Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013 - E

advertisement
PENGARUH INVESTASI DALAM NEGERI DAN JUMLAH UANG BEREDAR
TERHADAP PDB INDONESIA
Oleh : T. Iskandar Ben Hasan & Fajrizal Fitra
(Dosen Fakultas Ekonomi dan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh)
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of the money supply and investment in Indonesia's
Gross Domestic Product. The research was conducted in Indonesia by using secondary data
period of 1990 to 2011 are sourced from Bank Indonesia and the Central Bureau of Statistics.
Data were analyzed with descriptive and quantitative approaches through the presentation and
preparation of the data into the table. This study used multiple linear regression test. The results
showed that based on the t-test at 95 percent confidence level is known that the money supply
has positive and significant impact on Indonesia's GDP, whereas no significant investment.
Value of determination (R2) of 0.9426 means that the change in the dependent variable (the
Indonesian economy) can be explained by the independent variables (the money supply and
investment) of 94.26 percent, while the rest is explained by other factors outside of the study.
Increasing the money supply by Rp 1 billion, it will raise the GDP of Indonesia at Rp 1.82
billion, assuming other factors remain.
Keywords: Gross domestic product, total money supply, investment.
PENDAHULUAN
Kegiatan ekonomi di suatu negara
adalah
tercapainya
kesejahteraan
masyarakat.
Pencapaian
kesejahteraan
tersebut salah satunya dapat dicapai melalui
peningkatan
pendapatan
masyarakat.
Dengan pendapatan yang lebih tinggi maka
masyarakat akan mampu mengkonsumsi
lebih banyak yang artinya akan lebih
terpuaskan. Kesejahteraan masyarakat juga
dapat dilihat dari ketersediaan barang publik
yang dibangun oleh pemerintah.
Kegiatan perekonomian suatu negara
seyogyanya harus meningkat setiap tahun.
Peningkatan ini dapat diukur melalui
pendekatan perhitungan Produk Dometik
Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto
(PNB). Pertumbuhan kedua indikator
tersebut dikatakan pertumbuhan ekonomi.
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional maka setiap sektor perekonomian
harus berproduksi lebih cepat dan banyak
dari tahun sebelumnya.
PDB
diartikan
sebagai
nilai
keseluruhan semua barang dan jasa yang
diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam
jangka waktu tertentu (biasanya per tahun).
PDB berbeda dari PNB karena memasukkan
pendapatan faktor produksi dari luar negeri
yang bekerja di negara tersebut. Sehingga
PDB hanya menghitung total produksi dari
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
suatu negara tanpa memperhitungkan
apakah produksi itu dilakukan dengan
memakai faktor produksi dalam negeri atau
tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal
usul faktor produksi yang digunakan.
Ada beberapa instrumen yang dapat
digunakan oleh Bank Indonesia untuk
memacu kegiatan perekonomian, salah
satunya adalah jumlah uang beredar di
negara tersebut. Jumlah uang beredar juga
dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
di suatu negara. Uang yang memiliki fungsi
untuk transaksi, akan mempengaruhi
kegiatan ekonomi di suatu negara. Menurut
Arief (1996:207) Jumlah uang beredar
mempunyai kedudukan dan peranan yang
sangat penting dalam mempengaruhi
kegiatan ekonomi di suatu negara. Seperti
yang dikemukakan kelompok monetaris,
bahwa jumlah uang beredar berperan
penting dalam mempengaruhi kegiatan
ekonomi yang berasal dari sektor moneter.
Jika uang beredar banyak maka akan terjadi
banyak transaksi ekonomi. Kegiatan
tranasaksi ekonomi ini akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara
dapat diukur dari pertumbuhan produk
domestik bruto (PDB) yang merupakan
indikator pendapatan nasional. Pengertian
1
pendapatan menurut Todaro (1994; 74)
adalah tingkat kemakmuran suatu negara
yang diukur dengan
Gross Domestik
Product. Jumlah seluruh produk yang
dihasilkan oleh seluruh penduduknya,
sehingga tingkat pendapatan perkapita dapat
diketahui dengan membagi jumlah GDP
yang dicapai dengan jumlah penduduk dan
ini
tidak
menjamin
kemakmuran
masyarakat.
Ada beberapa teori pertumbuhan
ekonomi, yaitu (Mustofa, 2007:10):
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi HarrodDomar
Dua tokoh ini memiliki pendapat dasar
tentang pembangunan, khususnya pada
dimensi ekonomi. Investasi menjadi
persoalan penting bagi Domar dan Harrod
dalam tiap proses pembangunan di sebuah
negara. Dapat juga dikatakan bahwa mereka
menekankan bahwa investasi adalah standar
keberhasilan dalam proses pembangunan.
Formulasi asumsi tersebut secara
kausalitas dapat dijelaskan ketika ada
peningkatan investasi dalam sebuah negara,
maka akan muncul sekian banyak variasi
jenis usaha baru yang akan membuka
penerimaan tenaga kerja baru. Jika semakin
banyak angkatan kerja yang telah bekerja
dan memiliki penghasilan, maka angka
pengangguran akan terkurangi dan diganti
dengan angkatan kerja produktif. Jika
produktifitas masyarakat meningkat, maka
kemampuan memenuhi kebutuhan hidup
juga meningkat. Jika kebutuhan telah
terpenuhi, maka itulah yang disebut dengan
kemakmuran
yang
menjadi
tujuan
modernisasi.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow-Swan
Menurut teori ini garis besar proses
pertumbuhan mirip dengan teori HarrodDomar, dimana asumsi yang melandasi
model ini yaitu:
1. Tenaga kerja (atau penduduk) tumbuh
dengan laju tertentu,misalnya P per
tahun.
2. Adanya fungsi produksi Q = f (K, L)
yang berlaku bagi setiap periode.
3. Adanya
kecenderungan
menabung
(prospensity to save) olehmasyarakat yang
dinyatakan sebagai proporsi (s) tertentu
darioutput (Q). Tabungan masyarakat S =
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
sQ; bila Q naik S juga naik,dan
sebaliknya.
4. Semua
tabungan
masyarakat
di
investasikan S = I =∆K.
Sesuai dengan anggapan mengenai
kecenderungan menabung, maka dari output
disisakan sejumlah proporsi untuk ditabung
dan kemudian diinvestasikan. Dengan begitu
maka terjadi penambahan stok kapital.
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Max Weber
Weber menemukan bahwa Kapitalisme
di Eropa dapat berkembang karena nilainilai asketis dalam doktrin Protestan.
Peringatan untuk tidak cepat berpuas diri
akan keberhasilan yang telah didapatkan
adalah asumsi dasar dari pemikiran ini.
Hipotesis utama Kapitalisme adalah
penguasaan
modal
sebesar-besarnya.
Artinya, tiap subyek manusia yang
menganut ideologi pembangunan ini
diasumsikan akan terus berupaya untuk
menguasai modal agar dapat menentukan
penguasaan ekonomi olehnya. Ia akan
berusaha untuk terus mendapatkan modal
yang dapat menguasai kebutuhan orang
banyak. Salah satu upaya menguasai modal
adalah dengan menekankan hidup sederhana
dan memperbanyak saving sumber dana
material agar nantinya akan dapat dijadikan
modal usaha baru atau memperbesar usaha
ekonomi yang telah dilakukan.
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Sebagai seorang ekonom positivistik,
WW Rostow memiliki tiga asumsi dasar
yang tertuang dalam bukunya The Stages of
Economic Growth: a Non-Communist
Manifesto. Pertama, Rostow berpendapat
bahwa pembangunan adalah sebuah proses
linier yang memerlukan perencanaan matang
dalam tiap segi pembangunannya, bukan
proses gradual yang zig-zag tanpa arah
tertentu. Kedua, pembangunan juga berarti
kemampuan ekonomi, maka untuk mencapai
kemandirian ekonomi, sebuah negara harus
melalui lima tahapan pembangunan. Ketiga,
jika dalam modernisasi, sebuah negara tidak
mencapai tahapan-tahapan tersebut secara
linier,
maka
pembangunan
yang
dilakukannya
telah
gagal.
Artinya,
kegagalan pembangunan adalah kegagalan
melewati lima tahapan pembangunan
tersebut.
2
Manifestasi pembangunan sebagai
sebuah tahapan dan upaya yang linier,
Rostow mengajukan gagasan tentang lima
tahapan pembangunan ekonomi sebagai
berikut, (Mustofa, 2007:25):
a) Masyarakat Tradisional
b) Masyarakat Pra Lepas Landas
c) Masyarakat Lepas Landas
d) Masyarakat Bergerak ke Arah Dewasa
e) Masyarakat Konsumsi Massal Tinggi
5.Teori David Mc.Clellan
Pemikiran McClelland ini berlanjut
dengan pengajuan konsep need for
achievement (n-Ach) atau keinginan
mencapai prestasi tinggi. Jika di suatu
negara, banyak warga negaranya yang 13
memiliki need for achievement ini, maka
akan dapat dipastikan bahwa negara tersebut
akan mengalami peningkatan ekonomi
secara drastis. Sebaliknya, jika sedikit orang
yang memiliki dorongan berprestasi di suatu
negara, maka dapat dipastikan bahwa negara
tersebut akan mengalami kemerosotan
ekonomi.
Teori Jumlah Uang Beredar
Menurut Mankiw (2003:73), uang
adalah persedian asset yang dapat dengan
segera
digunakan
untuk
melakukan
teransaksi. Seiring dengan berkembangnya
kehidupan masyarakat, maka uang sebagai
alat pembayaran yang sah dalam masyarakat
memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Penyimpan nilai (store of value).
Uang adalah cara mengubah daya beli
dari masa kini ke masa depan. Sebagai
alat
yang
bernilai,
uang
juga
memungkinkan setiap hasil produksi atau
aktivitas peningkatan dan atau penciptaan
nilai tambah tersimpan dalam bentuk
asset yang sangat likuid yang nilai
nominalnya tidak akan berubah. Bahkan
jika hasil produksi tersebut disimpan
dalam bentuk uang, dapat digunakan
untuk menambah penghasilan tanpa
bekerja.
b. Unit hitung (unit of account)
Uang memungkinkan seluruh barang dan
jasa dapat dinilai dengan satuan uang.
Sebagai satuan hitung artinya uang dapat
memberikan harga suatu komoditas
berdasarkan satu ukuran umum.
c. Uang sebagai alat tukar (medium of
change)
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Uang sebagai alat tukar mempunyai arti
bahwa para pelaku ekonomi menerima
uang untuk dapat digunakan sebagai alat
untuk membeli barang atau jasa yang
dijual. Sebagi alat tukar, uang akan
membuat kegiatan ekonomi semakin
mudah dan efisien karena para pelaku
ekonomi dapat melakukan teransaksi
kapan saja, dimana saja, dan dengan
siapa saja.
d. Uang sebagai standar pembayaran di
masa yang akan datang (standar of
deffered payment).
Banyak sekali kegiatan ekonomi yang
balas jasanya tidak diberikan pada saat
itu juga, melainkan di waktu kemudian.
Karena berfungsi sebagai standar
pembayaran di masa mendatang, uang
sangat efektif dan efisien jika digunakan
untuk memacu pertumbuhan dan
perkembangan
ekonomi,
terutama
melalui kebijakan moneter (perkreditan).
Penawaran uang (money supply) dalam
teori moneter mempunyai arti yang sama
dengan jumlah uang beredar. Pada zaman
standar emas, penawaran uang hanya bisa
ditambah dengan menaikan jumlah produksi
emas. Penawaran uang tidak bisa ditambah
menurut kehendak pemerintah, tetapi
dibatasi oleh adanya biaya untuk menambah
uang tersebut. Bila harga emas tinggi maka
penawaran uang semakin banyak dan
selanjutnya akan menurunkan harga emas
atau menaikan harga-harga barang lain.
Keadaan sebaliknya terjadi kalau harga emas
terlalu rendah.
Jumlah uang beredar mempunyai
kedudukan dan peranan yang sangat penting
dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi di
suatu negara. Seperti yang dikemukakan
kelompok monetaris, bahwa jumlah uang
beredar
berperan
penting
dalam
mempengaruhi kegiatan ekonomi yang
berasal dari sektor moneter (Arief,
1996:207).
Jumlah uang beredar (money supply) di
Indonesia didefinisikan sebagai tagihan
masyarakat terhadap sektor perbankan dan
terbatas pada jumlah antara uang kartal dan
uang giral. Ini berarti Indonesia menganut
jumlah uang beredar M1 (narrow money),
dimana uang kuasi yang berupa deposito
berjangka
(time
deposits)
dan
tabungan/simpanan
berjangka (saving
3
deposits) bukan merupakan komponen
jumlah uang beredar, melainkan hanya
sebagai likuiditas perbankan (Boediono,
1982:65).
Uang logam (coin money) dan uang
kertas (paper money) disebut sebagai uang
kartal (currency) yang merupakan uang
pemerintah atau Bank Sentral tanpa bunga.
Uang logam merupakan bagian terkecil dari
uang kartal, sedangkan uang kertas
merupakan bagian yang besar dari uang
kartal. Semua uang kartal diedarkan atau
dikeluarkan oleh Bank Sentral yaitu Bank
Indonesia dengan otoritas pemerintah yaitu
Departemen Keuangan.
Uang
giral
(demand
deposits)
merupakan simpanan uang oleh individu,
perusahaan, badan pemerintahan, dan badanbadan lainnya pada suatu bank umum yang
dapat ditarik setiap saat dengan menulis cek
(Sukirno, 2008:422). Cek merupakan
perintah oleh pemilik simpanan giro tersebut
kepada bank untuk membayar kepadanya
atau pihak lain yang ditunjukannya dan
dituliskan pada cek tersebut.
Dornbusch (1997:151) memberikan
definisi tentang jumlah uang beredar dalam
arti sempit sebagai berikut:
a. M1 merupakan penjumlahan antara
currency (C) yang dipegang
masyarakat dengan demand deposits
(D), dengan formula sebagai
berikut:
M1 = C + D
b. M2 adalah M1 ditambah tabungan
deposit berjangka (time deposits/
TD) dan tabungan (saving deposits/
SD) pada bank- umum.
M2=M1 + TD + SD
c. M3 adalah M2 ditambah tabungan,
deposit berjangka pada lembagalembaga bukan bank.
d. M4 adalah M3 ditambah sejumlah
sertifikat deposit yang dapat
dinegosiasikan.
Teori Investasi
Modal merupakan salah satu faktor
produksi yang sangat penting dalam
melaksanakan pembangunan. Modal dapat
dinyatakan sebagai semua kekayaan yang
dipakai baik langsung ataupun tidak
langsung dalam proses produksi. Dalam hal
ini modal dapat dibedakan atas modal
konkrit yang mempermasalahkan benda-
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
benda sebagai modal dan modal abstrak
yang membicarakan nilai dari benda-benda
modal tersebut.
Tersedianya modal dalam jumlah besar
tidak secara otomatis akan menggerakkan
roda pembangunan suatu negara atau daerah.
Akan tetapi modal harus dimanfaatkan
melalui penanaman modal produktif yang
memberikan harapan keuntungan yang besar
(profitable investment opportunities). Secara
sederhana
dapat
dikatakan
bahwa
penanaman
modal
adalah
segala
pengeluaran yang dilakukan pemerintah
maupun pihak swasta guna membeli barangbarang modal aktivitas produksi lebih lanjut,
(Sukirno, 2008:121).
Investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran dan penanaman modal atau
perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa
yang tersedia
dalam perekonomian,
(Sukirno,
2008:121).
Investasi
menghubungkan masa kini dengan masa
depan. Investasi menghubungkan pasar uang
dengan pasar barang. Dan fluktuasi investasi
berpengaruh besar pada siklus bisnis,
(Dornbusch,
2004:331).
Dalam
makroekonomi, investasi memiliki arti yang
lebih sempit, yang secara teknis berarti arus
pengeluaran yang menambah stok moda
fisik. Dengan kata lain, investasi adalah
jumlah yang dibelanjakan sektor bisnis
untuk menambah stok modal dalam periode
tertentu, (Nanga, 2005:123).
Dari segi kepemilikan modal, investasi
dibagi atas dua yakni:
1. Penanaman Modal Asing.
Menurut Undang-undang No.1 Tahun
1967, penanaman modal hanyalah
meliputi penanaman modal asing secara
langsung dilakukan menurut atau
berdasarkan
ketentuan-ketentuan
Undang-undang ini dan yang digunakan
untuk menjalankan perusahaan di
Indonesia dalam arti bahwa pemilik
modal secara langsung menanggung
resiko dari penanaman modalnya,
(Anoraga, 1995:48).
2. Penanaman Modal Dalam Negeri.
Pengertian PMDN yang tercantum dalam
Undang-undang No. 6 Tahun 1968 yaitu:
bagian dari kekayaan masyarakat
4
Indonesia termasuk hak-hak dan benda
yang dimilikii oleh negara maupun
swasta asing yang berdomisili di
Indonesia yang disahkan/diatur oleh
ketentuan pasal 2 UU penanaman Modal
Asing
Wayan (2002) dalam penelitiannya
yang berjudul
Efektifitas Kebijakan
Moneter
dan Fiskal
di
Indonesia
menyimpulkan bahwa kebijakan moneter
lebih efektif daripada kebijakan kebijakan
fiskal. Utami dan rahayu, (2003) dalam
penelitiannya yang berjudul Peranan
Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi Dan Nilai
Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal
Indonesia
Selama
Krisis
Ekonomi
menyimpulkan
bahwa
perubahan
profitabilitas, suku bunga, inflasi dan nilai
tukar mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap perubahan harga saham badan
usaha selama periode krisis ekonomi. Secara
parsial hanya suku bunga dan nilai tukar
mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap harga saham selama periode krisis
ekonomi tersebut.
Prayitno dan Sandjaya (2002) dalam
penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor
Yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Uang
Beredar Di Indonesia Sebelum Dan Sesudah
Krisis: sebuah analisis ekonometrika
menyimpulkan bahwa sebelum krisis hasil
menunjukkan
bahwa
pengeluaran
pemerintah secara signifikan berpengaruh
positif terhadap jumlah uang beredar (M2),15
cadangan devisa tidak signifikan terhadap
jumlah uang beredar. Sedangkan angka
pengganda uang berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap jumlah uang beredar.
Sesudah krisis, pengeluaran pemerintah
secara signifikan berpengaruh positif
terhadap jumlah uang beredar sedangkan
cadangan devisa dan (money multiplier)
tidak signifikan. Untuk seluruh waktu
analisa, pengeluaran pemerintah dan
cadangan devisa berpengaruh secara
signifikan dan positif terhadap jumlah uang
beredar sedangkan angka pengganda uang
tidak signifikan.
METODE PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini adalah
bidang Ekonomi Moneter. Penelitian ini
membahas tentang pengaruh jumlah uang
beredar dan investasi terhadap Produk
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Domestik Bruto Indonesia. Data yang
digunakan adalah data sekunder dalam
bentuk data runtun waktu (time series), yang
bersumber dari berbagai instansi terkait
antara lain: Badan Pusat Statistik (BPS)
Nanggroe Aceh Darussalam, Perpustakaan
Universitas Syiah Kuala, dan Kantor Bank
Indonesia (BI) Cabang Banda Aceh, serta
penulis juga mengambil bahan bacaan dari
beberapa majalah dan situs. Data yang
digunakan adalah data dari tahun 1990
sampai tahun 2011.
Untuk mengetahui hasil penelitian ini,
digunakan perhitungan analisis linear
berganda (Gujarati, 2001: 95) dengan
formula sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 +ei
Dima na :
Y
= Variabel terikat
X1,X2= Variabel bebas
β0
= Konstanta
β1,β2 = Parameter
ei
= Standar error
Untuk
memudahkan
dalam
menganalisis,
maka
penulis
menformulasikan model ini menjadi:
Pe = β0 + β1 Ms + β2 I + ei
di mana :
Pe
= PDB Indonesia
Ms
= Jumlah uang beredar
I
= Investasi
0,....β2 = Koefisien estimasi
ei
= Standar error
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia, 1990-2011
Perkembangan perekonomian dihitung
berdasarkan
perkembangan
Produk
Domestik Bruto (PDB) dan Produk National
Bruto (PNB). Angka laju pertumbuhan
ekonomi dihitung dengan menggunakan data
PDB atau PNB atas dasar harga konstan
(BPS, 2007 : 95). Melalui Tabel 4.1 dapat
dilihat bahwa pada tahun 1998 dan 1999,
pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi
yang sangat dalam dari tahun sebelumnya.
Pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi 13,13 persen. Pertumbuhan PDB yang
menunjukan angka minus disebabkan krisis
moneter yang diikuti krisis ekonomi dunia
yang berimbas juga terhadap Indonesia.
Negara-negara berkembang mengalami
kemunduran ekonomi pada tahun 1998
5
akibat dari krisis ekonomi. Krisis ekonomi
ini mulai pulih pada tahun 1999. Hal ini
dapat dilihat dari mulai tumbuhnya
perekonomian Indonesia menjadi 1,75
persen, di mana nilai PDB mulai naik dari
Rp 1.314.216 miliar menjadi Rp 1.389.770
miliar.
Selama tahun 2000, perekonomian
Indonesia menunjukkan proses pemulihan
yang semakin mantap dengan sumber
pertumbuhan yang semakin seimbang.
Tetapi belum seluruh sektor/kegiatan
memberikan sumbangan positif terhadap
pertumbuhan PDB yang mencapai 3,93
persen. Pemulihan ekonomi terus dilakukan
sejak krisis ekonomi pada tahun 1998.
Pemulihan ekonomi terus
dirasakan
walaupun pada tahun 2001 hanya sebesar
3,83 persen. Tahun 2002, pertmbuhan
ekonomi mulai naik kelmbali karena kondisi
ekonomi lebih baik. Tahun 2002, ekonomi
Indonesia tumbuh menjadi 4,31.
PDB dan Pertumbuhan Ekonomi
di
Indonesia, 1990-2011
PDB
Pertumbuhan
Tahun
(Rp-miliar) PDB (%)
1990
949.634
6,95
1991
1.015.634
6,95
1992
1.081.244
6,46
1993
1.151.244
6,47
1994
1.238.249
7,56
1995
1.340.142
8,23
1996
1.444.141
7,76
1997
1.512.853
4,76
1998
1.314.216
-13,13
1999
1.337.216
1,75
2000
1.389.770
3,93
2001
1.442.985
3,83
2002
1.505.216
4,31
2003
1.577.171
4,78
2004
1.656.517
5,03
2005
1.750.815
5,69
2006
1.847.127
5,50
2007
1.964.327
6,35
2008
2.082.456
6,01
2009
2.178.850
4,63
2010
2.313.838
6,20
2011
2.463.242
6,46
Sumber: Badan Pusat Statistik, (diolah),
2012
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Pada tahun 2004 sampai 2006,
pertumbuhan ekonomi Indonesia berada
pada angka 5 persen. Kondisi ini
menunjukkan perekonomian yang mulai
stabil dan membaik walaupun belum mampu
memenuhi target pertumbuhan ekonomi
pemerintah yang sebesar 6 persen. Target
pertumbuhan 6 persen juga belum mampu
dicapai pada tahun 2006. Pada tahun 2006
pertumbuhan ekonomi hanya 5,50 persen.
Pertumbuhan pada angka 6 persen mulai
terjadi hingga tahun 2007 yaitu sebesar 6,35
persen. Pada akhir tahun 2011, nilai
pertumbuhan ekonomi mencapai 6,46
persen.
Besarnya pengaruh jumlah uang
beredar dan investasi terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia dianalisis dengan
menggunakan model regresi linear berganda.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh model
regresi sebagai berikut :
Pe = 0,11162E+16 + 1,8209 Ms + 1,8948 I
koefisien-koefisien
yang
dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
1. Konstanta (β0) sebesar 0,11162E+16
artinya apabila variabel jumlah uang
beredar dan investasi sama dengan nol
(0) maka nilai PDB Indonesia sebesar
Rp 1.116,2 triliun.
2. Koefisien regresi untuk jumlah uang
beredar (β1) adalah 1,8209
artinya
apabila terjadi kenaikan jumlah uang
beredar di Indonesia sebesar Rp 1 maka
akan menaikan PDB di Indonesia sebesar
Rp 1,8209, dengan asumsi suku bunga
dianggap konstan dan faktor-faktor lain
juga tetap. Atau dapat dikatakan jika
terjadi peningkatan jumlah uang beredar
sebesar Rp 1 miliar maka akan menaikan
PDB Indonesia sebesar Rp 1.820,9 juta.
3. Koefisien determinasi (R2) sebesar
0,9426 memiliki arti bahwa perubahan
variabel
terikat
(perekonomian
Indonesia) mampu dijelaskan oleh
variabel bebas (jumlah uang beredar dan
investasi)
sebesar
94,26
persen,
sedangkan selebihnya dijelaskan oleh
faktor-faktor lain di luar penelitian ini,
seperti kurs, keamanan, dan ekspor.
4. Hasil uji-t dengan tingkat signifikan 95
persen menunjukkan bahwa jumlah uang
beredar
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan
6
ekonomi, sedangkan investasi
berpengaruh signifikan.
tidak
PENUTUP
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
hasil bahwa dari dua variabel yang diuji
pengaruhnya terhadap PDB Indonesia
diketahui bahwa jumlah uang beredar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi, sedangkan investasi
tidak berpengaruh signifikan.
Koefisien determinasi (R2) sebesar
0,9426 memiliki arti bahwa perubahan
variabel terikat (PDB Indonesia) mampu
dijelaskan oleh variabel bebas (jumlah uang
beredar dan investasi) sebesar 94,26 persen,
sedangkan selebihnya dijelaskan oleh faktorfaktor lain di luar penelitian ini, seperti kurs,
keamanan, dan ekspor.
REFERENSI
Arifin,Syamsul.
(1998).
Efektifitas
Kebijakan Suku Bunga Dalam
Rangka Stabilisasi
Rupiah di
Masa Krisis. Buletin Ekonomi
Moneter
dan
Perbankan,
Desember 1998.
Arief, Sritua. (1996). Teori Ekonomi
Mikro dan Makro Lanjutan.
Erlangga, Jakarta
Atmadja, Surja Adwin. (2002).” Analisa
Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
terhadap Dolar Amerika
Setelah
Diterapkannya Kebijakan Sistem
Nilai
Tukar
Mangambang
Bebas di Indonesia”. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4,
No. 1, hal 69-78.
Bank
Indonesia.
(2008)
Laporan
Perekonomian Indonesia. Bank
Indonesia, Jakarta.
Bagus, Ida Putu Purbadharmaja. (2006).
Implikasi Variabel Pengeluaran Dan
Investasi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Propinsi Bali.Buletin
Studi Ekonomi Volume 11 Nomor
1 Tahun 2006.
Boediono. (1982). Teori Moneter. BPFE17
UGM, Yogyakarta.
Darmansyah. (2005). Dampak Krisis
terhadap Permintaan Uang di
Indonesia.
Jurnal
Ekonomi
Pembangunan. Fakultas Ekonomi
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Universitas
Muhammadiyah,
Surakarta.
Dornbusch, R dan Stanley Fisher. (1997).
Macroeconomics.
Terjemahan
Julius A, Mulyadi, Erlangga,
Jakarta.
Gazi, Md. dan Salah Uddin. (2003).
”Relationship between Interest Rate
and Stock Price: Empirical Evidence
from Developed and Developing
Countries”. International Journal
of Business and ManagementVol.
4, No. 3, 2003.
Gujarati, Damodar. (2001). Ekonometrika
Dasar. Alih bahasa oleh Zain,
Sumarno. Erlangga, Jakarta.
Mahmud, Syamsudin. (2004). Teori
Moneter dan Ekonomi Indonesia.
Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh.
Mankiw, Gregory, N. (2003). Teori Makro
Ekonomi. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Mulyono, Joko. (1996). Perhitungan
Pendapatan Nasional, LP3ES,
Erlangga, Jakarta.
Mundaca, Gabriela. (2002). “Central Bank
Interventions and Exchange Rate
Band Regimes”. Journal of
International Money and Finance,
20, hal 677-700.
Nanga, Muana. (2005). Makroekonomi :
Teori, Masalah, dan Kebijakan.
PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Prayitno, Lily ; Heny Sandjaya dan Richard
Llewelyn. (2002). Faktor-Faktor
Yang
Berpengaruh
Terhadap
Jumlah Uang Beredar Di Indonesia
Sebelum Dan Sesudah Krisis:
Sebuah Analisis Ekonometrika.
Jurnal
Manajemen
&Kewirausahaan Vol. 4, No. 1,
Maret 2002: 46–55. Fakultas
Ekonomi, Universitas Kristen Petra.
Pratono, A. Hery dan Soedarjanto. (2001).
Kausalitas Antara Pertumbuhan
Ekonomi dan Inflasi. Jurnal
Ekonomi
dan
Bisnis.
FE
Universitas Surabaya, Jawa Timur.
Putu, dkk.(2008). Determinan Investasi di
Indonesia.Buletin Studi Ekonomi
Volume 13 Nomor 2 Tahun 2008.
Sinungan, Muchdarsyah. (1995). Uang dan
Bank.
Bhinneka
Cipta
7
Jakarta.September
2003: 123–
13. Fakultas Ekonomi, Universitas
Kristen Petra. Winardi. (1992).
Kamus
Ekonomi.
Alumni:
Bandung.
Sukirno, Sadono. (2006). Makro Ekonomi
Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Todaro, M.P. (2000). Pembangunan
Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi
ketujuh, Alih bahasa : Drs. Haris
Munandar, MA. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Utami, Mudji dan Mudjilah Rahayu. (2003).
Peranan Profitabilitas, Suku Bunga,
Inflasi Dan Nilai Tukar Dalam
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Mempengaruhi
Pasar
Modal
Indonesia
Selama
Krisis
Ekonomi. Jurnal Manajemen &
Kewirausahaan Vol. 5, No.2,
Ulfa, Almizan. (2003). ”Indonesia Satu dan
Stabilitas Kurs Rupiah: Analisis
Stabilitas Exchange Rates Indonesia
Pasca
Krisis
1997”.
Jurnal
Keuangandan Moneter. Vol 6 No.
2, hal 21-43.
Wayan, I Suparta.(2002). Efektifitas
Kebijakan Moneter dan Fiskal di
Indonesia.Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, Vil. 1, No. 3 Desember
2002.
8
Download