BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kecukupan Gizi Makan Pagi 1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kecukupan Gizi Makan Pagi
1. Pengertian Kecukupan Gizi Makan Pagi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, makan pagi adalah
memasukkan makanan pokok ke dalam mulut, mengunyah dan
menelannya di waktu pagi. Menurut Soekirman cit. Susanti (2012: 3),
makan pagi merupakan hal terpenting dari seluruh jenis hidangan sehari.
Makan pagi adalah makanan yang dikonsumsi pada pagi hari sebelum
beraktivitas yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan
kudapan dengan waktu makan pagi dimulai dari pukul 06.00 sampai
dengan pukul 10.00.
Makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan
aktivitas fisik seharian. Makan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang
siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Bila kadar gula
darah normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga
berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas. Makan pagi juga
memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan
tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi
ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh
(Khomsan, 2010: 103).
8
2. Pentingnya Makan Pagi
Makan pagi merupakan pasokan energi untuk otak yang paling baik
agar dapat berkonsentrasi di sekolah. Saat bangun di pagi hari, gula darah
dalam tubuh menjadi rendah karena semalaman tidak makan (Devi, 2012:
31). Tidak makan pagi menyebabkan kekosongan lambung selama 10-11
jam karena makanan terakhir yang masuk ke tubuh kita adalah makan
malam pukul 19.00. Melewatkan makan pagi dapat menyebabkan tubuh
kekurangan glukosa dan hal ini menyebabkan tubuh lemah dan kurang
konsentrasi karena tidak ada suplai energi. Jika hal ini terjadi, maka tubuh
akan membongkar persediaan tenaga yang ada dari jaringan lemak tubuh
(Khomsan, 2010: 103).
Menurut Devi (2012: 30), makan pagi memiliki peranan penting bagi
anak usia 6-14 tahun antara lain untuk pemenuhan gizi di pagi hari. Anakanak yang terbiasa makan pagi, akan berpengaruh terhadap kecerdasan
otak, terutama daya ingat anak, sehingga dapat mendukung prestasi belajar
anak lebih baik. Menurut Istiany (2013: 156), makan pagi harus
diperhatikan untuk menjaga ketahanan tubuh serta agar anak lebih mudah
menerima pelajaran.
3. Zat Gizi dalam Makanan
Makanan yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi
yang dibutuhkan agar tubuh dapat berfungsi normal. Sebaliknya, makanan
9
yang tidak dipilih dengan baik, akan menyebabkan tubuh kekurangan zatzat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial merupakan zat gizi yang harus
bersumber dari makanan, meliputi karbohidrat, lemak, protein, mineral,
vitamin, dan air (Almatsier, 2010: 8).
Manusia memperoleh bahan bakar terutama dari karbohidrat, lemak,
dan protein yang terdapat dalam makanan. Ketika makan, makanan akan
dicerna dan diserap. Produk pencernaan akan diedarkan dalam darah,
masuk ke dalam berbagai jaringan dan akhirnya diserap oleh sel dan
dioksidasi untuk menghasilkan energi (Mark, 2000: 2).
Gambar 1. Konversi Zat Gizi Makanan menjadi ATP (Murray, et al.,
2003: 93)
Siklus asam sitrat pada gambar 2 berikut ini merupakan jalur
katabolisme utama untuk asetil-CoA pada organisme aerob. Asetil-CoA
yang merupakan hasil katabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, lepas
bersama dengan H2O dan dioksidasi menjadi CO2 dengan pelepasan 2H.
10
Gambar 2. Siklus Asam Sitrat (Murray, et al., 2003: 131)
a. Karbohidrat
Tiga golongan utama karbohidrat antara lain monosakarida (gula
sederhana) yang terdiri dari satu unit polihidroksi aldehida atau keton;
oligosakarida yang terdiri dari dua atau lebih unit monosakarida yang
diikat dengan ikatan kovalen; dan polisakarida yang terdiri dari ratusan
11
hingga ribuan unit monosakarida yang membentuk rantai panjang
(Lehninger, 1982: 313-314).
Karbohidrat berperan dalam menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh
yang selanjutnya diubah menjadi energi. Jaringan tertentu hanya mendapat
pasokan energi dari karbohidrat seperti sel darah merah dan sebagian
besar otak dan sistem saraf (Almatsier, 2010: 40).
Gambar 3. Overview Metabolisme Karbohidrat (Murray, et al., 2003:
123)
12
Menurut Tirtawinata (2006: 135), karbohidrat dicerna secara mekanik
dan kimiawi dari mulut hingga duodenum, yang menghasilkan
monosakarida yaitu glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Monosakarida
kemudian diserap ke pembuluh darah kapiler melalui sel-sel vili ileum dan
kemudian disalurkan ke hati melalui vena porta hepatis.
Galaktosa dan fruktosa kemudian diubah menjadi glukosa di dalam
hati. Sebagian glukosa ini disimpan sebagai cadangan yang berupa
glikogen hati dan glikogen otot. Glikogen hati memiliki fungsi untuk
menjaga kadar gula darah agar tetap normal yaitu kisaran 80-110 mg/dL.
Kadar gula darah akan naik hingga 110-160 mg/dl setelah kita makan,
kemudian turun lagi secara bertahap, dan setelah 2 jam akan kembali
menjadi 80-110 mg/dL.
Kadar glukosa darah yang menurun dapat menyebabkan jaringan yang
bergantung pada glukosa akan kekurangan energi. Ketika kadar glukosa
turun secara mendadak, otak tidak akan mampu membentuk ATP dalam
jumlah memadai. Akan timbul pusing dan kepala terasa ringan, diikuti
oleh mengantuk dan akhirnya koma. Sel darah merah tidak akan mampu
menghasilkan ATP yang cukup untuk mempertahankan integritas
membrannya. Hemolisis sel ini akan menurunkan transport oksigen ke
seluruh jaringan tubuh, sehingga semua jaringan yang bergantung pada
oksigen untuk memperoleh energi akan terganggu fungsi normalnya, dan
13
apabila gangguan ini cukup berat akan terjadi kematian (Marks, et al.,
2002:464)
b. Lipid
Lipid atau lemak dalam makanan berupa triasilgliserol dan dalam
jumlah yang lebih sedikit yakni fosfolipid. Keduanya merupakan molekul
hidrofobik yang harus dihidrolisis dan diemulsifikasi menjadi butiran yang
sangat halus (misel) sebelum dapat diserap (Murray, 2006: 496).
Beberapa lipida berfungsi sebagai komponen structural membran, atau
sebagai bentuk penyimpanan bahan bakar. Asam lemak memiliki jumlah
atom karbon yang genap, yang paling banyak dijumpai memiliki 16 atau
18 atom karbon (Lehninger, 1982: 366).
Lipida adalah komponen sel atau jaringan yang terdiri atas beraneka
ragam senyawa yang sebagian besar hanya larut dalam pelarut organik
seperti eter, kloroform, bensen.
Lemak adalah ester antara gliserol dan asam lemak dimana ketiga
radikal hidroksil dari gliserol semuanya diesterkan. Jadi jelas bahwa
lemak adalah trigliserida. Struktur kimia dari lemak yang berasal dari
hewan atau manusia, tanaman maupun lemak sintetik, mempunyai bentuk
umum sebagai berikut:
O
H 2C
O
C
O
HC
O
C
H 2C
O
C
14
O
R1
R2
R3
Gambar 4. Struktur Lipid
R1, R2, R3 adalah rantai hidrokarbon dengan jumlah atom karbon
mulai dari 3 sampai 23, namun yang paling umum adalah 15 atau 17
(Kuswati, et al., 2001: th.)
Gambar 5. Overview Metabolisme Asam Lemak (Murray, et al., 2003:
123)
Menurut Poedjiaji (2005: th.), lipida mempunyai beberapa fungsi di
antaranya ialah:
1) Komponen struktural membran
15
2) Sumber energi
3) Lapisan pelindung
4) Vitamin dan hormon
5) Penyekat panas di sekeliling organ tertentu
6) Penyekat listrik, untuk perambatan cepat pada saraf bermyelin
Menurut Tirtawinata (2006: 138), pencernaan lemak telah terjadi di
duodenum dan menghasilkan gliserol dan asam lemak. Gliserol dapat
diserap melalui usus karena larut dalam air, sedangkan asam lemak tidak
larut dalam air. Asam lemak berikatan dengan garam empedu terlebih
dahulu agar dapat diserap oleh vili usus. Ikatan asam lemak-garam
empedu akan terurai kembali setelah melewati dinding usus, kemudian
asam lemak akan bersenyawa lagi dengan gliserol dan membentuk
molekul lemak. Molekul-molekul lemak ini disebut khilomikron yang
berupa butir-butir halus dalam cairan tubuh. Khilomikron dialirkan oleh
cairan getah bening (limfe) ke pembuluh limfe usus menuju pembuluh
limfe dada (duktus thorasikus) kemudian ke pembuluh balik bawah
selangka kiri (vena subklavia).
Sebagian lemak dialirkan dari vena subklavia ke hati, yang kemudian
dirombak dan dirakit sesuai kebutuhan tubuh. Sebagian lemak lainnya
disimpan sebagai cadangan tubuh di bawah kulit. Bila sel-sel tubuh
membutuhkan energi, lemak akan dihidrolisis oleh enzim lipase sehingga
16
menghasilkan gliserol dan asam lemak yang kemudian akan mengalami
metabolism dan menghasilkan energi, karbondioksida, dan air.
c. Protein
Protein merupakan makromolekul yang paling berlimpah dalam sel.
Protein terdiri dari rantai polipeptida panjang yang disusun oleh 100
sampai 1000 unit asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida. Sel
mengandung ratusan atau ribuan jenis protein, masing-masing dengan
fungsi atau aktivitas biologi yang berbeda. Semua terbuat dari susunan 20
asam amino yang sama, tetapi berbeda dalam deret unit asam aminonya
(Lehninger, 1982: 160).
Gambar 6. Overview Metabolisme Asam Amino (Murray, et al., 2003: 124)
17
Menurut Tirtawinata (2006: 136), pencernaan protein berakhir di
jejunum dengan hasil akhir asam amino. Asam amino kemudian
diabsorbsi di dinding ileum melalui vili ileum secara pasif maupun aktifselektif, yang kemudian diedarkan melalui pembuluh darah.
Protein dikenal sebagai bagian dari makanan yang digunakan sebagai
pengganti jaringan sel. Protein yang diisolasi dari sel hidup ada beratusratus. Semuanya mengandung unsur-unsur C, H, N dan O dan hampir
semua mengandung S. Beberapa protein juga mengandung P, Fe, Zn, dan
Cu. Protein yang dihidrolisis dengan bantuan asam maka hasilnya adalah
asam amino, yang jumlahnya tergantung dari panjang rantai, berat
molekul, dan lain-lain (Martoharsono, 2006: 41). Menurut Poedjiaji
(2006: 300), protein dalam makanan diperlukan untuk menyediakan asam
amino yang akan digunakan untuk memproduksi senyawa nitrogen yang
lain, untuk mengganti protein dalam jaringan yang mengalami proses
penguraian dan untuk mengganti nitrogen yang telah dikeluarkan dari
tubuh dalam bentuk urea.
Ada 20 jenis asam amino yang umum ditemukan di alam. Ada
beberapa asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi tidak dapat
diproduksi oleh tubuh dalam jumlah memadai. Oleh karena itu asam
amino tersebut, yang dinamakan asam amino esensial, harus diperoleh
dari makanan. Asam-asam amino esensial yang dibutuhkan oleh manusia
18
ialah histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, arginin, fenilalanin,
treonin, triptofan, valin. Makanan yang mengandung protein hewani,
miasalnya daging, susu, keju, telur, ikan dan lain-lain, merupakan sumber
asam amino esensial (Poedjiadi, 2006: 300).
Adapun beberapa fungsi protein antara lain,
1) Sebagai Enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh
enzim, dari reasi yang sangat sederhana seperti reaksi transportrasi
CO2 sampai yang sangat rumit seperti replikasi kromosom.
2) Alat pengangkut dan penyimpan
Hemoglobin
yang mengangkut oksigen dalam eritrost,
sedangkan mioglobin mengangkut osigen dalam otot.
3) Pertahanan tubuh atau imunisasi
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi,yaitu suatu
protein khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat
benda-benda asing yang masuk kedalam tubuh seperti virus, bakteri,
dan sel-sel asing lainnya.
4) Media perambatan impuls saraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk
reseptor, misalnya rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai
reseptor penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata.
19
5) Pegendali pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat
mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan
karakter bahan.
Gambar 7. Siklus Asam Sitrat (Krebs) (Murray, et al., 2003: 132)
d. Vitamin, Air dan Mineral
20
Penyerapan zat gizi lain seperti vitamin, air, serta mineral diserap
secara langsung di dinding usus (Tirtawinata, 2006: 138). Vitamin
diperlukan hanya dalam jumlah sedikit karena berperan sebagai katalisator
yang memungkinkan transformasi kimia makronutrien secara bersamasama pada proses metabolisme (Lehninger, 1982: 283-284).
Menurut Lehninger (1982: 308), vitamin adalah senyawa organik
dalam jumlah mikro yang esensial pada sebagian besar fungsi kehidupan,
tetapi tidak dapat disintesa oleh beberapa organisme dan harus diperoleh
dari sumber di luar tubuh. Kebanyakan vitamin larut air berfungsi sebagai
komponen berbagai koenzim atau gugus prostetik enzim yang penting
dalam metabolisme sel. Tiamin (vitamin B1) merupakan komponen aktif
tiamin pirofosfat, suatu koenzim yang dibutuhkan sebagai pembawa
sementara asetaldehida di dalam dekarboksilasi enzimatik piruvat, suatu
produk utama dari pemecahan glukosa di dalam sel. Riboflavin (vitamin
B2) adalah komponen koenzim flavin mononukleotida (FMN) dan flavin
adenin dinukleotida (FAD) yang berfungsi sebagai pembawa hidrogen,
gugus prostetik enzim oksidatif. Asam nikotinat merupakan komponen
nikotinamida adenin dinukleotida (NAD dan NADP) yang berfungsi
sebagai pembawa sementara ion
hidrida pada beberapa proses
dehidrogenase. Asam pentotenat adalah komponen koenzim A yang
berfungsi sebagai pembawa sementara gugus asil selama oksidasi
enzimatik piruvat dan asam lemak. Piridoksin (vitamin B6) adalah
21
prekursor esensial bagi enzim yang mengubah asam amino. Biotin
berperan dalam membawa gugus karboksi. Asam folat merupakan
prekursor asam tetrahidrofolat, suatu koenzim yang berfungsi dalam
transfer enzimatik senyawa 1-karbon. Vitamin B12 berfungsi di dalam
pertukaran enzimatik atom hidrogen dan gugus pensubsitusi tertentu di
antara atom-atom karbon yang berdekatan.
Vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A merupakan
prekursor pigmen peka cahaya dalam siklus visual sel pada vertebrata.
Vitamin
K
merupakan
kofaktor
dalam
pembentukan
residu
γ-
karboksiglutamil secara enzimatik pada protombin, suatu protein plasma
pengikat Ca2+ yang penting dalam pembekuan darah. Besi, tembaga, seng,
mangan, kobalt, selenium, dan nikel adalah komponen esensial bagi
berbagai jenis enzim.
Ketersediaan vitamin dan mineral bergantung pada jenis makanan.
Vitamin larut lemak diserap dalam misel lipid yang terbentuk saat
pencernaan lemak. Vitamin larut air dan sebagian garam mineral diserap
dari usus halus melalui transport aktif atau difusi yang diperantai oleh
carrier (pembawa), dan disertai oleh pengikatan pada protein intrasel
untuk mencapai penyerapan konsentratif (Murray, 2006: 499).
4. Pengertian dan Penilaian Status Gizi
22
Menurut Istiany (2013: 28), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat dari mengkonsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Metode
penilaian status gizi secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu
a. Penilaian secara langsung
1) Antropometri
2) Klinis
3) Biokimiawi
4) Biofisik
b. Penilaian secara tidak langsung
1) Survei Konsumsi Makanan
2) Statistik Vital
3) Faktor Ekologi
B. Konsentrasi Belajar
1. Pengertian Konsentrasi Belajar
Menurut Susanto (2006: 46), konsentrasi adalah kemampuan
seseorang untuk bisa mencurahkan perhatian dalam waktu yang relatif
lama. Anak dikatakan berkonsentrasi pada pelajaran bila anak dapat
memusatkan perhatian pada apa yang dipelajari. Dengan berkonsentrasi,
anak tidak mudah mengalihkan perhatian pada masalah lain di luar apa
yang dipelajarinya.
23
Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa seperti konsentrasi pikiran
dan perhatian terhadap suatu pekerjaan yang dilakukan. Ketika belajar
diperlukan konsentrasi dalam perwujudan perhatian terpusat pada
pelajaran. Kurangnya konsentrasi akan berdampak pada prestasi seseorang
(Djamarah, 2008 cit. Singh, 2014: 5).
Konsentrasi merupakan salah satu dari fungsi kognitif otak. Menurut
Ginsberg (2005: 13), fungsi otak dapat disubklasifikasi menjadi fungsi
yang terdistribusi dan fungsi yang terlokasi. Fungsi otak yang terdistribusi
berarti tidak terlokasi pada region otak tertentu, namun membutuhkan aksi
dari berbagai bagian pada kedua sisi otak. Fungsi otak yang berdistribusi
antara lain atensi dan konsentrasi, memori, fungsi eksekutif yang lebih
tinggi, konduksi sosial dan kepribadian.
Konsentrasi berhubungan dengan atensi. Menurut Hapsari (2014:
111), atensi sebagai proses menyaring (scanning), memfokuskan perhatian
atau dikenal dengan istilah konsentrasi (focusing), mempertahankan fokus
perhatian pada objek yang relevan dan mengabaikan objek yang tidak
relevan dengan tujuan dalam waktu tertentu serta mengubah fokus
perhatian dari kegiatan yang satu ke kegiatan selanjutnya.
Konsentrasi merupakan kondisi dimana otak mampu memusatkan
pada suatu hal. Otak termasuk dalam sistem saraf pusat. Menurut Smith
(2003: 881), sistem saraf terdiri dari berbagai tipe sel. Tipe sel yang paling
banyak yaitu sel glial yang terdiri atas astrocytes dan oligodendrocytes
24
pada sistem saraf pusat, dan sel Schwann pada sistem saraf samping. Selsel tersebut menyokong neuron dan mensintesis selubung myelin yang
melindungi akson.
2. Anatomi Konsentrasi
Menurut Ikawati (2011: 9), membran sel saraf memiliki banyak kanalkanal ion, seperti natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++), dan klorida
(Cl-). Kanal ion bersifat spesifik terhadap ion tertentu, artinya hanya dapat
dilewati atau memiliki afinitas hanya terhadap ion-ion tertentu. Ion Na+,
Ca++, Cl- terdapat dalam konsentrasi tinggi di luar sel, sementara ion K+
lebih banyak terdapat di dalam sel.
Hantaran impuls dapat terjadi saat terdapat perubahan-perubahan
muatan di sekitar membran sel saraf. Jika ion Na+ masuk ke dalam sel
saraf maka akan menyebabkan depolarisasi, yang merupakan pemicu
terjadinya hantaran impuls saraf. Sebaliknya, ketika ion K+ keluar dari
dalam sel atau ion Cl- masuk ke dalam sel, maka muatan di dalam sel akan
semakin negatif. Hal tersebut menimbulkan proses hiperpolarisasi yang
menyebabkan penghambatan transmisi saraf (Ikawati, 2011: 10).
Menurut Ginsberg (2005: 13), anatomi konsentrasi normal tergantung
dari dasar anatomis yang sama dengan kesadaran, yaitu sistem aktivasi
retikular yang berproyeksi ke thalamus, dan kemudian ke korteks selebri
secara difus.
25
Menurut (Batticaca, 2008 :17), talamus berfungsi sebagai pusat
penerima dan pengirim saraf-saraf sensorik aferen yang berada dalam fosa
bagian tengah otak. Talamus bertanggung jawab dalam perjalanan
stimulus sensorik menuju korteks selebri (mengirim dan menerjemahkan
stimulus sensorik).
Reticular Activating System (RAS) atau sistem aktivasi retikular
merupakan bagian dari formasio retikularis. Formasio retikularis
menghubungkan semua jenis informasi neuronal melalui kolateralnya.
Berbagai masukan diterima di sini dan kemudian disebarluarkan serta
dilakukan organisasi responnya (Noor, 2011: th). Kesadaran normal pada
sistem aktivasi reticular tergantung dari interaksi antara formasio
retikularis asendens batang otak dan hemisfer serebri (Ginsberg, 2005: 8)
Fungsi normal sistem aktivasi retikular dapat terganggu oleh adanya
lesi struktural fokal di otak atau karena proses secara difus. Lesi struktural
fokal dapat berupa infratentorial (secara langsung melibatkan batang
otak), supratentorial (menekan batang otak), dan penyebab patologis
serupa terutama mengenai hemisfer serebri kanan. Proses difus dapat
berupa penurunan ketersediaan substansi yang dibutuhkan untuk
metabolisme otak (hipoksia dan hipoglikemia), penyakit metabolik (gagal
ginjal, gagal hati, hipotermia, defisiensi vitamin), epilepsi yang
mempengaruhi aktivitas listrik normal pada batang otak, inflamasi otak
26
atau selaput otak, serta pengaruh obat-obatan dan toksin (Ginsberg, 2005:
8).
3. Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah modalitas belajar (Visual, Audiotorial, Kinestetik) yang
menentukan bagaimana siswa memproses setiap informasi yang
diterimanya (Susanto, 2006: 46).
Ada beberapa aspek penting yang dipertimbangkan terkait konsentrasi
belajar. Menurut Nugroho (2007) cit. Singh (2017: 6), aspek –aspek
konsentrasi belajar adalah seperti yang tertera di bawah ini:
a. Pemusatan pikiran: seseorang itu harus mempunyai suasana belajar
yang tenang, nyaman dan perhatian penuh untuk memahami isi
pelajarannya.
b. Motivasi: keinginan atau dorongan yang kuat yang timbul dari diri
seseorang itu secara sendirinya untuk menjadi lebih baik agar dapat
memenuhi kebutuhannya.
c. Rasa khawatir: seseorang itu merasa tidak tenang karena merasakan
pekerjaan yang dilakukannya itu tidak optimal.
d. Perasaan tertekan: tuntutan dan tekanan daripada orang di sekitarnya.
e. Gangguan pemikiran: hambatan yang muncul pada individu yang
asalnya mungkin dari individu itu sendiri ataupun dari orang di
sekelilingnya.
27
f. Gangguan kepanikan: seseorang itu merasa khawatir memikirkan
tentang hasil yang akan dilakukan atau sudah dilakukan dan ini
menurunkan konsentrasinya.
g. Kesiapan belajar: persiapan yang dilakukan oleh individu untuk
menerima pelajaran dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Konsentrasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti motivasi
untuk belajar, nutrisi, keadaan psikologis serta keadaan fisiologis seperti
kualitas tidur, suara, pencahayaan, temperatur, serta desain belajar
(Lestari, dkk., 2015: 202).
Menurut Slameto (2003) cit. (Singh, 2014: 7) terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi konsentrasi di antaranya adalah
a. Kurangnya minat terhadap mata pelajaran yang dipelajari
b. Perasaan gelisah, tertekan, marah, khawatir, takut, benci dan dendam
c. Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan
d. Kondisi kesehatan jasmani
e. Kebosanan terhadap pelajaran atau sekolah
Pendapat Hakim (2003: 6) menyebutkan bahwa faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi konsentrasi yaitu lingkungan, udara, penerangan,
orang-orang sekitar lingkungan, suhu, dan fasilitas. Lingkungan sekitar
28
harus cukup tenang, bebas dari suara-suara yang terlalu keras yang
mengganggu pendengaran dan ketenangan.
4. Pengukuran Konsentrasi Belajar dengan Bourdon Wiersma
Menurut Susetyo (2012: 35), tes Bourdon Wiersma merupakan salah
satu tes kognitif yang dikembangkan pada tahun 1982. Tes ini digunakan
untuk mengevaluasi konsentrasi, perhatian, kecepatan bekerja untuk tugastugas yang rutin dan monoton, ketelitian kerja, dan daya tahan dalam
bekerja. Perlengkapan yang diperlukan yaitu blangko kelompok titik-titik
dari 3 sampai dengan 5 titik (satu baris berisi 20 kelompok titik-titik dan
semuanya berjumlah 30 baris), blangko pencatatan waktu, pensil dan
stopwatch.
Menurut Singh (2014: 9), test Bourdon adalah tes yang umum
digunakan untuk persepsi visual gabungan, kewaspadaan dan konsentrasi.
Tes ini telah digunakan dalam evaluasi konsentrasi dimana subjek
mendapat instruksi untuk mencoret semua kelompok dari 4 titik pada
kertas A4. Tes terdiri dari beberapa baris, dengan masing-masing baris
berisi secara acak, delapan kelompok dari 3 titik, delapan kelompok dari 4
titik dan delapan kelompok 5 titik. Diameter rata-rata dari kelompok titiktitik sekitar 5 mm. Subjek harus menandai setiap kelompok empat titik
secepat dan seakurat mungkin. Dua baris di bagian belakang lembar tes
diilustrasikan prosedur, dengan peneliti melakukan baris pertama untuk
29
menunjukkan
bagaimana
untuk
melakukan
tugas
dan
subjek
menyelesaikan baris kedua sebagai contoh. Jumlah kelompok uncrossed
dari 4 titik, kelompok titik-titik selain 4, dan waktu yang dihabiskan
(maksimum 15 menit) akan diambil untuk dievaluasi dan dikategorikan
sebagai konsentrasi baik atau konsentrasi buruk.
C. Anak Sekolah Dasar
1. Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Usia antara 6 sampai 12 tahun adalah usia anak yang duduk di bangku
sekolah dasar. Pada masa ini anak mulai masuk ke dalam dunia baru, anak
mulai banyak berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya dan
berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru dalam kehidupannya
(Mochji, 2003 cit. Syatyawati, 2013: 5). Anak sekolah dasar dengan usia
sekitar 7-13 tahun merupakan masa-masa pertumbuhan paling pesat kedua
setelah masa balita. Kesehatan yang optimal akan menghasilkan
pertumbuhan yang optimal pula (Istiany, 2013: 152).
30
Gambar 8. Diagram Laju Perumbuhan Relatif Beberapa Sistem Organ
Selama Perkembangan Manusia (Villee, et al., 1984: 364)
Kurva pertumbuhan dari kerangka mengikuti kurva pertumbuhan
tubuh secara keseluruhan. Masa anak-anak ditandai dengan otak dan
sumsum tulang belakang yang tumbuh relatif secara cepat dan mencapai
ukuran dewasa pada umur 9 tahun.
Menurut Devi (2012: 15), kekurangan energi ditandai dengan kondisi
badan lemah, tidak bersemangat, sulit berkonsentrasi, dan kurus. Salah
satu akibat bila anak sekolah kurang energi yaitu tidak optimal saat
menerima pelajaran dan berpikir. Otak membutuhkan banyak energi saat
berpikir, yakni 20-30% dari total energi dalam tubuh.
2. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah Dasar
Gizi seimbang untuk anak sekolah harus memenuhi zat gizi makro.
Zat tersebut meliputi karbohidrat 45-46% dari total energi, protein 10-25%
(perbandingan protein hewani dan nabati = 2:1) dari total energi, lemak
25-40% total energi, serta memenuhi kebutuhan gizi mikro antara lain
vitamin dan mineral (Devi, 2012: 4). Kebutuhan kalori anak usia sekolah
ditentukan dari berat badan, usia, dan aktivitas anak (Istiany, 2013: 160).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
tahun 2013, angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia
kelompok umur 7-9 tahun tercantum dalam tabel 1, 2, dan 3.
31
Tabel 1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat dan
Air yang Dianjuran untuk Orang Indonesia (perorangan perhari)
Kelompok Umur 7-9 tahun (Permenkes RI No. 75 Tahun 2013)
BB
(kg)
27
TB
(cm)
130
Energi
(kkal)
1850
Protei
n (g)
49
Lemak (g)
Total
72
32
n-6
10
n-3
0,9
Karbohidrat
(g)
Serat
(g)
Air
(mL)
254
26
1900
Tabel 2. Angka Kecukupan Vitamin yang Dianjuran untuk Orang
Indonesia (perorangan perhari) Kelompok Umur 7-9 tahun
(Permenkes RI No. 75 Tahun 2013)
Parameter
Angka Kecukupan
Vitamin A (mcg)
500
Vitamin E (mg)
7
Vitamin K (mcg)
25
Vitamin B1 (mg)
0,9
Vitamin B2 (mg)
1,1
Vitamin B3 (mg)
10
Vitamin B6 (mg)
1
Folat (mcg)
300
Vitamin B12 (mcg)
1,2
Kolin (mg)
375
Vitamin C (mg)
45
Tabel 3. Angka Kecukupan Mineral yang Dianjuran untuk Orang Indonesia
(perorangan perhari) Kelompok Umur 7-9 tahun (Permenkes RI
No. 75 Tahun 2013)
Parameter
Angka Kecukupan
Kalsium (mg)
1000
Fosfor (mg)
500
Magnesium (mg)
120
Natrium (mg)
1200
Kalium (mg)
4500
Besi (mg)
10
Iodium (mcg)
120
Seng (mg)
11
33
D. Kerangka Berpikir
Skema kerangka berpikir dalam penelitian ini tercantum dalam gambar
berikut,
Lingkungan sekitar
Faktor Eksternal
Kondisi abiotik
Kesehatan tubuh
Kecukupan gizi
Faktor Internal
Konsentrasi Belajar
Kondisi psikologis
Gambar 9. Skema Kerangka Berpikir
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara
kecukupan gizi makan pagi dengan tingkat konsentrasi belajar anak sekolah
dasar.
34
Download