VEKTOR Dalam mempelajari fisika kita selalu berhubungan dengan

advertisement
VEKTOR
Dalam mempelajari fisika kita selalu berhubungan dengan besaran, yaitu
sesuatu yang dapat diukur dan dioperasikan. Ada besaran yang cukup dinyatakan
dengan nilai (harga magnitude) dan satuannya saja, tidak perlu ditambahkan
penjelasan lain. Besaran ini disebut skalar. Contoh besaran skalar antara lain
waktu, massa, temperatur, dan sebagainya. Pengoperasian besaran skalar sama
dengan pengoperasian bilangan dalam aljabar biasa; penjumlahan dan
perkaliannya sama dengan yang kita kenal sehari-hari.
Ada juga besaran yang disamping nilai dan satuannya perlu juga
dinyatakan arahnya. Besaran semacamini disebut vector. Contoh besaran vektor
adalah kecepatan, percepatan, gaya, dan sebagainya. Aturan pengoperasian vektor
tidak sama dengan bilangan yang biasa kita pakai sehari-hari. Penjumlahan dan
perkalian vektor mempunyai aturan tersendiri. Aturan ini akan kita pelajari,
seperti yang tercantum di bawah ini.
1.
Representasi Vektor
Besaran vektor biasa dituliskan dengan huruf vokal tebal, contoh A ,
atau dengan huruf biasa yang diberi panah di atasnya, contoh ⃗. Besar atau
nilai vektor (tidak peduli arahnya) dinyatakan dengan ⃗ atau cukup A saja.
Nilai vektor adalah skalar dan tidak pernah negatif.
Vektor dapat direpresentasikan secara grafis dengan menggunakan anak
panah
⃗
P
Arah anak panah menyatakan arah vektor tersebut, dan panjang anak panah
sebanding dengan nilai vektornya. Titik pangkal vektor (P) disebut titik
tangkap vektor, dan garis yang berimpit dengan vektor disebut garis kerja
vektor.
Vektor
dapat
juga
direpresentasikan
secara
analitis
dengan
menyebutkan nilainya dan arahnya. Misalnya vektor kecepatan angin
besarnya 0,5 m/s ke arah barat, atau gaya ⃗ = 50 newton membentuk sudut
300 dengan garis vertikal.
Cara lain menyatakan vektor adalah dengan menggunakan komponen
dalam sistem koordinat tertentu. Di titik tangkap vektor tersebut kita
bayangkan ada tiga buah sumbu koordinat yang saling tegak lurus, sebut saja
sumbu x, sumbu y, dan sumbu z. Proyeksi vektor ⃗ dalam arah sumbu x
disebut Ax, dalam arah sumbu y disebut Ay, dan dalam arah sumbu z disebut
Az. Ketiga proyeksi ini, Ax, Ay, dan Az disebut komponen vektor ⃗. Dalam
notasi ini ⃗ dapat dituliskan sebagai pasangan terurut ketiga komponennya,
⃗=
,
Vektor ̂, ̂, dan
⃗=
,
̂+
̂+
berturut-turut adalah vektor yang panjangnya satu
dalam arah x, y, dan z. Dimana panjangan vektor ⃗ dapat dituliskan sebagai
berikut :
= ⃗ =
+
+
Arahnya diwakili oleh sudut yang dibentuk oleh ⃗ dengan ketigas umbu
koordinat,
cos
2.
=
, cos
=
, cos =
Operasi Dasar Vektor
a. Kesamaan
Vektor ⃗ dinyatakan sama dengan vektor ⃗ bila besarnya dan arahnya
sama. Titik tangkap dan garis kerjanya tidak harus sama. Dalam notasi
komponen kedua vektor dikatakan sama bila ketiga komponennya sama,
⃗= ⃗ ↔
=
,
=
,
=
b. Perkalian dengan Skalar
Vektor ⃗ =
⃗ adalah sebuah vektor yang panjangnya | | kali panjang
vektor ⃗ dan arahnya sama bila m positif dan arahnya berlawanan bila m
negatif. Jika m = 0, maka diperoleh vektor nol yang panjangnya nol dan
arahnya tak tentu.
Dalam notasi komponen,
Jika ⃗ =
Vektor satuan
⃗ maka
=
,
=
,
=
adalah vektor dalam arah ⃗ yang panjangnya satu. Jadi,
=
⃗
Khususnya vektor satuan dalam arah sumbu x, y, dan z biasa dinyatakan
dengan ̂, ̂,
,
,
c. Penjumlahan Vektor
Jumlah vektor ⃗ dan ⃗ adalah sebuah vektor ⃗ yang diperoleh lewat
aturan jajaran-genjang atau dengan menempatkan vektor ⃗ di ujung
vektor ⃗, lalu pangkal vektor ⃗ dihubungkan dengan ujung vektor ⃗
untuk mendapatkan vektor ⃗. Jumlah ini dituliskan sebagai ⃗ = ⃗ + ⃗.
Selisih dua buah vektor didefinisikan sebagai
⃗ − ⃗ = ⃗ + − ⃗ = ⃗ + (−) ⃗
Adapun panjang resultan ⃗ = ⃗ ± ⃗ adalah
= ⃗ =
+
±2
cos
Dengan  adalah sudut yang diapit oleh vektor ⃗ dan vektor ⃗. Arahnya
diberikan oleh
sin
=
sin
=
sin
Dengan  adalah sudut apit ⃗ dan ⃗, dan β adalah sudut apit ⃗ dan ⃗.
Bila dituliskan dalam komponen, maka untuk ⃗ = ⃗ ± ⃗, kita dapatkan :
=
±
,
=
±
,
=
±
Adapun sifat-sifat berikut berlaku bagi operasi dasar vektor :
a.
⃗ + ⃗ = ⃗ + ⃗ (Hukum Komutatif bagi penjumlahan)
b.
⃗+ ⃗+ ⃗ =
c.
⃗= ⃗
⃗ + ⃗ + ⃗(Hukum Asosiatif bagi penjumlahan)
(Hukum Komutatif bagi Perkalian dengan Skalar)
⃗ = 2(
d.
3.
) ⃗ (Hukum Asosiatif bagi Perkalian dengn Skalar)
e. (
+ )⃗=
⃗+
⃗ (Hukum Distributif)
f.
⃗+ ⃗ =
⃗+
⃗ (Hukum Distributif)
Perkalian Antar Vektor
Perkalian antar vektor adalah hal yang baru, karena itu perlu didefinisikan
dahulu aturannya. Ada tiga macam perkalian vektor, yaitu perkalian titik
⃗ . ⃗, perkalian silang ⃗ × ⃗, dan perkalian dyadic ⃗ ⃗; masing-masing
mempunyai arti dan sifat yang sangat berlainan, karena itu hati-hatilah dalam
menuliskan perkalian vektor, jangan dikacaukan satu dengan yang lainnya.
a. Perkalian Titik (Dot Product)
Perkalian titik didefinisikan sebagai
⃗. ⃗ =
cos , 0 ≤
≤
Dengan  adalah sudut yang diapit oleh ⃗
⃗ . Hasil perkalian ini
adalah skalar bukan vektor, karena itu perkalian titik sering juga disebut
perkalian skalar. Bila dinyatakan dalam komponen, perkalian titik
menjadi
⃗. ⃗ =
+
+
Jelas dari defenisi di atas bahwa panjang suatu vektor dapat dituliskan
sebagai perkalian titik,
= ⃗
= ⃗. ⃗=
+
+
Secara geometri, perkalian titik mengandung arti proyeksi. Bila BA = B
cos  adalah panjang proyeksi ⃗ sepanjang ⃗, maka
⃗. ⃗ =
Khususnya, bila
adalah vektor satuan, maka panjang proyeksi ⃗ pada ⃗
adalah :
=
cos
= ⃗.
=
⃗. ⃗
Jadi bila ̂, ̂,
berturut-turut adalah vektor satuan dalam arah sumbu
x, y, dan z, maka komponen-komponen suatu vektor ⃗ dapat dituliskan
sebagai :
= ̂ . ⃗,
= ̂ . ⃗,
. ⃗
=
Perkalian titik dapat juga dipakai untuk mencari sudut antara dua buah
vektor dengan menggunakan persamaan :
cos
⃗. ⃗
=
+
=
+
+
+
+
+
Sifat-sifat berikut berlaku bagi perkalian titik :
a. ⃗ . ⃗ = ⃗. ⃗ (Hukum Komutatif)
b. ⃗ . ⃗ + ⃗ = ⃗ . ⃗ + ⃗ . ⃗ (Hukum Distributif)
c.
⃗. ⃗ =
d. ̂ . ̂ = ̂ . ̂ =
. ⃗ . ⃗ = ⃗.
.
. ⃗ =
= 1; ̂ . ̂ = ̂ .
=
⃗. ⃗
. ̂=0
e. Jika ⃗ . ⃗ = 0 dan ⃗ dan ⃗ bukan vektor nol, maka ⃗ haruslah tegak
lurus ⃗
b. Perkalian Silang
Berlainan dengan perkalian titik, hasil perkalian silang ⃗ × ⃗ adalah
vektor. Perkalian silang didefinisikan sebagai :
⃗ × ⃗=(
sin ) , 0 ≤
Dengan  adalah sudut antara ⃗
≤
⃗ . Vektor satuan n adalah vektor
yang tegak lurus kepala bidang yang dibentuk oleh ⃗
menuruti gerak sekrup yang berputar dari ⃗
⃗ dan berarah
⃗ melalui sudut . Dalam
komponen perkalian silang ditulis sebagai :
⃗× ⃗ = ̂
+ ̂(
−
a.
⃗× ⃗ =− ⃗× ⃗
b.
⃗× ⃗+ ⃗ = ⃗× ⃗+ ⃗× ⃗
c. m( ⃗ × ⃗ ) =
d.
̂ × ̂= ̂ × ̂=
⃗ × ⃗= ⃗×
×
−
⃗ =
= 0; ̂ × ̂ =
)+
−
⃗× ⃗
, ̂ ×
= ̂, × ̂= ̂
e.
⃗ × ⃗ = luas jajaran genjang yang dibentuk oleh ⃗
f. Jika ⃗ × ⃗ = 0 dan ⃗
⃗
g.
⃗
⃗ bukan vektor nol, maka haruslah
⃗
⃗ × ⃗ × ⃗ = ⃗ . ⃗ ⃗ − ( ⃗ . ⃗) ⃗
c. Perkalian Dyadic
Perkalian dyadic ⃗ ⃗ menghasilkan suatu besaran baru yang bukan
vektor, bukan pula skalar. Besaran baru ini disebut dyadic atau tensor
rank 2. Skalar cukup dinyatakan dengan sebuah bilangan, vektor
membutuhkan 3 bilangan (komponen) untuk menetapkannya, sedangkan
dyadic membutuhkan 9 bilangan (komponen) untuk menetapkannya.
Contoh besaran dyadic adalah tensor tegangan (stress), tensor regangan
(strain), tensor konduktivitas untuk bahan non isotropik, dan sebagainya.
4.
Sistem Koordinat Polar
Telah disebutkan di depan bahwa sembarang vektor ⃗ dapat dinyatakan
dengan menuliskan komponen-komponennya dalam sistem koordinat (xyz)
atau disebut juga sistem koordinat kartesian, yaitu
⃗=
̂+
̂+
Dimanapun letak vektor tersebut, vektor satuan ̂, ̂,
selalu sama, baik
besar maupun arahnya. Sistem koordinat lain yang banyak dipakai, khususnya
untuk membahas gerak dalam bidang, adalah sistem koordinat polar. Dalam
hal ini komponen-komponen vektor ⃗ dinyatakan dalam komponen radial ̂
dan komponen tangensial .
⃗=
̂+
Arah vektor satuan radial ̂ adalah dari titik asal koordinat ke titik tangkap
vektor (radial ke luar), sedangkan arah vektor satuan tangensial adalah tegak
lurus kepada vektor radial ke arah membesarnya sudut polar . Adapun
hubungan antara koordinat polar dan koordinat kartesian dapat ditunjukkan
dengan mudah,
= cos ;
=
+
=
sin ;
=
Sedangkan hubungan antara vektor-vektor satuannya adalah :
̂ = cos
= − sin
̂ + sin
̂ + cos
̂
̂
Download