PERLAKUAN AKUNTANSI KREDIT BERMASALAH

advertisement
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Definisi Akuntansi
Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan
informasi untuk membuat pertimbangan dan mengambil keputusan
yang
tepat bagi pemakai informasi tersebut (Lili, 2006: 2). Menurut Warsono, dkk
(sebagaimana dikutip oleh Sony Warsono, dkk, 2010: 12) mendefinisikan
akuntansi adalah proses sistematis untuk mengolah transaksi menjadi
informasi keuangan yang bermanfaat bagi para penggunanya. Menurut
Munawir (2002: 7) akuntansi adalah suatu sistem yang mengukur aktivitas
bisnis,
memproses
informasi-informasi
menjadi
suatu
laporan
dan
mengkomunikasikan temuan-temuan tersebut kepada pengambil keputusan.
Menurut Rudianto (2009: 4) akuntansi adalah sebuah sistem informasi
yang
menghasilkan
informasi
keuangan
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan.
Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan
informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan
ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan
ekonomi, yang digunakan dalam memilih di antara beberapa alternatif
(Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4).
9
10
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi
adalah sebuah proses sistematis yang menghasilkan informasi umumnya
dalam ukuran uang mengenai suatu badan ekonomi yang berguna bagi pihakpihak intern maupun ekstern perusahaan dalam mengambil keputusan.
2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
a. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan merupakan aturan dan
pedoman bagi manajemen dalam menyusun laporan keuangan. Dengan
adanya Standar Akuntansi yang baik, laporan keuangan menjadi lebih
berguna,
dapat
diperbandingkan,
tidak
menyesatkan
dan
dapat
menciptakan transparasi perusahaan.
Menurut
Financial
Accounting
Standard
Board
(FASB)
medefinisikan Standar Akuntansi sebagai berikut:
“Standar Akuntansi adalah metode yang seragam untuk menyajikan
informasi, sehingga laporan keuangan dari berbagai perusahaan yang
berbeda dapat dibandingkan dengan lebih mudah kumpulan konsep,
standar, prosedur, metode, konvensi, kebiasaan dan praktik yang dipilih
dan dianggap berterima umum”.
Standar akuntansi keuangan (SAK) yang dibuat oleh IAI selalu
mengikuti perkembangan International Accounting Standards Committee
(IASC). Selain mengikuti IAS, SAK juga mempertimbangkan berbagai
faktor lingkungan usaha yang ada di Indonesia sehingga di harapkan SAK
11
yang diterbitkan dapat sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia usaha di
Indonesia juga sejalan dengan standar akuntasi internasional.
b. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 60 Instrumen
Keuangan: Pengungkapan
1) Kategori Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan
Nilai tercatat untuk setiap kategori berikut, sebagaimana
didefinisikan dalam PSAK 55 (Revisi 2006) diungkapkan dalam
laporan posisi keuangan atau catatan atas laporan keuangan:
a) Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi.
b) Investasi dimiliki hingga jatuh tempo.
c) Pinjaman yang diberikan dan piutang.
d) Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan
laba rugi.
2) Penyisihan Kerugian Kredit
Ketika aset keuangan mengalami penurunan nilai karena
kerugian kredit dan entitas mencatat penurunan nilai dalam pos
terpisah (misalnya pos penyisihan digunakan untuk mencatat
penurunan nilai individual atau pos serupa yang digunakan untuk
mencatat penurunan nilai kolektif atas aset keuangan) daripada secara
langsung mengurangi nilai tercatat aset keuangan, maka entitas
12
mengungkapkan suatu rekonsiliasi perubahan pada akun tersebut
selama periode untuk setiap kelompok aset keuangan.
3) Pos-pos Penghasilan, Beban, Keuntungan dan Kerugian
Entitas mengungkapkan pos penghasilan, beban, keuntungan
atau kerugian berikut ini pada laporan laba rugi komprehensif atau
catatan atas laporan keuangan.
a) Laba atau rugi neto pada.
(1) Aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai
wajar melalui laporan laba-rugi, yang menunjukkan secara
terpisah aset keuangan atau liabilitas keuangan yang telah
ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi pada saat pengakuan awal, dan aset keuangan atau
laibilitas keuangan yang dikategorikan sebagai dimiliki untuk
diperdagangkan sesuai PSAK 55 (Revisi 2006).
(2) Aset keuangan tersedia dijual, yang menunjukkan secara
terpisah jumlah keuntungan atau kerugian yang diakui pada
pendapatan komprehensif lain selama periode, dan jumlah
yang dipindahkan dari ekuitas ke dalam laporan laba rugi
tersebut.
(3) Investasi dimiliki hingga jatuh tempo.
(4) Pinjaman yang diberikan dan piutang.
13
(5) Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan
diamortisasi.
b) Total pendapatan bunga dan total beban bunga (dihitung dengan
menggunakan metode suku bunga efektif) untuk aset keuangan
atau liabilitas keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi.
c) Pendapatan bunga dari aset keuangan yang mengalami penurunan
nilai yang diakui sesuai PA 109 PSAK 55.
d) Jumlah kerugian penurunan nilai untuk setiap kelompok aset
keuangan
4) Pengungkapan Lain
Sesuai dengan PSAK 1 (Revisi 2009) tentang penyajian laporan
keuangan paragraf 114, entitas mengungkapkan dalam ikhtisar kebijakan
akuntansi yang signifikan, dasar pengukuran yang digunakan dalam
menyusun laporan keuangan dan kebijakan akuntansi lain yang relevan
untuk pemahaman suatu laporan keuangan.
5) Nilai Wajar
Setiap kelompok aset keuangan dan kewajiban keuangan, entitas
harus mengungkapkan nilai wajar setiap kelompok aset dan kewajiban
tersebut
dengan
cara
yang
memungkinkan
untuk
dapat
diperbandingkan dengan nilai tercatat dalam neraca. (PSAK 55 (Revisi
14
2006) memberikan pedoman penentuan nilai wajar).
Dalam pengungkapan nilai wajar, entitas mengelompokkan aset
keuangan dan liabilitas keuangan dalam kelompok-kelompok, namun
saling hapus di antara mereka sepanjang jumlah tercatatnya saling
hapus dalam laporan keuangan.
Entitas mengungkapkan untuk setiap kelompok instrumen
keuangan, metode dan, ketika teknik penilaian digunakan, asumsi yang
diterapkan dalam menentukan nilai wajar untuk setiap kelompok aset
keuangan atau liabilitas keuangan.
c. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 55 (Revisi 2011)
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
Tujuan pernyataan ini adalah untuk mengatur prinsip-prinsip dasar
pengakuan dan pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan, dan
kontrak pembelian atau penjualan items non keuangan.
1) Pengakuan Awal
a) Pembelian atau penjualan aset keuangan yang memerlukan
penyerahan aset dalam kurun waktu yang telah ditetapkan oleh
peraturan dan kebiasaan yang berlaku di pasar (pembelian secara
reguler) diakui pada tanggal penyelesaian.
b) Aset keuangan dan liabilitas pada awalnya diukur pada nilai
wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau liabilitas keuangan tidak
15
diukur pada nilai wajarnya melalui laporan laba rugi, nilai
wajarnya
tersebut
ditambah
biaya
transaksi
yang
dapat
diatribusikan secara langsung. Pengukuran aset keuangan dan
liabilitas
keuangan
setelah
pengakuan
awal
tergantung
klasifikasinya. Nilai wajar aset keuangan pada saat pengakuan
awal biasanya sama dengan harga transaksinya yaitu nilai wajar
pembayaran yang diserahkan atau diterima.
2) Pengukuran setelah Pengakuan Awal
a) Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual dan aset
keuangan dan liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar
melalui laporan laba rugi diukur pada nilai wajarnya.
b) Kredit yang diberikan, piutang serta investasi dimiliki yang hingga
jatuh tempo dan liabilitas keuangan yang diukur pada biaya
perolehan diamortisasi diukur pada biaya perolehan diamortisasi
dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
3) Penghentian Pengakuan
a) Aset keuangan dihentikan pengakuannya jika hak kontraktual atas
arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir.
b) Pinjaman yang diberikan atau aset keuangan lain dihapus bukukan
ketika
tidak
terdapat
prospek
yang
realistis
mengenai
pengembalian kredit dalam waktu dekat atau hubungan normal
16
antara bank dan debitur telah berakhir. Kredit yang tidak dapat
dilunasi dihapusbukukan dengan mendebit penyisihan kerugian
penurunan nilai. Penerimaan kemudian atas kredit yang telah
dihapusbukukan
sebelumnya,
jika
pada
periode
berjalan
dikreditkan ke dalam akun penyisihan kerugian penurunan nilai
atas kredit yang diberikan di laporan posisi keuangan, sedangkan
jika setelah tanggal laporan posisi keuangan dikreditkan sebagai
pendapatan operasional lainnya.
4) Pengakuan Pendapatan dan Beban
a) Aset tersedia untuk dijual serta aset keuangan dan liabilitas
keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi,
pendapatan dan beban bunga diakui pada laporan laba rugi dengan
menggunakan metode suku bunga efektif.
b) Keuntungan dan kerugian yang belum terealisasi yang timbul dari
perubahan nilai wajar aset keuangan dan liabilitas keuangan yang
diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diakui pada
laporan laba rugi.
c) Pada saat aset keuangan dihentikan pengakuannya atau mengalami
penurunan nilai, keuntungan atau kerugian kumulatif yang
sebelumnya diakui dalam laporan laba rugi komprehensif harus
diakui pada laporan laba rugi.
17
5) Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar
aset keuangan atau kewajiban keuangan yang bukan merupakan
bagian dari hubungan lindung nilai, diakui sebagai berikut:
a) keuntungan atau kerugian atas aset keuangan atau kewajiban
keuangan yang diklasifikasikan sebagai instrumen yang diukur
pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diakui pada laporan laba
rugi.
b) Keuntungan dan kerugian atas aset keungan tersedia untuk dijual
diakui secara langsung dalam ekuitas, yaitu melalui laporan
perubahan ekuitas, kecuali untuk kerugian akibat penurunan nilai
dan keuntungan atau kerugian akibat perubahan nilai tukar, sampai
aset keuangan tersebut dihentikan pengakuannya, dan pada saat
yang sama keuntungan atau kerugian kumulatif yang sebelumnya
diakui dalam ekuitas harus diakui pada laporan laba rugi. Namun
bunga yang dihitung menggunakan metode suku bunga efektif
diakui pada laporan laba-rugi.
6) Aset Keuangan yang Dicatat Berdasarkan Biaya Perolehan
Diamortisasi
Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai
telah terjadi atas pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi
18
dimiliki hingga jatuh tempo yang dicatat pada biaya perolehan
diamortisasi, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih
antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa
datang (tidak termasuk kerugian kredit di masa datang yang belum
terjadi) yang didiskontokan menggunakan suku bunga efektif awal dari
aset tersebut (yaitu suku bunga efektif yang dihitung saat pengakuan
awal). Nilai tercatat aset tersebut dikurangi baik secara langsung
maupun menggunakan pos cadangan. Jumlah kerugian yang terjadi
diakui pada laporan laba-rugi.
7) Saling Hapus
Aset keuangan dan liabilitas keuangan dilakukan saling hapus
dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika, dan
hanya jika bank memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk
melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut dan
adanya maksud untuk menyelesaikan secara neto atau untuk
merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan.
Pendapatan dan beban disajikan dalam jumlah bersih hanya jika
diperkenankan oleh standar akuntansi.
8) Pengukuran Biaya Diamortisasi
Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas
keuangan adalah jumlah aset keuangan atau liabilitas keuangan yang
19
diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok
pinjaman, ditambah atau dikurangi amortisasi kumulatif menggunakan
metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai
pengakuan awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi penurunan
nilai.
9) Pengukuran Nilai Wajar
Nilai wajar adalah nilai dimana suatu asset dapat dipertukarkan,
atau suatu liabilitas dapat diselesaikan, diantara para pihak yang
memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi yang wajar
pada tanggal pengukuran.
10) Metode Suku Bunga Efektif
Metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan
diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan (atau
kelompok aset keuangan atau liabilitas keuangan) dan metode untuk
mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode
relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat
mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa
depan selama perkiraan umur dari instrument keuangan, atau jika lebih
tepat, digunakan periode lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat
bersih dari aset keuangan atau liabilitas keuangan.
20
3. Kredit
a. Pengertian Kredit
Istilah kredit dalam kehidupan masyarakat sudah tidak asing lagi,
dari kota-kota besar sampai ke pelosok desa. Kata kredit sudah dikenal
oleh masyarakat umum. Kata kredit itu berasal dari bahasa Yunani yaitu
credere yang berarti kepercayaan (trust/fatih) atau dalam bahasa latin
creeditum yang artinya kepercayaan akan kebenaran. Dengan kata lain,
kredit mengandung pengertian adanya suatu perkataan dari seseorang atau
badan yang diberikan kepada seseorang atau badan lainnya yaitu bahwa
yang bersangkutan pada masa yang akan datang akan memenuhi segala
sesuatu kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu.
Pengertian kredit menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang
perubahan UU No. 7 tahun 1992 yaitu,
“kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak
meminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga” (Irham dan Yovi, 2010: 3).
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa kredit atau
pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan
uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau
mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan
nasabah penerima kredit (debitur) bahwa mereka sepakat sesuai dengan
21
perjanjian yang telah dibuat. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan
kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang
ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sanksi apabila debitur
mengingkari janji yang telah dibuat bersama (Andi, 2011: 9-10).
Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia melalui (Irham
dan Yovi, 2010: 3) mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dan pihak lain mewajibkan
pihak peminjam (debitur) untuk melunasi utang setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau hasil keuntungan.
Eric L. Kohler (sebagaimana dikutip oleh Teguh, 2007: 9-10) kredit
adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau megadakan
suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan dilakukan dan
ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.
Ikatan Akuntan Indonesia (melalui Indra dan Suhardjono, 2006: 65)
mendefinisikan kredit dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
adalah. “Peminjaman atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan
atau pembagian hasil keuntungan. Hal ini yang termasuk dalam pengertian
22
kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama,
kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang
dilengkapi dengan Note Purchase Agreement (NPA)”.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan
atau pembagian hasil keuntungan.
b. Pengakuan dan Pengukuran Menurut PSAK No. 31
1) Perkreditan
a) Kredit diakui pada saat pencairannya sebesar pokok kredit. Kredit
dalam rangka pembiayaan bersama diakui sebesar pokok kredit
yang merupakan porsi tagihan bank yang bersangkutan.
b) Pengertian pokok kredit tidak termasuk bunga dan biaya yang
dibayar di muka lainnya. Kredit dalam rangka pembiayaan
bersama kepada nasabah dananya disediakan oleh lebih dari satu
bank. Oleh karena itu, pokok kredit yang diakui hanya sebesar
porsi tagihan bank yang bersangkutan.
c) Kredit yang diberikan
dengan
perjanjian sindikasi ataupun
penerusan kredit diakui sebesar porsi kredit yang risikonya
23
ditanggung bank.
d) Risiko atas kredit yang disalurkan ke nasabah dengan perjanjian
penerusan kredit (channeling) kemungkinan tidak seluruhnya
dijamin oleh pemerintah/penyedia dana lainnya. Risiko atas
kredit yang tidak dijamin oleh pemerintah/penyedia dana lain
tersebut menjadi risiko yang harus ditanggung oleh bank. Oleh
karena itu, bank harus mengakui kredit sebesar porsi kredit yang
risikonya menjadi tanggungan bank. Jika bank tidak mempunyai
risiko atas penerusan kredit, bank tidak mengakui kredit tersebut.
Contoh jenis kredit dengan perjanjian penerusan kredit,
antara
lain,
ialah
kredit
kemitraan,
kredit
pengentasan
kemiskinan, kredit pengembangan usaha kecil, pinjaman kredit
yang berasal dari luar negeri, dan dana investasi pemerintah.
Demikian pula, pada sindikasi kredit beberapa bank maka setiap
bank hanya mengakui kredit sebesar risiko yang ditanggungnya.
e) Penyisihan kerugian kredit dibentuk sebesar estimasi kerugian
kredit yang tidak dapat ditagih sesuai dengan mata uang
denominasi yang diberikan.
f) Pada umumnya penyisihan terdiri atas penyisihan umum dan
penyisihan
khusus.
Penyisihan
umum
untuk
keseluruhan
potofolio kredit dilakukan berdasarkan pengalaman dan prospek
24
industri. Penyisihan khusus ditentukan dengan memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kredit, seperti prospek
usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas,
kemampuan membayar debitur, dan agunan yang dikuasai.
Penyisihan kerugian kredit dibentuk sesuai dengan mata uang
denominasi kredit yang diberikan. Jika kredit diberikan dalam
rupiah, penyisihan kerugian kredit pun dibentuk dalam rupiah.
Jika kredit diberikan dalam mata uang asing, penyisihan kerugian
kredit juga dibentuk dalam mata uang asing tersebut.
g) Jumlah kredit yang dapat dihapus bukukan adalah sebesar bagian
yang tidak dapat tertagih. Agunan yang diambil alih sehubungan
dengan penyelesaian pinjaman diakui sebesar nilai bersih yang
dapat direalisasikan.
h) Pengakuan pendapatan dan beban bunga merupakan hal yang
sangat fundamental dan menjadi dasar utama untuk menentukan
profitabilitas bank. Kegiatan utama bank adalah menghimpun
dana yang pada umumnya berbunga (interest bearing) dan
menanamkannya dalam aktiva produktif. Seperti pada industri
lain, dalam perbankan juga terdapat kemungkinan perbedaan
waktu antara diterimanya pendapatan dan terjadinya beban atas
penggunaan sumber daya
untuk
menghasilkan
pendapatan
25
tersebut. Oleh karena itu, pengaitan (matching) antara pendapatan
dan
beban
bank
tidak
mudah dilakukan sehingga dalam
pengakuan pendapatan dan beban bank diperhatikan karakteristik
usaha bank tersebut.
i) Pendapatan bunga diakui secara akrual kecuali pendapatan bunga
dari kredit dan aktiva produktif lain yang nonperforming.
Pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lain yang
nonperforming diakui pada saat pendapatan tersebut diterima.
j) Pendapatan dalam kegiatan perkreditan, antara lain, terdiri dari
pendapatan bunga dan pendapatan lain, seperti provisi dan
komisi. Pendapatan dari aktiva produktif nonperforming yang
belum diterima tidak dapat diakui sebagai pendapatan dalam
periode pelaporan.
k) Pada saat kredit diklarifikasikan sebagai nonperforming, bunga
yang telah diakui tetapi belum tertagih harus dibatalkan.
l) Apabila dilakukan pembatalan atas bunga yang telah diakui
tetapi bunga tersebut belum tertagih, pembatalan tersebut akan
mengurangi pendapatan bunga yang telah diakui.
m) Kredit nonperforming pada umumnya merupakan
kredit
yang
pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya telah lewat
sembilan puluh hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit
26
yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit
nonperforming terdiri atas kredit yang digolongkan sebagai kredit
kurang lancar, diragukan, dan macet.
n) Seluruh penerimaan yang berhubungan dengan kredit diragukan
dan macet diakui terlebih dahulu sebagai pengurang pokok kredit.
Kelebihan penerimaan dari pokok kredit diakui sebagai pendapatan
bunga.
o) Penerimaan dari kredit nonperforming diakui untuk melunasi
bunga terlebih dahulu. Akan tetapi, untuk kredit nonperforming
yang
digolongkan diragukan dan
macet,
penerimaan ini
dipergunakan terlebih dahulu untuk mengurangi pokok kredit
karena kemungkinan ketertagihannya sangat tipis.
p) Beban bunga diakui secara akrual.
q) Beban dalam kegiatan perkreditan, antara lain, terdiri dari
beban bunga dan beban lain yang dikeluarkan dalam rangka
penghimpunan dana, seperti hadiah, premi atau diskonto dari
kontrak berjangka dalam rangka pendanaan, dan biaya/premi
program penjaminan.
2) Pengakuan Pendapatan Selain Bunga dan Beban selain Bunga
a) Pendapatan selain bunga dan beban selain bunga yang berkaitan
dengan jangka waktu diakui selama jangka waktu tersebut.
b) Contoh pendapatan selain bunga dan beban selain bunga
27
yang berkaitan dengan jangka waktu ialah komisi dan provisi
dari kegiatan yang berkaitan dengan perkreditan.
c) Apabila kredit atau komitmen kredit diselesaikan sebelum jangka
waktunya maka sisa pendapatan dan beban diakui pada saat
penyelesaian kredit atau komitmen tersebut.
3) Restrukturisasi Kredit
a) Kredit yang direstrukturisasi dapat mencakup bunga dan beban
lain yang dijadikan pokok kredit.
b) Pengakuan pendapatan atas tagihan bunga yang dijadikan pokok
kredit dalam rangka restrukturisasi dilakukan sesuai dengan
PSAK 54: Restrukturisasi Utang Piutang Bermasalah.
c) Kredit nonperforming yang telah direstrukturisasi, dengan cara
memberi keringanan kepada peminjam yang sedang mengalami
kesulitan keuangan, tetap diklarifikasikan sebagai nonperforminng
sampai dengan kredit tersebut menjadi performing, yaitu pada
saat pembayaran pokok/bunga sudah dilakukan secara teratur
selama jangka waktu tertentu
d) Pengalihan kredit menjadi penyertaan diakui sebesar nilai wajar
dari saham yang diterima.
e) Penyertaan yang berasal dari restrukturisasi kredit merupakan
penyertaan sementara sehingga dinilai dengan metode biaya
28
(cost tanpa memperhatikan besarnya kepemilikan. Apabila terdapat
penurunan permanen maka nilai tercatat penyertaan tersebut harus
disesuikan sebesar nilai penurunan permanen tersebut. Penyertaan
ini disajikan terpisah dari penyertaan lain dan tidak perlu
dilakukan
konsolidasi
laporan
keuangan
karena
sifat
penyertaannya sementara.
f)
Agunan kredit yang diambil alih diakui sebesar nilai bersih yang
dapat direalisasi.
g) Nilai bersih yang dapat direalisasi adalah nilai wajar agunan
setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan.
h) Selisih antara nilai agunan yang telah diambil alih dan hasil
penjualannya diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat
penjualan agunan.
i) Penerimaan kredit yang telah dihapusbukukan diakui sebagai
penyesuaian terhadap penyisihan kerugian kredit sebesar nilai
pokok. Jika penerimaan tersebut melebihi nilai pokoknya maka
kelebihan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga.
j) Penerimaan untuk
kredit yang telah dihapusbukukan dapat
terdiri atas penerimaan pokok dan bunga kredit
yang telah
dihapusbukukan. Sesuai dengan pengaturan dalam paragraf 25
atas penerimaan untuk kredit yang digolongkan diragukan dan
29
macet, penerimaan untuk kredit yang telah dihapusbukukan diakui
sebagai penyesuaian terhadap penyisihan kerugian kredit sebesar
nilai pokoknya. Kelebihan penerimaan di atas nilai pokok diakui
sebagai pendapatan bunga.
c. Penyajian dan Pengungkapan Menurut PSAK No. 31
1) Penyajian
Penyajian kredit pada laporan keuangan disajikan di neraca (on
balanced) sebagai komponen dari aktiva dengan nama kredit.
2) Pengungkapan
Bank harus mengungkapkan hal-hal berikut:
a) Jenis kredit, sektor ekonomi, dan jumlah kredit masing-masing
b) Jumlah kredit yang diberikan kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
c) Kedudukan bank dalam pembiayaan bersama dan besarnya
porsi yang dibiayai
d) Jumlah kredit yang telah direstrukturisasi dan informasi lain tentang
kredit yang direstrukturisasi selama periode berjalan
e) Klarifikasi
kredit
menurut
jangka
waktu,
ketertagihan
(kolektibilitas), valuta dan tingkat bunga kredit yang dihitung
secara rata-rata
f) Ikhtisar
perubahan
penyisihan
kerugian
dan
penghapusan
30
kredit
yang diberikan dalam tahun yang bersangkutan yang
menunjukan saldo awal, penyisihan selama tahun berjalan,
pembayaran
kredit yang telah dihapusbukukan dan saldo
penyisihan pada akhir tahun
g) Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan dan
penanganan kredit bermasalah
h) Metode yang digunakan untuk menentukan penyisihan khusus
dan umum
i) Kebijakan, manajemen, dan pelaksanaan
pengendalian risiko
portofolio kredit
j) Besarnya kredit bermasalah dan penyisihannya untuk setiap
sektor ekonomi
k) Saldo kredit yang sudah dihentikan pembebanan bunganya.
d. Jenis Kredit sesuai dengan Kolektibilitasnya
Menurut Ismail (2010: 219) kredit dapat dibedakan sesuai dengan
kolektibilitas/kualitas/penggolongan kredit, yaitu performing loan dan
nonperforming loan. Penggolongan kredit menjadi performing loan dan
nonperforming loan didasarkan pada kriteria kualitatif dan kuantitatif.
Penilaian penggolongan kredit secara kualitatif didasarkan pada prospek
usaha debitur dan kondisi keuangan usaha debitur. Kondisi keuangan
31
debitur dapat dilihat dari kemungkinan kemampuan debitur untuk
membayar kembali pinjamannya dari hasil usahanya. Penggolongan kredit
sesuai kuantitatif didasarkan pada pembayaran angsuran oleh debitur yang
tercermin dalam catatan bank. Pembayaran angsuran kredit mencakup
pembayaran pinjaman pokok dan bunga.
Performing loan merupakan penggolongan kredit atas kualitas kredit
nasabah yang lancar dan/atau terjadi tunggakan sampai dengan 90 hari.
Performing loan dibagi menjadi dua yaitu kredit lancar dan kredit dalam
perhatian khusus. Dalam hal kredit angsuran (installment loan), maka
yang tergolong dalam kredit lancar yaitu kredit yang tidak terdapat
tunggakan. Setiap tanggal jatuh tempo angsuran, debitur dapat membayar
pinjaman pokok dan bunga. Kredit dalam perhatian khusus adalah
penggolongan kredit yang tertunggak baik angsuran, pinjaman pokok dan
pembayaran bunga, akan tetapi tunggakannya sampai dengan 90 hari
(tidak melebihi 90 hari kalender).
Nonperforming loan merupakan kredit yang menunggak melebihi 90
hari. Nonperforming loan dibagi menjadi tiga yaitu kredit kurang lancar,
kredit diragukan, dan kredit macet. Menurut ketentuan Bank Indonesia,
kredit bermasalah digolongkan menjadi tiga yaitu kredit dengan kualitas
kurang lancar, diragukan dan macet. Dalam hal kredit angsuran
(installment loan), maka kredit kurang lancar terjadi bila debitur tidak
32
dapat membayar angsuran pokok dan/atau bunga antara 91 hari sampai
dengan 180 hari. Kredit diragukan terjadi dalam hal debitur tidak dapat
membayar angsuran pinjaman pokok dan/atau pembayaran bunga antara
181 hari sampai dengan 270 hari. Kredit macet terjadi bila debitur tidak
mampu membayar berturut-turut setelah 270 hari.
4. Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)
a. Pengertian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)
Kredit bermasalah adalah dimana debitur mengingkari janji
mereka membayar bunga dan atau kredit induk yang telah jatuh tempo,
sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada
pembayaran (Siswanto, 1997: 11).
Menurut Suhardjono melalui Ema (2009: 21) Kredit bermasalah
adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar
sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah
diperjanjikan dalam perjanjian kredit.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007: 31.5) dalam PSAK
No.31 (2000), kredit bermasalah (nonperforming loan) pada umumnya
merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokoknya dan atau
bunganya telah lewat 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit
yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit
nonperforming terdiri atas kredit yang digolongkan kurang lancar,
diragukan, macet.
33
Jadi dapat disimpulkan, kredit bermasalah adalah suatu keadaan
dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atas seluruh
kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan dan dapat
menimbulkan kerugian potensial kepada bank.
Dalam
kasus
kredit
bermasalah,
debitur
telah
dianggap
mengingkari janji untuk membayar bunga dan/atau kredit induk yang telah
jatuh tempo sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali
tidak ada pembayaran, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kredit
bermasalah di dalamnya meliputi kredit macet, meskipun demikian tidak
semua kredit yang bermasalah adalah kredit macet (Denico, 2009).
Kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian bank, yaitu
kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan
maupun pendapatan bunga yang tidak dapat diterima, artinya bank
kehilangan kesempatan mendapatkan bunga, yang berakibat pada
penurunan secara total.
b. Penilaian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)
Pada penelitian kali ini rasio keuangan yang digunakan sebagai
tolak ukur terhadap nilai suatu risiko kredit adalah rasio nonperforming
loan. Rasio nonperforming loan merupakan rasio kredit yang menunjukan
jumlah kredit yang disalurkan yang mengalami masalah tentang kegagalan
pihak debitur untuk memenuhi kewajibannya membayar angsuran
34
(cicilan)
pokok
beserta
bunga
yang
telah
disepakati
(Lukman
Dendawijaya 2003: 85).
Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI)
menetapkan bahwa standar rasio kredit bermasalah (NPL) adalah kurang
dari 5% (PBI Nomor: 3/25/2001). Secara matematis NPL gross dapat
dirumuskan sebagai berikut (Taswan, 2008:59):
NPL=
Jumlah Kredit Bermasalah
X 100%
Total Kredit
Keterangan:
Kredit Bermasalah = Kurang Lancar + Diragukan + Macet
Total Kredit
= Lancar + Dalam Perhatian Khusus +
Kurang Lancar + Diragukan + Macet
Sedangkan untuk perhitungan NPL net menurut Surat Edaran
Bank Indonesia Nomor 12/11DPNP tanggal 31 Maret 2010 dapat
dirumuskan sebagai berikut:
NPL=
Kredit Bermasalah-CKPN Kredit
X 100%
Total Kredit
Keterangan:
Kredit Bermasalah = Kurang Lancar + Diragukan + Macet
Total Kredit
= Lancar + Dalam Perhatian Khusus +
Kurang Lancar + Diragukan + Macet
35
CKPN
= Cadangan yang wajib dibentuk bank sesuai
ketentuan dalam PSAK mengenai instrumen
keuangan
Menurut Kasmir (2008: 123) untuk menentukan berkualitas atau
tidaknya suatu kredit perlu diberikan ukuran-ukuran tertentu. Bank
Indonesia menggolongkan kualitas kredit menurut ketentuan sebagai
berikut.
a) Lancar (pas)
Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila:
1) Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu
2) Memiliki mutasi rekening yang aktif
3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash
collateral).
b) Dalam Perhatian Khusus (special mention)
Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria
antara lain:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau
bunga yang belum melampaui dari 90 hari
2) Kadang-kadang terjadi cerukan
3) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
4) Mutasi rekening reklatif aktif
36
5) Didukung dengan pinjaman baru.
c) Kurang Lancar (substandard)
Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria di antaranya:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau
bunga yang telah melampaui 90 hari
2) Sering terjadi cerukan
3) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih
dari 90 hari
4) Frekuensi mutasi rekening reklatif rendah
5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur
6) Dokumen pinjaman yang lemah.
d) Diragukan (doubtful)
Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria di antaranya:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau
bunga yang telah melampaui 180 hari
2) Terjadi cerukan yang besifat permanen
3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
4) Terjadi kapitalisasi bunga
5) Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit
maupun peningkatan jaminan.
37
e) Macet (loss)
Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau
bunga yang telah melampaui 270 hari
2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru
3) Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai yang wajar.
45
38
Sedangkan menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset
Bank Umum yang mengacu pada No. 31/147/KEP/DIR Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang
Kualitas Aktiva Produktiv menggolongkan kualitas kredit menurut ketentuan sebagai berikut.
Tabel 1. : Penggolongan Kualitas Kredit (Kolektibilitas Kredit)
Prospek Usaha
Lancar
Dalam Perhatian
Khusus
Industri atau kegiatan
usaha memiliki
potensi pertumbuhan
yang baik.
Industri atau kegiatan
usaha memiliki
potensi pertumbuhan
yang terbatas.
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Industri atau kegiatan Industri atau kegiatan  Kelangsungan
usaha sangat
usaha menunjukkan usaha menurun.
diragukan, dan sulit
potensi pertumbuhan
untuk pulih
yang sangat terbatas
kembali.
atau tidak mengalami
 Kemungkinan
pertumbuhan.
besar kegiatan
usaha akan
terhenti.
 Pasar yang stabil
 Posisi di pasar baik,  Pasar dipengaruhi
dan tidak
tidak banyak
oleh perubahan
dipengaruhi oleh
dipengaruhi oleh
kondisi
perubahan kondisi
perubahan kondisi
perekonomian.
perekonomian.
perekonomian.
 Posisi di pasar
cukup baik tetapi
 Persaingan yang
 Pangsa pasar
 Pasar sangat
dipengaruhi oleh
perubahan kondisi
perekonomian.
 Persaingan usaha
 Kehilangan pasar
sejalan dengan
kondisi
perekonomian yang
menurun.
3946
terbatas, termasuk
posisi yang kuat
dalam pasar.
sebanding dengan
pesaing.
banyak pesaing,
namun dapat pulih
kembali jika
melaksanakan
strategi bisnis yang
baru.
sangat ketat dan
operasional
perusahaan
mengalami
permasalahan yang
serius.
 Manajemen yang
sangat baik.
 Manajemen yang
baik.
 Manajemen cukup  Manajemen kurang  Manajemen sangat
baik.
berpengalaman.
lemah.
Perusahaan afiliasi
atau grup stabil dan
mendukung usaha.
Perusahaan afiliasi
atau grup stabil dan
tidak memiliki
dampak yang
memberatkan
terhadap debitur.
Hubungan dengan
perusahaan afiliasi
atau grup mulai
memberikan dampak
yang memberatkan
terhadap debitur.
Perusahaan afiliasi
atau grup telah
memberikan dampak
yang memberatkan
debitur.
Perusahaan afiliasi
Tenaga kerja yang
memadai dan belum
pernah tercatat
mengalami
perselisihan atau
pemogokan.
Tenaga kerja pada
umumnya memadai,
pernah mengalami
perselisihan atau
pemogokan
Tenaga kerja
berlebihan namun
hubungan pimpinan
dan karyawannya
baik.
Tenaga kerja
berlebihan dalam
jumlah yang cukup
besar sehingga dapat
menimbulkan
keresahan.
Terjadi pemogokan
tenaga kerja yang suit
diatasi.
sangat merugikan
debitur.
47
40
Kondisi Keuangan
Perolehan laba tinggi Perolehan laba cukup Perolehan laba
dan stabil.
baik namun memiliki rendah.
potensi menurun.
Permodalan kuat.
Permodalan cukup
baik dan pemilik
mempunyai
kemampuan untuk
 Laba sangat kecil
 Mengalami kerugian
atau negatif.
yang besar.
 Kerugian
 Debitur tidak
operasional dibiayai mampu memenuhi
dengan penjualan
seluruh kewajiban
aset.
dan kegiatan usaha
tidak dapat
dipertahankan.
Rasio utang terhadap Rasio utang terhadap
modal cukup tinggi. modal tinggi.
Rasio utang terhadap
modal sangat tinggi.
memberikan modal
tambahan apabila
diperlukan.
Likuiditas dan modal Likuiditas dan modal Likuditas kurang dan Likuiditas sangat
kerja kuat.
kerja umumnya baik. modal kerja terbatas. rendah .
Kesulitan likuiditas
Analisis arus kas
menunjukkan bahwa
debitur dapat
memenuhi kewajiban
Analisis arus kas
menunjukkan bahwa
debitur tidak mampu
menutup biaya
Analisis arus kas
menunjukkan bahwa
meskipun debitur
mampu memenuhi
Analisis arus kas
menunjukkan bahwa
debitur hanya mampu
membayar bunga dan
Analisis arus kas
menunjukkan
ketidakmampuan
membayar pokok dan
4148
pembayaran pokok
serta bunga tanpa
dukungan sumber
dana tambahan.
kewajiban
sebagian dari pokok.
pembayaran pokok
serta bunga namun
terdapat indikasi
masalah tertentu yang
apabila tidak diatasi
akan mempengaruhi
pembayaran dimasa
mendatang.
bunga.
produksi.
Jumlah portofolio
yang sensitif terhadap
perubahan nilai tukar
valuta asing dan suku
bunga relatif sedikit
atau telah dilakukan
hedging secara baik.
Beberapa portofolio
sensitive terhadap
perubahan nilai tukar
valuta asing dan suku
bunga tetapi masih
terkendali.
Kegiatan usaha
terpengaruh
perubahan nilai tukar
valuta asing dan suku
bunga.
Kegiatan usaha
terancam karena
perubahan nilai tukar
valuta asing dan suku
bunga.
Kegiatan usaha
terancam karena
fluktuasi niali tukar
valuta asing dan suku
bunga.
Perpanjangan kredit
untuk menutupi
kesulitan keuangan
Pinjaman baru
digunakan untuk
memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo.
Pinjaman baru
digunakan untuk
menutupi kerugian
operasional
49
42
Kemampuan
Membayar
Pembayaran tepat
 Terdapat tunggakan  Terdapat tunggakan  Terdapat tunggakan
pembayaran pokok
pembayaran pokok
waktu, perkembangan pembayaran pokok
dan
atau
bunga
dan
atau
bunga
yang
dan atau bunga yang
rekening baik dan
sampai dengan 90
telah melampaui 90 telah melampaui 180
tidak ada tunggakan
hari.
hari sampai dengan
hari sampai dengan
serta sesuai dengan
180
hari.
270 hari.
 Jarang mengalami
persyaratan kredit.
cerukan.
 Terdapat cerukan
 Terjadi cerukan
yang berulang kali
yang bersifat
khususnya untuk
permanen khususnya
menutupi kerugian
untuk menutupi
operasional dan
kerugian operasional
kekurangan arus
dan kekurangan arus
kas.
kas.
• Hubungan debitur
dengan bank baik,
debitur selalu
menyampaikan
informasi keuangan
secara teratur dan
akurat.
• Hubungan debitur
dengan bank cukup
baik dan debitur
selalu menyampaikan
informasi keuangan
secara teratur dan
masih akurat.
Hubungan debitur
dengan bank
memburuk dan
informasi keuangan
tidak dapat dipercaya.
Hubungan debitur
dengan bank semakin
memburuk dan
informasi keuangan
tidak tersedia atau
tidak dapat dipercaya.
Terdapat tunggakan
pokok dan atau bunga
yang telah melampaui
270 hari.
4350
Dokumentasi kredit
lengkap dan
pengikatan agunan
kuat.
Dokumentasi kredit
lengkap dan
pengikatan agunan
kuat.
Dokumentasi kredit
kurang lengkap dan
pengikatan agunan
yang lemah.
Pelanggaran
Pelanggaran terhadap
perjanjian kredit yang
persyaratan pokok
tidak prinsipil.
kredit yang cukup
prinsipil.
Sumber: PBI No.14/15/PBI/2012 dan SK Direksi Bank Indonesia No.31/147/KEP
Dokumentasi kredit
tidak lengkap dan
pengikatan agunan
yang lemah.
Pelanggaran yang
prinsipil terhadap
persyaratan pokok
dalam perjanjian
kredit.
Dokumentasi kredit
dan atau pengikatan
agunan tidak ada.
44
c. Akuntansi Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)
Menurut Ismail (2010: 224), akuntansi kredit bermasalah terdiri
dari.
1) Pengakuan pendapatan bunga kredit nonperforming
Nonperforming loan terjadi bila debitur tidak membayar angsuran
pinjaman pokok maupun bunga setelah 90 hari. Pendapatan bunga
kredit untuk kredit nonperforming diakui atas dasar cash basis, yaitu
pengakuan pendapatan kredit pada saat adanya pembayaran dari
debitur. Pendapatan bunga kredit nonperforming diakui sebagai
pendapatan bunga dalam penyelesaian yang tidak dicatat dalam
laporan laba rugi akan tetapi dicatat dalam tagihan kontijensi.
2) Pembayaran kewajiban kredit nonperforming
Dalam hal terdapat pembayaran kredit nonperforming, maka
bila kredit termasuk golongan kredit kurang lancar, maka prioritas
pembayarannya adalah pembayaran bunga, denda, dan lain-lain,
kemudian sisanya digunakan untuk pembayaran pinjaman pokok.
Golongan kredit diragukan dan kredit macet, prioritas pembayaran
adalah untuk pembayaran pokok dan sisanya digunakan untuk
pembayaran bunga, denda, dan biaya lainnya.
45
d. Penyelesaian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)
Menurut Iswi (2010: 41) apabila penyelamatan kredit yang
dilakukan oleh bank ternyata tidak berhasil, maka bank dapat melakukan
tindakan lanjutan berupa penyelesaian kredit macet melalui program
penghapusan kredit macet (write-off).
Penghapusan kredit macet terbagi dalam dua tahap yaitu hapus buku
atau penghapusan secara bersyarat atau conditional write-off, dan hapus
tagih atau penghapusan secara mutlak atau absolute write-off.
Jika kemudian program hapus buku dan hapus tagih juga belum
berhasil mengembalikan dana kredit yang disalurkan kepada debitur,
maka bank dapat menyelesaikan portofolio kredit macet tersebut melalui
jalur litigasi (proses peradilan) maupun jalur non-litigasi (di luar proses
peradilan).
e. Penyelamatan Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)
Menurut Lukman Dendawijaya (2003: 86) dalam usaha mengatasi
timbulnya kredit bermasalah pihak bank dapat melakukan beberapa
tindakan penyelamatan sebagai berikut:
1) Rescheduling, penjadwalan kembali merupakan upaya pertama dari
pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikan kepada
debitur. Cara ini dilakukan jika ternyata pihak debitur (berdasarkan
46
penelitian dan pehitungan yang dilakukan account officer bank) tidak
mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam hal pembayaran
kembali angsuran pokok maupun bunga kredit.
Dalam jadwal baru yang disepakati bersama, bisa berbentuk.
a) Jadwal angsuran per triwulan diubah menjadi per semester atau
jadwal angsuran bulanan diubah menjadi angsuran triwulanan
sehingga seluruh pelunasan pokok pinjaman menjadi lebih panjang
waktunya.
b) Besarnya angsuran pokok pinjaman diperkecil dengan jangka
waktu angsuran yang sama sehingga pelunasan pokok pinjaman
secara keseluruhan menjadi lebih lama.
c) Kombinasi dari perubahan jangka waktu beserta besarnya tiap
angsuran
pokok
yang
pada
akhirnya
akan
menyebabkan
perpanjangan waktu pelunasan pokok kredit.
2) Reconditioning, merupakan usaha pihak bank untuk menyelamatkan
kredit yang diberikan dengan cara mengubah sebagian atau seluruh
kondisi (persyaratan) yang semula disepakati bersama pihak debitur
dan dituangkan dalam perjanjian kredit (PK). Perubahan kondisi kredit
dibuat dengan memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi oleh
debitur dalam pelaksanaan proyek atau bisnisnya.
Persyaratan yang diubah tersebut antara lain sebagai berikut
47
a) Tingkat bunga kredit
b) Persyaratan untuk pencairan kredit
c) Jaminan kredit (agunan), beberapa jaminan yang semula harus
diberikan/diserahkan debitur kepada bank terpaksa tidak bisa
terlaksana karena beberapa alasan.
d) Jenis serta besarnya beberapa fee yang harus dibayar debitur
kepada bank.
e) Manajemen proyek atau bisnis yang dibiayai bank berdasarkan
analisis yang dilakukan bank maupun atas nasihat dari konsultan
yang ditunjuk bank.
f) Kombinasi dari beberapa perubahan tersebut diatas.
3) Restructuring, merupakan usaha penyelamatan kredit yang terpaksa
harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan
yang mendasari pemberian kredit. Pembiayaan suatu proyek atau
bisnis tidak seluruhnya berasal dari modal (dana) sendiri, tetapi
sebagian besar dibiayai dengan kredit yang diperoleh dari bank.
Menurut PSAK (2000: 34) kredit nonperforming yang telah
direstrukturisasi, dengan cara memberi keringanan kepada peminjam
yang sedang mengalami kesulitan keuangan, tetap diklasifikasikan
sebagai non performing sampai dengan kredit tersebut menjadi
48
performing, yaitu pada saat pembayaran pokok/bunga sudah dilakukan
secara teratur selama jangka waktu tertentu
4) Kombinasi 3-R, dalam rangka penyelamatan kredit bermasalah, bila
dianggap perlu bank dapat melakukan berbagai kombinasi dari
tindakan rescheduling, reconditioning, dan restructuring tersebut di
atas, yakni:
a) Rescheduling dan reconditioning
b) Rescheduling dan restructuring
c) Restructuring dan reconditioning
d) rescheduling, reconditioning, dan restructuring sekaligus.
5) Eksekusi, jika semua usaha penyelamatan seperti diuraikan di atas
sudah dicoba namun nasabah masih juga tidak mampu memenuhi
kewajibannya terhadap bank, maka jalan terkhir adalah bank
melakukan eksekusi melalui berbagai cara, antara lain
a) Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Urusan Piutang
Negara).
b) Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (pengadilan perdata).
49
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan Zakariah (2011) dengan judul
“Analisis Perlakuan Akuntansi Untuk Kredit Bermasalah (Nonerforming Loan)
Sesuai PSAK No. 31 pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Di Unit Regional
Credit Recovery Makasar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapan
munculnya nilai kredit bermasalah, setelah itu membandingkan perlakuan
akuntansi pada PT. Bank Mandiri untuk nonperforming loan dengan PSAK No.
31 tentang Akuntansi Perbankan dan untuk memberikan pemahaman tentang
metode akuntansi apa yang diterapkan PT. Bank Mandiri untuk mengatasi
nonperforming loan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
metode penelitian kepustakaan dan metode penelitian lapangan. Berdasarkan
data-data yang diperoleh, kesimpulan hasil penelitian adalah perlakuan akuntansi
yang diterapkan oleh Bank Mandiri untuk kredit bermasalah (nonperforming
loan) tidak sesuai dengan SAK dimana kredit tersebut menggunakan current cost,
sedangkan dalam PSAK No. 31 mengukur dengan menggunakan historical cost
dan untuk pelaporan keuangan 2010 terjadi perubahan khususnya dalam hal
pelaporan dan penyajian kredit bermasalah seiring dengan dicabutnya penerapan
PSAK No. 31 diganti dengan penerapan PSAK 50 (Revisi 2006) dan 55 (Revisi
2006) yang berdampak pada munculnya penurunan nilai aset. Persamaan
penelitian relevan dengan penelitian ini adalah dalam metode pengumpulan data.
Perbedaan penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah pada penelitian ini
50
lebih memfokuskan pada Analisis akuntansi kredit bermasalah pada PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) pasca PSAK No.31 efektif tidak berlaku kemudian
menganalisis kesesuaiannya dengan PSAK No.50 (Revisi 2010) Instrumen
keuangan: Penyajian, PSAK No. 55 (Revisi 2011) Instrumen keuangan:
Pengakuan dan Pengukuran; dan PSAK No. 60 Instrumen Keuangan:
Pengungkapan, sedangkan untuk penelitian yang relevan lebih menekankan pada
kesesuaian perlakuan akuntansi kredit bermasalah (nonperforming loan) pada PT.
Bank Mandiri dengan PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan.
C. Kerangka Berfikir
Kredit bermasalah adalah dimana debitur mengingkari janji mereka
membayar bunga dan atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi
keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran. Di dalam
Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) perlakuan tentang kredit
bermasalah ini diatur dalam PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan. PSAK
No. 31 adalah standar akuntansi khusus atau pedoman yang mengatur tentang
akuntansi perbankan yang diduga merupakan salah satu faktor pendorong
perkembangan duni a perbankan. Penerapan PSAK No. 31 yaitu tentang
penyusunan laporan keuangan atau pelaporan keuangan, penerapan aktiva,
penerapan kewajiban, penerapan ekuitas dan penerapan pendapatan dan beban
dimaksudkan agar kualitas informasi laporan keuangan yang disajikan akan
lebih terjaga akuntabilitasnya serta lebih handal dan relevan. Selain itu
51
diharapkan informasi keuangan yang disajikan tidak menyesatkan penggunanya
dan akan mendorong ketepatan dalam pengambilan keputusan yang nantinya
berpengaruh terhadap perkembangan perbankan tersebut. Jadi apabila sebuah
b a n k dalam praktik akuntansinya tidak disesuaikan dengan standar akuntansi
atau PSAK
No. 31
maka laporan keuangan yang disajikan juga akan
menurunkan tingkat relevansinya dan tidak dapat diperbandingkan serta
diragukan tingkat keandalannya.
Namun karena dampak dari konvergensi ke standar akuntansi internasional
(International Financial Reporting Standard atau IFRS) mengakibatkan perlunya
pencabutan terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 Revisi 2000
mengenai Akuntansi Perbankan. Sebagai gantinya bank diwajibkan menerapkan:
1. PSAK No.50 (Revisi 2010) mengenai Instrumen keuangan: Penyajian; 2.
PSAK No. 55 (Revisi 2011) mengenai Instrumen keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran;
dan
3.
PSAK
No.
60
mengenai
Instrumen
Keuangan:
Pengungkapan. Dengan diberlakukannya ketiga PSAK tersebut tentu akan
mengakibatkan perubahan dalam memperlakukan kredit bermasalah, oleh karena
itu perlu dilakukan sosialisasi dan pengawasan mengingat konvergensi ini pada
awalnya baru dilakukan pada sektor perbankan di Indonesia.
Download