Kode 351 / Kesehatan Masyarakat LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) BERBASIS MEDIA SOSIAL ONLINE UNTUK MUNURUNKAN ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE Tahun ke-1 dari rencana 2 tahun TIM PENGUSUL dr. Zaenal Sugiyanto,M.Kes (NIDN.0610076501) Nurjanah, SKM, M.Kes (NIDN.0629107502) Arif Kurniadi , SKom, M.Kom (NIDN.0622087601) UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG NOVEMBER, 2014 HALAMAN PENGESAHAN ii RINGKASAN Pencegahan Demam Berdarah belum bisa dilakukan dengan vaksin karena belum tersedia. Satu-satunya cara mencegah penularan penyakit ini adalah memutus rantai penularan dengan memberantas vektor atau nyamuk penularnya (Aedes Aegypti). Nyamuk ini tersebar di rumah , sekolah, maupun tempat-tempat umum lainnya. Di Indonesia, kendala utama program adalah partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masih rendah. Keberhasilan kegiatan PSN dapat diukur dengan meningkatnya angka bebas jentik (ABJ) yang diperoleh dari pemeriksaan jentik secara berkala (PJB). Untuk menjaga suatu daerah pemukiman aman dari ancaman penyakit DBD maka ABJ harus dipertahankan sampai waktu tak tertentu. Untuk itu diperlukan kegiatan PSN yang berkesinambungan, dan PSN ini merupakan program yang paling diandalkan daripada insektisida yang berupa pangasapan (fogging) dengan Malathion dan penaburan Abate Temephos sebab kedua cara penanggulangan dengan menggunakan zat kimia ini belum memberikan hasil yang optimal yaitu menaikkan ABJ riil ≥95. Nilai ABJ yang kurang dari 95 berarti virus dengue masih mempunyai peluang menular. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pencegahan demam berdarah dengue untuk menurunkan angka kejadian penyakit demam berdarah dengue, khususnya di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Keluaran kegiatan penelitian ini yaitu sebuah model upaya penurunan angka kejadian penyakit demam berdarah dengue melalui pengembangan teknologi yang sering mereka gunakan seperti: SMS, Blackberry Messenger dan Twitter yang dapat dimanfaatkan untuk upaya pemberdayaan masyarakat berupa reminder, mengirim pesan kesehatan, bahkan bisa dikembangkan untuk system kewaspadaan dini terhadap kasus DBD. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Sasaran penelitian ini masyarakat dan anak sekolah di wilayah Kecamatan Ngaliyan. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 tahap (tahun). Pada tahap 1 (tahun ke-1), akan dilakukan penggalian permasalahan dalam program PSN DBD dan potensi adanya dukungan kelompok masyarakat dan anak sekolah, serta assessment pemanfaatan media sosial oleh masyarakat. Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis karakteristik dan kesiapan mereka mengadaptasi media sosial untuk pencegahan DBD. Penelitian tahun ke-2 menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan pendekatan penelitian Quasi Experiment (penelitian eksperimen semu) dengan rancangan Non Randomized One Group Pretest- Posttest Design, untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara sebelum dan setelah adanya penerapan model. Metode kualitatif juga digunakan pada tahap ini untuk menggali berbagai informasi selama pelaksanaan penelitian, sehingga diharapkan dapat mengungkap adanya fenomena dan interaksi dari subjek penelitian, yang dihasilkan dari model pembrantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah dengue yang diterapkan. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas, Kelurahan , Sekolah dan masyarakat dengan PSN jumat bersih, survei jentik oleh kader dan pelepasan nyamuk jantan mandul. Kendala – kendala dalam menurunkan angka kesakitan demam berdarah karena peran masyarakat masih kurang, PSN belum serentak dan rutin dan masyarakat belum bisa melaporkan ke puskesmas secara cepat iii sehingga belum bisa ditangani secara tepat. Media sosial online yang sering digunakan institusi puskesmas dan sekolah dasar adalah email dan facebooks. Pendapat responden tentang media yang tepat untuk penyampaian pesan terkait DBD sebagian besar terkait DBD adalah melalui SMS (pesan singkat) 56,2% (109).Frekuensi kontainer paling banyak positif adalah bak mandi 17,5%(27) Memungkinkan dikembangkan model pemberdayaan masyarakat untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN) menggunakan SMS gateway. Memungkinkan dikembangkan model pemberdayaan institusi seperti puskesmas, kelurahan dan sekolah dasar negeri. iv PRAKATA Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing Model Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Berbasis Media Sosial Online Untuk Menurunkan Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih kepada : 1. Direktorat Jendral Perguruan Tinggi yang telah memberikan anggaran untuk penelitian ini. 2. KOPERTIS WILAYAH VI 3. Rektor Universitas Dian Nuswantoro, Dr.Ir Edi Noersasongko, M.Kom, yang telah memberikan dukungan dan ijin dalam penelitian ini. 4. Dekan Fakultas Kesehatan UDINUS, Dr.dr. Sri Andarini Indreswari,M.Kes yang telah memberikan dukungan dan ijin dalam penelitian. 5. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Kota Semarang yang telah memberikan ijin dalam penelitian. 6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang yang telah memberikan ijin dalam penelitian. 7. Kepala UPDC Pendidikan Kecamatan Ngaliyan yang telah memberikan ijin penelitian. Semoga laporan kemajuan penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat, khususnya dalam menurunkan angka kesakitan demam berdarah dengue. v DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………...i RINGKASAN…………………………………………………………………….ii PRAKATA..............................................................................................................iii DAFTAR ISI ........................................................................................................ ivi DAFTAR TABEL....................................................................................................v DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vii BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................1 A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1 B. Urgensi/Keutamaan penelitian ................................................................. 4 C. Temuan atau Inovasi ............................................................................... 5 D. Penerapannya ............................................................................................ 5 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................6 A. Definisi Demam berdarah Dengue. ......................................................... 6 B. Diagnosis DBD......................................................................................... 6 D. Epidemiologi DBD ................................................................................. 10 E. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ................................................. 12 F. MEDIA SOSIAL........................................................................................ 12 BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .......................................14 BAB IV. METODE PENELITIAN ......................................................................16 Bab. V. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................22 Bab VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................45 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................48 vi 1.Kerangka konsep 2.Alur penelitian 3.Proses penelitian vii BAB 1. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dengue dianggap penyakit yang ditularkan nyamuk yang paling umum dan paling penting virus di dunia saat ini. Ada sekitar 2,5 miliar orang berisiko untuk tertular virus dengue, dan sampai 50 juta – 100 juta terinfeksi dan 22.000 atau 2,5% kematian setiap tahunnya, yang sebagian besar adalah anak-anak. (WHO, 2004) Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis pernah mengalami letusan demam berdarah dengue. Sementara itu lebih kurang 500.000 kasus tiap tahun dirawat di rumah sakit karena sindrom demam berdarah dengue/dengue syok dengan sekitar 10% diantaranya meninggal dunia. (Guzman MG and Gustavo K,2001) Tahun 2007 CFR DBD di Indonesia sebesar 1% dengan IR 71,78/100.000 penduduk dan pada tahun 2008 CFR DBD sebesar 0,86% dengan IR 60,02/100.000 penduduk. (WHO, 2004) Sebenarnya vaksin untuk mencegah DBD maupun obat terhadap virus penyebabnya belum tersedia. Satu-satunya cara mencegah penularan penyakit ini adalah memutus rantai penularan dengan memberantas vektor atau nyamuk penularnya (Aedes Aegypti). Nyamuk ini tersebar di rumah, sekolah, maupun tempat-tempat umum lainnya. Di Indonesia pada umumnya pengendalian nyamuk penular (vektor) DBD masih mengalami kendala. Kendala utama adalah partisipasi masyarakat dalam pembrantasan sarang nyamuk (PSN) masih rendah. Keberhasilan kegiatan PSN dapat diukur dengan meningkatnya angka bebas jentik (ABJ) yang diperoleh dari pemeriksaan jentik secara berkala (PJB). Untuk menjaga suatu daerah pemukiman aman dari ancaman penyakit DBD maka ABJ harus dipertahankan sampai waktu tak tertentu. Untuk itu diperlukan kegiatan PSN yang berkesinambungan, dan PSN ini merupakan program pemerintah yang paling diandalkan daripada insektisida yang berupa pangasapan (fogging) dengan Malathion dan penaburan Abate Temephos. Sebab kedua cara penanggulangan dengan menggunakan zat kimia ini belum memberikan hasil yang optimal, dalam arti tidak dapat menaikkan ABJ riil sama atau lebih 1 besar dari 95. Padahal nilai ABJ yang kurang dari 95 berarti virus dengue masih mempunyai peluang menular (Depkes RI, 1995). (Sitorus dan Ambarita, 2004).) TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti adalah TPA rumah tangga yang berasal dari bahan dasar logam. Jenis TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti adalah TPA jenis tempayan. Jenis TPA yang ditemukan positif jentik Aedes aegypti yang berada di dalam atau di luar rumah ada 3 yaitu drum, bak mandi, dan ember plastik (Sitorus dan Ambarita, 2004. Pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M secara berkesinambungan belum bisa dilaksanakan karena partisipasi masyarakat yang masih rendah. Untuk itu diperlukan upaya pencarian model pembrantasan yang efektif yang bisa diterapkan khususnya di Semarang dan umumnya di Indonesia. Handphone sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat Indonesia. Sampai awal tahun 2013, jumlah pengguna telepon seluler di Indonesia diperkirakan mencapai 100 juta, sementara jumlah kartu SIM telepon seluler yang beredar di negara ini ditaksir sekitar 250 juta unit (Kompas, 28/3/2013). Sedangkan pengguna telepon seluler di Indonesia yang memakai layanan teknologi 3G mencapai sekitar 20 persen dari total pemilik ponsel di Indonesia. Sedangkan berdasarkan data yang dihimpun oleh Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), hingga akhir 2011 lalu jumlah pelanggan selular Indonesia jauh lebih besar ketimbang jumlah penduduk Indonesia. Jika dibandingkan antara jumlah pengguna ponsel di Indonesia yang mencapai 250 juta, dengan jumlah penduduk yang hanya 240 juta, Indonesia memiliki penetrasi seluler sebesar 110 persen. Angka tersebut disebabkan karena tidak sedikit penduduk Indonesia yang memiliki dua jenis telepon genggam untuk berkomunikasi, GSM dan CDMA. Tren ini tentu saja sangat mungkin untuk dimanfaatkan sebagai media penyebarluasan informasi, reminder, bahkan untuk mendapatkan report kasus di Masyarakat. Di Philipina sudah diaplikasikan pelaporan kasus ibu hamil dari petugas kesehatan di desa ke pelayanan kesehatan terdekat dengan menggunakan SMS, serta reminder untuk pemeriksaan ibu hamil. Hal ini 2 ditempuh karena sekarang hampir semua masyarakat menggunakan handphone dan selalu di tangan (on hand). Hal serupa dilakukan oleh Program EMAS USAID untuk maternal health di beberapa proyek percontohan di Jawa Tengah. Seiring dengan penggunaan teknologi komunikasi berupa smartphone dan tablet, terjadi peningkatan yang signifikan dalam penggunaan social media. Media sosial adalah media yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, membuat jaringan personal online, membuat nyata jaringan online mereka diketahui oleh orang lain, masyarakat umum, maupun organisasi, dalam suatu dialog, berbagi pesan, mencampur berbagai hal, dan membuat media. Sosial media dapat berupa pesan di message board dan forum, weblogs, wikis (tipe dari website yang memungkinkan pengguna untuk mengedit dan membuat halaman), situs video dan foto, musik, situs campuran, situs berita social dimana pengguna dapat melakukan penilaian terhadap artikel, meninggalkan komentar dan debat, social bookmarking dan tagging, microblogs, atau kombinasi dari banyak hal. (Collin et al., 2010; Lenhart & Madden, 2007; Lefebvre, 2009). Media social yang paling popular di Indonesia adalah Facebook, Youtube, Twitter, Google+ dan Whatsapps. Pada bulan Januari 2012, pengguna Facebook di Indonesia mencapai 51.515.480 orang. Indonesia menjadi negara dengan pengguna Facebook terbanyak keempat di bawah Amerika Serikat, Brasil dan India tercatat mulai dari tahun 2012 lalu. Hal ini mendorong peneliti untuk menfaatkan handphone dan social media untuk media pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan DBD. Berdasarkan data yang pernah dirilis oleh APJII atau Jasa Internet Indonesia menyebutkan angka 63 juta untuk pengguna internet di Indonesia. Sementara berdasarkan data yang dilansir oleh www.internetworldstats.com menyebutkan angka 55 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012. 3 Penggunaan media sosial yang besar ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan upaya sosialisasi program dan pemberdayaan masyarakat secara serempak seperti pemberantasan sarang nyamuk. Peneliti ini akan melakukan kegiatan selama dua tahun. Pada tahun pertama akan dilakukan Pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masing-masing rumah sebagai data awal. Kemudian akan dilakukan identifikasi upaya (model) yang telah dilakukan masyarakat, sekolah dan puskesmas dalam memberantas penyakit demam berdarah dengue dengan melihat kelemahan/kekurangan upaya (model) yang telah dilakukan masyarakat, sekolah dan puskesmas dalam memberantas penyakit demam berdarah dengue. Pada akhir penelitian tahap 1 akan dibuat model baru yang cocok untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue dengan memanfaatkan media sosial. Pada tahun kedua, akan dilakukan uji coba model baru untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue dengan mengidentifikasi kelemahan/kekurangan model , kemudian memperbaiki kelemahan/kekurangan model dan pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masing-masing rumah sebagai data awal. Eksperimen akan dilakukan dengan menerapan model baru yang telah diperbaiki. Untuk menguji efektifitas model maka akan dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masingmasing rumah setelah penerapan model baru dan disimpulkan efektifitas program B. Urgensi/Keutamaan penelitian 1. Kasus Demam berdarah menyerang semua propinsi di Indonesia dan setiap tahun selalu ada terutama musim hujan serta potensial menyebabkan wabah. 2. Penyakit Demam Berdarah sering menimbulkan kematian terutama yang mengalami DSS (Dengue Syok Syndrom). 3. Belum ada obat atau vaksin berdarah. 4 untuk mengobati penyakit demam 4. Selama ini berbagai upaya pemberdayaan masyarakat banyak menemui kendala terutama terkait dengan peran serta masyarakat yang rendah. Media sosial dinilai mempunyai kemungkinan besar untuk dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan peran serta masyarakat tersebut. C. Temuan atau Inovasi Penemuan model pemberantasan demam berdarah dengue di Kota Semarang dengan memanfaatkan sosial media untuk meningkatkan peran serta masyarakat. D. Penerapannya Model ini akan diterapkan pada masyarakat dengan tingkat penggunaan gadget dan social media yang tinggi. Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang dinilai tepat karena lokasi ini banyak terdapat perumahan yang dihuni oleh golongan menengah. Partisipasi untuk melakukan pemantauan jentik berkala di daerah semacam ini rendah sehingga perlu upaya inovatif dengan memanfaatkan teknologi. 5 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Demam berdarah Dengue. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu dari banyak penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditandai dengan demam dan disertai dengan perdarahan. Penyabab DBD adalah virus dengue, yang termasuk dalam group B arthopode borne virus (arboviruses). Akibat yang ditimbulkan oleh infeksi virus dapat bervariasi, mulai dari tanpa gejala (silent dengue infection) hingga yang paling berat yaitu Dengue Syock Syndrome (DSS). DBD merupakan salah satu manifestasi berat dari infeksi berat dari infeksi virus dengue. Secara klinis DBD dibedakan atas empat derajat : 1. Derajat 1. : demam disertai gejala tidak khas 2. Derajat 2 : tanda derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan / atau perdarahan ditempat lain. 3. Derajat 3 : ditemukan kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan nadi cepat dan halus, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, penderita menjadi gelisah 4. Derajat 4 : renjatan berat dengan nadi yang tak teraba dan tekanan darah tak terukur B. Diagnosis DBD Demam Berdarah Dengue (DBD). Ini termasuk demam akut, manifestasi perdarahan, jumlah platelet rendah (100.000 / mm3 atau kurang), dan bukti obyektif dari kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas vaskuler.(WHO,2007) DBD perdarahan dapat berupa petechaie, epistaksis, ecchymosis, perdarahan gingiva atau gastrointestinal dan hypermenorrhea. ( Gould EA, Solomon T, 2008). 6 C. Penularan DBD Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Yang berada di dalam dan disekitar rumah. Nyamuk aedes tersebut dapat menularkan virus dengue kepada manusia baik secara langsung yaitu setelah menggigit orang yang sedang mengalami viremia, maupun secara tidak langsung setelah melalui masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8 – 10 hari (extrinsic incubation period). Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menjadi sakit setelah virus ke dalam tubuh .Pada nyamuk sekali virus masuk ke dalam dan dapat berkembang biak di dalam tubuhnya, maka nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya. Sedangkan pada manusia, penularan hanya dapat terjadi pada saat tubuh dalam keadaan viremia yaitu antara 3-5 hari. 1. Faktor yang mempengaruhi timbul Faktor-faktor yang mempengaruhi Timbulnya Wabah. (DepKes RI, 1995) a. Herd Immunity yang rendah Yang dimaksud dengan herd immunity atau kekebalan masyarakat di sini adanya daya tahan masyarakat terhadap penyebaran penyakit infeksi. Dengan demikian jika kekebalan masyarakat rendah, maka masyarakat mudah terserang penyakit. Sementara itu apabila jumlah penderita meningkat dengan pesat maka timbullah keadaan wabah. Akan tetapi dapat pula terjadi kasus penurunan kekebalan sebagian besar anggota masyarakat. Hal ini disebabkan oleh : 1) Bila sebagian dari anggota masyarakat tidak kebal lagi 7 2) Bila anggota masyarakat yang tidak memiliki kekebalan berkelompok pada suatu daerah tertentu , sehingga kelompok tersebut akan mudah terkena penyakit. 3) Tingginya kesempatan orang-orang yang tidak kebal untuk nerkontak satu sama lainnya . Timbulnya wabah disini ialah karena orang yan kebal tidak lagi berfungsi sebagai persai (pelindung) bagi yang tidak kebal. b. Patogenisiti Yang dimaksud dengan patogenisiti adalah kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul penyakit. Secara umum disebutkan bahwa semakin besar kemampuan kuman menimbulkan penyakit, maka semakin besar pula kemungkinan penyakit tersebut menjadi wabah. c. Lingkungan yang buruk Yang dimaksud dengan kondisi lingkungan disini adalah seluruh kondisi yang terdapat disekitar organism tetapi mempengaruhi kehidupan dan ataupun perkembangan organisme tersebut. Berubahnya lingkungan menjadi buruk pada dasarnya karena ekosistem yang telah ada tidak mampu lagi menyerap perubahan yang terjadi. Dalam keadaan seperti ini akan timbul banyak masalah, salah satu diantaranya adalah mendorong timbulnya wabah. Secara umum lingkungan dibedakan atas tiga macam, yaitu : lingkungan fisik, biologis dan lingkungan sosial. 2. Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) Dalam makalahnya yang berjudul Epidemiologi dan penangulangan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia saat ini , Tomas Suroso dan Ali Imran Umar pada dasarnya upaya pengendalian nyamuk tersebut, yaitu dengan pembrantasan sarang nyamuk (PSN), sebab pada dasarnya pembrantasan nyamuk dewasa 8 harus disertai dengan pembasmian jentik (larva) Aedes Aegypti, karena jentik akan menjadi nyamuk dewasa dalam bebapa hari. Selama masih ada nyamuk dewasa dan dan orang yang mengidap virusnya akan terjadi penularan ulang. Jentik ini dapat diberantas dengan meniadakan tempat perindukannya sehingga nyamuk tidak berkesempatan berkembang biak. Karena Aedes Agypti berkembang biak di air bersih tergenang yang tidak langsung berhubungan dengan tanah., maka PSN ini terdiri dari : a. Menguras bak mandi, jamban dan tempat penampungan air lainnya sekurang-kurangnya seminggu sekali (karena perkembangan dari telur sampai nyamuk 7-10 hari. b. Menutup rapat tempat penampungan air (misalnya : tempayan,drum) sehingga nyamuk tidak bisa masuk. c. Membersihkan pekarangan atau halaman dari kaleng , botol, ban bekas, tempurung , dan barang lain yang dapat menampung air agar tidak menjadi sarang nyamuk. d. Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung misalnya, secara berkala. e. Mencegah atau mengeringkan air yang tergenang di atap atau talang f. Menutup lubang pohon atau bamboo dengan tanah. g. Membubuhi garam dapur pada air perangkap semut. Disamping cara diatas, untuk mencegah penyakit DBD biasanya dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa dan memeriksa jentik secara berkala. Cara inilah kemudian dikenal dengan metode “3M Plus”, yaitu menutup , menguras, menimbun, plus beberapa langkah yang telah disebutkan. 22(Van der Schaar HM, 2008) Menurut Thomas Suroso dan I Made Djaja keberhasilan Kegiatan PSN upaya pendukung seperti : 9 a. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat luas yang berkesinambungan , dan yang diintensifkan selama satu bulan yaitu pada waktu pelaksanaan kampanye PSN. b. Karena usaha PSN sebenarnya sejalan dengan kampanye ketertiban, kebersihan dan keindahan (K3) yang juga menjadi program pemerintah, maka perlu mengintegrasikan PSN ke dalam kampanye K3. c. Mengadakan program penyediaan air bersih (PAB) disertai usaha pemeliharaan kebersihannya. d. Mengintegrasikan usaha PSN ke dalam program Usaha Kesehatan Sekolah(UKS)dan Peningkatan Kesehatan Lingkungan (PKL) dengan menambahkan kegiatan pemeriksaan jentik saat kunjungan puskesmas ke sekolah, tempat-tempat umum dan rumah-rumah. e. Penanggulangan fokus, yaitu kunjungan ke rumah kasus DBD untuk penyuluhan (disertai pemeriksaan jentik) di rumah kasus dan rumah-rumah sekitarnya. D. Epidemiologi DBD Vektor penyakit ini adalah virus Aedes aegygti yang banyak terdapat di perkotaan, dan Aedes albopictus di pedesaan. Penyebaran penyakit DBD pada dasarnya bukan saja terjadi secara geografis akan tetapi juga secara vertical. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa belakangan banyak dilaporkan kasus pada usia dini( masa bayi) dan usia dewasa yang disertai syok. Sebelumnya DBD belum pernah dilaporkan sebagai penyebab kematian. Akan tetapi setelah ditemukan kasus DBD yang sisertai syok di Filipina pada tahun 1953 maka penyakit ini kemudian merupakan penyakit yang ditakuti karena banyak menimbulkan kematian. Bagi para praktisi yang terlibat langsung dalam penanggulangan penyakit ini,masih sering timbul pertanyaan. Banyak penderita dengan keadaan klinis yang berat dapat disembuhkan dengan cara sederhana,akan tetapi sebaliknya penderita yang dikategorikan ringan dapat berkembang menjadi berat. 10 Teori klasik secondary heterologous dari Helstead yang menjelaskan terjadinya penyakit DBD melalui jalur teori imunologi sampai sekarang masih tetap dianut. Sebagian besar (80%) kasus DBD di Indonesia terjadi pada anak usia di bawah 15 th, namun proporsi kasus yang terjadi pada orang dewasa kemudian cenderung meningkat. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan perubahan beberapa gambaran klinis DBD pada anak selama kurun waktu sepuluh tahun sejak 1975, juga terjadi pergeseran usia penderita kearah yang lebih tua. Sementara itu musim penularan DBD berkaitan dengan musim hujan. Peningkatan insiden wabah DBD nampaknya terjadi setiap lebih kurang 5 tahun. Jumlah penderita DBD meningkat antara bulan September sampai pebruari yang mencapai puncaknya pada pada bulan januari. Di daerah urban penduduk padat puncak penderita ialah bulan juni/juli bertepatan dengan awal musim kemarau . Sedangkan menurut Soroso , kepadatan nyamuk Aedes Aegypti akan meningkat pada waktu musim hujan , dimana terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Dengue dianggap penyakit yang ditularkan nyamuk yang paling umum dan paling penting virus di dunia saat ini. Baru-baru ini, penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan utama masyarakat internasional. Ada sekitar 2,5 miliar orang berisiko untuk tertular virus dengue, dan sampai 50 juta infeksi dan 22.000 kematian setiap tahunnya, yang sebagian besar adalah anak-anak.1 Virus dengue (DENV) adalah arbovirus yang menyebabkan demam berdarah (DF), demam berdarah dengue (DBD) dan demam berdarah shock syndrome (DSS) pada manusia.Virus dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes betina, terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Ada banyak karakteristik yang membuat Aedes vektor sangat efisien untuk transmisi virus, termasuk makan dan kebiasaan hidup. Nyamuk Aedes adalah menggigit siang hari dan yang lebih disukai adalah darah manusia dan mampu menggigit beberapa orang selama satu makan darah. Nyamuk Aedes terdapat banyak di perkotaan dan berkembang biak di perairan stagnan ditemukan dalam wadah, seperti ban bekas, kaleng dan sampah lainnya. 11 Distribusi dan kejadian DENV telah meningkat 30 kali lipat dalam 50 tahun terakhir karena distribusi nyamuk meningkat, urbanisasi meningkat, kondisi hidup yang buruk dengan kontrol nyamuk yang tidak memadai dan perjalanan meningkat (WHO 2007 ), Guzman dan Kouri 2001). Virus dengue ditularkan dan lazim di negara-negara tropis dan subtropis di seluruh dunia dan karena karakteristik reproduksi dari vektor nyamuk itu sendiri. E. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Pemberdayaan masyarakat adalah upaya memampukan masyarakat Pengembangan masyarakat adalah kegiatan menghidupkan tenaga masyarakat agar mampu dan mau mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya sebatas kemampuannya. Langkah-langkah dari pengembangan masyarakat ini meliputi: 1. pendekatan tingkat desa, 2. survei diri (community self survey, CSS) 3. perencanaan 4. pelaksanaan dan penilaian 5. pemantapan dan pembinaan. Sejalan dengan langkah-langkah strategi pendekatan edukatif, beberapa kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam pemberdayaan masyarakat adalahsebagai berikut: melakukan penyuluhan kepada masyarakat, mengenal dan menentukan masalah melalui survei diri, membentuk dan memanfaatkan organisasi masyarakat, mendidik kader kesehatan, membuat studi banding ke daerah percontohan (pilot project, memberikan bimbingan administratif dan teknis, dan memberikan dana perangsang (stimulan) F. MEDIA SOSIAL Media social adalah media yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, membuat jaringan personal online, membuat nyata jaringan online mereka diketahui oleh orang lain, masyarakat umum, maupun organisasi, dalam suatu dialog, berbagi pesan, mencampur berbagai hal, dan membuat media. Sosial media dapat berupa pesan di message board dan forum, weblogs, wikis (tipe dari website yang memungkinkan pengguna 12 untuk mengedit dan membuat halaman), situs video dan foto, musik, situs campuran, situs berita social dimana pengguna dapat melakukan penilaian terhadap artikel, meninggalkan komentar dan debat, social bookmarking dan tagging, microblogs, atau kombinasi dari banyak hal. (Collin et al., 2010; Lenhart & Madden, 2007; Lefebvre, 2009). 13 BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Umum Penelitian Membuat Model Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Berbasis Media Sosial Online Untuk Menurunkan Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue B. Tujuan Khusus Penelitian 1. Mengidentifikasi upaya-upaya yang telah dilakukan Puskesmas, Kelurahan, Sekolah Dasar dan masyarakat untuk menurunkan angka penyakit demam berdarah dengue. 2. Mengidentifikasi kelemahan/kekurangan upaya(model) yang telah dilakukan Puskesmas, Kelurahan, Sekolah Dasar dan Masyarakat untuk menurunkan angka penyakit demam berdarah dengue. 3. Mengidentifikasi media sosial online yang sering digunakan oleh Puskesmas, Kelurahan, Sekolah Dasar dan Masyarakat. 4. Mengukur pengetahuan, sikap, lingkungan masyarakat dalam mencegah penyakit demam berdarah dengue. 5. Melakukan pemeriksaan jentik (ABJ) di masing-masing rumah 6. Membuat rancangan model pemberdayaan masyarakat untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN) berbasis media sosial online untuk menurunkan angka kesakitan demam berdarah dengue. C. Manfaat Penelitian 14 1. Sebagai salah satu model yang bisa dipakai untuk menurunkan angka kesakitan demam berdarah dengue. 2. Menggunakan media sosial berbasis online lebih disenangi masyarakat dan lebih cepat dalam menyampaikan media, laporan dan reminder kepada masyarakat. 15 BAB IV. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis karakteristik dan kesiapan mereka mengadaptasi media sosial untuk pencegahan DBD. Dalam FGD akan digali informasi mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PSN sebelumnya, kendala dalam penerapan model PSN dengan pendampingan yang akan diterapkan di kecamatan tersebut untuk kemudian dianalisis dan dicari solusinya. Penelitian tahap berikutnya menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan pendekatan penelitian Quasi Experiment (penelitian eksperimen semu) dengan rancangan Non Randomized One Group PretestPosttest Design, untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara sebelum dan setelah adanya penerapan model. Metode kualitatif juga digunakan pada tahap ini untuk menggali berbagai informasi selama pelaksanaan penelitian, sehingga diharapkan dapat mengungkap adanya fenomena dan interaksi dari subjek penelitian, yang dihasilkan dari model pembrantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah dengue yang diterapkan. 3.2 Langkah Penelitian 1. Tahun pertama Kegiatannya meliputi : a. Pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masing-masing rumah sebagai data awal b. Mengidentifikasi media sosial berbasis online yang sering digunakan masyarakat. c. Mengidentifikasi masyarakat, sekolah upaya (model) yang telah untuk menurunkan angka berdarah dengue. 16 dilakukan penyakit demam d. Mengidentifikasi kelemahan/kekurangan upaya (model) yang telah dilakukan masyarakat, sekolah untuk menurunkan angka k penyakit demam berdarah dengue e. Membuat model baru yang berbasis media sosial berbasis web yang cocok untuk untuk menurunkan angka penyakit demam berdarah dengue. 2. Tahun Kedua Kegiatannya meliputi : a. Membuat software media sosial berbasis online b. Uji coba model baru untuk menurunkan angka penyakit demam berdarah dengue. c. Maengidentifikasi kelemahan/kekurangan model yang diterapkan d. Memperbaiki kelemahan/kekurangan model e. Pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masing-masing rumah sebagai data awal f. Penerapan model baru yang telah diperbaiki . g. Pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masing-masing rumah setelah penerapan model baru h. Dibandingkan hasil ABJ sebelum ada Kader DBD dengan ABJ sesudah ada Kader DBD i. Disimpulkan efektifitas program 17 3.3 Metode yang Digunakan KERANGKA KONSEP Pelayanan Kesehatan : -Pengobatan -Perawatan Perilaku : -Pengetahuan -Sikap -Praktik PSN Lingkungan : sarang nyamuk Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD), ABJ (Angka Bebas Jentik -Larvasida -Menggantung pakaian -Genangan jernik(container) -Kepadatan nyamuk air jentik -Mobilitas penduduk -Adanya barangbarang bekas. -Tidur siang -Obat anti nyamuk -Memelihara ikan Genetik -Daya tahan -Gizi 18 Analisis Perilaku Guru dalam pelaksanaan pembrantasan sarang nyamuk Demam berdarah di sekolah tahun 2007 (Studi Kasus di SD Wilayah Kerja Puskesmas Tambak Aji Kota Semarang) Di danai oleh Departemen Pendidikan Propinsi Jateng Hasil Penelitian : 1. (96,0%) guru mempunyai pengetahuan yang baik . 2. (80%) guru mempunyai sikap yang baik 3. (98%) guru mempunyai praktik yang baik. 4. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan praktik. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Prevalensi Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Semarang , didanai Balitbang Kota Semarang tahun 2011 Hasil penelitian : 1. Ada pengaruh adanya barang – barang bekas berserakan atau Tempat Penampungan air dengan prevalensi DBD di Kota Semarang dengan p=0,014 dengan Probabilitas 93,4%, 2. Ada pengaruh pemberian anti larvasida pada Tempat Penampungan Air dengan prevalensi DBD di Kota Semarang dengan Prevalensi 0,032 dengan probabilitas 68% Model Pemberdayaan masyarakat untuk pemberantasan sarang nyamuk berbasis media sosial online untuk menurunkan angka kesakitan demam berdarah dengue tahun 2014 Peran Interleukine 12 untuk mencegah Dengue Syok Syndrom pada Tikus Balc berdasarkan parameter Immunologi (TNF alpha) tahun 2015 Menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit Demam Peran ekstrak manggis untuk larvasida jentik nyamuk Aedes Aegypti tahun 2014 19 Peran meniran (phyllanthus niruri linn) untuk mencegah Dengue Syok Syndrom pada Tikus Balc berdasarkan parameter Immunologi (TNF alpha) tahun 2016 berdarah dengue .4. Proses penelitian pada Tiap Tahapan Pelaksanaan Penelitian Identifikasi faktorfaktor yang mempengar hi angka kesakitan DBD Upaya –upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka DBD Kendala-kendala yang timbul dalam upaya menurunkan angka kesakitan DBD Identifikasi Media sosial online yang sering digunakan masyarakat Rumusan model pemberdaya an masyarakat untuk pembrantasa n sarang nyamuk berbasis media sosial online untuk menurunkan angka kesakitan DBD Kelebihan Uji coba Tahap 1 model (Uji coba software) Kelemahan (rancangan software) 20 Uji coba Tahap II model Penerapan model pemberdayaan masyarakat untuk pembrantasan sarang nyamuk berbasis media sosial online untuk menurunkan angka kesakitan DBD 3.5. Instrumen Penelitian Wawancara kepada Puskesmas, Kepala Sekolah, Kepala desa. Penyebaran kuesener kepada masyarakat dan pedoman observasi untuk survei jentik. 21 Bab. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kecamatan Ngaliyan Luas kecamatan Ngalian adalah 3.989,70 Ha dengan 10 kelurahan dan jumlah penduduk sebanyak 98.087 jiwa dan memiliki 3 Puskesmas : Ngaliyan , Purwoyoso dan Tambak Aji serta jumlah SD Negeri sebanyak : 28 . 10 Kelurahan yang ada di Kecamatan Ngaliyan adalah : 1. Kelurahan Podorejo 2. Kelurahan Tambak Aji 3. Kelurahan Wonosari 4. Kelurahan Gondoriyo 5. Kelurahan Beringin 6. Kelurahan Purwosari 7. Kelurahan Kalipancur 8. Kelurahan Babankerep 9. Kelurahan Ngaliyan 10. Kelurahan Wates Angka penderita demam berdarah (DB) di Kota Semarang tahun 2013 cukup tinggi dibanding tahun –tahun sebelumnya. Tahun 2013 sebanyak 2184 kasus , tahun 2012 ada 1250 kasus dan tahun 2011 ada 1303 kasus. Sedangka angka kematian tahun 2013 adalah 25 orang, tahun 2012 ada 22 orang. Peringkat tertinggi Kecamatan Ngaliyan dengan Incidence Rate (IR) 207/100.000 penduduk, disusul Kecamatan Tembalang IR 205/100.000 dan Kecamatan Genuk 156/100.000. 22 B. Hasil survei institusi 1. Upaya –upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka angka kesakitan Demam Berdarah Dengue. a. Puskesmas Berdasarkan wawancara mendalam dengan ke tiga (3) petugas P2M (pemberantasa penyakit menular) puskesmas didapatkan data sebagai berikut : Upaya –upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue : Semua menyatakan dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan oleh kader bersama masyarakat melalui kegiatan jumat bersih dengan cara 3M Plus (menutup , menguras dan menimbun barang bekas serta tidak menggantung pakaian bekas. Semua menyatakan melakukan kegiatan survei jentik yang dilakukan oleh kader jumantik Melakukan kegiatan fogging (penyemprotan nyamuk) jika didapatkan ada 3 – 4 kasus demam berdarah. Responden 1 menyatakan dengan melepaskan nyamuk demam berdarah jantan mandul untuk mengurangi jentik nyamuk sehingga tidak menjadi nyamuk dewasa dan melaksanakan Perda No 5 tahun 2010 tentang demam berdarah. Jika rumah didapatkan jentik positif, maka akan dipasang stiker merah. Responden 2 menyatakan dengan mengadakan lomba RW bebas jentik , agar masyarakat selalu mengadakan kegiatan 3M Plus sehingga ABJ (angka bebas jentik ) bisa mencapai ≥ 95 agar aman dari demam berdarah dengue. Sedangkan upaya lain dengan memasang larvitrap (alat perangkap larva nyamuk demam berdarah dengue). Berdasarkan hasil wawancara petugas P2M puskesmas, Kelurahan , Sekolah Dasar Negeri telah melakukan upaya untuk menurunkan angka kesakitan demam berdarah dengue melalui kegiatan PSN oleh kader bersama masyarakat b. Kelurahan Upaya –upaya yang berdarah dengue dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan demam Berdasarkan wawancara mendalam dengan 4 responden bagian Kepala Urusan Kesejahteraan sosial Instansi Kelurahan didapatkan data sebagai berikut : 23 Semua menyatakan melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) seminggu sekali melalui kegiatan jumat bersih Survei jentik oleh kader jumantik yang ada di setiap Kelurahan, RW, RT dan hasil survei jentik dilaporkan ke Puskesmas Fogging (penyemprotan nyamuk) jika ada kasus. Responden 1 menyatakan dengan melakukan survei jentik beberapa RT oleh pihak kelurahan. Responden 2 menyatakan Dasa wisma melaporkan ke Kecamatan hasil survei jentik 10 rumah. Responden 3 menyatakan dengan memberi abatisasi pada air. c. Sekolah Dasar Negeri Semua sekolah dasar menyatakan dengan melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan melalui kegiatan jumat bersih dan membuat kebijakan murid memakai pakaian panjang Sebagian kecil menyatakan menanam pohon pengusir nyamuk . Berdasarkan hasil wawancara petugas P2M puskesmas, Kelurahan , Sekolah Dasar Negeri telah melakukan upaya untuk menurunkan angka kesakitan demam berdarah dengue melalui kegiatan PSN melalui kegiatan jumat bersih dengan 3M Plus (menutup, menguras, menimbun dan dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa dan memeriksa jentik secara berkala. Program ini yang paling efektif dan yang disarankan karena bisa membasmi jentik nyamuk sehingga bisa menurunkan populasi nyamuk dewasa. Keberhasilan kegiatan PSN harus dilakukan secara rutin dan serempak seluruh komponen masyarakat. 7 Kegiatan memeriksa jentik berkala telah dilalukan oleh puskesmas dengan bantuan kader dan masyarakat agar ABJ bisa ≥ 95 , ABJ kurang 95 berarti virus dengue masih mempunyai peluang menular (Depkes RI, 1995). Upaya lain yang dilakukan adalah fogging jika didapatkan di wilayah tersebut ditemukan 3 – 4 kasus . Fogging menurut masyarakat yang paling diharapkan untuk menurunkan angka kesakitan demam berdarah dengue, tetapi hanya bermanfaat untuk membunuh nyamuk dewasa dan kurang efektif dibandingkan dengan PSN Plus , apalagi sudah 24 terjadi resisten tidak bermanfaat dan bisa menimbulkan dampak tidak baik terhadap kesehatan manusia karena mengandung bahan insektisida. (7) program yang dilakukan oleh puskesmas adalah melaksanakan melaksanakan Perda No 5 tahun 2010 tentang demam berdarah. Jika rumah didapatkan jentik positif, maka akan dipasang stiker merah, dengan memasang stiker merah diharapkan masyarakat merasa malu sehingga mau melakukan program 3 M Plus sehingga rumahnya menjadi bebas jentik. Kegitan lain yang dilakukan oleh puskesmas dengan melepas nyamuk DBD jantan mandul di wilayah kelurahan Ngaliyan bertujuan agar terjadi kontak kawin dengan nyamuk-nyamuk betina sehingga menghasilkan telur steril sehingga memutus rantai penularan penyait demam berdarah, cara ini lebih efektif dibandingkan dengan foging (Antara New, nyamuk mandul mulai perangi DBD di semarang, www.antaranew.com 21 mei 2013 , 08.25 20 agustus 2014 2. Kendala – kendala yang timbul dalam upaya menurunkan angka kesakitan Demam Beradarh Dengue. a. Puskesmas Berdasarkan wawancara mendalam dengan ke tiga (3) petugas P2M (pemberantasan penyakit menular) puskesmas didapatkan data sebagai berikut : Semua menyatakan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masih rendah. Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) belum serempak dan tidak bisa rutin seminggu sekali Masih terdapat warga yang tidak mau diperiksa jentik nyamuk dirumahnya Masyarakat menganggap fogging merupakan program yang paling baik untuk menurunkan angka kesakitan DBD. Kasus DBD di masyarakat belum bisa dilaporkan secara cepat ke puskesmas sehingga belum bisa ditangani secara cepat. Responden 1 menyatakan kendala yang timbul dalam menurunkan angka kesakitan demam berdarah dengue adalah perumahan mewah dan kawasan dekat industri serta pelaporan kasus demam berdarah dengue agar cepat ditanggulangi sehingga tidak menyebar ke warga lain melalui gigitan nyamuk. 25 Berdasarkan wawancara kendala yang dialami dalam menurunkan angka kesakitan DBD adalah partisipasi masyarakat dalam PSN masih rendah, tidak rutin dan belum serempak. Program PSN dengan kegiatan 3M Plus merupakan program yang efektif untuk memberantas demam berdarah dengue . 3M Plus meliputi (menutup, menguras, menimbun dan dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa dan memeriksa jentik secara berkala . Jika kegiatan tersebut dilakukan secara rutin dan serempak seminggu sekali oleh semua elemen masyarakat sangat efektif untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue.7 Masalah lain yang timbul adalah pelaporan penderita DBD dari masyarakat ke kader atau puskesmas , dengan keterlambatan laporan menyebabkan virus demam berdarah dengue memungkinkan menyebar ke orang sekitar sesuai dengan jarak terbang nyamuk tersebut. 7 3. Identifikasi media sosial online yang sering digunakan institusi Semua Sekolah Dasar Negeri menyatakan memiliki jaringan internet yang online dari jam 07.00 - 14.00 dan memiliki email serta operator mempunyai facebooks serta handphone Semua puskesmas menyatakan memiliki jaringan internet online dari jam 07.00 – 13,30, dan memiliki email serta handphone Semua Kelurahan menyatakan tidak memiliki jaringan internet online secara institusi , untuk pekerjaan menggunakan jaringan internet yang dimiliki petugas kelurahan dan memiliki handphone. Berdasarkan identifikasi media sosial online yang sering digunakan institusi puskesmas, kelurahan dan sekolah mempunyai handphone yang bisa digunakan untuk SMS. Berdasarkan hal tersebut Handphone sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat Indonesia.5 Tren ini tentu saja sangat mungkin untuk dimanfaatkan sebagai media penyebarluasan informasi, reminder, bahkan untuk mendapatkan report kasus di Masyarakat. . Di Philipina sudah diaplikasikan pelaporan kasus ibu hamil dari petugas kesehatan di desa ke pelayanan kesehatan terdekat dengan menggunakan SMS, serta reminder untuk pemeriksaan ibu hamil. Hal ini ditempuh karena sekarang hampir semua masyarakat menggunakan handphone dan selalu di tangan (on hand). Hal serupa 26 dilakukan oleh Program EMAS USAID untuk maternal health di beberapa proyek percontohan di Jawa Tengah. Untuk Puskesmas dan Sekolah Dasar Negeri sudah memiliki internet online sehingga bisa digunakan untuk email dan facebooks. Berdasarkan hal tersebut memungkinkan dikembangkan model SMS Geteway dan media sosial untuk pendidikan dan monitoring demam berdarah dengue di Semarang .6,7,8 4. Rumusan model pemberdayaan masyarakat untuk pemberantasn sarang nyamuk (PSN) berbasis media sosial online Tabel 1. Frekuensi responden berdasarkan penggunaan ponsel No Katagori Jumlah % 1. Ponsel reguler untuk SMS 74 72 2. Blackberry 11 10,5 3. Smartphone Android 18 17,5 Total 103 100 Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan 100% (103) responden memiliki ponsel (handphone) yang sebagian besar berupa ponsel reguler 72%(74), sebagian memiliki blackberry dan smartphone android yang menggunakan 3G.9 Hal itu menujukkan semua orang telah memiliki handphone untuk komunikasi terutama untuk telepon dan SMS .10, 11 27 C. Hasil kuesener dari Masyarakat 1. Karakteristik responden Tabel 2. Frekuensi responden berdasarkan Karakteristik Karakteristik Asal Kelurahan • Bringin • Kalipancur • Banbankerep • Wonosari Umur • 15-24 • 25-34 • 35-44 • 45-54 • 55-64 • >64 • Tidak menjawab Jenis Kelamin • Laki-laki • Perempuan Pendidikan • Tidak tamat SD • SD • SLTP • SLTA • D1/D2/D3 • S1 • S2 • S3 Pekerjaan • PNS • ABRI/Polri • Pegawai Swasta • Wirausaha (Pemilik usaha sendiri) • Pedagang • Guru/Dosen • Ibu Rumah Tangga • Lainnya • Tidak menjawab Aktivitas kemasyarakatan • Ketua RT/RW • Kader • Jumantik • Ketua PKK • Pokja PKK • Lainnya • Tidak menjawab 28 f (n=194) % 29 74 38 53 14,9 38,1 19,6 27,3 14 20 59 70 23 1 7 7,2 10,3 30,4 36,1 11,9 0,5 3,6 30 164 15,5 84,5 3 24 26 106 13 17 1 1 1,5 12,4 13,4 54,6 6,7 8,8 0,5 0,5 7 1 28 33 3 3 101 16 2 3.6 .5 14.4 17.0 1.5 1.5 52.1 8.2 1.0 8 6 4 3 9 97 67 4,1 3,1 2,1 1,5 4,6 50,0 34,5 Berdasarkan tabel di atas sebagian responden di atas sebagian besar responden dari kelurahan Kalipancur 74 (38,1%), sebagian besar berumur 45 – 54 th 70 (36,1%) , sebagian besar adalah perempuan 164 (84,5%), sebagian besar pendidikan SMA 106 (54,6%), sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga 101 (52,1%) dan sebagian besar tidak mempunyai aktivitas kemasyarakatan 97 (50%). 29 2. Pengetahuan responden Tabel 3. Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan tentang DBD Item pengetahuan Pengertian DBD • Penyakit yang menyerang sistem pencernaan • Penyakit yang menyerang sistem pernapasan • Penyakit yang menyerang sistem peredaran darah • Penyakit yang menyerang sistem syaraf • Tidak menjawab Gejala DBD • Lumpuh separo badan • Panas, muntah, diare • Panas, batuk, sesak napas • Panas, mimisan, bintik merah pada tangan, syok • Tidak menjawab Penyebab DBD • Bakteri • Virus • Cacing • Makanan • Tidak menjawab Cara penularan • Lewat makanan • Lewat udara • Lewat gigitan nyamuk • Lewat gigitan tikus • Tidak menjawab Tempat perkembangbiakan Nyamuk • Selokan • Tempat penampungan air bersih • Tubuh hewan • Tidak menjawab Bukan cara pencegahan DBD • Menggunakan obat nyamuk • Memakai pakaian panjang • Membunuh tikus • Melakukan 3M+ • Tidak menjawab Tidak termasuk 3M Plus • Menutup tempat penampungan air • Menguras tempat penampungan air • Menutup pintu & jendela ketika tidur • Menimbun barang bekas • Menggunakan obat nyamuk • Memelihara ikan pemakan jentik • Menggunakan abate • Tidak menjawab f (n=194) % 15 3 114 4 58 7.7 1.5 58.8 2.1 29.9 2 33 15 109 35 1.0 17.0 7.7 56.2 18.0 49 62 3 4 76 25.3 32.0 1.5 2.1 39.2 2 8 173 1 10 1.0 4.1 89.2 .5 5.2 58 123 2 11 29.9 63.4 1.0 5.6 12 15 135 16 16 6.2 7.7 69.6 8.2 8.2 14 7 109 19 15 8 2 20 7.2 3.6 56.2 9.8 7.7 4.1 1.0 10.3 Berdasarkan tabel di atas responden yang menjawab benar tentang pengertian DBD 30 Hanya 58,8%(114), menjawab benar tentang gejala DBD hanya 56,2%(109), penyebab DBD hanya 32%(62) , cara penularan DBD 89,6%(173) , tempat perkembiakan nyamuk DBD 63,4%(123), yang bukan cara mencegah DBD 69,%(135 ) dan yang tidak termasuk 3M plus 56,2%(109). 31 3. Perilaku responden terkait DBD Tabel 4. Frekuensi Responden berdasarkan Perilaku terkait DBD Item Praktik Kebiasaan tidur siang • Tidak pernah • Kadang-kadang • Sering • Selalu Kebiasaan Menggantung pakaian • Tidak pernah • Kadang-kadang • Sering • Selalu Kebiasaan menggunakan pakaian panjang • Tidak pernah • Kadang-kadang • Sering • Selalu Kebiasaan menggunakan obat nyamuk • Tidak pernah • Kadang-kadang • Sering • Selalu Kebiasaan menggunakan abate • Tidak pernah • Kadang-kadang • Sering • Selalu Pernah dilakukan fogging • Tidak pernah • Pernah, beberapa tahun sekali • Pernah, beberapa bulan sekali Punya tanaman pengusir nyamuk seperti lavender • Tidak punya • Punya, 1 pohon • Punya, beberapa pohon • Punya, banyak pohon • Tidak menjawab/tidak bisa diobservasi Punya ikan pemakan jentik • Tidak punya • Punya, hanya di 1 bak penampungan air • Punya di beberapa bak penampungan air • Punya, di semua bak penampungan sir • Tidak bisa/tidak mau diobservasi f (n=194) 43 77 23 51 22.2 39.7 11.9 26.3 78 64 25 27 40.2 33.0 12.9 13.9 54 84 33 23 27.8 43.3 17.0 11.9 80 62 17 35 41.2 32.0 8.8 18.0 102 75 9 8 52.6 38.7 4.6 4.1 33 118 43 17.0 60.8 22.2 167 12 2 1 12 86.1 6.2 1.0 .5 6.2 136 42 3 1 12 70.1 21.6 1.5 .5 6.2 Berdasarkan tabel di atas jawaban responden yang mempunyai kebiadaan selalu tidur siang ada 26,3%(51), yang mempunyai kebiasaan selalu menggantung 32 % pakaian bekas ada 13,9%(27), tidak pernah menggunakan pakaian panjang ada 27,8%(54), tidak pernah menggunakan obat nyamuk ada 41,2%(80), tidak pernah menggunakan abate ada 52,6%(102), tidak pernah dilakukan fogging ada 17% (33), tidak mempunyai tanaman pengusir nyamuk ada 86,1%(167) dan tidak Mempunyai ikan pemakan jentik ada 70,1% (136). 33 4. Jenis handphone yang dipakai dan frekuensi penggunaan dan fitur yang dipakai pada handphone Tabel 5. Jenis Handphone yang dipakai frekuensi penggunaan dan fitur yang dipakai pada handphone No Kategori Tipe Handphone 1. Handphone biasa (hanya untuk menelepon & SMS) 2. Blackberry 3. Smartphone/tablet Android 4. Tidak menjawab Frekuensi Penggunaan Handhone 1. Tidak pernah 2. Beberapa minggu sekali 3. Beberapa hari sekali 4. Setiap hari sekali 5. Beberapa kali sehari 6. Setiap jam sekali 7. Hampir setiap saat Penggunaan Handphone 1 Telepon • Tidak pernah • Kadang-kadang • Sering • Selalu • Tidak menjawab 2 SMS • Tidak pernah • Kadang-kadang • Sering • Selalu • Tidak menjawab 3 BBM • Tidak pernah • Kadang-kadang • Sering • Selalu • Tidak menjawab 4 Whatsapp • Tidak pernah • Kadang-kadang • Sering • Selalu • Tidak menjawab 5 Twitter • Tidak pernah • Kadang-kadang • Sering • Selalu • Tidak menjawab 34 F % 124 63,9 17 26 27 8,8 13,4 13,9 27 5 30 35 50 11 36 13,9 2,6 15,5 18,0 25,8 5,7 18,6 29 110 42 9 4 14.9 56.7 21.6 4.6 2.1 34 85 42 28 5 17.5 43.8 21.6 14.4 2.6 162 7 7 13 5 83.5 3.6 3.6 6.7 2.6 178 9 1 1 5 91.8 4.6 .5 .5 2.6 178 9 1 1 5 91.8 4.6 .5 .5 2.6 6 7 8 Facebook • Tidak pernah • Kadang-kadang • Sering • Selalu • Tidak menjawab Browsing • Tidak pernah • Kadang-kadang • Sering • Selalu • Tidak menjawab Lainnya (email, game, instagram, line, youtube) Tidak pernah Kadang-kadang Sering Tidak menjawab 172 10 6 1 5 88.7 5.2 3.1 .5 2.6 167 12 5 5 5 86,1 6,2 2,6 2,6 2,6 182 3 4 5 93,8 1,5 2,1 2,6 Sebagian besar responden menggunakan handphone biasa 63,9% (124), frekuensi penggunaan handphone sebagian besar 25,8% (50) beberapa kali sehari , kegunaan handphone untuk telepon sebagian besar menjawab kadang-kadang ada 56,7% (110) , untuk SMS sebagian besar menjawab kadang-kadang ada 43,8% (85), untuk BBM yang menjawab tidak pernah ada 83,5% (1620, untuk whatsapp yang tidak pernah ada 91,8% (178) ,untuk twitter yang tidak pernah ada 91,8% (178) , untuk facebooks yang tidak pernah ada 88,7% (172), untuk browsing yang tidak pernah ada 86,1% (167) dan untuk email, game, youtube tidak pernah ada 93,8%( 115). 35 5. Pendapat responden tentang pesan terkait DBD yang perlu disampaikan kepada masyarakat. Tabel 6. Frekuensi Pendapat Responden tentang Pesan terkait DBD yang perlu disampaikan kepada Masyarakat Pesan terkait DBD 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Himbauan untuk melakukan 3M+ Himbauan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan Himbauan untuk melakukan pemantauan jentik berkala Pesan tentang gejala DBD Alamat website yang bisa menjadi sumber informasi tentang DBD Alamat website untuk melaporkan kasus/penderita DBD Nomor telepon untuk mendapatkan informasi tentang DBD Nomor telepon untuk melaporkan kasus/penderita DBD Himbauan untuk segera memeriksakan anggota keluarga yang mengalami gejala DBD Lainnya (mengecek penampungan air, kebersihan lingkungan, cara pencegahan, cara penanganan, fogging, abate, minum jamu, PHBS) f n=194 115 100 37 30 59,3 51,5 19,7 15,5 4 2,1 4 7 7 2,1 3,6 3,6 11 5,7 43 22,2 % Berdasarkan tabel di atas pendapat responden tentang pesan terkait DBD yang perlu disampaikan kepada masyarakat adalah : himbauan untuk melakukan 3M+ ada 59,3% (115), himbauan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan ada 51,5% (100) , himbauan untuk melakukan pemantauan jentik berkala ada 19,7 (37), pesan tentang DBD ada 15,5 % (30). 6. Pendapat responden tentang media yang tepat untuk penyampaian pesan terkait DBD. Tabel 7. Frekuensi Pendapat Responden tentang media yang tepat untuk penyampaian pesan terkait DBD Media untuk penyampaianpPesan terkait DBD 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. SMS (pesan singkat) BBM (Blackberry Masanger) WhatsApp Twitter Facebook Website Lainnya (face to face, media cetak, televise) 36 f n=194 109 9 1 2 6 3 72 % 56,2 4,6 0,5 1,0 3,1 1,5 37,1 Berdasarkan tabel di atas pendapat responden tentang media yang tepat untuk penyampaian pesan terkait DBD sebagian besar terkait DBD adalah melalui SMS (pesan singkat) 56,2% (109). 7. Kontainer positif jentik Tabel 8. Frekuensi kontainer positif jentik Jenis container yang positif jentik 1. 2. 3. 4. 5. Bak Mandi Tandon air Dispenser Sampah/barang bekas Kontainer lainnya f n=194 27 6 2 1 21 % 17,5 3,1 1,0 0,5 10,8 Berdasarkan tabel di atas frekuensi kontainer paling banyak positif adalah bak mandi 17,5%(27) D. Spesifikasi SMS gateway yang dikembangkan The program was designed by XAMPP database server software, Macromedia dreamweaver for design the system interface, Gammu SMS for SMS gateway center 37 - Jadwal PSN - Jadwal - Laporan - Informasi -Rekapitulasi pertemuan Kasus DBD - Umpan Kasus DBD Hasil Per RT kader Survei jentik Jadwal Balik hasil - Jadwal PSN RT - Jadwal PSN PSN - Umpan - Jadwal survei Laporan Balik Pertemuan jentik Survei Kader PSN - Umpan Jentik -Informasi kasus Per RT balik DBD per RT survei jentik Bagan Integrasi Sistem Surveilans DBD berbasis Sosial Media 38 Berdasarkan bagan integrasi tersebut sebagai operator adalah Dinas Kesehatan Kota, sehingga server sistem dan modem ada di Dinas Kesehatan Kota. Media komunikasi yang dipakai adalah SMS, email dan facebooks.Sedangkan user dalam sistem ini adalah : • Masyarakat • Kader • Kelurahan • Puskesmas • Sekolah Untuk kerja sistem adalah sebagai berikut : 1. SMS dari Server ke masyarakat, kader , sekolah , kelurahan dan puskesmas a. Masyarakat 1). Reminder (pengingat) jadwal untuk PSN 2). Umpan balik hasil survei jentik di rumahnya. b.Kader 1) Reminder (pengingat) jadwal untuk survei jentik 2) Informasi kasus DBD 3) Informasi jadwal pertemuan kader. c. Puskesmas 1) Rekapitulasi hasil survei jentik setiap RT 2) Informasi jadwal pertemuan kader 3) Informasi kasus DBD per RT. d. Sekolah 1). Informasi jadwal PSN 2). Informasi kasus DBD. 2.SMS dari pengguna ke server a. Warga 1) Warga melaporkan kejadian DBD di sekitar rumahnya. 2) Untuk Laporan hasil Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di rumahnya. 3) Menambah data keluarga b. Kader 1) Kader melaporkan kejadian DBD di wilayah RT/RW. 2) Untuk laporan hasil survei jentik di wilayah RT/RW 3) Menambah data kader di wilayah RT/RW. c. Puskesmas 1) Puskesmas melaporkan kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas. 2) Untuk laporan rekapan hasil survei jentik dari masing-masing RT/RW 3) Informasi jadwal pertemuan kader/informasi kesehatan untuk kader 39 d. Kelurahan 1) Kelurahan melaporkan kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas 2) Rekapitulasi laporan rekapan hasil survei jentik seluruh RW di wilayah kerjanya. 3) Pengumuman untuk warga e. Sekolah Dasar 1) Sekolah Dasar melaporkan kejadian DBD di wiayah kerja puskesmas. 2) Melaporkan hasil kegiatan Pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan sekolah. 3. Email Fasilitas pengiriman pesan dari Server (DKK/Puskesmas) kepada pengguna (kelurahan, sekolah, kader, warga) lewat media sosial email. a. Kelurahan 1). Jadwal pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 2). Umpan balik laporan survei jentik wilayah kerja kelurahan. 3). Berita/informasi tentang demam berdarah. b. Sekolah 1). Jadwal pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 2). Umpan balik laporan survei jentik di sekolah 3). Berita/informasi tentang demam berdarah. c. Kader 1). Jadwal pemberantasan sarang nyamuk 2). Umpan balik laporan survei jentik di RT/RW 3). Berita/informasi tentang demam berdarah. d. Warga 1). Jadwal pemberantasan sarang nyamuk 2). Berita/informasi tentang demam beradarah 40 4. Sosial Media facebook Fasilitas pengiriman pesan dari Server (DKK/Puskesmas) kepada pengguna (kelurahan, sekolah, kader, warga) lewat email. a. Kelurahan 1). Jadwal pemberantasan sarang nyamuk 2). Umpan balik laporan survei jentik wilayah kerja kelurahan b. Sekolah 1). Jadwal pemberantasan sarang nyamuk 2). Umpan balik laporan survei jentik wilayah kerja kelurahan c. Kader 1). Jadwal pemberantasan sarang nyamuk 2). Umpan balik laporan survei jentik wilayah kerja kelurahan d. Warga 1). Pengingat untuk pemberantasan sarang nyamuk. 2). Informasi penyakit demam berdarah. 5. Situs media informasi (pendidikan) demam berdarah dengue a. b. c. d. e. Identifikasi jentik nyamuk Cara pemeriksaan jentik nyamuk Informasi penyakit demam berdarah Informasi tentang nyamuk demam berdarah Informasi kesehatan lainnya. Sistem SMS Gateway dan media sosial untuk monitoring dan pendidikan demam berdarah dengue dibuat berbasis web. Tujuan sistem dibuat dengan berbasis web untuk memudahkan user bisa mengirim dan mengakses dimanapun saat membawa handphone.12 Sistem SMS Gateway memudahkan semua warga dan kader dapat mengirim informasi ( kasus demam berdarah, laporan kegiatan PSN, survei jentik dan menerima pesan secara mudah menggunakan handphone regular. Tujuan Sistem SMS Gateway adalah untuk memudahkan proses transaksi dan informasi menjadi cepat sampai tujuan yang diharapkan.13 41 Manfaat dan tujuan sistem ini : 1. Sebagai media pendamping penyebaran informasi kader kepada warga 2. Sebagai media pelaporan kader dalam pemantauan ABJ 3. Sebagai media pelaporan kejadian kasus DB berbasis pemberdayaan Gambar keterkaitan database yang digunakan : OUTBOX: id updateinDB receivingdatetime text sendernumber coding UDH SMSCnumber INBOX: id updateinDB receivingdatetime text sendernumber coding UDH SMSCnumber USER: id idreg username password kantor level IP Browser Logtime DB: Id_abj Idkader namawarga tanggal WARGA: id Idwarga Idkader Namawarga Alamat Telepon KADER: id idkader namakader hp email kdkelurahan RT RW KELURAHA N: kdkelurahan kdkecamatan kdpuskesmas nmkelurahan telepon KECAMATA N: kdkecamatan nmkecamatan 42 ABJ: Id_abj Idkader tanggal jumlah PUSKESMA S: kdpuskesmas nmpuskesmas telepon Berikut hasil sistem pengembangan dari sistem surveilans DBD berbasis SMS gateway : 1. Halaman depan untuk menu utama atau dashboard 2. Halaman kader management untuk pengelolaan data kader (penambahan, update kader dan penghapusan kader) 43 3. Halaman penulisan atau pengiriman pesan 44 Bab VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Upaya –upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas, Kelurahan dan Sekolah dan masyarakat dengan PSN jumat bersih, survei jentik oleh kader , pelepasan nyamuk jantan mandul 2. Kendala-kendala dalam menurunkan angka kesakitan demam berdarah Peran masyarakat masih kurang , PSN belum serentak dan rutin dan masyarakat belum bisa melaporkan ke puskesmas secara cepat sehingga belum bisa ditangani secara cepat. 3. Media sosial online yang sering digunakan institusi a. Puskesmas dan Sekolah Dasar Negeri sudah terdapat internet yang online dari jam 07.00 sampai jam 14.00 dan semua sekolah sudah memiliki email dan facebooks b. Kelurahan belum mempunyai internet online , untuk email dan facebooks milik pribadi. 4. Sebagian besar responden dari kelurahan Kalipancur 74 (38,1%), sebagian besar berumur 45 – 54 th 70 (36,1%) , sebagian besar adalah perempuan 164 (84,5%), sebagian besar pendidikan SMA 106 (54,6%), sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga 101 (52,1%) dan sebagian besar tidak mempunyai aktivitas kemasyarakatan 97 (50%). 5. Responden yang menjawab benar tentang pengertian DBD menjawab benar tentang gejala DBD hanya 56,2%(109), Hanya 58,8%(114), penyebab DBD hanya 32%(62) , cara penularan DBD 89,6%(173) , tempat perkembiakan nyamuk DBD 63,4%(123), yang bukan cara mencegah DBD 69,%(135 ) dan yang tidak termasuk 3M plus 56,2%(109). 45 6. Responden yang mempunyai kebiadaan selalu tidur siang ada 26,3%(51), menggantung selalu pakaian bekas ada 13,9%(27), tidak pernah menggunakan pakaian panjang ada 27,8%(54), tidak pernah menggunakan obat nyamuk ada 41,2%(80), tidak pernah menggunakan abate ada 52,6%(102), tidak pernah dilakukan fogging ada 17% (33), tidak mempunyai tanaman pengusir nyamuk ada 86,1%(167) dan tidak Mempunyai ikan pemakan jentik ada 70,1% (136). 7. Sebagian besar responden menggunakan handphone biasa 63,9% (124), frekuensi penggunaan handphone sebagian besar 25,8% (50) beberapa kali sehari , kegunaan handphone untuk telepon sebagian besar menjawab kadang-kadang ada 56,7% (110) , untuk SMS sebagian besar menjawab kadang-kadang ada 43,8% (85), untuk BBM yang menjawab tidak pernah ada 83,5% (1620, untuk whatsapp yang tidak pernah ada 91,8% (178) ,untuk twitter yang tidak pernah ada 91,8% (178) , untuk facebooks yang tidak pernah ada 88,7% (172), untuk browsing yang tidak pernah ada 86,1% (167) dan untuk email, game, youtube tidak pernah ada 93,8%( 115). 8. Pendapat responden tentang pesan terkait DBD yang perlu disampaikan kepada masyarakat adalah : himbauan untuk melakukan 3M+ ada 59,3% (115), himbauan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan ada 51,5% (100) , himbauan untuk melakukan pemantauan jentik berkala ada 19,7 (37), pesan tentang DBD ada 15,5 % (30). 9. Pendapat responden tentang media yang tepat untuk penyampaian pesan terkait DBD sebagian besar terkait DBD adalah melalui SMS (pesan singkat) 56,2% (109). 10. Frekuensi kontainer paling banyak positif adalah bak mandi 17,5%(27) 11. Memungkinkan dibuatnya model SMS dan media sosial untuk pendidikan dan monitoring demam berdarah dengue di Kota Semarang. 46 Saran 1. Upaya upaya menrunkan angka kesakitan DBD dengan PSN serempak dan rutin. 2. Memungkinkan dikembangkan model pemberdayaan masyarakat untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN) menggunakan SMS gateway. 3. Memungkinkan dikembangkan model pemberdayaan institusi seperti puskesmas, kelurahan dan sekolah dasar negeri. 47 48 49 50 DAFTAR PUSTAKA 1. WHO, Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control, 2nd edition. Geneva, 2007: World Health Organization. 2. Sumarmo Poerwo Soedarmo. , Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia. (1998) Dalam: Sri Rejeki H. 3. WHO, Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah , Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004. 4. Guzman MG and Gustavo K, Dengue: an update. The Lancet. 2 (2001): 33-42. 5. Halstead S , Dengue. Lancet. 370, 2007 : 1644-1652. 6. Gavin Screaton , Protein Membran Prekursor (PRM) , Imperial College London, 2010 7. Rico-Hesse R, Harrison L, Nisalak A, Vaugh DW, Kalayanarooj S, Green S, Rothman AL and Ennis FA, Molecular evolution of dengue type 2 virus in Thailand. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene 58, (2007) : 96-101. 8. McBride WJH and Bielefeldt-Ohmann H, Dengue viral infections; pathogenesis and epidemiology. Microbes and Infection. 2, 2000 :1041-1050 9. Sujan Shresta , Manosa Binding Lectin (MBL), Walter Reed Army Institut Penelitian dan University of Copenhagen, Denmark, Science Daily 2011 10. Chaturvedi UC, Agarwal R, Elbishbishi EA and Mustafa AS, Cytokine cascade in dengue hemorrhagic fever: implications for pathogenesis. FEMS Immunology and Medical Microbiology. 28 , 2000 : 183-188. 11. Abbas AK, Lichtman AH and Pillai S, Cellular and Molecular Immunology. 6th Ed. Saunders Elsevier, 2007 12. Lei Huan Yao et al, Immunopathogenesis of Dengue Hemorrhagic fever , American Journal of Infectious Disease , 2008 13. Restrepo BN, Ramirez RE, Arboleda M, Alvarez G, Ospina M, Diaz FJ, Serum Levels of Cytokines in Two Ethnic Groups with Dengue Virus Infection. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene. 79(5), 2007 : 673677. 51 14. Dominique L. Piché, Immunopathogenesis of Dengue Hemorrhagic Fever, Journal of Young Investigators, 2009 15. Raghupathy R, Chaturvedi UC, Al-Sayer H, Elbishbishi EA, Agarwal R, Nagar R, Kapoor S, Misra A, Mathur A, Nusrat H, Azizieh F, Khan MAY and Mustafa AS. Elevated levels of IL-8 in dengue hemorrhagic fever. Journal of Medical Virology. 56 (3) 1998 : 280-285. 16. (Ashley St John, Duke-NUS Graduate Medical Schoolin Singapura) 17. Gould EA, Solomon T, "Pathogenic flaviviruses". The Lancet 371 (9611), 2008 : 500–9. doi:10.1016/S0140-6736(08)60238-X. PMID 18262042. Dominique L.P, Immunopathogenesis of the Dengue Hemorrhagic Fever, Journal of Young Invertigator,Mount Allison University, Volume 9 2009. 18. Word Health Organization (WHO), Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue & Demam Berdarah Dengue. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004 19. Thomas Suroso dan Ali Imron Umar , Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue , 1998 20. DepKes RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Pelaksanaan PSN DBD di Sekolah (Bagi Tim Pembina UKS , Jakarta 1995 21. Van der Schaar HM, Wilschut JC and Smit JM, Role of antibodies in controlling dengue virus infection. Immunobiology. 10, 2008 : 1018. 22. Heinz FX, Stiasny K and Allison SL, The entry machinery of flaviviruses. Archives of Virology Supplementum 18, 2004 :133–137. 25 23. Charnsilpa W, Takhampunya R, Endy T, Mammen M, Libraty D and Ubol S, Nitric oxide radical suppresses replication of wild-type dengue 2 viruses in vitro. Journal of Medical Virology. 77(1), 2005 : 89-95. 24. Rothman et al, Immunology and Immunopathogenesis of Dengue Disease, Academic Press, San Diego 2003 , 60 : 397-419 25. Khanam S, Etemad B, Khanna N and Swaminathan S, Induction of neutralizing antibodies specific to dengue virus serotypes 2 and 4 by a bivalent antigen composed of linked envelope domains III of these two serotypes. American Journal of Tropical 52 Medicine and Hygiene. 74(2), 2006 : 266-277. 26. Normile D (2007) Tropical diseases. Hunt for dengue vaccine heats up as the disease burden grows. Science .317:1494-1495 27. Halstead, S, Neutralization and antibody-dependent enhancement of dengue viruses. Adv. Virus Res.60, 2003 : 421-467. 28. Martina BE, Koraka P, Osterhaus AD, Dengue Virus Pathogenesis: an Integrated View". Clin. Microbiol. 2009 Rev. 22 (4): 564–81. 29. Johnson AJ and Roehrig JT, New mouse model for dengue virus vaccine testing. Journal of Virology 73, 1998 :783-786. 30. Gubler DJ and Kuno G, eds, Dengue and dengue haemorrhagic fever. New York: CAB International, 1997 :175-98. 31. Kathy S. Wang, David A. Frank, and Jerome Ritz. Blood, Vol 95 No. 10 pp. 3183:3190 "Interleukin-2 enhances the response of natural killer cells to interleukin-12 through upregulation of the interleukin-12 receptor and STAT4". 32. Baeyens, KJ et al. (1999) Jan Vilaek and Tae H. Lee, Tumor Necrosis Factor, The American Society for Biochemistry and Molecular Biology, Inc.Printed in U.S.A.No. 12, 1991 , pp. 7313-7316 33. Jan Vilaek and Tae H. Lee (1991) , Tumor Necrosis Factor, Vol. 266, No. 12, Issue of April 25, 1991 pp. 7313-7316,1991 The Journal Biological Chemistry 34. Shigeo Koyasu and Kazuyo Moro, Type 2 innate immune responses and the natural helper cell, Immunology 132, 2011, 475-481 35. Loems Ziegler-Heitbrock, et al, Nomenclature of monocytes and dendritic cells in blood, The American Society of Hematology Volume 116 , 2010 36. James Whitehorn and Jeremy Farrar, Dengue , British Medical Bulletin , Oxford University Press , 2010; 95: 161–173 37. Duke Medicine News and Communications, Duke-NUS Researchers Identify New Cell that Attacks Dengue Virus, May 2011. 53 38. Kobporn Boonnak, Kaitlyn M. Dambach, Gina C. Donofrio Boonrat Tassaneetrithep,1,3 and Mary A. Marovich, Cell Type Specificity and Host Genetic Polymorphisms Influence Antibody-Dependent Enhancement of Dengue Virus Infection, Journal of virology 2011, 85(4):1671. DOI: 10.1128/JVI.00220-10 39. Intergovermental Panel on Climate Change, Insiden Demam Berdarah Dengue di Indonesia , 1996 40. Edson Marchiori et al, Pulmonary hemorrhage syndrome associated with dengue fever, High-resolution computed tomography findings a case report, Orphanet Journal of Rare Diseases 2009, 4:8 doi:10.1186/1750-1172-4-8 41. Jarman Richard, Factor Influencing Dengue virus Isolation by C6/36 Cell Culture and Masquito Inoculation of Nested PCR Positive Clinical, American Society of Microbiology, 2009 42. Collin, P., Rahilly, K., Third, A., & Richardson, I. (2010). Literature review: Benefits of social networking services. Sydney, Australia: CRC for Young People, Technology and Wellbeing. 43. Lefebvre C. (2009). Integrating cell phones and mobile technologies into public health practice: A social marketing perspective. Health Communication Practice, 10(4), 490– 494. 44. Lenhart, A., & Madden, M. (2007) Social networking websites and teens: An overview. Washington, DC: Pew Internet & American Life Project. Retrieved from http://www.pewinternet.org/Reports/2007/Social-Networking-Websites-and-Teens.aspx 45. Dwi Andi Susanto. Jumlah pengguna Facebook di Indonesia menyusut. http://www.merdeka.com/teknologi/jumlah-pengguna-facebook-di-indonesiamenyusut.html. Diakses tanggal 31 Mei 2013 46. OperatorOptimalkanTeknologi3G. http://tekno.kompas.com/read/2013/05/27/03081059/operator.optimalkan.teknologi.3g 54 47. Jumlah Pengguna Internet di Indonesia dan Dunia (2013) http://artikelbahasaindonesia.org/artikel-pendidikan/jumlah-pengguna-internet-diindonesia-dan-dunia-2013/ 48. Indonesia, Surga Industri Seluler. http://mizan.com/news_det/indonesia-surga-industriseluler.html. 55 56 57