proses ekstraksi bahan pewarna alam dari limbah - Digilib

advertisement
Daftar isi
208
ISSN 0216 - 3128
Prayitllo, dkk.
if,.")
PROSES EKSTRAKSI BAHAN PEW ARNA ALAM DARI
LIMBAH KAYU MAHONI
Prayitno,
Endro Kismolo dan Nurimaniwati
Puslitballg Tekllologi Maju, BATAN, Yogyakarta
ABSTRAK
PROSES
EKSTRAKSI
BAHAN
PEWARNA
ALAM DARI UMBAH
KA YU MAHONI.
Telah dilakukall
percobaall proses ekstraksi bahall pewama alam dari limbah kayu maholli. Tujuall percobaan illi adalah
ulltuk memperoleh kOlldisi terbaik proses ekstraksi kayu mahoni bahan pewama mellggunakall rotavapor.
Limbah kayu bahan pewama yang dipakai kayu mahoni, berat 200, 300, 400, 500, 600 gram; diekstraksi
pada su/1II 50, 60. 70. 80 . 9(f'C dan waklll ekstraksi 30, 60, 90, /20 , 150 mellit, pada kondisi mendidih
kOllstallt dalam media aquadest. Larutan ekstrak yallg diperoleh dipallaskan sampai diperoleh serbuk bahall
pewama. Dari hasil percobaan diperoleh hasil yang dapat disimpulkan bahwa kOlldisi terbaik dicapai
untuk berat serbuk kayu 400 gram, su/1lI 6(f'C, waktu proses 90 menit dall diperoleh /wsil serbuk pewama
terballyak 9.26 gram.
ABSTRACT
EXTRACTION PROCESS OF THE NATURAL MAHONI WOOD WASTE. The extractioll of the Ilatural
ma/lOlli wood waste. The experiment is aim at obtaining the optimllm conditioll of the extraction process of
lIIahOlli wood waste dyes usillg rota vapor. The wood waste dyes used were mahoni woods, as the variolls
weight of 200. 300, 400, 500, 600 gralll; were extracted at the temperature of 50, 60, 70, 80, 900 C alld were
process of extracted of 30, 60, 90, /20 and /50 minlltes, at the constalll boiling condition ill aqllades media.
The extract SOllltioll obtailled was heated lip to be a powder of dyes. The experimellt gailled reslllt that call
he cOllclllded that the best cOllditioll was weight at grain 400 gram. boiling temperature at 60"C alld tillle 911
IIIillIlles, the hest of extract SOllllioll weight of9,26 gralll.
PENDAHULUAN
lingkungan, yaitu pemanfaatan teknologi untuk
industri
sebesar-besarnya
dengan
tingkat
pencemaran
lingkungan yang sekecil-kecilnya.
Pada industri penyamakan kulit dan tekstil untuk
keperluan
pewarnaan
bahan
kulit
banyak
dipergunakan
bahan pewarna. Bahan pewarna
untuk industri modem biasanya mempergunakan
zat warna sintesis yang sebagian besar masih di
import dari ncgara maju. Kondisi demikian
menjadikan biaya proses industri tersebut menjadi
\cbih maha!. Zat warna yang sering digunakan
dalam industri tersebut adalah jenis napthol, asam,
direk. Ketiga jenis pewarna sintetis tersebut diduga
bersifat karsinogenik, yang dapat menyebabkan
pen yak it kanker (I.").
mengelola
air buangan
terse but agar tidak
mencemari lingkungan. Berbeda dengan zat warna
sintetis, l)1aka pemakaian zat warna alam dalam
pewarnaan tekstil dan penyamakan kulit cenderung
lebih bersifat ramah lingkungan,
karena di
dalamnya tidak mengandung
senyawa-senyawa
atau logam-logam tertentu yang secara kimia atau
klinis berpotensi mencemari lingkungan, zat warn a
alam ini merupakan bahan organik sehingga
cenderung lebih mudah untuk didegradasi oleh
lingkungan. Oi Indonesia yang memiliki iklim
tropis ban yak tumbuh tanaman, baik tanaman lunak
maupun tanaman keras yang mengandung bahan
pewarna berkualitas tinggi. Tanaman terse but
misalnya : kayu nangka, kayu mahoni, kayu
tegeran, dan sebagainya, yang mampu memberikan
deret warna tertentu yang terapis untuk kebutuhan
pewarnaan
pada
industri
tekstil
maupun
penyamakan kulit (".3).
Oalam pemakaian
zat warna sintetis,
mcskipun SCCaI'anyata telah membuktikan kualitas
hasil pcnyamakan dan pcwarnaan yang baik, tetapi
air bllangan sisa proses tersebut mempunyai
potensi pencemaran lingkungan. Oleh karena itu
industri yang mempergunakan zat warn a sintetis
diharuskan mengeluarkan biaya yang besar untuk
Pemakaian
zat
warna
sintetis
lebih
disebabkan karena faktor kemudahan memperoleh
zat warn a sintetis juga karena faktor zat warna
alam beillm optimal. Tetapi mengingat harga zat
pewarna sintetis yang cenderung mahal serta
potensi pencemaran lingkungan akibat pemakaian
zat warna sintetis cukup besar disamping itu juga
Perkembangan
dewasa
ini menuntut teknologi
konsep dunia
industriindustri
berwawasan
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir
P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
Prayitllo, dkk.
ISSN 0216 - 3128
zat warna sintetik mengandung azodyes tertentu
yang telah dilarang penggunaannya
, maka
pemakaian zat warn a alam perlu dibudayakan.
Sejalan dengan hal diatas diperlukan penelitian
untuk pengambilan zat warna alam dan kayu.
Dalam hal ini tahapan proses pembuatan zat warna
alam pada umumnya meliputi sortasi bahan kayu,
preparasi bahan kayu, ekstraksi dan perendaman,
penyaringan, pemekatan, powderisasi, sterilisasi
dan pewadahan. Pada penelitian ini akan digunakan
serbuk gergaji kayu mahoni sebagai zat pewarna
dengan proses ekstraksi menggunakan Rotavapor
R-151. Kayu mahoni tersebut merupakan jenis
kayu yang banyak terdapat di Indonesia dan
merupakan jenis kayu yang kuat sehingga banyak
digunakan untuk bahan bangunan maupun industri
mebe!. Dalam pengolahan kayu menjadi bahan
bangunan dan mebel tersebut akan dihasilkan
limbah kayu yang berupa serb uk, umumnya serbuk
kayu ini belum dimanfaatkan secara optimal,
padahal kayu mahoni ini mengandung tanin yang
berfungsi sebagai penyamak kulit, disamping itu
juga berfungsi
sebagai pewarna yang akan
memberikan
warna cokelat atau kecokelatan.
Sehingga apabila kandungan tanin dalam kayu
mahoni
ini diambil,
maka hasilnya
dapat
diaplikasikan
untuk
pewarna,
dan
karena
merupakan zat warna alam maka penggunaan zat
warna dari kayu mahoni ini dapat meminimasi
kadar limbah yang dihasilkan (3.5).
Dari latar belakang dapat disusun masalah
sebagai berikut : Apakah zat warna kayu mahoni
dapat diambil secara ekstraksi menggunakan
Rotavapor dengan aquadest sebagai pelarutnya.
Bagaimana
pengaruh
waktu ekstraksi,
suhu
ekstraksi dan berat serbuk gergaji kayu mahoni
terhadap berat serbuk pewarna yang dihasilkan.
Apakah zat warna yang dihasilkan dapat digunakan
untuk mewarnai kulit ataupun teksti!. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi
waktu ekstraksi, suhu ekstraksi dan berat serbuk
gergaji kayu mahoni terhadap berat serbuk
pewarna yang dihasilkan.
Kayu mahoni yang
sudah tua dapat digunakan sebagai sumber zat
warna alamo Sumber zat warna alam pada kayu
mahoni ini terdapat pada kayu gubal maupun kayu
teras dan sifat zat warna yang dihasilkan adalah
non toksik dan mengandung tanin 6,5 % yang
bcrfungsi sebagai penyamak nabati pada kulit dan
juga sebagai pewarna. Dalam aplikasinya, maka
zat warna alam dari kayu mahoni dapat digunakan
untuk mcwarnai kain, sedangkan warna yang
dihasilkan
tergantung
dcngan
larutan
yang
ditambahkan, yaitu :
209
2. Penambahan larutan tawas akan menghasilkan
warna cokelat muda
3. Penambahan larutan tunjung akan menghasilkan
warna cokelat kearah hijau
Pada proses pewarnaan tersebut konsentrasi
zat warna yang digunakan adalah 5%. Sedangkan
bahan yang digunakan untuk percobaan adalah
kain katun dengan menggunakan mordant, yaitu
tawas (alum) dan soda abu, lama proses-J}ewarnaan
1 jam dengan 3 kali pencelupan dalam zat warna
dan lama tiap kali pencelupan 20 menit (6,7.8).
Untuk mengambil zat warna alam dari kayu
mahoni dapat dilakukan secara ekstraksi, yaitu
memisahkan zat warn a dari serbuk gcrgaji kayu
mahoni dengan aquadest sebagai pelarut, dan
proses pengambilan
zat warna tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan alat Rotavapor
pada suhu rendah (3,9).
Berdasarkan tinjauan
pustaka tersebut diatas, maka penulis mengajukan
hipotesis sebagai berikut : Berat zat warna yang
dihasilkan dari serbuk gergaji kayu mahoni
dipengaruhi oleh waktu ekstraksi, suhu ekstraksi
dan berat serbuk gergaji kayu mahoni. Zat warna
yang dihasilkan dapat digunakan untuk mewarnai
kulit maupun teksti!.
METODE PENELITIAN
Bahall yallg digullakall
I. Limbah serbuk kayu mahoni
2. Aquadest
Alat yallg digullakall
I. Rotavapor R-151 Standart
2. Timbangan analitik
3. Lampu pemanas
4. Piranti gelas dan porselen
I. Penambahan larutan kapur akan menghasilkan
warna cokclat
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir
P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
210
ISSN 0216 - 3128
Prayitllo, dkk.
Dari Tabel 1 tersebut cliatas clapat cliketahui
bahwa berat serbuk pewama yang dihasilkan
dengan variasi berat serbuk kayu mahoni (200,
300, 400, 500 dan 600 gram) adalah 6,5734 ;
7,6973; 9,2597; 6,8411dan 7,0437gram.
Tabel 1. Bera/ serbuk
pewarna hasil variasi
berat serbuk gergaji kayu mahoni, suhu
ekstraksi 60°C, waktu ekstraksi 90 menit
600
500
400
serbuk
200
zatBerat
warna
300
Produk
1,368
1,173
6,8411
7,0437
9,2597
7,6973
6,5734
Berat
serbuk
2,314
gergaji
kayu
2,567
3,286
(%)
(gram)
No
I.5.
4.
3.
2.
Gambar
mahoni (gram)
1. Alat ROlavapor Type R.151
Kererangan :
1. Pemanas Air Water Bath
2. Labu Rotavapor
Dcstilat
3. Kontrol Box Operations
4. Pendingin
5. Penampung
6. Pompa Vakum
Pelaksallllall Pelleliliall
10
Limb4hkayu + Aqu4dest
EkstraksiPernanasan sid sul1ustabil, pengaduhl\ 100rprn
se>buk",,,aji kayu nuroni( 200,])0. 400,500 danroo p-"",)
( pe>eMaman pad.. suhu kamu; j)"C, ro"C, IO"C, 8)"C, SU"C),
waktu ekstraksi (]), ro, 90. lAi dan 150 merUi).sul1uekstraksi
bm!
100
200
300
400
SOO
60)
700
Bcral scrbuk gergaji ka)'u mahooi (gram)
Gambar
Gambar
2. Diagram Proses Penelirian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pellgarult
Nasi!
Variasi Beral Serb uk
Gergaji KaYli MallOlli Terltadap Beral
Serhllk Pewllrllll
Pengaruh hasil variasi berat limbah serbuk
gergajian kayu mahoni terhadap berat serbuk
pewarna dapat dilihat pada Tabel I dan Gambar I.
1. Grajik hubungan a11lara bera/ serbllk
pewarna hasil variasi beral serbllk
gergaji kaYlI mahoni, sllhll ekstraksi
60°e, wakrll eksrraksi 90 menir
Hal ini menunjukkan bahwa pada vanasl
berat 200, 300 dan 400 gram men gal ami kenaikkan
berat serbuk pewama yang dihasilkan. Sedangkan
pada berat serbuk kayu mahoni 500 dan 600 gram
mengalami penurunan berat serbuk pewama yang
dihasilkan. Dari tabel tersebllt terlihat bahwa
serbuk pewarna terbanyak dihasilkan pada berat
serbllk gergaji kaYll mahoni 400 gram, berarti
bahwa kondisi optimal llntuk mendapatkan zat
wama terbanyak adalah pada berat serbuk gergaji
kayu mahoni 400 gram untuk volume pelarut
4.000ml atau agar kelarutan zat warna maksimal,
maka perbandingan serbllk gergaji kaYll mahoni
dengan pelarut adalah 1:10.
Dari faktor berat serbllk zat warna yang
diperoleh, maka dari Tabel I. diatas terlihat
kecenderungan
bahwa semakin banyak serbllk
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir
P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
Prayitllo, dkk.
ISSN 0216 - 3128
gergaji kayu mahoni dengan volume pelarut tetap
yaitu 4000 ml, maka zat warna yang dihasilkan
semakin banyak. Tetapi pada batas tertentu akan
mengalami punurunan berat zat warna yang
dihasilkan.
Pada penelitian ini berat serbuk
pewarna yang dihasilkan mengalami kenaikan
sebesar 1,1239 gram untuk kenaikan berat serbuk
kayu mahoni dari 200 gram menjadi 300 gram,
sedangkan untuk berat serbuk kayu mahoni dari
300 gram menjadi 400 gram terjadi kenaikan berat
serbuk pewarna sebesar 1,5624 gram, dan untuk
berat serbuk kayu mahoni dari 400 gram menjadi
500 gram tcrjadi kenaikan berat serbuk pewarna
sebesar 2,4186 gram. Sedangkan berat serbuk kayu
60
50
70
90
80
28
mahoni dari 500 gram menjadi 600 gram
menghasilkan kenaikkan berat serbuk pewarna
sebesar 0,2036 gram
Kenaikan
berat serbuk pewarna yang
dihasilkan pada berat serbuk kayu mahoni 200,
300, 400 gram dengan volume pelarut 4.000 ml
terjadi karena pada berat serbuk kayu mahoni
terse but luas permukaan untuk terlarutnya zat
warna masih cukup, artinya zat pelarut yaitu
aquadest kemampllan untuk mclarutkan zat warn a
masih baik. Dalam hal ini kemampuan pelarut akan
baik apabila perbandingan serbuk kayu mahoni
dengan pelarut adalah I: 10. Sedangkan untuk berat
serbuk kaYli mahoni 500 dan 600 gram mengalami
penllrunan berat serbllk pewarna yang dihasilkan.
Hal ini karena luas bidang untuk terlarutnya zat
warn a terlalu sempit yaitu tclah melebihi
perbandingan I: 10, sehingga zat warna dari serbuk
kayu mahoni banyak yang tidak terlarutkan dengan
baik karena
volume
pelarut
tidak cukup.
Disamping itu juga karena dalam penelitian ini
menggunakan alat Rotavapor yang mempunyai
kapasitas tertentll, dan jumlah zat warna yang
dihasilkan akan ban yak apabila bahan-bahan yang
digunakan dalam proses tidak melebihi kapasitas
dari Rotavapor tersebut. Sehingga dalam penelitian
ini dapat dikatakan bahwa proses yang terjadi akan
baik sampai pada
berat serbuk gergaji kayu
mahoni 400 gram dan selebihnya telah melebihi
kapasitas dari Rotavapor terse but, sehingga zat
warna dalam kaYli mahoni tidak dapat terlarut
dcngan baik karena telah melebihi kapasitas alat,
scperti yang tCljadi pada bcrat serbllk gcrgaji kayu
mahoni 500 dan 600 gram.
Pellgarult Hasil Varias; Sultu
Terltadap Bertlt Serbuk Pewama
Ekstraks;
2lJ
Dalam penelitian berat serbuk pewarna dari
serbuk gergaji kayu mahoni dalam variasi suhu
ekstraksi, dengan menentukan waktu ekstraksi 90
menit. Hal ini karena berdasarkan penelitian variasi
waktu eksh'aksi dengan selisih waktu ekstraksi 30
menit untuk setiap titik, tenyata kenaikan berat zat
warna yang dihasilkan terlalu kecil jika dibanding
dengan selisih waktu yang dibutuhkan, juga karena
untuk waktu ekstraksi 90 men it dihasilkan serbuk
pewarna terbanyak.
Tabel 2. Serat serbuk pewarna hasil variasi suhu
ekstraksi, berat serb uk gergaji kayu
mahani 400 g. waktu ekstraksi 90 menit
1,7622
3,3394
2,0533
2,9953
1,2965
Berat zat warna (gram)
Suhu ekstraksi (uC) 2,8039
E 4
f3\
"~
-----------------------------1
/\
~
I
I
• 20
40
60
80
100
Suhu ckstraksi (oC)
Gambar
2. Grafik hubungan an tara berat serbuk
pewarna hasil variasi terhadap suhu
ekstraksi.
Dari Tabel.2 dan Gambar 2, dapat diketahui
bahwa berat serbuk pewarna terbanyak dihasilkan
pada suhu ekstraksi 60°C, yaitu sebesar 3,3394 g
sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi yang
paling baik untuk mendapatkan serbuk pewarna
terbanyak adalah suhu 60°C, tetapi kecenderungan
yang terlihat adalah serbuk pewarna
yang
dihasilkan akan semakin ban yak apabila suhu
dinaikkan
Walallplln dari data yang diperolch lIntlik
suhu ekstraksi 60"C dihasilkan serbllk pewarna
tcrbanyak yaitll 3,3394 gram. Hal ini disebabkan
karena adanya faktor lain yang berpcngarllh,
misalnya proses penyaringan ekstrak kayu mahoni
setelah ekstraksi dilakukan secara manual, tingkat
kelembaban serbuk kayu mahoni dan juga kondisi
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir
P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
ISSN 0216 - 3128
2/2
proses pembentukan serbuk. Dalam hal ini hanya
disaring kemudian diperas tanpa menggunakan alat
press yang dapat ditentukan tekanannya, sehingga
faktor manusia sang at berpengaruh. Disamping itu
mung kin karena kondisi serbuk gergaji kayu
mahoni itu sendiri.
Kecenderungan yang terlihat pada Tabel 2.
tersebut diatas bahwa semakin tinggi suhu ekstraksi
maka semakin ban yak zat warna yang dihasilkan.
Tetapi suhu tersebut tidak boleh melebihi 100°C,
karena akan menyebabkan kerusakan zat warna.
Dalam hal ini kandungan zat warna akan naik pada
kisaran suhu dibawah 100°C .Sehingga apabila
suhu ekstraksi melebihi 100°C, maka walaupun
serbuk zat \Varna yang dihasilkan ban yak tetapi
tidak berfungsi sebagai pewarna.
Pengarult Variasi Waktu Ekstraksi terltadap
Berat Serbuk Pewama
Penentuan
pengaruh
waktu
ektraksi
terhadap bera serbuk pewarna yang diperoleh dapat
dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 3.
Tabel 3. Berat serb uk pewarna hasi/ variasi waktu
ekstraksi un/uk 400 gram serbuk gergaji
kaYllmaholli.
Waktu ekstraksi
sullllekstraksi
60°C
2,4039
3,1586
3,3185
2,9454
2,9073
Berat
(gram)
serbuk pewarna
90
150
120
60
30 (men it)
Prayitllo, dkk.
Dari Tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa
berat serbuk pewarna yang dihasilkan selama
waktu ekstraksi (30 ,60 ,90, 120 dan 150 menit)
masing-masing
adalah 2,4039; 3,1586; 3,3185;
2,9073 dan 2,9453 gram. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin lama proses ekstraksi maka jumlah
serbuk pewarna yang dihasilkan semakin banyak
sampai pada batas waktu ekstraksi 90 menit,
setelah melebihi batas waktu tersebut terjadi
penurunan jumlah zat warna yang dihasilkan.
Dari Tabel 3 di atas terlihat bahwa serbuk
pewarna yang terbanyak
dihasilkan pada waktu
ekstraksi 90 menit, yaitu sebesar 3,3185g. Dengan
meJihat hasil tersebut berarti proses ekstraksi
optimum, yaitu zat warna terlarut maksimum
selama waktu ekstraksi 90 menit.
Tabel diatas terlihat ada kecenderungan
bahwa semakin lama waktu ekstraksi maka
semakin banyak jumlah serbuk pewarna yang
dihasilkan, tetapi kemudian mengalami penurunan
jumlah serbuk pewarna yang dihasilkan. Hal ini
karena perlakuan termal pada berbagai suhu akan
menunjukkan stabilitas komponen yang relatif baik
sampai suhu 100°C dan sampai waktu perlakuan 48
jam. Artinya dengan waktu ekstraksi sampai batas
tertentu akan menaikkan jumlah serbuk pewarna
yang dihasilkan dan sampai batas waktu 48 jam
akan konstan, setelah melebihi 48 jam akan
mengalami penurunan jumlah zat warna yang
dihasilkan.
Sehingga
mungkin
pada
waktu
ekstraksi lebih dari 90 menit sudah banyak terjadi
kehilangan zat warna yang menyebabkan serbuk
pewarna yang dihasilkan menurun.
KESIMPULAN
E
r:
4
Dari percobaan dan pembahasan
diambil beberapa kesimpulan yaitu :
~
E 3.5
dapat
co
~
g,
-'"
3
::>
.D
~ 2.5
;:;
Jj
2
20
40
60
80
100
120
140
160
Waktu ckstraksi (IT'Cnit)
Gambar
3. Call1!Jar grajik Ill/blillgall alltara berclf
serbllk pewarna
ekstraksi
I/(/sil
variasi
\\'aktu
1. Variasi berat serbuk gergaji kayu mahoni, suhu
dan waktu ekstraksi berpengaruh terhadap berat
serbuk pewarna yang dihasilkan, terbanyak
pada waktu ekstraksi 90 men it sebesar 3,3185
gram dan variasi suhu ekstraksi serbuk pewarna
terbanyak dihasilkan pada suhu 60 DC sebesar
3,3394 gram
2. Serbuk pe\Varna yang dihasilkan cenderung
naik, dengan naiknya suhu, sedangkan variasi
berat
scrbuk
gcrgaji
kayu
mahoni
mcnghasilkan scrbuk pewarna terbanyak untuk
berat scrbuk kayu mahoni 400 gram dan serbuk
pewarna yang dihasilkan scbcral 9,2597 gram.
3. Dari variasi berat sebuk gergaji kayu mahoni ,
suhu ekstraksi dan waktu ekstraksi, maka yang
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir
P3TM-BATAN Yogyakarta, B Juli 2003
Prayitllo, dkk.
ISSN 0216 - 3128
paling berpengaruh terhadap serbuk pewarna
yang dihasilkan berat serbuk gergaji kayu
mahoni.
4. Serbuk pewarna yang dihasilkan akan optimal
apabila perbandingan
serbuk gergaji kayu
mahoni dengan pelarutnya adalah I: I0
213
8. SUPARNI, "Pemanfaatan Zat warna Kayu
Nangka sebagai Pengganti Naftol AS-LB",
FakuItas Teknologi Industri, un, Yogyakarta
(1994 )
9. SUSANTO,"Seni Kerajinan Batik Indonesia",
Balai Penelitian Batik dan Kerajinan (1980)
DAFT AR PUSTAKA
I. HUSODO,
TRIWI,
"Pemanfaatan
dan
Pemberdayaan Zat Warna Alami (ZPA) Untuk
Industri Kecil dan Menengah (IKM), BBKB,
Yogyakarta (1998)
2. KISMOLO,
ENDRO
dkk,
"Teknik
Pengoperasian
Rotavapor
R-151 Standart
Untuk reduksi
Limbah Cair Fase Cair",
Proseding PPI, BAT AN, Yogyakarta (1995)
3. KISMOLO, ENDRO dkk, "Teknik Pemekatan
Larutan Ekstrak Bahan Pewama
Alam
Menggunakan Rotavapor R-151 Standart ",
Seminar Nasional Industri Kulit, Karet dan
Plastik. BATAN, Yogyakarta (2000)
4. ANONIM. "Pemnafaatan Limbah Zat warna
Oalam
Proses
Pencelupan",
BBKB,
Yogayakarta ( 199 I)
5. BUCHAMAN,
M.A., "The Tannins and
Coloring
Matters",
Reinhold
Publishing
Coorporation, New York (1952)
6. AZW AR. "Metodologi penelitian",
Pelajar, Yogyakarta (1999)
7. PURNOMO,
EDDY, "Pengetahuan
Teknologi
Penyamakan
Kulit",
Yogyakarta ( 1984)
Pemuda
Dasar
ATK,
TANYAJAWAB
Dwi Wahini
Dengan metode
dipereoleh ?
in! berapa
% dijes yang
Warna yang dihasilkan apa ?
Prayitno
Prosentase dijes yang diperoleh
71% sid 84%.
amara
Warna yang dihasilkan coklal.
Anonim
Apakah sudah dilakukan
yang dihasilkan
karakterisasi
warna
Prayitno
511dahdicoba lllltuk pewarnaan tekstil dan
klilit.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir
P3TM-BATAN Yogyakarta, 6 Juli 2003
Download