9 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Definisi Akuntansi Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi untuk membuat pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat bagi pemakai informasi tersebut (Lili, 2006: 2). Menurut Warsono, dkk (sebagaimana dikutip oleh Sony Warsono, dkk, 2010: 12) mendefinisikan akuntansi adalah proses sistematis untuk mengolah transaksi menjadi informasi keuangan yang bermanfaat bagi para penggunanya. Menurut Munawir (2002: 7) akuntansi adalah suatu sistem yang mengukur aktivitas bisnis, memproses informasi-informasi menjadi suatu laporan dan mengkomunikasikan temuan-temuan tersebut kepada pengambil keputusan. Menurut Rudianto (2009: 4) akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan. Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih di antara beberapa alternatif (Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4). 9 10 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah sebuah proses sistematis yang menghasilkan informasi umumnya dalam ukuran uang mengenai suatu badan ekonomi yang berguna bagi pihakpihak intern maupun ekstern perusahaan dalam mengambil keputusan. 2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan a. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan merupakan aturan dan pedoman bagi manajemen dalam menyusun laporan keuangan. Dengan adanya Standar Akuntansi yang baik, laporan keuangan menjadi lebih berguna, dapat diperbandingkan, tidak menyesatkan dan dapat menciptakan transparasi perusahaan. Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) medefinisikan Standar Akuntansi sebagai berikut: “Standar Akuntansi adalah metode yang seragam untuk menyajikan informasi, sehingga laporan keuangan dari berbagai perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan dengan lebih mudah kumpulan konsep, standar, prosedur, metode, konvensi, kebiasaan dan praktik yang dipilih dan dianggap berterima umum”. Standar akuntansi keuangan (SAK) yang dibuat oleh IAI selalu mengikuti perkembangan International Accounting Standards Committee (IASC). Selain mengikuti IAS, SAK juga mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan usaha yang ada di Indonesia sehingga di harapkan SAK 11 yang diterbitkan dapat sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia usaha di Indonesia juga sejalan dengan standar akuntasi internasional. b. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan 1) Kategori Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan Nilai tercatat untuk setiap kategori berikut, sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 55 (Revisi 2006) diungkapkan dalam laporan posisi keuangan atau catatan atas laporan keuangan: a) Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. b) Investasi dimiliki hingga jatuh tempo. c) Pinjaman yang diberikan dan piutang. d) Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. 2) Penyisihan Kerugian Kredit Ketika aset keuangan mengalami penurunan nilai karena kerugian kredit dan entitas mencatat penurunan nilai dalam pos terpisah (misalnya pos penyisihan digunakan untuk mencatat penurunan nilai individual atau pos serupa yang digunakan untuk mencatat penurunan nilai kolektif atas aset keuangan) daripada secara langsung mengurangi nilai tercatat aset keuangan, maka entitas 12 mengungkapkan suatu rekonsiliasi perubahan pada akun tersebut selama periode untuk setiap kelompok aset keuangan. 3) Pos-pos Penghasilan, Beban, Keuntungan dan Kerugian Entitas mengungkapkan pos penghasilan, beban, keuntungan atau kerugian berikut ini pada laporan laba rugi komprehensif atau catatan atas laporan keuangan. a) Laba atau rugi neto pada. (1) Aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba-rugi, yang menunjukkan secara terpisah aset keuangan atau liabilitas keuangan yang telah ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada saat pengakuan awal, dan aset keuangan atau laibilitas keuangan yang dikategorikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan sesuai PSAK 55 (Revisi 2006). (2) Aset keuangan tersedia dijual, yang menunjukkan secara terpisah jumlah keuntungan atau kerugian yang diakui pada pendapatan komprehensif lain selama periode, dan jumlah yang dipindahkan dari ekuitas ke dalam laporan laba rugi tersebut. (3) Investasi dimiliki hingga jatuh tempo. (4) Pinjaman yang diberikan dan piutang. 13 (5) Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi. b) Total pendapatan bunga dan total beban bunga (dihitung dengan menggunakan metode suku bunga efektif) untuk aset keuangan atau liabilitas keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. c) Pendapatan bunga dari aset keuangan yang mengalami penurunan nilai yang diakui sesuai PA 109 PSAK 55. d) Jumlah kerugian penurunan nilai untuk setiap kelompok aset keuangan 4) Pengungkapan Lain Sesuai dengan PSAK 1 (Revisi 2009) tentang penyajian laporan keuangan paragraf 114, entitas mengungkapkan dalam ikhtisar kebijakan akuntansi yang signifikan, dasar pengukuran yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan dan kebijakan akuntansi lain yang relevan untuk pemahaman suatu laporan keuangan. 5) Nilai Wajar Setiap kelompok aset keuangan dan kewajiban keuangan, entitas harus mengungkapkan nilai wajar setiap kelompok aset dan kewajiban tersebut dengan cara yang memungkinkan untuk dapat diperbandingkan dengan nilai tercatat dalam neraca. (PSAK 55 (Revisi 14 2006) memberikan pedoman penentuan nilai wajar). Dalam pengungkapan nilai wajar, entitas mengelompokkan aset keuangan dan liabilitas keuangan dalam kelompok-kelompok, namun saling hapus di antara mereka sepanjang jumlah tercatatnya saling hapus dalam laporan keuangan. Entitas mengungkapkan untuk setiap kelompok instrumen keuangan, metode dan, ketika teknik penilaian digunakan, asumsi yang diterapkan dalam menentukan nilai wajar untuk setiap kelompok aset keuangan atau liabilitas keuangan. c. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 55 (Revisi 2011) Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran Tujuan pernyataan ini adalah untuk mengatur prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan, dan kontrak pembelian atau penjualan items non keuangan. 1) Pengakuan Awal a) Pembelian atau penjualan aset keuangan yang memerlukan penyerahan aset dalam kurun waktu yang telah ditetapkan oleh peraturan dan kebiasaan yang berlaku di pasar (pembelian secara reguler) diakui pada tanggal penyelesaian. b) Aset keuangan dan liabilitas pada awalnya diukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau liabilitas keuangan tidak 15 diukur pada nilai wajarnya melalui laporan laba rugi, nilai wajarnya tersebut ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung. Pengukuran aset keuangan dan liabilitas keuangan setelah pengakuan awal tergantung klasifikasinya. Nilai wajar aset keuangan pada saat pengakuan awal biasanya sama dengan harga transaksinya yaitu nilai wajar pembayaran yang diserahkan atau diterima. 2) Pengukuran setelah Pengakuan Awal a) Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual dan aset keuangan dan liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diukur pada nilai wajarnya. b) Kredit yang diberikan, piutang serta investasi dimiliki yang hingga jatuh tempo dan liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. 3) Penghentian Pengakuan a) Aset keuangan dihentikan pengakuannya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir. b) Pinjaman yang diberikan atau aset keuangan lain dihapus bukukan ketika tidak terdapat prospek yang realistis mengenai pengembalian kredit dalam waktu dekat atau hubungan normal 16 antara bank dan debitur telah berakhir. Kredit yang tidak dapat dilunasi dihapusbukukan dengan mendebit penyisihan kerugian penurunan nilai. Penerimaan kemudian atas kredit yang telah dihapusbukukan sebelumnya, jika pada periode berjalan dikreditkan ke dalam akun penyisihan kerugian penurunan nilai atas kredit yang diberikan di laporan posisi keuangan, sedangkan jika setelah tanggal laporan posisi keuangan dikreditkan sebagai pendapatan operasional lainnya. 4) Pengakuan Pendapatan dan Beban a) Aset tersedia untuk dijual serta aset keuangan dan liabilitas keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi, pendapatan dan beban bunga diakui pada laporan laba rugi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. b) Keuntungan dan kerugian yang belum terealisasi yang timbul dari perubahan nilai wajar aset keuangan dan liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diakui pada laporan laba rugi. c) Pada saat aset keuangan dihentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai, keuntungan atau kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui dalam laporan laba rugi komprehensif harus diakui pada laporan laba rugi. 17 5) Keuntungan dan Kerugian Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar aset keuangan atau kewajiban keuangan yang bukan merupakan bagian dari hubungan lindung nilai, diakui sebagai berikut: a) keuntungan atau kerugian atas aset keuangan atau kewajiban keuangan yang diklasifikasikan sebagai instrumen yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diakui pada laporan laba rugi. b) Keuntungan dan kerugian atas aset keungan tersedia untuk dijual diakui secara langsung dalam ekuitas, yaitu melalui laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk kerugian akibat penurunan nilai dan keuntungan atau kerugian akibat perubahan nilai tukar, sampai aset keuangan tersebut dihentikan pengakuannya, dan pada saat yang sama keuntungan atau kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui dalam ekuitas harus diakui pada laporan laba rugi. Namun bunga yang dihitung menggunakan metode suku bunga efektif diakui pada laporan laba-rugi. 6) Aset Keuangan yang Dicatat Berdasarkan Biaya Perolehan Diamortisasi Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi 18 dimiliki hingga jatuh tempo yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang (tidak termasuk kerugian kredit di masa datang yang belum terjadi) yang didiskontokan menggunakan suku bunga efektif awal dari aset tersebut (yaitu suku bunga efektif yang dihitung saat pengakuan awal). Nilai tercatat aset tersebut dikurangi baik secara langsung maupun menggunakan pos cadangan. Jumlah kerugian yang terjadi diakui pada laporan laba-rugi. 7) Saling Hapus Aset keuangan dan liabilitas keuangan dilakukan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika bank memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut dan adanya maksud untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan. Pendapatan dan beban disajikan dalam jumlah bersih hanya jika diperkenankan oleh standar akuntansi. 8) Pengukuran Biaya Diamortisasi Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan adalah jumlah aset keuangan atau liabilitas keuangan yang 19 diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok pinjaman, ditambah atau dikurangi amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai pengakuan awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi penurunan nilai. 9) Pengukuran Nilai Wajar Nilai wajar adalah nilai dimana suatu asset dapat dipertukarkan, atau suatu liabilitas dapat diselesaikan, diantara para pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi yang wajar pada tanggal pengukuran. 10) Metode Suku Bunga Efektif Metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan (atau kelompok aset keuangan atau liabilitas keuangan) dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa depan selama perkiraan umur dari instrument keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan atau liabilitas keuangan. 20 3. Kredit a. Pengertian Kredit Istilah kredit dalam kehidupan masyarakat sudah tidak asing lagi, dari kota-kota besar sampai ke pelosok desa. Kata kredit sudah dikenal oleh masyarakat umum. Kata kredit itu berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan (trust/fatih) atau dalam bahasa latin creeditum yang artinya kepercayaan akan kebenaran. Dengan kata lain, kredit mengandung pengertian adanya suatu perkataan dari seseorang atau badan yang diberikan kepada seseorang atau badan lainnya yaitu bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang akan memenuhi segala sesuatu kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu. Pengertian kredit menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun 1992 yaitu, “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga” (Irham dan Yovi, 2010: 3). Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur) bahwa mereka sepakat sesuai dengan 21 perjanjian yang telah dibuat. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sanksi apabila debitur mengingkari janji yang telah dibuat bersama (Andi, 2011: 9-10). Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia melalui (Irham dan Yovi, 2010: 3) mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dan pihak lain mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi utang setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau hasil keuntungan. Eric L. Kohler (sebagaimana dikutip oleh Teguh, 2007: 9-10) kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau megadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan dilakukan dan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati. Ikatan Akuntan Indonesia (melalui Indra dan Suhardjono, 2006: 65) mendefinisikan kredit dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan adalah. “Peminjaman atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Hal ini yang termasuk dalam pengertian 22 kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchase Agreement (NPA)”. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. b. Pengakuan dan Pengukuran Menurut PSAK No. 31 1) Perkreditan a) Kredit diakui pada saat pencairannya sebesar pokok kredit. Kredit dalam rangka pembiayaan bersama diakui sebesar pokok kredit yang merupakan porsi tagihan bank yang bersangkutan. b) Pengertian pokok kredit tidak termasuk bunga dan biaya yang dibayar di muka lainnya. Kredit dalam rangka pembiayaan bersama kepada nasabah dananya disediakan oleh lebih dari satu bank. Oleh karena itu, pokok kredit yang diakui hanya sebesar porsi tagihan bank yang bersangkutan. c) Kredit yang diberikan dengan perjanjian sindikasi ataupun penerusan kredit diakui sebesar porsi kredit yang risikonya 23 ditanggung bank. d) Risiko atas kredit yang disalurkan ke nasabah dengan perjanjian penerusan kredit (channeling) kemungkinan tidak seluruhnya dijamin oleh pemerintah/penyedia dana lainnya. Risiko atas kredit yang tidak dijamin oleh pemerintah/penyedia dana lain tersebut menjadi risiko yang harus ditanggung oleh bank. Oleh karena itu, bank harus mengakui kredit sebesar porsi kredit yang risikonya menjadi tanggungan bank. Jika bank tidak mempunyai risiko atas penerusan kredit, bank tidak mengakui kredit tersebut. Contoh jenis kredit dengan perjanjian penerusan kredit, antara lain, ialah kredit kemitraan, kredit pengentasan kemiskinan, kredit pengembangan usaha kecil, pinjaman kredit yang berasal dari luar negeri, dan dana investasi pemerintah. Demikian pula, pada sindikasi kredit beberapa bank maka setiap bank hanya mengakui kredit sebesar risiko yang ditanggungnya. e) Penyisihan kerugian kredit dibentuk sebesar estimasi kerugian kredit yang tidak dapat ditagih sesuai dengan mata uang denominasi yang diberikan. f) Pada umumnya penyisihan terdiri atas penyisihan umum dan penyisihan khusus. Penyisihan umum untuk keseluruhan potofolio kredit dilakukan berdasarkan pengalaman dan prospek 24 industri. Penyisihan khusus ditentukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kredit, seperti prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas, kemampuan membayar debitur, dan agunan yang dikuasai. Penyisihan kerugian kredit dibentuk sesuai dengan mata uang denominasi kredit yang diberikan. Jika kredit diberikan dalam rupiah, penyisihan kerugian kredit pun dibentuk dalam rupiah. Jika kredit diberikan dalam mata uang asing, penyisihan kerugian kredit juga dibentuk dalam mata uang asing tersebut. g) Jumlah kredit yang dapat dihapus bukukan adalah sebesar bagian yang tidak dapat tertagih. Agunan yang diambil alih sehubungan dengan penyelesaian pinjaman diakui sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan. h) Pengakuan pendapatan dan beban bunga merupakan hal yang sangat fundamental dan menjadi dasar utama untuk menentukan profitabilitas bank. Kegiatan utama bank adalah menghimpun dana yang pada umumnya berbunga (interest bearing) dan menanamkannya dalam aktiva produktif. Seperti pada industri lain, dalam perbankan juga terdapat kemungkinan perbedaan waktu antara diterimanya pendapatan dan terjadinya beban atas penggunaan sumber daya untuk menghasilkan pendapatan 25 tersebut. Oleh karena itu, pengaitan (matching) antara pendapatan dan beban bank tidak mudah dilakukan sehingga dalam pengakuan pendapatan dan beban bank diperhatikan karakteristik usaha bank tersebut. i) Pendapatan bunga diakui secara akrual kecuali pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lain yang nonperforming. Pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lain yang nonperforming diakui pada saat pendapatan tersebut diterima. j) Pendapatan dalam kegiatan perkreditan, antara lain, terdiri dari pendapatan bunga dan pendapatan lain, seperti provisi dan komisi. Pendapatan dari aktiva produktif nonperforming yang belum diterima tidak dapat diakui sebagai pendapatan dalam periode pelaporan. k) Pada saat kredit diklarifikasikan sebagai nonperforming, bunga yang telah diakui tetapi belum tertagih harus dibatalkan. l) Apabila dilakukan pembatalan atas bunga yang telah diakui tetapi bunga tersebut belum tertagih, pembatalan tersebut akan mengurangi pendapatan bunga yang telah diakui. m) Kredit nonperforming pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya telah lewat sembilan puluh hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit 26 yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit nonperforming terdiri atas kredit yang digolongkan sebagai kredit kurang lancar, diragukan, dan macet. n) Seluruh penerimaan yang berhubungan dengan kredit diragukan dan macet diakui terlebih dahulu sebagai pengurang pokok kredit. Kelebihan penerimaan dari pokok kredit diakui sebagai pendapatan bunga. o) Penerimaan dari kredit nonperforming diakui untuk melunasi bunga terlebih dahulu. Akan tetapi, untuk kredit nonperforming yang digolongkan diragukan dan macet, penerimaan ini dipergunakan terlebih dahulu untuk mengurangi pokok kredit karena kemungkinan ketertagihannya sangat tipis. p) Beban bunga diakui secara akrual. q) Beban dalam kegiatan perkreditan, antara lain, terdiri dari beban bunga dan beban lain yang dikeluarkan dalam rangka penghimpunan dana, seperti hadiah, premi atau diskonto dari kontrak berjangka dalam rangka pendanaan, dan biaya/premi program penjaminan. 2) Pengakuan Pendapatan Selain Bunga dan Beban selain Bunga a) Pendapatan selain bunga dan beban selain bunga yang berkaitan dengan jangka waktu diakui selama jangka waktu tersebut. b) Contoh pendapatan selain bunga dan beban selain bunga 27 yang berkaitan dengan jangka waktu ialah komisi dan provisi dari kegiatan yang berkaitan dengan perkreditan. c) Apabila kredit atau komitmen kredit diselesaikan sebelum jangka waktunya maka sisa pendapatan dan beban diakui pada saat penyelesaian kredit atau komitmen tersebut. 3) Restrukturisasi Kredit a) Kredit yang direstrukturisasi dapat mencakup bunga dan beban lain yang dijadikan pokok kredit. b) Pengakuan pendapatan atas tagihan bunga yang dijadikan pokok kredit dalam rangka restrukturisasi dilakukan sesuai dengan PSAK 54: Restrukturisasi Utang Piutang Bermasalah. c) Kredit nonperforming yang telah direstrukturisasi, dengan cara memberi keringanan kepada peminjam yang sedang mengalami kesulitan keuangan, tetap diklarifikasikan sebagai nonperforminng sampai dengan kredit tersebut menjadi performing, yaitu pada saat pembayaran pokok/bunga sudah dilakukan secara teratur selama jangka waktu tertentu d) Pengalihan kredit menjadi penyertaan diakui sebesar nilai wajar dari saham yang diterima. e) Penyertaan yang berasal dari restrukturisasi kredit merupakan penyertaan sementara sehingga dinilai dengan metode biaya 28 (cost tanpa memperhatikan besarnya kepemilikan. Apabila terdapat penurunan permanen maka nilai tercatat penyertaan tersebut harus disesuikan sebesar nilai penurunan permanen tersebut. Penyertaan ini disajikan terpisah dari penyertaan lain dan tidak perlu dilakukan konsolidasi laporan keuangan karena sifat penyertaannya sementara. f) Agunan kredit yang diambil alih diakui sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi. g) Nilai bersih yang dapat direalisasi adalah nilai wajar agunan setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan. h) Selisih antara nilai agunan yang telah diambil alih dan hasil penjualannya diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penjualan agunan. i) Penerimaan kredit yang telah dihapusbukukan diakui sebagai penyesuaian terhadap penyisihan kerugian kredit sebesar nilai pokok. Jika penerimaan tersebut melebihi nilai pokoknya maka kelebihan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga. j) Penerimaan untuk kredit yang telah dihapusbukukan dapat terdiri atas penerimaan pokok dan bunga kredit yang telah dihapusbukukan. Sesuai dengan pengaturan dalam paragraf 25 atas penerimaan untuk kredit yang digolongkan diragukan dan 29 macet, penerimaan untuk kredit yang telah dihapusbukukan diakui sebagai penyesuaian terhadap penyisihan kerugian kredit sebesar nilai pokoknya. Kelebihan penerimaan di atas nilai pokok diakui sebagai pendapatan bunga. c. Penyajian dan Pengungkapan Menurut PSAK No. 31 1) Penyajian Penyajian kredit pada laporan keuangan disajikan di neraca (on balanced) sebagai komponen dari aktiva dengan nama kredit. 2) Pengungkapan Bank harus mengungkapkan hal-hal berikut: a) Jenis kredit, sektor ekonomi, dan jumlah kredit masing-masing b) Jumlah kredit yang diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa c) Kedudukan bank dalam pembiayaan bersama dan besarnya porsi yang dibiayai d) Jumlah kredit yang telah direstrukturisasi dan informasi lain tentang kredit yang direstrukturisasi selama periode berjalan e) Klarifikasi kredit menurut jangka waktu, ketertagihan (kolektibilitas), valuta dan tingkat bunga kredit yang dihitung secara rata-rata f) Ikhtisar perubahan penyisihan kerugian dan penghapusan 30 kredit yang diberikan dalam tahun yang bersangkutan yang menunjukan saldo awal, penyisihan selama tahun berjalan, pembayaran kredit yang telah dihapusbukukan dan saldo penyisihan pada akhir tahun g) Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan dan penanganan kredit bermasalah h) Metode yang digunakan untuk menentukan penyisihan khusus dan umum i) Kebijakan, manajemen, dan pelaksanaan pengendalian risiko portofolio kredit j) Besarnya kredit bermasalah dan penyisihannya untuk setiap sektor ekonomi k) Saldo kredit yang sudah dihentikan pembebanan bunganya. d. Jenis Kredit sesuai dengan Kolektibilitasnya Menurut Ismail (2010: 219) kredit dapat dibedakan sesuai dengan kolektibilitas/kualitas/penggolongan kredit, yaitu performing loan dan nonperforming loan. Penggolongan kredit menjadi performing loan dan nonperforming loan didasarkan pada kriteria kualitatif dan kuantitatif. Penilaian penggolongan kredit secara kualitatif didasarkan pada prospek usaha debitur dan kondisi keuangan usaha debitur. Kondisi keuangan 31 debitur dapat dilihat dari kemungkinan kemampuan debitur untuk membayar kembali pinjamannya dari hasil usahanya. Penggolongan kredit sesuai kuantitatif didasarkan pada pembayaran angsuran oleh debitur yang tercermin dalam catatan bank. Pembayaran angsuran kredit mencakup pembayaran pinjaman pokok dan bunga. Performing loan merupakan penggolongan kredit atas kualitas kredit nasabah yang lancar dan/atau terjadi tunggakan sampai dengan 90 hari. Performing loan dibagi menjadi dua yaitu kredit lancar dan kredit dalam perhatian khusus. Dalam hal kredit angsuran (installment loan), maka yang tergolong dalam kredit lancar yaitu kredit yang tidak terdapat tunggakan. Setiap tanggal jatuh tempo angsuran, debitur dapat membayar pinjaman pokok dan bunga. Kredit dalam perhatian khusus adalah penggolongan kredit yang tertunggak baik angsuran, pinjaman pokok dan pembayaran bunga, akan tetapi tunggakannya sampai dengan 90 hari (tidak melebihi 90 hari kalender). Nonperforming loan merupakan kredit yang menunggak melebihi 90 hari. Nonperforming loan dibagi menjadi tiga yaitu kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Menurut ketentuan Bank Indonesia, kredit bermasalah digolongkan menjadi tiga yaitu kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Dalam hal kredit angsuran (installment loan), maka kredit kurang lancar terjadi bila debitur tidak 32 dapat membayar angsuran pokok dan/atau bunga antara 91 hari sampai dengan 180 hari. Kredit diragukan terjadi dalam hal debitur tidak dapat membayar angsuran pinjaman pokok dan/atau pembayaran bunga antara 181 hari sampai dengan 270 hari. Kredit macet terjadi bila debitur tidak mampu membayar berturut-turut setelah 270 hari. 4. Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) a. Pengertian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Kredit bermasalah adalah dimana debitur mengingkari janji mereka membayar bunga dan atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran (Siswanto, 1997: 11). Menurut Suhardjono melalui Ema (2009: 21) Kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan dalam perjanjian kredit. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007: 31.5) dalam PSAK No.31 (2000), kredit bermasalah (nonperforming loan) pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokoknya dan atau bunganya telah lewat 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit nonperforming terdiri atas kredit yang digolongkan kurang lancar, diragukan, macet. 33 Jadi dapat disimpulkan, kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atas seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan dan dapat menimbulkan kerugian potensial kepada bank. Dalam kasus kredit bermasalah, debitur telah dianggap mengingkari janji untuk membayar bunga dan/atau kredit induk yang telah jatuh tempo sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kredit bermasalah di dalamnya meliputi kredit macet, meskipun demikian tidak semua kredit yang bermasalah adalah kredit macet (Denico, 2009). Kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan maupun pendapatan bunga yang tidak dapat diterima, artinya bank kehilangan kesempatan mendapatkan bunga, yang berakibat pada penurunan secara total. b. Penilaian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Pada penelitian kali ini rasio keuangan yang digunakan sebagai tolak ukur terhadap nilai suatu risiko kredit adalah rasio nonperforming loan. Rasio nonperforming loan merupakan rasio kredit yang menunjukan jumlah kredit yang disalurkan yang mengalami masalah tentang kegagalan pihak debitur untuk memenuhi kewajibannya membayar angsuran 34 (cicilan) pokok beserta bunga yang telah disepakati (Lukman Dendawijaya 2003: 85). Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan bahwa standar rasio kredit bermasalah (NPL) adalah kurang dari 5% (PBI Nomor: 3/25/2001). Secara matematis NPL gross dapat dirumuskan sebagai berikut (Taswan, 2008:59): NPL= Jumlah Kredit Bermasalah X 100% Total Kredit Keterangan: Kredit Bermasalah = Kurang Lancar + Diragukan + Macet Total Kredit = Lancar + Dalam Perhatian Khusus + Kurang Lancar + Diragukan + Macet Sedangkan untuk perhitungan NPL net menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/11DPNP tanggal 31 Maret 2010 dapat dirumuskan sebagai berikut: NPL= Kredit Bermasalah-CKPN Kredit X 100% Total Kredit Keterangan: Kredit Bermasalah = Kurang Lancar + Diragukan + Macet Total Kredit = Lancar + Dalam Perhatian Khusus + Kurang Lancar + Diragukan + Macet 35 CKPN = Cadangan yang wajib dibentuk bank sesuai ketentuan dalam PSAK mengenai instrumen keuangan Menurut Kasmir (2008: 123) untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu kredit perlu diberikan ukuran-ukuran tertentu. Bank Indonesia menggolongkan kualitas kredit menurut ketentuan sebagai berikut. a) Lancar (pas) Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila: 1) Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu 2) Memiliki mutasi rekening yang aktif 3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral). b) Dalam Perhatian Khusus (special mention) Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara lain: 1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui dari 90 hari 2) Kadang-kadang terjadi cerukan 3) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan 4) Mutasi rekening reklatif aktif 36 5) Didukung dengan pinjaman baru. c) Kurang Lancar (substandard) Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria di antaranya: 1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari 2) Sering terjadi cerukan 3) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari 4) Frekuensi mutasi rekening reklatif rendah 5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur 6) Dokumen pinjaman yang lemah. d) Diragukan (doubtful) Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria di antaranya: 1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari 2) Terjadi cerukan yang besifat permanen 3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari 4) Terjadi kapitalisasi bunga 5) Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun peningkatan jaminan. 37 e) Macet (loss) Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain: 1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari 2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru 3) Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar. 45 38 Sedangkan menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum yang mengacu pada No. 31/147/KEP/DIR Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktiv menggolongkan kualitas kredit menurut ketentuan sebagai berikut. Tabel 1. : Penggolongan Kualitas Kredit (Kolektibilitas Kredit) Prospek Usaha Lancar Dalam Perhatian Khusus Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang baik. Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang terbatas. Kurang Lancar Diragukan Macet Industri atau kegiatan Industri atau kegiatan Kelangsungan usaha sangat usaha menunjukkan usaha menurun. diragukan, dan sulit potensi pertumbuhan untuk pulih yang sangat terbatas kembali. atau tidak mengalami Kemungkinan pertumbuhan. besar kegiatan usaha akan terhenti. Pasar yang stabil Posisi di pasar baik, Pasar dipengaruhi dan tidak tidak banyak oleh perubahan dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh kondisi perubahan kondisi perubahan kondisi perekonomian. perekonomian. perekonomian. Posisi di pasar cukup baik tetapi Persaingan yang Pangsa pasar Pasar sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian. Persaingan usaha Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang menurun. 3946 terbatas, termasuk posisi yang kuat dalam pasar. sebanding dengan pesaing. banyak pesaing, namun dapat pulih kembali jika melaksanakan strategi bisnis yang baru. sangat ketat dan operasional perusahaan mengalami permasalahan yang serius. Manajemen yang sangat baik. Manajemen yang baik. Manajemen cukup Manajemen kurang Manajemen sangat baik. berpengalaman. lemah. Perusahaan afiliasi atau grup stabil dan mendukung usaha. Perusahaan afiliasi atau grup stabil dan tidak memiliki dampak yang memberatkan terhadap debitur. Hubungan dengan perusahaan afiliasi atau grup mulai memberikan dampak yang memberatkan terhadap debitur. Perusahaan afiliasi atau grup telah memberikan dampak yang memberatkan debitur. Perusahaan afiliasi Tenaga kerja yang memadai dan belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan. Tenaga kerja pada umumnya memadai, pernah mengalami perselisihan atau pemogokan Tenaga kerja berlebihan namun hubungan pimpinan dan karyawannya baik. Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah yang cukup besar sehingga dapat menimbulkan keresahan. Terjadi pemogokan tenaga kerja yang suit diatasi. sangat merugikan debitur. 47 40 Kondisi Keuangan Perolehan laba tinggi Perolehan laba cukup Perolehan laba dan stabil. baik namun memiliki rendah. potensi menurun. Permodalan kuat. Permodalan cukup baik dan pemilik mempunyai kemampuan untuk Laba sangat kecil Mengalami kerugian atau negatif. yang besar. Kerugian Debitur tidak operasional dibiayai mampu memenuhi dengan penjualan seluruh kewajiban aset. dan kegiatan usaha tidak dapat dipertahankan. Rasio utang terhadap Rasio utang terhadap modal cukup tinggi. modal tinggi. Rasio utang terhadap modal sangat tinggi. memberikan modal tambahan apabila diperlukan. Likuiditas dan modal Likuiditas dan modal Likuditas kurang dan Likuiditas sangat kerja kuat. kerja umumnya baik. modal kerja terbatas. rendah . Kesulitan likuiditas Analisis arus kas menunjukkan bahwa debitur dapat memenuhi kewajiban Analisis arus kas menunjukkan bahwa debitur tidak mampu menutup biaya Analisis arus kas menunjukkan bahwa meskipun debitur mampu memenuhi Analisis arus kas menunjukkan bahwa debitur hanya mampu membayar bunga dan Analisis arus kas menunjukkan ketidakmampuan membayar pokok dan 4148 pembayaran pokok serta bunga tanpa dukungan sumber dana tambahan. kewajiban sebagian dari pokok. pembayaran pokok serta bunga namun terdapat indikasi masalah tertentu yang apabila tidak diatasi akan mempengaruhi pembayaran dimasa mendatang. bunga. produksi. Jumlah portofolio yang sensitif terhadap perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga relatif sedikit atau telah dilakukan hedging secara baik. Beberapa portofolio sensitive terhadap perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga tetapi masih terkendali. Kegiatan usaha terpengaruh perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga. Kegiatan usaha terancam karena perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga. Kegiatan usaha terancam karena fluktuasi niali tukar valuta asing dan suku bunga. Perpanjangan kredit untuk menutupi kesulitan keuangan Pinjaman baru digunakan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Pinjaman baru digunakan untuk menutupi kerugian operasional 49 42 Kemampuan Membayar Pembayaran tepat Terdapat tunggakan Terdapat tunggakan Terdapat tunggakan pembayaran pokok pembayaran pokok waktu, perkembangan pembayaran pokok dan atau bunga dan atau bunga yang dan atau bunga yang rekening baik dan sampai dengan 90 telah melampaui 90 telah melampaui 180 tidak ada tunggakan hari. hari sampai dengan hari sampai dengan serta sesuai dengan 180 hari. 270 hari. Jarang mengalami persyaratan kredit. cerukan. Terdapat cerukan Terjadi cerukan yang berulang kali yang bersifat khususnya untuk permanen khususnya menutupi kerugian untuk menutupi operasional dan kerugian operasional kekurangan arus dan kekurangan arus kas. kas. • Hubungan debitur dengan bank baik, debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat. • Hubungan debitur dengan bank cukup baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat. Hubungan debitur dengan bank memburuk dan informasi keuangan tidak dapat dipercaya. Hubungan debitur dengan bank semakin memburuk dan informasi keuangan tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya. Terdapat tunggakan pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari. 4350 Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah. Pelanggaran Pelanggaran terhadap perjanjian kredit yang persyaratan pokok tidak prinsipil. kredit yang cukup prinsipil. Sumber: PBI No.14/15/PBI/2012 dan SK Direksi Bank Indonesia No.31/147/KEP Dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan yang lemah. Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian kredit. Dokumentasi kredit dan atau pengikatan agunan tidak ada. 44 c. Akuntansi Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Menurut Ismail (2010: 224), akuntansi kredit bermasalah terdiri dari. 1) Pengakuan pendapatan bunga kredit nonperforming Nonperforming loan terjadi bila debitur tidak membayar angsuran pinjaman pokok maupun bunga setelah 90 hari. Pendapatan bunga kredit untuk kredit nonperforming diakui atas dasar cash basis, yaitu pengakuan pendapatan kredit pada saat adanya pembayaran dari debitur. Pendapatan bunga kredit nonperforming diakui sebagai pendapatan bunga dalam penyelesaian yang tidak dicatat dalam laporan laba rugi akan tetapi dicatat dalam tagihan kontijensi. 2) Pembayaran kewajiban kredit nonperforming Dalam hal terdapat pembayaran kredit nonperforming, maka bila kredit termasuk golongan kredit kurang lancar, maka prioritas pembayarannya adalah pembayaran bunga, denda, dan lain-lain, kemudian sisanya digunakan untuk pembayaran pinjaman pokok. Golongan kredit diragukan dan kredit macet, prioritas pembayaran adalah untuk pembayaran pokok dan sisanya digunakan untuk pembayaran bunga, denda, dan biaya lainnya. 45 d. Penyelesaian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Menurut Iswi (2010: 41) apabila penyelamatan kredit yang dilakukan oleh bank ternyata tidak berhasil, maka bank dapat melakukan tindakan lanjutan berupa penyelesaian kredit macet melalui program penghapusan kredit macet (write-off). Penghapusan kredit macet terbagi dalam dua tahap yaitu hapus buku atau penghapusan secara bersyarat atau conditional write-off, dan hapus tagih atau penghapusan secara mutlak atau absolute write-off. Jika kemudian program hapus buku dan hapus tagih juga belum berhasil mengembalikan dana kredit yang disalurkan kepada debitur, maka bank dapat menyelesaikan portofolio kredit macet tersebut melalui jalur litigasi (proses peradilan) maupun jalur non-litigasi (di luar proses peradilan). e. Penyelamatan Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Menurut Lukman Dendawijaya (2003: 86) dalam usaha mengatasi timbulnya kredit bermasalah pihak bank dapat melakukan beberapa tindakan penyelamatan sebagai berikut: 1) Rescheduling, penjadwalan kembali merupakan upaya pertama dari pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikan kepada debitur. Cara ini dilakukan jika ternyata pihak debitur (berdasarkan 46 penelitian dan pehitungan yang dilakukan account officer bank) tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam hal pembayaran kembali angsuran pokok maupun bunga kredit. Dalam jadwal baru yang disepakati bersama, bisa berbentuk. a) Jadwal angsuran per triwulan diubah menjadi per semester atau jadwal angsuran bulanan diubah menjadi angsuran triwulanan sehingga seluruh pelunasan pokok pinjaman menjadi lebih panjang waktunya. b) Besarnya angsuran pokok pinjaman diperkecil dengan jangka waktu angsuran yang sama sehingga pelunasan pokok pinjaman secara keseluruhan menjadi lebih lama. c) Kombinasi dari perubahan jangka waktu beserta besarnya tiap angsuran pokok yang pada akhirnya akan menyebabkan perpanjangan waktu pelunasan pokok kredit. 2) Reconditioning, merupakan usaha pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikan dengan cara mengubah sebagian atau seluruh kondisi (persyaratan) yang semula disepakati bersama pihak debitur dan dituangkan dalam perjanjian kredit (PK). Perubahan kondisi kredit dibuat dengan memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi oleh debitur dalam pelaksanaan proyek atau bisnisnya. Persyaratan yang diubah tersebut antara lain sebagai berikut 47 a) Tingkat bunga kredit b) Persyaratan untuk pencairan kredit c) Jaminan kredit (agunan), beberapa jaminan yang semula harus diberikan/diserahkan debitur kepada bank terpaksa tidak bisa terlaksana karena beberapa alasan. d) Jenis serta besarnya beberapa fee yang harus dibayar debitur kepada bank. e) Manajemen proyek atau bisnis yang dibiayai bank berdasarkan analisis yang dilakukan bank maupun atas nasihat dari konsultan yang ditunjuk bank. f) Kombinasi dari beberapa perubahan tersebut diatas. 3) Restructuring, merupakan usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit. Pembiayaan suatu proyek atau bisnis tidak seluruhnya berasal dari modal (dana) sendiri, tetapi sebagian besar dibiayai dengan kredit yang diperoleh dari bank. Menurut PSAK (2000: 34) kredit nonperforming yang telah direstrukturisasi, dengan cara memberi keringanan kepada peminjam yang sedang mengalami kesulitan keuangan, tetap diklasifikasikan sebagai non performing sampai dengan kredit tersebut menjadi 48 performing, yaitu pada saat pembayaran pokok/bunga sudah dilakukan secara teratur selama jangka waktu tertentu 4) Kombinasi 3-R, dalam rangka penyelamatan kredit bermasalah, bila dianggap perlu bank dapat melakukan berbagai kombinasi dari tindakan rescheduling, reconditioning, dan restructuring tersebut di atas, yakni: a) Rescheduling dan reconditioning b) Rescheduling dan restructuring c) Restructuring dan reconditioning d) rescheduling, reconditioning, dan restructuring sekaligus. 5) Eksekusi, jika semua usaha penyelamatan seperti diuraikan di atas sudah dicoba namun nasabah masih juga tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap bank, maka jalan terkhir adalah bank melakukan eksekusi melalui berbagai cara, antara lain a) Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Urusan Piutang Negara). b) Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (pengadilan perdata). 49 B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan Zakariah (2011) dengan judul “Analisis Perlakuan Akuntansi Untuk Kredit Bermasalah (Nonerforming Loan) Sesuai PSAK No. 31 pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Di Unit Regional Credit Recovery Makasar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapan munculnya nilai kredit bermasalah, setelah itu membandingkan perlakuan akuntansi pada PT. Bank Mandiri untuk nonperforming loan dengan PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan dan untuk memberikan pemahaman tentang metode akuntansi apa yang diterapkan PT. Bank Mandiri untuk mengatasi nonperforming loan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode penelitian kepustakaan dan metode penelitian lapangan. Berdasarkan data-data yang diperoleh, kesimpulan hasil penelitian adalah perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh Bank Mandiri untuk kredit bermasalah (nonperforming loan) tidak sesuai dengan SAK dimana kredit tersebut menggunakan current cost, sedangkan dalam PSAK No. 31 mengukur dengan menggunakan historical cost dan untuk pelaporan keuangan 2010 terjadi perubahan khususnya dalam hal pelaporan dan penyajian kredit bermasalah seiring dengan dicabutnya penerapan PSAK No. 31 diganti dengan penerapan PSAK 50 (Revisi 2006) dan 55 (Revisi 2006) yang berdampak pada munculnya penurunan nilai aset. Persamaan penelitian relevan dengan penelitian ini adalah dalam metode pengumpulan data. Perbedaan penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah pada penelitian ini 50 lebih memfokuskan pada Analisis akuntansi kredit bermasalah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) pasca PSAK No.31 efektif tidak berlaku kemudian menganalisis kesesuaiannya dengan PSAK No.50 (Revisi 2010) Instrumen keuangan: Penyajian, PSAK No. 55 (Revisi 2011) Instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; dan PSAK No. 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan, sedangkan untuk penelitian yang relevan lebih menekankan pada kesesuaian perlakuan akuntansi kredit bermasalah (nonperforming loan) pada PT. Bank Mandiri dengan PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan. C. Kerangka Berfikir Kredit bermasalah adalah dimana debitur mengingkari janji mereka membayar bunga dan atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran. Di dalam Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) perlakuan tentang kredit bermasalah ini diatur dalam PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan. PSAK No. 31 adalah standar akuntansi khusus atau pedoman yang mengatur tentang akuntansi perbankan yang diduga merupakan salah satu faktor pendorong perkembangan duni a perbankan. Penerapan PSAK No. 31 yaitu tentang penyusunan laporan keuangan atau pelaporan keuangan, penerapan aktiva, penerapan kewajiban, penerapan ekuitas dan penerapan pendapatan dan beban dimaksudkan agar kualitas informasi laporan keuangan yang disajikan akan lebih terjaga akuntabilitasnya serta lebih handal dan relevan. Selain itu 51 diharapkan informasi keuangan yang disajikan tidak menyesatkan penggunanya dan akan mendorong ketepatan dalam pengambilan keputusan yang nantinya berpengaruh terhadap perkembangan perbankan tersebut. Jadi apabila sebuah b a n k dalam praktik akuntansinya tidak disesuaikan dengan standar akuntansi atau PSAK No. 31 maka laporan keuangan yang disajikan juga akan menurunkan tingkat relevansinya dan tidak dapat diperbandingkan serta diragukan tingkat keandalannya. Namun karena dampak dari konvergensi ke standar akuntansi internasional (International Financial Reporting Standard atau IFRS) mengakibatkan perlunya pencabutan terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 Revisi 2000 mengenai Akuntansi Perbankan. Sebagai gantinya bank diwajibkan menerapkan: 1. PSAK No.50 (Revisi 2010) mengenai Instrumen keuangan: Penyajian; 2. PSAK No. 55 (Revisi 2011) mengenai Instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; dan 3. PSAK No. 60 mengenai Instrumen Keuangan: Pengungkapan. Dengan diberlakukannya ketiga PSAK tersebut tentu akan mengakibatkan perubahan dalam memperlakukan kredit bermasalah, oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi dan pengawasan mengingat konvergensi ini pada awalnya baru dilakukan pada sektor perbankan di Indonesia.