SKEMA PEMBIAYAAAN INFRASTRUKTUR BELUM MAKSIMAL Ahk.de Untuk mendorong pembangunan infrastruktur, Pemerintah mengambil beberapa langkah alternatif pembiayaan. Sejumlah proyek infrastruktur memang masih didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD). Namun demikian, pemerintah juga menawarkan skema lain, yakni melalui Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), Proyek Investasi Non APBN (PINA), atau memberikan kelonggaran swasta untuk berinvestasi. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira menyatakan, skema alternatif pembiayaan infrastruktur yang ditawarkan belum optimal. Menurut Bhima, perkembangan investor untuk skema ini tergolong lambat. Skema pembagian porsi antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta terlihat belum cukup menarik peran swasta. Bhima menuturkan, pemerintah semestinya menyediakan porsi lebih untuk proyek komersial untuk swasta. "Ini jelas terlihat belum efektif karena bisa dilihat dari keterlibatan swasta yang belum banyak masuk di sektor infrastruktur," jelas Bhima. Terkait hal teknis dalam pengerjaan proyek juga menjadi pertimbangan swasta dalam proyek infrastruktur. Penyelesaian lahan harus menjadi perhatian penting pemerintah. Kemudian perizinan daerah harus lebih dipangkas lagi. "Pemerintah harus memikirkan bagaimana agar skema-skema yang ditawarkan menjadi lebih menarik agar swasta lebih banyak masuk," kata Bhima. Sumber Berita: 1. Kontan.co.id, Skema Pembiayaaan Infrastruktur Belum Maksimal, Selasa, 29 Agustus 2017. Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum 2017 2. Detik.com, Jokowi Tambah 56 Proyek Masuk Dalam Prioritas Nasional, Jumat, 23 Juni 2017. Catatan: Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan Badan Usaha. KPBU dilakukan dengan tujuan untuk: a. Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam penyediaan infrastruktur melalui pengerahan dana swasta; b. Mewujudkan penyediaan infrastruktur yang berkualitas, efektif, efisien, tepat sasaran, dan tepat waktu; c. Menciptakan iklim investasi yang mendorong keikutsertaan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur berdasarkan prinsip usaha secara sehat; d. Mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima, atau dalam hal tertentu mempertimbangkan kemampuan membayar pengguna; dan/atau e. Memberikan kepastian pengembalian investasi badan usaha dalam penyediaan infrastruktur melalui mekanisme pembayaran secara berkala oleh pemerintah kepada badan usaha. Prakarsa KPBU dari Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah. Namun demikian, badan usaha dapat mengajukan prakarsa KPBU kepada Menteri/Kepala apabila memenuhi kriteria sebagai berkut: a. terintegrasi secara teknis dengan rencana induk pada sektor yang bersangkutan; b. layak secara ekonomi dan finansial; dan c. badan usaha yang mengajukan prakarsa memiliki kemampuan keuangan yang memadai untuk membiayai pelaksanaan penyediaan infrastruktur. Pada bulan Juni 2017, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Berdasarkan Perpres Nomor 58 Tahun 2017, anggaran proyek dimungkinkan melalui nonanggaran Pemerintah, yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum 2017