bab 2 landasan teori

advertisement
 BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Industri fashion
Fashion berasal dari bahasa inggris yang berarti mode, cara, gaya, model, dan
kebiasaan (KBBI Online, 2015). Troxell dan Stone dalam buku mereka fashion
merchandising mendefinisikan fashion sebagai gaya yang diterima dan
digunakan oleh mayoritas anggota sebuah kelompok dalam satu periode tertentu.
Sedangkan Solomon (2010) menekankan bahwa fashion merupakan proses
social diffusion dimana terdapat sebuah gaya baru yang diadopsi oleh kelompok
konsumen.
Barnard (2007) dan Chaney (2008) menjelaskan bahwa perkembangan industri
fashion berkembang dari jaman Medieval sampai dengan abad 20 dimana pada
jaman ini semua model sangat terkesan sopan. Fashion dengan gaya Eropa klasik
abad ke-16 terlihat memiliki baju yang besar dan tidak minimalis. Memasuki
tahun 1910 hingga 1930, muncul fashion yang hingga kini pun masih digunakan
yaitu dengan ciri pakaian sederhana dengan topi bundar bagi perempuan dan topi
baret bagi laki-laki.
Dimulai pada tahun 1920 dianggap sebagai tahun permulaan fashion kerena
tahun ini merupakan awal kebangkitan kaum perempuan untuk mencapai
kebebasan dan kemerdekaannya. Di dekade sebelumnya, pakaian ala Cinderella
dengan rok super megar dengan pinggang ekstra ketat amat sangat menyiksa
17
kaum perempuan dan oleh karena itulah mulai tahun 1920-an baju tersebut
ditinggalkan dengan inovasi baru yang muncul daridesainer dunia, seperti Coco
Chanel yang menyuguhkan potongan, warna, serta gaya yang mementingkan
karakter seorang perempuan.
Memasuki tahun 1930-an, perkembangan fashion perlahan mulai melambat
hingga memasuki perang dunia kedua pada tahun 1939 hingga tahun 1945. Pada
tahun 1940 sampai dengan tahun 1950, yaitu pada masa Perang Dunia II dan
Perang Dingin, pakaian yang berkerah bundar dan lebar dengan baju luaran
mulai popular.Model pria masih sama dengan era fashion sebelumnya, yaitu
sopan dengan topi dan jas.
Jacky Musri, kepala divisi Consulting and ResearchMarkPlus&Co(2009)
mengatakan bahwa orang cenderung ingin diakui jati dirinya untuk kepribadian
tertentu, karena itu mereka cenderung untuk membentuk identitasnya sendiri dan
kemudian berkumpul dengan kelompok yang selaras dengannya. Beberapa orang
juga memilih untuk bergabung dengan apa yang sedang menjadi sebuah
kecendrungan umum, dari sini muncul sebuah kebanggaan apabila mereka dapat
berhasil masuk, karena mereka merasa telah fashionable atau menjadi modern
karena selalu mengikuti mode. Gejala ini bahkan juga tercermin dari perilaku
masyarakat pada tahun 1970 hingga pada tahun 1980, dengan terkenalnya artis
Elvis Presley pada tahun 1970-an dan disusul oleh Madonna pada tahun 1980-an.
Televisi juga ikut mengambil peran dalam perkembangan fashion secara global.
Kemudian
muncul
pakaian
bernuansa
gothic
dan
pakaian
berbahan
denimseiringdengan populernya musik disko. Kemudian dari tahun 1990 hingga
sekarang, masing-masing negara bagian memiliki peran tersendiri dalam
menciptakan tren fashion dimana mereka memiliki persepsi yang berbeda dalam
berekspresi dalam fashion yang menyebabkan fashion yang tercipta hampir
menjadi tidak ada batasnya (Palupi, 2012)
2.2 Pengertian Mobile
Mobile dapat diartikan sebagai perpindahan yang mudah dari satu tempat ke
tempat yang lain, misalnya telepon mobile berarti sebuah terminal telepon yang
dapat berpindah dengan mudah dari satu tempat ke tempat lain tanpa terjadi
pemutusan atau terputusnya komunikasi. Dalam model bisnis ini kata mobile
pada butik dapat didefinisikan sebagai butik yang dapat berpindah secara mudah
dari suatu tempat ke tempat yang lain.
2.3 Butik
Butik berasal dari bahasa Perancis, boutique yang berarti toko. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) butik adalah toko pakaian eksklusif yg menjual
pakaian
modern,
yg
sesuai
dengan
mode
mutakhir,
dengan
segala
kelengkapannya (terutama untuk wanita).
Sejak tahun 1900-an butik sudah dikenal di Indonesia, khususnya di kota
Bandung sekitar daerah Braga. Pada mulanya, jalan di daerah Braga hanyalah
sebuah jalan kecil di depan pemukiman sehingga dinamakan Jalan Culik karena
merupakan daerah yang cukup rawan. Jalan Braga menjadi ramai sejak
banyaknya orang-orang berkebangsaan Belanda yang mendirikan toko-toko, bar,
dan tempat hiburan di kawasan itu. Kemudian pada dasawarsa 1920-1930-an
munculah konsep butikpakaian yang meniru model di kota Paris, Perancis yang
saat itu merupakan kiblat model pakaian di dunia. Dibangunnya gedung Societeit
Concordia yang digunakan untuk pertemuan para warga Bandung khususnya
kalangan hartawan dan juga Hotel Savoy Homann di sekitar jalan ini juga
meningkatkan keramaian di Jalan Braga sehingga membuat konsep butik ikut
terkenal hingga saat ini.
2.4 Truk
Truk merupakan sebuah kendaraan transportasi yang juga masuk kategori alat
berat, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, truk adalah kendaraan dengan
bak besar di belakang yang biasa digunakan untuk mengangkut barang, tentu
saja harus dengan spesifikasi tertentu agar benar-benar dapat digunakan untuk
mengangkut barang yang besar dan berat. Truk harus memenuhi persyaratan
dalam rancang bangun sesuai dengan sertifikat rancang bangunnya. Hal ini diatur
dengan mempertimbangkan masalah keselamatan baik pengendara, barang yang
dibawa maupun sesama pengendara di jalan raya.
Truk sebagai alat angkut memiliki daya angkut maksimal yang diijinkan. Daya
angkut setiap truk dipertimbangkan berdasarkan beberapa variabel antara lain
kekuatan ban, jumlah ban, muatan sumbu, jumlah sumbu dan daya dukung jalan.
Maka jika daya dukung jalan sebuah truk memungkinkan, maka daya angkut
maksimal truk semakin bertambah sesuai dengan jumlah sumbu. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin banyak jumlah sumbunya,
semakin besar pula daya angkutnya.
Transportasi memberi pengaruh yang besar terhadap kinerja logistik karena
merupakan sumber daya terpenting dalam sistem pendistribusian (Bowersox, et
al., 2010). Sebagai alat transportasi, truk dianggap lebih ekonomis dan efisien
dalam memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Adapaun jenis
truk yang terdapat di Indonesia ialah truk tangki, truk boks, truk tronton, dan truk
peti kemas.
2.5 Analisis Bisnis
2.5.1 Analisis SWOT
Analisis SWOT menurut Rangkuti (2009) adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis sebagai dasar perencanaan untuk merumuskan
strategi perusahaan di masa depannya. Analisis ini terbagi menjadi dua
bagian yaitu analisis lingkungan eksternal yang terdiri dari peluang dan
ancaman serta analisis lingkungan internal yaitu kekuatan dan kelemahan.
Berikut uraian faktor dari analisis SWOT;
a. Kekuatan (Strength)
Suatu keunggulan sumber daya yang relatif terhadap pesaing dan
kebutuhan dari pasar yang dilayani atau hendak dilayani oleh
perusahaan, baik itu merupakan manajemen yang baik, sumber daya
manusia yang berkualitas, ataupun dari hasil produk dan jasa yang
ditawarkan.
b. Kelemahan (Weakness)
Merupakan faktor keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
keterampilan, dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja
efektif perusahaan.
c. Peluang (Opportunity)
Suatu kesempatan dimana perusahaan dapat beroperasi secara lebih
menguntungkan dibandingkan dengan kompetitor lain.
d. Ancaman (Threat)
Faktor penghambat yang berupa ancaman–ancaman dari luar seperti
pemerintah, kompetitor, dan perusahaan pendatang baru, yang dapat
menggangu perkembangan suatu bisnis.
2.5.2 Analisis PEST
Menurut Clulow(2005), PEST analysis adalah susunan dari faktor-faktor
makro ekonomi yang berpengaruh terhadap suatu lingkungan bisnis.
Buchanan dan Gibb (1998) mengasumsikan bahwa tidak ada rencana
bisnis yang dapat berjalan dengan baik tanpa memiliki pengetahuan yang
cukup atas faktor-faktor makro ekonomi yang terjadi di lingkungan
bisnisnya. Analisis PEST digunakan untuk menganalisa rencana bisnis
dari sisi external environment yang meliputi 4 faktor yaitu Politik,
Ekonomi, Sosial, dan Teknologi (PEST).
Gambar 2.1 Analisis PEST
a. Politik
Banyak perubahan dalam nilai-nilai kehidupan masyarakat bermuara
dengan munculnya hukum dan peraturan-peraturan baru, inilah dimana
politik dan hukum bersinggungan dengan sosial budaya. Dewasa ini,
peraturan-peraturan dalam dunia bisnis, termasuk untuk personal selling,
bertambah cukup signifikan dalam segala level pemerintahan (Kotler dan
Armstrong, 2010).
Peraturan-peraturan tersebut dalam dikategorikan menjadi; (1) antritrust,
(2) consumer protection, dan (3) equal employment opportunity.
b. Ekonomi
Seseorang tidak akan dapat membeli sebuah produk kecuali ia memiliki
uang. Kondisi keuangan masyarakat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi
negaranya. Kondisi ekonomi ini harus dianalisa untuk menentukan market
opportunity yang ada dan proyeksi penjualan.
c. Sosial
Perkembangan pasar konsumen tentu tidak bisa lepas dari faktor trend dan
taste.Perusahaan
akan
menciptakan
produk
yang
sesuai
dengan
permintaan konsumen tersebut. Di United States, bahkan meningkatnya
waktu konsumen untuk waktu rekreasi pun dapat mempengaruhi cara
penjualan (Kotler dan Armstrong, 2010).
Sisi sosial ini juga berhubungan dengan ethical issues. Masalah ethical
issues dapat berujung pada munculnya peraturan baru dalam bidang
marketing, seperti adanya peraturan-peraturan dalam promosi sehingga
tidak merugikan konsumen.
d. Teknologi
Tidak dapat dipungkiri dewasa ini semua aspek kehidupan didominasi
oleh perkembangan teknologi yang semakin pesat. Bahkan teknologi saat
ini dimanfaatkan dalam aktifitas penjualan dan memiliki pengaruh
signifikan. Dengan teknologi, penjualan faceto face dapat digantikan
dalam telemarketing, teleconference, ataupun laptop dengan berbelanja di
online shop yang sudah banyak menjamur di dunia maya (Kotler dan
Armstrong, 2010).
2.5.3 Analisis Porter
Analisis Portermengindikasi faktor-faktor yang menyebabkan intensitas
kompetisi dan attractiveness dari suatu industri. Berbeda dari analisis
PEST, analisis Portermenganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi
sebuah lingkungan bisnis berdasarkan faktor-faktor mikro ekonomi.
Analisisnya
berfokus
pada
bagaimana
industri
tersebut
dapat
memeberikan layananannya terhadap konsumen dan mendapatkan
keuntungan.
Michael Porter mengidentifikasi 5 (lima) faktor yang mempengaruhi
kompetisi di dalam sebuah industri.
Gambar 2.2Model Porter’s 5 Forces
a. Intensity of Rivalry within the Industries
Faktor ini menjelaskan seberapa ketat persaingan yang ada dalam sebuah
industri. Industri dengan intensitas kompetisi yang kuat kebanyakan akan
menghasilkan keuntungan yang lebih kecil karena cost of competition
yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti adanya produk
substitusi, adanya bargaining power yang tinggi dengan customers dan
suppliers, serta munculnya produk-produk baru yang sejenis.
b. Threat of New Entrants
Pendatang baru akan tertarik terhadap suatu industri yang sudah ada
karena melihat kesuksesan bisnis yang lebih dulu dan prospek yang
dimilikinya. Masuknya pendatang baru dalam suatu industri juga
dipengaruhi oleh tingginya entry barriers yang dimiliki industri tersebut.
Menurut Hamilton dan Webster (2009), ada 4 jenis entry barriers dalam
sebuah industri :
•
Absolute cost barriers. Ini adalah keuntungan yang dimiliki oleh
pebisnis eksisting karena sudah lebih dulu berada di dalam suatu
industri.
•
Legal barriers. Hambatan dari sisi hukum atau peraturan yang sulit
diatasi ataupun mahal untuk dipenuhi.
•
Product differentiation. Jika suatu produk dapat meyakinkan
konsumen bahwa ia berbeda dan unik, maka industrinya akan sulit
dimasuki pendatang baru.
•
Economies of scale. Jika sunk cost suatu produk cukup besar, maka
unit cost setiap produk akan relatif kecil. Maka pendatang baru harus
dapat menawarkan harga yang kompetitif jika ingin bersaing di
industri tersebut.
Untuk pendatang baru, pebisnis akan mencari industri dengan entry
barriers yang relatif rendah.
c. Threat of Substitute Products
Sebuah produk dikatakan sebuah produk substitusi saat produk
tersebut dapat memberikan barang atau layanan yang sama dengan
value yang berbeda. Munculnya produk substitusi ini tergantung
kepada kemudahan dan biaya yang dibutuhkan agar para konsumen
mau memilih produk substitusi.
d. Bargaining Power of Buyers
Eratnya hubungan antara penjual dan konsumen dipengaruhi beberapa
faktor (Hamilton dan Webster 2009):
•
Jumlah dan ukuran perusahaan. Jika perusahaan ada di dalam
sebuah industri dengan sedikit perusahaan besar dengan pasar
konsumen yang cukup banyak, maka industri ini tidak perlu takut
untuk kehilangan salah satu konsumennya.
•
Tingkat ketergantungan konsumen pada suatu produk. Jika seorang
konsumen mengalokasikan biaya cukup tinggi terhadap suatu
produk, maka jika ada produk lain dengan harga lebih murah,
konsumen tersebut akan lebih mudah berpindah ke produk lain.
•
The extent to product differentiation. Jika sebuah produk tidak
memiliki differentiation yang cukup baik dibandingkan dengan
kompetitornya, maka konsumennya akan lebih mudah untuk
berpaling ke produk lain.
•
The ability of customers to integrate vertically. Penjual akan
mengalami kerugian jika konsumennya dapat memproduksi
produknya sendiri.
e. Bargaining Power of Suppliers
Posisi
supplier
dapat
dianalisa
dengan
konsep
yang
sama
denganbargaining power of buyers, namun kebalikannya. Jika dalam
suatu industri terdapat sedikit perusahaan besar, maka kemungkinan
untuk kenaikan harga, penurunan kualitas, dan berkurangnya diskon
atau potongan harga pun akan meningkat
2.5.4 Blue Ocean Strategy
Blue Ocean Strategy adalah strategi bisnis yang menerapkan penguasaan
ruang pasar yang tidak diperebutkan (uncontested market space) sehingga
membuat persaingan menjadi tidak relevan. Pasar yang tidak diperebutkan
tersebut dianalogikan sebagai Blue Ocean dimana suatu organisasi
bermain sendirian tanpa ada pesaing. Sebaliknya kondisi dimana ruang
pasar saling diperebutkan oleh berbagai pihak dengan cara apapun seakanakan sampai berdarah-darah, maka kondisi ini dianalogikan sebagai Red
Ocean. Konsep dasar dari Blue Ocean Strategy adalah value innovation,
yaitu cara mengalihkan diri dari persaingan Red Ocean yang kompetitif
menuju Blue Ocean yang tidak relevan lagi (Chand dan Mauborgne,
2005). Dalam usaha menciptakan inovasi, value dapat diterjemahkan
dengan efisiensi biaya produksi dan menciptakan nilai lebih bagi
konsumen. Untuk membantu menerjemahkan hal-hal apa saja dari faktorfaktor yang menentukan dalam industri dijelaskan dalam gambar dibawah:
Gambar 2.3Blue Ocean
O
Frameework
S
Source:
Bluee Ocean Straategy (Chan and Mauboorgne, 2005)
2.5.5 Analisis
A
Bussiness Modeel Canvas (99 Building Blocks)
B
AnalisisBusin
A
ness Modell Canvass (BMC) dikkenal juga dengan nam
ma
Analisa
A
9buuilding blooks merupaakan konseep model bisnis yaang
dikembangka
d
an oleh Alexxander Osterrwalder dan Yves Pigneuur.
Business
B
Moodeladalah alat
a konsep tual yang berisi
b
seperaangkat elem
men
yang
y
berhubuungan dan memungkink
m
kan mengekspresikan loggika bisnis dari
sebuah
s
peruusahaan. Ini adalah desskripsi dari nilai sebuaah perusahaaan
menawarkan
m
p
d
dan
arsitekttur
satu atauu beberapa segmen pelanggan
perusahaan
p
dan jaringgan mitra untuk meembuat, peemasaran dan
d
memberikan
m
nilai dan modal hubbungan, unntuk menghasilkan alirran
pendapatan yang menguntungkan dan berkelanjutan. (Osterwalder,
Pigneur, danTucci, 2005).
Sebuah business model dengan jelas mengartikulasikan "Dasar pemikiran
bagaimana organisasi dalam
menciptakan (create), memberikan
(delivery) dan menangkap (capture) value-value yang ada (Osterwalder
dan Pigneur, 2009).
Gambar 2.4Business Model Canvassing (9 Building Blocks)
Source: Business Model Generation, 2010
Elemen dalam Business Model Canvas mencakup: customer segment,
value proposition, channel, customer relationship, revenue stream, key
resources, key activities, key partnership, dan cost structure. Adapun 9
elemen yang terangkum dalam Business Model Canvass adalah sebagai
berikut.
a. Customer Segment
Gambar 2.5Customer Segment
Elemen pertama dalam bisnis model ini adalah customer segment. Dalam
menjalankan roda bisnisnya, pertama-tama organisasi harus menetapkan
siapa yang harus dilayani. Organisasi dapat menetapkan untuk melayani
satu atau lebih segmennya. Penetapan segmen ini akan menentukan
komponen-komponen lain dalam model bisnis.
Customer
Segmentmemungkinkan
perusahaan
untuk
menargetkan
kelompok tertentu pelanggan secara efektif dan mengalokasikan sumber
daya pemasaran untuk efek dan dampak yang terbaik.
Segmentasi tradisional berfokus pada identifikasi kelompok pelanggan
berdasarkan demografi dan atribut seperti sikap dan profil psikologis.
Segmentasi berbasis nilai, di sisi lain lebih melihat kelompok pelanggan
dalam hal pendapatan yang mereka hasilkan,biaya membangun, dan
mempertahankan hubungan dengan para pelanggan ( Jill Griffin, 2008).
b. Value Proposition
Gambar 2.6Value Proposition
Elemen kedua adalah Value Proposition. Value proposition merupakan
manfaat yang ditawarkan organisasi kepada segmen pasar yang dilayani.
Keseluruhan gambaran produk atau jasa yang ditawarkan organisasi untuk
memenuhi kebutuhan para customer dalam memenuhi kebutuhannya.
Value proposition akan menentukan segmen pelanggan yang dipilih atau
sebaliknya. Value proposition juga akan mempengaruhi komponen lain
seperti
channel
dan
customer
relationship.
Value
Proposition
mendefinisikan bagaimana item dari produk dan fitur layanan serta
layanan pelengkap yang dikemas dan ditawarkan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan (Kambil, Ginsberg dan Bloch, 1996).
Menurut Finkelstein, Harvey, dan Lawton (2007), terdapat enam buah
pilar utama dari Value Proposition yang dilihat konsumen dalam
mempertimbangkan untuk memilih suatu produk layanan yang ditawarkan
yaitu harga (price), fitur (features), kualitas (quality), dukungan (support),
ketersediaan (availability), dan reputasi (reputation). Keenam pilar ini
yang diharapkan akan menjadi pembeda suatu usaha dari para pesaingnya
dan dapat menjadi panduan untuk strategi perusahaan kedepannya.
Pendapat lain disampaikan oleh Osterwalder dan Pigneur (2010). Dalam
bukunya mereka menguraikan bahwa terdapat 11 pilar utama untuk
menciptakan Value Proposition dalam sebuah bisnis. Kesebelas pilar
tersebut adalah sebagai berikut:
•
Newness
Nilai ini terbentuk dari keinginan baru yang ditawarkan pada customer
yang sebelumnya tidak dirasakan karena tidak ada tawaran yang
serupa sebelumnya. Hal ini biasanya sering, namun tidak selalu
berhubungan dengan teknologi.
•
Performance
Value ini muncul pada saat melakukan kinerja secara optimal. Contoh
dari value ini adalah delivery order yang dilakukan oleh Domino
Pizza. Pada saat mereka mengirimkan pizza, proses pengiriman
tersebut harus berlangsung sebelum 30 menit atau pizza tersebut akan
menjadi gratis.
•
Customization
Customization produk dan jasa kepada keinginan spesifik dari
konsumen pun dapat melahirkan value. Dalam beberapa tahun terakhir
konsep
dari
customization
ini
mendapat
tempat
tersendiri.
Pendekataninimemungkinkan untuk menyesuaikanproduk danlayanan
sambil masih mengambil keuntungan dariskala ekonomi.
•
Getting the Job Done
Dengan pembelian produk atau jasa yang ditawarkan akan membantu
customer dalam menyelesaikan sesuatu.
•
Design
Desainmerupakan elemen pentingnamunsulit untuk diukur karena
menawarkan nilai artistik lebih dari sekedar fungsional. Sebuah
produkdapatmenonjolkarena desainyang unggul. Dalamindustrifashion
danelektronik konsumen, desainmenjadi bagianyang sangat penting.
•
Brand
Customer dapat menemukan nilai dalam tindakan sederhana
menggunakan dan menampilkan merek tertentu.
•
Price
Value Proposition ini dapat muncul apabila sebuah produk ditawarkan
dengan harga bersaing atau sesuai dengan ciri customer segmennya.
•
Cost Reduction
Value
yang
diperoleh
dengan
dengan
membantu
customer
mengefisiensikan biaya. Contoh dari value ini adalah Software ERP
yang dapat mengurangi biaya operasional customer.
•
Risk Reduction
Menawarkan produk atau jasa yang meminimalkan resiko yang
ditanggung oleh customer contohnya seperti pemberlakuan garansi.
•
Accessibility
Membuatproduk danlayanan yang tersediauntuk pelangganyang
sebelumnyatidak
memilikiakses
untukadalah
cara
lainuntuk
menciptakan nilai. Hal inidapat hasil dariinovasimodel bisnis,
teknologi yang baru, ataukombinasi keduanya
•
Convenience
Value yang mempermudah customer untuk melakukan sesuatu.
c. Channel
Gambar 2.7Channel
Elemen ketiga adalah Channel. Channel merupakan sarana bagi organisasi
untuk menyampaikan value proposition kepada customer segment yang
dilayani. Channel berfungsi dalam beberapa tahapan mulai dari customer
sampai ke pelayanan purna jual. Dua elemen lain yang harus
diperhitungkan secara cermat dalam model channel adalah value
proposition dan customer segment.
OsterwalderdanPigneur(2009)
tahapyang
membagi
pentingdalam
efektifdalambisnis.
outlinemenjadi5
(lima
)
merancangdanmemeliharachannelyang
sama-sama
pentinguntukusaha
sosial,
dan
beberapapertanyaan lainnya yang diajukandalam sebuah proses. Tipe
Channel terbagi menjadi: Sales force, Web sales, Own stores, Partner
stores, Wholesaler, sedangkan kelompok Channel Phasesantara lain:
Awareness, Evaluation, Purchase, Delivery, danAfter sales.
Gambar 2.8Type of Channel
d. Customer Relationship
Gambar 2.9Customer Relationship
Elemen keempat adalah Customer Relationship. Customer relationship
yaitu cara organisasi menjalin ikatan atau hubungan dengan pelanggannya.
Organisasi
akan
menjaga
hubungan
yang
baik
dengan
semua
pelanggannya, sehingga para pelanggan mendapatkan kepuasan dan
kenyamanan dalam melakukan kegiatan bersama dengan organisasi dalam
jangka waktu yang panjang.
Shani dan Chalasani (1992) mendefinisikan
customer relationship
merupakan hubungan pemasaran sebagai upaya untuk meng-identifikasi,
me-maintain, dan membangun jaringan dengankonsumen individu dan
secara berkelanjutan, semakin memperkuatkan
jaringan untuksaling
menguntungkan kedua belah pihak, melalui interaksi pribadi dan nilainilai kontak yang ditambahkan selama periode panjang.
e. Revenue Stream
Gambar 2.10Revenue Stream
Elemen kelima adalah Revenue Stream. Revenue stream merupakan
komponen yang dianggap paling vital. Umumnya organisasi memperoleh
pendapatan dari pelanggan. Meskipun demikian banyak organisasi bisa
membuka aliran masuk pendapatan dari yang bukan pelanggan langsung.
Pendapatan perusahaan dihasilkan dari setiap customer segment diwakili
dalam revenue stream unsur model bisnis. Sebuah model bisnis dapat
melibatkan dua jenis aliran pendapatan: pendapatan yang dihasilkan dari
transaksi pembayaran pelanggan satu-waktu dan pendapatan berulang
yang dihasilkan dari pembayaran berkelanjutan baik yang memberikan
value proposition kepada customer atau memberikan dukungan pasca
pembeliancustomer. Ada beberapa cara untuk menghasilkan revenue
streamseperti penjualan aset, biaya pemakaian, biaya berlangganan,
pinjaman, sewa-menyewa, perizinan, biaya broker dan iklan (Osterwarder
dan Pigneur, 2009)
f. Key Resources
Gambar 2.11Key Resources
Elemen keenam adalah Key Resources. Key resources adalah sumber daya
milik organisasi yang digunakan untuk mewujudkan value proposition.
Sumber daya umumnya berwujud manusia, teknologi, peralatan, channel
maupun merk usaha.
Setiap model bisnis memerlukan aset atau key resources untuk
membiarkan fungsi model. Sumber daya ini memungkinkan perusahaan
untuk membuat dan menawarkan value proposition, mencapai market,
menjagarelationship
dengan
customer
segmentdan
memperoleh
pendapatan. Key resources utama dapat berupa fisik, keuangan, intelektual
atau manusia. (Osterwalder dan Pigneur, 2009)
g. Key Activities
Gambar 2.12Key Activities
Elemen ketujuh adalah Key Activities. Key Activities adalah kegiatan
utama dalam organisasi yang dapat menciptakan value proposition.
Setiap
perusahaanharusmelakukan
memenuhikebutuhan
pelanggan.
sejumlahkegiatanuntuk
Kegiatanutama
berhasil
adalahkegiatan-
kegiatanyangpaling pentingbagi perusahaandanmembiarkannyaberoperasi
dengan sukses. Sepertisumber daya utamamereka diwajibkanuntuk
membuat danmenawarkanvalue proposition, reach market, maintenance
customer relationship, dan earn revenue.Key Activitiesberbeda-beda,
tergantungpada
jenismodel
utamayangdiidentifikasi
bisnis.
Tigakategori
utamadarikegiatan
olehOsterwalderdanPigneur(2009)
adalah
:kegiatan produksi, pemecahan masalahactivities(contoh : pengembangan
produk) dan platform/network activities(contoh : pemeliharaanCRM).
h. Key Partnership
Gambar 2.13Key Partnership
Elemen kedelapan adalah Key Partnership. Key partnership merupakan
sumber daya yang diperlukan oleh organisasi untuk mewujudkan value
proposition, tetapi tidak dimiliki oleh organisasi tersebut. Pemanfaatan key
partnership oleh perusahaan dapat berbentuk supppier, distributor,
outsourcing, joint venture, joint operation, atau aliansi strategis lainnya.
Key Partnershipmembentuk jaringan suppliers yang membuat model
bisnis kerja. Perusahaan menjalin partnership untuk suatu alasan dan
partnership
menjadi landasan banyak model bisnis. Perusahaan
menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan model bisnis mereka,
mengurangi risiko, atau memperoleh sumber daya. Empat perbedaan jenis
dari partnership yang dapat dibedakan antara lain : aliansi strategis antara
non - pesaing, persaingan , kemitraan strategis antara pesaing, perusahaan
patungan
untuk
mengembangkan
bisnis
baru
dan
hubungan
supplierspembeli untuk menjamin pasokan yang dapat diandalkan.
Umumnya ada alasan untuk menciptakan kemitraan: optimasi dan skala
ekonomi, pengurangan risiko dan ketidakpastian dan akuisisi sumber daya
tertentu dan kegiatan (Osterwalder and Pigneur, 2009).
i. Cost Structure
Gambar 2.14Cost Structure
Elemen terakhir adalah Cost Structure. Cost structure adalah komposisi
biaya untuk mengoperasikan organisasi dalam mewujudkan value
proposition yang diberikan kepada pelanggan. Struktur biaya yang efisien,
menjadi kunci besarnya laba yang diperoleh organisasi. Elemencost
structure
menjelaskan
semua
biaya
yang
diperlukan
untuk
mengoperasikan model bisnis. Menciptakan dan memberikan nilai,
mempertahankan hubungan pelanggan dan menghasilkan pendapatan
semua dikenakan biaya. Biaya tersebut dapat dihitung relatif mudah
setelah mendefinisikan key resources, key activitie sdan customer
relationship. Cost Structure dapat memiliki karakteristik sebagai berikut
yaitu :
biaya tetap, biaya variabel,
skala ekonomi dan lingkup
ekonomi(OsterwarderdanPigneur, 2009).
2.6 Perencanaan Keuangan
Dalam menjalankan bisnis, diperlukan sebuah perencanaan dan perkiraan
keuangan yang handal agar perusahaan dapat bertahan dan terus berkembang.
Perencanaan tersebut haruslah menggambarkan kondisi keuangan perusahaan
secara akurat. Terdapat tiga laporan keuangan dasar yang harus ditampilkan
dalam perencanaan bisnis. Tiga laporan keuangan dasar keuangan yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut:
a. Balance Sheet
Laporan
neraca
memproyeksikan bagaimana
kondisi
finansial
dari
perusahaan pada suatu waktu tertentu dimasa yang akan datang. Laporan
neracaberisi rincian dari aset yang dibutuhkan perusahaan dan bagaimana
aset itu akan dibiayai oleh kewajiban dan ekuitas.
b. Income Statement
Laporan laba rugi mengilustrasikan laba dan rugi dari suatu perusahaan pada
suatu periode tertentu.
c. Statement of Cashflow
Laporan arus kas merupakan laporan yang sangat penting dalam membuat
sebuah bisnis baru, karena laporan ini menetapkan jumlah arus kas masuk
dan arus kas yang keluar yang diharapkan. Perkiraan arus kas akan
memberikan tingkat dari proyeksi penjualan dan modal usaha untuk suatu
periode tertentu. Selain itu perkiraan arus kas akan memperlihatkan
kebutuhan serta waktu yang dibutuhkan untuk pembiayaan tambahan dan
akan menunjukkan berapa besar modal usaha yang dibutuhkan dalam
menjalankan bisnis. Pembiayaan yang dibutuhkan bisa didapat dari beberapa
sumber yaitu pendanaan ekuitas, pinjaman dari bank, kredit jangka pendek
dari bank, ataupun sumber pendanaan pribadi.
2.7 Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur nilai uang atau tingkat
pengembalian dari investasi yang ditanamkan dalam suatu usaha pada masa yang
akan datang. Hal ini sangat penting dilakukan sebelum mengimplementasikan
sebuah investasi karena investasi sering mempertaruhkan dana yang cukup
tinggi. Dengan melakukan berbagai macam analisis tersebut akan diketahui
faktor-faktor resiko apa saja yang dihadapi dan mengetahui kelayakan suatu
rencana investasi. Beberapa metode analisis yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Net Present Value (NPV)
NPV menurut Kimmel, Weygandt, dan Kieso (2011) merupakan selisih
antara nilai investasi dimasa sekarang (present value) dengan proyeksi
penghasilan bersih (net income) masa yang akan datang yang diharapkan.
NPV dapat dirumuskan sebagai berikut
Kriteria yang dipergunakan dalam penilaian NPV adalah sebagai berikut:
1. Jika NPV = 0 (nol), maka hasil investasi usaha akan sama dengan tingkat
bunga yang dipakai dalam analisis, atau dengan kata lain usaha tersebut
tidak menguntungkan maupun merugikan.
2. Jika NPV = - (negatif) maka hasil investasi usaha akan lebih rendah dari
tingkat bunga yang dipakai dalam analisis, atau dengan kata lain usaha
tersebut tidak menguntungka.
3. Jika NPV = + (positif) maka hasil investasi usaha akan lebih tinggi dari
tingkat bunga yang dipakai dalam analisis, atau dengan kata lain usaha
tersebut menguntungkan.
Kelemahan utama dari metode NPV ini adalah bahwa ia tidak menganalisis
pemilihan usaha-usaha dengan jumlah investasi yang berbeda.
2. Internal Rate of Return (IRR)
Metode Internal Rate of Return didefinisikan sebagai besarnya suku bunga
yang sama dengan nilai sekarang (present value) dari hasil investasi dengan
penghasilan bersih yang diharapkan selama usaha berjalan. Sebagai acuan
baik tidaknya IRR biasanya adalah suku bunga pinjaman bank yang sedang
berlaku, atau suku bunga deposito jika usaha tersebut dibiayai sendiri.
Rumusan IRR dapat dijabarkan sebagai berikut:
Perhitungan IRR secara manual cukup kompleks karena harus menggunakan
beberapa kali simulasi atau melakukan trial and error.
3. Payback Period
Metode Payback Period merupakan alat ukur yang sangat sederhana, mudah
dimengerti dan berfungsi sebagai tahapan paling awal bagi penilaian suatu
investasi. Metode umum ini digunakan untuk pemilihan alternatif-alternatif
usaha yang mempunyai resiko tinggi karena modal yang ditanamkan harus
dikembalikan lagi secepat mungkin. Rumusan payback period dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Kelemahan dari metode ini adalah metode ini tidak dapat menganalisa
penghasilan
usaha
setelah
modal
mempertimbangkan nilai waktu uang.
kembali
dan
metode
ini
tidak
Download