BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Proyek 2.1.1. Pengertian Manajemen Banyak para ahli telah mengemukakan pendapatnya mengenai Pengertian manajemen. Pengertian menurut para ahli adalah sebagai berikut: a. James A. F. Stoner (2006: Organisasi.org), Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. b. Mulayu S. P. Hasibuan (2002:2), Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan. c. T. Hani Handoko (2000: 10), Manajemen adalah bekerja dengan orangorang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuantujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan pengorganisasian,penyusunan personalia, pengarahan, kepemimpinan dan pengawasan. 7 8 d. Richard L. Daft (2002: 8), Manajemen adalah pencapaian sasaransasaran dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan pengorganisasian, kepemimpinanan dan pengendalian sumber daya organisasi. Dari definisi tentang manajemen menurut para ahli diatas dapat dikatakan bahwa permasalahan manajemen berkaitan dengan usaha untuk memelihara kerja sama sekelompok orang dalam satu kesatuan dan usaha memanfaatkan sumber daya yang lain untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, serta manajemen juga akan sangat dibutuhkan untuk menjalankan suatu organisasi dalam bentuk organisasi apapun. 2.1.2. Pengertian Proyek Proyek merupakan tugas yang perlu dirumuskan untuk mencapai sasaran yang dinyatakan secara konkret dan diselesaikan dalam periode tertentu dengan menggunakan tenaga manusia dan alat-alat terbatas. (sumber: Drs. H.A. Hamdan dimyati, M.Si. dan Kadar Nurjaman, S.E., M.M., 2014) Adapun pengertian proyek menurut para ahli adalah sebagai berikut: a. Schwalbe (2006: 4), Proyek adalah usaha yang bersifat sementara untuk menghasilkan produk atau layanan yang unik. b. Larson (2000: 4) proyek adalah kegiatan yang kompleks, tidak rutin dan usaha satu waktu yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya dan spesifikasi kinerja yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam buku manajemen proyek (2003: 2) disebutkan beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk memahami arti proyek, yaitu sebagai berikut: 9 a. Tujuan proyek adalah aktivitas yang berlangsung dalam kurun waktu tertentu dengan hasil akhir tertentu. b. Kompleksitas: proyek biasanya melibatkan beberapa fungsi organisasi, karena diperlukan bermacam-macam keterampilan dan bakat dari berbagai disiplin dalam menyelesaikan pekerjaan dalam proyek. c. Keunikan: suatu proyek adalah yang sekali terjadi, dengan tidak terulang dengan persis sama. d. Tidak permanen: proyek merupakan aktivitas yang temporer. Organisasi sementara dibentuk untuk mengelola personalia, material dan fasilitas untuk mencapai tujuan tertentu, biasanya dalam jadwal tertentu dan sekali tujuan tercapai, organisasi akan dibubarkan dan dibentuk baru untuk mencapai tujuan lain lagi. e. Ketidakbiasaan: proyek biasanya menggunakan teknologi baruu dan memiliki elemen yang tidak pasti dan beresiko. f. Siklus hidup: proyek adalah proses bekerja untuk mencapai tujuan, selama proses proyek akan melewati beberapa fase yang disebut siklus hidup proyek. Pada hakikatnya, proyek adalah serangkaian aktivitas temporer dalam usaha melakukan dan mencapai tujuan unik (Schwalbe K., 2002). Adapun manajemen proyek adalah sekelompok alat, proses dan sumber daya manusia yang berkompeten untuk mengerjakan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dan berusaha untuk menggunakan sumber daya efektif untuk menyelesaikan proyek secara efisien dan tepat waktu. 10 A. Ciri-ciri Proyek Berdasarkan pengertian proyek di atas, ciri-ciri proyek antara lain : a. Memiliki tujuan tertentu berupa hasil kerja akhir. b. Sifatnya sementara karena siklus proyek relatif pendek. c. Dalam proses pelaksanaannya, proyek dibatasi oleh jadwal, anggaran biaya, dan mutu hasil akhir. B. d. Merupakan kegiatan nonrutin, tidak berulang-ulang. e. Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya. Jenis-jenis Proyek Menurut Soeharto (1999), proyek dapat dikelompokkan menjadi : a. Proyek Engineering-Konstruksi Terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan, dan konstruksi. b. Proyek Engineering-Manufaktur Dimaksudkan untuk membuat produk baru, meliputi pengembangan produk, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan. c. Proyek Penelitian dan Pengembangan Bertujuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu. d. Proyek Pelayanan Manajemen Proyek pelayanan manajemen tidak memberikan hasil dalam bentuk fisik, tetapi laporan akhir, misalnya merancang sistem informasi manajemen. 11 e. Proyek Kapital Proyek kapital merupakan proyek yang berkaitan dengan penggunaan dana kapital untuk investasi. f. Proyek Radio-Telekomunikasi Bertujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi yang dapat menjangkau area yang luas dengan biaya minimal. g. Proyek Konservasi Bio-Diversity Proyek konservasi bio-diversity merupakan proyek yang berkaitan dengan usaha pelestarian lingkungan. C. Tahap Siklus Proyek Kegiatan-kegiatan dalam sebuah proyek berlangsung dari titik awal, kemudian jenis dan intensitas kegiatannya meningkat hingga ke titik puncak, turun, dan berakhir, seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.1. Kegiatan-kegiatan tersebut memerlukan sumber daya yang berupa jam-orang (man-hour), dana, material atau peralatan (Soeharto, 1999). Gambar 2. 1 Hubungan Keperluan Sumber Daya Terhadap Waktu Dalam Siklus Proyek (Sumber : Soeharto, 1999) 12 Menurut Soeharto (1999), salah satu sistematika penahapan yang disusun oleh PMI (Project Management Institute) terdiri dari tahap-tahap konseptual, perencanaan dan pengembangan (PP/Definisi), implementasi, dan terminasi. a. Tahap Konseptual Dalam tahap konseptual, dilakukan penyusunan dan perumusan gagasan, analisis pendahuluan, dan pengkajian kelayakan. Deliverable akhir pada tahap ini adalah dokumen hasil studi kelayakan. b. Tahap PP/Definisi Kegiatan utama dalam tahap PP/Definisi adalah melanjutkan evaluasi hasil kegiatan tahap konseptual, menyiapkan perangkat (berupa data, spesifikasi teknik, engineering, dan komersial), menyusun perencanaan dan membuat keputusan strategis, serta memilih peserta proyek. Deliverable akhir pada tahap ini adalah dokumen hasil analisis lanjutan kelayakan proyek, dokumen rencana strategis dan operasional proyek, dokumen anggaran biaya, jadwal induk, dan garis besar kriteria mutu proyek. c. Tahap Implementasi Pada umumnya, tahap implementasi terdiri dari kegiatan desainengineering yang rinci dari fasilitas yang hendak dibangun, pengadaan material dan peralatan, manufaktur atau pabrikasi, dan instalasi atau konstruksi. Deliverable akhir pada tahap ini adalah produk atau instalasi proyek yang telah selesai. d. Tahap Terminasi 13 Kegiatan pada tahap terminasi antara lain mempersiapkan instalasi atau produk beroperasi (uji coba), penyelesaian administrasi dan keuangan lainnya. Deliverable akhir pada tahap ini adalah instalasi atau produk yang siap beroperasi dan dokumen pernyataan penyelesaian masalah asuransi, klaim, dan jaminan. e. Tahap Operasi atau Utilitas Dalam tahap ini, kegiatan proyek berhenti dan organisasi operasi mulai bertanggung jawab atas operasi dan pemeliharaan instalasi atau produk hasil proyek. 2.1.3. Pengertian Manajemen Proyek Manajemen proyek dapat diartikan sebagai sebagai penerapan aplikasi dari ilmu pengetahuan, fungsi-fungsi, kemampuan, alat dan teknik untuk mengatur jalannya kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan proyek untuk semua tahapan proyek dengan maksud memenuhi atau melampaui kebutuhan stakeholder dan harapan dari sebuah proyek. Dalam menjalankan sebuah proyek adapun aspekaspek yang harus dipenuhi dan dipertimbangkan agar output proyek sesuai dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan adalah mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin timbul ketika proyek dilaksanakan. Beberapa aspek yang dapat diidentifikasi dan menjadi masalah dalam manajemen proyek serat membutuhkan penanganan yang cermat adalahsebagai berikut (sumber: Drs. H.A. Hamdan dimyati, M.Si. dan Kadar Nurjaman, S.E., M.M., Manajemen Proyek, 2014): 1. Keuangan 2. Anggaran Biaya 3. Manajemen Sumber Daya Manusia 14 4. Manajemen Produksi 5. Harga 6. Efektifitas dan Efisiensi 7. Pemasaran 8. Mutu 9. Waktu 2.1.4. Elemen Penting dalam Manajemen Proyek Menurut Nicholas (2001: 11), ada tiga elemen penting dalam manajemen proyek, yaitu sebagai berikut: 1. Manajer Proyek 2. Tim Proyek 3. Sistem Manajemen Proyek 2.1.5. Tujuan, Fungsi, dan Prinsip Manajemen Proyek A. Tujuan Manajemen Proyek Tujuan manajemen proyek adalah mengelola fungsi-fungsi manajemen sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimum sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan serta penggunaan sumber daya seefisien dan seefektif mungkin. Untuk mencapai tujuan manajemen, perlu diusahakan pengawasan terhadap mutu, biaya dan waktu. Oleh karena itu, dilakukanb pelaksanaan pengawasan mutu, pengawasan biaya dan pengawasan waktu pelaksanaan. Ketiga pengawasan ini dilakuukan secara bersamaan. 15 Dalam perkembangannya, ketiga pengawassan itu dilakukan mulai dri tahap awal kebutuhan proyek konstruksi sampai dengan tahap pelaksanaannya (sumber: Drs. H.A. Hamdan dimyati, M.Si. dan Kadar Nurjaman, S.E., M.M., Manajemen Proyek, 2014). B. Fungsi Manajemen Proyek Sebagai suatu proses, manajemen proyek mengenal urutan pelaksanaan yang logis, yang menggambarkanbahwa tindakan manajemen proyek semata-mata diarahkan pada pencapaian sasaran yang telah ditetapkan karena penetapan tujuan merupakan tindakan manajemen proyek yang pertama, diikuti tindakan perencanaan (planning), organisasi (organizing) dan koordinasi (coordinating), pelaksanaan (actuating), pengawasan dan pengendalian dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia yang tersedia secara efisien dan efektif. Kelima tindakan ini pada dasarnya merupakan fungsi-fungsi manajemen. Jika seluruh usaha diilustrasikan sebagai bentuk input, proses dan output, sumber daya yang tersedia merupakan input, dan fungsi-fungsi manajemen merupakan proses, serta tujuan merupakan output.perlu diingat fungsi-fungsi manajemen dalam unsure manajemen merupakan perangkat lunak (prosedur operasi), manajer merupakan perangkat SDM (brain ware), sedangkan organisasi beserta perangkat pendukungnnya merupakan perangkat kerasnya. Secara umum, fungsi manajemen dapatt diuraikan sebagai berikut: 1. Fungsi Perencanaan (Planning) 2. Fungsi Organisasi (Organizing) 3. Funngsi Pelaksanaan (Actuating) 4. Fungsi Pengendalian (Controlling) 16 C. Prinsip-prinsip Umum Manajemen Proyek Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dalam manajemen proyek bergantung pada dua faktor utama, yaitu sumber daya dan fungsi manajemen. Sumber daya terdiri atas manusia, uang, peralatan dan material, sedangkan fungsi manajemen dimaksudkan sebagai kegiatan yang dapat mengarahkan atau mengendalikan sekelompok orang yang tergabung dalam suatu kerja sama untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, kegiatan yang dilakukan oleh sumber daya manusia, yang ditunjang oleh uang, material dan peralatan perlu ditata melalui fungsi-fungsi manajemen proyek dalam batas waktu yang disediakan sehingga memenuhi prinsip efisiensi dan efektifitas. (sumber: Drs. H.A. Hamdan dimyati, M.Si. dan Kadar Nurjaman, S.E., M.M, 2014) 2.2. Model-Model Perencanaan dan Pengendalian Proyek Pelaksanaan atau pekerjaan proyek konstruksi dimulai dengan penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal, dan pengendalian untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan perencanaan. Sebelum pembahasan jenis-jeis model-model perencanaan, perlu dijelaskan pengertian dari kegiatan pokok tersebut sebelum pembahasan berlanjut. Pada pelaksanaan proyek perencanaan adalah proses peletakan dasar tujuan dan sasaran, termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Secara garis besar perencanaan berfungsi meletakkan dasar sasaran proyek, yaitu penjadwalan, anggaran, dan mutu. Setelah perencanaan selesai maka melakukan pengendalian sesuai dengan perencanaan. 17 Pengendalian menurut R.J. Mockler (1972), adalah usaha sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis adanya penyimpangan antara pelaksanaan dengan standar, kemudian mengambil tindakan koreksi yang diperlukan agar sumber daya dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapain sasaran. Berikut adalah model-model perencanaan dan pengendalian pada proyek konstruksi. 2.2.1. Perencanaan Jaringan (Network Planning) Proses penyusunan jaringan kerja sering dilakukan berulang-ulang sebelum sampai pada jadwal atau perencanaan yang dianggap realistis, maka pelaksanaan dan pimpinan proyek akan mendapatkan gambaran dan pemikiran yang lebih jelas dan mendalam. Salah satu teknik yang biasa digunakan dalam perencanaan dan pengawasan proyek adalah network planning. Eddi Herjanto (2003: 338) mendefinisikan bahwa perencanaan jaringan kerja (network planning) adalah salah satu model yang banyak digunakan dalam penyelenggaraan proyek, yang produknya berupa informasi yang mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam diagram jaringan kerja (network diagram) yang bersangkutan. Adapun Ali (1992: 4) mengemukakan bahwa: Network Planning adalah salah satu model yang digunakan dalam penyelenggaraan proyek yang produknya berupa informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dlam network diagram proyek yang bersangkutan. Informasi tersebut mengenai sumber daya yang digunakan oleh kegiatan yang bersangkutan dan informasi mengenai jadwal pelaksanaan. 18 Pengertian-pengertian tersebut planning adalah suatu menyimpulkan bahwa pengertian perencanaan dan pengendalian network proyek yang menggambarkan hubungan ketergantungan antara setiap pekerjaan yang digambarkan dalam network diagram. Handoko (2000: 402) mengemukakan manfaat network planning pada suatu proyek adalah sebagai perencanaan suatu proyek yang kompleks, scheduling pekerjaan/kegiatan yang praktis dan efisien, mengadakan pembagian kerja dari tenaga kerja dan dana yang tersedia, scheduling ulang untuk mengatasi hambatan dan keterlambatan, menentukan trade-off ( kemungkinan pertukaran) antara waktu dan biaya, serta menentukan probabilitas penyelesaian suatu proyek. Suharto (1997: 181) mengemukakan bahwa kegunaan network planning adalah untuk menyusun urutan kegiatan proyek yang memiliki sejumlah besar komponen dengan hubungan kebergantungan yang kompleks, membuat perkiraan jadwal yang paling ekonomis, dan mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan sumber daya. Dalam network planning memiliki beberapa ketentuan yaitu: a. Sebelum suatu kegiatan dimulai, semua kegiatan yang mendahului harus selesai dilakukan. b. Gambar anak panah hanya menunjukkan urutan dalam mengerjakan pekerjaan dan panjang anak panah serta letaknya tidak menunjukkan letak pekerjaan. c. Nodes (lingkaran yang menunjukkan kejadian diberi nomer sedemikian rupa sehingga tidak terbatas nodes yang memiliki nomer sama). 19 d. Dua buah kejadian (events) nama dapat dihubungkan oleh suatu kegiatan ( anak Panah). e. Network hanya dimulai dari suatu kegiatan awal (initial event) yang sebelumnya tidak ada pekerjaan yang mendahuluinya. Disamping itu, network diakhiri oleh suatu kejadian akhir (terminal akhir). Dalam perencanaan jaringan terdapat symbol-simbol yang menghubungkan suatu jaringan kerja, yaitu sebagai berikut: 1. Network Diagram Network Diagrami berupa jaringan kerja yang berisi lintasan-lintasan kegiatan dan urutan peristiwa yang ada selama penyelenggaraan proyek. Dengan network diagrami dapat dilihan kaitan satu kegiatan dengan kegiatan lainnya dan dapt diketahui lintasan mana yang kritis. 2. Jumlah Simbol yang Digunakan dalam Network Diagram Jumlah symbol yang digunakan dalam network diagram menurut Ali (1992: 8-12), minimal dua macam dan maksimal tiga macam, yaitu sebagai berikut: a. Anak Panah Anak panah melambangkan sebuah kegiatan. Dalam anak panah ini ada enam alternatif adalah sebagai berikut: Gambar 2. 2 Alternatif menggambarkan anak panah (sumber: Ali, 1992) 20 Keterangan: 1) Miring keatas 2) Garis patah keatas 3) Horizontal 4) Miring kebawah 5) Garis patah kebawah 6) Garis lengkung Anak panah terputus-putus melambangkan hubungan antar peristiwa, hubungan anak panah ini tidak perlu diperhitungkang dan karenanya tidak memiliki nama dalam perhitungan waktu, sumber daya, dan ruangan, lamanya dihitung sama dengan nol, tetapi harus ada (jika diperlukan) untuk menyatakan logika kebergantungan kegiatan yang patut diperhatikan. b. Lingkaran Lingkaran yang menggambarkan peristiwa selalu digambar berupa lingkaran yang terbagi atas tiga ruangan, yaitusebelah kiri, ruang kanan atas, dan ruang sebelah kanan bawah. Ruang sebelah kiri merupakan tempat bilangan atau huruf yang menyatakan nomer peristiwa. Nomer peristiwa ini bisa pula dinyatakan berupa symbol (variable) dengan huruf n, I, j. Ruang sebelah kanan atas meerupakan tempat bilangan yang menyatakan nomor hari (untuk satuan waktu hari) yang merupakan saat paling awal peristtiwa yang bersangkutsn mungkin terjadi. Nomer hari tersebut dapat diterjemahkan keddalam bentuk tanggal hari yang bersangkutan. 21 Ruang sebelah kanan bawah merupakan tempat bilangan yang menyatakan nomor hari (untuk satuan waktu hari) yang meerupakan saat paling lambat peristiwa. Gambar 2. 3 Lingkaran Kegiatan (sumber: Ali, 1992) Keterangan: n = nomor peristiwa SPAn = saat paling awal peristiwa n mungkin terjadi SPLn = saat paling awal peristiwa n boleh terjadi Sn = SPLn-SPAn = tanggang waktu (slack) peristiwa 3. Hubungan Antar Simbol dan Kegiatan Menurut Soeharto (1995: 188), hubungan antar simbol dan kegiatan ini dinyatakan sebagai berikut: a. Aktivitas B baru dapat dimulai setelah aktivitas A selesai dikerjakan (hubungan seri). Gambar 2. 4 Aktivitas Baru Dapat Dimulai Sesudah Aktivitas A Selesai Dikerjakan (Hubungan Seri) b. Aktivitas B baru dapat dimulai setelah aktivitas A selesai. Demikian pula, aktivitas C baru dapat dimulai jika aktivitas A selesai. 22 Gambar 2. 5 Aktivitas B (Sumber: Ali, 1992) c. Aktivitas C bergantung pada (harus didahului) aktivitas A dan X. (X= Aktivitas semu). Oleh karena itu, aktivitas X bergantung pada aktivitas B maka dapat dikatakan bahwa aktivitas C bergantung pada aktivitas A dan B, isi aktivitas D hanya bergantung pada aktivitas B (hubungan Pararel). Gambar 2. 6 Aktivitas C (Sumber: Ali, 1992) d. Aktivitas C bergantung pada (harus didahului oleh) aktivitas Adan X. oleh karena itu, aktivitas X bergantung pada aktivitas B, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas C bergantung pada aktivitas A dan B, isi aktivitas D hanya beergantung pada aktivitas B (hubungan pararel). Gambar 2. 7 Aktivitas C bergantung (Sumber: Ali, 1992) 23 4. Langkah-langkah dalam Pembentukan Network Planning Sistematika lengkapdari penyusunan jaringan kerja menurut Heizer dan Render (2000: 632), langkah-langkah pembuatan network planning adalah sebagai berikut: a. Menginvestasi kegiatan-kegiatan. b. Menyusun hubungan antar kegiatan. c. Menyusun network diagram yang menghubungkan semua kegiatan pada langkah ini, hubungan antar kegiatan yang telah disusun pada butir kedua. d. Menetapkan waktu untuk setiap kegiatan. e. Mengidentifikasi jalur kritis pada network diagram. f. Melakukan analisis waktu, biaya dan sumber daya. Analisis ini meliputi: menentukan kurun waktu yang paling optimal dilihat dari segi biaya, meminimalkan fluktuasi pemakaian sumber daya, dan meningkatkan efisiensi pengolahan proyek. (Kutip: Drs. H.A. hamdan Dimyati, M.Si. dan Kadar Nurjaman, M.Si, buku Manajemen Proyek, 2014) 2.2.2. Ctitical Path Methode (CPM) A. Pengertian Critical Path Methode (CPM) Menurut Schroeder (1996: 432), critical path methode adalah metode jalur kritis yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut: “Critical Path Methode (CPM) adalah metode berdasarkan jaringan yang menggunakan keseimbangan waktu linear”. 24 Setiap kegiatan dapat diselesaikan lebih cepat dari waktu normalnya dengan cara memintas kegiatan untuk sejumlah biaya tertentu. Dengan demikian, jika waktu penyelesaian proyek tidak memuaskan, beberapa kegiatan dapat dipintas untukdapat menyelesaikan proyek dengan waktu yang lebih sedikit. B. Beberapa Istilah yang Digunakan dalam Critical Path Methode (CPM) Menurut Handoko (2000: 404), dalam proses identifikasi jalur kritis ada beberapa istilah atau pengertian yang digunakan, yaitu sebagai berikut: a. Earliest Start Time (ES) Waktu paling awal (tercepat) suatu kegiatan dapat dimulai dengan memperhatikan waktu kegiatan yang diharapkan dan persyaratan urutan pengerjaan. b. Lates Start Time (LS) Waktu yang paling lambat untuk dapat memulai suatu kegiatan tanpa penundaan keseluruhan proyek. c. Earliest Finish Time (EF) Waktu yang paling awal kegiatan dapat diselesaikan atau dengan ES + Waktu kegiatan yang diharapkan. d. Lates Finish Time (LF) Waktu paling lambat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatan tanpa penundaan penyelesaian proyek secara keseluruhan atau sama dengan LS + waktu kegiatan yang diharapkan. 25 C. Langkah-langkah Pembuatan Critical Path Methode (CPM) Langkah-langkah pembuatan Critical Path Methode (CPM) menurut Mahendra (2004: 94), yaitu sebagai berikut: a. Pahami urutan (sequence) dari masing-masing kegiatan atau pekerjaan tersebut dan kebergantungannya (interdepensi-nya) antar masingmasing kegiatan/ pekerjaan yang bersangkutan. b. Rangkaian satu jaringan aturan atau persyaratan seperti yang telah dijelaskan. c. Kegiatan mana yang harus mendahului kegiatan lain dan mana yang merupakan lanjutan dari kegiatan sebelumnya. d. Jika jumlah macam kegiatan atau work items-nya sedemikian banyak jumlahnya hingga ratusan untuk memudahkan penyusunan CPM bisa dikerjakan dengan mengikuti urutan pekerjaan dari masing-masing kelompok pekerjaannya (work items group). D. Tujuan dan Manfaat Critical Path Methode (CPM) Tujuan lintasan kritis unutk mengertahui dengan cepat kegiatan-kegiatan yangtingkat kepekaan tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan sehingga setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas kebijaksanaan penyelenggara proyek apabila kegoatan tersebut terlambat. Dalam operasionalnya critical path method (CPM) adalah suatu metode dengan menggunakan diagram anak panah untuk menentukan lintasan kritis sehingga disebut juga sebagai metode lintasan kritis. CPM menggunakan satu angka estimasi durasi kegiatan yang tertentu (deterministik). Adapun bentuk CPM tampak pada gambar 2.8 dibawah ini. 26 Even (node) terdahulu kegiatan Even (node) berikut Durasi Gambar 2. 8 Bentuk CPM (Sumber: Schroeder, 1996) Keterangan: Simbol kegiatan semu Kegiatan berdurasi nol, tidak membutuhkan sumber daya Simbol kegiatan Kegiatan membutuhkan jangka waktu (durasi) dan sumber daya. Simbol peristiwa / kejadian / event Menunjukkan titik waktu mulainya/ selesainya suatu kegiatan dantidak mempunyai jangka waktu. Critical Path Methode (CPM) memerlukan data yang cocok untuk diterapkan dalam bidang konstruksi, penelitian, dan pengembangan, perawatan peralatan dan sebagainya. Manfaat dari metode lintasan kritis ini adalah memudahkan dalam hal: a. Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah penentuan syarat-syarat terhadap sumber-sumber proyek serta urutan dalam berbagai macam operasi yang harus dilaksanakan untuk mencapai operasi yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran proyek. 27 Dalam perencanaan ini bisa diketahui biaya masing-masing aktivitas, jumlah material/bahan, mesin dan peralatan yang dibutuhkan, urutan pengerjaan dan interpendensi antar aktifitas dan waktu paling cepat serta paling lambat yang diizinkan untuk terjadinya suatu kejadian. b. Penjadwalan (scheduling) Penjadwalan adalah suatu daftar waktu kalender/hari kerja untuk mengalokasikan ataupun memperuntukkan sumber-sumber pada kegiatan proyek dalam batas-batas yang ada. c. Pengedalian (controlling) Setelah ditetapkan obyektifitasnya dan spesifikasi dari suatu proyek, kemudian diperhatikan suatu proyek, kemudian suatu dasar yang nyata dan disiplinitas untuk menentukan bagaimana mengawasi atau mengendalikan obyektifitas itu dengan mempertimbangkan pembataspembatas sumber agar kemungkinan penyimpangan yang terjadi dapat dideteksi dan dianalisa. Untuk menyiapkan jaringan kerja yang lengkap, dibutuhkan proses dan aturan yang panjang. Hal ini diawali dengan teknik membuat jaringan kerja dan diakhiri dengan meningkatkan kualitas. Mengenai terminology dan kaidah dasar jaringan kerja diantaranya yang terpenting adalah kegiatan-kegiatan yang merupakan komponen proyek dan hubungan ketergantungan antara satu dengan yang lain disajikan dengan menggunakan tanda-tanda. Dikenal dua macam jaringan kerja sebagai berikut: 28 a. Kegiatan pada anak panah, ctivity on arrow (AOA). Disini kegiatan digambarkan sebagai anak panah yang menhubungkan dua lingkaran yang mewakili dua peristiwa. Ekor anak panah merupakan awal dan ujungnya sebagai akhir kegiatan berturut-turut ditulis diatas dan dibawah anak poanah, node i berada di ekor anak panah dan node j berada di ujung anak panah. Tetapi node j akan menjadi node I untuk kegiatan berikutnya seperti terlihat pada gambar 2.9 dibawah ini. Gambar 2. 9 Hubungan Peristiwa Dan Kegiatan Pada Aoakegiatan Ditulis Didalam Kotak Atau Lingkaran, Yang Disebut Activity On Node (AON). Anak panah hnya menjelaskan hubungan ketergantungan diantara kegiatan-kegiatan, seperti terlihat pada gambar 2.10 dibawah ini. 2.2.3. Pengoptimalan Pada Jaring Perhitungan pada jaringan kerja baik CPM ataupun metode lain yaitu PERT adalah sama, terutama dalam pengoptimalan waktu. Diantaranya adalah mengenai simbol yang digunakan adalah: D = Kurun Waktu ES = waktu nilai paling awal suatu kegiatan ES = waktu selesai paling awal suatu kegiatan 29 LS = waktu paling akhir suatu kegiatan boleh dimulai LF = waktu paling akhir suatu kegiatan boleh selesai A. Perhitungan Maju Dalam mengidentifikasi jalur kritis dipakai suatu cara hitungan maju, yaitu dengan rumus: EF = ES + D B. Perhitungan Mundur Perhitungan mundur dimaksudkan untuk mengetahui waktu atau tanggal paling akhir kita masih dapat memulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan tanpa menunda kurun waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan yang telah dihasilkan dari hitungan maju. Hitungan mundur dimulai dari kanan (akhir penyelesaian proyek) suatu jaringan kerja. Rumus yang digunakan adalah: LS = LF – D C. Penentuan Jalur Kritis Jalur kritis adalah jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek tercepat. Makna jalur kritis penting bagi pelaksanaan proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan bila pelaksanaannya terlambat, akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Dari perhitungan dan tabulasi tersebut dapat telihat bahwa waktu penyelesaian terc epat (EF) adalah urutan yang mengikuti jalur 1-2-3-4-6-7. 30 Jadi inilah yang disebut jalur kritis, demikian pula kegiatan kegiatan yang terletak dijalur kritis dinamakan kegiatan kritis, sifat utama syarat umum jalur kritis adalah sebagai berikut: D. a. Pada kegiatan pertama: WS = LS = 0 atau ES (1) = LS (1) = 0 b. Pada kegiatan terakhir atau terminal; LF = EF c. Float total TF = 0 Penentuan Float/ Slack Float adalah menunjukkan jumlah waktu yang diperkenankan suatu kegiatan boleh ditunda, tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek secara menyeluruh. Float total suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling akhir dikurangi waktu selesai palingawal dari kegiatan tersebut, atau dengan rumus: TF = LF - EF = LS – ES Float total dapat dinyatakan juga sebagai waktu paling akhir terjadi node berikutnya L(j) dikurangi waktu paling awal terjadinya node terdahulu E(i) dikurangi waktu kegiatan yang bersangkutan D(i-j) atau dengan rumus: TF = L(j) – E(i) – D(i-j) 2.2.4. Gant Chart (Bagan Gant) Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Henry L. Gantt. Prinsipnya adalah menggambarkan aktifitas pekerjaan kedalam bentuk grafik dengan skala waktu. Disini informasi tentang ruang lingkup tugas awal yang harus diselesaikan sebagai syarat penyelesaian tugas berikutnya dan lain-lain. Sampai saat ini metode Gant masih digunakan secara luas. Hal ini disebabkan karena banyaknya keuntungan yang didapat dari metode ini, antara lain: 31 a. Sederhana, mudah dibuat dan dipakai. Untuk itu sangat bermanfaat sebagai alat komunikasi dan informasi dalam penyelenggaraan proyek. b. Dapat menggambarkan jadwal (perencanaan) suatu kegiatan dan kenyataan kemajuan sesungguhnya pada saat satu pelaporan. c. Bila digabungkan dengan metode lain, dapat dipakai untuk perencanaan dan pengendalian aspek yang lebih luas. Dalam metode Gant Chart adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusunnya adalah sebagai berikut: a. Memecahkan proyek menjadi sejumlah kegiatan yang jadwal pelaksanaannya akan ditentukan. b. Menentukan perkiraan waktu permulaan dan akhir bagi pelaksanaan masing-masing kegiatan. c. Menggambarkan diagram yang mewakili masing-masing kegiatan. Hal ini agar dapat diperhitungkan kegiatan yang harus dikerjakan berurutan. Pada saat pelaporan beri tanda sejauh mana penyelesaian masingmasing kegiatan. (Sumber: Ratna Muslimah, 2013) Gambar 2. 10 Gant Chart 32 2.2.5. Biaya Proyek Ada beberapa jenis biaya yang berhubungan dengan pembiayaan suatu proyek konstruksi, dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: - Biaya Langsung (Direct Cost), adalah biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan, seperti: Biaya bahan/material, pekerja/upah, dan peralatan. - Biaya Tak Langsung (Indirect Cost), adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya ini harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut, seperti: Biaya Over-head, biaya tak terduga dan keuntungan/ profit. 2.2.6. Percepatan Waktu Penyelesaian Proyek (Crash Program) Mempercepat waktu penyelesaian proyek adalah suatu usaha menyelesaian proyek lebih awal dari waktu penyelesaian dalam keaadaan normal. Dengan diadakannya percepatan proyek ini akan terjadi pengurangan durasi kegiatan yang akan diadakan crash program. Durasi crashing maksimum suatu aktivitas adalah durasi tersingkat untuk menyelesaikan suatu aktivitas yang secara teknis masih mungkin dengan asumsi sumber daya bukan merupakan hambatan (Soeharto, 1997). Durasi percepatan maksimum dibatasi oleh luas proyek atau lokasi kerja, namun ada empat faktor yang dapat dioptimumkan untuk melaksanakan percepatan pada suatu aktivitas yaitu meliputi penambahan jumlah tenaga kerja, penjadwalan kerja lembur, penggunaan peralatan berat dan pengubahan metode konstruksi di lapangan. Akan tetapi, terdapat batas waktu percepatan (crash time) yaitu suatu batas dimana dilakukan pengurangan waktu melewati batas waktu ini akan tidak efektif lagi. 33 Dengan menggunakan crash schedule, tentu saja biayanya akan jauh lebih besar dibandingkan dengan normal schedule. Dalam crash schedule akan dipilih kegiatan-kegiatan kritis dengan tingkat kemiringan terkecil untuk mempercepat pelaksanaannya. Terminologi proses crashing adalah mereduksi suatu pekerjaan yang akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek. Crashing adalah suatu proses disengaja, sistematis, dan analitik dengan cara melakukan pengujian dari semua kegiatan dalam suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur kritis. Proses crashing adalah cara melakukan perkiraan dari variabel cost dalam menentukan pengurangan durasi yang paling maksimal dan paling ekonomis dari suatu kegiatan yang masih mungkin untuk direduksi (Ervianto, 2004). Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara biaya dengan waktu suatu kegiatan, dipakai beberapa istilah yaitu: Kurun waktu normal/Normal Duration (ND), kurun waktu dipersingkat/ Crash Duration (CD), Biaya normal/Normal Cost (NC), dan Biaya untuk waktu dipersingkat/Crash Cost (CC). Langkah ini dilakukan sampai seluruh kegiatan mencapai nilai crash time-nya. Perhitungan yang dilakukan untuk menentukan sudut kemiringan (waktu dan biaya suatu kegiatan) atau lebih dikenal dengan slope adalah: 2.2.7. Pelaksanaan Penambahan Jam Kerja (Lembur) Adapun rencana kerja yang akan dilakukan dalam mempercepat durasi sebuah pekerjaan dengan metode jam kerja lembur adalah Waktu kerja normal adalah 8 jam (08.00 – 17.00), 34 sedangkan lembur dilakukan setelah waktu kerja normal. Harga upah pekerja untuk kerja lembur menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP. 102/ MEN/ VI/ 2004 pasal 11 diperhitungkan sebagai berikut : - Untuk jam kerja lembur pertama, harus dibayar upah lembur sebesar 1,5 (satu setengah) kali upah satu jam. - Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah lembur sebesar 2 (dua) kali upah satu jam. Dari uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut : Biaya lembur per hari = (jam kerja lembur pertama x 1,5 x upah satu jam normal) + (jam kerja lembur berikutnya x 2 upah satu jam normal)