TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman karet

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Euphorbiales
Family
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis Muell Arg.
(Setyamidjaja, 1993).
Tanaman karet memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang,
akar lateral yang menempel pada akar tunggang dan akar serabut. Pada tanaman
yang berumur 3 tahun kedalaman akar tunggang sudah mencapai 1,5 m. Apabila
tanaman sudah berumur 7 tahun maka akar tunggangnya sudah mencapai
kedalaman lebih dari 2,5 m. Pada konsisi tanah yang gembur akar lateral dapat
berkembang sampai pada kedalaman 40-80 cm. Akar lateral berfungsi untuk
menyerap air dan unsur hara dari tanah. Pada tanah yang subur akar serabut masih
dijumpai sampai kedalaman 45 cm. Akar serabut akan mencapai jumlah yang
maksimum pada musim semi dan pada musim gugur mencapai jumlah minimum
(Basuki dan Tjasadihardja, 1995).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang
cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya
Universitas Sumatera Utara
tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Beberapa pohon karet ada
kecondongan arah tumbuh agak miring. Batang tanaman ini mengandung getah
yang dikenal dengan naman lateks (Setiawan dan Andoko, 2000).
Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri dari 3
anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau, berpanjang 3,5-30 cm. Helaian
anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong-oblong atau oblong-obovate,
pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah
agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001).
Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi
kuning atau merah. Daun mulai rontok apabila memasuki musim kemarau. Daun
karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun
utama sekitar 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Biasanya
terdapat 3 anak daun pada setiap helai daun karet. Anak daun karet berbentuk
elips, memanjang dengan ujung yang meruncing, tepinya rata dan tidak tajam
(Marsono dan Sigit, 2005).
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai
payung yang jarang. Pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Panjang tenda
bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut, ukurannya sedikit lebih besar dari bunga
jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan
dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai
sepuluh benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam
2 karangan dan tersusun lebih tinggi dari yang lain (Marsono dan Sigit, 2005).
Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting yang berdaun. Tiap-tiap
karangan bunga bercabang-cabang. Bunga betina tumbuh pada ujung cabang,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan bunga jantan terdapat pada seluruh bagian karangan bunga. Jumlah
bunga jantan jauh lebih banyak daripada bunga betina. Bunga berbentuk
“lonceng” berwarna kuning. Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga
jantan. Apabila bunga betina terbuka, putik dengan tiga tangkai putik akan
tampak. Bunga jantan bila telah matang akan mengeluarkan tepung sari yang
berwarna kuning. Bunga karet mempunyai bau dan warna yang menarik dengan
tepung sari dan putik yang agak lengket (Setyamidjaja, 1993).
Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang
berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai
enam ruang. Garis tengah buah sekitar 3-5 cm. Bila telah masak, maka buah akan
pecah
dengan
sendirinya.
Pemecahan
biji
ini
berhubungan
dengan
pengembangbiakan tanaman karet secara alami yaitu biji terlontar sampai jauh
dan akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung (Marsono dan Sigit, 2005).
Tanaman karet dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan
vegetatif (okulasi). Biji yang akan dipakai untuk bibit, terutama untuk penyediaan
batang bagian bawah harus sungguh-sungguh baik (Setyamidjaja, 1993).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis yang tumbuh antara
15° LS dan 15° LU. Tanaman ini tumbuh optimal di dataran rendah antara
0-200 meter diatas permukaan laut. Semakin tinggi letak tempat, pertumbuhannya
semakin lambat dan hasil lateksnya rendah. Ketinggian lebih dari 600 m dpl
kurang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet (Setyamidjaja, 1993).
Universitas Sumatera Utara
Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak
kurang dari 2000 mm. Optimal antara 2000 – 4000 mm/tahun, yakni pada
ketinggian sampai 200 m diatas permukaan laut. Untuk pertumbuhan karet yang
baik memerlukan suhu antara 250 - 350 C, dengan suhu optimal rata-rata 280 C.
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang pada
musim-musim tertentu dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet yang
berasal
dari
klon-klon
tertentu
yang
peka
terhadap
angin
kencang
(Setyamidjaja, 1993).
Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata
berkisar diantara 75-90%. Lama penyinaran dan intensitas cahaya matahari sangat
menentukan produktivitas tanaman. Di daerah yang kurang hujan yang menjadi
faktor pembatas adalah kurangnya air, sebaliknya di daerah yang terlalu banyak
hujan, cahaya matahari menjadi faktor pembatas. Dalam sehari tanaman karet
membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang cukup paling tinggi antara
5 – 7 jam. Angin yang bertiup kencang dapat mengakibatkan patah batang,
cabang atau tumbang (Sianturi, 2001).
Tanah
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet
baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah
vulkanis mempunyai sifat fisik yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum,
kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum
kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup
subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik
(Anwar, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Tanaman karet termasuk tanaman perkebunan yang mempunyai toleransi
cukup tinggi terhadap kesuburan tanah. Tanaman ini tidak menuntut kesuburan
tanah yang terlalu tinggi. Tanaman ini masih bisa tumbuh dengan baik pada
kisaran pH 3,5 – 7,5. Meskipun demikian, tanaman karet akan berproduksi
maksimal pada tanah yang subur dengan pH antara 5 – 6 (Setiawan, 2000).
Tanaman
karet
bukanlah
tanaman
manja,
dapat
tumbuh
pada
tanah – tanah yang mempunyai sifat fisik baik, atau sifat fisiknya dapat diperbaiki.
Tanah yang dikehendaki adalah bersolum dalam, jeluk lapisan dalam lebih dari
1 m, permukaan air tanah rendah. Sangat toleran terhadap kemasaman tanah,
dapat tumbuh pada pH 3,8 hingga 8,0, tetapi pada pH yang lebih tinggi sangat
menekan pertumbuhan (Sianturi, 2001).
Stum Mata Tidur Karet
Biji
Bahan tanaman yang baik dapat diperoleh dari biji. Biji adalah salah satu
bentuk bahan tanaman yang harus dikenal kemurniannya. Sumber biji yang baik
dapat diperoleh dari kebun biji yang kedua pohon induknya diketahui atau
minimal salah satu pohon induknya diketahui dengan baik, dapat juga diperoleh
dari kebun produksi biji yang dirawat dengan baik. Sumber biji yang baik adalah
pohon yang telah berumur 15 hingga 25 tahun. Pohon pada umur tersebut dapat
menghasilkan buah dengan mutu yang baik, sedangkan pada pohon muda
menghasilkan biji yang kecil dan daya kecambah yang rendah (Sianturi, 2001).
Asal usul biji juga dibedakan atas 4 jenis yaitu biji legitim adalah biji yang
kedua pohon induknya diketahui dengan pasti. Biji ini biasanya digunakan
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk tujuan pemuliaan karena sulit dan mahal untuk menyediakan
dalam jumlah yang besar. Biji propeligitim adalah biji yang berasal dari hasil
penyerbukan alami dalam satu kebun benih yang terdiri atas dua atau lebih klon
yang dikenal. Biji legitim adalah biji yang berasal dari hasil persilangan alami
yang pohon induk betina dikenal dengan baik, tetapi induk jantan tidak diketahui.
Kemudian yang terakhir biji sapuan adalah biji sembarang yang kedua induknya
tidak diketahui dengan jelas (Sianturi, 2001).
Biji karet tergolong rekalsitran. Beberapa sifat-sifat biji karet diantaranya
biji tidak pernah kering di pohon tetapi akan jatuh dari pohon setelah masak
dengan kadar air sekitar 35%. Biji karet tidak tahan terhadap kekeringan dan tidak
mempunyai masa dormansi dan biji karet akan mati bila kadar air dibawah 12%.
Biji karet tidak dapat disimpan pada kondisi lingkungan kering karena akan
mengalami kerusakan. Daya simpan biji umumnya singkat dan kisaran suhu
penyimpanan biji karet yang baik adalah 7-10°C, karena pada suhu ini belum
mengalami pembekuan sel (Balit Sembawa, 2009).
Batang Bawah
Batang bawah pada stum mata tidur karet merupakan bagian yang
terpenting dari keberhasilan proses okulasi, kesalahan penggunaan batang bawah
dapat menurunkan produksi hingga 40%. Batang bawah ditumbuhkan dari biji,
oleh sebab itu dibutuhkan biji yang dapat tumbuh dengan baik, kompatibel dengan
batang atas, berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi batang atas,
proses penempelan mata tunas dapat berlangsung dengan baik, memiliki sistem
perakaran yang baik dan tahan terhadap angin kencang serta tahan terhadap
penyakit akar (Balit Sembawa, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Biji yang digunakan adalah biji karet yang minimal salah satu induknya
diketahui. Biji sapuan tidak baik dijadikan batang bawah karena kedua pohon
induknya tidak diketahui dengan jelas (Marsono dan Sigit, 2005).
Saat ini biji yang dianjurkan untuk batang bawah berasal dari klon GT 1,
AVROS 2037, BPM 24 dan PB 260. Tanaman untuk batang bawah ditanam
1-1,5 tahun sebelum okulasi dan garis tengah batang bawah harus sudah mencapai
2 cm (Balit Sembawa, 2009).
Pemupukan diberikan tiap tiga bulan sekali dengan dosis pemupukan yang
dianjurkan untuk tanaman batang bawah yang berasal dari biji yaitu dengan dosis
pemupukan 5 gram ZA (2,5 gram Urea)+3 gram TSP+2 gram ZK/KCI per
tanaman (Semoiraya, 2010).
Batang Atas
Batang atas untuk perkebunan haruslah menggunakan klon-klon anjuran.
Diantaranya yaitu GT 1 dan AVROS 2037. Pemilihan batang atas harus jelas
diketahui asalnya, karena dari batang atas inilah akan diperoleh sadapan yang baik
(Marsono dan Sigit, 2005).
Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres
yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu dari
entres cabang kebun entres dan entres dari kebun produksi. Dari dua macam
sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni, karena
kelemahan diantaranya entres cabang dari kebun entres akan menghasilkan
tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam, mudah terserang hama dan
penyakit, membutuhkan jumlah air yang banyak dan keberhasilan okulasinya
Universitas Sumatera Utara
rendah. Mata entres dari kebun entres murni lebih baik karena akan menghasilkan
tanaman yang seragam (Anwar, 2006).
Pemupukan tanaman bahan okulasi bertujuan untuk memperoleh
pertumbuhan kayu okulasi yang baik, yang memiliki jumlah mata tunas yang
banyak
untuk
tiap
satuan
panjang
kayu
bahan
okulasi
(entres).
Pemupukan diberikan tiap tiga bulan sekali dengan dosis pemupukan yang
dianjurkan
adalah:
Tahun
pertama;
20
gram
ZA
(10
gram
Urea)+
10 gram TSP+10 gram ZK (10 gram KCI) per pohon. Tahun kedua; 30 gram ZA
(15 gram Urea)+15 gram TSP+15 gram ZK (15 g KCI) per pohon
(Semoiraya, 2010).
Okulasi
Okulasi adalah salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu
dengan menempelkan mata tunas dari tanaman batang atas ke tanaman batang
bawah yang keduanya memiliki sifat unggul. Dengan cara ini akan terjadi
penggabungan sifat-sifat baik dari kedua tanaman tersebut dalam waktu yang
relatif pendek dan dapat memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Tujuan
utama pembuatan bibit okulasi adalah untuk meningkatkan hasil produksi
(Marsono dan Sigit, 2005).
Dalam budidaya karet ada dikenal 3 macam teknik okulasi yaitu okulasi
dini, okulasi hijau dan okulasi cokelat. Pada dasarnya prinsip okulasi relatif sama,
yang berbeda adalah umur batang bawah dan batang atas yang digunakan.
Kebaikan yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat
perakarannya yang baik (Sianturi, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Jenis okulasi yang digunakan banyak perkebunan yaitu okulasi cokelat.
Pada okulasi coklat umur batang bawah yang digunakan adalah yang sudah
berumur 8-18 bulan di pembibitan atau berdiameter mencapai 2 cm dan berwarna
coklat. Ada juga beberapa perkebunan yang menetapkan diameter batang 1,8 cm.
Batang atas yang digunakan pada teknik okulasi coklat adalah yang berasal dari
kebun entres yang berwarna hijau kecoklatan sampai coklat, berbatang lurus, dan
bermata
tunas
dalam
keadaan
tidur
pada
saat
pemotongan.
Pemotongan ini biasanya dilakukan 10 hari sebelum okulasi dan dimaksudkan
agar tangkai daun gugur sehingga diperoleh mata tunas yang lebih banyak
(Sianturi, 2001).
Beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan
okulasi
yaitu
keterampilan, kebersihan dan kecepatan mengokulasi, kompatibilitas antara
batang atas dengan batang bawah, pemilihan entres dan kayu okulasi yang lurus
dengan mata tunas yang masih dorman dan keadaan iklim. Pada musim kemarau
tanaman karet mengalami gugur daun sehingga kurang baik untuk melakukan
okulasi karena adanya gangguan fisiologis. Sebaiknya dilakukan pada awal atau
akhir musim penghujan. Jika pada musim penghujan, air dapat meresap pada luka
okulasi yang dapat mengakibatkan busuk (Sianturi, 2001).
Bibit stum mata tidur karet diperoleh dari bibit okulasi yang tumbuh di
pembibitan selama kurang dari 2 bulan setelah pemotongan. Bibit yang terbentuk
berakar tunggang satu. Agar penyerapan unsur hara lebih optimal, sebelum
penanaman dilakukan pemotongan akar tunggang hingga 35 cm dan akar
lateralnya hanya 5 cm. Bibit stum mata tidur merupakan bibit yang mata tunasnya
belum tumbuh (Setiawan dan Andoko, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Pemeliharaan tanaman bahan okulasi adalah penyiangan, penggemburan
tanah, dan yang terpenting adalah pemupukan. Dosis pemupukan tanaman karet
berbeda untuk setiap jenis tanah dan umur tanamannya. Pemupukan diberikan tiap
6 bulan sekali dengan dosis pemupukan yang dianjurkan yaitu tahun pertama;
20 gram Urea+30 gram TSP+15 gram ZK (15 gram KCI) per pohon. Tahun
kedua; 65 gram Urea+80 gram TSP+40 gram ZK (40 gram KCI) per pohon
(LIPTAN, 2010).
Tanah Ultisol
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai
sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan
Indonesia. Sebaran terluas terdapat di Kalimantan (21.938.000 ha), diikuti di
Sumatera
(9.469.000
ha),
Maluku
dan
Papua
(8.859.000
ha),
Sulawesi (4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha) dan Nusa Tenggara (53.000 ha).
Tanah ini dapat dijumpai pada berbagai relief, mulai dari datar hingga bergunung.
Pada umumnya Ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga merah kecokelatan
dan memiliki kemasaman tanah sekitar 3,5-5.5. Kesuburan alami tanah Ultisol
umumnya mengandung bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti
fosfor
sangat
dan
kalium
masam
yang
sering
sehingga
sering
kahat,
reaksi
menghambat
tanah
masam
pertumbuhan
hingga
tanaman
(Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Ultisol merupakan salah satu tanah mineral masam yang tergolong
marginal dan terdapat sangat luas di Sumatera Selatan, yaitu sekitar 2,973 juta
hektar. Pada tanah ini sering kali menghadapi kendala, seperti pH yang rendah,
Universitas Sumatera Utara
kekahatan unsur-unsur hara utama tanaman, seperti N, P, K, Ca, dan Mg, serta
kekahatan Mo, dan tingginya kandungan unsur Al, Mn, dan Fe, serta rendahnya
kandungan bahan organik tanah (Hermawan, 2002).
Untuk meningkatkan produktivitas Ultisol, dapat dilakukan melalui
pemupukan, penambahan bahan organik, penerapan tehnik budidaya tanaman
tumpang sari, terasering, drainase dan pengolahan tanah yang seminim mungkin
(Hakim, 1986).
Limbah Padat (Sludge)
Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan lumpur yang
berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua
bagian, yaitu limbah padat yang dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil,
potongan logam dan kedua yaitu limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis
(Rahayu, 2009).
Pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) merupakan industri yang erat dengan
residu pengolahan. Limbah cair PMKS merupakan sumber pencemaran yang
potensial bagi manusia dan lingkungan, sehingga pabrik dituntut untuk mengolah
limbah melalui pendekatan teknologi pengolahan limbah (end of the pipe)
(Wardhanu, 2009).
Limbah padat yang berasal dari pengolahan limbah cair berupa lumpur
aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah. Kandungan unsur hara yang
berasal dari limbah kelapa sawit sekitar 0,4% (N), 0,029% sampai 0,05% (P2O5),
0,15% sampai 0,2% (K2O). Dalam 1 ha areal pertanaman kelapa sawit akan
dihasilkan limbah sekitar 22 ton limbah pelepah kelapa sawit sedangkan dari
Universitas Sumatera Utara
limbah Tandan Kosong Sawit (TKS) dihasilkan 6,75 ton limbah TKS
(Forum Komunikasi PBT, 2010).
Limbah padat pabrik kelapa sawit, diantaranya berupa limbah lumpur
(sering disebut dengan istilah sludge) pabrik kelapa sawit (PKS) dan abu janjang
kosong kelapa sawit. Limbah lumpur PKS dihasilkan dari proses pengolahan
kelapa sawit. Limbah ini diketahui merupakan bahan organik dengan kandungan
serat dan lignoselulosa yang cukup tinggi. Sludge ini mengandung protein
(14,16%), serat kasar (25,30%), dan lemak kasar (13,23%). Selain itu, kandungan
N-total, P-tersedia, dan K-dd limbah lumpur ini cukup tinggi, yaitu berturut-turut
3,09 %, 240 µ g g , dan 2,37 Cmol(+)/kg, dengan pH yang rendah (pH 4,88)
(Hermawan, 2002).
Ada beberapa kandungan atau senyawa yang terkandung dalam padatan
sludge. Pada sludge yang baru diambil, kandungan nitrogen paling tinggi dan
yang paling rendah adalah senyawa MgO. Setelah dikeringkan selama 1 bulan,
senyawa nitrogen semakin tinggi dan yang paling rendah adalah senyawa K2O
(Hakimuddin, 2009). Bahan organik ini akan memberi pengaruh terhadap sifat
fisik dan kimia serta biologi tanah. Bahan organik ini juga dapat meningkatkan
ketersediaan unsur P. Hal ini disebabkan karena bahan organik dapat memasok
proton dan terbentuknya senyawa compleks Ca dan anion organik yang dapat
mencegah peningkatan ph pada permukaan tanah. Bahan organik memiliki
peranan kimia di dalam menyediakan nitrogen, fosfor, kalium, magnesium dan
sulfur bagi tanaman (Sarief, 1985).
Peranan unsur nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang
pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu,
Universitas Sumatera Utara
nitrogen juga berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat
berguna dalam proses fotosintesis serta pembentukan protein dan lemak. Peran
unsur kalium juga dapat membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium
pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak
mudah gugur dab juga merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam
menghadapi kekeringan dan penyakit. Magnesium di dalam sludge juga berfungsi
sebagai transportasi fosfat dalam tanaman serta pembentukan inti klorofil untuk
fotosintesis dan pembentukan buah (Daniely, 2008). Hasil analisis padatan sludge
dapat dilihat pada Tabel. 1.
Tabel. 1 Analisis Padatan (Sludge) Tanpa Pemanasan di Kebun Dolok
Sinumbah.
Kandungan/senyawa
Nitrogen
P2O5
K2O
MgO
CaO
Sludge Baru (mg/100 g)
2.770,00
874,02
897,43
356,33
1.681,48
Sludge Umur 1 Bulan
(mg/100 g)
3.400,00
338,25
285,05
329,72
664,42
(Hakimuddin, 2009).
Limbar cair kelapa sawit sebelum menjadi padat juga mengandung
beberapa komposisi kimia. Beberapa unsur yang dibutuhkan tanaman juga
terdapat dalam limbah cair ini. Hasil analisis limbah cair Pabrik Minyak Kelapa
Sawit dapat dilihat pada Tabel. 2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel.2 Komposisi Kimia Limbah Cair PMKS.
Komponen
Ekstrak dengan ether
Protein (N x 6,25)
Serat
Ekstrak tanpa N
Abu
P
K
Ca
Mg
Na
Energi (kkal / 100 gr)
% Berat Kering
31.60
8.20
11.90
34.20
14.10
0.24
0.99
0.97
0.30
0.08
454.00
(Naibaho, 1998).
Pupuk Fosfat
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik,
kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.
Pemupukan adalah penambahan bahan organik atau anorganik ke dalam tanah
agar tanah dan tanaman menjadi subur. Usaha pertanian yang dilakukan oleh
manusia menyebabkan proses pencucian unsur hara dari tanah semakin besar
sehingga tanah menjadi kurang subur. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemupukan adalah tanaman yang akan dipupuk, jenis tanah yang akan dipupuk,
jenis pupuk yang digunakan, dosis pupuk yang diberikan, waktu pemupukan dan
cara pemupukan (Huda, 2007).
Tanaman karet memerlukan unsur hara P untuk proses pertumbuhannya.
Rendahnya ketersediaan hara dalam tanah dapat mengakibatkan proses-proses
metabolisme dalam sel tanaman tidak dapat berlangsung dengan baik, dengan
demikian tanaman akan terhambat pertumbuhannya. Unsur P sangat berpengaruh
terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, hal ini disebabkan P banyak
Universitas Sumatera Utara
terdapat di dalam sel tanaman. P juga menstimulir pertumbuhan perakaran
tanaman, terutama bulu-bulu akar. Selain itu, tanaman yang dipupuk P akan lebih
tahan terhadap serangan penyakit. Kekurangan P pada tanaman muda atau bibit,
mengakibatkan
pertumbuhan
akar
agak
terhambat
demikian
juga
penyerapan hara menjadi terhambat (My Adenium, 2006).
Pupuk fosfat yang diserap oleh tanaman berbentuk ion H2PO4 atau ion
(HPO4)2- . Jenis ion yang diserap tanaman tergantung pada pH tanah, pupuk dan
tanaman, yang mempunyai ketersediaan tinggi pada pH 5,5 – 7,0. Kepekatan
H2PO4 yang tinggi dalam larutan memungkinkan tanaman mengangkutnya dalam
takaran
besar.
Kandungan
unsur
fosfat
pada
pupuk
yang
ada
dijual di pasar yaitu :
- Superfosfat Tunggal (ES) mengandung 18 sampai 19 persen P2O5
- Superfosfat Rangkap (DS) mengandung lebih kurang 36 persen P2O5
- Superfosfat Triple (TSP) mengandung lebih kurang 48 persen P2O5.
(Hasibuan, 2006).
Fosfor terdapat dalam bentuk phitin, nuklein dan fosfatide yang
merupakan bagian protoplasma dan inti sel. Fosfor ini sangat penting dalam
pembelahan sel serta perkembangan jaringan meristem. Unsur ini diserap dalam
bentuk ion H2PO4- dan HPO42-. Secara umum fungsi fosfor pada tanaman adalah
dapat mempercepat pertumbuhan akar semai, mempercepat serta memperkuat
pertumbuhan
tanaman
muda
menjadi
tanaman
dewasa
secara
umum,
mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah dan dapat
meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Fosfor terpencar-pencar dalam tubuh tanaman, semua inti mengandung
fosfor sebagai senyawa-senyawa fosfat dalam sitoplasma dan membran sel.
Bagian tanaman seperti daun-daun bunga, tangkai sari, kepala sari, butir tepung
sari serta bakal biji mengandung fosfor, sehingga diperlukan unsur P yang banyak
untuk pembentukan bagian-bagian tersebut (Sutedjo, 2002).
Tanaman mengambil P sangat sedikit yaitu ± 20% dari yang diberikan.
Cara mengurangi fiksasi P dalam tanah dapat dilakukan diantaranya mengatur pH
yaitu dengan pengapuran, pemberian bahan organik, pemberian bahan organik ini
akan menghasilkan anion dan kation yang akan mengurangi fiksasi, mengurangi
kontak langsung antara pupuk dengan tanah dan pengeringan tanah agar
mempercepat penguraian P-organik menjadi P tersedia (Sutedjo, 2002).
Unsur ini diserap dalam bentuk ion H2PO4- , HPO42- dan PO4-. Diantara
ke-3 ion ini yang lebih mudah diserap adalah ion H2PO4 karena bermuatan satu
(valensi satu) sehingga tanaman hanya membutuhkan sedikit energi untuk
menyerapnya. Esensialitas dari unsur ini adalah:
1. Membentuk senyawa ATP yaitu senyawa berenergi tinggi yang dihasilkan
dalam proses respirasi siklus kreb sehingga tanaman dapat melakukan semua
aktifitas biokimianya seperti pembungaan, pembentukan sel, transpirasi,
transportasi dan fotosintesis.
2. Membentuk senyawa fitin (Ca-Mg-inositol-6P) yang terdapat dalam biji
tepatnya dalam endosperm untuk proses perkecambahan.
3. Membentuk DNA dan RNA untuk pembentukan inti sel. DNA Nukleotida
untuk pembentukan inti sel terdiri dari adenin, guanin deoxsiribosa, timin
Universitas Sumatera Utara
fosfat dan sitosin. Sedangkan RNA nukleotida terdiri dari adenin, guanin
ribosafosfat, timin dan urasil.
4. Membentuk senyawa fosfolipid yang berfungsi dalam mengatur masuk
keluarnya (permeabilitas) zat-zat makanan didalam sel dan merupakan bahan
dasar dari bagian sel.
(Smith dkk, 2002).
Fosfat (P) bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar,
khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfat berfungsi membantu
proses asimilasi dan pernapasan serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji
dan buah (Daniely, 2008).
Pupuk fospat yang larut dalam air seperti pupuk superfosfat bila ditambah
kedalam tanah tidak semua fosfat dari pupuk tersebut dapat diserap oleh akar
tanaman sebagian dari pupuk tersebut berubah menjadi senyawa yang tidak larut
sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Proses ini disebut retensi fosfat
atau fiksasi fosfat. Pada prinsipnya pupuk P yang diberikan pada tanah
dipengaruhi oleh kemasaman tanah. Makin tinggi tingkat kemasaman tanah,
ketersediaan P dari pupuk yang diberikan akan menurun (Hasibuan, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Download