BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Tanah adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia di
muka bumi yang juga menjadi kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir sampai meninggal
dunia, manusia membutuhkan tanah untuk tempat tinggal dan sumber kehidupan.
Sebagai suatu tempat bagi manusia untuk hidup dan berkembang tanah memiliki
banyak fungsi serta peranan yang penting karena tanah merupakan sumber
kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan. Bangsa Indonesia, tanah merupakan unsur
vital dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang merupakan kebutuhan hidup
manusia yang sangat mendasar.
Hubungan bangsa Indonesia dengan tanah adalah hubungan yang bersifat
abadi. Seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan
kesatuan tanah air dari keseluruhan Bangsa Indonesia. Tanah merupakan perekat NKRI.
Berdasarkan hal itu, tanah perlu dikelola dan diatur secara nasional untuk menjaga
keberlanjutan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Amanat konstitusi
menegaskan agar politik dan kebijakan pertanahan diarahkan untuk mewujudkan tanah
untuk "sebesar-besar kemakmuran rakyat". (http://www.bpn.go.id/Laporan/Renstra,
diakses pada Rabu, 21 Oktober 2015)
Sebagaimana tercantum dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Bumi, air dan segala
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.” Demi mewujudkan kesejahteraan rakyat
dengan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah Indonesia dan
asetnya diperlukan adanya pengaturan lebih lanjut serta secara khusus dibuat menjadi
suatu
peraturan perundang-undangan atau peraturan yang mampu mewujudkan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Berdasarkan hal tersebut pemerintah telah
membuat suatu undang-undang tentang Agraria yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 atau yang lebih dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA Nomor 5
tahun 1960 yang lahir pada tanggal 24 September 1960).
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, menegaskan peranan kunci tanah, bahwa bumi, air dan ruang angkasa
mempunyai fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan
makmur. Maksudnya adalah penguasaan dan penghakkan atas tanah terutama tertuju
pada perwujudan keadilan dan kemakmuran dalam pembangunan masyarakat.
Pada UUD 1945, di dalamnya telah diamanatkan bahwa tanah merupakan
sumber kemakmuran rakyat, namun jumlah rakyat miskin Indonesia masih cukup besar.
Hal ini terjadi karena masih terjadi ketimpangan struktur penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah (P4T). Ketimpangan P4T dan ketimpangan
terhadap sumber-sumber produksi lainnya menyebabkan semakin sukarnya upaya
penurunan kemiskinan dan pengangguran. Ketimpangan P4T juga dapat mendorong
terjadinya kerusakan sumberdaya tanah dan lingkungan hidup, peningkatan jumlah
sengketa, konflik dan perkara pertanahan. Selain itu, permasalahan pertanahan ini akan
berdampak terhadap rapuhnya ketahanan pangan yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap ketahanan nasional (http://www.bpn.go.id/Laporan/Renstra, diakses pada
Rabu, 21 Oktober 2015).
Sesuai dengan yang telah ditetapkan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor
20 Tahun 2015, hal-hal mengenai pertanahan diatur oleh Badan Pertanahan Nasional
(BPN). Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya disebut BPN adalah Lembaga
Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden yang dipimpin oleh kepala. Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (http://www.bpn.go.id/Tentang-Kami/Sekilas,diakses
pada Rabu, 21 Oktober 2015)
Penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional RI di daerah,
dibentuk Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional di provinsi dan Kantor
Pertanahan di kabupaten/kota. Tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan ditetapkan oleh Kepala
setelah mendapat persetujuan dari menteri yang membidangi urusan pemerintahan di
bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi. Semua kabupaten/kota
dibentuk Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional di provinsi dan Kantor
Pertanahan, salah satunya yaitu di daerah Kota Karanganyar.
Kantor Pertanahan di Kabupaten Karanganyar, dalam menjalankan tugas dan
fungsinya, membuat beberapa program di dalamnya. Program yang ingin diteliti lebih
jauh oleh penulis disini adalah progam Layanan Anggota Masyarakat (Layangmas).
Program Layangmas, merupakan aplikasi layanan mandiri bagi masyarakat berbasis
Geo Spatial dengan menggunakan teknologi komputer touchscreen, sebagai wujud
pemanfaatan lebih lanjut dari aplikasi pelayanan pertanahan berbasis komputer
(Komputerisasi Kantor Pertanahan/KKP). Layanan Anggota Masyarakat bertujuan
untuk memberikan informasi potensi-potensi industri, pertanian, dan pariwisata, serta
informasi-informasi bidang pertanahan yang jelas dan transparan yang dapat dengan
mudah diakses masyarakat.
Kementrian Agraria / Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Karanganyar
dalam melaksanakan tugasnya di dalam kaitannya programnya Layanan Anggota
Masyarakat mungkin terjadi kendala atau hambatan di dalamnya. Ketika terjadi adanya
konflik tersebut maka Kementrian Agraria / Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Karanganyar melakukan tindakan penyelesaian sengketa/konflik pertanahan, dan
dituntut untuk mengedepankan rasa keadilan sehingga dalam mengambil suatu
keputusan untuk para pihak, diharapkan tidak merugikan para pihak serta mampu
menyelesaikan
secara
damai
yang
menghasilkan
win-win
solution.
Jenis
sengketa/konflik pertanahan yang disampaikan atau diadukan dan ditangani oleh BPN
secara garis besar dikelompokkan sebagai berikut: 1) Penguasaan tanah tanpa hak, yaitu
perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai status penguasaan di
atas tanah tertentu yang tidak atau belum dilekati hak (tanah Negara), maupun yang
telah dilekati hak oleh pihak tertentu. 2) Sengketa batas, yaitu perbedaan pendapat, nilai
kepentingan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak yang
telah ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia maupun yang
masih dalam proses penetapan batas. 3) Sengketa waris, yaitu perbedaan persepsi, nilai
atau pendapat, kepentingan mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang
berasal dari warisan. 4) Jual berkali-kali, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,
kepentingan mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang diperoleh dari jual
beli kepada lebih dari 1 orang. 5) Sertifikat ganda, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau
pendapat, kepentingan mengenai suatu bidang tanah tertentu yang memiliki sertifikat
hak atas tanah lebih dari 1. 6) Sertifikat pengganti, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau
pendapat, kepentingan mengenai suatu bidang tanah tertentu yang telah diterbitkan
sertifikat hak atas tanah pengganti. 7) Akta Jual Beli Palsu, yaitu perbedaan persepsi,
nilai atau pendapat, kepentingan mengenai suatu bidang tanah tertentu karena adanya
Akta Jual Beli palsu. 8) Kekeliruan penunjukan batas, yaitu perbedaan pendapat, nilai
kepentingan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak yang
teiah ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia berdasarkan
penunjukan batas yang salah. 9) Tumpang tindih, yaitu perbedaan pendapat, nilai
kepentingan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak tertentu
karena terdapatnya tumpang tindih batas kepemilikan tanahnya. 10) Putusan
Pengadilan, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai
putusan badan peradilan yang berkaitan dengan subyek atau obyek hak atas tanah atau
mengenai
prosedur
penerbitan
hak
atas
tanah
tertentu
(http://www.bpn.go.id/Program/Penanganan-Kasus-Pertanahan di akses pada Rabu, 21
Oktober 2015).
Kementrian Agraria / Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Karanganyar
bertugas melakukan pencatatan data pertanahan sekaligus berwenang dalam melakukan
upaya penyelesaian sengketa pertanahan. Sebagaimana yang dimuat didalam Pasal 3
Peraturan Presiden tentang Badan Pertanahan Nasional Nomor 20 Tahun 2015 pada
yang menjelaskan bahwa salah satu tugas Badan Pertanahan Nasional adalah
menyelenggarakan fungsi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengkajian
dan penanganan sengketa dan perkara pertanahan. Pasal 5 Peraturan Presiden No. 20
Tahun 2015 mengenai Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, di dalamnya
terdapat susunan organisasi yang didasari oleh tugas dan fungsi masing-masing. Dalam
hal sengketa tanah ini, bagian yang menangani masalah sengketa tanah yaitu Deputi
Bidang Penanganan Sengketa dan Perkara Pertanahan. Pasal 1 Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional no. 3 tahun 20011 tentang pengelolaan pengkajian dan
Penanganan Sengketa Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan
Konflik Pertanahan yang selanjutnya disingkat Deputi adalah unsur pelaksana sebagian
tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia di bidang pengkajian
dan penanganan kasus pertanahan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Deputi Bidang Penanganan
Sengketa dan Perkara Pertanahan mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan
kebijakan di bidang pengkajian dan penanganan sengketa dan perkara pertanahan.
Masalah pertanahan merupakan suatu permasalahan yang cukup rumit dan
sensitif sekali sifatnya, karena menyangkut berbagai aspek kehidupan baik bersifat
sosial, ekonomi, politis, psikologis dan lain sebagainya, sehingga dalam penyelesaian
masalah pertanahan bukan hanya harus memperhatikan aspek yuridis akan tetapi juga
harus memperhatikan berbagai aspek kehidupan lainnya agar supaya penyelesaian
persoalan tersebut tidak berkembang menjadi suatu keresahan yang dapat mengganggu
stabilitas masyarakat. Seringkali terjadi permasalahan karena adanya perbedaan yang
menyangkut status penguasaan terhadap tanah tersebut.
Seperti kasus tanah grumbul yang terjadi di Desa Blulukan, Kecamatan
Colomadu, Karanganyar yang melibatkan Kades Blulukan, Sugito, itu berawal ketika
pengusaha properti yaitu Candra, membeli sebidang tanah seluas 2.785 meter tahun
2012. Tanah tersebut terletak di Desa Blulukan dengan sertifikat atas nama Sayem.
Sebelum melakukan transaksi jual beli, Candra berulangkali kali berkonsultasi ke
Kantor Pertanahan Karanganyar dan tanah itu dinyatakan sah milik Sayem, bahkan tim
Kantor Pertanahan sudah menurunkan tim mengecek dan menyatakan tanah itu sah.
Pada pertengahan 2013, tiba-tiba ada laporan ke Kejaksaan Karanganyar kalau tanah
yang dibelinya itu, ada sebagian tanah kas desa.
Pihak lain, Kasi Pidsus Kejaksaan Karanganyar Gunawan Wisnu M S.H,M.H
mengatakan, pengusutan kasus dugaan penyimpangan penjualan tanah kas Desa
Blulukan, Kecamatan Colomadu akan terus berlanjut. Kejaksaan Karanganyar segera
melengkapi berkas kasus yang melibatkan Kades setempat, Sugito agar P21 atau
dinyatakan lengkap untuk disidangkan. Dia mengakui melakukan penyitaan terhadap
tanah desa seluas 230 meter persegi di Perumahan Flamboyan tertanggal 17 Desember
2013. Penyitaan dilakukan setelah tim penyidik kejaksaan melakukan pemeriksaan
terhadap sejumlah saksi atas laporan dugaan kasus penjualan tanah kas Desa Blulukan.
Dia mengatakan penyitaan aset dilakukan untuk mengamankan tanah tersebut agar
tidak
diperjual
belikan
atau
pindah
(http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/hakim-semprot-eks-inspektorat,
tangan.
di
akses
pada Selasa, 11 November 2015)
Penyelesaian sengketa pertanahan, penanganan dan penyelesaian terhadap
konflik pertanahan oleh BPN RI didasarkan pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus
Pertanahan, yang meliputi mekanisme pelayanan pengaduan dan informasi, pengkajian,
penanganan, dan penyelesaian konflik pertanahan, serta bantuan hukum dan
perlindungan hukum.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berfokus kepada kewenangan Badan Pertanahan Nasional di dalam
Program Layanan Anggota Masyarakat yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa
tanah inventaris desa dan apa saja kendala dalam program Layanan Anggota
Masyarakat serta bagaimana solusinya. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “KEWENANGAN
KANTOR
PERTANAHAN
KABUPATEN
KARANGANYAR
DI
DALAM
PROGRAM LAYANAN ANGGOTA MASYARAKAT TERKAIT PENYELESAIAN
SENGKETA TANAH INVENTARIS DESA”.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan 2 (dua) permasalahan
yang akan dikaji lebih lanjut dalam pembahasan penulisan hukum ini, Adapun rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Apakah program Layanan Anggota Masyarakat sudah membantu kewenangan
Kantor Pertanahan Kabupaten berkaitan dengan penyelesaian sengketa tanah
inventaris desa?
2.
Kendala apa saja yang terdapat di dalam pelaksanaan program Layanan Anggota
Masyarakat? Serta Bagaimana solusinya?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan arah dalam melangkah sesuai
dengan maksud penelitian. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui kewenangan yang dimiliki Kantor Pertanahan di Kabupaten
Karanganyar di dalam program layanan anggota masyarakat terkait
penyelesaian sengketa tanah inventaris desa Kabupaten Karanganyar.
b. Untuk mengetahui kendala dan solusi dalam pelaksanaan program Layanan
Anggota Masyarakat di Kantor Kabupaten Karanganyar.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan kemampuan bagi penulis di
bidang ilmu hukum khususnya bidang Hukum Administrasi Negara terkait
kewenangan Badan Pertanahan Nasional dalam penyelesaian sengketa tanah
inventaris desa.
b. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana dalam
bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan suatu manfaat baik
bagi penulis sendiri maupun manfaat bagi orang lain. Adapun manfaat penelitian ini
diklompokan menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan gambaran dan sumbangan bagi perkembangan ilmu hukum pada
umumnya dan hukum administrasi negara pada khususnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan acuan di
bidang karya ilmiah serta bagi penelitian dan penulisan hukum sejenis di masa
yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dapat
dimanfaatkan oleh pihak ang terkait, akademisi, dan pihak yang berkepentingan
lainnya.
b. Menjadi saran bagi penulis untuk mengembangkan penalaran, membentuk pola
pikir ilmiah, dan untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan
ilmu yang telah diperoleh.
E. Metode Penelitian
Metode dapat diartikan logika dari penelitian ilmiah, studi terhadap prosedur
dan teknik penelitian, dan suatu sistem dari prosedur dan teknik penelitian. Secara lebih
lanjut, kegiatan penelitian dimulai apabila seorang ilmuwan melakukan usaha untuk
bergerak dari teori ke pemilihan metode. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa metodologi pada hakikatnya memberikan pedoman tentang cara-cara seorang
ilmuwan mempelajari, menganalisa, dan memahami lingkungan-lingkungan yanag
diahadapinya (Soekanto, 2010:5), sedangkan penelitian merupakan suatu usaha untuk
menghimpun serta menemukan hubungan-hubungan yang ada antara fakta yang
diamati secara seksama, penelitian merupakan suatu bagian pokok dari ilmu
pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mengetahui dan lebih memperdalam segala
segi kehidupan (Soekanto, 2010:3).
Metode yang digunakan penulisan dalam penelitian hukum adalah sebagai
berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun penelitian ini
adalah jenis penelitian hukum empiris atau non doctrinal research untuk
mengetahui keadaan yang terjadi didalam praktek. Penelitian empiris, penelitian
yang bermula pada data sekunder untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian
terhadap data primer di lapangan atau terhadap masyarakat (Soekanto, 2010:52).
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun penelitian ini
adalah deskriptif. Sifat penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data
yang seteliti tentang keadaan manusia atau gejala-gejala lainnya terutama untuk
mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu dalam memperkuat teoriteori lama, atau didalam kerangka menyusun teori-teori baru (Soekanto,2010:10).
3. Pendekatan Penelitian
Jenis pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun
penelitian adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu pendekatan
yang menggunakan data yang dinyatakan secara verbal yang dimaksudkan untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek. Pendekatan kualitatif
sebenarnya merupakan tata cara penelitian yang mengahasilkan data deskriptif,
yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis ataupun lisan dan
dipelajari adalah obyek penelitian yang utuh (Soekanto, 2010:32).
4. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian yang ditetapkan dengan tujuan agar lingkup
permasalahan yang akan diteliti lebih sempit dan terfokus, sehingga penelitian
yang dilakukan lebih terarah. Dalam penelitian hukum ini penulis mengambil
lokasi di Kantor Pertanahan Kabupaten Karanganyar. Lokasi tersebut dipilih
berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi tersebut berkaitan dengan apa yang
penulis teliti.
5.
Jenis dan Sumber Data Penelitian
Secara umum dalam penelitian dibedakan antara data yang diperoleh
secara langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Data yang diperoleh
langsung dari masyarakat dinamakan data primer atau data dasar, sedangkan data
yang diperoleh dari bahan kepustakaan diberi nama data sekunder (Soekanto,
2010:51). Jenis dan sumber data yang digunakan menyusun penelitian ini adalah
anatara lain :
a. Sumber Data Primer
Data primer diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari lapangan
yang menjadi obyek penelitian atau diperoleh melalui wawancara yang berupa
keterangan atau fakta-fakta atau juga bias disebut dengan data yang diperoleh
dari sumber yang pertama (Soekanto, 2010:12).
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari keterangan atau
pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh secara tidak langsung antara lain
mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang
berwujud laporan (Soekanto, 2010:12). Data Sekunder dalam yang digunakan
antara lain :
a) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945;
b) Undang-Undang Nomor 5 Tahun Dasar-Dasar Pokok Agraria;
c) Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria yang
berfungsi Tata Ruang;
d) Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan
Nasional;
e) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan;
f) Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor
34 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian
Masalah Pertanahan;
g) Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 21 Tahun 2006 tentang Bagan Susunan Organisasi Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota.
6.
Teknik Pengumpulan Data
Suatu penelitian dapat dianalisa dengan tiga jenis alat pengumpulan
data yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan
wawancara atau interview (Soekanto, 2010:21). Di dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :
a. Studi Dokumen atau Bahan Pustaka
Penulis dalam penelitian ini melakukan pengumpulan data, membaca,
dan mengkaji dokumen, peraturan perundang-undangan, buku-buku, jurnal,
makalah, dan bahan pustaka lainnya dalam bentuk tertulis yang berkaitan
dengan masalah atau objek yang diteliti.
b. Wawancara
Penelitian yang dilakukan penulis dalam pengumpulan data dengan
cara mengadakan komunikasi secara langsung guna memperoleh data yang
diperoleh dari narasumber antara lain Bapak Wisnu Untoro selaku Kepala Sub
Seksi Sengketa dan Konflik Pertanahan, Bapak Tekad selaku Kepala Sub Seksi
Tematik dan Potensi Tanah .
7.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan
hukum ini adalah kualitatif dengan menggunakan, mengelompokkan, dan
menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan, kemudian dihubungkan
dengan teori-teori, asas-asas, kaidah-kaidah hukum yang diperoleh dari
kepustakaan. Dalam teknik analisis ini terdapat tiga komponen utama, antara lain
(Sutopo, 2006:113):
a. Reduksi Data
Reduksi
data
merupakan
proses
penyelesaian,
pemfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi data yang diperoleh dari yang kasar yang dimuat
di catatan tertulis (fieldnote). Sebagai alur penting pertama, yaitu sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Reduksi
data
menggolongkan,
merupakan
suatu
mengarahkan,
bentuk
analisis
membuang
yang
yang
tidak
menajamkan,
perlu
dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa, sehingga kesimpulankesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan rangkaian informasi yang memungkinkan
untuk ditarik suatu kesimpulan dari penelitian yang akan dilakukan. Selain
berbentuk sajian dengan kalimat, sajian data dapat ditampilkan dengan berbagai
jenis gambar, kaitan kegiatan, dan tabel.
c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
peneliti yang perlu untuk diverifikasi, berupa suatu pengulangan dari tahap
pengumpulan data yang terdahulu dan dilakukan secara lebih teliti setelah data
tersaji. Penarikan kesimpulan berdasarkan atas semua hal yang terdapat dalam
reduksi data dan sajian yang meliputi berbagai hal yang ditemui dengan
melakukan pencatatan-pencatatan, pernyataan, konfigurasi yang mungkin
berkaitan dengan data.
Pengumpulan Data
Sajian Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan /
Verifikasi
F. Sistematika Penulisan Hukum
Sistematika hukum bertujuan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh
tentang isi dari penelitian sesuai dengan aturan yang sudah ada dalam penulisan hukum.
Sistematika penulisan hukum dalam penelitian ini meliputi empat bab yang saling
berkaitan dan berhubungan yang dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman
terhadap hasil penulisan hukum. Sistematika dalam penulisan hukum ini adalah sebagai
berikut :
BAB I
: PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis memberikan gambaran awal mengenai penelitian
yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika
penulisan hukum.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka terdiri dari Kerangka Kerangka Teori dan Kerangka
Pemikiran. Kerangka teori menurut berbagai pengertian dan teori-teori
hukum yang mendukung judul dalam penulisan hukum ini yaitu:
A. Kerangka Teori meliputi:
1.
Tinjauan Tanah
a. Pengertian Tanah
b. Objek Hukum Tanah
c. Asas-asas Hukum Tanah
a. Landasan Hukum Tanah / Agraria
b. Sifat dan Ruang Lingkup Pengaturan Hukum Tanah
2.
Tinjauan tentang Badan Pertanahan Nasional (BPN)
a. Pengertian Badan Pertanahan Nasional
b. Fungsi Badan Pertanahan Nasional
3.
Tinjauan Program Layanan Anggota Masyarakat
a. Pengertian Program
b. Layanan Anggota Masyarakat
4.
Tinjauan tentang Sengketa
a. Pengertian Sengketa
b. Penyelesaian Sengketa Pertanahan
B. Kerangka Pemikiran
Menjelaskan dan memberikan gambaran tentang alur berpikir
penulis terhadap permasalahan dalam penelitian yang dituangkan
dalam bentuk bagan.
BAB III
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang hasil dari penelitian
yang telah diperoleh dan dilanjutkan dengan pembahasan berdasarkan
rumusan masalah yang ada yaitu mengenai Bagaimana kewenangan
Badan Pertanahan Nasional di dalam program Layanan Anggota
Masyarakat berkaitan dengan penyelesaian sengketa tanah inventaris
desa dan apakah kewenangan Badan Pertanahan Nasional dalam
penyelesaian sengketa tanah sudah sesuai berdasar UUPA nomor. 5
tahun 1960
BAB IV
: PENUTUP
Pada bab ini merupakan bab akhir dari penelitian ini yang berisi
kesimpulan-kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan
saran-saran sebagai tindak lanjut dari kesimpulan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Download