I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang cukup diminati karena keindahan bunga yang dimilikinya. Indonesia yang beriklim tropis adalah negara dengan mega biodiversitas dan memiliki sumber plasma nutfah anggrek terbesar karena memiliki ±5000 dari ±35000 jenis anggrek alam di seluruh dunia (Irawati, 2002). Jumlah tersebut adalah yang paling besar di antara negara-negara yang dikenal sebagai produsen anggrek terbesar yaitu Singapura, Taiwan, dan Thailand (Kartitiani, 2007). Keragaman potensi hayati tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas anggrek nasional. Pada tahun 2010, telah dilakukan persilangan antara Vanda tricolor Lindl. var. Suavis asal Merapi dengan V. limbata Blume asal NTB baik sesama jenis maupun antar jenis (Sasongko, 2010). Keduanya merupakan anggrek lokal yang memiliki karakter unggul baik secara morfologis maupun genetis. V. tricolor memiliki bunga yang unik dengan aksen totol-totol ungu, labellum berwarna ungu kemerahan, kuntum bunga yang banyak, dan tandan bunga yang cukup panjang. Ukuran bunga V. tricolor lebih besar daripada bunga V. limbata, namun memiliki perhiasan bunga dengan konfigurasi struktur sepala dengan petala yang kurang baik. Sedangkan V. limbata adalah anggrek unggul yang pertumbuhan akarnya cepat dan memiliki bunga dengan warna coklat tua kemerahan hingga jingga tua kemerahan. Ukuran bunga V. limbata lebih kecil, namun perhiasan bunganya lebih tebal dan aroma bunganya harum. Selain itu keduanya memiliki kemampuan thermotolerance, yaitu ketahanan terhadap panas lingkungan karena mampu hidup di daerah dengan suhu udara tinggi. V. tricolor merupakan anggrek endemik di daerah lereng Gunung Merapi. Jenis anggrek ini mampu bertahan pada kondisi udara yang di sekitarnya terkena serangan awan panas pada saat erupsi Gunung Merapi. Sementara itu V. limbata mampu hidup di lingkungan yang terpapar cahaya matahari dengan intensitas tinggi karena habitat aslinya adalah di sabana. Persilangan kedua jenis anggrek tersebut diharapkan dapat menghasilkan hibrida yang adaptif untuk dibudidayakan di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi dan juga mampu menghasilkan bunga yang unik serta berkualitas baik. Hasil 1 2 persilangan antara V. tricolor dengan V. limbata telah dikarakterisasi secara genotip pada daerah trnL-F kloroplas DNA, lokus gen Phalaenopsis Orchid Homeobox 1 (POH1) (Sasongko, 2010) dan lokus gen Heat Shock Protein 70 (HSP70) (Rozikin, 2015). Secara fenotip, karakter anggrek hibrida hasil persilangan V. tricolor dengan V. limbata berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi bibit unggulan karena memiliki sistem perakaran yang baik. Selain itu, anggrek hibrida tersebut juga diduga memiliki ketahanan terhadap cekaman suhu tinggi karena mengamplifikasi gen HSP70 menurut 3 set degenerate primer yang didesain oleh Semiarti and Rozikin (2015) dengan referensi lokus gen HSP70 pada beberapa jenis tanaman monokotil. Hasil persilangan berumur ±3 tahun yang telah diaklimatisasi diamati untuk mengetahui karakter anggrek hibrida yang dihasilkan dari persilangan dua jenis anggrek secara morfologi dan molekular. Tanaman dikaji secara kualitatif maupun kuantitiatif berdasarkan karakter organ yang dapat diamati dan diukur. Selain itu DNA anggrek diisolasi untuk kemudian diamplifikasi menggunakan metode PCR dengan primer POH1 dan HSP70 dan dianalisis berdasarkan fragmen DNA yang dihasilkan. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui karakter morfologi dan pertumbuhan pada individu hibrida hasil persilangan V. tricolor dengan V. limbata jika dibandingkan dengan hasil persilangan kedua tetuanya sehingga dapat digunakan untuk memberikan informasi acuan bagi masyarakat pembudidaya dan penyilang anggrek untuk dapat menghasilkan anggrek hibrida unggul. B. Permasalahan Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini meliputi: 1) Apakah terdapat perbedaan karakter morfologi pertumbuhan tanaman anggrek hibrida hasil persilangan V. tricolor dengan V. limbata dibandingkan dengan hasil persilangan kedua tetuanya? 2) Apakah ada perbedaan ukuran fragmen DNA hasil amplifikasi lokus gen POH1 pada anggrek hibrida hasil persilangan V. tricolor dengan V. limbata dibandingkan dengan hasil persilangan kedua tetuanya? 3 3) Apakah ada perbedaan ukuran fragmen DNA hasil amplifikasi lokus gen HSP70 pada anggrek hibrida hasil persilangan V. tricolor dengan V. limbata dibandingkan dengan hasil persilangan kedua tetuanya? C. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk; 1) Mengetahui karakter morfologi pertumbuhan tanaman anggrek hibrida hasil persilangan V. tricolor dengan V. limbata dibandingkan dengan hasil persilangan kedua tetuanya. 2) Mengetahui ukuran fragmen DNA hasil amplifikasi lokus gen POH1 pada anggrek hibrida hasil persilangan V. tricolor dengan V. limbata dibandingkan dengan hasil persilangan kedua tetuanya. 3) Mengetahui ukuran fragmen DNA hasil amplifikasi lokus gen HSP70 pada anggrek hibrida hasil persilangan V. tricolor dengan V. limbata dibandingkan dengan hasil persilangan kedua tetuanya. D. Manfaat Hasil persilangan V. tricolor dengan V. limbata dapat digunakan untuk memberikan informasi acuan bagi masyarakat pembudidaya dan penyilang anggrek untuk dapat menghasilkan anggrek hibrida unggul.