari
kertas kerja cek bayar (proses audit di luar loan review).
e. Perpanjangan kredit
Bagian ini berisi keterangan apakah telah terjadi perpanjangan kredit atau
adanya pinjaman baru yang digunakan untuk menutupi kerugian debitur.
4.
Pemeriksaan Agunan
Sebagai jaminan jika debitur suatu saat tidak mampu melunasi pinjamannya,
debitur harus menjaminkan sejumlah agunan tertentu dengan nilai yang dapat
menutupi nilai pinjamannya kepada Bank. Total nilai seluruh agunan yang
dijaminkan harus lebih besar atau sama dengan jumlah fasilitas kredit yang
didapatkan debitur. Auditor harus memeriksa kelengkapan dokumen-dokumen
yang disediakan dan memasukannya ke dalam data agunan, dengan rincian:
a. Jenis agunan
Jenis jaminan yang diberikan debitur. Mengacu pada PBI Nomor
7/2/PBI/2005, Nomor 9/6/PBI/2007, serta Nomor 14/15/PBI/2012, jenis
jaminan yang dapat diberikan antara lain tanah/bangunan, kendaraan,
pesawat terbang, kapal laut, kendaraan bermotor, bilyet giro, saham, kas,
dan piutang. Auditor harus memastikan jenis dan jumlah agunan yang ada
pada daftar agunan sama dengan yang tertera pada Perjanjian Kredit. Jika
terdapat perbedaan, dalam arti terjadi penggantian jaminan, penggantian
jaminan tersebut harus didokumentasikan oleh bagian Credit Collateral
dan Credit Exam dan disetujui oleh pejabat Bank yang berwenang.
b. Nilai agunan
Bagian ini berisi nilai agunan yang telah dinilai oleh bank dan/atau penilai
independen, sesuai dengan ketentuan pada Pasal 45 PBI Nomor
14/15/PBI/2012, yaitu:
Penilaian agunan paling kurang dilakukan oleh:
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
82
(a) Penilai independen untuk Aset Produktif kepada debitur atau Kelompok
Peminjam dengan jumlah lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar
rupiah);
(b) Penilai intern Bank untuk Aset Produktif kepada debitur atau Kelompok
Peminjam dengan jumlah sampai dengan Rp 5.000.000.000,00 (lima
milyar rupiah).
Data ini didapat dari laporan penilaian independen atau laporan penilaian
agunan bank. Khusus untuk laporan penilaian independen, appraisal
terhadap jaminan harus dilakukan setiap 2 (dua) tahun sekali. Nama
appraiser dan tanggal appraisal harus dimasukkan ke dalam kertas kerja.
Apabila tanggal appraisal telah melewati masa 2 (dua) tahun pada saat
penilaian auditor, maka debitur harus memperbaharui penilaian independen
tersebut. Penilai independen terhadap aset jaminan debitur biasanya
appraiser independen yang direkomendasikan atau dipercaya oleh Bank
BRP.
c. Lokasi agunan
Berisi informasi mengenai alamat lokasi agunan atau tempat debitur
menyimpan agunan tersebut.
d. Status/kepemilikan dan pengikatan
Dokumentasi berisi status/kepemilikan dan pengikatan penting untuk
mengetahui status kepemilikan aset yang dijadikan jaminan oleh debitur
dan meyakinkan bahwa aset tersebut sudah diikat secara hukum untuk
menjadi jaminan terhadap fasilitas kredit yang didapat debitur.
Dokumen-dokumen terkait dengan kepemilikan dan pengikatan yang harus
tersedia dan diperiksa oleh auditor berdasarkan jenis agunan antara lain:

Untuk agunan berupa tanah dan bangunan, agunan harus diikat dengan
Sertifikat Hak Tanggungan (SHT). Sertifikat Hak Tanggungan adalah
sertifikat yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang
menjaminkan hak atas tanah dan bangunan yang dijadikan jaminan
fasilitas kredit kepada Bank dengan nilai pertanggungan tertentu.
Sebelum menganalisis keberadaan Sertifikat Hak Tanggungan ini,
auditor harus memastikan bahwa buku tanah atau Sertifikat Hak Milik
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
83
(SHM) atas tanah dan bangunan, Surat Kuasa Membebankan Hak
Tanggungan (SKMHT), dan Akta Pemberian Hak Tanggungan
(APHT) adalah atas nama (hak tanggung) Bank. Di dalam Sertifikat
Hak Tanggungan, ada beberapa hal yang harus diklarifikasi auditor,
yakni hak tanggungan, peringkat tanggungan, dan nilai pertanggungan.
Hak tanggungan yang tertera dalam Sertifikat Hak Tanggungan harus
atas nama Bank, dan nilai pertanggungan yang tertera dalam Sertifikat
Hak Tanggungan harus sesuai dengan surat persetujuan kredit. Selain
itu, auditor juga harus memastikan bahwa jaminan atas fasilitas kredit
yang tertera dalam Sertifikat Hak Tanggungan tidak menjadi jaminan
atas fasilitas kredit di bank lain. Data yang diambil dan diperiksa untuk
informasi ini adalah :

-
Jenis dan nomor Sertifikat/akta
-
Jangka waktu
-
Luas tanah/bangunan
-
Nama pemilik
-
Nama notaris/PPAT
Untuk agunan berupa mesin-mesin (machineries), piutang dagang
(cessie), dan persediaan agunan tersebut harus diikat dengan Sertifikat
Jaminan Fidusia yang menyatakan bahwa agunan tersebut dijaminkan
pada Bank dan nilai penjaminan minimal sesuai dengan fasilitas yang
tertera dalam perjanjian kredit. Auditor harus memperoleh data-data
mengenai mesin-mesin, piutang atau persediaan dengan nilai yang
tertera lebih besar atau paling tidak sama dengan nilai yang dijaminkan.
Data yang diambil dan diperiksa untuk informasi ini adalah :
-
Surat pernyataan penyerahan fidusia beserta list agunan yang
dijaminkan, ditandatangani oleh pejabat perusahaan (debitur) yang
berwenang
-
Nomor Sertifikat/Akta Fidusia
-
Jangka waktu
-
Nama notaris
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
84

Untuk agunan berupa kendaraan bermotor, debitur harus menyerahkan
BPKB (Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor) asli kepada Bank selama
jangka waktu fasilitas kredit. Debitur juga harus memberikan Surat
Pernyataan Penyerahan Jaminan Secara Fidusia yang ditandatangani
oleh pejabat perusahaan (debitur) yang berwenang. Pengikatan
dilakukan dengan Sertifikat Jaminan Fidusia dan Akta Jaminan Fidusia
Atas Kendaraan-Kendaraan oleh notaris. Data-data yang diambil dan
diperiksa untuk informasi ini adalah:
-
Daftar berisi kendaraan-kendaraan yang djaminkan, meliputi:
 Nomor plat kendaraan
 Nomor rangka dan mesin
 Tipe kendaraan
 Tahun pembuatan kendaraan
 Warna kendaraan
 Harga perolehan kendaraan
 Nomor BPKB/SP BPKB

-
Nomor Sertifikat/Akta Fidusia
-
Jangka waktu
-
Nama notaris
Untuk agunan berupa pesawat udara dan kapal laut dengan ukuran di
atas 20 meter kubik, agunan harus diikat secara hipotek. Penilaian atas
jaminan ini harus dilakukan oleh KJPP (Kantor Jasa Penilai Publik)
yang memiliki kompetensi untuk menaksir nilai aset berupa pesawat
udara dan kapal laut. Data yang diambil dan diperiksa untuk informasi
ini adalah :
-
Ukuran (dimensi) dan berat pesawat/kapal
-
Khusus untuk kapal laut, harus ada informasi tentang IMO
(International Maritime Organization) number
-
Bukti kepemilikan berupa bill of sale/acceptance/invoice
-
Grosse Akte Hipotek, berisi nomor hipotek, tanggal, dan nama
pihak yang mendapatkan hak hipotek (harus atas nama Bank)
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
85

Untuk agunan tunai, pengikatan jaminan telah cukup kuat atau legally
enforceable meskipun dilakukan secara bawah tangan (antara debitur
dengan Bank). Pengikatan jaminan yang dimaksud untuk agunan tunai
adalah surat gadai agunan tunai dan surat kuasa pencairan jaminan yang
disiapkan oleh debitur dan bermaterai. Pasal-pasal yang tertera dalam
surat kuasa pencairan jaminan ataupun surat gadai harus mencakup halhal yang menjadi prasyarat keabsahan agunan tunai sebagaimana diatur
dalam PBI No. 14/15/PBI/2012. Selain itu, auditor juga harus melihat
ke dokumen asli agunan tunai, misalnya surat deposito, dam
memastikan bahwa dokumen tersebut telah distempel “dijaminkan”,
yang berarti Bank memiliki wewenang untuk melakukan pencairan
agunan kapan saja termasuk pencairan sebagian untuk membayar
tunggakan pokok dan atau bunga.

Untuk agunan berupa Letter of Guarantee (LG) baik personal maupun
corporate guarantee, pengikatan jaminan berupa akta pemberian
jaminan pribadi atau corporate guarantee dan guarantee agreement
yang ditandatangani oleh debitur, pasangan (istri/suami) debitur, dan
pihak Bank yang diwakili Presiden Direktur Bank.
e. Asuransi
Agunan yang berupa bangunan, mesin-mesin, kendaraan, atau persediaan
yang dijadikan jaminan atas fasilitas kredit wajib diasuransikan untuk
meminimalisir risiko agunan. Nilai yang diasuransikan minimal sebesar
100% dari nilai agunan yang dijaminkan. Asuransi harus dilengkapi dengan
banker’s clause yaitu klausula yang memberikan hak kepada Bank untuk
menerima uang pertanggungan dalam hal terjadi pembayaran klaim.
Jangka waktu asuransi untuk semua jenis fasilitas kredit paling kurang
memiliki tanggal kadaluarsa sesuai dengan periode audit, yaitu 31
Desember 2012. Jika jangka waktu kredit habis sebelum 31 Desember
2012, maka setidaknya jangka waktu asuransi harus menutupi jangka
waktu kredit. Polis asuransi yang diperiksa auditor haruslah dokumen polis
yang asli, bukan fotokopi. Data yang perlu diambil dalam informasi atas
asuransi agunan adalah:
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
86
-
Nama perusahaan asuransi
Jenis polis asuransi
Nomor polis
Jangka waktu
Jumlah pertanggungan (Sum insured)
Banker’s clause (QQ Bank klien)
Gambar 4.10 Data Agunan
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
87
Gambar 4.11 Total Nilai Agunan
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
5.
Pengisian Matriks Penentuan Kualitas Kredit
Pada bagian akhir kertas kerja, dibuat matriks penilaian berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI tahun 2012 tentang Penilaian Kualitas Aset
Bank Umum dan Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/3/DPNP
tahun 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.
a. Prospek usaha debitur
i. Potensi pertumbuhan usaha
Indikator yang dapat digunakan untuk melihat potensi pertumbuhan
usaha debitur adalah product life cycle. Product life cycle terdiri dari 5
tahap yaitu:
 New product development stage
Tahap ini adalah tahapan awal sekali dimana debitur memulai
usahanya. Tahap ini ditandai dengan tingginya kebutuhan modal
debitur, rendahnya tingkat pendapatan debitur, dan biasanya disertai
kerugian.
 Market introduction stage
Pada tahap ini volume penjualan debitur masih rendah, biaya masih
tinggi, debitur masih berusaha memperkenalkan produk/jasanya
kepada masyarakat, dan biasanya masih mengalami kerugian.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
88
Gambar 4.12 Matriks Kualitas Kredit – Prospek Usaha Debitur
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
89
 Growth stage
Dengan skala produksi yang bertambah besar, maka pada tahap ini
biaya yang dikeluarkan debitur mulai berkurang, masyarakat mulai
mengenali produk/jasa debitur, usaha tersebut mulai memberikan
keuntungan, namun mulai muncul pesaing-pesaing dalam pasar.
 Mature stage
Volume penjualan mencapai puncaknya pada tahapan ini yang
menjadikan usaha debitut menjadi sangat menguntunkan, biaya yang
dikeluarkan turun karena turunnya biaya publikasi, dan persaingan
semakin ketat.
 Decline or stability stage
Volume penjualan pada tahap ini cenderung menurun atau stabil,
namun keuntungan menurun.
Auditor diminta untuk mengidentifikasi di manakah tahapan debitur
berada. Setelah itu auditor juga harus menentukan apa kualitas kredit
yang dimiliki debitur tersebut. Jika usaha debitur berada pada tahap new
product development stage dan market introduction stage maka ia dapat
digolongkan pada kategori lancar. Seiring dengan matangnya usaha
debitur maka prospek pertumbuhan usahanya menurun sehingga kualitas
kreditnya menuju kualitas kurang lancar. Jika kegiatan usaha debitur
mulai menurun, ia dimasukkan pada golongan diragukan. Sedangkan jika
usaha debitur menghadapi kemungkinan besar untuk terhenti atau sulit
untuk memperbaikinya, maka ia digolongkan macet.
ii. Persaingan pasar
Ada tiga indikator untuk menentukan kualitas kredit berdasarkan posisi
debitur dalam persaingan pasar, yaitu:
 Kondisi pasar
Kondisi pasar yang semakin stabil dan tidak dipengaruhi oleh
perubahan kondisi perekonomian digolongkan sebagai kredit dengan
kualitas lancar. Sedangkan semakin pasar dapat dipengaruhi oleh
perubahan kondisi perekonomian, maka kualitas kredit tersebut
semakin rendah hingga mencapai kualitas diragukan. Kualitas macet
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
90
diberikan pada debitur yang kehilangan pasar dengan kondisi
perekonomian yang menurun.
 Tingkat persaingan
Semakin rendah tingkat persaingan dan semakin kuat posisi debitur
dalam persaingan tersebut mengindikasikan bahwa debitur memiliki
kualitas kredit lancar. Namun semakin tinggi tingkat persaingan dan
semakin
lemah
posisi
debitur
dalam
persaingan
tersebut
mengindikasikan kualitas kredit yang semakin rendah.
 Kapasitas operasi usaha
Debitur digolongkan ke dalam kualitas lancar apabila ia berproduksi
pada kapasitas optimal. Semakin tidak optimalnya kapasitas operasi
debitur menandakan kualitas kredit yang semakin rendah. Ketika
debitur sudah mencapai tahap tidak beroperasi, maka ia akan
digolongkan sebagai kualitas macet.
iii. Kualitas manajemen dan tenaga kerja
 Kualitas manajemen
Semakin baik manajemen yang dimiliki debitur, mengindikasikan
kualitas kredit debitur yang semakin lancar, dan sebaliknya. Kualitas
manajemen ini dapat ditentukan oleh latar pendidikan yang dimiliki
oleh jajaran direksi, penghargaan yang pernah diterima, dan reputasi
baik manajemen.
 Tenaga kerja
Jika manajemen tidak pernah mengalami perselisihan (dispute)
dengan para tenaga kerja/serikat pekerja atau pernah mengalami
namun terselesaikan dengan baik, debitur diberikan kualitas lancar.
Kualitas ini semakin turun jika perselisihan dengan tenaga kerja
memberikan dampak signifikan terhadap operasi usaha dan
manajemen tidak dapat mengatasinya dengan baik.
iv. Dukungan perusahaan afiliasi atau grup
Jika grup atau afiliasi debitur stabil dan mendukung usaha debitur, maka
debitur mendapatkan kualitas lancar. Namun jika grup atau afiliasi
memberikan dampak yang memberatkan debitur, misalnya grup atau
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
91
afiliasi melakukan pinjaman kepada debitur dalam jumlah banyak dan
pembayarannya tidak lancar, maka semakin buruk kualitas kredit yang
diatribusikan kepada debitur.
v. Upaya pengelolaan lingkungan hidup
Jika usaha debitur mempunyai dampak besar bagi lingkungan, maka
tingkat kepedulian debitur terhadap lingkungan juga harus dinilai oleh
auditor. Debitur yang dapat mengelola dampak negatif yang ditimbulkan
usahanya terhadap lingkungan dengan baik dan menaati peraturan
pengelolaan lingkungan hidup dapat digolongkan sebagai kualitas lancar.
Semakin buruk pengelolaan debitur terhadap isu lingkungan, atau jika
debitur tidak menaati peraturan mengenai lingkungan, maka kualitas
kreditnya semakin diturunkan. Debitur akan dinilai memiliki kualitas
macet apabila tidak melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup atau
pernah mengalami tuntutan pengadilan terkait dengan isu lingkungan.
Setelah auditor memberikan pembobotan terhadap nilai masingmasing aspek, auditor menjumlahkan bobot-bobot tersebut sehingga dapat
dilihat nilai kualitas kredit dari tinjauan prospek usaha debitur.
b. Kondisi keuangan debitur
i. Perolehan laba
Apabila perolehan laba perusahaan (debitur) tinggi dan stabil, debitur
diberi nilai kualitas lancar. Semakin kecil laba yang dibukukan
perusahaan, semakin turun pula kualitas kredit yang diberikan. Kualitas
kredit dinilai macet apabila debitur mengalami kerugian yang sangat
besar dan tidak mampu melanjutkan usaha sehingga kewajiban tidak
dapat dibayar.
ii. Permodalan
Kualitas kredit diberi nilai lancar apabila debitur memiliki permodalan
kuat. Semakin besar rasio utang terhadap modal, semakin turun pula
kualitas kredit yang diatribusikan kepada debitur.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
92
Gambar 4.13 Matriks Kualitas Kredit – Kondisi Keuangan Debitur
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
iii. Arus kas
Apabila likuiditas dan modal kerja debitur kuat, serta analisis arus kas
menunjukkan bahwa debitur dapat melunasi pembayaran kewajiban
tanpa sumber dana tambahan, maka kualitas kredit diberikan nilai lancar.
Semakin rendah nilai likuiditas dan modal kerja, serta semakin
rendahnya kemampuan debitur memenuhi kewajiban pembayaran dilihat
dari analisis arus kas, semakin buruk nilai kualitas kredit. Nilai macet
diberikan pada debitur yang kesulitan likuiditas, analisis arus kas
menunjukkan bahwa debitur tidak mampu menutupi biaya produksi,
serta tambahan pinjaman digunakan debitur untuk menutupi pinjaman
lainnya.
iv. Sensitivitas terhadap risiko pasar
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
93
Penilaian kualitas kredit berdasarkan sensitivitas terhadap risiko pasar
dilihat dari seberapa banyak jumlah portofolio yang sensitif terhadap
perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga serta seberapa baik
lindung nilai (hedging) yang dilakukan debitur untuk mengatasinya.
Setelah auditor memberikan pembobotan terhadap nilai masingmasing aspek, auditor menjumlahkan bobot-bobot tersebut sehingga dapat
dilihat nilai kualitas kredit dari tinjauan kondisi keuangan debitur.
c. Kemampuan membayar debitur
i. Ketepatan pembayaran pokok dan bunga
Untuk melihat ketepatan pembayaran pokok dan bunga, auditor harus
melihat kembali bagian kedua pada kertas kerja loan review, yaitu bagian
mengenai informasi keuangan debitur.
Berikut adalah penggolongan spesifik kualitas kredit berdasarkan
ketepatan pembayaran pokok dan bunga:
 Lancar, apabila pembayarannya tepat waktu serta tidak ada
tunggakan kredit
 Dalam Perhatian Khusus, apabila terdapat tunggakan pembayaran
pokok dan atau bunga sampai dengan 90 hari
 Kurang Lancar, apabila ada tunggakan yang melebihi 90 hari sampai
dengan 120 hari dan terdapat cerukan (overdraft) berulang kali
 Diragukan, apabila ada tunggakan antara 120 hari sampai dengan 180
hari serta terjadi cerukan yang bersifat permanen untuk menutupi
kerugian
 Macet, apabila terdapat tunggakan yang telah melampaui 180 hari
ii. Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur
Jika debitur selalu memberika laporan keuangan secara teratur, akurat,
dan andal, serta terdapat analisis bank atas informasi keuangan tersebut,
maka debitur diatribusikan nilai lancar pada kualitas kreditnya. Semakin
tidak dapat diandalkannya laporan keuangan debitur, semakin buruk pula
nilai kualitas kreditnya.
iii. Kelengkapan dokumentasi kredit
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
94
Semakin lengkap dokumentasi kredit debitur, semakin baik (lancar) nilai
kualitas
kreditnya.
Dokumen-dokumen
yang
menjadi
standar
kelengkapan dokumentasi KAP OBSE antara lain:
 Credit application
 Memo kredit
 Perjanjian kredit
 Dokumen pengikatan jaminan
 Laporan keuangan
 Laporan penilaian jaminan
 BI Checking
iv. Kepatuhan terhadap perjanjian kredit
Kualitas kredit dinilai lancar apabila debitur memenuhi semua perjanjian
kredit dengan Bank. Semakin debitur tidak memenuhi perjanjian yang
sudah dibuat, semakin buruk nilai kualitas kreditnya. Nilai macet
diberikan apabila debitur melanggar persyaratan yang tertera pada
perjanjian secara prinsipil.
v. Kesesuaian penggunaan dana
Ada 3 (tiga) kriteria yang dijadikan dasar penilaian kualitas kredit
berdasarkan kesesuaian penggunaan dana, yaitu:
 Kesesuaian penggunaan dana dengan pengajuan di awal pinjaman
 Kesesuaian jumlah dan jenis fasilitas dengan kebutuhan debitur
 Kesesuaian perpanjangan kredit dengan kebutuhan debitur
Semakin patuh debitur terhadap ketiga kriteria di atas, semakin baik pula
nilai kualitas kreditnya.
vi. Kewajaran sumber pembayaran kewajiban
Jika terdapat sumber pembayaran yang dapat diidentifikasi dengan jelas
dan disepakati oleh Bank dan debitur dan sesuai dengan struktur/jenis
pinjaman, maka diberikan nilai lancar atas kualitas kreditnya. Semakin
tidak jelas sumber pembayaran dan tidak sesuai dengan jenis pinjaman,
semakin buruk nilai yang didapat debitur terkait dengan kualitas
kreditnya.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
95
Gambar 4.14 Matriks Kualitas Kredit – Kemampuan Membayar Debitur (1)
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
96
Gambar 4.15 Matriks Kualitas Kredit – Kemampuan Membayar Debitur (2)
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
Gambar 4.16 Matriks Kualitas Kredit – Nilai Total
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
97
Auditor memberikan pembobotan terhadap nilai masing-masing
aspek, kemudian menjumlahkan bobot-bobot tersebut sehingga dapat dilihat
nilai kualitas kredit dari tinjauan kemampuan membayar debitur.
Setelah didapat nilai dari masing-masing kategori kondisi keuangan,
kemampuan membayar, serta prospek usaha debitur, ketiga nilai tersebut
dijumlah dan dirata-rata sehingga dapat dilihat grading secara keseluruhan
menurut auditor. Grading harus sama dengan grading milik bank. Jika tidak
sama,
auditor
harus
melakukan
investigasi
lebih
lanjut
dan
mengkomunikasikannya kepada pihak klien.
4.2.3
Contoh Loan Review
Untuk memperjelas mengenai prosedur loan review KAP OBSE pada Bank
BRP, penulis akan memberikan salah satu contoh loan review untuk debitur PT X.
1.
Data debitur dan fasilitas pinjaman
Auditor melengkapi data debitur sesuai dengan company profile terkini
yang disediakan oleh klien. Sedangkan rincian fasilitas pinjaman dilihat dari
daftar nominatif pada bulan Desember 2012.
Nama
: PT X
Alamat Kantor
: Jl. XX No. XX A, Jakarta
NPWP
: XX. XXX. XXX. X. XXX. XXX
Gol. Debitur
: 6490
Perusahaan punya kegiatan nyata : Ya, distributor of fitness and healthy
equipment
Penyelamatan Kredit
: Tidak
Grup Usaha Terkait
: Tidak ada
Penyertaan Bank
: Tidak ada
Kol. Menurut Bank
:1
Fasilitas pinjaman yang dibuka untuk debitur PT X adalah 3 (tiga) bentuk
pinjaman langsung, dua di antaranya digunakan untuk working capital (PN
PLF), sedangkan sisanya untuk investment (PN). Debitur bukan pihak terkait
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
98
dengan bank, serta tidak bernaung di bawah grup yang menjadi debitur bank.
Jumlah fasilitas pinjaman debitur tidak melebihi 20% dari modal bank,
sehingga tidak melanggar BMPK. Dokumen-dokumen yang tersedia terkait
dengan perjanjian sangat lengkap, auditor memasukkan data-data yang
diperlukan termasuk aplikasi kredit, perjanjian kredit, serta amendment to the
credit agreement. Nilai yang tertera pada perjanjian kredit juga telah sesuai
dengan nilai fasilitas kredit yang didapat debitur pada daftar nominatif. Total
fasilitas kredit yang diterima debitur adalah sebesar Rp 74.320.000.000 yang
dialokasikan pada nilai plafond PN PLF (1), PN PLF (2) dan PN masingmasing
sebesar
Rp
50.000.000.000,
Rp
10.000.000.000,
dan
Rp
14.320.000.000.
Debitur merupakan distributor peralatan fitness dan kesehatan.
Kolektabilitas kredit menurut Bank bernilai 1 (lancar). Perusahaan (debitur)
berdiri pada tahun 2003. Pertama kali membuka akun deposit pada tanggal 2
Februari 2010 dan mendapat pembukaan fasilitas kredit pada tanggal 9
Februari 2010. Perusahaan mendapat rekomendasi untuk bekerja sama dengan
Bank BRP dari Mr. GP, yaitu financial controller PT P, salah satu debitur Bank
BRP. Perusahaan memiliki prospek yang bagus di pasar, karena fitness dan
gym center sudah menjadi gaya hidup di kota-kota besar seperti Jakarta,
Bandung, Surabaya, Medan, dan lain-lain. Perusahaan berada pada peringkat 2
(dua) dalam industri serupa di pasar. Perusahaan membutuhkan pinjaman
untuk mengadakan puluhan pameran di berbagai kota serta berencana untuk
membuka 6 (enam) outlet baru di Aceh, Banjarmasin, Medan, Jakarta,
Balikpapan dan Tangerang.
2.
Susunan Pengurus dan Pemegang Saham
Auditor memeriksa dan memasukkan data terkait susunan pengurus dan
pemegang saham debitur, dan tidak menemukan pihak yang terkait dengan
bank. Terdapat pula informasi tambahan bahwa modal disetor perusahaan pada
tahun 2003 sebesar 250 milyar rupiah dan pada tahun 2009 sebesar 500 milyar
rupiah.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
99
3.
Kondisi Keuangan
Pada tahun 2011 perusahaan diaudit oleh KAP TDM dengan opini wajar tanpa
pengecualian. Kinerja perusahaan cukup bagus dilihat dari laporan keuangan.
Tingkat likuiditas dan leverage perusahaan meningkat dari tahun sebelumnya.
Sedangkan tingkat solvabilitas dan profitabilitas (ROA dan ROE) menurun.
Namun perusahaan berhasil membukukan profit yang meningkat dari tahun
sebelumnya. Selain itu pendapatan perusahaan meningkat sebesar 40% dari
tahun sebelumnya. Perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar
berdasarkan analisis sumber dana dan arus kas. Berdasarkan cek pembayaran
yang telah dilakukan, debitur pernah terlambat membayar tetapi tidak
menurunkan tingkat kolektibilitas dikarenakan kebijakan Bank BRP dimana
pembayaran bunga dilakukan setiap akhir bulan. Pinjaman juga dilakukan
bukan untuk menutupi kerugian.
4.
Agunan
Agunan yang dijaminkan perusahaan berupa Letter of Guarantee,
sejumlah tanah dan bangunan, tagihan dan barang-barang persediaan. Agunan
berupa Letter of Guarantee ada 3 (tiga) buah, dengan total nilai sebesar Rp
76.000.000.000. Letter of Guarantee tersebut mencantumkan tanda tangan
kedua belah pihak, yaitu Presiden Direktur PT X dan Presiden Direktur PT
Bank BRP. Jaminan letter of guarantee diperkuat secara legal dengan adanya
Akta Pemberian Jaminan Pribadi (Borgtocht) oleh notaris. Perjanjian
penjaminan pribadi ini bersifat automatic roll over yaitu berlaku setiap tahun
selama masih terdapat perjanjian fasilitas kredit yang mengikat kedua belah
pihak dan/atau jumlah terutang oleh debitur belum lunas sepenuhnya.
Terdapat 9 (sembilan) tanah dan 8 (delapan) bangunan yang dijadikan
jaminan dengan total nilai Rp 37.216.476.000. Sertifikat kepemilikan dan
pengikatan jaminan-jaminan atas tanah dan bangunan tersebut lengkap dan
jumlahnya sesuai dengan yang ada pada perjanjian kredit dan daftar nominatif.
Sertifikat Hak Milik sebagai dokumen legal kepemilikan diperkuat status
legalnya sebagai jaminan dengan adanya Sertifikat Hak Tanggungan (SHT)
dan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) oleh Pejabat Pembuat Akta
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
100
Tanah (PPAT) yang berwenang. Appraisal atas tanah, bangunan dan mesinmesin dilakukan oleh appraisal yang independen, yaitu KJPP MSS sebagai
Property Appraisal and Consultant dan belum melewati batas waktu appraisal
(2 tahun) karena appraisal terakhir dilakukan pada 26 Juni 2012. Dokumen
asuransi untuk bangunan lengkap, belum kadaluarsa, nilai tertanggung dalam
asuransi dapat menutupi nilai jaminannya serta mencantumkan banker’s clause
atas nama Bank BRP.
Total nilai tagihan dan barang-barang persediaan yang menjadi jaminan
masing-masing sebesar Rp 33.623.728.000 dan Rp 31.969.074.000. Keduanya
telah dilengkapi dengan Surat Pernyataan Penyerahan Jaminan Fidusia yang
diperkuat secara legal dengan Sertifikat Jaminan Fidusia oleh notaris. Total
nilai seluruh agunan adalah Rp 178.809.278.000 dan dapat menutup nilai
plafon pinjaman Rp 74.320.000.000.
5.
Matriks Penentuan Kualitas Kredit
a. Kondisi keuangan
Perolehan laba perusahaan tinggi dan stabil. Permodalan dan likuiditas kuat.
Analisa arus kas menunjukkan bahwa debitur dapat memenuhi kewajiban
pembayaran pokok serta bunga tanpa dukungan sumber dana tambahan.
Jumlah portfolio yang sensitif terhadap perubahan nilai tukar valuta asing
dan suku bunga relatif sedikit atau telah dilakukan hedging secara baik.
Secara keseluruhan, kualitas kredit berdasarkan kondisi keuangan
mendapatkan nilai lancar.
b. Kemampuan membayar
Perkembangan rekening debitur baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai
dengan persyaratan kredit. Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur
selalu dapat menyampaikan informasi keuangan yang telah diaudit secara
teratur dan akurat. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat.
Tidak terdapat pelanggaran perjanjian kredit serta penggunaan dana sesuai
dengan pengajuan pinjaman. Sumber pembayaran dapat diidentifikasi
dengan jelas dan disepakati oleh bank dan debitur dan sesuai dengan
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
101
pinjaman. Secara keseluruhan nilai lancar diberikan pada
aspek
kemampuan membayar.
c. Prospek usaha
Industri atau kegiatan usaha debitur memiliki potensi pertumbuhan yang
baik. Perusahaan berada dalam posisi yang kuat di pasar. Manajemen
memiliki kondisi yang baik dan tidak ada catatan buruk mengenai hubungan
dengan tenaga kerjanya. Perusahaan afiliasi atau grup stabil dan tidak
memiliki dampak yang memberatkan terhadap debitur. Secara keseluruhan
nilai kualitas kredit berdasarkan prospek usaha adalah lancar.
Karena ketiga kriteria dalam penentuan kualitas kredit yaitu kondisi
keuangan, kemampuan membayar dan prospek usaha debitur mendapat
nilai lancar, maka secara keseluruhan kualitas kredit untuk debitur PT X
memiliki nilai lancar (kolektabilitas 1). Nilai yang diberikan berdasarkan
audit sama dengan nilai yang diberikan oleh pihak Bank sehingga tidak
perlu dilakukan penyesuaian.
4.3 Analisis Prosedur Audit atas Kredit yang Diberikan Bank BRP
Prosedur audit KAP OBSE menggunakan pendekatan berbasis risiko yang
mengharuskan KAP OBSE untuk mengidentifikasi risiko salah saji material pada
laporan keuangan untuk kemudian merespon risiko tersebut dengan melakukan
prosedur audit. Dengan penggunaan pendekatan ini, audit yang dilakukan KAP
OBSE sangat ditekankan untuk melakukan penilaian risiko di awal proses audit,
sebagai dasar dalam melakukan serangkain tes selanjutnya, khususnya substantive
test dan test of detail of balances. Hal ini sejalan dengan teori yang ditulis oleh
Arens et al (2009) dalam bukunya, yaitu prosedur audit dilakukan sesuai siklus
mulai dari perencanaan kemudian pengujian kontrol, pengujian substantif dan
terakhir pembentukan opini serta melakukan komunikasi dengan klien.
Pada audit atas kredit, pengujian pengendalian disimpulkan efektif. Pada
saat pemilihan sampel atas loan review yang harus dilihat keberadaan sertifikatnya,
auditor KAP OBSE menggunakan teknik pemilihan sampel berdasarkan teknik
yang ditentukan oleh DTT Audit Approach. Dalam komponen penilaian risiko, KAP
OBSE membagi level risiko menjadi risk (risiko biasa) dan significant risk (risiko
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
102
signifikan). Penentuan risiko ini berpengaruh pada saat perhitungan sampel ketika
dilakukan substantive tests, dimana akun yang memiliki risiko signifikan akan
dikelompokkan untuk memeriksa sampel yang lebih banyak.
Risiko salah saji material karena kesalahan pemberian grading atas kredit
dikategorikan sebagai significant risk oleh KAP OBSE. Ini dilakukan karena
penilaian kualitas kredit memerlukan professional judgement dan estimasi
akuntansi di dalam prosesnya. Hal tersebut sesuai dengan aturan yang ditetapkan
oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yaitu Standar Perikatan Audit (SPA)
seksi 540 tentang Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi
Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan. Paragraf 11 dalam SPA
tersebut menyebutkan bahwa auditor harus menentukan apakah, menurut
pertimbangan auditor, estimasi akuntansi yang telah diidentifikasi mempunyai
ketidakpastian yang tinggi, yang dapat menimbulkan risiko signifikan.
Penilaian kualitas kredit yang dilakukan KAP OBSE tidak menggunakan
metode yang persis sama dengan yang digunakan oleh Bank. Namun pada
prinsipnya penilaian tersebut mengacu pada Peraturan Bank Indonesia (PBI),
berdasarkan pada pemahaman bahwa penilaian kualitas kredit yang dilakukan oleh
Bank juga mengacu pada PBI. Hal tersebut sesuai dengan SPA seksi 540 pada
paragraf 13 yang menyebutkan bahwa pada waktu auditor membuat estimasi
tunggal atau suatu kisaran dan menggunakan asumsi atau suatu metode yang
berbeda dengan yang digunakan oleh manajemen, auditor diharuskan untuk
memperoleh suatu pemahaman yang cukup tentang asumsi atau metode yang
digunakan oleh manajemen dalam membuat estimasi akuntansi. Pemahaman ini
menyediakan informasi yang mungkin relevan bagi auditor untuk mengembangkan
suatu estimasi tunggal atau suatu kisaran yang tepat.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa praktik prosedur
audit yang dilakukan KAP OBSE secara substansial telah sesuai dengan teori audit
yang dikemukakan oleh Arens et al (2009) dan Standar Perikatan Audit (SPA) yang
ditetapkan oleh IAPI (2013).
4.4 Analisis Hasil Temuan Audit Selama Proses Loan Review
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
103
Selama menjalankan prosedur loan review, tim KAP OBSE banyak
mendapatkan temuan audit. Banyak diantara temuan tersebut adalah adanya nilai
jaminan yang tidak menutupi nilai fasilitas kreditnya, adanya agunan yang tidak
diasuransikan, adanya asuransi yang nilai pertanggungannya tidak menutupi nilai
jaminannya, serta kurang lengkapnya dokumen seperti sertifikat asli, laporan
keuangan dan laporan penilai independen terkait dengan jaminan dari fasilitas
kredit beberapa debitur. Beberapa temuan tersebut berhasil diselesaikan dan
dilengkapi oleh pihak Bank dengan melakukan komunikasi intens pada debiturdebitur yang bermasalah.
Namun pada akhirnya sampai pada tanggal berakhirnya audit Bank BRP
oleh KAP OBSE, masih ada beberapa temuan yang belum terselesaikan sehingga
dimasukkan ke dalam Management Letter sebagai masukan untuk perbaikan pihak
manajemen Bank di masa depan. Berbagai temuan audit tersebut antara lain:
1.
Tidak ditemukan perbedaan kolektabilitas nilai debitur (sampel) berdasarkan
audit dengan berdasarkan penilaian bank. Namun setelah melakukan
pengecekan lebih lanjut melalui BI Checking, ada 1 (satu) debitur, yaitu PT C
yang mendapatkan nilai kolektabilitas berbeda-beda dari beberapa bank yang
menjadi krediturnya dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.2 Nilai Kolektabilitas PT C Oleh Beberapa Bank
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nama Bank
Bank CXX cabang Thamrin
BPD KXX cabang Samarinda
Bank BXX Syariah (Jakarta Melawai)
Bank Syariah MXX cabang Thamrin
Bank BPD JXX cabang Jakarta
Bank CXX Jakarta-syariah
Bank BXX – MT Haryono
Bank BRP
Bank BPD SXX
Bank JXX Syariah
Bank DXX Syariah
Bank DXX
BPD KXX
Bank IXX
Kolektibilitas PT C Per 31 Des 12
4
3
3
1
1
4
2
4
2
4
3
5
5
4
Sumber: Sistem Informasi Debitur (SID)
Hal ini menyalahi aturan karena menurut PBI Nomor 14/15/PBI/2012
Pasal 6, penilaian suatu debitur harus sama antar satu bank dengan bank
lainnya, dan jika terdapat perbedaan harus mengikuti nilai yang terendah.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
104
Setelah dilakukan investigasi lebih lanjut, bank memberikan penjelasan
bahwa pinjaman ini merupakan pinjaman sindikasi, sehingga penetapan
Kolektibilitas harus disepakati secara bersama oleh semua bank pemberi
pinjaman (kreditor/lenders). Penetapan/penyeragaman kolektibilitas debitur
sebenarnya sudah dibicarakan pada Lenders meeting bulan Desember 2012,
namun dari hasil pertemuan tersebut tidak terjadi kesepakatan karena terjadi
perbedaan yang cukup signifikan antara bank konvensional dan bank syariah.
Bank syariah meminta semua bank pemberi pinjaman untuk meng-up grade
kolektibilitas debitur menjadi “Lancar (1)” di bulan Desember 2012 dengan
alasan bahwa semua tunggakan debitur sampai dengan yang diperjanjikan,
sesuai dengan perjanjian rescheduling yang ditandatangani bulan November
2012, telah dibayar di bulan Desember 2012. Namun bank konvensional
keberatan karena tunduk dan patuh terhadap peraturan BI yang baru yaitu PBI
No. 14/15/PBI/2012 tanggal 24 Oktober 2012 tentang Penilaian Kualitas Aset
Bank Umum.
Akhirnya sampai dengan saat ini belum ada kesepakatan tentang
kolektibilitas debitur. Masing-masing bank berjalan sendiri-sendiri sesuai
dengan aturan internal. Menyikapi hal tersebut dan dikarenakan kurangnya
dokumentasi pendukung dari debitur untuk memperbaharui nilai kolektibilitas,
maka Bank menetapkan kolektibilitas debitur per bulan Desember 2012
mengikuti Bank CXX sebagai Arranger dan Agen Fasilitas yaitu 4. Temuan
ini kemudian dimasukkan ke dalam management letter.
2.
Terdapat agunan yang tidak menutup jumlah nilai pinjaman, dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Daftar Agunan Yang Tidak Menutupi Nilai Pinjaman Debitur
No
1
2
3
4
5
6
7
Debitur
PT AXX
PT AXX
PT CXX
LXX
PT NXX
PT RXX
PT TXX
Nilai Pasar (Appraisal) Agunan
IDR 66.516.065.000
IDR 44.231.101.214
IDR 61.941.000.000
IDR 27.213.250.000
IDR 3.720.200.000
IDR 44.114.900.000
USD 3.000.000
Nilai Outstanding Pinjaman
IDR 137.322.408.184,20
IDR 65.000.000.000
IDR 100.000.000.000
IDR 48.190.000.000
IDR 55.963.140.778
IDR 77.378.312.000
USD 7.765.809,50
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
105
Agunan memiliki peranan penting dalam pemberian kredit. Dalam hal debitur
tidak dapat melunasi fasilitas yang diberikan, maka agunan dapat diambil alih
oleh Bank. Jika nilai agunan lebih kecil dari fasilitas yang diberikan, maka
Bank berpotensi mengalami kerugian apabila terjadi gagal bayar. Sebaiknya
nilai agunan lebih besar dari nilai fasilitas yang diberikan, untuk meminimalisir
kerugian yang mungkin timbul apabila debitur tidak dapat melakukan
pembayaran atas fasilitas pinjaman yang diterimanya.
3.
Terdapat beberapa agunan yang nilai pertanggungan asuransinya lebih kecil
dari nilai pasar atas agunan dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.4 Daftar Asuransi Yang Tidak Menutupi Nilai Jaminan Debitur
No.
1
PT AXX
Agunan
Jenis Jaminan
Bangunan
Mesin
Kendaraan
2
PT ALX
3
PT BXX
Bangunan dan
Mesin
4
PT DXX
Bangunan
5
PT EXX
Nilai Pasar Appraisal
IDR 56.070.500.000
IDR 14.134.300.000
IDR 208.602.133.000
IDR 14.661.200.000
Asuransi
IDR 48.600.000.000
IDR 9.947.484.543
IDR 11.478.095.310
IDR 13.280.489.960
IDR 18.189.800.000
IDR 12.710.400.000
Mesin
IDR 120.505.171.000
IDR 31.618.075.640
Bangunan
IDR 12.157.930.000
IDR 10.641.000.000
Mesin
IDR 58.118.900.000
IDR 53.859.000.000
Persediaan
IDR 76.890.784.000
IDR 68.376.880.000
6
PT KXX
Persediaan
IDR 148.742.832.000
IDR 33.733.000.000
7
PT TXX
Bangunan
IDR 10.663.300.000
IDR 4.065.300.000
Mesin
IDR 15.331.400.000
IDR 3.350.600.000
IDR 2.379.933.000
Persediaan
IDR 20.117.160.000
8
TXX
Bangunan
IDR 569.400.000
IDR 500.000.000
9
PT TGX
Bangunan
IDR 4.787.300.000
IDR 2.756.864.000
10
PT VXX
Mesin
IDR 37.936.700.000
IDR 36.675.000.000
11
PT WXX
Bangunan
IDR 16.684.099.000
IDR 10.200.000.000
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
Terdapat beberapa agunan yang belum diasuransikan, yaitu:
Tabel 4.5 Daftar Agunan Debitur Yang Belum Diasuransikan
No.
1
Agunan
PT. IXX
Jenis Jaminan
Nilai Pasar Appraisal
Bangunan
IDR 7.314.900.000
Mesin
IDR 11.363.000.000
Persediaan
IDR 80.000.000.000
2
PT. KXX
Persediaan
IDR 83.274.202.066
3
PT. NXX
Kendaraan
IDR 586.200.000
4
PT. NPX
Kendaraan
IDR 126.800.000
5
PT. SXX
BTS Tower
IDR 135.020.000.000
6
PT. VXX
Persediaan
IDR 28.976.414.000
7
PT. KXX
Persediaan
IDR 107.336.858.000
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
106
Agunan sebagai second way out harusnya diasuransikan dengan nilai
pertanggungan minimal sebesar nilai pasarnya, untuk menghindari kerugian
yang mungkin timbul apabila terjadi kebakaran atau peristiwa lain yang
menyebabkan agunan tersebut hilang atau tidak ada nilainya lagi.
4.
Sampai dengan pemeriksaan berakhir, tidak ditemukan Laporan Keuangan
Audited terbaru untuk debitur berikut:
Tabel 4.6 Daftar Debitur Yang Tidak Menyerahkan Laporan Keuangan
No
Debitur
1
PT. NXX
2
PT. PXX
Nilai Outstanding Pinjaman
IDR 52.870.184.657
IDR 108.525.240.462
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
Berdasarkan Internal Rule Bank (Submission of Debtor’s Financal Statement)
5th edition: December 2012 dan PBI No. 14/15/PBI/2012 tanggal 24 Oktober
2012 pasal 9 ayat (4) menyatakan bahwa “Kualitas aset produktif dari debitur
yang tidak menyampaikan laporan keuangan sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) diturunkan satu tingkat dan dinilai paling tinggi kurang lancar.”
Sebaiknya Bank melakukan follow up kepada debitur untuk menyerahkan
laporan keuangan secara berkala, sehingga informasi keuangan debitur dapat
dianalisis secara memadai dan terkini. Ketidaktersediaan laporan keuangan
audited ini juga dapat mempengaruhi kualitas kredit yang bersangkutan.
5.
Tidak ditemukan laporan penilai independen untuk debitur berikut:
Tabel 4.7 Daftar Debitur Yang Tidak Menyerahkan Laporan Penilai
Independen Untuk Jaminan
No.
Debitur
1
PT AXX
2
PT KXX
Nilai Outstanding Pinjaman
Nilai Jaminan (Internal)
IDR 137.322.400.000
IDR 66.516.065.000
IDR 19.343.079.227.06
IDR 241.241.231.000
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
Berdasarkan PBI No. 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank
Umum pasal 45 dinyatakan bahwa dalam hal agunan akan digunakan sebagai
pengurang PPA, penilai agunan wajib dilakukan oleh penilai independen
sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 bagi aktiva produktif lebih dari Rp
5.000.000.000 kepada debitur atau kelompok peminjam. Bank seharusnya
melakukan pengkinian penilaian agunan debitur secara periodik agar dapat
diketahui nilai pasar agunan terkini. Dengan demikian, Bank dapat memastikan
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
107
bahwa nilai agunan masih cukup untuk menutup total pinjaman apabila terjadi
proses pengambilalihan agunan. Apabila nilai agunan tidak mencukupi, maka
Bank dapat menentukan langkah perbaikan yang dapat ditempuh.
6.
Tidak ditemukan Sertifikat dan Akta Jaminan Fidusia untuk debitur berikut:
Tabel 4.8 Daftar Debitur Yang Tidak Menyerahkan Sertifikat Dan Akta
Jaminan Fidusia
No.
1
Jenis
Nilai Jaminan
Jaminan
PT DXX
Mesin
IDR 36.283.096.000
Sumber: Kertas Kerja Loan Review KAP OBSE
Debitur
Dokumen perkreditan berupa agunan yang dijaminkan kepada pihak Bank
seharusnya diikat dengan sertifikat dan/atau akta notaris agar memiliki
kekuatan hukum, sehingga jika suatu saat kredit bermasalah, Bank memiliki
hak secara legal untuk menyita aset milik debitur yang dijadikan jaminan.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Perbankan adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dalam melakukan usaha tersebut,
perbankan Indonesia harus senantiasa berlandaskan prinsip kehati-hatian. Prinsip
kehati-hatian mutlak diterapkan oleh perbankan mengingat Bank merupakan
lembaga kepercayaan masyarakat.
Salah satu produk Bank yang utama adalah kredit. Dalam kaitan dengan
pengelolaan risiko kredit, Bank wajib menilai kelayakan usaha debitur yang
dibiayai. Secara khusus, kebijakan dan ketentuan perbankan yang berkaitan dengan
manajemen risiko kredit telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor
14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum. Peraturan ini
mengharuskan Bank menilai kredit yang diberikan kepada debiturnya berdasarkan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan kinerja debitur yang terdiri
atas prospek usaha, kinerja (performance) debitur, dan kemampuan membayar
debitur. Selain itu salah satu tujuan Bank melakukan penilaian terhadap kredit yang
diberikan kepada debitur adalah untuk menentukan besarnya nilai Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang menjadi pengurang nilai akun kredit
sebagai salah satu aset dalam neraca. Semakin banyak debitur yang mendapatkan
grading yang buruk, semakin besar pula nilai CKPN sehingga semakin kecil pula
nilai aset Bank dalam laporan keuangan.
Salah satu tools yang digunakan oleh KAP OBSE dalam melakukan audit
atas kredit adalah loan review. Prosedur dalam loan review meliputi penetapan
sampel, pengumpulan dokumen terkait, pengecekan dokumen dan pengisian kertas
kerja loan review, serta pembandingan grading audit dari hasil loan review dengan
grading dari penilaian bank.
Berdasarkan analisis atas prosedur audit yang dilakukan KAP OBSE,
praktik audit yang dijalankan pada prinsipnya sama dengan teori yang diungkapkan
108
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
109
oleh Arens et al (2009) dan sejalan dengan Standar Perikatan Audit (SPA) yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (2013).
Berdasarkan pengalaman penulis selama melakukan loan review atas
debitur Bank BRP, banyak temuan audit terkait dengan agunan dan asuransi
debitur, namun tidak sampai terjadi perbedaan antara grading yang diberikan
auditor dengan grading yang diberikan Bank. Sebagian besar dari temuan audit
adalah mengenai kurangnya dokumen atas jaminan dan asuransi beberapa debitur.
Beberapa temuan tersebut berhasil diselesaikan dan dilengkapi oleh pihak Bank
dengan melakukan komunikasi intens pada debitur-debitur yang bermasalah.
Secara umum, Bank BRP cukup ketat dalam memberikan fasilitas kredit sesuai
dengan standar Bank Indonesia, dan hampir semua debitur mematuhi aturan terkait
dengan fasilitas kredit yang diperoleh.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk KAP OBSE
Berdasarkan hasil pengalaman penulis selama mengikuti program magang
di KAP OBSE, saran yang dapat penulis berikan antara lain:
a. Seharusnya KAP OBSE memberikan training audit khusus industri
perbankan bagi staf baru grup financial sevices. Penulis dan semua staf baru
lainnya saat pertama kali masuk hanya mendapatkan training audit untuk
industri yang umum. Padahal proses audit pada perbankan memiliki nature
yang sangat berbeda, dan para senior terkesan hanya memberikan instruksi
berdasarkan prinsip learning by doing, sehingga cukup menyulitkan staf
baru.
b. Pembagian tugas saat prosedur audit berlangsung harus lebih diperhatikan.
Terlalu banyak pekerjaan yang diberikan kepada staf baru yang tak
berpengalaman dalam jangka waktu yang terbilang singkat. Namun dalam
hal ini penulis lebih dapat memaklumi karena mengejar deadline audit
terhadap Bank BRP yang juga terbilang singkat.
c. Semua staf, terutama staf baru sebaiknya diberitahu lebih jelas mengenai
tujuan audit, prosedur yang jelas dan tertulis, dan lain-lain supaya mengerti
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
110
apa yang sebenarnya dikerjakan dan dapat menghasilkan pekerjaan yang
lebih maksimal.
d. Di tengah proses audit, beberapa staf yang bekerja di klien Bank BRP
dipindahkan untuk menangani klien lain. Hal ini cukup memberatkan
karena menambah beban staf lainnya yang harus mengerjakan pekerjaan
setengah jadi hasil “warisan” dari staf yang pindah. Sebaiknya staf yang ada
terus dipertahankan sampai proses audit berakhir, dan alangkah lebih baik
lagi jika staf ditambah.
e. Terkait dengan proses loan review, hendaknya KAP OBSE memberikan
guideline tertulis dalam mengerjakan kertas kerja. Berdasarkan pengalaman
penulis, arahan hanya diberikan bersifat lisan, padahal kertas kerja loan
review terdiri dari banyak bagian yang sulit dikuasai dalam waktu singkat.
5.2.2 Saran untuk Bank BRP
Saran yang dapat diberikan penulis untuk Bank BRP antara lain:
a. Hendaknya seluruh departemen di Bank mengerti pentingnya audit
eksternal yang dilakukan KAP OBSE atas Bank BRP. Dokumentasi yang
tersedia sebenarnya cukup lengkap, namun auditor mendapatkan kesulitan
untuk mendapatkan beberapa data/dokumen dalam waktu yang singkat
karena beberapa departemen terkesan tidak acuh. Ketika ditegur oleh
auditor internal, barulah departemen-departemen tersebut patuh dan
bersedia memberikan data tepat waktu.
b. Bank BRP harus lebih bijaksana dan berhati-hati terhadap pemberian
fasilitas kredit terhadap debitur, karena semakin banyak kredit yang
diberikan Bank, maka semakin besar risiko terjadinya gagal bayar oleh
debitur. Selain itu Bank juga harus lebih tegas terhadap debitur yang
bermasalah, terutama yang menyangkut kecukupan nilai agunan dan
kelengkapan dokumentasi. Selama ini Bank terkesan baru bertindak aktif
setelah diperingatkan auditor, padahal Bank dapat melakukan tindakan
pencegahan debitur bermasalah dengan cara meminta jumlah agunan yang
cukup dan dokumen yang lengkap sebelum perjanjian kredit disetujui.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
111
c. Terkait dengan pemberian fasilitas kredit, penulis menangkap kesan bahwa
bagian marketing memiliki peran yang terlalu besar dalam proses kredit.
Ketika auditor menanyakan mengenai data debitur, ada beberapa kasus
dimana staf Seksi Kredit Bank melimpahkan pertanyaan kepada bagian
marketing karena mereka memiliki tugas untuk menjaga hubungan baik
dengan debitur sehingga lebih mengerti debitur Bank. Seharusnya bagian
marketing hanya berkonsentrasi pada mencari customer dan bagian Seksi
Kredit harus lebih mengerti tentang debitur Bank.
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
DAFTAR REFERENSI
Annual Report Bank BRP 2012
Arens, Alvin, Beasley, Elder, Amir Abadi Jusuf. (2009). Auditing and Assurance
Services an Integrated Approach-An Indonesian Adaptation. Singapore:
Prentice Hall.
Deloitte Company Profile 2011
http://www.deloitte.com/assets/DcomIndonesia/Local%20Assets/Documents/OBS%20Company%20profile%20
2011.pdf
Deloitte Touche Tohmatsu Limited Audit Approach Manual published: October
2009; Modified: July 2010, September 2010, September 2012
Institut Akuntan Publik Indonesia (2013) Standar Perikatan Audit (SPA), 2013,
Jakarta.
Peraturan Bank Indonesia No. 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset
Bank Umum
Peraturan Bank Indonesia No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian
Kredit Bank Umum
Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan
Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko
Bagi Bank Umum
Rose, Peter S. (2002) Commercial Bank Management. McGraw-Hill Higher
Education.
Situs Bank BRP (disamarkan untuk kepentingan klien)
Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008) Pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia cetakan Desember 2008, Jakarta: Bank
Indonesia
112
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
Lampiran 1. Struktur Organisasi KAP OBSE
Managing
Partner
CBT
JSG
Deputy
Managing
Partner
NPPD /
Quality
Assurance
Audit
IOS
MFG
E&R
/
TMT
FSI
IFRS
IPO /
CROSSBORDER
Sumber : KAP OBSE
113
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
Lampiran 2. Audit Approach Diagram KAP OBSE
Acceptance and
Continuance of Client
Relationship
Audit Planning
Audit Designing + Audit
Fieldwork
Completion and
Reporting
114
Universitas Indonesia
Audit pada ..., Ronald Sitanggang, FE UI, 2014
Download