BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, booming prospek bisnis properti dengan semakin pesat perkembangan bisnis property dan real estate bahkan mampu menarik minat para investor atau developer (pengembang) untuk berinvestasi dibidang properti. Pilihan investor dalam berinvestasi properti bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari bisnis properti. Kemajuan pertumbuhan bisnis properti tidak hanya semakin menjamurnya mega proyek perumahan, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan fasilitas umum lain mempengaruhi pergerakan saham sektor property dan real estate di pasar modal ikut berfluktuasi. Perdagangan saham sektor property dan real estate di Bursa Efek Indonesia semakin diminati oleh para investor dikarenakan return saham yang dihasilkan terus meningkat. Investasi properti merupakan investasi jangka panjang karena berbentuk fixed asset dan harga properti semakin meningkat sepanjang tahun. Properti semakin marak diperdagangkan baik dalam bentuk asset (harta tidak bergerak) maupun berbentuk saham yang diperdagangkan di pasar modal. Namun, kenaikan harga properti menjadi tidak terkendali dan pertumbuhannya sangat sensitif terhadap kondisi perekonomian. Dampak global economic crisis tahun 2008 menjadi goncangan untuk ekonomi global yang melanda hampir diseluruh negara di dunia tak terkecuali perekonomian Indonesia dan berpengaruh negatif terhadap iklim investasi pasar modal. Berdasarkan data Statistik Ekonomi dan Keuangan 1 Indonesia (SEKI), dampak krisis global pada triwulan IV tahun 2008 terhadap perekonomian Indonesia antara lain melemahnya tingkat ekspor, menurunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga mencapai level 1.355.405, volatilitas valas dengan terdepresiasi mata uang Rupiah (Rp) terhadap Dollar ($) mencapai Rp 12.150 per dollar AS, suku bunga acuan (BI Rate) mencapai 9.5 persen dan tingkat Inflasi Indonesia (IHK) yang mencapai 11,06 persen. Naik turunnya transaksi di pasar modal berpengaruh pada kondisi makroekonomi seperti tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar dan mata uang. Tak terkecuali, stabilitas politik suatu negara dapat mempengaruhi perdagangan saham. Peneliti Baramuli (2009) menyatakan bahwa krisis ekonomi menyebabkan variabelvariabel ekonomi seperti suku bunga, inflasi, nilai tukar maupun PDB mengalami perubahan yang cukup tajam. Dalam tulisan Sugianto (Tribune news, Juli 13, 2012) menyebutkan Indonesia memasuk lima besar emerging market tahun 2012 - 2017 berdasarkan Global Intelligence Alliance (GIA), negara-negara tersebut antara lain; Brasil, India, China, Rusia, dan Indonesia. Negara emerging market merupakan negara berkembang yang menuju pertumbuhan ditandai dengan industrialisasi yang cepat dan kebutuhan investasi modal yang sangat besar, sehingga mampu menarik para investor. Dampak krisis global tersebut tidak menyurutkan niat para developer untuk berinvestasi pada property dan real estate bahkan perkembangan bisnis properti semakin menjamur khususnya pada bidang housing (residential), 2 shopping center, office building, hotel bahkan apartment. Benedictus Agung (dikutip dalam H.B Alexander, Kompas.com, Mei 16, 2013) menyatakan "Populasi pembeli akhir yang berusia produktif (30 tahun) terus bertambah setiap tahunnya. Mereka membutuhkan hunian yang layak, kalangan ini yang akan mendorong sektor properti terus bertumbuh dan diimbangi dengan daya beli yang terus meningkat." Sehingga, meningkatan demand properti akan tetapi supply properti tidak bertambah yang mengakibatkan harga properti melambung tinggi bahkan harga properti menjadi tidak masuk akal karena harga ditentukan sendiri oleh para developer. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) kebutuhan pasokan rumah masyarakat sebanyak 200.000 unit per tahun namun saat ini masih kekurangan pasok rumah (backlog) sebesar 15 juta unit sehingga kekurangan rumah terus terjadi. Kenaikan harga properti ini dijadikan momentum para investor untuk memperoleh keuntungan. Pengaruh kenaikan harga properti secara linier menyebabkan kenaikan harga saham perusahaan property dan real estate diperdagangan Bursa Saham. Bahkan, pergerakkan trading sektor property dan real estate yang semakin menggeliat hingga mengalami bubble burst atau kenaikan dan penurunan yang sangat signifikan. Sektor property dan real estate dapat dijadikan tolak ukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jika kondisi makroekonomi negara tumbuh pesat maka bisnis property dan real estate juga mengalami pertumbuhan dan juga sebaliknya. Dalam tulisan T.G Diredja (Kompas, Oktober 25, 2013) menyatakan: “Jika kondisi makroekonomi nasional sedang tumbuh tinggi, bisnis properti ikut menggeliat. Namun, jika ekonomi surut maka industri properti akan ikut surut. 3 Kondisi ekonomi Indonesia kembali terpuruk pada tahun 2013 yang dipicu oleh kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) sehingga meningkatkan laju inflasi mencapai 9,2 persen dan suku bunga perbankan sebesar 7,25 persen.” (p.71) Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada kondisi ekonomi negara dan sektor property dan real estate dapat dijadikan indikator penting untuk menganalisis kesehatan ekonomi suatu negara. Hal ini disebabkan banyak investor asing yang menanamkan modal di Indonesia dalam bisnis properti. Apabila kondisi ekonomi Indonesia bergejolak maka dapat menyurutkan niat investor asing untuk menarik modalnya. Peneliti Pakpahan (dikutip dalam Fuadi, 2009) menunjukkan bahwa sektor properti merupakan salah satu sektor yang paling tinggi volatilitas returnnya. H.B Gunawan (Kompas, Oktober 23, 2013) menulis bahwa Sektor properti di Bursa Efek Indonesia merupakan the best performer dibandingkan kinerja sektor lain seperti perbankan dan consumer goods. Tercatat 5 (lima) besar peringkat teratas emiten saham property dan real estate yang membukukan keuntungan penjualan diatas 50 persen yaitu; Alam Sutera (ASRI), Bumi Serpong Damai (BSDE), Lippo Karawaci (LPKR), Summarecon Agung (SMRA) dan Pakuwon Jati (PWON). Berikut grafik return saham perushaan sektor property dan real estate periode 2008 sampai dengan 2013. 4 Gambar 1.1 : Grafik Saham Property dan Real Estate 2008 – 2013 Sumber : Data sekunder, diolah Pada grafik menunjukkan lonjakan return saham yang sangat signifikan pada pertengahan tahun 2013 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan, pada periode krisis tahun 2008 terjadi kenaikan dan penurunan yang cukup tajam atau kondisi bubble burst bahkan return saham anjlok tercatat dibawah angka 2000. Grafik tersebut mengambarkan bahwa pada kondisi krisis perdagangan di Bursa Saham tidak menarik bagi para investor dikarenakan dampak dari inflasi tahun 2008 yang dialami oleh hampir seluruh dunia. Namun, secara keseluruhan sektor properti ini masih grow stable dibanding sektor-sektor lainnya di Bursa Saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi makroekonomi sangat mempengaruhi perdagangan saham property dan real estate. Pada tahun 2013, perdagangan saham property dan real estate masih aktratif di Bursa Saham dan mengalami kenaikan 78.54 persen. 5 Tujuan investor berinvestasi pada saham sektor property dan real estate adalah memperoleh keuntungan berupa return saham. Investor membutuhkan informasi sebelum mengambil keputusan berinvestasi terutama dari segi kekuatan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Return (tingkat pengembalian) merupakan hal terpenting dalam menentukan keputusan berinvestasi. Analisis kinerja perusahaan dibutuhkan oleh investor sebagai indikator dalam menilai tingkat pengembalian (return) saham dalam menilai prospek pergerakan saham perusahaan di masa yang akan datang. Menurut Jogiyanto (2010) Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Sedangkan, menurut Tandelilin (2010) menyebutkan bahwa return saham terdiri dari yield dan capital gain (loss). Apabila kinerja perusahaan baik maka saham perusahaan di pasar modal diminati oleh investor sehingga meningkatkan return saham perusahaan tersebut. Analisis penilaian kinerja perusahaan dapat menggunakan rasio keuangan perusahaan rasio keuangan perusahan meliputi; liquidity ratio, activity ratio, leverage ratio, profitability ratio dan market valutation ratio. Dengan analisis kinerja perusahaan para investor dapat memperkirakan harga saham di masa yang akan datang. Rasio keuangan memberikan informasi yang bermanfaat berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan. Penelitian ini mengacu pada saham sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penulis memilih sektor property dan real estate 6 karena animo yang besar para investor untuk berinvestasi pada sektor properti yang masih berprospek. 1.2 Perumusan Masalah Beberapa penelitian sebelumnya mencoba untuk melakukan penelitian berkaitan dengan pengaruh perubahan return saham property dan real estate baik dari faktor fundamental maupun makroekonomi. Penelitian Fuadi (2009) menyatakan return saham berpengaruh negatif dan signifikan terhadap suku bunga (SBI) dan nilai tukar pada periode penelitian 2003 - 2008. Pernyataan yang sama dikemukan oleh Rejeb (dalam Fuadi, 2009) pengaruh variabel makro yaitu nilai tukar, inflasi, GNP dan SBI terhadap harga saham properti periode 20042008 dan disimpulkan bahwa nilai tukar, inflasi dan SBI mempengaruhi harga saham properti secara negatif dan signifikan, sedangkan GNP berpengaruh positif terhadap harga saham. Peneliti Mei dan Hu (2000) melakukan penelitian di negara-negara Asia seperti Hongkong, Singapura, Indonesia, Malaysia, Thiland, Jepang dan pasar saham real estate di Amerika menyimpulkan bahwa faktor makroekonomi (short term-interest rate, spread between long and short interest rate, pertukaran mata uang dan dividend yield) berpengaruh signifikan terhadap risk premia pada property di Asia. Dalam penelitian Kurnia (2012) bahwa earning per share (EPS) dan risiko sistematis (Beta) berpengaruh positif terhadap return saham property dan real estate sedangkan faktor kinerja perusahaan debt equity ratio (DER) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham property dan real estate dari 7 penelitian yang dilakukan terhadap return saham sektor property dan real estate di BEI (periode 2008-2011). Bisnis property dan real estate masih menjadi primadona karena memiliki prospek jangka panjang. Pada perdagangan Bursa Efek Indonesia sektor property dan real estate masih menunjukan kinerja positif. Namun, perusahaan yang bergerak sektor property dan real estate memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap perubahan kondisi makroekonomi sehingga berpengaruh terhadap perdagangan saham property dan real estate di Bursa Efek Indonesia. Dengan melakukan analisis kinerja perusahaan, maka investor dapat menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Kondisi tersebut relevan dengan bertambahnya daya beli konsumen sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai bisnis investasi yang prospektif. Dari beberapa penelitian sebelumnya tentang pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap return saham property dan real estate menunjukkan bahwa debt equity rasio (DER) berpengaruh dan signifikan terhadap harga saham property dan real estate (Anastasia et al., 2003) serta Cynthia dan Ahja (2009) menjelaskan hubungan negatif tingkat hutang perusahaan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan, Kurnia (2012) menyimpulkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh positif terhadap return saham property dan real estate. Faktor makroekonomi memberikan pengaruh terhadap pergerakan pasar modal di Indonesia seperti yang dikemukan oleh peneliti Fuadi (2009) dan Oktofia (2011) menyatakan bahwa SBI dan kurs mata uang asing berpengaruh 8 negatif dan signifikan terhadap return saham property dan real estate. Pernyataan lain dikemukan oleh Leone (2011) dari penelitian pada London Stock Exchange menjelaskan bahwa kurs mata uang berpengaruh signifikan terhadap saham properti di Inggris pada periode seluruh periode penelitian dan periode setelah krisis. Pernyataan kontradiktif yang dikemukan oleh Nafis dan Chain (2012) hubungan antara makroekonomi dan stock returns tidak konsisten hasilnya hanya pada periode sebelum krisis (pre-crisis period) terjadi hubungan signifikan terhadap Exchange rate (ER) di Bursa Saham Singapore (Singapore Stock Market). Menurut Sohail dan Zakir (2010) dan Leone (2011) faktor makroekonomi consumer price index (CPI) dan industrial product (IP) berpengaruh positif terhadap return saham property. Pengaruh global krisis di tahun 2008 memberikan dampak kelesuan terhadap bisnis property dan real estate di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti mengambil periode penelitian selama tahun 2008 sampai dengan 2013. Pemilihan periode penelitian untuk melihat pengaruh kondisi ekonomi pada kondisi krisis ekonomi dan pasca krisis ekonomi. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti merumuskan masalah penelitian ini untuk menganalisis kinerja keuangan dengan indikator debt to equity ratio (DER) dan earning per share (EPS) sebagai alat ukur rasio keuangan perusahaan dan menggabungkan dengan faktor makroekonomi seperti gross domestic product (GDP), tingkat suku bunga dan nilai tukar uang berpengaruh terhadap return saham property dan real estate. Dari penelitian ini diharapkan memberikan 9 analisis baru berkaitan dengan perkembangan bisnis property dan real estate saat ini. Penulis memberikan judul penelitian ini “Pengaruh kinerja keuangan dan faktor makroekonomi terhadap return saham property dan real estate di Bursa Efek Indonesia (periode 2008 - 2013)”. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dari penelitian ini, pertanyaan yang diteliti adalah: a. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap return saham property dan real estate pada Bursa Efek Indonesia? b. Apakah Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap return saham property dan real estate pada Bursa Efek Indonesia? c. Apakah Gross Domestic Product (GDP) berpengaruh positif terhadap return saham property dan real estate pada Bursa Efek Indonesia? d. Apakah Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap return saham property dan real estate pada Bursa Efek Indonesia? e. Apakah Nilai tukar mata uang berpengaruh negatif terhadap return saham property dan real estate pada Bursa Efek Indonesia? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan penelitian yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh signifikansi variabel debt to equity ratio (DER), earning per share (EPS), gross domestic product (GDP), tingkat 10 suku bunga dan nilai tukar uang terhadap return saham property dan real estate pada Bursa Efek Indonesia 1.5 Manfaat Penelitian Secara garis besar, manfaat penelitian yang menjadi sasaran dari penulisan tesis ini, yaitu: 1. Bagi Investor, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai investasi dalam sektor property dan real estate dalam pengambilan keputusan investasi pada kondisi ketidakstabilan ekonomi yang mempengaruhi naik turunnya harga saham di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada emiten perusahaan property dan real estate yang diperdagangkan dan listed di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 sampai dengan 2013. Penelitian dilakukan dengan membandingkan kondisi ekonomi pada periode krisis dan pasca krisis yang bertujuan untuk: 1. Memperoleh gambaran faktor makroekonomi seperti gross domestic product (GDP), tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang yang mempengaruhi return saham sektor property dan real estate dari perusahaan yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2008 sampai dengan 2013. 11 2. Menganalisis karakteristik kinerja keuangan perusahaan property dan real estate terutama dari sisi pendanaan atau hutang (debt to equity rasio) dalam pemanfaatan hutang baik Bank Nasional maupun pendanaan luar negeri dibutuhkan perhitungan risiko yang ditimbulkan serta tingkat Earning per Share atau keuntungan yang diperoleh investor dalam berinvestasi pada saham properti. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini dibagi menjadi lima bagian dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab pendahuluan berisi latar belakang yang menjelaskan perkembangan bisnis sektor property dan real estate pada saat kondisi krisis dan pasca krisis ekonomi. Sektor property dan real estate merupakan salah satu indikator perekonomian suatu negara yang dipengaruhi oleh faktor makroekonomi seperti inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar uang. Serta, pengaruh kinerja perusahaan terhadap pertumbuhan dan return saham property dan real estate di Bursa Efek Indonesia yang memberikan informasi kepada investor yang berinvestasi pada sektor tersebut. Selanjutnya bab ini menjelaskan mengenai rumusan masalah, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. 12 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab tinjauan pustaka membahas tentang teori-teori dari berbagai literature yang melandasi dan menjadi acuan teori dari penelitian ini. Dalam bab ini menjelaskan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang dilakukan saat ini. Dari penelitian ini dibuat kerangka konseptual yang menjadi dasar analisis dan penyusunan hipotesis penelitian. BAB III : METODA PENELITIAN Bab metoda penelitian menjelaskan definisi operasional penelitian yang meliputi variabel penelitian, pemilihan populasi dan sampel, jenis dan sumber data sebagai bahan analisis penelitian, pemilihan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian dan metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis pengujian data penelitian. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil analisis penelitian yang diperoleh dari data yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan program Statistical Package for Social Sciences versi 21 (SPSS versi 21). Hasil penelitian kemudian dideskripsikan dan dianalisis sesuai dengan metoda penelitian. 13 BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Bab penutup meliputi simpulan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis yang dilakukan serta menjelaskan mengenai hasil penelitian dan saran yang diberikan bagi penelitian selanjutnya. 14