PENDAHULUAN Kekeringan merupakan kondisi alamiah yang dihadapi tanaman dalam siklus hidupnya. Kondisi kekeringan merupakan salah satu faktor yang dapat menekan pertumbuhan dan perkembangan tanaman di seluruh dunia (Schwanz & Polle 2001). Pada tumbuhan, gejala pertama yang disebabkan oleh cekaman kekeringan ialah penurunan potensial air kemudian diikuti oleh penutupan stomata (Chaves 1991; Brodribb & Holbrook 2003) sehingga menyebabkan pengambilan CO2 untuk fotosintesis terhambat yang pada akhirnya menurunkan laju fotosintesis (Lawlor 2002; Neumann 2008). Apabila kekeringan berlanjut maka akan menyebabkan pertumbuhan fase generatif terganggu, terjadinya senesense dan bahkan kematian (Neumann 2008). Selain itu, cekaman kekeringan mungkin juga dapat menginduksi cekaman oksidatif (Borsani et al. 2001; Iturbe-Ormaetxe et al 1998). Cekaman oksidatif merupakan suatu kondisi saat lingkungan seluler mengalami peningkatan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) akibat over-reduksi dari sistem cahaya fotosintesis karena senyawa reduktan yang tidak termanfaatkan akibat terhambatnya CO2 selama cekaman kekeringan, cekaman suhu, intensitas cahaya yang tinggi dan polusi (Borsani et al. 2001). Cekaman oksidatif akan menyebabkan kerusakan sel pada tanaman. Selain disebabkan oleh cekaman kekeringan, pembentukan senyawa oksidatif dapat diinduksi oleh pemberian herbisida (McKersie & Leshem 1994). Paraquat merupakan salah satu herbisida yang penggunaannya begitu luas. Paraquat merupakan herbisida kontak non selektif yang diaplikasi ke daun. Penggunaan herbisida paraquat akan mempengaruhi proses fotosintesis, yaitu menyebabkan aliran elektron ke NADP+ pada sistem cahaya I (PSI) terhenti. Paraquat bertindak sebagai penerima elektron kemudian mereaksikannya dengan oksigen membentuk superoksida (O2¯ ) yang dapat merusak komponen lipid dan membran kloroplas (Gambar 1) (Taiz & Zeiger 2002). Beberapa tanaman toleran paraquat memiliki mekanisme pertahanan untuk mencegah kerusakan yang terjadi akibat paraquat, yaitu mereduksi pergerakan paraquat di daun, eksklusi herbisida dari dalam sel dan menghambat translokasi paraquat ke jaringan daun muda (Fuerst et al. 1985; Preston et al. 1992). Selain itu, beberapa tanaman memiliki sistem pertahanan terhadap paraquat dengan cara detoksifikasi oksigen aktif yang terbentuk secara enzimatis (Fuerst & Vaughn 1990). Gambar 1 Skema penghambatan transpor elektron fotosintesis oleh herbisida paraquat (Taiz & Zeiger 2002). Tumbuhan memiliki mekanisme pertahanan terhadap peningkatan senyawa-senyawa oksidatif yang terbentuk akibat cekaman kekeringan dan aplikasi paraquat. Pembentukan senyawa antioksidan, seperti askorbat (ASA), -tokoferol dan glutation, merupakan salah satu sistem pertahanan tanaman tersebut. Selain itu, peningkatan karotenoid (MunnéBosch et al. 1999) dan aktivitas enzim antioksidan, seperti enzim superoksida dismutase (SOD), askorbat peroksidase (APX) (Prohazkova et al 2001), glutation reduktase (GR) (Keleş & Öncel 2002) juga bisa terjadi jika senyawa-senyawa oksidatif terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang berhubungan dengan dampak cekaman kekeringan dan paraquat terhadap perubahan aktivitas enzim-enzim seperti SOD, APX dan ASA khususnya pada tanaman budidaya masih diperlukan. Tujuan Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas APX, SOD dan kandungan ASA pada kedelai budidaya dan kedelai liar yang diberi perlakuan cekaman kekeringan dan herbisida paraquat. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Febuari 2007 sampai dengan Febuari 2008 di rumah kaca kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Baranangsiang, Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Terpadu Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, IPB.