BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis multidimensi yang saat ini sedang terjadi membawa iklim buruk terhadap perekonomian Indonesia khususnya sektor perbankan. Kondisi seperti ini pernah dialami Indonesia pada tahun 1997-1998 dimana beberapa bank mengalami likuidasi. Pada saat ini kiblat perekonomian dunia adalah Amerika, maka pada saat perekonomian Amerika turun, salah satunya dikarenakan kredit macet pada sektor properti (Tempo, September 2008) yang kemudian disusul dengan runtuhnya Lehman Brother. Hal ini membuat perekonomian dunia ikut terguncang tak terkecuali Indonesia. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Di bidang bisnis, perbankan Indonesia dihadapkan pada masalah-masalah ketidakpastian, baik mengenai tingkat bunga, nilai tukar, maupun tingkat kompetisi di berbagai macam bidang. Sistem moneter Indonesia telah diarahkan pada operasi pasar terbuka. Hal ini berarti bahwa semua ketidakpastian tersebut ditentukan oleh mekanisme pasar. Di lain pihak, penguasa moneter memiliki kekuatan kendali untuk mengamankan kepentingan masyarakat umum dan kepentingan ekonomi moneter secara lebih luas. Di samping itu bank juga sebagai suatu industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga seharusnya tingkat kesehatan bank perlu dipelihara. Kestabilan lembaga perbankan perlu diperhatikan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini tidak saja dilihat dari jumlah uang yang beredar namun juga dilihat dari jumlah bank yang ada sebagai perangkat penyelenggaraan keuangan. Adapun pengertian bank menurut Undang-Undang No.7 tahun 1992 yang disempurnakan menjadi Undang-Undang No.10 tahun 1998 sebagai Bab I Pendahuluan 2 berikut, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Melihat fungsi bank sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan kemudian menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit. Maka kredit adalah bagian terbesar dari aset yang dimilki oleh bank itu sendiri. Pada dasarnya semua bisnis tidak dapat terlepas dari risiko kegagalan. Demikian pula dengan sektor perbankan. Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank mengandung risiko yaitu berupa tidak lancarnya pembayaran kembali kredit atau dengan kata lain disebut dengan kredit bermasalah (Non Performing LoanNPL) sehingga akan mempengaruhi kinerja bank. Kredit bermasalah yang terjadi pada bank tersebut dapat diturunkan dengan cara ekspansi atau restrukturisasi. Dalam Seminar Restrukturisasi Perbankan di Jakarta pada tahun 1998 disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank, diantaranya semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan, dampak likuidasi bank-bank 1 November 1997 yang mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah yang memicu penarikan dana secara besar-besaran, semakin turunnya permodalan bank-bank, manajemen tidak professional. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan itu akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan pokok pada kecenderungan jumlah dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu menginterpretasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa yang akan datang. Bab I Pendahuluan 3 Masalah likuiditas pada sejumlah bank di Indonesia terjadi karena bankbank tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai bank yang sehat. Salah satu masalah yang dihadapi sejumlah bank tersebut adalah masalah disiplin dalam menjalankan manajemen perbankan, khusunya manajemen aktiva dan hutang (Asset Liability Management). Hal ini menyebabkan asset yang dimiliki bankbank tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga timbulah permasalahan pada likuiditas bank teresebut. Bagi sebuah bank, Asset Liability Management (ALMA) memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan kegiatan operasional bank untuk menghasilkan output atau hasil dalam bentuk produk perbankan maupun jasa-jasa perbankan yang dibutuhkan nasabah sesuai dengan target yang telah ditentukan. Asset Liablity Management yang tidak tepat dalam pengelolaannya akan mengakibatkan tingkat Profitabilitas yang menurun yang dapat mengakibatkan menurunnya rasio Return On Asset sebagai tingkat pengukuran profitabilitas sebuah bank. Dapat diartikan bahwa sebuah bank dapat mengelola assetnya secara efektif dan optimal maka bank tersebut dapat memenuhi kewajibannya. Tingginya kemampuan ALMA dapat menampilkan tingkat kinerja bank yang sangat baik (Djinarto, 2002:2). Adapun konsep Asset Liability Management yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep Manajemen Asset dan Manajemen Liability, dimana konsep-konsep tersebut menyajikan dan menghitung bagaimana sebuah bank dapat mengelola assetnya agar dapat memenuhi kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Asset Liability Management disebut juga sebagai risk management karena dalam implementasinya lebih menitik beratkan pada pengendalian risiko seperti risiko likuiditas, risiko tingkat suku bunga, risiko nilai tukar, risiko tingkat kemacetan pinjaman. Saat sistem deregulasi perbankan di Indonesia mengarah pada keadaankeadaan dengan tingkat risiko yang semakin meningkat, persaingan memperoleh dana juga semakin ketat, dan kebutuhan asset liability management yang semakin kompleks. Dengan keunggulan sumber dayanya, sebuah bank akan mampu Bab I Pendahuluan 4 bersaing di bidang lending maupun funding dapat dilakukan oleh salah satu departemen tersebut melalui asset liability management. Melalui asset liability management, suatu bank dapat menetapkan strategi yang tepat untuk lending maupun funding agar dapat dihasilkan keputusan yang tepat untuk lending dan funding sehingga dapat terhindar dari risiko kerugian. Dengan manajemen luiditas dan manajemen gap yang terdapat dalam strategi lendig dan funding yang tepat, sebuah bank dapat memaksimumkan profitabilitasnya dan menghindarkan bank tersebut dari risiko kerugian. Dalam mengukur profitabilitas, sebuah bank dapat menggunakan beberapa indikator, antara lain ROA, ROE, NPM dan rasio biaya operasional. Namun Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian tingkat profitabilitas berdasarkan besarnya ROA. Hal ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai Pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Atau dengan kata lain ALMA dapat membantu sebuah bank dalam memaksimumkan profitabilitasnya yang salah satu indikatornya adalah ROA. Jadi semakin besar ROA maka semakin baik pengelolaan ALMA pada bank tersebut. Kutipan dari Kontan (Mei:2009) Bank Indonesia (BI) menerbitkan daftar 10 bank terbesar di Indonesia berdasarkan nilai aset, lima bank diantaranya yaitu Mandiri, BRI, BCA, BNI dan Danamon. Kelima bank tersebut adalah motor utama perbankan nasional karena menguasai pangsa pasar (share) sekitar 50% dari total aset perbankan Indonesia. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. (BRI), misalnya, nangkring di posisi kedua menggeser posisi PT Bank Central Asia, Tbk. (BCA). Sebelumnya, BCA selalu menduduki peringkat kedua. Namun pada akhir Maret 2009, aset BRI melonjak melebihi BCA. PT. Bank Rakyat Indonesia salah satu bank milik pemerintah yang sempat identik dengan ’wong cilik’ dan ’bank ndeso’ ini menorehkan prestasi yang cukup atraktif selama beberapa tahun terakhir. Walhasil hampir semua indikator kinerja BRI menunjukkan prestasi yang sangat cantik, dan mulai ’menyerbu’ nasabah di perkotaan serta melakukan ekspansi bisnis korporat. Berhasil mencatatkan laba bersih Rp 1,72 triliun pada kuartal pertama 2009 (Kontan, Mei;2009). Artinya, Bab I Pendahuluan 5 laba bersih BBRI naik 22,02% dibandingkan periode yang sama setahun lalu, yaitu Rp 1,41 triliun. Selain itu, BBRI berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit (outstanding) sebesar Rp 165,23 triliun hingga kuartal pertama 2009, atau meningkat 39,51% ketimbang periode yang sama setahun lalu. Kutipan dari Kontan (Mei;2009) Managing Direktur BRI Sulaiman Arif Arianto di Jakarta menyatakan keberhasilan BRI tidak terlepas dari komitmen terhadap pengembangan Usaha mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Kutipan dari Sakariza Qori Hermawan (Maret:2009) seorang pengamat perbankan dan ekonomi, BRI tumbuh dengan mantap dibanding 4 bank lainnya yang berfluktuasi. Kontributor utama laba BRI adalah tingginya pendapatan bunga bersih (NII = Net Interest Income). Tingginya NII BRI antara lain disebabkan oleh ekspansi kredit yang mencapai 41,5%, dana murah (CASA = Current Account Saving Account) yang mencapai 64%, serta yield kredit BRI yang relatif tinggi. NII BRI yang tertinggi tersebut dicerminkan oleh NIM BRI yang tertinggi dibanding 4 bank besar lainnya (Danamon, BCA, BNI, Mandiri,). PT. Bank Central Asia adalah bank swasta nasional terbesar, sudah menunjukkan kinerja yang jauh melesat dibandingkan satu dasawarsa yang lalu. Bank yang identik dengan transactional banking ini memiliki indikator kinerja yang menonjol selama 2008 baik dari sisi fundamental maupun profitabilitas. Dari sisi fundamental, CAR BCA adalah yang tertinggi diantara 4 bank lainnya (BRI, Mandiri, BNI, Danamon) yaitu sebesar 15,8%. Selain itu, coverage ratio BCA meningkat signifikan yang semula 252% pada 2007 menjadi 407% pada 2008, sehingga semakin jauh meninggalkan 4 bank lainnya. Dengan demikian BCA mempunyai potensi yang cukup besar untuk melakukan ekspansi bisnis pada 2009, karena secara fundamental BCA mempunyai ‘bumper’ yang cukup kuat jika kondisi semakin memburuk. Dan dikutip dari laporan BCA triwulan 1 2009, BCA berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp. 1,6 triliun , meningkat 41,8% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,2 triliun. Portofolio kredit tercatat sebesar Rp 107,3 triliun pada akhir Maret 2009, dan hasilnya rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) membaik menjadi 51,2% pada akhir Maret Bab I Pendahuluan 6 2009. Asset Liability Management dapat membantu kedua bank tersebut agar tetap bertahan sebagai bank dengan tingkat kesehatan bank yang baik. Dalam menjalankan usaha menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat kedua bank tersebut harus berhati-hati agar pendapatan yang diterima dari menyalurkan dana kemasyarakat lebih besar dari beban bunga yang harus dibayar kepada masyarakat yang menanamkan uangnya di kedua bank tersebut. Untuk kepentingan ini kedua bank memiliki suatu komite yang bertugas untuk mengatur strategi dalam pengelolaan harta dan kewajiban. Komite ini dikenal dengan nama ALCO (Asset Liability Committee) Berdasarkan fenomena tersebut, penulis bermaksud ingin meneliti dari kedua bank tersebut manakah yang lebih efektif dalam pengelolaan Asset Liability Managementnya. Oleh karena itu penulis bermaksud menuangkannya dalam skripsi dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Pengelolaan Asset Liability Management antara PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. dengan PT. Bank Central Asia, Tbk.”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka permasalahan yang akan diteliti dalam pemelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengelolaan manajemen likuiditas pada PT. Bank Rakyat Indonesia dan PT. Bank Central Asia 2. Bagaimana posisi gap management pada PT. Bank Rakyat Indonesia, dan PT. Bank Central Asia 3. Adakah perbedaan pengelolaan asset liabilities management antara PT. Bank Rakyat Indonesia dan PT. Bank Central Asia 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis bermaksud untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu prasyarat yang harus dipenuhi oleh penulis dalam memperoleh gelar Bab I Pendahuluan 7 Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dan menganalisis pengelolaan Liquidity Management pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. dan PT. Bank Central Asia, Tbk. 2. Mengetahui dan menganalisa posisi Gap Management pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. dan PT. Bank Central Asia, Tbk. 3. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pengelolaan asset liabilities management antara PT. Bank Rakyat Indonesia dan PT. Bank Central Asia 1.4 Kegunaan Penelitian Secara umum penelitian dapat memberikan suatu wawasan baru dalam pengelolaan Asset Liability Management perbankan, sehingga profitabilitas dan kinerja manajemen dapat dipertahankan serta ditingkatkan dari waktu ke waktu. Hal ini sangat berguna terutama dalam menghadapi situasi ekonomi yang tidak menentu dimana harga dan tingkat bunga cenderung naik turun dalam waktu sekejap. Pengelolaan asset dan liability yang baik memungkinkan bank bertahan dalam kondisi terburuk dan memudahkan manajemen dalam pengambilan keputusan. Dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat bagi : 1. Penulis Penelitian ini bagi penulis merupakan sarana belajar untuk mengetahui sejauhmana teori yang diperoleh dapat diterapkan dalam praktek juga menambah pengetahuan penulis khususnya mengenai pengelolaan asset dan liability di dunia perbankan. 2. Bagi Pihak Bank Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak Bank itu sendiri sampai sejauhmana optimalisasi perusahaan dalam menetapkan tingkat kesehatan bank sehingga dapat dijadikan bahan masukan dan Bab I Pendahuluan 8 pertimbangan yang berarti dalam membuat keputusan pendanaan di periode yang akan datang. 3. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi yang membacanya dan dapat dijadikan sebagai dasar unutk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam mengenai masalah yang dibahas. 1.5 Kerangka Pemikiran Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan perekonomian selalu membutuhkan jasa bank. Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kembali dan tersebut ke masyarakat biasa dalam bentuk pinjaman atau kredit. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998 yang menyebutkan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Pengertian penghimpunan dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito, kegiatan penghimpunan dana ini dalam perbankan dikenal dengan istilah funding. Sedangkan pengertian menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan, dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit), kegiatan penyaluran dana ini juga dikenal dengan istilah lending. Untuk menunjang kegiatan utama bank menghimpun dana dan menyalurkan dana, bank memerlukan sumber dana dan alokasi dana yang tepat. Pengertian sumber dana bank menurut Kasmir (2000;45) adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat, sedangkan untuk biaya operasinya dana dapat juga diperoleh dari modal sendiri. Bab I Pendahuluan 9 Sumber dana bank berasal dari berbagai pihak, antara lain : 1. Dana pihak kesatu, yang terdiri atas modal sendiri, modal disetor, cadangan-cadangan, dan laba yang ditahan. 2. Dana pihak kedua, adalah dana-dana pinjaman yang berasal dari pihak luar, yang terdiri atas call money, overnight call money, pinjaman biasa antar bank, pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank, dan pinjaman dari bank sentral (BI). 3. Dana pihak ketiga (dana yang berasal dari masyarakat) yang terdiri atas tabungan (saving), giro (demand deposits), dan deposito (time deposit). Dari dana yang berhasil dihimpun bank akan melakukan strategi alokasi dana dengan memperhatikan kebijaksanaan yang telah ditentukan. Alokasi dana oleh suatu bank umum dilakukan dengan mempertimbangkan sumber dana yang diperolehnya, terdiri atas dua pendekatan, yaitu pool of fund approach dan assets allocation approach. Kedua pendekan tersebut menurut Dendawijaya (2005;54) sebagai berikut, Pool of fund approach adalah alokasi dana bank dengan tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber dana, seperti sifat, jangka waktunya dan tingkat harga perolehannya. Sedangkan Asset allocation approach adalah penempatan dana ke berbagai aktiva dengan mencocokan masing-masing sumber dana terhadap alokasi dana yang sesuai dengan sifat, jangka waktu, dan tingkat harga perolehan dana tersebut. Dalam mengelola sumber dan alokasi dana bank diperoleh suatu manajemen yang baik, agar bank dapat menghasilakn tingkat profitabilitas yang tinggi serta dapat menjaga posisi likuiditas agar tetap aman. Manajemen ini meliputi manajemen assets dan manajemen liability (asset liability management). Menurut Bambang Djisarto (2001;8) adalah, ”salah satu tujuan kebijakan asset liability management adalah untuk mengatasi tolak ukur earning dan performance yang salah satu aspeknya adalah return on asset”. Menurut Rose (2005;196) definisi Asset liability management adalah control of bank’s sensitivity to change in market interest rates to limit lasses in its net income or equity, dan menurut Selamet Riyadi (2006;21) adalah asset dan Bab I Pendahuluan 10 Liability management pada dasarnya merupakan suatu proses planning, organizing, actuating, dan controlling untuk mendapatkan penetapan kebijaksanaan di bidang pengelolaan permodalan, pemupukan dana, dan pengunaan dana yang satu sama lain saling berkait dalam mencapai tingkat laba yang optimal dengan risiko yang telah diperhitungkan. Dilihat secara sempit, ruang lingkup asset dan liability management yaitu asset management, liability management, dan capital management (selamet Riyadi, 2006;21), ”manajemen pasiva (liability mangement) adalah usaha untuk mendapatkan dana untuk memenuhi kebutuhan operasioanal bank, baik melalui penghimpuanan dana pihak ketiga (masyarakat), dana pihak kedua yang dapat dihimpun melalui pasar uang atau pasar modal, maupun yang berasal dari pihak pertama (pemilik) melalui pasar modal. Pengertian liability management menurut Rose (2005;196) mengemukakan ”liability management is strategy to control bank’s liabilities (ususaly through changes in interest rate offered) to provide the bank with liquidity and meet other goals”. Asset liability management (ALMA) akan selalu berhadapan dengan risiko perubahan tingkat bunga di pasar. Fluktuasi tingkat bunga telah mendorong manajemen bank untuk memberikan pelatihan yang lebih besar kepada pengelola risiko suku bunga. Kepekaan asset dan liability terhadap risiko perubahan suku bunga merupakan penyebab terpengaruhnya pendapatan bunga bank. Menurut Dahlan Siamat yang dikutip oleh Selamet Riyadi (2006;65) mengemukakan pengertian dari Liquidity Management adalah suatu proses dimana bank berusaha mengembangkan sumber-sumber dana yang non tradisional melalui pinjaman di pasar uang atau dengan menerbitkan instrumen utang untuk digunakan secara menguntungkan terutama untuk memenuhi permintaan kredit. Secara umum tujuan utama liquidity management adalah menjaga posisi bank sesuai dengan ketentuan berlaku (ketentuan Bank Indonesia sebesar 5% reserve requirement), mengurangi idle fund seminimum mungkin, dan menjaga alat-alat likuid yang ada sesuai dengan kebutuhan cash flow dan hal-hal tak terduga. Bab I Pendahuluan 11 Dalam neraca suatu bank terdapat beberapa pos yang peka terhadap perubahan tingkat bunga. Pos-pos tersebut berada disisi asset dan liability (Rate Sensitive Asset/RSA dan Rate Sensitive Liability/RSL). Jika pos-pos tersebut tidak dikelola dengan baik, pendapatan neto bunga, net interes income (NII) akan menurun. Asset liability management (ALMA) akan selalu berhadapan dengan risiko perubahan tingkat bunga di pasar. Fluktuasi tingkat bunga telah mendorong manajemen bank untuk memberikan pelatihan yang lebih besar kepada pengelola risiko suku bunga. Kepekaan asset dan liability terhadap risiko perubahan suku bunga merupakan penyebab terpengaruhnya pendapatan bunga bank. Gap adalah perbedaan atau selisih secara antara asset yang sensitif terhadap suku bunga (Rate Sensitive Assets/RSA) dengan liability yang sensitif terhadap suku bunga (Rate Sensitive Liability/RSL). Pada dasarnya secara garis besar asset dan liability management dapat dibagi dalam 4 macam, yaitu manajemen likuiditas, manajemen gap, manajemen valuta asing, manajemen investasi dan pendapatan. Penelitian ini pernah dilakukan oleh Ratih Kusumaning Esti (2004) yang melakukan penelitian asset liability management pada PT. Bank Negara Indonesia dalam tingkat bunga yang berfluktuasi (1997-2001), dalam penelitiannya bahwa terdapat pengaruh fluktuasi tingkat bunga terhadap aset dan liabilitas bank BNI, dan diketahui pula bahwa interest expenses Bank BNI lebih sensitif terhadap fluktuasi tingkat bunga, dan disimpulkan bahwa posisi funds gap BNI pada periode 1997 - 2001 adalah negatif funds gap. Amelia Katrin (2007) meneliti manajemen likuiditas dan manajemen gap serta seberapa besar pengaruh Asset Liability Mangement terhadap tingkat profitabilitas PT. Bank Negara Indonesia. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitiannya pada manajemen likuiditas dan manajemen gap yang menentukan berhasil tidaknya pihak manajemen dalam mengelola Asset Liability Management perusahaan, dan membandingkan antara bank swasta dan pemerintah berdasarkan nilai aset yang dimiliki. Hal ini dikarenakan manajemen likuiditas dan manajemen gap sudah Bab I Pendahuluan 12 dapat mewakili manajemen valuta asing serta manajemen investasi dan pendapatan dilihat dari indikator-indikator yang mendukung seperti suku bunga. Dengan demikian perbedaan kedua penelitian tersebut di atas dengan penelitian ini adalah objek penelitian yang dipilih adalah Bank Rakyat Indonesia sebagai bank milik pemerintah dan Bank Central Asia sebagai bank swasta. Berdasarkan uraian diatas, dapat disusun suatu bagan kerangka pemikiran sebagai berikut : Bab I Pendahuluan 1.6 14 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis mencoba untuk menetapkan hipotesis yang akan diteliti dan diuji kebenarannya sebagai berikut : ”Terdapat perbedaan yang signifikan asset liability management antara PT. Bank Rakyat Indonesia dan PT. Bank Cantral Asia". 1.7 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah termasuk metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun peristiwa dimasa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki, seperti yang dikutip dalam buku Moh. Nazir (2003:54). Selain menggunakan penelitian deskriptif, penelitian ini menggunakan metode penelitian komparatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk membandingkan pengaruh sebab akibat dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya fenomena tertentu, seperti yang dikutip dari buku Moh. Nazir (2003:59) 1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan secara tidak langsung ke perusahaan yaitu melalui penelitian ke pojok bursa ITB untuk mendapatkan laporan tahunan (annual report) perusahaan guna memperoleh data primer berupa laporan keuangan selama 4 tahun yaitu periode 2005 – 2008.