BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian

advertisement
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai
Representasi Industri Batik Dalam Pengelolaan Lingkungan (Studi Kasus
Pada Masyarakat Industri Batik Di Desa Pilang Kecamatan Masaran
Kabupaten Sragen), dapat disimpulkan bahwa:
1. Kegiatan
Industri
Batik
Desa
Pilang,
Kecamatan
Masaran,
Kabupaten Sragen
Kegiatan industri batik dilakukan secara turun temurun oleh para
pendahulu yang sebelumnya bekerja sebagai pegawai keraton Surakarta.
Alasan pengusaha batik mendirikan usaha batik Desa Pilang sebagian
besar adalah untuk mengembangkan usaha yang sudah ada sejak jaman
pendahulunya. Kegiatan industri batik Desa Pilang telah mendapat
dukungan penuh dari pemerintah melalui Dinas Perindustrian Koperasi
dan UMKM Kabupaten Sragen. Bahan atau kain dasar yang digunakan
dalam membuat batik adalah kain primissima, kain katun, kain sutra, dan
lain-lain. Proses pembuatan kain batik di Desa Pilang tersebut sebagian
besar menggunakan proses cap printing, batik tulis, maupun batik cabut
warna. Sedangkan bahan pewarna yang digunakan dalam proses
pewarnaan kain batik sebagaian besar menggunakan bahan pewarna
kimia, meskipun sudah terdapat beberapa pengusaha atau pengrajin batik
Desa Pilang yang menggunakan bahan pewarna alami dalam proses
pewarnaan kain batik yang diproduksi.
136
2. Pengelolaan Limbah Pada Industri Batik Desa Pilang, Kecamatan
Masaran, Kabupaten Sragen
Pengelolaan limbah dari hasil industri batik Desa Pilang dapat
dibuktikan melalui pengelolaan limbah batik dengan menggunakan
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal, pengurangan bahan
pewarna kimia dalam proses pewarnaan kain batik, serta pantauan
langsung dari pemerintah yakni Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Sragen. Pengelolaan lingkungan mencakup 4 ruang lingkup, yakni
perencanaan lingkungan secara rutin dengan mengelola IPAL komunal,
perencanaan dini dengan mempersiapkan diri untuk mendirikan IPAL,
perencanaan lingkungan akibat suatu pembangunan dengan meningkatkan
kesadaran
pengusaha
atau
pengrajin
ikut
mengelola
limbahnya
menggunakan IPAL, dan perencanan untuk memperbaiki dengan
mengurangi
pengusaha
atau
pengrajin
batik
membuang
limbah
sembarangan.
3.
Indikasi Risiko Dari Industri Batik Desa Pilang, Kecamatan
Masaran, Kabupaten Sragen
Indikasi risiko dari industri batik Desa Pilang diperlihatkan melalui
banyaknya limbah yang dihasilkan dan tidak dikelola sebagaimana
mestinya. Indikasi risiko sebagian besar berasal dari limbah bahan
pewarna kian batik yang menggunakan bahan pewarna kimia. Indikasi
risiko yang diperlihatkan berimbas pada terjadinya pencemaran pada air,
pencemaran pada udara, pencemaran pada daratan. Indikasi risiko pada
pencemaran air ditunjukkan dengan perubahan kualitas air bersih yang
digunakan untuk konsumsi sehari-hari masyarakat Desa Pilang akibat dari
air limbah yang masuk ke tanah dan mencemari air bersih di Desa Pilang.
Air tanah dirasa tidak layak untuk dikonsumsi dan masayarakat beralih
137
menggunakan air PDAM dalam kebutuhan sehari-harinya. Untuk indikasi
risiko pada pencemaran udara ditunjukkan dengan adanya bau busuk yang
menyengat dan mengganggu pernapasan masyarakat Desa Pilang. Bau
busuk akibat limbah yang mengalir ke selokan-selokan menimbulkan rasa
pusing bagi beberapa masyarakat yang sensitif dengan bau limbah hasil
industri batik Desa Pilang. Sedangkan indikasi risiko pada pencemaran
daratan adalah terganggunya kesuburan tanah hingga berimbas pada
kualitas hasil panen sawah yang tidak sesuai dengan sebagaimana
mestinya. Selain itu, erosi tanah menjadi indikasi risiko industri batik yang
selanjutnya karena buangan air limbah yang mengalir pada tanah cukup
besar. Risiko sosial diperlihatkan melalui kurang baiknya interaksi yang
terjalin antara pengusaha atau pengrajin batik dengan masyarakat Desa
Pilang pada umumnya dalam hal pengelolaan lingkungan,
4. Refleksivitas dari Adanya Industri Batik Desa Pilang, Kecamatan
Masaran, Kabupaten Sragen
Refleksivitas yang dilakukan oleh pengusaha atau pengrajin batik
Desa Pilang adalah dengan meningkatkan keasadaran untuk mengelola
limbah hasil indutsri batiknya menggunakan IPAL, terutama bagi
pengusaha atau pengrajin batik yang baru mendirikan usaha batik.
Refleksivitas dari pemerintah dalam hal meminimalisir risiko akibat
industri batik adalah dilakukannya sosialisasi dan pantauan secara rutin
bagi keberlangsungan industri batik dan pengelolaan limbahnya. Selain
itu, pemerintah telah merencanakan pembangunan 2 IPAL di tahun 2016
ini dengan tujuan pencegahan dari risiko pencemaran lingkungan akibat
industri batik yang semakin besar. Bentuk refleksivitas pengusaha atau
pengrajin batik dalam meminimalisir risiko fisik secara dini pada wilayah
Desa Pilang adalah dengan didirikannya saringan saluran sebanyak 3 kali
terutama pada pengusaha atau pengrajin batik yang baru mendirikan usaha
138
batik dan belum tercakup dalam pengolahan limbah batik menggunakan
Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal. Selain itu, pengusaha
atau pengrajin batik bekerja sama dengan masayarakat yang dipilih untuk
memelihara IPAL.
IPAL yang terpelihara adalah salah satu bentuk
refleksivitas pengusaha atau pengrajin batik dalam meminimalisir air
limbah agar dapat terolah dengan baik dan tidak menimbulkan risiko
sosial yang berlebihan. Sedangkan untuk memninimalisir risiko sosial dari
adanya industri batik, pengusaha atau pengrajin batik bersama pihak
pemerintahan bersama-sama untuk berusaha melakukan pertemuan rutin
untuk membahas kagaiatan batik dalam Komunitas Pinggir Kali (GirLi).
Dapat disimpulkan pula bahwa indikasi risiko yang terjadi pada
pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran daratan dari limbah yang
dihasilkan industri batik memberikan pengaruh besar pada pengusaha atau
pengrajin batik dalam representasi pengelolaan lingkungannya, yakni
dengan melakukan refleksivitas pada kegiatan industri batiknya.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Penelitian ini, menggunakan teori masyarakat risiko atau risk
society yang dikemukakan oleh Ulrich Beck untuk melihat representasi
yang dilakukan pengusaha atau pengrajin batik Desa Pilang bersama dinas
pemerintahan yang menaunginya. Beck mengemukakan bahwa industri
merupakan satu bentuk modernitas yang baru dan risiko menjadi hal yang
menyertai dalam masyarakat industri tersebut. Selain risiko, efek
bumerang menjadi efek samping dari adanya risiko itu sendiri, serta
reflektivitas yang menyertai risiko dari masyarakat industri untuk melihat
kembali ke dalam dirinya. Awal dari adanya masyarakat risiko atau
masyarakat industri adalah modernitas yang lebih maju yang sangat erat
139
hubungannya dengan masyarakat modern dengan risiko yang menyertai
dan bagaimana risiko tersebut dapat dicegah, diminimalkan, atau
disalurkan. Sehingga dalam masyarakat industri muncul risiko serta efek
bumerang
yang
meminimalisir
perlu
atau
dilakukan
menyalurkan
refleksivitas
risiko
untuk
tersebut.
mencegah,
Industri
batik
menghasilkan limbah terutama pada limbah cair yang berasal dari bahan
pewarna kimia. Limbah tersebut menjadi risiko sosial dan merusak
lingkungan. Efek bumerang akan kembali pada pengusaha atau pengrajin
batik yang menghasilkan limbah. Industri batik yakni pengusaha atau
pengrajin batik mempresentasikan dirinya dalam hal pengelolaan
lingkungan dengan melakukan refleksivitas dari adanya risiko sosial dan
efek boomerang yang dirasakan. Kegiatan industri batik menghasilkan
risiko dan memberikan efek bumerang. Ketika pengusaha atau pengrajin
batik melakukan upaya untuk meminimalisir risiko itulah representasi
dalam pengelolaan lingkungan.
2. Implikasi Metodologis
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk mengetahui bagaimana
suatu kasus terjadi dan mengapa kasus tersebut dapat terjadi. Sampel
diambil menggunakan teknik purposive sampling dimana pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, yakni dianggap paling
tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga memudahkan peneliti.
Sumber data yang peneliti peroleh dari data primer dan data sekunder.
Data primer berasal dari wawancara langsung dengan narasumber dan data
sekunder berasal dari media online serta data-data dari pihak lain yang
berhubungan dengan penelitian peneliti. Dalam teknik pengumpulan data,
peneliti melakukan wawancara mendalam, observasi, dokumentasi dan
studi pustaka sehingga dapat menghasilkan suatu data yang diharapkan.
140
Pedoman wawancara sebelumnya dibuat untuk mempermudah penulis
untuk mencari data dari informan di lapangan. Peneliti menggunakan
triangulasi sumber sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data dalam
menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan
sumber perolehan data. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan model
interaktif, yaitu reduksi data, menganalisis menggunakan teori sosiologis,
dan penarikan kesimpulan.
3. Implikasi Empiris
Industri batik Desa Pilang merupakan salah satu industri batik
terbesar di Jawa Tengah. Berbagai jenis kain batik dan motif batik
dihasilkan oleh industri batik Pilang dengan nilai jual yang bermacammacam. Hasil produksi industri batik dapat berupa kain batik atau dalam
bentuk pakain jadi yang kemudian dipasarkan ke berbagai daerah seperti
Solo, Jogjakarta, Jakarta, atau bahkan ke luar jawa dan beberapa wilayah
lain. Industri batik dapat memberdayakan kebudayaan khas Indonesia
yakni batik yang secara turun temurun telah menjadi ciri khas bangsa
Indonesia. Kain batik yang dihasilkan menjadi referensi tambahan bagi
masyarakat luas dalam berbusana dengan motif batik yang semakin
beraneka ragam, pun bagi remaja yang dahulunya kurang tertarik dengan
batik, kini telah banyak menggunakan busana batik dalam berbagai acara
dan berbagai model atau motif yang digunakan. Dengan perkembangan
industri batik Desa Pilang, penghasilan pengusaha atau pengrajin batik
akan semakin meningkat serta pengangguran di Desa Pilang karena
adanya industri batik. Pendapatan daerah khususnya Kabupaten Sragen
pun turut meningkat dengan adanya industri batik Desa Pilang. Dengan
demikian, budaya batik khususnya yang dikembangkan oleh industri batik
Desa Pilang akan semakin dikenal di masyarakat luas atau bahkan di
negara luar.
141
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran yang dapat
penulis berikan diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan mengkaji tema lain mengenai
isu maupun kasus yang tengah hangat diperbincangkan di dalam
masyarakat terkait industri batik. Diharapkan dengan meneliti isu dan
kasus yang sedang berkembang saat ini mampu membantu masyarakat
dan orang banyak untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi.
2. Bagi Industri Batik
Industri batik yang sedang dalam tahap pengembangan usaha batik
diharapkan untuk tidak melupakan efek-efek samping dari adanya industri
yang mereka jalankan. Jangan sampai industri batik Desa Pilang
berkembang pesat dengan begitu banyaknya keuntungan yang diperoleh
namun kemudian kegiatan industri batik mereka kemudian merusak
lingkungan di sekitar mereka. Selain itu, pengembangan dalam hal
keragaman jenis batik yang dihasilkan perlu ditingkatkan agar masyarakat
lebih
memiliki
variasi
dalam
menggunakan
kain
batik
dalam
kesehariannya. Penulis juga menyarankan agar ditingkatkannya koordinasi
antar stake holder antara pengrajin batik di Desa Pilang dengan industri
lain di sekitarnya mengenai pengelolaan limbah serta pembuangan limbah
yang dihasilkan. Serta, perlunya kepedulian yang lebih ditingkatkan oleh
komunitas Pinggir Kali (GirLi) terhadap lingkungan dengan rutin
mengelola lingkungan oleh pengusaha atau pengrajin batik di Desa Pilang.
142
3. Bagi masyarakat
Pengusaha atau pengrajin batik seolah menjadi satu pihak yang
paling menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan akibat industri
batik yang dilakukan. Peneliti menyarankan agar masyarakat luas turut
memantau atau mengawasi keberlangsungan industri batik Desa Pilang
sekaligus pengelolaan limbahnya agar tidak merusak lingkungan.
Masyarakat mempunyai andil besar untuk mengontrol bagaimana industri
batik Desa Pilang berjalan demi keselamatan semua pihak. Selain itu,
masyarakat perlu juga untuk ikut serta dalam pengembangan industri batik
dengan cara mempromosikan industri batik Desa Pilang agar lebih dikenal
di dunia luar sehingga Desa Pilang menjadi Desa Wisata Batik yang
mempunyai banyak pengunjung dan dapat lebih dikenal dan mendapatkan
pemasukan untuk masyarakat Desa Pilang sendiri.
143
Download