BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kecukupan Gizi Makan Pagi 1. Pengertian Kecukupan Gizi Makan Pagi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, makan pagi adalah memasukkan makanan pokok ke dalam mulut, mengunyah dan menelannya di waktu pagi. Menurut Soekirman cit. Susanti (2012: 3), makan pagi merupakan hal terpenting dari seluruh jenis hidangan sehari. Makan pagi adalah makanan yang dikonsumsi pada pagi hari sebelum beraktivitas yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan dengan waktu makan pagi dimulai dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 10.00. Makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik seharian. Makan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Bila kadar gula darah normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas. Makan pagi juga memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh (Khomsan, 2010: 103). 8 2. Pentingnya Makan Pagi Makan pagi merupakan pasokan energi untuk otak yang paling baik agar dapat berkonsentrasi di sekolah. Saat bangun di pagi hari, gula darah dalam tubuh menjadi rendah karena semalaman tidak makan (Devi, 2012: 31). Tidak makan pagi menyebabkan kekosongan lambung selama 10-11 jam karena makanan terakhir yang masuk ke tubuh kita adalah makan malam pukul 19.00. Melewatkan makan pagi dapat menyebabkan tubuh kekurangan glukosa dan hal ini menyebabkan tubuh lemah dan kurang konsentrasi karena tidak ada suplai energi. Jika hal ini terjadi, maka tubuh akan membongkar persediaan tenaga yang ada dari jaringan lemak tubuh (Khomsan, 2010: 103). Menurut Devi (2012: 30), makan pagi memiliki peranan penting bagi anak usia 6-14 tahun antara lain untuk pemenuhan gizi di pagi hari. Anakanak yang terbiasa makan pagi, akan berpengaruh terhadap kecerdasan otak, terutama daya ingat anak, sehingga dapat mendukung prestasi belajar anak lebih baik. Menurut Istiany (2013: 156), makan pagi harus diperhatikan untuk menjaga ketahanan tubuh serta agar anak lebih mudah menerima pelajaran. 3. Zat Gizi dalam Makanan Makanan yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan agar tubuh dapat berfungsi normal. Sebaliknya, makanan 9 yang tidak dipilih dengan baik, akan menyebabkan tubuh kekurangan zatzat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial merupakan zat gizi yang harus bersumber dari makanan, meliputi karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan air (Almatsier, 2010: 8). Manusia memperoleh bahan bakar terutama dari karbohidrat, lemak, dan protein yang terdapat dalam makanan. Ketika makan, makanan akan dicerna dan diserap. Produk pencernaan akan diedarkan dalam darah, masuk ke dalam berbagai jaringan dan akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi (Mark, 2000: 2). Gambar 1. Konversi Zat Gizi Makanan menjadi ATP (Murray, et al., 2003: 93) Siklus asam sitrat pada gambar 2 berikut ini merupakan jalur katabolisme utama untuk asetil-CoA pada organisme aerob. Asetil-CoA yang merupakan hasil katabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, lepas bersama dengan H2O dan dioksidasi menjadi CO2 dengan pelepasan 2H. 10 Gambar 2. Siklus Asam Sitrat (Murray, et al., 2003: 131) a. Karbohidrat Tiga golongan utama karbohidrat antara lain monosakarida (gula sederhana) yang terdiri dari satu unit polihidroksi aldehida atau keton; oligosakarida yang terdiri dari dua atau lebih unit monosakarida yang diikat dengan ikatan kovalen; dan polisakarida yang terdiri dari ratusan 11 hingga ribuan unit monosakarida yang membentuk rantai panjang (Lehninger, 1982: 313-314). Karbohidrat berperan dalam menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh yang selanjutnya diubah menjadi energi. Jaringan tertentu hanya mendapat pasokan energi dari karbohidrat seperti sel darah merah dan sebagian besar otak dan sistem saraf (Almatsier, 2010: 40). Gambar 3. Overview Metabolisme Karbohidrat (Murray, et al., 2003: 123) 12 Menurut Tirtawinata (2006: 135), karbohidrat dicerna secara mekanik dan kimiawi dari mulut hingga duodenum, yang menghasilkan monosakarida yaitu glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Monosakarida kemudian diserap ke pembuluh darah kapiler melalui sel-sel vili ileum dan kemudian disalurkan ke hati melalui vena porta hepatis. Galaktosa dan fruktosa kemudian diubah menjadi glukosa di dalam hati. Sebagian glukosa ini disimpan sebagai cadangan yang berupa glikogen hati dan glikogen otot. Glikogen hati memiliki fungsi untuk menjaga kadar gula darah agar tetap normal yaitu kisaran 80-110 mg/dL. Kadar gula darah akan naik hingga 110-160 mg/dl setelah kita makan, kemudian turun lagi secara bertahap, dan setelah 2 jam akan kembali menjadi 80-110 mg/dL. Kadar glukosa darah yang menurun dapat menyebabkan jaringan yang bergantung pada glukosa akan kekurangan energi. Ketika kadar glukosa turun secara mendadak, otak tidak akan mampu membentuk ATP dalam jumlah memadai. Akan timbul pusing dan kepala terasa ringan, diikuti oleh mengantuk dan akhirnya koma. Sel darah merah tidak akan mampu menghasilkan ATP yang cukup untuk mempertahankan integritas membrannya. Hemolisis sel ini akan menurunkan transport oksigen ke seluruh jaringan tubuh, sehingga semua jaringan yang bergantung pada oksigen untuk memperoleh energi akan terganggu fungsi normalnya, dan 13 apabila gangguan ini cukup berat akan terjadi kematian (Marks, et al., 2002:464) b. Lipid Lipid atau lemak dalam makanan berupa triasilgliserol dan dalam jumlah yang lebih sedikit yakni fosfolipid. Keduanya merupakan molekul hidrofobik yang harus dihidrolisis dan diemulsifikasi menjadi butiran yang sangat halus (misel) sebelum dapat diserap (Murray, 2006: 496). Beberapa lipida berfungsi sebagai komponen structural membran, atau sebagai bentuk penyimpanan bahan bakar. Asam lemak memiliki jumlah atom karbon yang genap, yang paling banyak dijumpai memiliki 16 atau 18 atom karbon (Lehninger, 1982: 366). Lipida adalah komponen sel atau jaringan yang terdiri atas beraneka ragam senyawa yang sebagian besar hanya larut dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, bensen. Lemak adalah ester antara gliserol dan asam lemak dimana ketiga radikal hidroksil dari gliserol semuanya diesterkan. Jadi jelas bahwa lemak adalah trigliserida. Struktur kimia dari lemak yang berasal dari hewan atau manusia, tanaman maupun lemak sintetik, mempunyai bentuk umum sebagai berikut: O H 2C O C O HC O C H 2C O C 14 O R1 R2 R3 Gambar 4. Struktur Lipid R1, R2, R3 adalah rantai hidrokarbon dengan jumlah atom karbon mulai dari 3 sampai 23, namun yang paling umum adalah 15 atau 17 (Kuswati, et al., 2001: th.) Gambar 5. Overview Metabolisme Asam Lemak (Murray, et al., 2003: 123) Menurut Poedjiaji (2005: th.), lipida mempunyai beberapa fungsi di antaranya ialah: 1) Komponen struktural membran 15 2) Sumber energi 3) Lapisan pelindung 4) Vitamin dan hormon 5) Penyekat panas di sekeliling organ tertentu 6) Penyekat listrik, untuk perambatan cepat pada saraf bermyelin Menurut Tirtawinata (2006: 138), pencernaan lemak telah terjadi di duodenum dan menghasilkan gliserol dan asam lemak. Gliserol dapat diserap melalui usus karena larut dalam air, sedangkan asam lemak tidak larut dalam air. Asam lemak berikatan dengan garam empedu terlebih dahulu agar dapat diserap oleh vili usus. Ikatan asam lemak-garam empedu akan terurai kembali setelah melewati dinding usus, kemudian asam lemak akan bersenyawa lagi dengan gliserol dan membentuk molekul lemak. Molekul-molekul lemak ini disebut khilomikron yang berupa butir-butir halus dalam cairan tubuh. Khilomikron dialirkan oleh cairan getah bening (limfe) ke pembuluh limfe usus menuju pembuluh limfe dada (duktus thorasikus) kemudian ke pembuluh balik bawah selangka kiri (vena subklavia). Sebagian lemak dialirkan dari vena subklavia ke hati, yang kemudian dirombak dan dirakit sesuai kebutuhan tubuh. Sebagian lemak lainnya disimpan sebagai cadangan tubuh di bawah kulit. Bila sel-sel tubuh membutuhkan energi, lemak akan dihidrolisis oleh enzim lipase sehingga 16 menghasilkan gliserol dan asam lemak yang kemudian akan mengalami metabolism dan menghasilkan energi, karbondioksida, dan air. c. Protein Protein merupakan makromolekul yang paling berlimpah dalam sel. Protein terdiri dari rantai polipeptida panjang yang disusun oleh 100 sampai 1000 unit asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida. Sel mengandung ratusan atau ribuan jenis protein, masing-masing dengan fungsi atau aktivitas biologi yang berbeda. Semua terbuat dari susunan 20 asam amino yang sama, tetapi berbeda dalam deret unit asam aminonya (Lehninger, 1982: 160). Gambar 6. Overview Metabolisme Asam Amino (Murray, et al., 2003: 124) 17 Menurut Tirtawinata (2006: 136), pencernaan protein berakhir di jejunum dengan hasil akhir asam amino. Asam amino kemudian diabsorbsi di dinding ileum melalui vili ileum secara pasif maupun aktifselektif, yang kemudian diedarkan melalui pembuluh darah. Protein dikenal sebagai bagian dari makanan yang digunakan sebagai pengganti jaringan sel. Protein yang diisolasi dari sel hidup ada beratusratus. Semuanya mengandung unsur-unsur C, H, N dan O dan hampir semua mengandung S. Beberapa protein juga mengandung P, Fe, Zn, dan Cu. Protein yang dihidrolisis dengan bantuan asam maka hasilnya adalah asam amino, yang jumlahnya tergantung dari panjang rantai, berat molekul, dan lain-lain (Martoharsono, 2006: 41). Menurut Poedjiaji (2006: 300), protein dalam makanan diperlukan untuk menyediakan asam amino yang akan digunakan untuk memproduksi senyawa nitrogen yang lain, untuk mengganti protein dalam jaringan yang mengalami proses penguraian dan untuk mengganti nitrogen yang telah dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urea. Ada 20 jenis asam amino yang umum ditemukan di alam. Ada beberapa asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi tidak dapat diproduksi oleh tubuh dalam jumlah memadai. Oleh karena itu asam amino tersebut, yang dinamakan asam amino esensial, harus diperoleh dari makanan. Asam-asam amino esensial yang dibutuhkan oleh manusia 18 ialah histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, arginin, fenilalanin, treonin, triptofan, valin. Makanan yang mengandung protein hewani, miasalnya daging, susu, keju, telur, ikan dan lain-lain, merupakan sumber asam amino esensial (Poedjiadi, 2006: 300). Adapun beberapa fungsi protein antara lain, 1) Sebagai Enzim Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh enzim, dari reasi yang sangat sederhana seperti reaksi transportrasi CO2 sampai yang sangat rumit seperti replikasi kromosom. 2) Alat pengangkut dan penyimpan Hemoglobin yang mengangkut oksigen dalam eritrost, sedangkan mioglobin mengangkut osigen dalam otot. 3) Pertahanan tubuh atau imunisasi Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi,yaitu suatu protein khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk kedalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-sel asing lainnya. 4) Media perambatan impuls saraf Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai reseptor penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata. 19 5) Pegendali pertumbuhan Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan. Gambar 7. Siklus Asam Sitrat (Krebs) (Murray, et al., 2003: 132) d. Vitamin, Air dan Mineral 20 Penyerapan zat gizi lain seperti vitamin, air, serta mineral diserap secara langsung di dinding usus (Tirtawinata, 2006: 138). Vitamin diperlukan hanya dalam jumlah sedikit karena berperan sebagai katalisator yang memungkinkan transformasi kimia makronutrien secara bersamasama pada proses metabolisme (Lehninger, 1982: 283-284). Menurut Lehninger (1982: 308), vitamin adalah senyawa organik dalam jumlah mikro yang esensial pada sebagian besar fungsi kehidupan, tetapi tidak dapat disintesa oleh beberapa organisme dan harus diperoleh dari sumber di luar tubuh. Kebanyakan vitamin larut air berfungsi sebagai komponen berbagai koenzim atau gugus prostetik enzim yang penting dalam metabolisme sel. Tiamin (vitamin B1) merupakan komponen aktif tiamin pirofosfat, suatu koenzim yang dibutuhkan sebagai pembawa sementara asetaldehida di dalam dekarboksilasi enzimatik piruvat, suatu produk utama dari pemecahan glukosa di dalam sel. Riboflavin (vitamin B2) adalah komponen koenzim flavin mononukleotida (FMN) dan flavin adenin dinukleotida (FAD) yang berfungsi sebagai pembawa hidrogen, gugus prostetik enzim oksidatif. Asam nikotinat merupakan komponen nikotinamida adenin dinukleotida (NAD dan NADP) yang berfungsi sebagai pembawa sementara ion hidrida pada beberapa proses dehidrogenase. Asam pentotenat adalah komponen koenzim A yang berfungsi sebagai pembawa sementara gugus asil selama oksidasi enzimatik piruvat dan asam lemak. Piridoksin (vitamin B6) adalah 21 prekursor esensial bagi enzim yang mengubah asam amino. Biotin berperan dalam membawa gugus karboksi. Asam folat merupakan prekursor asam tetrahidrofolat, suatu koenzim yang berfungsi dalam transfer enzimatik senyawa 1-karbon. Vitamin B12 berfungsi di dalam pertukaran enzimatik atom hidrogen dan gugus pensubsitusi tertentu di antara atom-atom karbon yang berdekatan. Vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A merupakan prekursor pigmen peka cahaya dalam siklus visual sel pada vertebrata. Vitamin K merupakan kofaktor dalam pembentukan residu γ- karboksiglutamil secara enzimatik pada protombin, suatu protein plasma pengikat Ca2+ yang penting dalam pembekuan darah. Besi, tembaga, seng, mangan, kobalt, selenium, dan nikel adalah komponen esensial bagi berbagai jenis enzim. Ketersediaan vitamin dan mineral bergantung pada jenis makanan. Vitamin larut lemak diserap dalam misel lipid yang terbentuk saat pencernaan lemak. Vitamin larut air dan sebagian garam mineral diserap dari usus halus melalui transport aktif atau difusi yang diperantai oleh carrier (pembawa), dan disertai oleh pengikatan pada protein intrasel untuk mencapai penyerapan konsentratif (Murray, 2006: 499). 4. Pengertian dan Penilaian Status Gizi 22 Menurut Istiany (2013: 28), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari mengkonsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Metode penilaian status gizi secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu a. Penilaian secara langsung 1) Antropometri 2) Klinis 3) Biokimiawi 4) Biofisik b. Penilaian secara tidak langsung 1) Survei Konsumsi Makanan 2) Statistik Vital 3) Faktor Ekologi B. Konsentrasi Belajar 1. Pengertian Konsentrasi Belajar Menurut Susanto (2006: 46), konsentrasi adalah kemampuan seseorang untuk bisa mencurahkan perhatian dalam waktu yang relatif lama. Anak dikatakan berkonsentrasi pada pelajaran bila anak dapat memusatkan perhatian pada apa yang dipelajari. Dengan berkonsentrasi, anak tidak mudah mengalihkan perhatian pada masalah lain di luar apa yang dipelajarinya. 23 Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa seperti konsentrasi pikiran dan perhatian terhadap suatu pekerjaan yang dilakukan. Ketika belajar diperlukan konsentrasi dalam perwujudan perhatian terpusat pada pelajaran. Kurangnya konsentrasi akan berdampak pada prestasi seseorang (Djamarah, 2008 cit. Singh, 2014: 5). Konsentrasi merupakan salah satu dari fungsi kognitif otak. Menurut Ginsberg (2005: 13), fungsi otak dapat disubklasifikasi menjadi fungsi yang terdistribusi dan fungsi yang terlokasi. Fungsi otak yang terdistribusi berarti tidak terlokasi pada region otak tertentu, namun membutuhkan aksi dari berbagai bagian pada kedua sisi otak. Fungsi otak yang berdistribusi antara lain atensi dan konsentrasi, memori, fungsi eksekutif yang lebih tinggi, konduksi sosial dan kepribadian. Konsentrasi berhubungan dengan atensi. Menurut Hapsari (2014: 111), atensi sebagai proses menyaring (scanning), memfokuskan perhatian atau dikenal dengan istilah konsentrasi (focusing), mempertahankan fokus perhatian pada objek yang relevan dan mengabaikan objek yang tidak relevan dengan tujuan dalam waktu tertentu serta mengubah fokus perhatian dari kegiatan yang satu ke kegiatan selanjutnya. Konsentrasi merupakan kondisi dimana otak mampu memusatkan pada suatu hal. Otak termasuk dalam sistem saraf pusat. Menurut Smith (2003: 881), sistem saraf terdiri dari berbagai tipe sel. Tipe sel yang paling banyak yaitu sel glial yang terdiri atas astrocytes dan oligodendrocytes 24 pada sistem saraf pusat, dan sel Schwann pada sistem saraf samping. Selsel tersebut menyokong neuron dan mensintesis selubung myelin yang melindungi akson. 2. Anatomi Konsentrasi Menurut Ikawati (2011: 9), membran sel saraf memiliki banyak kanalkanal ion, seperti natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++), dan klorida (Cl-). Kanal ion bersifat spesifik terhadap ion tertentu, artinya hanya dapat dilewati atau memiliki afinitas hanya terhadap ion-ion tertentu. Ion Na+, Ca++, Cl- terdapat dalam konsentrasi tinggi di luar sel, sementara ion K+ lebih banyak terdapat di dalam sel. Hantaran impuls dapat terjadi saat terdapat perubahan-perubahan muatan di sekitar membran sel saraf. Jika ion Na+ masuk ke dalam sel saraf maka akan menyebabkan depolarisasi, yang merupakan pemicu terjadinya hantaran impuls saraf. Sebaliknya, ketika ion K+ keluar dari dalam sel atau ion Cl- masuk ke dalam sel, maka muatan di dalam sel akan semakin negatif. Hal tersebut menimbulkan proses hiperpolarisasi yang menyebabkan penghambatan transmisi saraf (Ikawati, 2011: 10). Menurut Ginsberg (2005: 13), anatomi konsentrasi normal tergantung dari dasar anatomis yang sama dengan kesadaran, yaitu sistem aktivasi retikular yang berproyeksi ke thalamus, dan kemudian ke korteks selebri secara difus. 25 Menurut (Batticaca, 2008 :17), talamus berfungsi sebagai pusat penerima dan pengirim saraf-saraf sensorik aferen yang berada dalam fosa bagian tengah otak. Talamus bertanggung jawab dalam perjalanan stimulus sensorik menuju korteks selebri (mengirim dan menerjemahkan stimulus sensorik). Reticular Activating System (RAS) atau sistem aktivasi retikular merupakan bagian dari formasio retikularis. Formasio retikularis menghubungkan semua jenis informasi neuronal melalui kolateralnya. Berbagai masukan diterima di sini dan kemudian disebarluarkan serta dilakukan organisasi responnya (Noor, 2011: th). Kesadaran normal pada sistem aktivasi reticular tergantung dari interaksi antara formasio retikularis asendens batang otak dan hemisfer serebri (Ginsberg, 2005: 8) Fungsi normal sistem aktivasi retikular dapat terganggu oleh adanya lesi struktural fokal di otak atau karena proses secara difus. Lesi struktural fokal dapat berupa infratentorial (secara langsung melibatkan batang otak), supratentorial (menekan batang otak), dan penyebab patologis serupa terutama mengenai hemisfer serebri kanan. Proses difus dapat berupa penurunan ketersediaan substansi yang dibutuhkan untuk metabolisme otak (hipoksia dan hipoglikemia), penyakit metabolik (gagal ginjal, gagal hati, hipotermia, defisiensi vitamin), epilepsi yang mempengaruhi aktivitas listrik normal pada batang otak, inflamasi otak 26 atau selaput otak, serta pengaruh obat-obatan dan toksin (Ginsberg, 2005: 8). 3. Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar Konsentrasi belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah modalitas belajar (Visual, Audiotorial, Kinestetik) yang menentukan bagaimana siswa memproses setiap informasi yang diterimanya (Susanto, 2006: 46). Ada beberapa aspek penting yang dipertimbangkan terkait konsentrasi belajar. Menurut Nugroho (2007) cit. Singh (2017: 6), aspek –aspek konsentrasi belajar adalah seperti yang tertera di bawah ini: a. Pemusatan pikiran: seseorang itu harus mempunyai suasana belajar yang tenang, nyaman dan perhatian penuh untuk memahami isi pelajarannya. b. Motivasi: keinginan atau dorongan yang kuat yang timbul dari diri seseorang itu secara sendirinya untuk menjadi lebih baik agar dapat memenuhi kebutuhannya. c. Rasa khawatir: seseorang itu merasa tidak tenang karena merasakan pekerjaan yang dilakukannya itu tidak optimal. d. Perasaan tertekan: tuntutan dan tekanan daripada orang di sekitarnya. e. Gangguan pemikiran: hambatan yang muncul pada individu yang asalnya mungkin dari individu itu sendiri ataupun dari orang di sekelilingnya. 27 f. Gangguan kepanikan: seseorang itu merasa khawatir memikirkan tentang hasil yang akan dilakukan atau sudah dilakukan dan ini menurunkan konsentrasinya. g. Kesiapan belajar: persiapan yang dilakukan oleh individu untuk menerima pelajaran dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Konsentrasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti motivasi untuk belajar, nutrisi, keadaan psikologis serta keadaan fisiologis seperti kualitas tidur, suara, pencahayaan, temperatur, serta desain belajar (Lestari, dkk., 2015: 202). Menurut Slameto (2003) cit. (Singh, 2014: 7) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsentrasi di antaranya adalah a. Kurangnya minat terhadap mata pelajaran yang dipelajari b. Perasaan gelisah, tertekan, marah, khawatir, takut, benci dan dendam c. Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan d. Kondisi kesehatan jasmani e. Kebosanan terhadap pelajaran atau sekolah Pendapat Hakim (2003: 6) menyebutkan bahwa faktor eksternal yang dapat mempengaruhi konsentrasi yaitu lingkungan, udara, penerangan, orang-orang sekitar lingkungan, suhu, dan fasilitas. Lingkungan sekitar 28 harus cukup tenang, bebas dari suara-suara yang terlalu keras yang mengganggu pendengaran dan ketenangan. 4. Pengukuran Konsentrasi Belajar dengan Bourdon Wiersma Menurut Susetyo (2012: 35), tes Bourdon Wiersma merupakan salah satu tes kognitif yang dikembangkan pada tahun 1982. Tes ini digunakan untuk mengevaluasi konsentrasi, perhatian, kecepatan bekerja untuk tugastugas yang rutin dan monoton, ketelitian kerja, dan daya tahan dalam bekerja. Perlengkapan yang diperlukan yaitu blangko kelompok titik-titik dari 3 sampai dengan 5 titik (satu baris berisi 20 kelompok titik-titik dan semuanya berjumlah 30 baris), blangko pencatatan waktu, pensil dan stopwatch. Menurut Singh (2014: 9), test Bourdon adalah tes yang umum digunakan untuk persepsi visual gabungan, kewaspadaan dan konsentrasi. Tes ini telah digunakan dalam evaluasi konsentrasi dimana subjek mendapat instruksi untuk mencoret semua kelompok dari 4 titik pada kertas A4. Tes terdiri dari beberapa baris, dengan masing-masing baris berisi secara acak, delapan kelompok dari 3 titik, delapan kelompok dari 4 titik dan delapan kelompok 5 titik. Diameter rata-rata dari kelompok titiktitik sekitar 5 mm. Subjek harus menandai setiap kelompok empat titik secepat dan seakurat mungkin. Dua baris di bagian belakang lembar tes diilustrasikan prosedur, dengan peneliti melakukan baris pertama untuk 29 menunjukkan bagaimana untuk melakukan tugas dan subjek menyelesaikan baris kedua sebagai contoh. Jumlah kelompok uncrossed dari 4 titik, kelompok titik-titik selain 4, dan waktu yang dihabiskan (maksimum 15 menit) akan diambil untuk dievaluasi dan dikategorikan sebagai konsentrasi baik atau konsentrasi buruk. C. Anak Sekolah Dasar 1. Karakteristik Anak Sekolah Dasar Usia antara 6 sampai 12 tahun adalah usia anak yang duduk di bangku sekolah dasar. Pada masa ini anak mulai masuk ke dalam dunia baru, anak mulai banyak berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya dan berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru dalam kehidupannya (Mochji, 2003 cit. Syatyawati, 2013: 5). Anak sekolah dasar dengan usia sekitar 7-13 tahun merupakan masa-masa pertumbuhan paling pesat kedua setelah masa balita. Kesehatan yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula (Istiany, 2013: 152). 30 Gambar 8. Diagram Laju Perumbuhan Relatif Beberapa Sistem Organ Selama Perkembangan Manusia (Villee, et al., 1984: 364) Kurva pertumbuhan dari kerangka mengikuti kurva pertumbuhan tubuh secara keseluruhan. Masa anak-anak ditandai dengan otak dan sumsum tulang belakang yang tumbuh relatif secara cepat dan mencapai ukuran dewasa pada umur 9 tahun. Menurut Devi (2012: 15), kekurangan energi ditandai dengan kondisi badan lemah, tidak bersemangat, sulit berkonsentrasi, dan kurus. Salah satu akibat bila anak sekolah kurang energi yaitu tidak optimal saat menerima pelajaran dan berpikir. Otak membutuhkan banyak energi saat berpikir, yakni 20-30% dari total energi dalam tubuh. 2. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah Dasar Gizi seimbang untuk anak sekolah harus memenuhi zat gizi makro. Zat tersebut meliputi karbohidrat 45-46% dari total energi, protein 10-25% (perbandingan protein hewani dan nabati = 2:1) dari total energi, lemak 25-40% total energi, serta memenuhi kebutuhan gizi mikro antara lain vitamin dan mineral (Devi, 2012: 4). Kebutuhan kalori anak usia sekolah ditentukan dari berat badan, usia, dan aktivitas anak (Istiany, 2013: 160). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2013, angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia kelompok umur 7-9 tahun tercantum dalam tabel 1, 2, dan 3. 31 Tabel 1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat dan Air yang Dianjuran untuk Orang Indonesia (perorangan perhari) Kelompok Umur 7-9 tahun (Permenkes RI No. 75 Tahun 2013) BB (kg) 27 TB (cm) 130 Energi (kkal) 1850 Protei n (g) 49 Lemak (g) Total 72 32 n-6 10 n-3 0,9 Karbohidrat (g) Serat (g) Air (mL) 254 26 1900 Tabel 2. Angka Kecukupan Vitamin yang Dianjuran untuk Orang Indonesia (perorangan perhari) Kelompok Umur 7-9 tahun (Permenkes RI No. 75 Tahun 2013) Parameter Angka Kecukupan Vitamin A (mcg) 500 Vitamin E (mg) 7 Vitamin K (mcg) 25 Vitamin B1 (mg) 0,9 Vitamin B2 (mg) 1,1 Vitamin B3 (mg) 10 Vitamin B6 (mg) 1 Folat (mcg) 300 Vitamin B12 (mcg) 1,2 Kolin (mg) 375 Vitamin C (mg) 45 Tabel 3. Angka Kecukupan Mineral yang Dianjuran untuk Orang Indonesia (perorangan perhari) Kelompok Umur 7-9 tahun (Permenkes RI No. 75 Tahun 2013) Parameter Angka Kecukupan Kalsium (mg) 1000 Fosfor (mg) 500 Magnesium (mg) 120 Natrium (mg) 1200 Kalium (mg) 4500 Besi (mg) 10 Iodium (mcg) 120 Seng (mg) 11 33 D. Kerangka Berpikir Skema kerangka berpikir dalam penelitian ini tercantum dalam gambar berikut, Lingkungan sekitar Faktor Eksternal Kondisi abiotik Kesehatan tubuh Kecukupan gizi Faktor Internal Konsentrasi Belajar Kondisi psikologis Gambar 9. Skema Kerangka Berpikir E. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kecukupan gizi makan pagi dengan tingkat konsentrasi belajar anak sekolah dasar. 34