ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCIPTAAN NILAI BAGI PEMEGANG SAHAM (Skripsi) DEWI ZAKIA NPM : 0851031009 Tlpn : 085269449035 Email : [email protected] Pembimbing I : Tri Joko Prasetyo, S.E., M.Si., Akt. Pembimbing II : Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si ABSTRACK This research of this study are to analyze the factors that effect created of shareholder value they are, debt to equity ratio, auditor, institusional ownership, managerial ownership and return on equity. Created of shareholder value as a dependent variable measured by market value added (MVA). The aim of this research are to comprehence the influence of debt to equity ratio, auditor, institusional ownership, managerial ownership and return on equity to created of shareholder value. The population of this research are the company of manufacturing which is enlisted in Indonesia stock exchange that are 141 companies, but after it used by purposive sampling method the result is 12 companies over period 5 years (2006-2010). The analysis method used is multiple linear regression analysis. The result of this research prove that managerial ownership and return on equity variable are having significan influence to created of shareholder value. The others debt to equity ratio, auditor, institusional ownership dont have significan influence to created of share holder value. Keywords : created of share holder value, debt to equity ratio, institusional ownership, managerial ownership, return on equity. PENDAHULUAN Berkembanganya pasar modal di Indonesia telah menjadikan pasar modal sebagai alternatif pendanaan banyak perusahaan dalam rangka memperoleh tambahan modal. Sejalan dengan perkembangan perekonomian, banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha untuk tujuan tersebut, maka perusahaan memerlukan dana yang relatif besar. Investasi adalah suatu komitmen penetapan dana pada satu atau beberapa obyek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Dua unsur yang melekat pada setiap modal atau dana yang diinvestasikan adalah hasil dan risiko. Dua unsur ini selalu mempunyai hubungan timbal balik yang sebanding. Umumnya semakin tinggi risiko, semakin besar hasil yang diperoleh dan semakin kecil risiko semakin kecil pula hasil yang akan diperoleh, Lastari ( 2004). Agar dapat menarik investasi dari berbagai investor perusahaan dalam hal ini manajemen berusah memberikan pengembalian yang lebih besar dari modal yang diinvestasikan para pemegang saham. Dalam rangka mempertahankan eksistensi perusahaan didalam lingkungan dunia usaha, manager sebagai motor penggerak dalam perusahaan agar posisinya sebagai manajer dapat terus dipertahankan, bertanggung jawab penuh atas pengelolaan perusahaan, mempertahakan harta (asset) perusahaan dari tahun ke tahun agar semakin bertambah, dan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari tahun ke tahun bertambah besar. Hal ini yang kemudian menjadi acuan tujuan utama perusahaan yakni bagaimana menciptakan nilai bagi perusahaan dalam rangka memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham. Suatu perusahaan menciptakan nilai untuk pemegang saham (shareholder) ketika pengembalian (return) pemegang saham melebihi investasi. Dengan kata lain, sebuah perusahaan menciptakan nilai dalam satu tahun ketika pengembalian (return) pemegang saham (shareholder) melebihi harapan dan nilai perusahaan, ini kemudian dinamakan sebagai penciptaan nilai bagi pemegang saham , Sutaryo dan Wibawa (2010) . Bagi para investor penciptaan nilai bagi perusahaan dinilai penting sebagai bahan evaluasi untuk mengambil keputusan ekonomis terkait kinerja manajemen. Atas dasar paparan diatas, maka masalah dalam penelitian adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penciptaan nilai bagi pemegang saham dari perusahaan-perusahaan di Indonesia. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penciptaan nilai bagi pemegang saham dalam penelitian ini, yaitu struktur modal, tipe auditor, kepemilikan institusional, kepemilikan managerial, return on equity. 2. Sampel adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan 2008-2010. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yakni: Memperoleh bukti empiris terkait factor-faktor yang mempengaruhi penciptaan nilai bagi pemegang saham pada perusahaan–perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. LANDASAN TEORI Teori Keagenan (Agency Theory) Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan guna memahami isu porsi kepemilikan. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenan di antara principal dan agent. Jensen dan Meckling (1976), menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka–angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik di antara pihak– pihak yang berkepenti-ngan. Dengan laporan keuangan oleh agent sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur, dan mengawasi sampai sejauh mana agent tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya dan serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agent. Teori keagenan (agency theory) menekankan pentingnya pemilik perusa-haan atau pemegang saham (principal) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga–tenaga profesional (agents) yang lebih mengerti dalam menjalan-kan bisnis sehari–hari agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin. Namun, adanya keleluasaan pengelola manajemen perusahaan untuk memaksimalkan laba perusa-haan bisa mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan pengelolanya sendiri dengan beban dan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan. Manajemen memerlukan jasa pihak ketiga agar pertanggungjawaban keuangan yang disajikan kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan pihak luar perusa-haan memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya. Oleh karenanya, diperlukan peran pihak independen guna menilai kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Pengertian Modal dan Struktur Modal Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2004). Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan. Komponen Struktur Modal 1. Hutang Jumlah hutang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman ini dapat berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, tetapi pada umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek. Pinjaman hutang jangka panjang dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi hutang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi (hutang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi, dalam surat obligasi ditentukan nilai nominal, bunga per tahun, dan jangka waktu pelunasan obligasi tersebut). Mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur (debt ratio) dilakukan dengan cara membagi total hutang jangka panjang dengan total asset. Semakin tinggi debt ratio, semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. 2. Modal Sendiri Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya. pada dasarnya merupakan modal yang berasal dari pemilik, bisa berasal dari dalam perusahaan berupa keuntungan yang dihasilkan perusahaan Pendanaan dengan modal sendiri akan menimbulkan opportunity cost. Keuntungan dari memiliki saham perusahaan bagi owner adalah control terhadap perusahaan. Namun, return yang dihasilkan dari saham tidak pasti dan pemegang saham adalah pihak pertama yang menanggung resiko perusahaan. Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman memiliki jatuh tempo. Komponen modal sendiri ini merupakan modal dalam perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko kerugian–kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak memerlukan adanya jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal yang disetor. Oleh karena itu, tiap–tiap perusahaan harus mempunyai sejumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Tipe Auditor Arens dan Loebbecke (1991) menyatakan bahwa auditor merupakan seseorang yang melaksanakan beberapa aspek jasa audit. Dalam penelitian ini bermaksud fokus pada auditor eksternal perusahaan, tipe auditor terbagi kedalam jenis apabila laporan keuangan perusahaan diaudit oleh KAP termasuk kelompok BIG 4 dan perusahaan yang laporan keuangan diaudit oleh KAP yang tidak termasuk BIG 4. Kualitas auditor dinilai pada saat auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material (no material misstatements) atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan audite. Auditor sendiri memandang kualitas audit terjadi apabila mereka bekerja sesuai standar profesional yang ada, dapat menilai resiko bisnis audite dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi, dapat meminimalisasi ketidakpuasan audite dan menjaga kerusakan reputasi auditor. Deis dan Groux (1992) melakukan penelitian tentang empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada audite yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah audite, semakin banyak jumlah audite maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah audite yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan audite, semakin sehat kondisi keuangan audite maka akan ada kecenderungan audite tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas sudit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga. Widagdo (2002) melakukan penelitian tentang atribut-atribut kualitas audit oleh kantor akuntan publik yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan audite. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 7 atribut kualitas audit yang berpengaruh terhadap kepuasan audite, antara lain pengalaman melakukan audit, memahami industri audite, responsif atas kebutuhan audite, taat pada standar umum, komitmen terhadap kualitas audit dan keterlibatan komite audit. Sedangkan 5 atribut lainnya yaitu independensi, sikap hati-hati, melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, standar etika yang tinggi dan tidak mudah percaya, tidak berpengaruh terhadap kepuasan audite. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institutional merupakan persentase kepemilikan saham oleh investor institutional seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain. Adanya kepemilikan institutional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja perusahaan. Hal ini berarti semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh investor institutional akan menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif karena dapat mengendalikan perilaku opportunistik yang dilakukan oleh para manajer (Jensen, 1986). Tindakan monitoring tesebut akan mengurangi biaya keagenan karena memungkinkan perusahaan mendapatkan value setinggitingginya bagi perusahaan terutama pemegang saham. Semakin besar prosentase saham yang dimiliki oleh institutional investors akan menyebabkan monitoring menjadi semakin efektif, melalui pengendalian perilaku opportunistik para manajer (Bathala dalam Wahidahwati, 2001). Kepemilikan Manajerial Manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan sumber daya yang tinggi bukan atas dasar maksimalisasi nilai perusahaan melainkan untuk kepentingan opportunistik mereka. Hal ini dapat dilihat melalui pemilihan proyek-proyek berisiko tinggi. Hal ini menyebabkan meningkatnya beban bunga perusahaan sehingga risiko kebangkrutan semakin tinggi yang berdampak pada biaya agensi hutang semakin tinggi. Peningkatan biaya keagenan tesebut akan berpengaruh pada penurunan nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris), Wahidawati (2001). Dengan adanya kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham, sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan merasakan kerugian apabila keputusan yang diambil salah terutama keputusan mengenai penggunaan sumber daya. Dengan demikian manajer ikut memiliki perusahaan sehingga manajer tidak mungkin bertindak opportunistik lagi karena mereka akan menanggung konsekuensinya dan akan semakin hati-hati dalam menggunakan hutang dan berusaha meminimumkan biaya keagenan sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Dengan kata lain kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh negatif dengan penciptaan nilai bagi pemegang saham. 2.3 Return on equity Return on Equity (ROE) merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kenerja perusahaan, khususnya menyangkut profitabilitas perusahaan. Return on Equity (ROE) untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas modalnya sendiri. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Semakin besar ROE berarti semakin optimalnya penggunaan modal sendiri suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dan peningkatan laba berarti terjadinya pertumbuhan yang bersifat progresif. Secara empiris semakin besar laba maka besar pula minat investor dalam menginvestasikan dananya untuk memiliki saham tersebut, Subiyantoro dan Andreani (2003). Rasio ini menggunakan hubungan antara keuntungan setelah pajak dengan modal sendiri yang digunakan perusahaan. Yang dianggap modal sendiri adalah saham biasa, agio saham, laba ditahan, saham preferen dan cadangan-cadangan lain. Melihat hubungan-hubungan itu, Return On Equity tidak lain adalah rentabilitas ekonomi. Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan efisien (Riyanto, 2000). Return On Equity diperoleh dari Net Income after tax dibagi equity. Hasil pembagian ini pada umumnya dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi rasio ini menandakan kinerja perusahaan semakin baik atau efisien, nilai equity perusahaan akan meningkat dengan peningkatan rasio ini. Return On Equity (ROE) yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Penciptaan Nilai Bagi Pemegang Saham (Market Value Added) Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, selain memberi manfaat bagi pemegang saham, tujuan ini juga menjamin sumber daya perusahaan dialokasikan secara efisien dan memberi manfaat ekonomi. Berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh Stern, Stewart & Co untuk mengukur apakah investasi dapat menciptakan nilai (ekonomi) maka dapat menggunakan market value added. Konsep market value added dinilai dapat menyatakan besaran yang langsung mengukur penciptaan nilai bagi pemegang saham. Market value added adalah perbedaan antara modal yang ditanam di perusahaan (untuk keseluruhan investasi, baik berupa modal pinjaman, laba ditahan, dan sebagainya) terhadap keuntungan yang dapat diambil yang merupakan selisih antara nilai nominal dan nilai pasar dari kesuluruhan tuntutan modal. Market value added menjelaskan seberapa besar kekayaan yang dapat diciptakan atau dihilangkan oleh perusahaan selama melakukan kegiatan operasionalnya. Metode market value added ini dapat dijadikan acuan yang lebih baik bagi pemiegang saham untuk mempertimbangkan apakah perusahaan tersebut akan memberi untung atau rugi terhadap modal yang dinvestasikan dalam jangka panjang. Perhitungan Market Value Added Nilai tambah pasar dari sebuah perusahaan merupakan hasil dari selisih nilai pasar perusahaan dikurangi oleh komponen biaya yang telah dikeluarkan perusahaan untuk modal investasinya. Nilai pasar perusahaan ditandai dengan perolehan besarnya nilai perusahaan yang dihargai pada pasar saham, yang merupakan pengali antara harga saham dan jumlah saham yang tersedia. Market value merupakan kenaikan nilai pasar suatu perusahaan yang dilakukan dengan memaksimumkan selisih antara market value of equity dengan jumlah yang ditanamkan investor ke dalam perusahaan agar kemakmuran pemegang saham maksimum. Market value mencerminkan seberapa besar nilai tambah yang berhasil dikapitalisasi dan memperbesar nilai kapital yang digunakan oleh perusahaan. Perhitungan MVA adalah sebagai berikut, (Adler Haymans, 2006:133) : MVA = (Harga Saham –Nilai Buku ) x Jumlah saham yang di keluarkan. Berdasarkan formula diatas, kekayaan atau kesejahteraan pemilik akan bertambah jika MVA bertambah. Dalam kaitannya dengan nilai, pemodal juga perlu untuk melihat apakah manajemen emiten menciptakan atau merusakan nilai pemegang saham. Rasio yang banyak digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). (Cahyono, 2006:110) Market Value Added (MVA) mewakili perbedaan antara apa yang pemodal tempatkan di emiten tertentu dan apa yang dapat mereka ambil. Secara sederhana konsep ini mengacu pada nilai total yang pasar berikan pada semua saham dan obligasi perusahaan (atau juga bisa berarti apa yang akan pemodal bisa terima jika mereka menjual semua saham) dikurangi biaya modal yang mereka investasikan. Jika Market Value Added (MVA) sebuah perusahaan positif, maka manajemen telah membuat pemegang saham lebih kaya. Market Value Added (MVA) dapat dipahami sebagai premi yang diberikan pasar kepada sebuah perusahaan, (Cahyono, 2006:110). Konsep MVA terdiri dari : 1. Jumlah saham yang beredar yaitu jumlah saham yang beredar pada tahun tertentu dari masing-masing emiten. 2. Harga saham yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham pada saat penutupan (closing price) pada periode pengamatan. Harga penutupan atau closing price merupakan harga saham terakhir kali pada saat berpindah tangan di akhir perdagangan. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham pada saat penutupan pada tanggal pengumuman laporan keuangan, yang ditransformasikan ke dalam angka t: -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3. Penelitian periode jendela (event windows) tiga hari sebelum dan tiga hari sesudah publikasi laporan keuangan. Kemudian harga saham harian ini akan dirata-rata untuk menentukan besarnya harga saham tiga hari sebelum dan tiga hari sesudah publikasi laporan keuangan. Bangunan Hipotesis Struktur Modal Struktur modal dalam penelitian ini diukur dari Debt to Equity ratio (DER) dikarenakan DER mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (total hutang) dan total shareholder’s equity (total modal sendiri). Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang); sedangkan total shareholders’equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap total ekuitas. Menurut Brigham dalam “Fundamental of Financial Management” tinggi-rendahnya debt equity ratio (yang merupakan output dari kebijakan pendanaan) akan mempengaruhi nilai yang dicapai oleh perusahaan. Jika biaya yang ditimbulkan oleh pinjaman (cost of debt – kd) lebih kecil daripada biaya modal sendiri (cost of equity – ke), maka sumber dana yang berasal dari pinjaman atau hutang akan lebih efektif dalam menghasilkan laba. demikian sebaliknya debt equity ratio (DER) akan berpengaruh (negatif atau positif) terhadap penciptaan nilai jika biaya yang ditimbulkan oleh pinjaman (cost of debt – kd) lebih kecil daripada biaya modal sendiri (cost of equity – ke). DER akan berpengaruh positif terhadap penciptaan nilai sebaliknya jika biaya yang ditimbulkan oleh pinjaman (cost of debt – kd) lebih besar daripada biaya modal sendiri (cost of equity – ke), maka DER akan berpengaruh negatif terhadap kinerja. (Brigham, 1983: p. 430). Dengan demikian, struktur modal berpengaruh terhadap kinerja dan nilai perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas, rumusan hipotesis alternatif untuk penelitian ini adalah : Ha1 : Debt to Equtiy Ratio berpengaruh terhadap market value added (penciptaan nilai bagi pemegang saham perusahaan). Tipe Auditor Tipe Auditor yang dimaksud dalam penelitian ini yakni auditor eksternal yang bekerja independen dari manajemen perusahaan dan akuntan internal bertugas memeriksa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dan mengeluarkan pendapat auditor tentang kewajaran laporan keuangan tersebut serta ketaatannya terhadap prinsip akuntansi yang berlaku. Pendapat ini didasarkan pada bukti–bukti yang dikumpulkan oleh auditor dari catatan dan dokumen rinci yang dibuat perusahaan dan dari penelaahan atas pengendalian terhadap sistem akuntansi. Manajemen memiliki informasi lebih banyak mengenai kondisi perusahaan dibandingkan dengan pemilik dan pihak lain yang berkepentingan. Kondisi ini menimbulkan peluang munculnya asimetri informasi yang pada akhirnya memberikan peluang bagi manajemen untuk berbuat curang , Septiyanti (2004) dalam penelitian Sutaryo dan Wibawa (2010). Untuk meminimalkan hal tersebut, maka sudah menjadi kewajiban bagi manajemen untuk menyajikan laporan keuangan yang handal dan tepat waktu. Kantor akuntan publik yang termasuk dalam kategori BIG 4 auditor sering dianggap dapat memberikan audit berkualitas tinggi. Audit kualitas yang lebih tinggi terkait dengan kemungkinan berkurangnya dari masalah pelaporan keuangan (Dechow et al., 1996) dan pengendalian internal yang lebih efektif (2007) serta nilai perusahaan. Tipe Auditor di kualifikasikan berdasarkan BIG 4 dan non BIG4. KAP BIG4 dianggap dapat menyediakan audit dengan kualitas tinggi. Kualitas audit yang lebih baik diasosiasikan dengan kurangnya kemungkinan adanya masalah pelaporan keuangan (Dechow et al., 1996). Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani pekerjaan audit untuk perusahaan publik. Berdasarkan penjelasan diatas, rumusan hipotesis alternatif untuk penelitian ini adalah Ha2 : Tipe auditor berpengaruh positif terhadap market value added ( penciptaan nilai bagi pemegang saham perusahaan). Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional dapat diartikan sebagai proporsi saham yang beredar yang dimiliki oleh institusi lain di luar perusahaan, seperti bank, perusa-haan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun dan lain-lain pada akhir tahun yang diukur dalam persentase (Wahidawati, 2001). Peningkatan kepemilikan institusional dapat menyebabkan kinerja manajer diawasi secara optimal dan terhindar dari perilaku opportunistic. Pemegang saham institusional memiliki insentif untuk memonitor secara ketat manajemen dan mekanisme yang efektif untuk memastikan tata kelola perusahaan dilaksanakan oleh karena pemegang saham institusi mempunyai sumber daya yang cukup untuk melakukan pengawasan yang lebih ketat. Pemegang saham institusional lebih menuntut governance dan pengawasan internal yang lebih efektif dari proses pelaporan keuangan Sharma et al ( 2009), dalam penelitian Sutaryo dan Wibawa (2010), dan akan meningkatkan nilai perusahaan . Kepemilikan institusional juga dianggap lebih dapat dengan tepat memper-kirakan keuntungan di masa mendatang daripada kepemilikan noninstitusional. Institusi biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena mereka memiliki sumber daya yang lebih besar bila dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Berdasarkan penjelasan diatas, rumusan hipotesis alternatif untuk penelitian ini adalah : Ha3: Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap market value added (penciptaan nilai bagi pemegang saham perusahaan). Kepemilikan Managerial Teori keagenan berpendapat bahwa kepemilikan oleh manajemen dan direksi adalah pedang bermata dua yang mempengaruhi biaya agen (Jensen dan Meckling, 1976; Shleifer dan Vishny, 1997). Secara khusus, kepemilikan oleh manajemen dan direksi mengurangi biaya agen karena kepemilikan saham dalam perusahaan yang memotivasi manajemen dan direksi untuk berperilaku seperti pemegang saham. Oleh karena itu, kepemilikan oleh manajemen dan direksi sebagian dapat menggantikan mekanisme pemantauan. Kepemilikan tinggi bisa berkubu manajemen dan direksi, sehingga meningkatkan biaya keagenan. Sebelum penelitian menunjukkan bahwa di pasar modal yang relatif kecil, kepemilikan manajemen dan direksi yang tinggi dapat mengakibat-kan salah pelaporan keuangan dan pengambilalihan dari pemegang saham mino-ritas. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan oleh pihak manajerial berpengaruh negatif terhadap kinerja dan nilai perusahaan. Perilaku insiders berhubungan dengan managerial building dan nilai perusahaan. Kepemilikan managerial dengan proporsi persentasi rata-rata hanya 0-5 % tidak memungkinkan manager menciptakan nilai secara maksimum. Hal ini terjadi karena beberapa faktor eksternal seperti krisis ekonomi global, inflasi, selisih kurs mata uang, resesi. Sebagai gantinya pihak managerial lebih memilih paket kompensasi seperti opsi saham daripada menambah jumlah kepemilikan saham diperusahaan sendiri.Berdasarkan penjelasan diatas, rumusan hipotesis alternatif untuk penelitian ini adalah : Ha4 : Kepemilikan Manageial berpengaruh negatif terhadap market value added ( penciptaan nilai bagi pemegang saham perusahaan). Return on Equtiy (ROE) Return on Equity (ROE) merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kenerja perusahaan, khususnya menyangkut profitabilitas perusahaan. ROE adalah rasio yang memberikan informasi pada para investor tentang seberapa besar tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan menghasilkan laba. Semakin besar nilai ROE maka tingkat pengembalian yang di harapkan investor juga besar. Semakin besar nilai ROE maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan oleh sebab itu investor kemungkinan akan mencari saham ini sehingga menyebabkan permintaan bertambah dan harga penawaran dipasar sekunder terdorong naik, Yolana dan Martani (2005). Ha6 : Return on Equtiy berpengaruh positif terhadap market value added (penciptaan nilai bagi pemegang saham perusahaan). METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang berdasarkan waktu pengumpulannya berupa data time series. Berdasarkan sumber lainnya adalah laporan keuangan yang diaudit dan laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data Sekunder tersebut didapat dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD). Jenis data yang digunakan adalah jenis data kuantitatif yaitu data yang berwujud angka, yang kemudian diolah dan diinterpretasikan untuk memperoleh makna dari data tersebut. Metode Pemilihan Sampel Dalam penelitian ini sampelyang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006-2010. Dalam pengambilan sampel, penelitian ini menggunakan purposive sampling method, yaitu sampel yang dibutuhkan dibatasi pada tipe tertentu atau menyesuaikan kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh peneliti (Sekaran, 2003). Operasional Variabel Penelitian a. Variabel Dependen (Y) Untuk menghitung penciptaan nilai bagi pemegang saham perusahaan, penelitian ini menggunakan proxy market value added. MVA ini dapat dihitung dengan rumus, (Adler Haymans, 2006:133) : MVA = (Harga Saham –Nilai Buku) x Jumlah saham yang di keluarkan. b. Variabel Independen (X) 1. Struktur Modal Struktur modal dalam penelitian ini akan diproksikan dengan debt to equityratio (DER). Debt to equity ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yangdimiliki perusahaan. Formula untuk menghitung variabel ini adalah seperti berikut ini, (Baridwan, 2004). DER = 2. Tipe Auditor (AQ) Auditor dalam penelitian ini menggunakan kelompok auditor (BIG 4). Dalam pengukurannya menggunakan dummy. Adapun daftar KAP BIG 4 dan afiliasinya adalah seperti berikut ini, (Dechow et al., 1996). KAP BIG 4 KAP Afiliasi di Indonesia a. Ernest & Young Drs. Prasetio, Utomo & Co Prasetio, Sarwoko dan Sandjaya b. Price Waterhouse Coupers Drs. Hadi Susanto & rekan c. Delloit Touch Tohmatsu Hans Tuanakota Mustofa d. KPMG Sidharta Sidharta & Harsono 3. Kepemilikan Institusional (INSTOWN) Kepemilikan institusional (INSTOWN) dalam penelitian ini menggunakan presentase kepemilikan saham oleh pihak institusi yang dilihat dalam laporan tahunan perusahaan. besaran kepemilikan institusional dinyatakan dengan proporsi saham yang dimiliki oleh pihak institusi terhadap saham perusahaan yang beredar. Formula untuk menentukan presentase kepemilikan manjerial adalah seperti berikut ini, (Wahidawati, 2001). INSTOWN = 4. Kepemilikan Manajerial (MANOWN) Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Persentase tersebut adalah perbandingan di antara saham oleh manajemen perusahaan dan jumlah total saham beredar. Formula untuk menentukan persentase kepemilikan manajerial adalah seperti berikut ini, (Wahidahwati, 2001). MANOWN = 5. Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas. Return on Equity (ROE) dapat di rumuskan sebagai berikut, (Munawir, 2004): , Alat Analisis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen.Variabel independen dalam penelitian ini adalah stuktur hutang, auditor eksternal, kepemilikan institusional, kepemilikan managerial.. Variabel dependen yang dipakai dalam hipotesis ini adalah penciptaan nilai bagi pemegang saham. Variabel dependen dinotasikan dengan Y dan untuk variabel independen dinotasikan dengan X. Maka, model regresi linear berganda untuk penelitian ini sebagai berikut: MVA = β0 - β1 DER+β2 AQ + β3 INSTOWN - β4 MANOWN + β5 ROE+ ε Sebelum dilakukan pengujian regeresi terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah memenuhi ketentuan dalam model regresi. Pengujian asumsi klasik meliputi uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan uji dan uji Normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Pengujian atas hipotesis dilakukan dengan Uji hipotesis signifikasi. Dengan kata lain pengujian hipotesis menggunakan regresi linier sederhana. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik Suatu model regresi dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi beberapa asumsi yang sangat berpengaruh pada perubahan variabel dependen. Di bawah ini merupakan penjelasan uji asumsi klasik yang telah dilakukan dalam penelitian ini. a. Uji Normalitas Grafik plot pada Normal Probability Plot menunjukkan bahwa nilai residual atau error term terdistribusi secara normal. Hal ini dapat terlihat dari gambar grafik yang menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Tabel 2. Hasil Uji One-Sample Kolmogorov Smirnof One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters 60 a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Differences ,0000000 1,35050541 Absolute ,099 Positive ,069 Negative -,099 Kolmogorov-Smirnov Z ,616 Asymp. Sig. (2-tailed) ,842 a. Test distribution is Normal. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 60 Normal Parameters a,b Mean ,0000000 Std. Deviation Most Extreme Differences 1,35050541 Absolute ,099 Positive ,069 Negative -,099 Kolmogorov-Smirnov Z ,616 Asymp. Sig. (2-tailed) ,842 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Lampiran 3 Hasil uji normalitas statistik dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Z menunjukkan nilai sebesar 0,616 dengan probabilitas Asymp. Sig. (2-tailed) Unstandardized Residual sebesar 0,842 lebih besar dari signifikansi 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa nilai residual data penelitian telah terdistribusi secara normal. b. Uji Multikolinearitas Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Independen Tolerance VIF Simpulan DER 0,791 1,264 Tidak ada multikolinearitas Auditor 0,660 1,515 Tidak ada multikolinearitas Kepemilikan Institusional 0,883 1,133 Tidak ada multikolinearitas Kepemilikan Managerial 0,761 1,314 Tidak ada multikolinearitas ROE 0,464 2,157 Tidak ada multikolinearitas Sumber : Lampiran 3 Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen tidak mempunyai masalah multikolinieritas. Hal ini dapat dilihat dari nilai VIF yang kurang dari 10 dan nilai Tolerance tiap variabel yang menunjukkan angka > 0.10. c. Uji Autokorelasi Tabel 4. Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model 1 R R Square .613 a .375 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .271 Durbin-Watson 1.44715 2.210 a. Predictors: (Constant), DER,AQ,INST,MAN,EPS,ROE b. Dependent Variable: MVA Sumber : Lampiran 3 Dari tabel di atas dapat diketahui DW sebesar 2,240 dari jumlah sampel 60 dengan variabel berjumlah 4 ( n = 60, k = 5) dan tingkat signifikansi 0,05. Dengan data tersebut maka batas dL = 1.408 dan dU = 1.767. Tabel 5. Interpretasi Hasil Autokolerasi Durbin Watson Nilai d Hipotesis Nol Keputusan 0 < d < 1.408 Tidak ada autokorelasi positif Tolak 1.408 < d < 1.767 Tidak ada autokorelasi positif No decision 2.592 < d < 4 Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 2.233< d < 2.233 Tidak ada autokorelasi negatif No decision Tidak ada autokorelasi, Tidak ditolak 1.767< d < 2.233 positif atau negatif Dari tabel di atas, maka dapat dilihat hasil uji autokorelasi dengan nilai Durbin-Watson sebesar 2,210. Nilai d lebih dari 1,408 dan kurang dari 2,233. Hal ini berarti hasil pengujian tidak terjadi autokorelasi. d. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan grafik scatterplot. Pada grafik scatterplot titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y serta tidak membentuk pola tertentu. Hal ini dapat disimpulkan regresi dalam penelitian ini tidak terjadi heterokedastisitas. 4.3 Goodness of Fit Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit nya. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauhnya kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai R2 (koefisien determinasi) adalah antara 0 dan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan menggunakan Adjusted R Square, hal ini dikarenakan nilai adjusted R square dapat naik dan turun apabila satu variabel independent ditambahkan ke dalam model. Tabel 6. Hasil Uji Goodness of Fit b Model Summary Model 1 R .613 R Square a .375 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .271 a. Predictors: (Constant), DER,AQ,ISNT,MAN,ROE b. Dependent Variable: MVA 1.44715 Sumber : Lampiran 3 Nilai adjusted R2 menunjukkan nilai sebesar 0,271. Hal ini berarti bahwa 27,1% nilai tambah pasar ( penciptaan nilai bagi pemegang saham) dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel DER, auditor, kepemilikan institusional, kepemilikan managerial, dan ROE . Sedangkan sisanya 72,9 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model. 4.4 Signifikansi Model Regresi Signifikansi model regresi ini diuji dengan melihat antara F-tabel dan F-hitung sedangkan signifikansi koefisien variabel independen secara individual dihitung dengan melihat perbandingan t-tabel dan t-hitung untuk tiap koefisien variabel. Hasil analisis regresi disajikan dalam table berikut ini : Tabel 8. Hasil Uji Signifikansi Model Regresi b ANOVA Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 57,751 5 4,843 Residual 62,827 30 2,094 100,578 35 Total F 3,605 Sig. ,011 a a. Predictors: (Constant), DER,AQ,ISNT,MAN,ROE b. Dependent Variable: MVA Sumber : Lampiran 3 Dari hasil analisis regresi ini, didapat F-hitung sebesar 3,605 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,011. Karena probabilitas 0,011 yang artinya lebih kecil daripada 0,05 maka model regresi penelitian ini dapat dipakai untuk memprediksi penciptaan nilai bagi pemegang saham. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai tambah pasar dipengaruhi secara bersama-sama oleh debt to equtiy ratio¸ auditor, kepemilikan isntitusional, kepemilikan managerial, return on equity. Atau dengan kata lain model regresi penelitian ini adalah signifikan. 4.5 Regresi Linear Berganda Model Persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : MVA = β0 - β1 DER+β2 AQ + β3 INST - β4 MAN + β5 ROE + ε Tabel 7. Hasil uji Regresi Linear Berganda Model Standardized Unstandardized Coefficients B (Constant) Std. Error Coefficients Beta Sig. 1,991 ,601 ,000 DER ,058 ,047 ,214 ,220 AQ ,146 ,620 ,042 ,815 INST ,008 ,026 ,044 ,775 MAN -,103 ,033 -,505 ,004 ROE ,010 ,005 ,302 007 Sumber : Lampiran 3 Pengolahan data tersebut menghasilkan suatu model regresi berganda sebagai berikut : MVA = 1,991 + 0,058DER+0,146 AQ + 0,008 INST – 0,103 MAN +0,010 ROE + ε Keterangan dari persamaan tersebut sebagai berikut : Konstanta sebesar 1,991 dapat diinterpretasikan bahwa variabel-variabel DER, Tipe Auditor, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Managerial, EPS, dan ROE dianggap konstan, maka market value added sebesar 1,991. Koefisien regresi DER sebesar 0,058 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% debt to equity ratio (DER) akan menaikkan market value added sebesar 0,058. Koefisien regresi tipe auditor sebesar 0,146 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% auditor akan menaikan market value added sebesar 0,146. Koefisien regresi kepemilikan institusional (INST) sebesar 0,008 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% kepemilikan institusional akan menaikkan market value added sebesar 0,008. Koefisien regresi kepemilikan managerial (MAN) sebesar -0,103 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% kepemilikan managerial akan mengalami penurunan market value added sebesar 0,103. Koefisien regresi return on equity (ROE) sebesar 0,010 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% ROE akan meningkatkan market value added sebesar 0,010. 4.6 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi linear berganda pada tingkat keyakinan 95% dan kesalahan dalam analisis 5%. Ha1 Tabel 9. Hasil Pengujian Hipotesis Hipotesis Uraian Arah Nilai Simpulan Signifikasi Ha1 Debt to Equtiy Ratio berpengaruh - 0,220 Ditolak Positif 0,815 Ditolak Positif 0,7 75 Ditolak terhadap MVA Ha2 Tipe Auditor berpengaruh positif terhadap MVA. Ha3 Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap MVA Ha4 Kepemilikan Managerial Negatif 0,004 Diterima Positif Diterima berpengaruh negatif terhadap MVA Ha5 ROE berpengaruh postif terhadap 0,007 MVA Berdasarkan tabel diatas yang merupakan hasil olahan dari model SPSS 16, maka dapat disimpulkan uji hipotesis dari hasil signifikansi atau pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut : Ha1 : Debt to Equtiy Ratio berpengaruh terhadap Market Value Added. Pengujian terhadap hipotesis pertama bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari struktur modal terhadap nilai tambah pasar. Pada penelitian ini struktur modal diproksikan oleh debt to equity ratio. Hasil pada penelitian ini di dapat nilai signifikasinya 0,220. Karena nilai signifikasinya lebih besar dari 0,05 maka secara statistik penelitian ini ditolak atau tidak berpengaruh secara signifikan. hal ini terjadi karena kecenderungan perusahaan yang makin banyak menggunakan hutang, tanpa disadari secara berangsur-angsur, akan menimbulkan kewajiban yang makin berat bagi perusahaan saat harus melunasi (membayar kembali) hutang tersebut. Adalah Franco Modigliani dan Melton Miler yang menyatakan bahwa nilai perusahaan bergantung pada bagaimana bisnis itu dijalankan dan tidak pada bagaimana uang itu diperoleh. Penelitian ini mendukung penelitian Husnan (2001) yang menunjukkan bahwa DER tidak signifikan berpengaruh terhadap ROE (kinerjaperusahaan) bagi pemegang saham . Artinya besarnya tingkat hutang perusahaan dibandingkan dengan modal sendirinya tidak mempengaruhi rasio nilai tambah pasar pada perusahaan yang tercermin dalam tingkat modal yang ditanamkan terhadap keuntungan yang mungkin diterima pemegang saham. Ha2 : Tipe Auditor berpengaruh positif terhadap Market Value Added. Pengujian terhadap hipotesis kedua bertujuan untuk membuktikan pengaruh tipe auditor terhadap nilai tambah pasar. Hasil dari penelitian ini didapat nilai signifikansinya sebesar 0,815. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa secara teoritis auditor tidak berpengaruh terhadap nilai tambah pasar. Dengan demikian hasil penelitian ini secara statistik tidak mampu menolak H0. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Widagdo (2002), bahwa auditor tidak mempengaruhi besarnya nilai tambah pasar bagi perusahaan. Hal ini disebabkan karen jaminan informasi yang baik tidak memiliki keterkaitan langsung dengan adanya penciptaan nilai bagi pemegang saham perusahaan. Kualitas auditor yang lebih baik akan memberikan jaminan informasi atas laporan keuangan pada investor . Kualitas Auditor yang dimaksud adalah independensi, sikap hati-hati, melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, standar etika yang tinggi dan tidak mudah percaya, tidak berpengaruh terhadap kepuasan audite. Ha3 : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap Market Value Added. Pengujian terhadap hipotesis ketiga bertujuan untuk membuktikan pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai tambah pasar. Kepemilikan institusional sebesar 0,775. Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0.05 maka secara statisik penelitian ini tidak dapat menolak H0. Hasil pengolahan data menunjukkan pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai tambah pasar memiliki arah positif, sesuai dengan arah yang ditetapkan pada hipotesis. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan arah positif sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan yakni bahwa tingginya jumlah kepemilikan institusional menyebabkan tingginya rasio nilai tambah pasar namu, tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini terjadi karena kekmungkinan terjadinya asimetri informasi antara investor dalam hal ini pihak institusi dengan manajer. Investor belum tentu sepenuhnya memiliki informasi yang dimiliki oleh manajer( sebagai pengelola perusahaan) sehingga manajer sulit untuk dikendalikan oleh investor institusional. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Sutaryo dan Wibawa (2010). Ha4 : Kepemilikan Managerial berpengaruh negatif terhadap Market Value Added. Dari Tabel 9 dapat dilihat tingkat signifikansi kepemilikan managerial terhadap nilai tambah pasar pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia. Dapat dilihat pada tabel di atas, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.004 nilai tersebut lebih kecil dari 0.05. Hasil pengolahan data menunjukkan pengaruh kepemilikan managerial terhadap nilai tambah pasar memiliki arah negatif. Hal ini sejalan dengan hipotesis yang telah di tetapkan pada hipotesis, maka secara statistik maka Ha diterima. Dalam penelitian ini pengaruh negatif menunjukan bahwa semakin meningkatnya kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan maka akan menurunkan Market Value Added. Hal ini dikarenakan karena proporsi saham yang dimiliki manajerial sangat kecil bila dibandingkan dengan proporsi saham yang dimiliki investor lain, dan sisanya dimiliki oleh pemegang saham kendali. Hasil penelitian ini menunjukkan data kepemilikan managerial dengan proporsi persentasi rata-rata hanya 0-5 % tidak memungkinkan manager menciptakan nilai secara maksimum. Teori MM yang dikemukakan Modigliani dan Melton Miler menyatakan bahwa nilai perusahaan bergantung pada bagaimana bisnis itu dijalankan, struktur kepemilikan yang tinggi hanya dapat memeberikan semangat, namun skill dan kemampuan manager bersinergi dalam mengelola sumber daya alam perusahaan menjadi penentu keberhasilan penciptaan nilai bagi pemegang saham. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingginya jumlah kepemilikan managerial tidak menyebabkan rendahnya rasio nilai tambah pasar. Hasil analisis tersebut mendukung penelitian Sutaryo dan Wibawa (2010) Ha5 : Return on equtiy (ROE) berpengaruh positif terhadap market value added. Dari tabel dapat dilihat tingkat signifikansi ROE sebesar 0,007. Hal ini menunjukkan bahwa secara teoritis ROE berpengaruh terhadap nilai tambah pasar dan hasil penelitian ini menunjukkan arah yang sama dengan hipotesis sehingga Ha diterima. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2002) yang menyatakan variabel return on equity berpengaruh signifikan terhadap penciptaan nilai bagi pemegang saham. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam penggunaaan modal sendiri yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan akan mempengaruhi nilai tambah pasar perusahaan hal ini akan berdampak pada meningkatnya penciptaan nilai bagi pemegang saham . Semakin besar ROE menandakan kinerja perusahaan semakin baik, karena nilai tambah pasar modal semakin besar. Return yang diterima oleh investor juga semakin besar. Dengan demikian meningkatnya ROE juga akan meningkatkan penciptaan nilai bagi pemegang saham perusahaan. Dalam penelitian ini ternyata didapatkan hasil bahwa ROE mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai tambah pasar dalam hal ini pasar modal. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari analisis terhadap hasil penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penciptaan nilai bagi pemegang saham pada perusahaan manufaktur yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010 yang diuraikan pada BAB IV, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara bersama-sama, debt to equtiy ratio, tipe auditor, kepemilikan institusional, kepemilikan managerial, ROE berpengaruh terhadap penciptaan nilai bagi pemegang saham perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2006 – 2010. 2. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada dua variabel independen dari lima variabel yang diuji yang berpengaruh secara signifikan terhadap penciptaan nilai bagi perusahaan, yaitu kepemilikan managerial, return on equity, sedangkan tiga variabel independen, yaitu debt to equity ratio, tipe auditor, dan kepemilikan isntitusional tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penciptaan nilai bagi pemegang saham. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kelima variabel independen yang diuji terdapat satu variabel signifikan paling kuat terhadap variabel dependen, yaitu kepemilikan managerial. ROE merupakan variabel independen yang signifikan paling lemah terhadap penciptaan nilai bagi pemegang saham (market value added). 5.3. Saran Mendasar pada keterbatasan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran yaitu: Dapat menambah atau mengganti dengan memasukkan variabel independen lain mengingat banyak variabel lain yang berperan dalam mempengaruhi penciptaan nilai bagi pemegang saham, sebaiknya penelitian dilakukan fokus pada satu sektor perusahaan saja karena antara sektor perusahaan yang satu dengan yang lain mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, menambah atau mengganti proksi dari variabel-variabel yang digunakan dengan proksi yang lain seperti ROA,ROI, PBV, SVA dan lain sebagainya. DAFTAR PUSTAKA Addler Haymans, Manurung, Dr. 2006. Pengelolaan Portofolio Obligasi: 133. Elex Media. Achmad Tarmizi, Rusmin, J. Nelson, Greg Tower. 2009. The Inquitous Influence of Family Ownership Structures on Corporate Performance. Journal of Global Business Issues, Vol.3 Issue 1 pp.41. Arens, Alvin A. dan James K. Loebbecke.1991. Auditing:An Integrated Approch,7th. New Jersey: Prentiche Hall. Astuti Puji Enny. 2002. Dasar-dasar Marzajamen Keuamgan. Edìsi 3. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan. Yogyakarta. Bathala dan Wahidawati. 2001. Pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional pada kebijakan hutang perusahaan: sebuah perspektif agency theory. Simposium Akuntansi Nasional (SNA) IV. Surabaya. Bernhart, S.W., dan Rosenstein S. 1998. Board composition, managerial ownership, and firm performance: an empirical analysis. Financial Review, (33): 1-16. Brigham, Eugene F, 1983. Fundamentals of Financial Management. Third Edition. HoltSaunders Japan: The Dryden Press. Cahyono, Jaka E. 2006. Investing in JSX Now? No, I’m Not That Foo ( Meraih Untung di Bursa Saham). Elex Media. Dechow, Patricia M., R.G. Sloan, dan A.P. Sweeney. 1996. Causes and consequences of earnings manipulaton: an analysis of firms subject to enforcement actions by the SEC. Contemporary Accounting Research 13, 1-36. Deis, D.R. dan G.A. Groux. 1992. Determinants of Audit Quality in The Public Sector. Journal of Accounting and Economics 3. Agustus. p. 113-127 Dharmastuti Fara. 2004. Analisis Pengaruh Earning Per Share, Price Earnings, Return On Investment, Debt To Equity dan Profit Margin dalam menetapkan Harga Saham Perdana ( Studi Pada Perusahaan yangTerdaftar di Bursa Efek Jakarta). Balance, 2 (September). Dosugi Samuel. 2004. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penciptaan nilai pada perusahaan- perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Universitas Atmajaya. Jakarta. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi analisis multivariate dengan program spss. Edisi Ketiga. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. UPP AMP YKPN : Yogyakarta. Husnan, Suad. (2001). “Corporate Governance dan Keputusan Pendanaan: Perbandingan Kinerja Perusahaan dengan Pemegang Saham Pengendali Perusahaan Multinasional dan Bukan Multinasional”. Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen, Ekonomi, Vol. 1 No.1, Februari: 1 – 12. Jensen, M., dan Meckling W. 1976. Theory of the firm: managerial behavior, agency cost, and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3: 305-360. Kircmaier dan Grant. 2006. Struktur kepemilikan dan Kinerja Perusahaan. Auditing: A Journal of Practice & Theory (22) 2. Lastari Indah, Jumayanti. 2004. Analisis Fundamental Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Investasi Terhadap Saham Emiten Perdagangan Retail Periode 2001 Sampai2003. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. No.2, Jilid 9. Mahoney L dan Roberts R.2003. Corporate social and environmental performance and their relation to financial performance and institutional ownership: empirical evidence on Canadian firms. School of Accounting University of CentralFlorida. Modigliani, Franco, and Miller, Merton H.1958. The Cost of Capital, Corporate Finance, and the Theory of Investment, the American Economic Review. 48/3. 261 – 297. Muharam, Harjum. 2002. Analisis Pengaruh Informasi Fundamental Terhadap harga Saham : Studi Kasus Pada Seratus Emiten Terbaik Di BEJ Tahun 2002 Versi Majalah Investor. Media Ekonomi dan Bisnis, Vol. XIV No. 1.pp. 57-68. Munawir, S. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta. Liberty. Natarsyah Syahib. 2000. Analisis Pengaruh Bebebrapa Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Harga Saham (Kasus Industri Barang Konsumsi).Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia , Vol 5, No.3, Hal. 294-312. Nugroho Ario Adi. 2010. Pengaruh Earnings Management, Economic Value Added, Ukuran Perusahaan Dan Corporate Governance Terhadap Created Shareholder Value. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Solo. Patriawan, Dwiatma. (2011). Analisis Pengaruh EPS, ROE, dan DER Terhadap Harga Saham.Skripsi. Universitas Diponegoro. Malang. Riyanto, Bambang. 2000. Dasar - dasar Pembelanjaan Perusahaa., Edisi Empat. Yogyakarta: BPFE. Sasongko, Noer dan Wulandari. 2006. Pengaruh EVA dan Rasio-Rasio Profitabilitas terhadap harga saham. Jurnal Empirika .Vol.19. No.1 . p. 68-80. Surakarta. Sekaran, U. 2003. Research methods for business: a skill building approach. NewYork: Wiley. Setyarno, Eko B., I. Januarti, dan Faisal. 2006. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Going Concern. Paper disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 23-26 Agustus 2006. Stewart Steven III, G. Bennet.1991. The Quest for Value International Edtion. New York. Subiyantoro Edi dan Andreani, Fransisca. (2003). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Kasus Perusahaan Jasa Perhotelan yang Terdaftar di Pasar Modal Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 5(2), 171-180. Sutaryo, dan Anas Wibawa. 2010. Monitoring mechanism and created shareholder value public company in Indonesia. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Solo. Ujiyantho, Muh., Arief dan Bambang Agus P. 2007. Mekanisme corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan (studi pada perusahaan go publik sektor manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X. Makasar. Wahidawati. 2001. Pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional pada kebijakan hutang perusahaan: sebuah perspektif agency theory. Simposium Akuntansi Nasional (SNA) IV. Surabaya. Waddoct dan Graves. 1994. Institutional owners and corporate social performance. Academy of Management Journal, Vol. 37 No.4, pp.1034-46. Warfield T., J.J dan K. Wild. 1995. Managerial ownership accounting choise, and information of earning. Journal of accounting and economics. 20 (1). Widagdo, dkk. 2002. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4. No. 2. Nopember 2002: 79 Yolana, Chastina dan Martani, Dwi (2005). Variabel-variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ tahun 1994-2001. SNA VIII 15-16 September 2005 halaman 538-553. Solo.