Penerapan Kode Etik Menyehatkan Budaya Organisasi Tindak

advertisement
Penerapan Kode Etik Menyehatkan Budaya Organisasi
Tindak korupsi merupakan kecurangan
melalui penyalahgunaan pengaruh dalam
transaksi bisnis untuk memperoleh
keuntungan yang bertentangan dengan
kewajibannya kepada pemberi kerja atau
hak satu dengan lainnya. Kecurangan bisa
terjadi diantaranya karena kesempatan,
ketamakan, kebutuhan dan exposure.
Kepala Bagian Evaluasi Pusdiklat Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
(BPK RI) Dwi Setiawan S, SE, MSi.Ak
menyampaikan hal ini dihadapan peserta
seminar "How Ethics Make You
Blossom". Kegiatan ini merupakan
serangkaian "Brawijaya Accounting Fair" yang diselenggarakan oleh Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Puluhan mahasiswa Akuntansi dari
berbagai perguruan tinggi di Indonesia mengikuti seminar yang dipusatkan di gedung Widyaloka
pada Minggu (27/11). Hingga saat ini, tambah Dwi, budaya korupsi masih merupakan ancaman
bangsa dengan persepsi tertinggi diatas krisis ekonomi, pengangguran dan terorisme. Sebagai
kejahatan luar biasa, indeks persepsi korupsi di Indonesia berada pada ranking 110 diatas
Vietnam, Philipina, Kamboja, Laos dan Myanmar.
Guna meminimalisir tindakan korupsi yang dinilai telah sistemik, penerapan etika profesi
menjadi salah satu harapan. Prinsip-prinsip etika tersebut meliputi tanggung jawab, kepentingan
publik, integritas dan obyektifitas dari independensi. Muatannya yang berupa kode etik profesi
bertujuan mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis. Di BPK ia mencontohkan, perangkat
etikanya meliputi UU No. 15 tahun 2006, Peraturan BPK No.2 Tahun 2007, Peraturan BPK No.
1 Tahun 2011, SPKN (Standar Pemeriksaan Keuangan Negara) dan PMP (Panduan Manajemen
Pemeriksaan).
Penerapan kode etik juga dicontohkan oleh PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. Dalam
paparannya, Ahyanizzaman menyampaikan bahwa penerapan kode etik itu memberi manfaat
bagi banyak pihak diantaranya kepastian dan keyakinan bagi pemegang saham. Bagi perusahaan
sendiri, manfaat yang diperoleh adalah kegiatan menjadi lebih efektif dan efisien, lingkungan
kerja lebih produktif dan professional serta kesinambungan usaha. Dalam penerapan tersebut,
tambahnya, tidak ditemukan kendala yang signifikan mengingat kode etik yang dirumuskan telah
menjadi budaya kerja sejak dulu dan telah didukung oleh Sistem Manajemen Semen Gresik.
Hanya saja, di tingkat group, pelaksanaannya masih bervariasi karena adanya perbedaan budaya,
lokasi dan positioning perusahaan di daerah. Untuk menangani hal tersebut, solusinya adalah
perbaikan komitmen, sosialisasi secara intensif, sistem yang terintegrasi serta penyempurnaan
sistem secara berkesinambungan. [nok]
The Implementation of Code of Ethic Makes Healthy Organizational Culture
A corruption is a fraud through missapplication of influence in business transactions to get advantages
which have a conflict with its obligations to the employer or the rights of one another. The fraud can
occur such as becuse of opportunity, greed, need and exposure. The Director of Evaluation Pusdiklat
(Trainning and Education Center) BPK (Supreme Audit Board), Dwi Setiawan S, SE, MSi.Ak, mentioned
this in front of the participants of the seminar "How Ethics Make You Blossom". This event was a series
of "Brawijaya Accounting Fair" organized by the Department of Accounting Faculty of Economics and
Business Universitas Brawijaya (FEB UB). Dozens of Accounting students from various universities in
Indonesia followed the seminar which was located on Widyaloka Building on Sunday (27/11). Until now,
added Dwi, the culture of corruption is still a threat to the nation with the highest perception on the
economic crisis, unemployment and terrorism. As an extraordinary crime, a corruption perception index
in Indonesia is in 110th rank above the Vietnam, Filipines, Cambodia, Laos and Myanmar.
To minimize the act of corruptions that has been categorized as a systematical, the application of
professional ethics becomes a hope. These ethical principles include responsibility, public interest,
integrity and objectivity of independence. The load in the form of code of ethics aim for preventing the
occurrence of unethical behavior. In BPK, he pointed out, the ethic device includes in Law No. 15 of
2006, BPK Regulation No. 2 of 2007, BPK Regulation No. 1 of 2011, SPKN (Standards State Auditing) and
PMP (Examination Management Guide).
The implementation of code of ethics is also exemplified by PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. In his
presentation, Ahyanizzaman conveyed that the application of codes of ethics that gave advantages to
multiple parties, such as the certainty and confidence for shareholders. For the company itself, the
benefits are the activities become more effective and efficient, more productive working environment
and professional and also business continuity. In the implementation, he added, there was no significant
constraints that were formulated considering the code of ethics that has become a culture of working
since then and it has been supported by the Management System of Semen Gresik. Only, at the group
level, its implementation still varies because of differences in culture, location and positioning the
company in the area. To handle this, the solution is by improving commitment, socialization, integrated
systems and continuous improvement systems. [nok/ps2]
Download