PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan lele Sangkuriang, Clarias sp. merupakan strain hasil perbaikan genetika dari ikan lele dumbo Clarias gariepinus, yaitu melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6) (Sunarma,2004). Ikan lele dumbo mempunyai pertumbuhan yang cepat, disukai sebagai makanan serta mempunyai nilai ekonomis penting dalam kegiatan akuakultur di dunia (Khwuanjai Hengsawat et al., 1997). Ikan lele dumbo termasuk dalam golongan catfish, menurut Budhiman (2007) produksi ikan air tawar dari golongan catfish pada tahun 2003 sebanyak 70.826 ton atau 32% dari total produksi. Produksi ikan lele dumbo terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 produksi ikan lele budidaya sebanyak 51.271 ton, tahun 2005 sebanyak 69.386 ton, tahun 2006 sebanyak 77.272 ton, tahun 2007 sebanyak 91.735 ton dan tahun 2008 sebanyak 108.200 ton. Peningkatan produksi tersebut membutuhkan ketersediaan benih yang cukup. Untuk itu diperlukan suatu usaha pembenihan dengan kualitas dan kuantitas produksi benih yang memadai karena kualitas benih merupakan hal yang fundamental untuk keberlanjutan dan keberhasilan kegiatan produksi akuakultur (Mohan, 2007; Shaofeng, 2006). Pembenihan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin kesinambungan ketersediaan benih untuk kegiatan akuakultur. Bromage dan Robert (1995) menyatakan bahwa faktor utama dalam menentukan keberhasilan budidaya ikan adalah bagaimana melakukan pengawasan terhadap pematangan gonad dan pemijahan ikan. Oleh karena itu kegiatan pembenihan harus dilakukan secara terkontrol, salah satunya dengan memperbaiki kegiatan pemijahan yaitu pemijahan secara buatan (artificial spawning) yang diikuti dengan pembuahan buatan (artificial fertilization). Proses pemijahan pada ikan diawali oleh proses ovulasi yang dapat dirangsang secara alamiah maupun secara hormonal (Woynarovich dan Horvarth, 1980). Dalam proses pemijahan ikan secara buatan, rangsangan hormonal diberikan pada ikan yang telah matang gonad sehingga ikan dapat ovulasi dan memijah. Jenis hormon yang sering digunakan dalam pemijahan buatan ikan lele dumbo adalah kelenjar ekstrak hipofisa dan hormon sintetis (Bromage dan Robert, 1995). Pada dasarnya teknik hipofisasi sudah dapat dilakukan oleh pembenih ikan, namun para pembenih ikan lebih suka memijahkan ikan lele dumbo secara alami. Hal ini disebabkan karena pada teknik hipofisasi harus mengorbankan ikan lain untuk dijadikan sebagai donor hipofisa dan ini merupakan kelemahan teknik hipofisasi. Demikian juga dengan hormon sintetis, selain harganya yang mahal untuk mendapatkannya relatif sangat sulit karena masih impor dari negara lain. Untuk itu perlu adanya sumber hormon lain yang efektif dalam menginduksi pemijahan ikan dan ketersediaannya banyak. Salah satu yang perlu dicoba untuk merangsang pemijahan ikan lele Sangkuriang adalah pemanfaatan otak yang berasal dari kepala ikan patin. Ukuran ikan patin yang dapat digunakan sudah matang gonad. Kepala ikan patin ketersediaannya cukup banyak yang berasal dari industri fillet ikan patin maupun dari pasar lokal. Salah satu unit usaha yang menghasilkan limbah kepala ikan adalah Unit Usaha Fillet Ikan Patin Vedca, Cianjur. Unit usaha ini setiap bulannya mengolah minimal 20-25 ton ikan patin untuk dijadikan fillet ikan dan menghasilkan 6-7,5 ton kepala ikan patin sebagai salah satu limbahnya (30% dari total berat ikan). Proses penanganan limbah ikan yang dihasilkan selama ini adalah dengan cara penguburan dan pembakaran. Namun, cara tersebut dapat menimbulkan permasalahan baru seperti polusi udara dari hasil pembakaran. Selama ini otak ikan patin tidak dimanfaatkan, hanya bagian kelenjar hipofisa yang sudah dimanfaatkan untuk merangsang pemijahan. Oleh karena itu penelitian mengenai evaluasi efektivitas ekstrak otak ikan patin dalam menginduksi pemijahan ikan lele Sangkuriang perlu dilakukan. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil derajat pemijahan, waktu laten pemijahan, fekunditas pemijahan, perkembangan diameter telur, derajat pembuahan dan derajat penetasan telur ikan lele Sangkuriang yang disuntik ekstrak otak ikan patin berbagai dosis. Dari data parameter tersebut di atas diharapkan dapat ditentukan efektifitas ekstrak otak ikan patin untuk merangsang pemijahan ikan lele Sangkuriang. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sumber hormon yang efektif dalam merangsang pemijahan ikan lele Sangkuriang dengan harga yang murah dan ketesediaannya banyak. Sehingga produksi benih ikan lele Sangkuriang dapat ditingkatkan dengan menekan biaya produksi. Perumusan Masalah Otak merupakan organ yang sangat penting dalam sistem reproduksi, karena pada setiap bagian otak terdapat gonadotropin releasing hormon (GnRH) yang tersusun atas 10 asam amino atau dekapeptid berfungsi untuk merangsang pelepasan gonadotropin (GtH) dari kelenjar hipofisa (Bromage dan Robert, 1995; Amano, 1997; Bosma et al., 1997; Sherwood dan Adam, 2005; Chen dan Fernald, 2008; Mikolajczyk, at al., 2008; Bernier at al., 2009). GtH berperan dalam dalam proses perkembangan gonad termasuk pertumbuhan oosit dan maturasi, ovulasi dan pemijahan (Bromage dan Robert, 1995). Chen dan Fernald (2008) mengemukakan bahwa GtH terdiri dari follicle stimulating hormone (FSH/GtH I) dan luteinizing hormon (LH/GtH II) untuk mengontrol proses gametogenesis dan produksi sex steroid. Menurut Amano (1997); Chen dan Fernald (2008) White dan Colleagues (1998) dalam Bernier (2009), GnRH mempunyai tiga tipe yaitu mamalia GnRH (mGnRH/GnRH I), chicken GnRH (cGnRH/ GnRH II) dan salmon GnRH (sGnRH III). sGnRH dan mGnRH terletak pada bagian forebrain, sedangkan cGnRH pada midbrain. Kandungan GnRH setiap bagian otak berbeda, bagian optik tektum dan dorsal thalamus pada ikan betina salmon mempunyai kandungan sGnRH yang lebih tinggi dibandingkan dengan cGnRH (Amano, 1997). GnRH yang sudah diidentifikasi pada ikan lele dumbo yaitu chicken GnRH ([His5,Trp7,Tyr8]GnRH; cGnRH-II) dan catfish GnRH ([His5,Asn8]GnRH; cfGnRH) (Bosma, et al., 1997). Diduga pada ujung saraf jaringan pituitari mengandung cfGnRH yang merangsang keluarnya luteinizing hormon (Reber, et al., 2000). Adanya cfGnRH pada otak ikan lele dumbo dan otak ikan patin (catfish) menunjukkan adanya kesamaan tipe GnRH. Hal ini menjadi dasar bahwa otak ikan patin dapat digunakan untuk merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan luteunizing hormon yang dapat merangsang induksi ovulasi ikan lele dumbo. Efektivitas rangsangan hormon dalam merangsang ovulasi merupakan salah satu upaya dalam pemijahan ikan dengan kondisi terkontrol. Dengan kondisi ini besar kemungkinan akan menghasilkan telur yang lebih berat dan kualitas terbaik serta derajat penetasan yang tinggi (Brzuska, 2003). Kualitas telur yang baik akan menghasilkan larva yang tahan (Kjorsvick, 1990 dalam Cabrita et al., 2009) dan kematian yang rendah pada saat fertilisasi, fase bintik mata, penetasan dan fase post larva (Bromage et al.dalam Cabrita et al, 2009) Berdasarkan hasil uji pendahuluan yang telah dilakukan pada Juli 2010 menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak bagian otak ikan patin (telencephalon, optik tektum, hipothalamus dan cerebellum) dengan dosis 200 mg/kg, 400 mg/kg, 800 mg/kg dan 1600 mg/kg menyebabkan mengembangnya perut induk betina (tanda ovulasi, tetapi tidak terjadi pemijahan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor, salah satunya adalah adanya aktifitas enzim peptidase pada kelenjar pituitari yang meyebabkan degradasi asam amino pada susunan dekapeptid GnRH. Sehingga GnRH dari otak mempunyai waktu paruh yang pendek dalam siklus reproduksi, oleh karena itu untuk mencapai pemijahan maka perlu adanya bantuan rangsangan dari luar (Environmental stimulus). Dalam pembenihan ikan lele, pemijahan dengan rangsangan hormon sering dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan pemijahan. Dalam penelitian ini rangsangan tersebut berasal dari induk ikan lele jantan yang disatukan pada bak pemijahan dengan induk ikan lele betina yang telah diberikan ekstrak otak ikan patin. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis yang dapat diambil dari usulan penelitian ini adalah: 1. Ekstrak otak ikan patin dapat digunakan untuk merangsang pemijahan ikan lele Sangkuriang pada kegiatan pemijahan semi alami (induce spawning). 2. Dosis otak ikan patin yang diberikan akan mempengaruhi keberhasilan pemijahan ikan lele Sangkuriang (derajat pemijahan, waktu laten pemijahan, diameter telur, fekunditas pemijahan, derajat pembuahan dan derajat penetasan).