hiber zaenal - Universitas Dian Nuswantoro

advertisement
Kode 351 / Kesehatan Masyarakat
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN HIBAH BERSAING
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK
PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) BERBASIS
MEDIA SOSIAL ONLINE UNTUK MUNURUNKAN
ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE
Tahun ke-1 dari rencana 2 tahun
TIM PENGUSUL
dr. Zaenal Sugiyanto,M.Kes (NIDN.0610076501)
Nurjanah, SKM, M.Kes (NIDN.0629107502)
Arif Kurniadi , SKom, M.Kom (NIDN.0622087601)
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG
NOVEMBER, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
ii
RINGKASAN
Pencegahan Demam Berdarah belum bisa dilakukan dengan vaksin karena
belum tersedia. Satu-satunya cara mencegah penularan penyakit ini adalah
memutus rantai penularan dengan memberantas vektor atau nyamuk penularnya
(Aedes Aegypti). Nyamuk ini tersebar di rumah , sekolah, maupun tempat-tempat
umum lainnya. Di Indonesia, kendala utama program adalah partisipasi
masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masih rendah.
Keberhasilan kegiatan PSN dapat diukur dengan meningkatnya angka bebas jentik
(ABJ) yang diperoleh dari pemeriksaan jentik secara berkala (PJB). Untuk
menjaga suatu daerah pemukiman aman dari ancaman penyakit DBD maka ABJ
harus dipertahankan sampai waktu tak tertentu. Untuk itu diperlukan kegiatan
PSN yang berkesinambungan, dan PSN ini merupakan program yang paling
diandalkan daripada insektisida yang berupa pangasapan (fogging) dengan
Malathion dan penaburan Abate Temephos sebab kedua cara penanggulangan
dengan menggunakan zat kimia ini belum memberikan hasil yang optimal yaitu
menaikkan ABJ riil ≥95. Nilai ABJ yang kurang dari 95 berarti virus dengue
masih mempunyai peluang menular.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model
pencegahan demam berdarah dengue untuk menurunkan angka kejadian penyakit
demam berdarah dengue, khususnya di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
Keluaran kegiatan penelitian ini yaitu sebuah model upaya penurunan angka
kejadian penyakit demam berdarah dengue melalui pengembangan teknologi
yang sering mereka gunakan seperti: SMS, Blackberry Messenger dan Twitter
yang dapat dimanfaatkan untuk upaya pemberdayaan masyarakat berupa
reminder, mengirim pesan kesehatan, bahkan bisa dikembangkan untuk system
kewaspadaan dini terhadap kasus DBD.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif
dan kuantitatif. Sasaran penelitian ini masyarakat dan anak sekolah di wilayah
Kecamatan Ngaliyan. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 tahap (tahun).
Pada tahap 1 (tahun ke-1), akan dilakukan penggalian permasalahan dalam
program PSN DBD dan potensi adanya dukungan kelompok masyarakat dan
anak sekolah, serta assessment pemanfaatan media sosial oleh masyarakat.
Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis karakteristik dan kesiapan
mereka mengadaptasi media sosial untuk pencegahan DBD.
Penelitian tahun ke-2 menggunakan metode kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan penelitian Quasi Experiment (penelitian eksperimen
semu) dengan rancangan Non Randomized One Group Pretest- Posttest Design,
untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara sebelum dan setelah adanya
penerapan model. Metode kualitatif juga digunakan pada tahap ini untuk menggali
berbagai informasi selama pelaksanaan penelitian, sehingga diharapkan dapat
mengungkap adanya fenomena dan interaksi dari subjek penelitian, yang
dihasilkan dari model pembrantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah
dengue yang diterapkan.
Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas, Kelurahan , Sekolah
dan masyarakat dengan PSN jumat bersih, survei jentik oleh kader dan pelepasan
nyamuk jantan mandul. Kendala – kendala dalam menurunkan angka kesakitan
demam berdarah karena peran masyarakat masih kurang, PSN belum serentak
dan rutin dan masyarakat belum bisa melaporkan ke puskesmas secara cepat
iii
sehingga belum bisa ditangani secara tepat. Media sosial online yang sering
digunakan institusi puskesmas dan sekolah dasar adalah email dan facebooks.
Pendapat responden tentang media yang tepat untuk penyampaian pesan terkait
DBD sebagian besar terkait DBD adalah melalui SMS (pesan singkat) 56,2%
(109).Frekuensi kontainer paling banyak positif adalah bak mandi 17,5%(27)
Memungkinkan dikembangkan model pemberdayaan masyarakat untuk
pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) menggunakan SMS gateway.
Memungkinkan dikembangkan model pemberdayaan institusi seperti
puskesmas, kelurahan dan sekolah dasar negeri.
iv
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, taufik dan
hidayahNya sehingga Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing Model
Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Berbasis Media Sosial Online Untuk Menurunkan Angka Kesakitan Demam
Berdarah Dengue dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Direktorat Jendral Perguruan Tinggi yang telah memberikan anggaran
untuk penelitian ini.
2. KOPERTIS WILAYAH VI
3. Rektor Universitas Dian Nuswantoro, Dr.Ir Edi Noersasongko, M.Kom,
yang telah memberikan dukungan dan ijin dalam penelitian ini.
4. Dekan Fakultas Kesehatan UDINUS, Dr.dr. Sri Andarini
Indreswari,M.Kes yang telah memberikan dukungan dan ijin dalam
penelitian.
5. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Kota Semarang
yang telah memberikan ijin dalam penelitian.
6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang yang telah memberikan ijin
dalam penelitian.
7. Kepala UPDC Pendidikan Kecamatan Ngaliyan yang telah memberikan
ijin penelitian.
Semoga laporan kemajuan penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat,
khususnya dalam menurunkan angka kesakitan demam berdarah dengue.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………...i
RINGKASAN…………………………………………………………………….ii
PRAKATA..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ivi
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vii
BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................1
A.
LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
B.
Urgensi/Keutamaan penelitian ................................................................. 4
C.
Temuan atau Inovasi ............................................................................... 5
D.
Penerapannya ............................................................................................ 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................6
A.
Definisi Demam berdarah Dengue. ......................................................... 6
B.
Diagnosis DBD......................................................................................... 6
D.
Epidemiologi DBD ................................................................................. 10
E.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ................................................. 12
F. MEDIA SOSIAL........................................................................................ 12
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .......................................14
BAB IV. METODE PENELITIAN ......................................................................16
Bab. V. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................22
Bab VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................48
vi
1.Kerangka konsep
2.Alur penelitian
3.Proses penelitian
vii
BAB 1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengue dianggap penyakit yang ditularkan nyamuk yang paling
umum dan paling penting virus di dunia saat ini. Ada sekitar 2,5 miliar orang
berisiko untuk tertular virus dengue, dan sampai 50 juta – 100 juta terinfeksi
dan 22.000 atau 2,5% kematian setiap tahunnya, yang sebagian besar adalah
anak-anak. (WHO, 2004) Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis pernah
mengalami letusan demam berdarah dengue. Sementara itu lebih kurang
500.000 kasus tiap tahun dirawat di rumah sakit karena sindrom demam
berdarah dengue/dengue syok dengan sekitar 10% diantaranya meninggal
dunia. (Guzman MG and Gustavo K,2001)
Tahun 2007 CFR DBD di
Indonesia sebesar 1% dengan IR 71,78/100.000 penduduk dan pada tahun
2008 CFR DBD sebesar 0,86% dengan IR 60,02/100.000 penduduk. (WHO,
2004)
Sebenarnya vaksin untuk mencegah DBD maupun obat terhadap virus
penyebabnya belum tersedia. Satu-satunya cara mencegah penularan penyakit
ini adalah memutus rantai penularan dengan memberantas vektor atau
nyamuk penularnya (Aedes Aegypti). Nyamuk ini tersebar di rumah, sekolah,
maupun tempat-tempat umum lainnya. Di Indonesia pada umumnya
pengendalian nyamuk penular (vektor) DBD masih mengalami kendala.
Kendala utama adalah partisipasi masyarakat dalam pembrantasan sarang
nyamuk (PSN) masih rendah. Keberhasilan kegiatan PSN dapat diukur
dengan meningkatnya angka bebas jentik (ABJ) yang diperoleh dari
pemeriksaan jentik secara berkala (PJB). Untuk menjaga suatu daerah
pemukiman aman dari ancaman penyakit DBD maka ABJ harus
dipertahankan sampai waktu tak tertentu. Untuk itu diperlukan kegiatan PSN
yang berkesinambungan, dan PSN ini merupakan program pemerintah yang
paling diandalkan daripada insektisida yang berupa pangasapan (fogging)
dengan Malathion
dan penaburan Abate Temephos. Sebab kedua cara
penanggulangan dengan menggunakan zat kimia ini belum memberikan hasil
yang optimal, dalam arti tidak dapat menaikkan ABJ riil sama atau lebih
1
besar dari 95. Padahal nilai ABJ yang kurang dari 95 berarti virus dengue
masih mempunyai peluang menular (Depkes RI, 1995). (Sitorus dan
Ambarita, 2004).) TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik
atau pupa Aedes aegypti adalah TPA rumah tangga yang berasal dari bahan
dasar logam. Jenis TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik
atau
pupa Aedes aegypti adalah TPA jenis tempayan. Jenis TPA yang
ditemukan positif jentik Aedes aegypti yang berada di dalam atau di luar
rumah ada 3 yaitu drum, bak mandi, dan ember plastik (Sitorus dan Ambarita,
2004. Pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M secara berkesinambungan
belum bisa dilaksanakan karena partisipasi masyarakat yang masih rendah.
Untuk itu diperlukan upaya pencarian model pembrantasan yang efektif yang
bisa diterapkan khususnya di Semarang dan umumnya di Indonesia.
Handphone sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat Indonesia.
Sampai awal tahun 2013, jumlah pengguna telepon seluler di Indonesia
diperkirakan mencapai 100 juta, sementara jumlah kartu SIM telepon seluler
yang beredar di negara ini ditaksir sekitar 250 juta unit (Kompas, 28/3/2013).
Sedangkan pengguna telepon seluler di Indonesia yang memakai layanan
teknologi 3G mencapai sekitar 20 persen dari total pemilik ponsel di
Indonesia. Sedangkan berdasarkan data yang dihimpun oleh Asosiasi
Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), hingga akhir 2011 lalu jumlah
pelanggan selular Indonesia jauh lebih besar ketimbang jumlah penduduk
Indonesia. Jika dibandingkan antara jumlah pengguna ponsel di Indonesia
yang mencapai 250 juta, dengan jumlah penduduk yang hanya 240 juta,
Indonesia memiliki penetrasi seluler sebesar 110 persen. Angka tersebut
disebabkan karena tidak sedikit penduduk Indonesia yang memiliki dua jenis
telepon genggam untuk berkomunikasi, GSM dan CDMA.
Tren ini tentu saja sangat mungkin untuk dimanfaatkan sebagai media
penyebarluasan informasi, reminder, bahkan untuk mendapatkan report kasus
di Masyarakat. Di Philipina sudah diaplikasikan pelaporan kasus ibu hamil
dari petugas kesehatan di desa ke pelayanan kesehatan terdekat dengan
menggunakan SMS, serta reminder untuk pemeriksaan ibu hamil. Hal ini
2
ditempuh karena sekarang hampir semua masyarakat menggunakan
handphone dan selalu di tangan (on hand). Hal serupa dilakukan oleh
Program EMAS USAID untuk maternal health di beberapa proyek
percontohan di Jawa Tengah.
Seiring dengan penggunaan teknologi komunikasi berupa smartphone
dan tablet, terjadi peningkatan yang signifikan dalam penggunaan social
media. Media sosial adalah media yang memungkinkan penggunanya untuk
membuat profil, membuat jaringan personal online, membuat nyata jaringan
online mereka diketahui oleh orang lain, masyarakat umum, maupun
organisasi, dalam suatu dialog, berbagi pesan, mencampur berbagai hal, dan
membuat media. Sosial media dapat berupa pesan di message board dan
forum, weblogs, wikis (tipe dari website yang memungkinkan pengguna
untuk mengedit dan membuat halaman), situs video dan foto, musik, situs
campuran, situs berita social dimana pengguna dapat melakukan penilaian
terhadap artikel, meninggalkan komentar dan debat, social bookmarking dan
tagging, microblogs, atau kombinasi dari banyak hal. (Collin et al., 2010;
Lenhart & Madden, 2007; Lefebvre, 2009). Media social yang paling popular
di Indonesia adalah Facebook, Youtube, Twitter, Google+ dan Whatsapps.
Pada bulan Januari 2012, pengguna Facebook di Indonesia mencapai
51.515.480 orang. Indonesia menjadi negara dengan pengguna Facebook
terbanyak keempat di bawah Amerika Serikat, Brasil dan India tercatat mulai
dari tahun 2012 lalu. Hal ini mendorong peneliti untuk menfaatkan
handphone dan social media untuk media pemberdayaan masyarakat dalam
upaya pencegahan DBD.
Berdasarkan data yang pernah dirilis oleh APJII atau Jasa Internet
Indonesia menyebutkan angka 63 juta untuk pengguna internet di Indonesia.
Sementara berdasarkan data yang dilansir oleh www.internetworldstats.com
menyebutkan angka 55 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012.
3
Penggunaan media sosial yang besar ini dapat dimanfaatkan untuk
melakukan upaya sosialisasi program dan pemberdayaan masyarakat secara
serempak seperti pemberantasan sarang nyamuk.
Peneliti ini akan melakukan kegiatan selama dua tahun. Pada tahun
pertama akan dilakukan Pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masing-masing
rumah sebagai data awal. Kemudian akan dilakukan identifikasi
upaya
(model) yang telah dilakukan masyarakat, sekolah dan puskesmas dalam
memberantas
penyakit demam
berdarah
dengue dengan melihat
kelemahan/kekurangan upaya (model) yang telah dilakukan masyarakat,
sekolah dan puskesmas dalam memberantas penyakit demam berdarah
dengue. Pada akhir penelitian tahap 1 akan dibuat model baru yang cocok
untuk
memberantas
penyakit
demam
berdarah
dengue dengan
memanfaatkan media sosial. Pada tahun kedua, akan dilakukan uji coba
model baru untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue dengan
mengidentifikasi kelemahan/kekurangan model , kemudian memperbaiki
kelemahan/kekurangan
model dan pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di
masing-masing rumah sebagai data awal. Eksperimen akan dilakukan dengan
menerapan model baru yang telah diperbaiki. Untuk menguji efektifitas
model maka akan dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masingmasing rumah setelah penerapan model baru dan disimpulkan efektifitas
program
B. Urgensi/Keutamaan penelitian
1. Kasus Demam berdarah menyerang semua propinsi di Indonesia dan
setiap tahun
selalu
ada terutama
musim hujan serta potensial
menyebabkan wabah.
2. Penyakit
Demam Berdarah sering menimbulkan kematian terutama
yang mengalami DSS (Dengue Syok Syndrom).
3. Belum ada obat
atau
vaksin
berdarah.
4
untuk mengobati
penyakit demam
4. Selama ini berbagai upaya pemberdayaan masyarakat banyak menemui
kendala terutama terkait dengan peran serta masyarakat yang rendah.
Media sosial dinilai mempunyai kemungkinan besar untuk dimanfaatkan
sebagai sarana untuk meningkatkan peran serta masyarakat tersebut.
C. Temuan atau Inovasi
Penemuan model pemberantasan demam berdarah dengue di Kota
Semarang dengan memanfaatkan sosial media untuk meningkatkan peran
serta masyarakat.
D. Penerapannya
Model ini akan diterapkan pada masyarakat dengan tingkat penggunaan
gadget dan social media yang tinggi. Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang
dinilai tepat karena lokasi ini banyak terdapat perumahan yang dihuni oleh
golongan menengah. Partisipasi untuk melakukan pemantauan jentik berkala
di daerah semacam ini rendah sehingga perlu upaya inovatif dengan
memanfaatkan teknologi.
5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Demam berdarah Dengue.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu dari banyak
penyakit yang
disebabkan oleh virus yang ditandai dengan demam dan
disertai dengan perdarahan. Penyabab DBD adalah virus dengue, yang
termasuk dalam group B arthopode borne virus (arboviruses). Akibat yang
ditimbulkan oleh infeksi virus dapat bervariasi, mulai dari tanpa gejala (silent
dengue infection) hingga yang paling berat yaitu Dengue Syock Syndrome
(DSS). DBD merupakan salah satu manifestasi berat dari infeksi berat dari
infeksi virus dengue. Secara klinis DBD dibedakan atas empat derajat :
1. Derajat 1. : demam disertai gejala tidak khas
2. Derajat 2 : tanda derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan / atau
perdarahan ditempat lain.
3. Derajat 3 : ditemukan kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan nadi cepat
dan halus, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin
dan lembab, penderita menjadi gelisah
4. Derajat 4 : renjatan berat dengan nadi yang tak teraba dan tekanan darah
tak terukur
B. Diagnosis DBD
Demam Berdarah Dengue (DBD). Ini termasuk demam akut,
manifestasi perdarahan, jumlah platelet rendah (100.000 / mm3 atau kurang),
dan bukti obyektif dari kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas
vaskuler.(WHO,2007) DBD perdarahan dapat berupa petechaie, epistaksis,
ecchymosis, perdarahan gingiva atau gastrointestinal dan hypermenorrhea.
(
Gould EA, Solomon T, 2008).
6
C. Penularan DBD
Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi
dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan
kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Yang berada di
dalam dan disekitar rumah.
Nyamuk aedes tersebut dapat menularkan virus dengue kepada manusia
baik secara langsung yaitu setelah menggigit orang yang sedang mengalami
viremia, maupun secara tidak langsung setelah melalui masa inkubasi dalam
tubuhnya selama 8 – 10 hari (extrinsic incubation period). Pada manusia
diperlukan waktu 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menjadi sakit
setelah virus ke dalam tubuh .Pada nyamuk sekali virus masuk ke dalam dan
dapat berkembang biak di dalam tubuhnya, maka nyamuk tersebut akan dapat
menularkan virus selama hidupnya. Sedangkan pada manusia, penularan
hanya dapat terjadi pada saat tubuh dalam keadaan viremia yaitu antara 3-5
hari.
1.
Faktor yang mempengaruhi timbul Faktor-faktor yang mempengaruhi
Timbulnya Wabah. (DepKes RI, 1995)
a. Herd Immunity yang rendah
Yang dimaksud dengan herd immunity atau kekebalan
masyarakat di sini adanya daya tahan masyarakat terhadap
penyebaran penyakit infeksi. Dengan demikian jika kekebalan
masyarakat rendah, maka masyarakat mudah terserang penyakit.
Sementara itu apabila jumlah penderita meningkat dengan pesat
maka timbullah keadaan wabah. Akan tetapi dapat pula terjadi kasus
penurunan kekebalan sebagian besar anggota masyarakat. Hal ini
disebabkan oleh :
1) Bila sebagian dari anggota masyarakat tidak kebal lagi
7
2) Bila anggota masyarakat yang tidak memiliki kekebalan
berkelompok pada suatu daerah tertentu , sehingga kelompok
tersebut akan mudah terkena penyakit.
3) Tingginya kesempatan orang-orang yang tidak kebal untuk
nerkontak satu
sama lainnya . Timbulnya wabah disini ialah
karena orang yan kebal tidak lagi berfungsi sebagai persai
(pelindung) bagi yang tidak kebal.
b. Patogenisiti
Yang dimaksud dengan patogenisiti adalah kemampuan bibit
penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul
penyakit.
Secara
umum
disebutkan
bahwa
semakin
besar
kemampuan kuman menimbulkan penyakit, maka semakin besar
pula kemungkinan penyakit tersebut menjadi wabah.
c. Lingkungan yang buruk
Yang dimaksud dengan kondisi lingkungan disini adalah
seluruh
kondisi
yang
terdapat
disekitar
organism
tetapi
mempengaruhi kehidupan dan ataupun perkembangan organisme
tersebut. Berubahnya lingkungan menjadi buruk pada dasarnya
karena ekosistem yang telah ada tidak mampu lagi menyerap
perubahan yang terjadi. Dalam keadaan seperti ini akan timbul
banyak masalah, salah satu diantaranya adalah mendorong
timbulnya wabah. Secara umum lingkungan dibedakan atas tiga
macam, yaitu : lingkungan fisik, biologis dan lingkungan sosial.
2. Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Dalam
makalahnya
yang
berjudul
Epidemiologi
dan
penangulangan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia
saat ini , Tomas Suroso dan Ali Imran Umar pada dasarnya upaya
pengendalian nyamuk tersebut, yaitu dengan pembrantasan sarang
nyamuk (PSN), sebab pada dasarnya pembrantasan nyamuk dewasa
8
harus disertai dengan pembasmian jentik (larva) Aedes Aegypti, karena
jentik akan menjadi nyamuk dewasa dalam bebapa hari. Selama masih
ada nyamuk dewasa dan dan orang yang mengidap virusnya akan terjadi
penularan ulang. Jentik ini dapat diberantas dengan meniadakan tempat
perindukannya sehingga nyamuk tidak berkesempatan berkembang biak.
Karena Aedes Agypti berkembang biak di air bersih tergenang yang tidak
langsung berhubungan dengan tanah., maka PSN ini terdiri dari :
a. Menguras bak mandi, jamban dan tempat penampungan air lainnya
sekurang-kurangnya seminggu sekali (karena perkembangan dari telur
sampai nyamuk 7-10 hari.
b. Menutup rapat tempat penampungan air (misalnya : tempayan,drum)
sehingga nyamuk tidak bisa masuk.
c. Membersihkan pekarangan atau halaman dari kaleng , botol, ban
bekas, tempurung , dan barang lain yang dapat menampung air agar
tidak menjadi sarang nyamuk.
d. Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung misalnya,
secara berkala.
e. Mencegah atau mengeringkan air yang tergenang di atap atau talang
f. Menutup lubang pohon atau bamboo dengan tanah.
g. Membubuhi garam dapur pada air perangkap semut.
Disamping cara diatas, untuk mencegah penyakit DBD
biasanya dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan pemakan jentik,
menabur larvasida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk,
menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa dan
memeriksa jentik secara berkala. Cara inilah kemudian dikenal dengan
metode “3M Plus”, yaitu menutup , menguras, menimbun, plus
beberapa langkah yang telah disebutkan. 22(Van der Schaar HM, 2008)
Menurut Thomas Suroso dan I Made Djaja keberhasilan
Kegiatan PSN upaya pendukung seperti :
9
a. Mengadakan
penyuluhan
kepada
masyarakat
luas
yang
berkesinambungan , dan yang diintensifkan selama satu bulan yaitu
pada waktu pelaksanaan kampanye PSN.
b. Karena usaha PSN sebenarnya sejalan dengan kampanye
ketertiban, kebersihan dan keindahan (K3) yang juga menjadi
program pemerintah, maka perlu mengintegrasikan PSN ke dalam
kampanye K3.
c. Mengadakan program penyediaan air bersih (PAB) disertai usaha
pemeliharaan kebersihannya.
d. Mengintegrasikan usaha PSN ke dalam program Usaha Kesehatan
Sekolah(UKS)dan Peningkatan Kesehatan Lingkungan (PKL)
dengan menambahkan kegiatan pemeriksaan jentik saat kunjungan
puskesmas ke sekolah, tempat-tempat umum dan rumah-rumah.
e. Penanggulangan fokus, yaitu kunjungan ke rumah kasus DBD
untuk penyuluhan (disertai pemeriksaan jentik) di rumah kasus dan
rumah-rumah sekitarnya.
D. Epidemiologi DBD
Vektor penyakit ini adalah virus Aedes aegygti yang banyak terdapat di
perkotaan, dan
Aedes albopictus di pedesaan. Penyebaran penyakit DBD
pada dasarnya bukan saja terjadi secara geografis akan tetapi juga secara
vertical. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa belakangan banyak dilaporkan
kasus pada usia dini( masa bayi) dan usia dewasa yang disertai syok.
Sebelumnya DBD belum pernah dilaporkan sebagai penyebab
kematian. Akan tetapi setelah ditemukan kasus DBD yang sisertai syok di
Filipina pada tahun 1953 maka penyakit ini kemudian merupakan penyakit
yang ditakuti karena banyak menimbulkan kematian.
Bagi para praktisi yang terlibat langsung dalam penanggulangan
penyakit ini,masih sering timbul pertanyaan. Banyak penderita dengan
keadaan klinis yang berat dapat disembuhkan dengan cara sederhana,akan
tetapi sebaliknya penderita yang dikategorikan ringan dapat berkembang
menjadi berat.
10
Teori klasik secondary heterologous dari Helstead yang menjelaskan
terjadinya penyakit DBD melalui jalur teori imunologi sampai sekarang
masih tetap dianut. Sebagian besar (80%) kasus DBD di Indonesia terjadi
pada anak usia di bawah 15 th, namun proporsi kasus yang terjadi pada orang
dewasa kemudian cenderung meningkat.
Hasil penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan perubahan beberapa gambaran
klinis DBD pada anak selama kurun waktu sepuluh tahun sejak 1975, juga
terjadi pergeseran usia penderita kearah yang lebih tua.
Sementara itu musim penularan DBD berkaitan dengan musim hujan.
Peningkatan insiden wabah DBD nampaknya terjadi setiap lebih kurang 5
tahun.
Jumlah penderita DBD meningkat antara bulan September sampai
pebruari yang mencapai puncaknya pada pada bulan januari. Di daerah urban
penduduk padat puncak penderita ialah bulan juni/juli bertepatan dengan awal
musim kemarau . Sedangkan menurut Soroso , kepadatan nyamuk Aedes
Aegypti akan meningkat pada waktu musim hujan , dimana terdapat banyak
genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk
Dengue dianggap penyakit yang ditularkan nyamuk yang paling umum
dan paling penting virus di dunia saat ini. Baru-baru ini, penyakit ini telah
menjadi masalah kesehatan utama masyarakat internasional. Ada sekitar 2,5
miliar orang berisiko untuk tertular virus dengue, dan sampai 50 juta infeksi
dan 22.000 kematian setiap tahunnya, yang sebagian besar adalah anak-anak.1
Virus dengue (DENV) adalah arbovirus yang menyebabkan demam berdarah
(DF), demam berdarah dengue (DBD) dan demam berdarah shock syndrome
(DSS) pada manusia.Virus dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes betina,
terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Ada banyak karakteristik yang membuat Aedes vektor sangat efisien
untuk transmisi virus, termasuk makan dan kebiasaan hidup. Nyamuk Aedes
adalah menggigit siang hari dan yang lebih disukai adalah darah manusia
dan mampu menggigit beberapa orang selama satu makan darah. Nyamuk
Aedes terdapat banyak di perkotaan dan berkembang biak di perairan stagnan
ditemukan dalam wadah, seperti ban bekas, kaleng dan sampah lainnya.
11
Distribusi dan kejadian DENV telah meningkat 30 kali lipat dalam 50 tahun
terakhir karena distribusi nyamuk meningkat, urbanisasi meningkat, kondisi
hidup yang buruk dengan kontrol nyamuk yang tidak memadai dan perjalanan
meningkat (WHO 2007 ), Guzman dan Kouri 2001). Virus dengue ditularkan
dan lazim di negara-negara tropis dan subtropis di seluruh dunia dan karena
karakteristik reproduksi dari vektor nyamuk itu sendiri.
E. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya memampukan masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah kegiatan menghidupkan tenaga masyarakat
agar mampu dan mau mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya sebatas
kemampuannya. Langkah-langkah dari pengembangan masyarakat ini
meliputi:
1. pendekatan tingkat desa,
2. survei diri (community self survey, CSS)
3. perencanaan
4. pelaksanaan dan penilaian
5. pemantapan dan pembinaan.
Sejalan dengan langkah-langkah strategi pendekatan edukatif, beberapa
kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam pemberdayaan masyarakat adalahsebagai berikut: melakukan penyuluhan kepada masyarakat, mengenal dan
menentukan masalah melalui survei diri, membentuk dan memanfaatkan
organisasi masyarakat, mendidik kader kesehatan, membuat studi banding ke
daerah percontohan (pilot project, memberikan bimbingan administratif dan
teknis, dan memberikan dana perangsang (stimulan)
F. MEDIA SOSIAL
Media social adalah media yang memungkinkan penggunanya untuk
membuat profil, membuat jaringan personal online, membuat nyata jaringan
online mereka diketahui oleh orang lain, masyarakat umum, maupun
organisasi, dalam suatu dialog, berbagi pesan, mencampur berbagai hal, dan
membuat media. Sosial media dapat berupa pesan di message board dan
forum, weblogs, wikis (tipe dari website yang memungkinkan pengguna
12
untuk mengedit dan membuat halaman), situs video dan foto, musik, situs
campuran, situs berita social dimana pengguna dapat melakukan penilaian
terhadap artikel, meninggalkan komentar dan debat, social bookmarking dan
tagging, microblogs, atau kombinasi dari banyak hal. (Collin et al., 2010;
Lenhart & Madden, 2007; Lefebvre, 2009).
13
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Umum Penelitian
Membuat Model Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) Berbasis Media Sosial Online Untuk Menurunkan Angka
Kesakitan Demam Berdarah Dengue
B. Tujuan Khusus Penelitian
1. Mengidentifikasi upaya-upaya yang telah dilakukan Puskesmas,
Kelurahan, Sekolah Dasar dan masyarakat untuk menurunkan angka
penyakit demam berdarah dengue.
2. Mengidentifikasi kelemahan/kekurangan upaya(model) yang telah
dilakukan Puskesmas, Kelurahan, Sekolah Dasar dan Masyarakat untuk
menurunkan angka penyakit demam berdarah dengue.
3. Mengidentifikasi media sosial online yang sering digunakan oleh
Puskesmas, Kelurahan, Sekolah Dasar dan Masyarakat.
4. Mengukur pengetahuan, sikap, lingkungan masyarakat dalam mencegah
penyakit demam berdarah dengue.
5. Melakukan pemeriksaan jentik (ABJ) di masing-masing rumah
6. Membuat
rancangan
model
pemberdayaan
masyarakat
untuk
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) berbasis media sosial online
untuk menurunkan angka kesakitan demam berdarah dengue.
C. Manfaat Penelitian
14
1. Sebagai salah satu model yang bisa dipakai untuk menurunkan angka
kesakitan demam berdarah dengue.
2. Menggunakan media sosial berbasis online lebih disenangi masyarakat
dan lebih cepat dalam menyampaikan media, laporan dan reminder
kepada masyarakat.
15
BAB IV. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis karakteristik dan
kesiapan mereka mengadaptasi media sosial untuk pencegahan DBD. Dalam
FGD akan digali informasi mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi
oleh masyarakat, berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PSN sebelumnya,
kendala dalam penerapan model PSN dengan pendampingan yang akan
diterapkan di kecamatan tersebut untuk kemudian dianalisis dan dicari
solusinya.
Penelitian tahap berikutnya menggunakan metode kuantitatif dengan
menggunakan
pendekatan
penelitian
Quasi
Experiment
(penelitian
eksperimen semu) dengan rancangan Non Randomized One Group PretestPosttest Design, untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara sebelum
dan setelah adanya penerapan model. Metode kualitatif juga digunakan pada
tahap ini untuk menggali berbagai informasi selama pelaksanaan penelitian,
sehingga diharapkan dapat mengungkap adanya fenomena dan interaksi dari
subjek penelitian, yang dihasilkan dari model
pembrantasan
sarang
nyamuk (PSN) demam berdarah dengue yang diterapkan.
3.2 Langkah Penelitian
1. Tahun pertama
Kegiatannya meliputi :
a. Pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masing-masing rumah sebagai
data awal
b. Mengidentifikasi
media sosial
berbasis online yang
sering
digunakan masyarakat.
c. Mengidentifikasi
masyarakat, sekolah
upaya (model)
yang telah
untuk menurunkan angka
berdarah dengue.
16
dilakukan
penyakit demam
d. Mengidentifikasi
kelemahan/kekurangan
upaya (model)
yang
telah dilakukan masyarakat, sekolah untuk menurunkan angka k
penyakit demam berdarah dengue
e. Membuat model baru yang berbasis media sosial berbasis web
yang cocok untuk untuk menurunkan angka
penyakit demam
berdarah dengue.
2. Tahun Kedua
Kegiatannya meliputi :
a. Membuat software media sosial berbasis online
b. Uji coba model baru untuk menurunkan angka
penyakit
demam berdarah dengue.
c. Maengidentifikasi kelemahan/kekurangan model yang diterapkan
d. Memperbaiki kelemahan/kekurangan model
e. Pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masing-masing rumah sebagai
data awal
f. Penerapan model baru yang telah diperbaiki .
g. Pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masing-masing rumah setelah
penerapan model baru
h. Dibandingkan hasil ABJ sebelum ada Kader DBD dengan ABJ
sesudah ada Kader DBD
i. Disimpulkan efektifitas program
17
3.3 Metode yang Digunakan
KERANGKA KONSEP
Pelayanan Kesehatan :
-Pengobatan
-Perawatan
Perilaku :
-Pengetahuan
-Sikap
-Praktik PSN
Lingkungan : sarang
nyamuk
Angka
Kesakitan
Demam
Berdarah
Dengue (DBD), ABJ
(Angka Bebas Jentik
-Larvasida
-Menggantung
pakaian
-Genangan
jernik(container)
-Kepadatan
nyamuk
air
jentik
-Mobilitas penduduk
-Adanya
barangbarang bekas.
-Tidur siang
-Obat anti nyamuk
-Memelihara ikan
Genetik
-Daya tahan
-Gizi
18
Analisis Perilaku Guru dalam
pelaksanaan
pembrantasan
sarang
nyamuk
Demam
berdarah di sekolah tahun
2007 (Studi Kasus di SD
Wilayah Kerja Puskesmas
Tambak Aji Kota Semarang)
Di danai oleh Departemen
Pendidikan Propinsi Jateng
Hasil Penelitian :
1. (96,0%) guru mempunyai
pengetahuan yang baik .
2. (80%) guru mempunyai
sikap yang baik
3. (98%) guru mempunyai
praktik yang baik.
4. Tidak ada
hubungan
antara tingkat pengetahuan
dan sikap dengan praktik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Tingkat
Prevalensi
Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kota
Semarang , didanai Balitbang Kota
Semarang tahun 2011
Hasil penelitian :
1. Ada pengaruh adanya barang –
barang bekas berserakan atau
Tempat Penampungan air dengan
prevalensi DBD di Kota Semarang
dengan p=0,014 dengan Probabilitas
93,4%,
2. Ada pengaruh pemberian anti
larvasida
pada
Tempat
Penampungan Air dengan prevalensi
DBD di Kota Semarang dengan
Prevalensi
0,032
dengan
probabilitas 68%
Model
Pemberdayaan
masyarakat untuk
pemberantasan
sarang
nyamuk
berbasis
media
sosial
online
untuk menurunkan
angka kesakitan
demam berdarah
dengue
tahun
2014
Peran Interleukine
12
untuk
mencegah Dengue
Syok
Syndrom
pada Tikus Balc
berdasarkan
parameter
Immunologi (TNF
alpha) tahun 2015
Menurunkan
angka
kesakitan
dan
kematian
penyakit Demam
Peran
ekstrak
manggis
untuk
larvasida jentik
nyamuk
Aedes
Aegypti
tahun
2014
19
Peran
meniran
(phyllanthus niruri
linn)
untuk
mencegah Dengue
Syok
Syndrom
pada Tikus Balc
berdasarkan
parameter
Immunologi (TNF
alpha) tahun 2016
berdarah dengue
.4. Proses penelitian pada Tiap Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Identifikasi
faktorfaktor yang
mempengar
hi
angka
kesakitan
DBD
Upaya –upaya
yang
telah
dilakukan untuk
menurunkan
angka DBD
Kendala-kendala
yang
timbul
dalam
upaya
menurunkan
angka kesakitan
DBD
Identifikasi
Media
sosial
online
yang
sering digunakan
masyarakat
Rumusan
model
pemberdaya
an
masyarakat
untuk
pembrantasa
n
sarang
nyamuk
berbasis
media sosial
online untuk
menurunkan
angka
kesakitan
DBD
Kelebihan
Uji
coba
Tahap
1
model
(Uji
coba
software)
Kelemahan
(rancangan
software)
20
Uji
coba
Tahap
II
model
Penerapan
model
pemberdayaan
masyarakat
untuk
pembrantasan
sarang nyamuk
berbasis media
sosial
online
untuk
menurunkan
angka kesakitan
DBD
3.5. Instrumen Penelitian
Wawancara
kepada Puskesmas, Kepala Sekolah, Kepala desa. Penyebaran kuesener
kepada masyarakat dan pedoman observasi untuk survei jentik.
21
Bab. V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kecamatan Ngaliyan
Luas kecamatan Ngalian adalah 3.989,70 Ha dengan 10 kelurahan dan jumlah
penduduk sebanyak 98.087 jiwa dan memiliki 3 Puskesmas : Ngaliyan , Purwoyoso dan
Tambak Aji serta jumlah SD Negeri sebanyak : 28 .
10 Kelurahan yang ada di Kecamatan Ngaliyan adalah :
1. Kelurahan Podorejo
2. Kelurahan Tambak Aji
3. Kelurahan Wonosari
4. Kelurahan Gondoriyo
5. Kelurahan Beringin
6. Kelurahan Purwosari
7. Kelurahan Kalipancur
8. Kelurahan Babankerep
9. Kelurahan Ngaliyan
10. Kelurahan Wates
Angka penderita demam berdarah (DB) di Kota Semarang tahun 2013 cukup tinggi
dibanding tahun –tahun sebelumnya. Tahun 2013 sebanyak 2184 kasus , tahun 2012 ada
1250 kasus dan tahun 2011 ada 1303 kasus. Sedangka angka kematian tahun 2013
adalah 25 orang, tahun 2012 ada 22 orang. Peringkat tertinggi Kecamatan Ngaliyan
dengan Incidence Rate (IR) 207/100.000 penduduk, disusul Kecamatan Tembalang IR
205/100.000 dan Kecamatan Genuk 156/100.000.
22
B. Hasil survei institusi
1. Upaya –upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka angka kesakitan
Demam Berdarah Dengue.
a. Puskesmas
Berdasarkan wawancara mendalam dengan ke tiga (3) petugas P2M (pemberantasa
penyakit menular) puskesmas didapatkan data sebagai berikut :
Upaya –upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan Demam
Berdarah Dengue :
Semua menyatakan dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) yang dilakukan oleh kader bersama masyarakat melalui kegiatan
jumat bersih dengan cara 3M Plus (menutup , menguras dan menimbun
barang bekas serta tidak menggantung pakaian bekas.
Semua menyatakan melakukan kegiatan survei jentik yang dilakukan oleh
kader jumantik
Melakukan kegiatan fogging (penyemprotan nyamuk) jika didapatkan ada 3
– 4 kasus demam berdarah.
Responden 1 menyatakan dengan melepaskan nyamuk demam berdarah jantan
mandul untuk mengurangi jentik nyamuk sehingga tidak menjadi nyamuk dewasa
dan melaksanakan Perda No 5 tahun 2010 tentang demam berdarah. Jika rumah
didapatkan jentik positif, maka akan dipasang stiker merah.
Responden 2 menyatakan dengan mengadakan lomba RW bebas jentik , agar
masyarakat selalu mengadakan kegiatan 3M Plus sehingga ABJ (angka bebas jentik
) bisa mencapai ≥ 95 agar aman dari demam berdarah dengue. Sedangkan upaya lain
dengan memasang larvitrap (alat perangkap larva nyamuk demam berdarah dengue).
Berdasarkan hasil wawancara petugas P2M puskesmas, Kelurahan , Sekolah Dasar
Negeri telah melakukan upaya untuk menurunkan angka kesakitan demam berdarah
dengue melalui kegiatan PSN oleh kader bersama masyarakat
b. Kelurahan
Upaya –upaya yang
berdarah dengue
dilakukan untuk
menurunkan
angka
kesakitan demam
Berdasarkan wawancara mendalam dengan 4 responden bagian Kepala Urusan
Kesejahteraan sosial Instansi Kelurahan didapatkan data sebagai berikut :
23
Semua menyatakan melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) seminggu sekali melalui kegiatan jumat bersih
Survei jentik oleh kader jumantik yang ada di setiap Kelurahan, RW,
RT dan hasil survei jentik dilaporkan ke Puskesmas
Fogging (penyemprotan nyamuk) jika ada kasus.
Responden 1 menyatakan dengan melakukan survei jentik beberapa RT oleh pihak
kelurahan.
Responden 2 menyatakan Dasa wisma melaporkan ke Kecamatan hasil survei jentik
10 rumah.
Responden 3 menyatakan dengan memberi abatisasi pada air.
c. Sekolah Dasar Negeri
Semua sekolah dasar menyatakan dengan melakukan kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan melalui kegiatan
jumat bersih dan membuat kebijakan murid memakai pakaian panjang
Sebagian kecil menyatakan menanam pohon pengusir nyamuk .
Berdasarkan hasil wawancara petugas P2M puskesmas, Kelurahan , Sekolah
Dasar Negeri telah melakukan upaya untuk menurunkan angka kesakitan demam
berdarah dengue melalui kegiatan PSN melalui kegiatan jumat bersih dengan 3M
Plus (menutup, menguras, menimbun dan dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan
pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan repellent, memasang obat
nyamuk, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa dan memeriksa
jentik secara berkala. Program ini yang paling efektif dan yang disarankan karena
bisa membasmi jentik nyamuk sehingga bisa menurunkan populasi nyamuk dewasa.
Keberhasilan kegiatan PSN harus dilakukan secara rutin dan serempak seluruh
komponen masyarakat. 7
Kegiatan memeriksa jentik berkala telah dilalukan oleh puskesmas dengan
bantuan kader dan masyarakat agar ABJ bisa ≥ 95 , ABJ kurang 95 berarti virus
dengue masih mempunyai peluang menular (Depkes RI, 1995). Upaya lain yang
dilakukan adalah fogging jika didapatkan di wilayah tersebut ditemukan 3 – 4 kasus .
Fogging menurut masyarakat yang paling diharapkan untuk menurunkan angka
kesakitan demam berdarah dengue, tetapi hanya bermanfaat untuk membunuh
nyamuk dewasa dan kurang efektif dibandingkan dengan PSN Plus , apalagi sudah
24
terjadi resisten tidak bermanfaat dan bisa menimbulkan dampak tidak baik terhadap
kesehatan manusia karena mengandung bahan insektisida. (7) program yang
dilakukan oleh puskesmas adalah melaksanakan melaksanakan Perda No 5 tahun
2010 tentang demam berdarah. Jika rumah didapatkan jentik positif, maka akan
dipasang stiker merah, dengan memasang stiker merah diharapkan masyarakat
merasa malu sehingga mau melakukan program 3 M Plus sehingga rumahnya
menjadi bebas jentik. Kegitan lain yang dilakukan oleh puskesmas dengan melepas
nyamuk DBD jantan mandul di wilayah kelurahan Ngaliyan bertujuan agar terjadi
kontak kawin dengan nyamuk-nyamuk betina sehingga menghasilkan telur steril
sehingga memutus rantai penularan penyait demam berdarah, cara ini lebih efektif
dibandingkan dengan foging (Antara New, nyamuk mandul mulai perangi DBD di
semarang, www.antaranew.com 21 mei 2013 , 08.25 20 agustus 2014
2. Kendala – kendala yang timbul dalam upaya menurunkan angka kesakitan Demam
Beradarh Dengue.
a. Puskesmas
Berdasarkan wawancara mendalam dengan ke tiga (3) petugas P2M (pemberantasan
penyakit menular) puskesmas didapatkan data sebagai berikut :
Semua menyatakan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) masih rendah.
Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) belum serempak dan tidak
bisa rutin seminggu sekali
Masih terdapat warga yang tidak mau diperiksa jentik nyamuk dirumahnya
Masyarakat menganggap fogging merupakan program yang paling baik untuk
menurunkan angka kesakitan DBD.
Kasus DBD di masyarakat belum bisa dilaporkan secara cepat ke
puskesmas sehingga belum bisa ditangani secara cepat.
Responden 1 menyatakan kendala yang timbul dalam menurunkan angka kesakitan
demam berdarah dengue adalah perumahan mewah dan kawasan dekat industri serta
pelaporan kasus demam berdarah dengue agar cepat ditanggulangi sehingga tidak
menyebar ke warga lain melalui gigitan nyamuk.
25
Berdasarkan wawancara kendala yang dialami dalam menurunkan angka
kesakitan DBD adalah partisipasi masyarakat dalam PSN masih rendah, tidak rutin dan
belum serempak. Program PSN dengan kegiatan 3M Plus merupakan program yang
efektif untuk memberantas demam berdarah dengue . 3M Plus meliputi (menutup,
menguras, menimbun dan dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan pemakan jentik,
menabur larvasida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa dan memeriksa jentik secara berkala . Jika
kegiatan tersebut dilakukan secara rutin dan serempak seminggu sekali oleh semua
elemen masyarakat sangat efektif untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue.7
Masalah lain yang timbul adalah pelaporan penderita DBD dari masyarakat ke
kader atau puskesmas , dengan keterlambatan laporan menyebabkan virus demam
berdarah dengue memungkinkan menyebar ke orang sekitar sesuai dengan jarak terbang
nyamuk tersebut. 7
3. Identifikasi media sosial online yang sering digunakan institusi
Semua Sekolah Dasar Negeri menyatakan memiliki jaringan internet yang
online dari jam 07.00 - 14.00 dan memiliki email serta operator mempunyai
facebooks serta handphone
Semua puskesmas menyatakan memiliki jaringan internet online dari jam 07.00
– 13,30, dan memiliki email serta handphone
Semua Kelurahan menyatakan tidak memiliki jaringan internet online secara
institusi , untuk pekerjaan menggunakan jaringan internet yang dimiliki petugas
kelurahan dan memiliki handphone.
Berdasarkan identifikasi media sosial online yang sering digunakan institusi puskesmas,
kelurahan dan sekolah mempunyai handphone yang bisa digunakan untuk SMS.
Berdasarkan hal tersebut Handphone sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat
Indonesia.5 Tren ini tentu saja sangat mungkin untuk dimanfaatkan sebagai media
penyebarluasan informasi, reminder, bahkan untuk mendapatkan report kasus di
Masyarakat. . Di Philipina sudah diaplikasikan pelaporan kasus ibu hamil dari petugas
kesehatan di desa ke pelayanan kesehatan terdekat dengan menggunakan SMS, serta
reminder untuk pemeriksaan ibu hamil. Hal ini ditempuh karena sekarang hampir semua
masyarakat menggunakan handphone dan selalu di tangan (on hand). Hal serupa
26
dilakukan oleh Program EMAS USAID untuk maternal health di beberapa proyek
percontohan di Jawa Tengah. Untuk Puskesmas dan Sekolah Dasar Negeri sudah
memiliki internet online sehingga bisa digunakan untuk email dan facebooks.
Berdasarkan hal tersebut memungkinkan dikembangkan model SMS Geteway dan media
sosial untuk pendidikan dan monitoring demam berdarah dengue di Semarang .6,7,8
4. Rumusan model pemberdayaan masyarakat untuk pemberantasn sarang nyamuk
(PSN) berbasis media sosial online
Tabel 1. Frekuensi responden berdasarkan penggunaan ponsel
No
Katagori
Jumlah
%
1.
Ponsel reguler untuk SMS
74
72
2.
Blackberry
11
10,5
3.
Smartphone Android
18
17,5
Total
103
100
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan 100% (103) responden memiliki ponsel
(handphone) yang sebagian besar berupa ponsel reguler 72%(74), sebagian memiliki
blackberry dan smartphone android yang menggunakan 3G.9 Hal itu menujukkan semua
orang telah memiliki handphone untuk komunikasi terutama untuk telepon dan SMS .10, 11
27
C. Hasil kuesener dari Masyarakat
1. Karakteristik responden
Tabel 2. Frekuensi responden berdasarkan Karakteristik
Karakteristik
Asal Kelurahan
• Bringin
• Kalipancur
• Banbankerep
• Wonosari
Umur
• 15-24
• 25-34
• 35-44
• 45-54
• 55-64
• >64
• Tidak menjawab
Jenis Kelamin
• Laki-laki
• Perempuan
Pendidikan
• Tidak tamat SD
• SD
• SLTP
• SLTA
• D1/D2/D3
• S1
• S2
• S3
Pekerjaan
• PNS
• ABRI/Polri
• Pegawai Swasta
• Wirausaha (Pemilik usaha sendiri)
• Pedagang
• Guru/Dosen
• Ibu Rumah Tangga
• Lainnya
• Tidak menjawab
Aktivitas kemasyarakatan
• Ketua RT/RW
• Kader
• Jumantik
• Ketua PKK
• Pokja PKK
• Lainnya
• Tidak menjawab
28
f (n=194)
%
29
74
38
53
14,9
38,1
19,6
27,3
14
20
59
70
23
1
7
7,2
10,3
30,4
36,1
11,9
0,5
3,6
30
164
15,5
84,5
3
24
26
106
13
17
1
1
1,5
12,4
13,4
54,6
6,7
8,8
0,5
0,5
7
1
28
33
3
3
101
16
2
3.6
.5
14.4
17.0
1.5
1.5
52.1
8.2
1.0
8
6
4
3
9
97
67
4,1
3,1
2,1
1,5
4,6
50,0
34,5
Berdasarkan tabel di atas sebagian responden di atas sebagian besar responden
dari kelurahan Kalipancur 74 (38,1%), sebagian besar berumur 45 – 54 th 70
(36,1%) , sebagian besar adalah perempuan 164 (84,5%), sebagian besar
pendidikan SMA 106 (54,6%), sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga
101 (52,1%) dan sebagian besar tidak mempunyai aktivitas kemasyarakatan 97
(50%).
29
2. Pengetahuan responden
Tabel 3. Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan tentang DBD
Item pengetahuan
Pengertian DBD
• Penyakit yang menyerang sistem pencernaan
• Penyakit yang menyerang sistem pernapasan
• Penyakit yang menyerang sistem peredaran darah
• Penyakit yang menyerang sistem syaraf
• Tidak menjawab
Gejala DBD
• Lumpuh separo badan
• Panas, muntah, diare
• Panas, batuk, sesak napas
• Panas, mimisan, bintik merah pada tangan, syok
• Tidak menjawab
Penyebab DBD
• Bakteri
• Virus
• Cacing
• Makanan
• Tidak menjawab
Cara penularan
• Lewat makanan
• Lewat udara
• Lewat gigitan nyamuk
• Lewat gigitan tikus
• Tidak menjawab
Tempat perkembangbiakan Nyamuk
• Selokan
• Tempat penampungan air bersih
• Tubuh hewan
• Tidak menjawab
Bukan cara pencegahan DBD
• Menggunakan obat nyamuk
• Memakai pakaian panjang
• Membunuh tikus
• Melakukan 3M+
• Tidak menjawab
Tidak termasuk 3M Plus
• Menutup tempat penampungan air
• Menguras tempat penampungan air
• Menutup pintu & jendela ketika tidur
• Menimbun barang bekas
• Menggunakan obat nyamuk
• Memelihara ikan pemakan jentik
• Menggunakan abate
• Tidak menjawab
f (n=194)
%
15
3
114
4
58
7.7
1.5
58.8
2.1
29.9
2
33
15
109
35
1.0
17.0
7.7
56.2
18.0
49
62
3
4
76
25.3
32.0
1.5
2.1
39.2
2
8
173
1
10
1.0
4.1
89.2
.5
5.2
58
123
2
11
29.9
63.4
1.0
5.6
12
15
135
16
16
6.2
7.7
69.6
8.2
8.2
14
7
109
19
15
8
2
20
7.2
3.6
56.2
9.8
7.7
4.1
1.0
10.3
Berdasarkan tabel di atas responden yang menjawab benar tentang pengertian DBD
30
Hanya 58,8%(114), menjawab benar tentang gejala DBD hanya 56,2%(109), penyebab
DBD hanya 32%(62) , cara penularan DBD 89,6%(173) , tempat perkembiakan nyamuk
DBD 63,4%(123), yang bukan cara mencegah DBD 69,%(135 ) dan yang tidak termasuk 3M
plus 56,2%(109).
31
3. Perilaku responden terkait DBD
Tabel 4. Frekuensi Responden berdasarkan Perilaku terkait DBD
Item Praktik
Kebiasaan tidur siang
• Tidak pernah
• Kadang-kadang
• Sering
• Selalu
Kebiasaan Menggantung pakaian
• Tidak pernah
• Kadang-kadang
• Sering
• Selalu
Kebiasaan menggunakan pakaian panjang
• Tidak pernah
• Kadang-kadang
• Sering
• Selalu
Kebiasaan menggunakan obat nyamuk
• Tidak pernah
• Kadang-kadang
• Sering
• Selalu
Kebiasaan menggunakan abate
• Tidak pernah
• Kadang-kadang
• Sering
• Selalu
Pernah dilakukan fogging
• Tidak pernah
• Pernah, beberapa tahun sekali
• Pernah, beberapa bulan sekali
Punya tanaman pengusir nyamuk seperti lavender
• Tidak punya
• Punya, 1 pohon
• Punya, beberapa pohon
• Punya, banyak pohon
• Tidak menjawab/tidak bisa diobservasi
Punya ikan pemakan jentik
• Tidak punya
• Punya, hanya di 1 bak penampungan air
• Punya di beberapa bak penampungan air
• Punya, di semua bak penampungan sir
• Tidak bisa/tidak mau diobservasi
f (n=194)
43
77
23
51
22.2
39.7
11.9
26.3
78
64
25
27
40.2
33.0
12.9
13.9
54
84
33
23
27.8
43.3
17.0
11.9
80
62
17
35
41.2
32.0
8.8
18.0
102
75
9
8
52.6
38.7
4.6
4.1
33
118
43
17.0
60.8
22.2
167
12
2
1
12
86.1
6.2
1.0
.5
6.2
136
42
3
1
12
70.1
21.6
1.5
.5
6.2
Berdasarkan tabel di atas jawaban responden yang mempunyai kebiadaan selalu
tidur siang ada 26,3%(51), yang mempunyai kebiasaan selalu menggantung
32
%
pakaian bekas ada 13,9%(27), tidak pernah menggunakan pakaian panjang
ada 27,8%(54), tidak pernah menggunakan obat nyamuk ada 41,2%(80), tidak
pernah menggunakan abate ada 52,6%(102), tidak pernah dilakukan fogging ada
17% (33), tidak mempunyai tanaman pengusir nyamuk ada 86,1%(167) dan tidak
Mempunyai ikan pemakan jentik ada 70,1% (136).
33
4. Jenis handphone yang dipakai dan frekuensi penggunaan dan fitur yang
dipakai pada handphone
Tabel 5. Jenis Handphone yang dipakai frekuensi penggunaan dan fitur yang dipakai
pada handphone
No
Kategori
Tipe Handphone
1.
Handphone biasa
(hanya untuk menelepon & SMS)
2.
Blackberry
3.
Smartphone/tablet Android
4.
Tidak menjawab
Frekuensi Penggunaan Handhone
1.
Tidak pernah
2.
Beberapa minggu sekali
3.
Beberapa hari sekali
4.
Setiap hari sekali
5.
Beberapa kali sehari
6.
Setiap jam sekali
7.
Hampir setiap saat
Penggunaan Handphone
1
Telepon
• Tidak pernah
• Kadang-kadang
• Sering
• Selalu
• Tidak menjawab
2
SMS
• Tidak pernah
• Kadang-kadang
• Sering
• Selalu
• Tidak menjawab
3
BBM
• Tidak pernah
• Kadang-kadang
• Sering
• Selalu
• Tidak menjawab
4
Whatsapp
• Tidak pernah
• Kadang-kadang
• Sering
• Selalu
• Tidak menjawab
5
Twitter
• Tidak pernah
• Kadang-kadang
• Sering
• Selalu
• Tidak menjawab
34
F
%
124
63,9
17
26
27
8,8
13,4
13,9
27
5
30
35
50
11
36
13,9
2,6
15,5
18,0
25,8
5,7
18,6
29
110
42
9
4
14.9
56.7
21.6
4.6
2.1
34
85
42
28
5
17.5
43.8
21.6
14.4
2.6
162
7
7
13
5
83.5
3.6
3.6
6.7
2.6
178
9
1
1
5
91.8
4.6
.5
.5
2.6
178
9
1
1
5
91.8
4.6
.5
.5
2.6
6
7
8
Facebook
• Tidak pernah
• Kadang-kadang
• Sering
• Selalu
• Tidak menjawab
Browsing
• Tidak pernah
• Kadang-kadang
• Sering
• Selalu
• Tidak menjawab
Lainnya (email, game, instagram, line, youtube)
Tidak pernah
Kadang-kadang
Sering
Tidak menjawab
172
10
6
1
5
88.7
5.2
3.1
.5
2.6
167
12
5
5
5
86,1
6,2
2,6
2,6
2,6
182
3
4
5
93,8
1,5
2,1
2,6
Sebagian besar responden menggunakan handphone biasa 63,9% (124), frekuensi
penggunaan handphone sebagian besar 25,8% (50) beberapa kali sehari , kegunaan
handphone untuk telepon sebagian besar menjawab kadang-kadang ada 56,7% (110) ,
untuk SMS sebagian besar menjawab kadang-kadang ada 43,8% (85), untuk BBM yang
menjawab tidak pernah ada 83,5% (1620, untuk whatsapp yang tidak pernah ada 91,8%
(178) ,untuk twitter yang tidak pernah ada 91,8% (178) , untuk facebooks yang tidak
pernah ada 88,7% (172), untuk browsing yang tidak pernah ada 86,1% (167) dan untuk
email, game, youtube tidak pernah ada 93,8%( 115).
35
5. Pendapat responden tentang pesan terkait DBD yang perlu disampaikan kepada
masyarakat.
Tabel 6. Frekuensi Pendapat Responden tentang Pesan terkait DBD yang perlu disampaikan
kepada Masyarakat
Pesan terkait DBD
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Himbauan untuk melakukan 3M+
Himbauan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan
Himbauan untuk melakukan pemantauan jentik berkala
Pesan tentang gejala DBD
Alamat website yang bisa menjadi sumber informasi tentang
DBD
Alamat website untuk melaporkan kasus/penderita DBD
Nomor telepon untuk mendapatkan informasi tentang DBD
Nomor telepon untuk melaporkan kasus/penderita DBD
Himbauan untuk segera memeriksakan anggota keluarga yang
mengalami gejala DBD
Lainnya (mengecek penampungan air, kebersihan lingkungan,
cara pencegahan, cara penanganan, fogging, abate, minum
jamu, PHBS)
f
n=194
115
100
37
30
59,3
51,5
19,7
15,5
4
2,1
4
7
7
2,1
3,6
3,6
11
5,7
43
22,2
%
Berdasarkan tabel di atas pendapat responden tentang pesan terkait DBD yang perlu
disampaikan kepada masyarakat adalah : himbauan untuk melakukan 3M+ ada 59,3% (115),
himbauan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan ada 51,5% (100) , himbauan untuk
melakukan pemantauan jentik berkala ada 19,7 (37), pesan tentang DBD ada 15,5 % (30).
6. Pendapat responden tentang media yang tepat untuk penyampaian pesan terkait DBD.
Tabel 7. Frekuensi Pendapat Responden tentang media yang tepat untuk penyampaian pesan
terkait DBD
Media untuk penyampaianpPesan terkait DBD
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
SMS (pesan singkat)
BBM (Blackberry Masanger)
WhatsApp
Twitter
Facebook
Website
Lainnya (face to face, media cetak, televise)
36
f
n=194
109
9
1
2
6
3
72
%
56,2
4,6
0,5
1,0
3,1
1,5
37,1
Berdasarkan tabel di atas pendapat responden tentang media yang tepat untuk penyampaian
pesan terkait DBD sebagian besar terkait DBD adalah melalui SMS (pesan singkat) 56,2%
(109).
7. Kontainer positif jentik
Tabel 8. Frekuensi kontainer positif jentik
Jenis container yang positif jentik
1.
2.
3.
4.
5.
Bak Mandi
Tandon air
Dispenser
Sampah/barang bekas
Kontainer lainnya
f
n=194
27
6
2
1
21
%
17,5
3,1
1,0
0,5
10,8
Berdasarkan tabel di atas frekuensi kontainer paling banyak positif adalah bak mandi
17,5%(27)
D. Spesifikasi SMS gateway yang dikembangkan
The program was designed by XAMPP database server software, Macromedia
dreamweaver for design the system interface, Gammu SMS for SMS gateway center
37
- Jadwal PSN
- Jadwal
- Laporan
- Informasi
-Rekapitulasi
pertemuan
Kasus DBD
- Umpan
Kasus DBD
Hasil
Per RT
kader
Survei
jentik
Jadwal
Balik hasil
- Jadwal
PSN
RT
- Jadwal
PSN
PSN
- Umpan
- Jadwal
survei
Laporan
Balik
Pertemuan
jentik
Survei
Kader
PSN
- Umpan
Jentik
-Informasi kasus
Per RT
balik
DBD per RT
survei
jentik
Bagan Integrasi Sistem Surveilans DBD berbasis Sosial Media
38
Berdasarkan bagan integrasi tersebut sebagai operator adalah Dinas Kesehatan Kota,
sehingga server sistem dan modem ada di Dinas Kesehatan Kota. Media komunikasi
yang dipakai adalah SMS, email dan facebooks.Sedangkan user dalam sistem ini adalah :
• Masyarakat
• Kader
• Kelurahan
• Puskesmas
• Sekolah
Untuk kerja sistem adalah sebagai berikut :
1. SMS dari Server ke masyarakat, kader , sekolah , kelurahan dan puskesmas
a. Masyarakat
1). Reminder (pengingat) jadwal untuk PSN
2). Umpan balik hasil survei jentik di rumahnya.
b.Kader
1) Reminder (pengingat) jadwal untuk survei jentik
2) Informasi kasus DBD
3) Informasi jadwal pertemuan kader.
c. Puskesmas
1) Rekapitulasi hasil survei jentik setiap RT
2) Informasi jadwal pertemuan kader
3) Informasi kasus DBD per RT.
d. Sekolah
1). Informasi jadwal PSN
2). Informasi kasus DBD.
2.SMS dari pengguna ke server
a. Warga
1) Warga melaporkan kejadian DBD di sekitar rumahnya.
2) Untuk Laporan hasil Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di rumahnya.
3) Menambah data keluarga
b. Kader
1) Kader melaporkan kejadian DBD di wilayah RT/RW.
2) Untuk laporan hasil survei jentik di wilayah RT/RW
3) Menambah data kader di wilayah RT/RW.
c. Puskesmas
1) Puskesmas melaporkan kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas.
2) Untuk laporan rekapan hasil survei jentik dari masing-masing RT/RW
3) Informasi jadwal pertemuan kader/informasi kesehatan untuk kader
39
d. Kelurahan
1) Kelurahan melaporkan kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas
2) Rekapitulasi laporan rekapan hasil survei jentik seluruh RW di wilayah
kerjanya.
3) Pengumuman untuk warga
e. Sekolah Dasar
1) Sekolah Dasar melaporkan kejadian DBD di wiayah kerja puskesmas.
2) Melaporkan hasil kegiatan Pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan
sekolah.
3. Email
Fasilitas pengiriman
pesan dari Server (DKK/Puskesmas) kepada pengguna
(kelurahan, sekolah, kader, warga) lewat media sosial email.
a. Kelurahan
1). Jadwal pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
2). Umpan balik laporan survei jentik wilayah kerja kelurahan.
3). Berita/informasi tentang demam berdarah.
b. Sekolah
1). Jadwal pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
2). Umpan balik laporan survei jentik di sekolah
3). Berita/informasi tentang demam berdarah.
c. Kader
1). Jadwal pemberantasan sarang nyamuk
2). Umpan balik laporan survei jentik di RT/RW
3). Berita/informasi tentang demam berdarah.
d. Warga
1). Jadwal pemberantasan sarang nyamuk
2). Berita/informasi tentang demam beradarah
40
4. Sosial Media facebook
Fasilitas pengiriman
pesan dari Server (DKK/Puskesmas) kepada pengguna
(kelurahan, sekolah, kader, warga) lewat email.
a. Kelurahan
1). Jadwal pemberantasan sarang nyamuk
2). Umpan balik laporan survei jentik wilayah kerja kelurahan
b. Sekolah
1). Jadwal pemberantasan sarang nyamuk
2). Umpan balik laporan survei jentik wilayah kerja kelurahan
c. Kader
1). Jadwal pemberantasan sarang nyamuk
2). Umpan balik laporan survei jentik wilayah kerja kelurahan
d. Warga
1). Pengingat untuk pemberantasan sarang nyamuk.
2). Informasi penyakit demam berdarah.
5. Situs media informasi (pendidikan) demam berdarah dengue
a.
b.
c.
d.
e.
Identifikasi jentik nyamuk
Cara pemeriksaan jentik nyamuk
Informasi penyakit demam berdarah
Informasi tentang nyamuk demam berdarah
Informasi kesehatan lainnya.
Sistem SMS Gateway dan media sosial untuk monitoring dan pendidikan demam
berdarah dengue dibuat berbasis web. Tujuan sistem dibuat dengan berbasis web untuk
memudahkan user bisa mengirim dan mengakses dimanapun saat membawa
handphone.12 Sistem SMS Gateway memudahkan semua warga dan kader dapat
mengirim informasi ( kasus demam berdarah, laporan kegiatan PSN, survei jentik dan
menerima pesan secara mudah menggunakan handphone regular. Tujuan Sistem SMS
Gateway adalah untuk memudahkan proses transaksi dan informasi menjadi cepat sampai
tujuan yang diharapkan.13
41
Manfaat dan tujuan sistem ini :
1. Sebagai media pendamping penyebaran informasi kader kepada warga
2. Sebagai media pelaporan kader dalam pemantauan ABJ
3. Sebagai media pelaporan kejadian kasus DB berbasis pemberdayaan
Gambar keterkaitan database yang digunakan :
OUTBOX:
id
updateinDB
receivingdatetime
text
sendernumber
coding
UDH
SMSCnumber
INBOX:
id
updateinDB
receivingdatetime
text
sendernumber
coding
UDH
SMSCnumber
USER:
id
idreg
username
password
kantor
level
IP
Browser
Logtime
DB:
Id_abj
Idkader
namawarga
tanggal
WARGA:
id
Idwarga
Idkader
Namawarga
Alamat
Telepon
KADER:
id
idkader
namakader
hp
email
kdkelurahan
RT
RW
KELURAHA
N:
kdkelurahan
kdkecamatan
kdpuskesmas
nmkelurahan
telepon
KECAMATA
N:
kdkecamatan
nmkecamatan
42
ABJ:
Id_abj
Idkader
tanggal
jumlah
PUSKESMA
S:
kdpuskesmas
nmpuskesmas
telepon
Berikut hasil sistem pengembangan dari sistem surveilans DBD berbasis SMS gateway :
1. Halaman depan untuk menu utama atau dashboard
2. Halaman kader management untuk pengelolaan data kader (penambahan, update kader
dan penghapusan kader)
43
3. Halaman penulisan atau pengiriman pesan
44
Bab VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Upaya –upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas, Kelurahan dan Sekolah dan
masyarakat dengan PSN jumat bersih, survei jentik oleh kader , pelepasan nyamuk
jantan mandul
2. Kendala-kendala dalam menurunkan angka kesakitan demam berdarah
Peran masyarakat masih kurang , PSN belum serentak dan rutin dan masyarakat
belum bisa melaporkan ke puskesmas secara cepat sehingga belum bisa
ditangani secara cepat.
3. Media sosial online yang sering digunakan institusi
a. Puskesmas dan Sekolah Dasar Negeri sudah terdapat internet yang online
dari jam 07.00 sampai jam 14.00 dan semua sekolah sudah memiliki
email dan facebooks
b. Kelurahan belum mempunyai internet online , untuk email dan facebooks
milik pribadi.
4. Sebagian besar responden dari kelurahan Kalipancur 74 (38,1%), sebagian besar
berumur 45 – 54 th 70 (36,1%) , sebagian besar adalah perempuan 164 (84,5%),
sebagian besar
pendidikan SMA 106 (54,6%), sebagian besar bekerja sebagai ibu
rumah tangga 101 (52,1%) dan sebagian besar tidak mempunyai aktivitas
kemasyarakatan 97 (50%).
5. Responden yang menjawab benar tentang pengertian DBD
menjawab benar tentang gejala DBD hanya 56,2%(109),
Hanya 58,8%(114),
penyebab DBD hanya
32%(62) , cara penularan DBD 89,6%(173) , tempat perkembiakan nyamuk DBD
63,4%(123), yang bukan cara mencegah DBD 69,%(135 ) dan yang tidak termasuk
3M plus 56,2%(109).
45
6. Responden yang mempunyai kebiadaan selalu tidur siang ada 26,3%(51),
menggantung
selalu
pakaian bekas ada 13,9%(27), tidak pernah menggunakan pakaian
panjang ada 27,8%(54), tidak pernah menggunakan obat nyamuk ada 41,2%(80), tidak
pernah menggunakan abate ada 52,6%(102), tidak pernah dilakukan fogging ada 17%
(33), tidak mempunyai
tanaman
pengusir nyamuk ada 86,1%(167) dan tidak
Mempunyai ikan pemakan jentik ada 70,1% (136).
7. Sebagian besar responden menggunakan handphone biasa 63,9% (124), frekuensi
penggunaan handphone sebagian besar 25,8% (50) beberapa kali sehari , kegunaan
handphone untuk telepon sebagian besar menjawab kadang-kadang ada 56,7% (110) ,
untuk SMS sebagian besar menjawab kadang-kadang ada 43,8% (85), untuk BBM
yang menjawab tidak pernah ada 83,5% (1620, untuk whatsapp yang tidak pernah ada
91,8% (178) ,untuk twitter yang tidak pernah ada 91,8% (178) , untuk facebooks
yang tidak pernah ada 88,7% (172), untuk browsing yang tidak pernah ada 86,1%
(167) dan untuk email, game, youtube tidak pernah ada 93,8%( 115).
8. Pendapat responden tentang pesan terkait DBD yang perlu disampaikan kepada
masyarakat adalah : himbauan untuk melakukan 3M+ ada 59,3% (115), himbauan
untuk kerja bakti membersihkan lingkungan ada 51,5% (100) , himbauan untuk
melakukan pemantauan jentik berkala ada 19,7 (37), pesan tentang DBD ada 15,5 %
(30).
9. Pendapat responden tentang media yang tepat untuk penyampaian pesan terkait DBD
sebagian besar terkait DBD adalah melalui SMS (pesan singkat) 56,2% (109).
10. Frekuensi kontainer paling banyak positif adalah bak mandi
17,5%(27)
11. Memungkinkan dibuatnya model SMS dan media sosial untuk pendidikan dan
monitoring demam berdarah dengue di Kota Semarang.
46
Saran
1. Upaya upaya menrunkan angka kesakitan DBD dengan PSN serempak dan
rutin.
2. Memungkinkan dikembangkan model pemberdayaan masyarakat untuk pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) menggunakan SMS gateway.
3. Memungkinkan dikembangkan model pemberdayaan institusi seperti puskesmas,
kelurahan dan sekolah dasar negeri.
47
48
49
50
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO, Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control,
2nd edition. Geneva, 2007: World Health Organization.
2. Sumarmo Poerwo Soedarmo. , Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia. (1998)
Dalam: Sri Rejeki H.
3. WHO, Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah ,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004.
4. Guzman MG and Gustavo K, Dengue: an update. The Lancet. 2 (2001): 33-42.
5. Halstead S , Dengue. Lancet. 370, 2007 : 1644-1652.
6. Gavin Screaton , Protein Membran Prekursor (PRM) , Imperial College London, 2010
7. Rico-Hesse R, Harrison L, Nisalak A, Vaugh DW, Kalayanarooj S, Green S, Rothman
AL and Ennis FA, Molecular evolution of dengue type 2 virus in Thailand. American
Journal of Tropical Medicine and Hygiene 58, (2007) : 96-101.
8. McBride WJH and Bielefeldt-Ohmann H, Dengue viral infections; pathogenesis and
epidemiology. Microbes and Infection. 2, 2000 :1041-1050
9. Sujan Shresta , Manosa Binding Lectin (MBL), Walter Reed Army Institut Penelitian dan
University of Copenhagen, Denmark, Science Daily 2011
10. Chaturvedi UC, Agarwal R, Elbishbishi EA and Mustafa AS, Cytokine cascade in
dengue hemorrhagic fever: implications for pathogenesis. FEMS Immunology and
Medical Microbiology. 28 , 2000 : 183-188.
11. Abbas AK, Lichtman AH and Pillai S, Cellular and Molecular Immunology. 6th Ed.
Saunders Elsevier, 2007
12. Lei Huan Yao et al, Immunopathogenesis of Dengue Hemorrhagic fever , American
Journal of Infectious Disease , 2008
13. Restrepo BN, Ramirez RE, Arboleda M, Alvarez G, Ospina M, Diaz FJ, Serum Levels
of Cytokines in Two Ethnic Groups with Dengue
Virus Infection. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene. 79(5), 2007 : 673677.
51
14. Dominique L. Piché, Immunopathogenesis of Dengue Hemorrhagic Fever, Journal of
Young Investigators, 2009
15. Raghupathy R, Chaturvedi UC, Al-Sayer H, Elbishbishi EA, Agarwal R, Nagar R,
Kapoor S, Misra A, Mathur A, Nusrat H, Azizieh F, Khan MAY and Mustafa AS.
Elevated levels of IL-8 in dengue hemorrhagic fever. Journal of Medical Virology. 56 (3)
1998 : 280-285.
16. (Ashley St John, Duke-NUS Graduate Medical Schoolin Singapura)
17. Gould EA, Solomon T, "Pathogenic flaviviruses". The Lancet 371 (9611), 2008 : 500–9.
doi:10.1016/S0140-6736(08)60238-X. PMID 18262042.
Dominique L.P, Immunopathogenesis of the Dengue Hemorrhagic Fever, Journal of
Young Invertigator,Mount Allison University, Volume 9 2009.
18. Word Health Organization (WHO), Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian
Dengue & Demam Berdarah Dengue. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004
19. Thomas Suroso dan Ali Imron Umar , Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit
Demam Berdarah Dengue , 1998
20. DepKes RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Pelaksanaan PSN DBD di Sekolah (Bagi Tim
Pembina UKS , Jakarta 1995
21. Van der Schaar HM, Wilschut JC and Smit JM, Role of antibodies in controlling
dengue virus infection. Immunobiology. 10, 2008 : 1018.
22. Heinz FX, Stiasny K and Allison SL, The entry machinery of flaviviruses. Archives of
Virology Supplementum 18, 2004 :133–137. 25
23. Charnsilpa W, Takhampunya R, Endy T, Mammen M, Libraty D and Ubol S, Nitric
oxide radical suppresses replication of wild-type dengue 2 viruses in vitro. Journal of
Medical Virology. 77(1), 2005 : 89-95.
24. Rothman et al, Immunology and Immunopathogenesis of Dengue Disease, Academic
Press, San Diego 2003 , 60 : 397-419
25. Khanam S, Etemad B, Khanna N and Swaminathan S, Induction of neutralizing
antibodies specific to dengue virus serotypes 2 and 4 by a bivalent antigen composed of
linked envelope domains III of these two serotypes. American Journal of Tropical
52
Medicine and Hygiene. 74(2), 2006 : 266-277.
26. Normile D (2007) Tropical diseases. Hunt for dengue vaccine heats up as the disease
burden grows. Science .317:1494-1495
27. Halstead, S, Neutralization and antibody-dependent enhancement of dengue viruses.
Adv. Virus Res.60, 2003 : 421-467.
28. Martina BE, Koraka P, Osterhaus AD,
Dengue Virus Pathogenesis: an Integrated
View". Clin. Microbiol. 2009 Rev. 22 (4): 564–81.
29. Johnson AJ and Roehrig JT, New mouse model for dengue virus vaccine testing. Journal
of Virology 73, 1998 :783-786.
30. Gubler DJ and Kuno G, eds, Dengue and dengue haemorrhagic fever. New York: CAB
International, 1997 :175-98.
31. Kathy S. Wang, David A. Frank, and Jerome Ritz. Blood, Vol 95 No. 10 pp. 3183:3190
"Interleukin-2 enhances the response of natural killer cells to interleukin-12 through upregulation of the interleukin-12 receptor and STAT4".
32. Baeyens, KJ et al. (1999)
Jan Vilaek and Tae H. Lee, Tumor Necrosis Factor, The
American Society for Biochemistry and Molecular Biology, Inc.Printed in U.S.A.No. 12,
1991 , pp. 7313-7316
33. Jan Vilaek and Tae H. Lee (1991) , Tumor Necrosis Factor, Vol. 266, No. 12, Issue of
April 25, 1991 pp. 7313-7316,1991 The Journal Biological Chemistry
34. Shigeo Koyasu and Kazuyo Moro, Type 2 innate immune responses and the natural
helper cell, Immunology 132, 2011, 475-481
35. Loems Ziegler-Heitbrock, et al, Nomenclature of monocytes and dendritic cells in blood,
The American Society of Hematology Volume 116 , 2010
36. James Whitehorn and Jeremy Farrar, Dengue , British Medical Bulletin , Oxford
University Press , 2010; 95: 161–173
37. Duke Medicine News and Communications, Duke-NUS Researchers Identify New Cell
that Attacks Dengue Virus, May 2011.
53
38. Kobporn Boonnak, Kaitlyn M. Dambach, Gina C. Donofrio Boonrat Tassaneetrithep,1,3
and Mary A. Marovich, Cell Type Specificity and Host Genetic Polymorphisms
Influence Antibody-Dependent Enhancement of Dengue Virus Infection, Journal of
virology 2011, 85(4):1671. DOI: 10.1128/JVI.00220-10
39. Intergovermental Panel on Climate Change, Insiden Demam Berdarah Dengue di
Indonesia , 1996
40. Edson Marchiori et al, Pulmonary hemorrhage syndrome associated with dengue fever,
High-resolution computed tomography findings a case report, Orphanet Journal of Rare
Diseases 2009, 4:8 doi:10.1186/1750-1172-4-8
41. Jarman Richard, Factor Influencing Dengue virus Isolation by C6/36 Cell Culture and
Masquito Inoculation of Nested PCR
Positive Clinical, American Society of
Microbiology, 2009
42. Collin, P., Rahilly, K., Third, A., & Richardson, I. (2010). Literature review: Benefits of
social networking services. Sydney, Australia: CRC for Young People, Technology and
Wellbeing.
43. Lefebvre C. (2009). Integrating cell phones and mobile technologies into public health
practice: A social marketing perspective. Health Communication Practice, 10(4), 490–
494.
44. Lenhart, A., & Madden, M. (2007) Social networking websites and teens: An overview.
Washington,
DC:
Pew
Internet
&
American
Life
Project.
Retrieved
from
http://www.pewinternet.org/Reports/2007/Social-Networking-Websites-and-Teens.aspx
45. Dwi
Andi
Susanto.
Jumlah
pengguna
Facebook
di
Indonesia
menyusut.
http://www.merdeka.com/teknologi/jumlah-pengguna-facebook-di-indonesiamenyusut.html. Diakses tanggal 31 Mei 2013
46. OperatorOptimalkanTeknologi3G.
http://tekno.kompas.com/read/2013/05/27/03081059/operator.optimalkan.teknologi.3g
54
47. Jumlah
Pengguna
Internet
di
Indonesia
dan
Dunia
(2013)
http://artikelbahasaindonesia.org/artikel-pendidikan/jumlah-pengguna-internet-diindonesia-dan-dunia-2013/
48. Indonesia, Surga Industri Seluler. http://mizan.com/news_det/indonesia-surga-industriseluler.html.
55
56
57
Download