manajemen wakaf transportasi pada lembaga

advertisement
MANAJEMEN WAKAF TRANSPORTASI
PADA LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Aam Abdus Salam
NIM: 1111053000025
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H./2015 M.
ABSTRAK
Aam Abdus Salam, NIM 1111053000025, Manajemen Wakaf Transportasi
pada Lembaga Wakaf Al-Azhar, Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Di bawah bimbingan Drs. H. M.
Sungaidi, MA.
Wakaf merupakan sumber aset yang dapat memberikan nilai manfaat
sepanjang masa bagi kemaslahatan umat. Potensi wakaf sebagai pranata
keagamaan yang bersifat ekonomis apabila dikelola dan dikembangkan
berdasarkan asas-asas profesionalisme akan membawa dampak besar dalam
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Wakaf Al-Azhar sebagai salah satu
lembaga bentukan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar berupaya mengembangkan
potensi wakaf menjadi sebuah sumber investasi produktif melalui pengelolaan
wakaf transportasi. Wakaf transportasi sebagai salah satu program pengembangan
wakaf produktif bertujuan memberikan surplus nilai yang berkelanjutan pada aset
wakaf melalui badan usaha di bidang transportasi. Karakteristik alat transportasi
yang sarat akan risiko besar (high risk) mengharuskan pihak lembaga mengelola
wakaf transportasi secara amanah dan profesional melalui pendekatan manajemen
modern agar aset wakafnya dapat terorganisir dengan baik, tetap lestari hingga
akhir zaman dan terus menerus memberikan nilai manfaat bagi mauquf ‘alaih.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan manajemen
dalam pengelolaan wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar dan untuk
mengetahui upaya yang dilakukan Wakaf Al-Azhar dalam menjaga kelestarian
aset wakaf transportasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif analisis, yang mana prosedur penelitiannya menghasilkan data-data
deskriptif dari hasil pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi lembaga Wakaf Al-Azhar untuk kemudian di
analisis lebih lanjut sehingga diperoleh kesimpulan mengenai objek penelitian
tentang manajemen wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan manajemen
dalam pengelolaan wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar mulai dari
tahap perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, hingga pengawasan sudah
berjalan dengan baik yang dilakukan melalui kerjasama dengan PT Arfina Margi
Wisata, namun masih perlunya tingkat pengawasan dalam pengelolaan wakaf
transportasi ini agar aset wakafnya tetap terjaga kelestariannya. Kemudian, upaya
manajemen Wakaf Al-Azhar dalam menjaga kelestarian aset wakaf transportasi
dilakukan dengan cara memberikan perlindungan terhadap aset wakafnya dengan
Asuransi berbasis syari’ah dan mengalokasikan dana khusus sebesar 30% dari
hasil produktifitas untuk maintenance aset wakafnya.
Kata Kunci: Manajemen, Wakaf, Transportasi
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dalam
bentuk skripsi dengan judul “Manajemen Wakaf Transportasi pada Lembaga
Wakaf Al-Azhar.” Shalawat teriring salam semoga Allah SWT limpah curahkan
kepada baginda Nabi besar Muhammad Saw, sosok suri tauladan yang baik bagi
umat. Tak lupa juga kepada keluarganya, para sahabatnya, dan semoga sampai
kepada kita semua selaku umatnya dan semoga karenanya kita semua
mendapatkan syafaat di hari akhir kelak.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I), penulis dedikasikan
untuk orang tua dan keluarga tercinta, khususnya untuk Almarhumah Ibunda Dede
Suryantika, semoga Allah SWT menerima segala amal ibadahnya. Ayahanda
Jaenal Aripin dan Ibunda Yayah serta adik saya tercinta Aceng Solih Ma’rup yang
senantiasa mendoakan dan menjadi sumber kekuatan bagi penulis untuk terus
berjuang dalam menuntut ilmu dan meraih cita-cita.
Selanjutnya, penulis juga sampaikan ucapan terima kasih kepada pihakpihak yang telah turut serta memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan II Bidang
ii
Administrasi Umum, Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah
dan Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah
yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis.
3. Drs. H. M. Sungaidi, MA selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan
skripsi ini, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya
untuk senantiasa membimbing, memberikan arahan serta motivasi kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Prof. Dr. Murodi, MA selaku penguji I dan H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM
selaku penguji II yang telah memberikan arahan dan masukannya dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
5. Fauzun Jamal, Lc, MA selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
banyak memberikan arahan dan masukan yang sangat bermanfaat bagi
penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
banyak memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis selama
masa-masa perkuliahan.
7. Segenap Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
dan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memudahkan penulis dalam mencari referensi terbaik semasa masa
perkuliahan hingga proses penyelesaian skripsi ini.
8. Segenap pihak Manajemen Wakaf Al-Azhar, terutama kepada Muhammad
Rofiq Thoyyib Lubis, Hendra Yuliano, dan Suryaningsih Suyitno yang
iii
telah rela meluangkan waktunya untuk bersedia membantu penulis dalam
menyelesaikan proses penelitian skripsi ini. Tak lupa kepada seluruh Staf
Wakaf Al-Azhar yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu tanpa
mengurasi rasa hormat yang turut serta membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
9. Seluruh keluarga besar tercinta yang selalu mendukung penulis dalam
menuntut ilmu baik dukungan moril maupun materil, khususnya untuk
Kakek H. Munir Sutisna dan Nenek Hj. Yayah Somayah. Paman: Kiking
Karwana S.E.I., Aep Saepudin S.Kep, Ners., dan Didim Suardiman. Bibi:
Nia Yuniawati S.Pd., Triana Noor, S.ST., dan Ai Susilawati.
10. Seluruh karyawan CV. Lugina yang telah banyak memberikan dukungan
kepada penulis, baik dukungan moril maupun materil.
11. Teman-teman seperjuangan Jurusan Manajemen Dakwah Angkatan 2011
yang mengajarkan arti kebersamaan selama masa perkuliahan dan
senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.
12. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu menginspirasi penulis dalam segala
hal, senantiasa memberikan motivasi, dukungan, dan membantu penulis
dalam proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk sahabat kosan
penulis: Moh. Aris Munandar, M. Muflih Hidayat, Derry Herdiana
Wiguna dan Moh. Ardiansyah. Tak lupa juga kepada Edwin Nurul
Syafarudin, Aretha Poetry Qonita, Chairunisa Wahyu Utami, Indah
Nurwasilah, dan Siti Solihatudz Zikriyah.
13. Teman-teman
Keluarga
Besar
Mahasiswa
(KBM)
Galuh
Jaya
Jabodetabek, Alumni Pesantren Al-Qur’an Cijantung (ALPACI 2011),
iv
Tim KKN Tsabit 2014 dan Tim Relawan Ramadhan Wakaf Al-Azhar
tahun 1436 H yang selalu mendukung dan memberikan motivasi kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka dengan
pahala yang berlipat ganda. Penulis juga berharap karya tulis ini dapat
memberikan sumbangan keilmuwan yang bermanfaat bagi khalayak luas yang
membutuhkan.
Jakarta, 15 September 2015
Aam Abdus Salam
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .....................................5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................6
D. Tinjauan Pustaka .....................................................................7
E. Metodologi Penelitian .............................................................9
F. Sistematika Penulisan .............................................................14
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG MANAJEMEN, WAKAF,
DAN TRANSPORTASI
A. Manajemen...............................................................................15
1. Pengertian Manajemen ......................................................15
2. Unsur-Unsur Manajemen ...................................................17
3. Fungsi-Fungsi Manajemen ................................................17
B. Wakaf .......................................................................................22
1. Pengertian Wakaf ...............................................................22
2. Dasar Hukum Wakaf .........................................................24
3. Rukun dan Syarat Wakaf ...................................................27
4. Wakaf Produktif .................................................................32
C. Transportasi .............................................................................35
1. Pengertian Transportasi .....................................................35
2. Peranan Transportasi..........................................................35
vi
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR
A. Sejarah Berdirinya Lembaga Wakaf Al-Azhar.......................38
B. Visi dan Misi Lembaga Wakaf Al-Azhar ...............................41
C. Struktur Kepengurusan Lembaga Wakaf Al-Azhar ...............41
D. Produk-Produk Wakaf Produktif Al-Azhar ............................43
E. Aset Wakaf Lembaga Wakaf Al-Azhar ..................................51
F. Deskripsi Tentang Wakaf Transportasi ..................................52
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Penerapan Manajemen dalam Pengelolaan Wakaf
Transportasi pada Lembaga Wakaf Al-Azhar ........................54
B. Upaya Wakaf Al-Azhar dalam Menjaga Kelestarian Aset
Wakaf Transportasi .................................................................74
C. Analisis Hasil Penelitian .........................................................82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................88
B. Saran .......................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
Struktur Kepengurusan Lembaga Wakaf Al-Azhar ................ 42
Gambar 4.1
Skema Pengelolaan Wakaf Transportasi ................................. 63
Gambar 4.2
Tahapan Pengawasan di Lembaga Wakaf Al-Azhar ............... 70
Gambar 4.3
Persentase Pembagian Hasil Produktifitas Aset Wakaf
Transportasi ............................................................................. 80
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Susunan Personalia ........................................................................ 43
Tabel 3.2 Aset Wakaf Lembaga Wakaf Al-Azhar ........................................ 51
Tabel 4.1 Amanah Wakaf (2011 – 2014) ..................................................... 59
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manajemen merupakan sebuah konsep yang erat kaitannya dengan
sebuah organisasi. Manajemen diperlukan agar tujuan dari sebuah organisasi
dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pada umumnya, manajemen
diterapkan di sebuah perusahaan atau organisasi profit, namun dapat pula
diterapkan di sebuah organisasi non-profit (nirlaba).
Menurut Peter F. Drucker, manajemen organisasi nirlaba dalam
banyak hal sama dengan manajemen perusahaan. Manajemen organisasi
nirlaba juga memerlukan visi, misi dan tujuan yang jelas yang ingin dicapai.
Manajemen
organisasi
nirlaba
juga
memerlukan
perencanaan,
pengorganisasian, hingga pengawasan yang baik. Namun, yang membedakan
hanyalah tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi nirlaba tidak selalu bersifat
finansial, akan tetapi manfaat dalam bentuk lain seperti: manfaat sosial,
pendidikan, keagamaan, maupun kesehatan.1
Termasuk dalam kategori organisasi nirlaba adalah lembaga wakaf.
Wakaf sering disebut sebagai sumber aset yang memberi manfaat sepanjang
masa. Namun pengumpulan, pengelolaan dan pendayagunaan harta wakaf
produktif di tanah air masih sedikit.2 Untuk optimalisasi pengelolaan wakaf di
tanah air dibutuhkan adanya nazhir atau lembaga profesional yang dalam
1
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup, 2005), h. 417.
2
Kementrian Agama RI, Wakaf Uang dan Prospek Ekonomi di Indonesia (Jakarta:
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013), h. 50.
1
2
mengelola harta benda wakaf mengacu pada prinsip-prinsip manajemen
modern, sehingga dapat mengembangkan wakaf seoptimal mungkin agar
manfaatnya dapat dirasakan secara penuh oleh masyarakat.
Menurut Sherafat Ali Hashmi, manajemen lembaga wakaf yang ideal
menyerupai manajemen perusahaan. Ini mengandung arti pola manajemen
perusahaan dapat diaplikasikan terhadap manajemen wakaf. Dalam hal ini,
peranan kunci terletak pada eksistensi nazhir dan juga tim kerja yang solid
untuk memaksimalkan hasil wakaf yang diharapkan.3 Nazhir harus
mengetahui manajemen, sehingga ia dapat mengetahui potensi kekuatan,
kelemahan, dan peluang dalam mengembangkan wakaf secara produktif.4
Wakaf produktif adalah sebuah skema pengelolaan donasi wakaf dari
umat, yaitu dengan memproduktifkan donasi tersebut hingga mampu
menghasilkan surplus yang berkelanjutan.5 Di Indonesia, masih sedikit harta
wakaf yang dikelola secara produktif yang hasilnya bisa dirasakan betul
manfaatnya oleh masyarakat banyak. Hasil penelitian Pusat Bahasa dan
Budaya (PBB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2006 terhadap 500
responden nazhir di 11 Provinsi menunjukan, harta wakaf lebih banyak
bersifat diam (77%) daripada yang menghasilkan atau produktif (23%).6
Al-Azhar sebagai salah satu lembaga pendidikan dan dakwah juga
mengambil inisiatif untuk mengembangkan potensi wakaf menjadi sebuah
sumber ekonomi bagi umat Islam di Indonesia. Dengan berkaca pada beberapa
3
Tuti A. Najib dan Ridwan al-Makassary, ed., Wakaf, Tuhan dan Agenda Kemanusiaan
(Ciputat: Center for the Study of Religion and Culture, 2006), Cet-1, h. 139.
4
Kementrian Agama RI, Dinamika Perwakafan di Indonesia dan Berbagai Belahan
Dunia (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan
Wakaf, 2013), h. 79.
5
Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syari‟ah (Ciputat: UIN Jakarta Press,
2013), h. 93.
6
Abdul Azis, Manajemen Investasi Syari‟ah (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 263.
3
pengalaman di luar negeri termasuk Mesir yang memiliki aset wakaf begitu
besar, Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar melalui Wakaf Al-Azhar
terus berkonsentrasi untuk melakukan pengelolaan amanah aset wakaf secara
produktif di berbagai sektor strategis, untuk hasilnya ditujukan bagi
pembangunan umat di bidang pendidikan dan pengembangan dakwah.7
Salah satu upaya yang dilakukan Wakaf Al-Azhar dalam mengelola
dan mengembangkan amanat wakaf umat adalah memproduktifkan dana
wakaf melalui pengembangan unit usaha transportasi yang dikemas dalam
program wakaf transportasi. Wakaf transportasi merupakan wakaf patungan
dalam bentuk uang tunai untuk sarana transportasi yang akan dikelola secara
profesional dan diproduktifkan dengan cara disewakan. Keuntungan dari hasil
sewanya di dedikasikan bagi pengembangan pendidikan dan dakwah, sehingga
manfaat wakaf dapat dirasakan oleh mauquf „alaih.
Bisnis transportasi merupakan bisnis yang potensial memberikan
keuntungan. Terlepas dari hal tersebut, berbagai risiko dalam pengelolaan aset
wakaf transportasi sangatlah besar, mengingat sifat kendaraan rentan terhadap
berbagai risiko, seperti halnya risiko kecelakaan. Selain itu, sifat kendaraan
juga ada masa aus-nya (masa ekonomisnya cepat habis) berdasarkan kurun
waktu tertentu, sehingga memungkinkan aset wakafnya habis dan kelestarian
nilai harta wakafnya tidak bisa dipertahankan. Oleh karena itu, selain
berupaya memproduktifkan aset wakaf tersebut agar bernilai ekonomis,
manajemen Wakaf Al-Azhar tentunya harus berupaya meminimalisir risikorisiko yang kemungkinan terjadi dan berupaya menjaga keutuhan nilai harta
7
Wakaf Al-Azhar, “Berwakaf Solusi Umat,” artikel diakses pada 15 Februari 2015 dari
http://www.wakafalazhar.com/index.php/blog/post/view/id/86/title/Berwakaf+Solusi+Umat
4
wakafnya agar bisa diambil hasil pemanfaatannya secara berulang-ulang bagi
penerima wakaf.
Secara teoritis, aset yang diwakafkan semestinya harus terus
terpelihara dan berkembang. Hal itu terlihat dari adanya larangan untuk
mengurangi
aset
yang
telah
diwakafkan
(al-mal
al-mawqif),
atau
membiarkannya tanpa diolah atau dimanfaatkan, apalagi untuk menjualnya.
Artinya, harus ada upaya pemeliharaan, paling tidak terhadap nilai pokok atau
substansi wakaf dan terhadap daya produksinya dan pengembangan yang terus
menerus.8
Menurut Prof. Drs. Amir R. Batubara, persoalan nilai pokok tidak
hanya membentuk kekayaan (asset) wakaf, tetapi bagaimana mengelola wakaf
ini agar kesatuan nilai sejak awal utuh kesatuannya (besar dan nilainya) dan
pada saat yang sama ia dapat menghasilkan. Berbicara masalah membuahkan
hasil sebagai tujuan, berarti tidak cukup mempertahankan batang tubuh
institusi wakaf itu, akan tetapi harus dapat mengucurkan hasil demi
mempertahankan keutuhan nilai awal tetapi juga untuk keperluan ekspansi dan
operasinya sehingga terus menerus ia memberi manfaat bagi si penerima.9
Berdasarkan latar belakang di atas, wakaf transportasi merupakan salah
satu inovasi baru dalam dunia perwakafan yang bertujuan memberikan nilai
tambah
pada
aset
wakafnya,
namun
memiki
risiko
besar
dalam
pengelolaannya. Oleh karena itu, implementasi manajemen dinilai sangat
8
Ahmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif: Sebuah Upaya
Progresif Untuk Kesejahteraan Umat (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006), h. 110.
9
Amir R. Batubara, Dari Cash Wakaf Menuju Islamic Global Funds Management, dalam
Mustafa Edwin Nasution dan Uswatun Hasanah, ed., Wakaf Tunai Inovasil Finansial Islam:
Peluang dan Tantangan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat (Jakarta: Program Studi Timur
Tengah dan Islam Universitas Indonesia, 2006), h. 82.
5
penting dilakukan dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf transportasi
agar aset wakafnya dapat terorganisir dengan baik. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang wakaf transportasi dalam bentuk
skripsi dengan judul “Manajemen Wakaf Transportasi pada Lembaga
Wakaf Al-Azhar.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan batasanbatasan mana dari masalah penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah
ini berguna untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang tidak termasuk
dalam lingkup masalah penelitian.10 Agar pembahasan dalam penelitian ini
lebih terfokus dan terarah, maka penulis hanya membatasi permasalahan
skripsi ini dalam hal Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen menurut
George R. Terry (Planning, Organizing, Actuiting dan Controlling) dalam
Pengelolaan Wakaf Transportasi pada Lembaga Wakaf Al-Azhar.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan
pokok permasalahan dalam skripsi ini, yaitu:
a. Bagaimana penerapan manajemen dalam pengelolaan wakaf
transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar?
b. Bagaimana upaya lembaga Wakaf Al-Azhar dalam menjaga
kelestarian aset wakaf transportasi?
10
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2006), h. 23.
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan
dari penelitian ini yaitu:
a. Untuk mengetahui penerapan manajemen dalam pengelolaan
wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar.
b. Untuk mengetahui upaya lembaga Wakaf Al-Azhar dalam menjaga
kelestarian aset wakaf transportasi.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan
baik bagi penulis, para akademisi maupun masyarakat mengenai
manajemen harta wakaf yang dilakukan secara produktif. Selain itu,
penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam hal manajemen harta wakaf dan berguna sebagai
referensi tambahan bagi perkembangan Jurusan Manajemen Dakwah,
khususnya Konsentrasi Manajemen Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf
(ZISWAF).
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi
lembaga-lembaga terkait, khususnya bagi lembaga Wakaf Al-Azhar
dalam hal manajemen wakaf dan memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan dunia perwakafan Tanah Air.
7
D. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, penulis melihat bahwasanya yang menjadi pokok permasalahan
dalam skripsi ini tampaknya sangat penting dilakukan dan prospektif bagi
perkembangan dunia perwakafan.
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, penulis terlebih dahulu
mengkaji tulisan-tulisan yang relevan dengan topik pembahasan sebagai bahan
perbandingan bahwasanya penelitian penulis berbeda dengan penelitianpenelitian sebelumnya. Adapun skripsi terdahulu yang membahas seputar
pengelolaan wakaf adalah sebagai berikut:
1. Skripsi berjudul: “Evaluasi Pengelolaan Produk Wakaf Produktif Tabung
Wakaf Indonesia (Studi Perkembangan Serta Kontribusi Keuntungan
Terhadap Dana Sosial).” Karya Muhammad Nurhana Amir, NIM:
109046100008, Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat,
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
Skripsi tersebut membahas tentang pengelolaan produk wakaf
produktif pada Tabung Wakaf Indonesia dan kontribusi keuntungannya
terhadap dana sosial. Dalam mengelola dana wakaf, TWI fokus
menginvestasikannya ke berbagai sektor bisnis terutama properti, sehingga
menjadi komersial. Keuntungan wakaf produktif TWI langsung disalurkan
oleh
Dompet
Dhuafa
ke
program
pendidikan,
kesehatan
dan
pemberdayaan ekonomi.
Perbedaannya, dalam skripsi ini membahas mengenai lembaga
Wakaf Al-Azhar yang mengelola salah satu program wakaf produktif yaitu
8
wakaf transportasi dan dana wakafnya diinvestasikan ke dalam bentuk alat
transportasi yang diproduktifkan dengan cara disewakan. Kemudian
keuntungannya disalurkan untuk pendidikan dan dakwah.
2. Skripsi berjudul: “Manajemen Pendayagunaan Dana Wakaf Untuk
Pembangunan Sarana dan Prasarana Desa Terpencil Pada Badan Wakaf
Al-Qur‟an Jakarta.” Karya Murni Himawati, NIM: 1110053000055,
Konsentrasi Manajemen ZISWAF, Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
Skripsi tersebut membahas mengenai manajemen pendayagunaan
dana wakaf untuk pembangunan sarana dan prasarana desa terpencil pada
Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta. Manajemen pendayagunaan di Badan
Wakaf Al-Qur’an sudah berjalan dengan sistem manajemen terpadu yang
di back up dengan sarana tekonologi informasi yang memadai dan user
friendly. Dalam hal pendayagunaan, Badan Wakaf Al-Qur’an mempunyai
sejumlah program unggulan, salah satunya pembangunan sarana dan
prasarana pada program Water Action for People.
Perbedaannya, dalam skripsi ini membahas tentang manajemen
pengelolaan wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar yang
dilakukan melalui kerjasama dengan PT Arfina Margi Wisata (Al-Azhar
Arfina Tours & Travel) dan hasilnya digunakan untuk memajukan
pendidikan dan dakwah.
3. Skripsi berjudul: “Manajemen Penghimpunan dan Pendayagunaan Zakat,
Infaq, Shadaqah (ZIS) dan Wakaf Uang Melalui Teknologi Informasi pada
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Portal Infaq.” Karya Wahyudin, NIM:
9
102053025719, Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006.
Skripsi tersebut membahas mengenai efektifitas manajemen
penghimpunan dan pendayagunaan zakat, infaq, shadaqah (ZIS) dan wakaf
uang melalui teknologi informasi pada lembaga amil zakat (LAZ) Portal
Infaq. Manajemen pengelolaan ZIS dan wakaf uang pada LAZ Portal Infaq
mengandalkan sistem manajemen terpadu yang di back up dengan sarana
teknologi
informasi
yang
memadai
dan
user
friendly.
Proses
penghimpunannya menggunakan internet sebagai one stop servicenya dan
secara konvensional. Sedangkan proses pendayagunaannya bermitra
dengan amil yang lain.
Perbedaannya, dalam skripsi ini membahas tentang manajemen
pengelolaan wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar yang
dilakukan melalui kerjasama dengan PT Arfina Margi Wisata (Al-Azhar
Arfina Tours & Travel) dan upaya yang dilakukan Wakaf Al-Azhar dalam
memberikan perlindungan terhadap aset wakaf transportasi dengan cara
diasuransikan dan dilakukan pendanaan risiko agar aset wakafnya tetap
lestari hingga akhir zaman.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
10
lisan dari orang-orang dan berprilaku yang dapat diamati yang diarahkan
pada latar dan individu secara holistik (utuh).11
Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode
deskriptif, yakni penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejalagejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat
mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.12 Dengan menggunakan
metode penelitian kualitatif-deskriptif, penulis berharap dapat memperoleh
data secara lengkap dan akurat mengenai permasalahan yang telah
dirumuskan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pihak-pihak yang dapat memberikan
informasi secara akurat mengenai objek penelitian yang akan diteliti,
yaitu: Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis selaku Direktur Eksekutif dan
Hendra Yuliano selaku Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar. Sedangkan
yang menjadi objek penelitiannya adalah Manajemen Wakaf Transportasi
pada Lembaga Wakaf Al-Azhar.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di Kantor Lembaga Wakaf Al-Azhar yang
terletak di Gedung Sekolah Lantai 8, Komplek Masjid Agung Al-Azhar
yang beralamat di Jalan Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan 12110. Sedangkan waktu penelitiannya dilaksanakan pada bulan
Mei sampai dengan Juli 2015.
11
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013), h. 82.
12
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori – Aplikasi (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2007), h. 47.
11
4. Sumber Data
Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisis
data-data penelitian yang dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Data Primer, yaitu data yang bersumber dari hasil wawancara
langsung dengan pihak manajemen Wakaf Al-Azhar.
b. Data Sekunder, yaitu data yang bersumber dari beberapa literatur
terkait
yang
berhubungan
langsung
dengan
permasalahan
penelitian, diantaranya: buku-buku, brosur, buletin, makalah,
majalah, internet dan lain sebagainya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi
ini,
penulis
menggunakan
beberapa
metode
pengumpulan
data,
diantaranya sebagai berikut:
a. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu membaca dan
mengkaji beberapa literatur yang ada di perpustakaan yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian, yaitu mengenai
manajemen wakaf transportasi, guna merumuskan teori, pendapat,
definisi dan lain-lain.
b. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk
memperoleh
permasalahan
data-data
penelitian.
yang
berkaitan
Penelitian
menggunakan teknik sebagai berikut:
ini
langsung
dengan
dilakukan
dengan
12
1) Wawancara,
yaitu
teknik
pengumpulan
data
dengan
menggunakan tanya jawab yang ditujukan langsung kepada
pihak
Wakaf
Al-Azhar
mengenai
manajemen
wakaf
transportasi, khususnya mengenai upaya yang dilakukan Wakaf
Al-Azhar dalam menjaga kelestarian aset wakaf transportasi.
2) Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
mengkaji dokumen-dokumen tertulis, seperti: arsip, internet,
brosur, majalah, koran dan lain sebagainya.
3) Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan secara mendalam mengenai fenomena atau
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Wakaf Al-Azhar dalam
pengelolaan wakaf transportasi.
6. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biken seperti dikutip oleh Imam Gunawan,
teknik analisis data merupakan proses pencarian dan pengaturan secara
sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang
dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.13
Dalam menganalisis data penelitian kualitatif, terdapat tiga tahapan yang
dilakukan, yaitu:
a. Reduksi data (data reduction)
Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih halhal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting dan mencari tema dan
13
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek, h. 211.
13
polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih
jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data.
b. Paparan data (data display)
Setelah data direduksi adalah memaparkan data. Pemaparan
data
sebagai
sekumpulan
informasi
tersusun
dan
memberi
kemungkinan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil
tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data. Data
penelitian ini disajikan dalam bentuk uraian yang didukung dengan
gambar, matriks, bagan, tabel, dan lain sebagainya sehingga tujuan dari
penelitian dapat terjawab.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclution drawing/verifying)
Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang
menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan
disajikan dalam bentuk deskriptif sesuai dengan objek penelitiannya,
mengenai Manajemen Wakaf Transportasi pada Lembaga Wakaf AlAzhar.
7. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman dan mengacu
kepada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Skripsi, Tesis dan
Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh CEQDA
(Center for Quality Development and Assurance), April 2007, Cet. Ke-I.
14
F. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian yang dilakukan penulis akan dituangkan dalam bentuk
skripsi dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan
Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Bab ini berisi tinjaun teoritis tentang Manajemen, Wakaf, dan
Transportasi
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR
Bab ini berisi tentang Profil Lembaga Wakaf Al-Azhar yang
terdiri dari Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Struktur Organisasi,
Produk-Produk Wakaf Al-Azhar, Aset Wakaf Lembaga Wakaf
Al-Azhar dan Deskripsi Tentang Wakaf Transportasi.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi hasil penelitian tentang penerapan fungsi
manajemen (Planning, Organizing, Actuiting dan Controlling)
dalam pengelolaan wakaf transportasi pada lembaga Wakaf AlAzhar dan upaya yang dilakukan Wakaf Al-Azhar dalam menjaga
kelestarian aset wakaf transportasi, serta analisis hasil penelitian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Secara etimologi, manajemen berasal dari kata kerja to manage
(bahasa Inggris) yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan, dan
mengelola.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), manajemen
diartikan sebagai:
a. Proses penggunaan sumber daya yang efektif untuk mencapai
sasaran.
b. Pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan
organisasi.2
Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai pengertian manajemen,
penulis mengemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian
manajemen, diantaranya sebagai berikut:
a. Menurut George R. Terry seperti dikutip oleh Anton Anthoillah
Manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas tindakantindakan
perencanaan,
pengorganisasian,
penggerakan
dan
pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.3
1
Irham Fahmi, Manajemen: Teori, Kasus dan Solusi (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 2.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Edisi-3, Cet-4, h. 708.
3
Anton Athoillah, Dasar-Dasar Manajemen (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h. 16.
2
15
16
b. Menurut James A. F. Stoner seperti dikutip oleh Irham Fahmi
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan
penggunanaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.4
c. Menurut Ricky W. Griffin
Manajemen merupakan suatu rangkaian aktivitas (termasuk
perencanaan
dan
pengambilan
keputusan,
pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumbersumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi)
dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien.5
d. Menurut Malayu S.P Hasibuan
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.6
Dari beberapa pengertian manajemen yang diungkapkan oleh para
ahli tersebut peulis menyimpulkan, bahwasanya manajemen merupakan
suatu proses pengaturan sebuah organisasi melaui tahap perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan
semua sumber daya organisasi secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
4
Irham Fahmi, Manajemen: Teori, Kasus dan Solusi, h. 2.
Ricky W. Griffin, Manajemen, Penerjemah Gina Gania (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 7.
6
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 2.
5
17
2. Unsur-Unsur Manajemen
Unsur-unsur manajemen seringkali dirumuskan oleh para ahli
manajemen dengan sebutan 6 M di dalam manajemen (the six M in
management). Unsur-unsur tersebut meliputi:
a. Man, yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan
mapun tenaga kerja operasional/pelaksana.
b. Money, yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
c. Methods, yaitu cara-cara yang digunakan dalam usaha mencapai
tujuan.
d. Materials, yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan.
e. Machines, yaitu mesin-mesin atau alat-alat yang diperlukan atau
dipergunakan untuk mencapai tujuan.
f. Market, yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa-jasa yang
dihasilkan.7
3. Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang
dijalankan dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan
mengikuti satu tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya.8 Fungsi
manajemen sebagaimana diterangkan oleh George R. Terry terdiri dari
empat
7
fungsi,
yaitu:
Perencanaan
(Planning),
Pengorganisasian
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah, h. 20.
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 8.
8
18
(Organizing), Penggerakan (Actuiting) dan Pengawasan (Controlling)
yang biasa disingkat P.O.A.C.9 Empat fungsi tersebut akan penulis
jelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan pemilihan dan menghubungkan fakta,
menggunakan asumsi-asumsi tentang masa depan dalam membuat
visualisasi dan perumusan kegiatan yang diusulkan dan memang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.10
Menurut Louis A. Allen yang dikutip oleh Siswanto
mengemukakan tahapan-tahapan atau aktivitas yang dilakukan dalam
proses perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Prakiraan (forecasting), yaitu usaha yang sistematis untuk
meramalkan/memperkirakan waktu yang akan datang dengan
penarikan kesimpulan atas fakta yang telah diketahui.
2. Penetapan tujuan (establishing objective), yaitu suatu aktivitas
untuk menetapkan sesuatu yang ingin dicapai melalui
pelaksanaan pekerjaan.
3. Pemrograman (programming), yaitu suatu aktivitas yang
dilakukan dengan maksud menetapkan langkah-langkah yang
diperlukan untuk mencapai suatu tujuan.
4. Penjadwalan (scheduling), yaitu penetapan atau penunjukan
waktu menurut kronologi tertentu.
9
Anton Athoillah, Dasar-Dasar Manajemen, h. 4.
George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, Penerjemah J-Smith D.F.M (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013), h. 46.
10
19
5. Penganggaran
(budgeting),
yaitu
suatu
aktivitas
untuk
membuat pernyataan tentang sumber daya keuangan (financial
resources) yang disediakan untuk aktivitas dan waktu tertentu.
6. Pengembangan prosedur (development procedure), merupakan
aktivitas menormalkan cara, teknik dan metode pelaksanaan
suatu pekerjaan.
7. Penetapan dan interpretasi kebijakan
(establishing and
interpreting policies), yaitu suatu aktivitas yang dilakukan
dalam menetapkan syarat berdasarkan kondisi manajer dan para
bawahannya akan bekerja.11
b. Pengorganisasian (Organizing)
George R. Terry mendefinisikan pengorganisasian sebagai
kegiatan dasar dari manajemen yang dilaksanakan untuk mengatur
seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia,
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.12
Malayu S.P Hasibuan mendefinisikan pengorganisasian sebagai
suatu proses penentuan, pengelompokkan, dan pengaturan bermacammacam
aktivitas
yang
diperlukan
untuk
mencapai
tujuan,
menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas, menyediakan alat-alat
yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif di
delegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-
11
12
Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 45.
George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, h. 73.
20
aktivitas tersebut.13 Dalam proses pengorganisasian, tahap-tahap atau
kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan
tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan.
2. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukan adanya garis
kewenangan dan tanggung jawab.
3. Kegiatan
perekrutan,
penyeleksian,
pelatihan,
dan
pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja.
4. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang
paling tepat.14
c. Penggerakan (Actuiting)
George R. Terry mendefinisikan penggerakan (actuiting) atau
yang biasa disebut “gerakan aksi” sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan
yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar
tujuan-tujuan dapat tercapai.15
Lebih lanjut Sondang P. Siagian mendefinisikan penggerakan
sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik dan metode untuk mendorong
para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik
mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan
13
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah, h. 118.
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, h. 11.
15
George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, h. 17.
14
21
ekonomis.16 Ibnu Syamsi seperti dikutip oleh Hasanudin menentukan
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses penggerakan yaitu
berupa
pembimbingan/pengarahan,
pengkoordinasian,
serta
pengambilan keputusan.17 Berikut uraiannya:
1. Pengarahan,
merupakan
suatu
proses
pembimbingan,
pemberian petunjuk, dan instruksi kepada bawahan agar
mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.18
2. Pengkoordinasian, merupakan singkronisasi yang teratur dari
usaha-usaha individu yang berhubungan dengan jumlah, waktu
dan tujuan mereka, sehingga dapat diambil tindakan yang
serempak menuju sasaran yang telah ditetapkan.19
3. Pengambilan keputusan, merupakan serangkaian aktivitas yang
dilakukan
oleh
seseorang
dalam
usaha
memecahkan
permasalahan yang sedang dihadapi kemudian menetapkan
berbagai alternatif yang dianggap paling rasional dan sesuai
dengan lingkungan organisasi.20
d. Pengawasan (Controlling)
Robert J. Mockler seperti dikutip oleh T. Hani Handoko,
mendefinisikan pengawasan sebagai suatu usaha yang sistematik untuk
menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan,
16
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h.
95.
17
Hasanuddin, Manajemen Dakwah (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 29.
Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 111.
19
George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, h. 19.
20
Siswanto, Pengantar Manajemen, h. 111.
18
22
merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan
dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta pengambilan
tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.21
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam proses
pengawasan adalah sebagai berikut:
1. Penetapan standar dan metode penilaian kinerja.
2. Mengukur kinerja.
3. Membandingkan kinerja sesuai dengan standar.
4. Mengambil tindakan perbaikan.22
B. Wakaf
1. Pengertian Wakaf
Secara etimologi, kata wakaf berasal dari bahasa Arab waqf, kata
kerjanya yaitu waqafa-yaqifu yang berarti “menahan” atau “berhenti”,
“berdiri” atau “diam di tempat”. Artinya menahan harta untuk diwakafkan
atau menahannya untuk tidak dipindah milikkan. Kata wakaf sama dengan
habs, yang keduanya merupakan kata benda.23 Selanjutnya kata waqf lebih
popular digunakan untuk makna mauquf, artinya yang ditahan, yang
21
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2002), h. 358.
Siswanto, Pengantar Manajemen, h. 140.
23
Kementrian Agama RI, Wakaf Uang dan Prospek Ekonomi di Indonesia (Jakarta:
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013), h. 10.
22
23
diberhentikan atau yang diragukan, dibandingkan dengan makna suatu
transaksi.24
Adapun secara terminologi, para ahli fiqih berbeda pendapat dalam
mendefinisikan wakaf, sehingga mereka berbeda pula dalam memandang
hakikat wakaf itu sendiri. Berikut adalah beberapa pendapat mengenai
pengertian wakaf seperti yang dikutip oleh Ahmad Rodoni sebagai
berikut:
a. Mazhab Hanifah
Wakaf adalah menahan benda orang yang berwakaf (waqif) dan
menyedekahkan manfaatnya untuk kebaikan.
b. Mazhab Malikiyah
Wakaf adalah menjadikan harta sang waqif, baik berupa sewa
atau hasilnya untuk diserahkan kepada orang yang berhak, dengan
penyerahan berjangka waktu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
orang yang mewakafkan (waqif).
c. Mazhab Syafi’iyah
Wakaf adalah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya,
dengan tetap utuhnya barang dan barang tersebut lepas dari milik
orang yang mewakafkan (waqif) serta dimanfaatkan untuk sesuatu
yang diperbolehkan oleh agama.
d. Mazhab Hanabilah
Wakaf adalah menahan secara mutlak kebebasan pemilik harta
dalam membelanjakan hartanya yang bermanfaat dengan utuhnya
24
Mukhlisin Muzarie, Hukum Perwakafan dan Implementasinya Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat: Implementasi Wakaf di Pondok Modern Darussalam Gontor (Jakarta:
Kementrian Agama, 2010), h. 77.
24
harta, dan memutuskan semua hak penguasaan terhadap harta tersebut,
sedangkan manfaatnya diperuntukkan bagi kebaikan dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah SWT. 25
e. Undang-Undang No. 41 Tentang Wakaf
Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan
dan/atau
menyerahkan
sebagian
harta
benda
miliknya
untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai
dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan
umum menurut syari’ah.26
Dari beberapa pengertian wakaf yang dikemukakan tersebut dapat
disimpulkan, bahwa pada prinsipnya wakaf merupakan perbuatan
menyedekahkan harta untuk di tahan pokoknya dan disalurkan hasilnya
untuk kebajikan dan kemaslahatan umat dengan tujuan mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
2. Dasar Hukum Wakaf
Wakaf disyari’atkan setelah Nabi Saw hijrah ke Madinah pada
tahun kedua Hijriah. Para fuqaha bersepakat perintah wakaf secara tersirat
terdapat dalam beberapa firman Allah SWT. Karenanya mayoritas ulama
25
Ahmad Rodoni, Investasi Syari‟ah (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009),
h. 195.
26
Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf
(Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf,
2013), h. 2.
25
berpendapat bahwa hukum wakaf adalah sunnah mustahab (sangat
dianjurkan).27
a. Dasar Hukum Wakaf dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an, perintah wakaf terdapat dalam beberapa
surat, diantaranya sebagai berikut:
1) QS. Al-Baqarah (2) ayat 261:
          
            
  
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada
tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran)
bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui.”28
2) QS. Al-Baqarah (2) ayat 267:
         
          
            
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah
(di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya
melainkan
dengan
memincingkan
mata
27
28
Kementrian Agama RI, Wakaf Uang dan Prospek Ekonomi di Indonesia, h. 14.
Al-Qur’an dan Terjemah (Depok: SABIQ, 2009), h. 44.
26
terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.” 29
3) QS. Ali Imran (3) ayat 92:
           
    
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta
yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka
Sesungguhnya Allah mengetahuinya.”30
b. Dasar Hukum Wakaf dalam Hadits
Dalam beberapa hadits diriwayatkan, bahwasanya praktek
wakaf telah dilakukan pada masa Nabi Muhammad Saw. Ada banyak
riwayat yang menceritakan tentang perintah wakaf, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
‫بد اث ُْي‬
َ ‫ اِرَا َه‬:‫سل َن قَب َل‬
ُ ‫ع ْي ا َ ِث ًْ ُُ َرٌ َْرح اَى َر‬
َ ُ‫صل للا‬
َ
َ َّ َِ ٍْ َ‫عل‬
َ ِ‫س ْْ َل للا‬
َ َ‫اَدَ َم اِ ًْق‬
‫ ا َ ّْ َّلَذ‬,َِ ‫ ا َ ّْ ِع ْلن ٌُ ٌْزَفَ ُع ِث‬,‫بر ٌَخ‬
َ ‫ط َع‬
َ ,‫ع َولَُُ اِّل ِه ْي ث َ ََلس‬
ِ ‫صذَقَخ َج‬
)‫ع ْْلََُ (رّاٍ هسلن‬
ُ ‫صب ِلح ٌَ ْذ‬
َ
“Dari Abu Hurairah r.a., Sesungguhnya Rasulullah Saw
bersabda: “Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka
putuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu: shadaqah jariyah,
ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakan orang
tuanya.” (HR. Muslim)31
29
Al-Qur’an dan Terjemah, h. 45.
Al-Qur’an dan Terjemah, h. 62.
31
Muslim, Shahih Muslim (Riyadh: Darus-Salam, 1998), h. 716.
30
27
2) Hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Umar
‫ع َو َر أ َ ْرضب ِث َخ ٍْ َج َر فَأرَى‬
ُ ‫بة‬
ُ ‫ع ْي اْث ُْي‬
َ ‫ص‬
َ ُ‫ً للا‬
ِ ‫ع َو َر َر‬
َ
َ َ ‫ أ‬:‫ع ٌْ ُِ َوب قَب َل‬
َ ‫ض‬
ًْ ًِّ َ ‫س ْْ َل للاِ ا‬
ُ ‫ ٌَب َر‬: ‫سلّ َن ٌَ ْسزَأ ْ ُه ُر فِ ٍْ َِب فَقَب َل‬
َ ُ‫صل للا‬
َ َّ َِ ٍْ َ‫عل‬
َ ً‫الٌ ِج‬
ُّ ‫صتْ َهبّل َق‬
‫ِي ِه ٌَُْ َف َوب‬
ُ ‫ط ُُ َْ ا َ ًْ َف‬
ِ ُ ‫صجْذُ ا َ ْرضب ِث َخ ٍْ َج َر َل ْن أ‬
َ َ‫ا‬
ْ ‫س ِع ٌْذ‬
‫ذ‬
َ ْ‫ ِإ ْى ِشئ‬,‫سل َن‬
ُ ‫ فَقَب َل لََُ َر‬.َِ ‫رَأ ُه ُر ًِ ًْ ِث‬
َ َ‫صلى للا‬
َ َّ َِ ٍْ َ‫عل‬
َ ِ‫س ْْ ُل للا‬
ْ ‫صذ ْق‬
‫ع َّ َّل‬
ُ ‫ أًَ َِب َّل رُجَب‬,‫ع َو َر‬
َ ‫َحجَس‬
ُ ‫صذقَ ِث َِب‬
ْ َ ‫ْذ ا‬
َ َ ‫ذ ِث َِب فَز‬
َ َ ‫صلَ َِب َّر‬
ُ ‫َت َّ َّل ر ُ ْْ َر‬
ًْ ِ‫اء َّفًِ ْالقُ ْر َثى َّف‬
ِ ‫صذّقَ ثِ َِب فِ ًْ ْالفُقَ َر‬
ُ ُْْ ُ ‫ر‬
َ َ ‫ قَب َل َّر‬.‫س‬
‫علَى َه ْي‬
ِ ٍ‫سجِ ٍْ ِل للاِ ِّاث ِْي السجِ ٍْ ِل ِّالض‬
ِّ
ِ ‫الرقَب‬
َ ‫ْف َّل ُجٌَب ُح‬
َ ًْ ِ‫ة َّف‬
ْ ٌَّ ‫ف‬
)‫ُط ِع ُن َغٍ َْر ُهزَ َو ّ ِْ ُل (رّاٍ هسلن‬
ِ ّْ ‫َّ ِلٍُّ َِب أ َ ْى ٌَأ ْ ُك ُل ِه ٌْ َِب ثِ ْبل َو ْع ُر‬
“Dari Ibnu Umar r.a. berkata, bahwa sahabat Umar bin
Khattab memperoleh tanah di Khaibar, kemudian menghadap
kepada Rasulullah untuk memohon petunjuk. Umar berkata: “Aku
mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah
mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang engkau
perintahkan kepadaku?” Rasulullah menjawab, “Bila kamu suka,
kamu tahan (pokoknya) tanah itu dan kamu sedekahkan
(hasilnya).” Kemudian Umar melakukan shadaqah, tidak dijual,
tidak dihibahkan dan tidak diwariskan. Berkata Ibnu Umar: Umar
menyedekahkannya pada orang-orang fakir, kaum kerabat, budak
belian, sabilillah, tamu, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak mengapa
atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu
(pengurusnya) makan dari hasilnya dengan cara baik
(sepantasnya) atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk
harta.” (HR. Muslim)32
3. Rukun dan Syarat Wakaf
a. Rukun Wakaf
Rukun berasal dari Bahasa Arab yang berarti suatu pilar yang
kuat dan agung. Sedangkan dalam pandangan ulama fiqih, rukun
32
Muslim, Shahih Muslim, h. 717.
28
adalah bagian dari suatu hakikat.33 Mengenai jumlah rukun wakaf,
terdapat beberapa perbedaan pendapat antara mazhab Hanafi dengan
jumhur fuqaha. Menurut ulama mazhab Hanafi bahwa rukun wakaf itu
hanya ada satu, yaitu akad yang berupa ijab (pernyataan dari waqif).
Sedangkan qabul (pernyataan menerima wakaf) tidak termasuk rukun
bagi ulama mazdhab Hanafi disebabkan akad tidak bersifat mengikat.
Menurut jumhur ulama dari mazhab Syafi’i, Maliki dan
Hambali terdapat empat rukun wakaf atau unsur utama wakaf, yaitu:
1. Waqif (orang yang berwakaf);
2. Mauquf bih (benda atau harta yang diwakafkan);
3. Mauquf „alaih (penerima manfaat wakaf);
4. Sighat (pernyataan atau ikrar wakaf dari waqif).34
b. Syarat Wakaf
Syarat-syarat menentukan sah atau tidaknya suatu perbuatan
wakaf. Oleh karenanya, masing-masing dari rukun wakaf harus
memenuhi persyaratan tertentu, diantaranya:
1) Syarat Waqif (orang yang berwakaf)
Di kalangan fuqaha sepakat bahwa orang-orang yang
hendak melakukan transaksi wakaf harus memenuhi persayaratan
tertentu agar perbuatannya dapat dipertanggungjawabkan. Oleh
karena itu, pewakaf disyari’atkan harus seorang yang dipandang
33
Kementrian Agama RI, Dinamika Perwakafan di Indoneia dan Berbagai Belahan
Dunia (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan
Wakaf, 2013) h. 16.
34
Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia (Ciputat: Ciputat Press, 2005), h. 17.
29
cakap dalam melakukan amal kebajikan (ahl li al-tabarru) dengan
indikator sebagai berikut:
a. Pewakaf adalah orang dewasa.
b. Pewakaf berakal sehat, orang yang sakit ingatan (majnun)
semua tindakannya tidak dapat dipertanggungjawabkan,
oleh karena itu tidak sah beramal wakaf.
c. Pewakaf pada saat mewakafkan hartanya dalam keadaan
sehat, bukan orang yang sedang sakit keras.
d. Pewakaf adalah pemilik penuh terhadap harta yang
diwakafkannya.
e. Pewakaf
adalah
pemilik
sah
terhadap
harta
yang
diwakafkannya.
f. Pewakaf adalah orang yang cakap bertindak (rasyid)
g. Pewakaf tidak tenggeam hutang.
h. Pewakaf beragama Islam.35
2) Syarat Mauquf bih (harta benda yang diwakafkan)
Mengenai harta yang boleh diwakafkan (mauquf bih) masih
menjadi perdebatan ulama fiqih, masing masing mempunyai
pandangan sesuai dengan batasan definisi yang mereka berikan.
Imam Malik dan para pendukung mazhabnya membolehkan
wakaf terhadap semua benda bergerak dan tidak bergerak. Menurut
pandangan mereka wakaf sama dengan sedekah, benda-benda yang
35
Mukhlisin Muzarie, Hukum Perwakafan dan Implementasinya, h. 110-117.
30
dapat disedekahkan dapat diwakafkan. Dengan demikian, benda
yang dapat diwakafkan meliputi tanah, bangunan, pepohonan,
binatang, kendaraan, makanan, pakaian, perhiasan emas, perak,
senjata, peralatan perang, dan sebagainya.36
Ulama Syafi’iyah membolehkan wakaf berupa benda-benda
bergerak sebagaimana membolehkan wakaf berupa benda-benda
tidak bergerak. Mereka mensyaratkan wakaf untuk selama-lamanya
(mu‟abbad), tidak boleh untuk sementara atau untuk jangka waktu
tertentu. Selanjutnya mereka mensyaratkan harta yang diwakafkan
berupa benda konkrit (al-„ain), milik penuh, lestari, ada
manfaatnya, dan digunakan untuk kebajikan menurut pandangan
syar’iah. Oleh karenanya, barang-barang yang diharamkan atau alat
dan
sarana
yang
digunakan
untuk
maksiat
tidak
dapat
diwakafkan.37
Ulama
Hanabilah,
seperti
halnya
ulama
Syafi’iyah
mensyaratkan benda yang diwakafkan dapat berupa benda konkrit,
diketahui kadar dan ukurannya, dapat dimanfaatkan, dan memiliki
karakter lestari.38
3) Syarat Mauquf ‘alaih (penerima manfaat wakaf)
Ada dua macam penerima manfaat wakaf (mauquf „alaih),
yaitu pihak tertentu dan pihak yang tidak tertentu. Menurut AlGhazali, jika mauquf „alaih adalah orang tertentu, maka syaratnya
36
Mukhlisin Muzarie, Hukum Perwakafan dan Implementasinya, h. 118.
Mukhlisin Muzarie, Hukum Perwakafan dan Implementasinya, h. 119.
38
Mukhlisin Muzarie, Hukum Perwakafan dan Implementasinya, h. 119.
37
31
adalah orang yang memiliki kelayakan dalam menerima hadiah dan
wasiat. Namun jika mauquf „alaih bersifat umum, maka ia harus
memiliki nilai-nilai pendekatan kepada Allah, seperti sarana
ibadah, sarana pendidikan dan sarana sosial.39
4) Syarat Sighat (pernyataan atau ikrar wakaf)
Sighat wakaf merupakan tanda penyerahan benda yang
diwakafkan. Ulama Hanafiyah memandangnya sebagai satusatunya
rukun
dalam
transaksi
wakaf.
Ulama
Hanafiyah
mensyaratkan sighat wakaf dengan kata-kata yang jelas dan
sempurna untuk menghindarkan permasalahan yang mungkin
timbul di kemudian hari, terutama dari ahli waris wakif. Imam
Hanafi dan Hambali berpendapat wakaf tidak memerlukan lafadz
atau ikrar penerimaan (qabul), sedangkan Imam Syafi’i dan Maliki
berpendapat sebaliknya.40 Berkaitan dengan pernyataan atau ikrar
wakaf, Al-Ghazali memberikan persyaratan sebagai berikut:
a. Pernyataan atau ikrar harus menyebutkan untuk jangka
waktu yang tak terbatas (ta‟bid).
b. Dapat direalisir langsung (munjiz).
c. Ikrar wakaf bersifat mengikat (ilzam).
d. Ikrar wakaf harus menyebutkan sasaran yang jelas.41
39
Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, h. 18.
Kementrian Agama RI, Dinamika Perwakafan di Indonesia, h. 19.
41
Mukhlisin Muzarie, Hukum Perwakafan dan Implementasinya, h. 140.
40
32
5) Syarat Nazhir (Pengelola Wakaf)
Ulama tidak menjadikan nazhir sebagai salah satu rukun
wakaf, namun para ulama sepakat bahwa wakif harus menunjuk
nazhir wakaf (pengawas wakaf), baik nazhir itu berupa wakif
sendiri,
mauquf
„alaih
maupun
pihak
sendiri.
Mengenai
persyaratan nazhir, Al-Khatib al-Syarbini seperti yang di kutip oleh
Mukhlisin Muzarie memberikan persyaratan nazhir sebagai berikut:
a. Jujur dan adil („adalah).
b. Memiliki kecakapan atau kemampuan (al-kifayah) untuk
mengelola dan mengembangkan harta wakaf sehingga
mencapai hasil yang optimal.42
Setelah dibahas mengenai teori wakaf yang berisi
pengertian wakaf, dasar hukum wakaf, rukun dan syarat wakaf,
penulis selanjutnya akan menguraikan tentang wakaf produktif.
Karena fokus pembahasan dalam skripsi ini mengenai wakaf
transportasi yang merupakan salah satu program wakaf produktif
yang dikembangkan oleh lembaga Wakaf Al-Azhar.
4. Wakaf Produktif
a. Pengertian Wakaf Produktif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, produktif diartikan
sebagai sesuatu yang banyak mendatangkan hasil.43 Sadono Sukirno
merumuskan bahwa produktif (kata sifat yang berasal dari product)
42
43
Mukhlisin Muzarie, Hukum Perwakafan dan Implementasinya, h. 144.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia, Kamus Besar Bahasa, h. 702.
33
diartikan sebagai proses operasi untuk menghasilkan barang atau jasa
yang maksimum dengan modal yang minimum.44 Operasi atau
produksi berarti proses pengubahan/transformasi input menjadi output
untuk menambah nilai atau manfaat lebih.45 Sedangkan pengertian
wakaf produktif menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Menurut Jaih Mubarok
Wakaf
produktif adalah transformasi dari pengelolaan
wakaf alami menjadi pengelolaan wakaf yang profesional untuk
meningkatkan atau menambah manfaat.46
b. Menurut Yuke Rahmawati
Wakaf produktif adalah sebuah skema pengelolaan donasi
wakaf dari umat, yaitu dengan memproduktifkan donasi tersebut
hingga mampu menghasilkan surplus yang berkelanjutan.47
c. Menurut Mundzir Qahaf
Wakaf produktif adalah wakaf harta yang digunakan untuk
kepentingan produksi, baik di bidang pertanian, perindustrian,
perdagangan dan jasa yang manfaatnya bukan pada benda wakaf
secara langsung, tetapi dari keuntungan bersih pengermbangan
wakaf yang diberikan kepada orang-orang yang berhak sesuai
dengan tujuan wakaf.48
44
Jaih Mubarok, Wakaf Produktif (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 16.
Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, h.15.
46
Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, h.15.
47
Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syari‟ah (Ciputat: UIN Jakarta Press,
2013), h. 93.
48
Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Penerjemah Muhammad Mas Rida
(Jakarta: Khalifa, 2004), h. 23.
45
34
Sedangkan dalam konteks Undang-Undang No. 41 Tahun 2004
tentang Wakaf pada Pasal 43 ayat 2 dijelaskan: pengelolaan dan
pengembangan harta benda wakaf dilakukan secara produktif antara
lain dengan cara pengumpulan, investasi, penanaman modal, produksi,
kemitraan, perdagangan, agrobisnis, pertambangan, perindustrian,
pengembangan teknologi, pembangunan gedung, apartemen, rumah
susun, pasar swalayan, pertokoan, perkantoran, sarana pendidikan
ataupun sarana kesehatan yang tidak bertentangan dengan syari’ah.49
b. Tujuan Kepengurusan Wakaf Produkif
Kepengurusan wakaf adalah kepengurusan yang memberikan
pembinaan dan pelayanan terhadap sejumlah harta yang dikhususkan
untuk merealisasikan tujuan tertentu. Oleh karena itu, tujuan
kepengurusan wakaf produktif adalah sebagai berikut:50
a. Meningkatkan
kelayakan
produksi
harta
wakaf
hingga
mencapai target ideal untuk memberikan manfaat sebesar
mungkin bagi tujuan wakaf.
b. Melindungi pokok-pokok harta wakaf dengan mengadakan
pemeliharaan
dan
penjagaan
yang
baik
dalam
menginvestasikan harta wakaf dan mengurangi sekecil
mungkin risiko investasi.
c. Melaksanakan tugas dan distribusi hasil wakaf dengan baik
kepada tujuan wakaf yang telah ditentukan.
49
50
Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, h. 33.
Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, h. 321.
35
d. Berpegang teguh pada syarat-syarat wakif.
e. Memberikan penjelasan kepada para dermawan dan mendorong
mereka untuk melakukan wakaf baru, dan secara umum
memberi penyuluhan dan menyarankan pembentukan wakaf
baru, baik secara lisan maupun dengan cara memberi
keteladanan.
C. Transportasi
1. Pengertian Transportasi
Transportasi berasal dari kata transportation, dalam bahasa Inggris
yang mempunyai arti angkutan, yang menggunakan suatu alat untuk
melakukan pekerjaan tersebut. Transportasi dapat pula berarti suatu proses
pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan suatu alat bantu kendaraan darat, laut, maupun udara, baik
umum maupun pribadi dengan menggunakan mesin atau tidak
menggunakan mesin.51
2. Peranan Transportasi
Peranan transportasi yang dikemukakan oleh M. Nur Nasution
mencakup bidang yang luas di dalam kehidupan manusia yang meliputi
berbagai aspek, diantaranya: aspek sosial dan budaya, hukum, teknik dan
ekonomi.52 Berikut uraiannya:
51
Maringan Masry Simbolon, Ekonomi Transportasi (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003),
52
M. Nur Nasution, Manajemen Transportasi (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 16-
h. 1.
19.
36
a. Aspek sosial dan budaya
Dampak sosial dari transportasi dirasakan pada peningkatan
standar hidup. Transportasi menekan biaya dan memperbesar kuantitas
keanekaragaman barang, hingga terbuka kemungkinan adanya
perbaikan dalam perumahan, sandang, dan pangan serta rekreasi. Dari
aspek budaya, dengan adanya transportasi di antara bangsa atau suku
bangsa yang berbeda kebudayaan akan saling mengenal dan masingmasing budaya yang berbeda.
b. Aspek hukum
Di dalam pengoperasian dan pemilikan alat angkutan
diperlukan ketentuan hukum mengenai hak, kewajiban dan tanggung
jawab serta perasuransian apabila terjadi kecelakaan lalu lintas, juga
terhadap penerbangan luar negeri yang melewati batas wilayah suatu
Negara, diatur di dalam perjanjian antar negara (bilateral air
agreement).
c. Aspek teknik
Hal-hal
yang
berkaitan
dengan
pembangunan
dan
pengoperasian transportasi menyangkut aspek teknis yang harus
menjamin keselamatan dan keamanan dalam penyelenggaraan
angkutan.
d. Aspek ekonomi
Dari aspek ekonomi transportasi dapat ditinjau dari sudut
ekonomi makro dan mikro. Dari sudut ekonomi makro, tranportasi
merupakan
salah
satu
sarana
yang
menunjang
pelaksanaan
37
pembangunan nasional. Sedangkan dari sudut ekonomi mikro,
transportasi dapat dilihat dari kepentingan dua pihak, yaitu sebagai
berikut:
1) Pihak perusahaan pengangkutan (operator)
Transportasi merupakan usaha memproduksi jasa angkutan
yang dijual kepada pemakai dengan memperoleh keuntungan.
2) Pihak pengguna jasa angkutan (users)
Transportasi sebagai salah satu mata rantai dari arus bahan
baku untuk produksi dan arus distribusi barang jadi yang
disalurkan ke pasar serta kebutuhan pertukaran barang di pasar.
Peranan transportasi tidak hanya untuk melancarkan arus barang
dan mobilitas manusia, transportasi juga membantu tercapainya
pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal.
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR
A. Sejarah Berdirinya Lembaga Wakaf Al-Azhar
Wakaf Al-Azhar adalah pengelola wakaf produktif yang dibentuk oleh
Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar yang terlahir dengan mengemban
misi membina dan mengembangkan dakwah serta pendidikan Islam terbaik
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari seluruh kalangan akan
pendidikan Islam yang berkualitas. Karena selama ini kebanyakan sekolahsekolah berkualitas hanya milik orang-orang non-muslim, sehingga YPI AlAzhar mendirikanlah sekolah Islam berstandar internasional.
Permasalahan yang kemudian timbul adalah hanya orang-orang yang
secara finansialnya bagus yang mampu bersekolah di Al-Azhar, sedangkan
orang-orang yang kurang mampu sukar menduduki bangku pendidikan di AlAzhar. Untuk itu, YPI Al-Azhar membentuk unit-unit usaha produktif untuk
menghimpun dana guna menunjang para siswa kurang mampu yang hendak
bersekolah di Al-Azhar. Salah satunya yakni Wakaf Al-Azhar, yang dibentuk
untuk mengembangkan potensi wakaf yang dikelola secara produktif untuk
hasilnya didistribusikan bagi masa depan pendidikan dan dakwah yang lebih
gemilang.1
Wakaf produktif bertujuan untuk mengembangkan potensi-potensi
bisnis hingga menjadi lebih besar lagi. Jika lembaga pendidikan, lembaga
dakwah, masjid-masjid ikut mengembangkan wakaf produktif tentu akan
1
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis sebagai Direktur
Eksekutif Wakaf Al-Azhar, Jakarta, 13 Mei 2015.
38
39
menghasilkan nilai manfaat yang luar biasa, untuk itulah Wakaf Produktif AlAzhar digulirkan.2
Wakaf Al-Azhar beraktifitas dengan mendayagunakan sumber daya
dan partisipasi masyarakat, berorientasi pada produktifitas wakaf untuk
mendukung YPI Al-Azhar dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas
serta pengembangan dakwah agar lebih mendunia.3 Wakaf Produktif Al-Azhar
mengembangkan wakaf produktif yang terdiri atas berbagai macam bentuk
unit usaha produktif sehingga hasilnya dapat terus digunakan untuk
kemaslahatan hingga akhir zaman.4
Wakaf Al-Azhar berdiri pada tahun 2010, lahir terinspirasi oleh
pengelolaan Wakaf Al-Azhar Kairo di Mesir yang berkembang pesat dengan
mengelola wakaf produktif berupa; Rumah Sakit, Apartemen, Hotel,
perkebunan serta menjalankan berbagai usaha sehingga dapat memberikan
beasiswa kepada 400.000 mahasiswa, memberikan insentif yang memadai
kepada 11.000 dosen dan mampu mengembangkan dakwah serta mengirimkan
banyak ulama ke mancanegara. Maka dengan dukungan semua pihak YPI AlAzhar
berikhtiar
mengembangkan
wakaf
produktif
sebagai
wujud
pemberdayaan ekonomi umat untuk masa depan pendidikan dan dakwah.
Pengelola Wakaf Al-Azhar melakukan aktifitas berdasarkan: SK YPI
Al-Azhar Nomor: 10/VIIKEP/YPIA-P/1431.2010. Ditetapkan di: Jakarta.
Pada Tanggal: 3 Sya’ban 1431 H/15 Juli 2010. Tertanda: H. Hariri Hady
(Ketua Umum) dan H. Badruzzaman Busyairi (Sekretaris Umum).
2
Yusuf Mansur, Video Profile Company Wakaf Al-Azhar.
Wakaf Al-Azhar, “Profil Wakaf Al-Azhar,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari
http://www.beritawakaf.com/2013/02/profil-wakaf-al-azhar.html?m=1
4
Brosur Wakaf Al-Azhar, Wakaf Produktif Untuk Masa Depan Pendidikan dan Dakwah.
3
40
Wakaf Al-Azhar merupakan salah satu potret wakaf yang sukses di
Metropolitan. Berkat inovasi, kreatifitas, komitmen, dan profesionalisme,
lembaga ini mampu memaksimalkan potensi wakaf.5 Perkembangan lembaga
Wakaf Al-Azhar di usianya yang baru menginjak tahun ke lima cukup
siginifikan, hal ini terlihat dari semakin banyaknya aset wakaf yang dimiliki
oleh lembaga ini (lihat Tabel 3.2).
Sinergi adalah Energi menjadi prinsip kekuatan Wakaf Al-Azhar yang
menunjukkan komitmen lembaga untuk terus fokus mengembangkan wakaf
produktif dengan terus menjalin simpul kerjasama atau bersinergi dengan
dukungan para profesional di bidang bisnis dan pemasaran, teknologi dan
informasi, serta keuangan dan perbankan agar mampu mengembangkan
potensi wakaf yang lebih optimal.
Pada tahun 2015, Wakaf Al-Azhar meresmikan motto baru yakni
“Saatnya Wakaf Berjihad”. Fokus jihad yang saat ini dijadikan landasan oleh
Wakaf Al-Azhar ialah membangkitkan kekuatan ekonomi umat. Berjihad
tergambar
pada penjabaran
singkatan versi
Wakaf
Al-Azhar
yaitu
“Bangkitkan Ekonomi Rakyat Jadikan Indonesia Hidup Aman dan Damai.”
Basis ekonomi dinilai dapat menjadi landasan implementasi Jihad dalam
tataran yang lebih luas lagi di masa mendatang.6
5
Nasih Nasrulloh, “Al-Azhar Jakarta, Potret Wakaf Sukses di Metropolitan,” artikel
diakses
pada
15
April
2015
dari
http://m.republika.co.id/berita/duniaislam/wakaf/13/12/26/myejks6-alazhar-jakarta-potret-wakaf-sukses-di-metropolitan
6
Wakaf Al-Azhar, “Momentum 2015 Saatnya Wakaf Berjihad,” artikel diakses pada 13
Agustus
2015
dari
http://wakafalazhar.or.id/artikel/1Momentum+2015+%22Saatnya+Wakaf+Berjihad%22/
41
B. Visi dan Misi Lembaga Wakaf Al-Azhar
Lembaga wakaf yang profesional harus memiliki visi strategis yang
jelas, sehingga bisa diterjemahkan dalam misi dan tujuan mereka dengan
mudah. Jangkauan kerja yang visioner menjadikan lembaga wakaf akan terus
bergeliat mengejar impian dalam perencanaan yang matang.7 Berikut adalah
visi dan misi lembaga Wakaf Al-Azhar:
a. Visi
“Menjadi institusi pengelola wakaf yang profesional, transparan
dan dipercaya masyarakat serta mempunyai kemampuan dan integritas
untuk mengembangkan perwakafan nasional.”
b. Misi
“Menjadikan Wakaf Al-Azhar sebagai lembaga profesional yang
mampu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta wakaf untuk
mendukung kepentingan pendidikan dan dakwah ditingkat Nasional serta
Internasional.”
C. Struktur Kepengurusan Lembaga Wakaf Al-Azhar
1. Struktur
Struktur dalam sebuah organisasi atau lembaga merupakan sistem
formal hubungan-hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasi
tugas-tugas sejumlah orang dan kelompok-kelompok untuk mencapai
tujuan bersama.8 Pada Gambar 3.1 menunjukkan hubungan-hubungan arus
7
Sudirman Hasan, Wakaf Uang: Perspektif Fiqih, Hukum Positif dan Manajemen
(Malang: UIN Maliki Press, 2011), h. 40.
8
Winardi, Asas-Asas Manajemen (Bandung: CV Mandar Maju, 2010), h. 378.
42
kepengurusan dalam sebuah bagan struktur kepengurusan yang di bentuk
oleh lembaga Wakaf Al-Azhar.
Gambar 3.1
Struktur Kepengurusan Lembaga Wakaf Al-Azhar
DEWAN SYARI’AH
DEWAN PENGAWAS
DEWAN PENGAWAS
DIREKTUR
EKSEKUTIF
DIREKTUR PROGRAM
& KEUANGAN
Staff
Keuangan
Staff
Administrasi
Customer
Service
DIREKTUR
MARKETING
Staff
Bagian Umum
Staff
Marketing
Design Grafis
Sumber: Diolah dari berbagai sumber.
2. Susunan Personalia
Penyusunan personalia dapat dipandang sebagai serangkaian
kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus untuk menjaga
pemenuhan kebutuhan personalia organisasi dengan orang-orang yang
tepat dalam posisi tepat dan pada waktu yang tepat.9 Dalam hal ini, pada
Tabel 3.1 terdapat nama-nama penanggung jawab jabatan sebagai hasil
proses penyusunan personalia pada lembaga Wakaf Al-Azhar.
9
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2002), h. 232.
43
Tabel 3.1
Susunan Personalia
No.
Jabatan / Kedudukan
1. Dewan Syari’ah
Ketua
Anggota
2.
3.
4.
Dewan Pengawas
Ketua
Anggota
Dewan Pelaksana
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
Wakil Sekretaris
Bendahara
Wakil Bendahara
Struktur Eksekutif
Direktur Eksekutif
Direktur Keuangan dan Program
Direktur Marketing
Staff Marketing
Staff Keuangan
Staff Administrasi
Staff Marketing
Staff Bagian Umum
Customer Servise
Desain Grafis
Penanggung Jawab
H. Shobahussurur
H. Amliwazir Saidi
H. Yusuf Mansur
H. Nasroul Hamzah
H. Soewarsono Suryadi
H. Hendra Nurtjahyo
H. Muhammad Nazif
H. Mahfudz Makmun
H. Muhammad Suhadi
H. Syamsir Kamaludin
H. Suhaji Lestiadi
M. Anwar Sani
M. Rofiq Thoyyib Lubis
Suryaningsih Suyitno
Hendra Yuliano
Abdul Rahman
Ujang Ramlan
Intan Permata Lubis
Abdul Rahman
Syakroni Muftahin
Dian Ameliawati
Musanif Arif
Sumber: Diolah dari berbagai sumber.
D. Produk-Produk Wakaf Produktif Al-Azhar
Dalam upaya memaksimalkan potensi wakaf dan mensyiarkan gerakan
berwakaf kepada masyarakat, lembaga Wakaf Al-Azhar berikhtiar dengan
melakukan inovasi dalam menciptakan berbagai produk wakaf agar nantinya
dikelola dan dikembangkan secara produktif profesional dan tentunya
berdasarkan prinsip syari’ah. Produk yang dibentuk disesuaikan dengan
kapasitas kemampuan masyarakat pada umumnya dengan harapan mereka
44
mampu berwakaf sesuai dengan nominal yang telah ditentukan dan akan
dikembangkan oleh Wakaf Al-Azhar melalui sektor-sektor bisnis strategis.
Beberapa produk wakaf produktif yang dibentuk oleh Wakaf Al-Azhar antara
lain:
1. Wakaf Transportasi (Darat, Laut, dan Udara)
Wakaf transportasi merupakan wakaf patungan untuk wakaf
produktif sarana transportasi. Besaran wakafnya senilai Rp. 25.000,/donasi dengan rincian Rp. 20.000,-/unit + Rp. 5.000,- untuk biaya
operasional.10 Dana wakaf yang berhasil dihimpun oleh Wakaf Al-Azhar
dijadikan aset berupa alat transportasi baik transportasi darat, transportasi
laut, maupun transportasi udara yang kemudian diproduktifkan dengan
cara disewakan. Hasil sewanya atau keuntungannya di dedikasikan bagi
kemajuan pendidikan dan dakwah.
2. Wakaf Tanah Untuk Pohon Jabon
Wakaf
pohon
jabon
adalah
salah
satu
bentuk
upaya
memproduktifkan lahan wakaf agar segera berdaya guna bagi masa depan
pendidikan dan dakwah sesuai dengan cita-cita besar Wakaf Al-Azhar
yang berada dibawah naungan YPI Al-Azhar. Donasi wakaf untuk pohon
jabon sebesar Rp. 95.000,-/m² dengan rincian Rp. 70.000,-/m² tanah + Rp.
25.000,- untuk biaya operasional 5 s/d 8 tahun.11
10
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Transportasi,” artikel diakses pada 16 April 2015
dari http://wakafalazhar.or.id/produk/6-Wakaf+Transportasi/
11
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Perkebunan Jabon,” artikel diakses pada 16 April
2015 dari http://www.wakafalazhar.or.id/produk/5-Wakaf+Perkebunan+Jabon/
45
3. Kartu Wakaf (Wakaf Card)
Wakaf kartu atau yang biasa disebut kartu anggota wakaf produktif
Al-Azhar (KAWPA) merupakan kartu benilai manfaat, baik bagi
pemegang kartu maupun ahli waris pemegang kartu. Wakaf card terdiri
dari dua jenis, yaitu:
a. Wakaf Card Silver (Rp. 150.000,- per tahun, sudah termasuk Wakaf
Perkebunan Sawit 1 M² senilai Rp. 15.000,-)12
Manfaat Untuk Anggota (Range Usia 6 – 55 Tahun) seri Silver
ini adalah sebagai berikut:
1) Discount Card di merchant berlogo Wakaf Al-Azhar.
2) Bantuan Penggantian Biaya R.Inap RS karena kecelakaan Rp.
3.000.000,- per tahun.
3) Santunan Meninggal Dunia karena kecelakaan untuk Ahli
Waris Rp. 30.000.000,4) Telah Berwakaf Produktif bila meninggal dunia karena
kecelakaan Rp. 20.000.000,5) Santunan Meninggal Dunia Bukan Karena Kecelakaan untuk
Ahli Waris Rp. 5.000.000,6) Telah Berwakaf Produktif bila meninggal dunia karena
kecelakaan Rp. 5.000.000,b. Wakaf Card Gold (Rp. 250.000,- per tahun, sudah termasuk Wakaf
Transportasi senilai Rp 25.000,-)13
12
Wakaf Al-Azhar, “Produk Kartu Wakaf Silver,” artikel diakses pada 16 April 2015
dari http://www.wakafalazhar.or.id/produk/2-Kartu+Wakaf+Silver/
13
Wakaf Al-Azhar, “Produk Kartu Wakaf Gold,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari
http://www.wakafalazhar.or.id/produk/4-Kartu+Wakaf+Gold/
46
Manfaat Untuk Anggota (Range Usia 0 – 80 Tahun) seri Gold
ini adalah sebagai berikut:
1) Sudah berwakaf produktif untuk transportasi.
2) Wakaf wasiat bila meninggal dunia Rp. 5.000.000,- (dikelola
Wakaf Al-Azhar atau Lembaga yang Anda tunjuk).
3) Manfaat perlindungan: santunan rawat inap RS karena
kecelakaan total senilai Rp.3.000.000,- per tahun.
4) Manfaat
urusan
penyelenggaraan
jenazah,
pelayanan
Ambulance, santunan ta’ziyah, dan pelayanan extra untuk
musibah meninggal karena kecelakaan.
4. Wakaf Tanah Perkebunan Sawit
Wakaf tanah perkebunan sawit merupakan wakaf patungan untuk
bahu membeli lahan dan membuka perkebunan kelapa sawit, karet, dan
lain sebagainya di Pulau Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi agar dikelola
secara produktif dan bisa diambil manfaatnya. Besaran wakafnya senilai
Rp. 15.000,-/m² dengan rincian Rp. 10.000,-/m² tanah + Rp. 5.000,- untuk
biaya operasional.14
5. Wakaf Khairi
Wakaf khairi merupakan wakaf patungan berupa uang tunai mulai
dari Rp. 5.000,- (proporsi nilai wakaf Rp. 4.500,- + operasional Rp. 500,-)
dengan cara menitipkannya kepada lembaga Wakaf Al-Azhar untuk
dibelikan aset baik alat transportasi, property, usaha pertanian maupun
perkebunan agar kemudian aset tersebut dikelola dan diambil manfaatnya
14
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Perkebunan Sawit,” artikel diakses pada 16 April
2015 dari http://www.wakafalazhar.or.id/produk/1-Wakaf+Perkebunan+Sawit/
47
bagi penerima wakaf. Terdapat tiga cara penyerahan wakaf tunai dari
wakif kepada lembaga Wakaf Al-Azhar, yaitu sebagai berikut:15
a. Wakaf Khairi Secara Kontan
Maksudnya, wakaf diserahkan langsung dengan jumlah wakaf
sebagaimana saat serah terima dilakukan tanpa ada perjanjian yang
mengikat. Dalam hal ini, wakif menyerahkan harta yang akan
diwakafkan tanpa ada kontrak tertentu, artinya penyetoran wakaf
selesai setelah dibayarkan.
b. Wakaf Khairi Secara Berjangka (Bertahap)
Maksudnya, wakif menentukan jumlah harta yang akan
diwakafkan, namun cara penyerahannya tidak sekaligus melainkan
bertahap sesuai kemampuan wakif. Dalam hal ini dilakukan kontrak
tertentu yang menyebutkan jumlah total harta yang akan diwakafkan
dan berapa kali tahapan penyerahannya. Jika wakif wafat sebelum total
harta yang dijanjikannya selesai diwakafkan, maka ahli warisnya perlu
menuntaskannya. Cara
ini
cocok
bagi
orang
yang
ingin
berwakaf secara terencana, dan memastikannya dalam jumlah tertentu
yang melebihi pendapatan rutinnya sebagai investasi besar untuk
akhiratnya.
c. Wakaf Khairi Seumur Hidup
Maksudnya, wakif tidak menentukan jumlah total harta yang
akan diwakafkan, namun bersedia senantiasa berwakaf secara rutin
dalam periode tertentu selama wakif masih hidup. Dalam hal ini juga
15
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Khairi,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari
http://www.wakafalazhar.or.id/produk/8-Wakaf+Khairi/
48
dilakukan kontrak yang menyebutkan periode dan jumlah harta yang
akan diwakafkan. Cara ini cocok bagi orang yang ingin berwakaf
secara terencana, namun tidak ingin memberatkan ahli warisnya.
6. Wakaf Wasiat Polis Asuransi
Wakaf wasiat
polis
asuransi adalah donasi
dalam bentuk
penyerahan polis asuransi syari’ah dengan uang pertanggungan tertentu
yang diikrarkan menjadi wakaf kepada lembaga Wakaf Al-Azhar, dan
uang pertanggungan tersebut hanya akan cair pada saat pewakif meninggal
dunia.16 Wakaf wasiat polis asuransi yang diserahkan ke Wakaf Al-Azhar
menggunakan dua akad:
a. Akad wakaf untuk wakaf produktif sebagian dari nilai polis
asuransi yang meliputi Uang Pertanggungan (UP) dan nilai
tunai saat jatuh tempo.
b. Akad amal kebaikan/charity; untuk kepentingan wakif, keluarga
wakif, kepentingan umum, sebagian dari nilai Polis Asuransi (UP
dan nilai tunai) saat jatuh tempo.17
7. Wakaf Manfaat
Wakaf manfaat merupakan bentuk wakaf yang dilakukan dengan
cara wakif menjanjikan kepada Wakaf Al-Azhar untuk mewakafkan
“manfaat” dari aset yang dimiliki atau sedang diusahakannya, seperti:
Mobil, Rumah, Ruko, atau Apartemen yang sedang disewakannya.18
16
Brosur Wakaf Al-Azhar, Wakaf Wasiat Polis Syari‟ah.
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Wasiat Polis Asuransi,” artikel diakses pada 16 April
2015 dari http://www.wakafalazhar.or.id/produk/9-Wakaf+Wasiat+Polis+Asuransi/
18
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Manfaat,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari
http://www.wakafalazhar.com/index.php/gerai/produk/view/id/10/title/Wakaf+Manfaat
17
49
8. Wakaf Family
Wakaf family merupakan quantum Wakaf Pohon Jabon untuk
mewakafkan
lahan
10
m²
dan
1
pohon jabon
beserta
biaya
pemeliharaannya selama 5 sampai 8 tahun. Besaran wakafnya senilai Rp.
950.000,-/10 m² dengan rincian Rp. 700.000,-/10 m² tanah + Rp. 250.000,untuk 1 pohon jabon beserta biaya operasional selama 5-8 tahun.19
9. Wakaf Dinar dan Logam Mulia
Merupakan bentuk wakaf harta dalam nilai yang mutlak melalui
dinar dan dirham sebagai patungan untuk wakaf produktif dalam bentuk
investasi di bidang transportasi, property, pertanian, dan perkebunan.
Besaran wakafnya mulai dari Rp. 1.375.360,- setara dengan 0,7 misqal
dinar dan setara dengan 1 dirham.20
10. Wakaf Wasiat Property
Wakaf
wasiat
mewakafkan property
property
atau
aset
yaitu
yang
mewasiatkan
dimiliki
dengan
untuk
tetap
memanfaatkannya selama wakif masih hidup. Aset atau property dapat
berupa Ruko, Rumah ataupun Apartemen. Property atau aset yang
diwasiatkan untuk diwakafkan tidak melebihi 1/3 dari nilai property atau
aset tersebut. Dengan Wakaf Wasiat Property, bahkan wakif dapat
bersama-sama patungan berinvestasi dengan nilai kelipatan Rp. 20.000,-21
19
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Family,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari
http://www.wakafalazhar.com/index.php/gerai/produk/view/id/9/title/Wakaf+Family
20
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Dinar Dirham,” artikel diakses pada 16 April 2015
dari http://www.wakafalazhar.com/index.php/gerai/produk/view/id/6/title/Wakaf+Dinar+Dirham
21
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Property,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari
http://www.wakafalazhar.or.id/produk/7-Wakaf+Property/
50
11. Wakaf Wasiat Perusahaan
Wakaf wasiat perusahaan yaitu mewasiatkan untuk mewakafkan
maksimal 1/3 nilai perusahaan atau saham yang dimiliki dengan tetap
memilikinya selama wakif masih hidup.
Yang dapat diwakafkan adalah nilai saham dengan maksimal 1/3
bagian setelah dipastikan yang mewasiatkan sudah tidak memiliki hutang.
Jika para ahli waris masih berusia belia atau pada saat tutup usia,
pengelola wakaf akan membantu mengelola perusahaan yang ditinggalkan.
Jika pada saat wakif wafat para ahli warisnya dalam keadaan kurang
berkecukupan, pengelola wakaf akan memenuhi kebutuhan para ahli
warisnya dari nilai keuntungan saham yang diwariskan.22
12. Tawaf Pro (Tabungan Wakaf Produktif)
Tabungan Wakaf Produktif merupakan fasilitas pendukung
penghimpunan dana wakaf yang direalisasikan dalam bentuk buku
tabungan. Tawaf Pro mempermudah wakif dalam melazimkan berwakaf
rutin kepada Wakaf Al-Azhar dengan cara melakukan perencanaan wakaf
terlebih dahulu.
Dalam hal ini, wakif disebut sebagai pihak pertama dan Wakaf AlAzhar disebut sebagai pihak kedua. Dana tabungan wakaf sepenuhnya
menjadi Wakaf Al-Azhar untuk diproduktifkan dalam program-program
Wakaf Produktif Al-Azhar dan hasilnya untuk pendidikan dan dakwah.23
22
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Wasiat Perusahaan,” artikel diakses pada 16 April
2015
dari
http://wakafalazhar.com/index.php/gerai/produk/view/id/4/title/Wakaf+Wasiat+Perusahaan
23
Brosur Wakaf Al-Azhar, Tabungan Wakaf Produktif Plus.
51
13. CSR Abadi
CSR Abadi merupakan solusi untuk mengabadikan dana Corporate
Social Responsibility sebuah perusahaan melalui wakaf di lembaga Wakaf
Al-Azhar. Dana CSR perusahaan nantinya dijadikan aset wakaf oleh
lembaga Wakaf Al-Azhar untuk kemudian diproduktifkan. Keuntungan
yang diraih dari hasil produktifitas aset wakaf dana CSR tersebut nantinya
dibagikan kepada mauquf „alaih (penerima wakaf) dan dicatat atas nama
pemberi CSR.24
E. Aset Wakaf Lembaga Wakaf Al-Azhar
Sebagai salah satu lembaga pengelola wakaf produktif di Tanah Air,
Wakaf Al-Azhar telah memiliki sejumlah aset wakaf untuk dikelola secara
produktif agar hasil pemanfaatannya dapat ditujukan bagi mauquf „alaih untuk
kemajuan pendidikan dan dakwah sebagaimana cita-cita YPI Al-Azhar. Pada
Tabel 3.2 menunjukkan aset wakaf yang dimiliki oleh lembaga Wakaf AlAzhar hingga tahun 2015.
Tabel 3.2
Aset Wakaf Lembaga Wakaf Al-Azhar
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
24
Jenis Aset
Perkebunan Jabon
Tanah
Tanah
Tanah
Tanah
Tanah Darat
Tanah
Tanah
Tanah + Rumah
Volume
4,4 Ha
283 m2
2.347 m2
9.000 m2
994 m2
400 m2
-
Lokasi
Ciseeng – Bogor
Cikahuripan – Bogor
Cariu – Bogor
Pondok Gede
Kembangan – Jakarta Barat
Tanjungsari – Bogor
Pancoran Mas – Depok
Pamulang
Cinangka – Bogor
Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano sebagai Direktur Marketing Wakaf AlAzhar, Jakarta, 13 Mei 2015.
52
10.
11.
12.
Sawah
Bus Pariwisata
Apartemen Casablanca
East Residence
Perumahan Bella Casa
Villatel Horison
13.
14.
2 Ha
8 Unit
1 Unit
Babelan – Bekasi
Jakarta Timur
1 Unit
1 Unit
Depok
Solo
Sumber: Brosur Wakaf Al-Azhar, “Walau Umur Terputus Pahala Mengalir Terus.”
F. Deskripsi Tentang Wakaf Transportasi
Wakaf transportasi adalah wakaf yang dihimpun dalam bentuk wakaf
tunai sesuai akad lalu dibelikan alat transportasi yang hasil dari wakaf tersebut
sebagian untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan
umum.25 Wakaf Al-Azhar menetapkan besaran donasi wakaf untuk wakaf
transportasi sebesar Rp. 25.000,-/donasi. Hal ini dilakukan agar masyarakat
dari berbagai kalangan dapat ikut andil dalam berwakaf untuk penyediaan alat
transportasi.
Wakaf transportasi merupakan salah satu program wakaf produktif di
lembaga Wakaf Al-Azhar yang pertama kali di gagas oleh Muhammad Rofiq
Thoyyib Lubis yang saat ini berkedudukan sebagai Direktur Eksekutif Wakaf
Al-Azhar. Wakaf transportasi launching pertama kali pada tanggal 12 Juni
2012, bertujuan memproduktifkan dana wakaf umat melalui pengembangan
usaha di bidang layanan jasa transportasi untuk hasilnya di dedikasikan bagi
penerima wakaf sebagaimana tujuan dari wakaf.
Setelah resmi launching, Wakaf Al-Azhar bergerak menghimpun dana
wakaf dari swadaya masyarakat untuk pengadaan sarana transportasi, baik
tranportasi darat, transportasi laut, maupun transportasi udara. Saat ini, aset
25
Adhes Satria, “Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar Siap Disewakan,” artikel diakses pada
13 Agustus 2015 dari http://www.beritawakaf.com/2015/05/wakaf-transportasi.html?m=1
53
yang telah terbentuk dari program wakaf transportasi adalah pengadaan sarana
transportasi darat berupa 8 unit bus pariwisata yang terdiri dari 5 unit bus
ukuran medium dan 3 unit bus ukuran besar.
Teknis pelaksanaan bisnisnya, Wakaf Al-Azhar bermitra dengan
perusahaan profesional jasa layanan transportasi yaitu PT Arfina Margi Wisata
(Al-Azhar Arfina Tours & Travel) yang merupakan salah satu unit usaha
pelayanan Umrah dan Haji yang didirikan oleh YPI Al-Azhar pada tahun
2004. PT Arfina Margi Wisata bergerak di bidang tours & travel yang
memberikan pelayanan penyelenggaraan perjalanan mulai dari ticketing,
akomodasi hotel/penginapan, sampai penyediaan transportasi, baik untuk
transportasi darat maupun udara di dalam negeri/luar negeri.26 Untuk itu,
Wakaf Al-Azhar melakukan kerjasama dengan PT Arfina Margi Wisata
sebagai operator bisnisnya, termasuk yang menyangkut hal-hal transaksi
penyewaan Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar, karena hal ini sesuai dengan
garapan bidang usahanya.
26
YPI Al-Azhar, “Al-Azhar Arfina Tours & Travel,” artikel diakses pada 12 Agustus
2015 dari http://www.al-azhar.or.id/indx.php/usaha/alazhar-arfina
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Penerapan Manajemen dalam Pengelolaan Wakaf Transportasi pada
Lembaga Wakaf Al-Azhar
Untuk mewujudkan cita-cita Wakaf Al-Azhar sebagai institusi
pengelola wakaf yang profesional, transparan dan dipercaya masyarakat serta
mempunyai kemampuan dan integritas untuk mengembangkan perwakafan
nasional, Wakaf Al-Azhar membentuk sebuah program pengembangan dana
wakaf yang dilakukan secara produktif bernama wakaf transportasi yang
digagas oleh Bapak Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis.1 Wakaf transportasi
launching pertama kali pada tanggal 12 Juni 2012.2 Hal ini menunjukkan
komitmen Wakaf Al-Azhar untuk mengembangkan perwakafan nasional
melalui produktifitas aset wakaf berupa sarana transportasi.
Dalam melaksanakan aktifitas pengelolaan wakaf transportasi,
langkah-langkah manajerial yang diterapkan oleh Wakaf Al-Azhar mengacu
pada fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh George R. Terry yang
terdiri dari 4 (empat) fungsi manajemen, yaitu: Perencanaan (Planning),
Pengorganisasian (Organizing), Penggerakan (Actuiting) dan Pengawasan
(Controlling) yang biasa disingkat POAC, berikut uraiannya:
1
Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano sebagai Direktur Marketing Wakaf AlAzhar, Jakarta, 13 Mei 2015.
2
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis sebagai Direktur
Eksekutif Wakaf Al-Azhar, Jakarta, 13 Mei 2015.
54
55
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan tahapan awal yang dilakukan dalam
proses manajemen. Tahap perencanaan ini dinilai sangat penting,
mengingat perencanaan merupakan proses perumusan strategi, usaha dan
cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan target dan tujuan tertentu
yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Dalam upaya mencapai
cita-cita lembaga sebagaimana yang tergambar dalam visi dan misinya,
tahapan-tahapan perencanaan yang dilakukan oleh lembaga Wakaf AlAzhar dalam pengelolaan wakaf transportasi adalah sebagai berikut:
a. Prakiraan masa depan (forecasting)
Pada tahap ini, pihak manajemen Wakaf Al-Azhar membentuk
sebuah Rencana Kerja Manajemen (RKM) melalui rapat kerja tahunan.
Untuk melaksanakan aktifitas pengelolaan wakaf transportasi, Wakaf
Al-Azhar melakukan positioning lembaga dengan menganalisa
peluang dan tantangan yang ada di lapangan mengenai potensi bisnis
jasa transportasi.
Bisnis
transportasi
merupakan
bisnis
yang
potensial
memberikan keuntungan. Berdasarkan jenisnya, bisnis transportasi
terdiri atas transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara.
Peluang usaha transportasi yang dibahas di sini adalah usaha
transportasi darat, karena permodalan dan manajemen usaha
transportasi darat dapat dikembangkan dari skala kecil.3 Oleh karena
itu, pada tahap awal Wakaf Al-Azhar masuk ke unit usaha tranportasi
3
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Transportasi,” artikel diakses pada 16 April 2015
dari http://wakafalazhar.or.id/produk/6-Wakaf+Transportasi/
56
darat berupa penyewaan Bus Pariwisata, hal ini dilakukan karena
Wakaf Al-Azhar menilai ini sebagai market terbaik dan sudah punya
captive market tersendiri, dimana 70% pangsa pasarnya ada di AlAzhar.4
Sedangkan tantangannya
adalah besarnya
risiko dalam
pengelolaan wakaf transportasi, terutama risiko yang menyangkut
dengan kelestarian aset wakafnya. Selain itu, banyaknya pula para
pesaing (competitor) yang bergerak di bidang yang sama.
Dalam melaksanakan aktifitas bisnisnya, strategi yang
digunakan Wakaf Al-Azhar adalah menjalin kerjasama dengan PT
Arfina Margi Wisata (Al-Azhar Arfina Tours & Travel). Wakaf AlAzhar juga memproduktifkan aset wakaf transportasi dengan cara
menyewakan Bus Pariwisata tidak hanya di kalangan YPI Al-Azhar
saja, tetapi juga masyarakat umum. Untuk itu agar Bus Pariwisata ini
tetap produktif dan terus memberikan keuntungan, Wakaf Al-Azhar
menjalin kerjasama dengan salah satu perusahaan besar di Indonesia,
yaitu PT Newmont yang mengontrak Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar
selama 3 tahun dengan nilai kontrak sebesar Rp. 2,4 Milyar.5
b. Penetapan tujuan (establishing objective)
Setelah melakukan forecasting, selanjutnya pihak manajemen
Wakaf Al-Azhar menentukan tujuan atau sasaran dibentuknya wakaf
transportasi. Selain itu untuk merealisasikan aset wakaf berupa alat
4
5
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis.
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis.
57
transportasi, Wakaf Al-Azhar juga menentukan sasaran wakif atau
donatur dalam rangka menghimpun dana wakaf.
Tujuan
dibentuknya
wakaf
transportasi
yaitu
untuk
memproduktifkan dana wakaf umat melalui pengelolaan unit usaha
transportasi, khususnya transportasi darat. Hal ini dilakukan agar nilai
aset wakafnya terus bertambah dan hasil keuntungannya bisa
digunakan untuk kemaslahatan umat. Program wakaf transportasi juga
bertujuan memberikan layanan transportasi yang baik kepada
masyarakat, plus dengan mereka menggunakan (menyewa) Bus
Pariwisata Wakaf Al-Azhar maka secara tidak langsung mereka sudah
mendukung gerakan berwakaf.6
Sedangkan strategi yang digunakan Wakaf Al-Azhar dalam
menghimpun dana wakaf adalah menentukan segmentasi donatur atau
wakif (probing donatur) yang menjadi sasaran dari Wakaf Al-Azhar,
baik donatur perusahaan, lembaga, maupun perorangan. Dengan
mengetahui segmentasi donatur, Wakaf Al-Azhar bisa menentukan
metode yang efektif dan efisien dalam mengoptimalkan potensi dana
wakaf.
c. Pemrograman (programming)
Dalam upaya merealisasikan dan mengoptimalkan potensi
wakaf yang akan diproduktifkan melalui unit usaha transportasi, pihak
manajemen Wakaf Al-Azhar merancang beberapa program atau
kegiatan
6
khusus
untuk
mendukung terealisasinya
Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano.
aset
wakaf
58
transportasi, baik tranportasi darat, laut, maupun udara diantaranya
sebagai berikut:
a) Sosialisasi atau edukasi yang terus berkesinambungan kepada
masyarakat, mengingat wakaf transportasi merupakan sesuatu
yang baru dalam dunia perwakafan.
b) Marketing day, yaitu kegiatan mensosialisasikan wakaf
produktif dengan memasarkan produk-produk Wakaf Al-Azhar
kepada masyarakat dengan cara open table atau buka stand
wakaf di tempat-tempat strategis. Kegiatan ini rutin dilakukan
setiap pekan (hari jum’at) dan juga dilakukan pada event-event
tertentu seperti kegiatan seminar dan saat bulan Ramadhan.
c) Layanan jemput wakaf, yaitu layanan jemputan harta benda
wakaf yang dilakukan oleh pihak nazhir Wakaf Al-Azhar
kepada wakif yang hendak mewakafkan hartanya secara
langsung.
d) Tawaf Pro (Tabungan Wakaf Produktif), yaitu fasilitas
tabungan bagi para wakif (orang-orang yang berwakaf) untuk
melazimkan mereka dalam berwakaf secara rutin dengan
melakukan perencanaan wakaf kepada Wakaf Al-Azhar.
e) Sahabat Wakaf, yaitu tim marketing yang tidak digaji oleh
Wakaf Al-Azhar tapi mereka berkomitmen untuk menghimpun
dana wakaf dengan menjual berbagai produk-produk Wakaf
Al-Azhar.
59
f) CSR Abadi, yaitu program pengabadian dana CSR sebuah
perusahaan melalui wakaf. Dana CSR perusahaan nantinya
dijadikan aset wakaf produktif sarana transportasi. Keuntungan
yang diraih dari hasil produktifitas aset wakaf dana CSR
tersebut dibagikan kepada mauquf „alaih dan dicatat atas nama
pemberi CSR.7
Alhasil dari rancangan programming yang dibentuk oleh
manajemen Wakaf Al-Azhar dalam upaya mengoptimalkan potensi
wakaf, Wakaf Al-Azhar berhasil menghimpun amanah wakaf dari
umat sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Amanah Wakaf (2011 – 2014)
Tahun
Tunai
Aset
WWPA
Total
-
6.191.106.972
6.913.200.000
9.982.514.648
2011
519.756.972 5.671.350.000
2012
1.204.314.648 1.865.000.000
2013
1.116.596.240 5.450.000.000 15.858.000.000 22.424.596.240
2014
2.297.935.167 2.764.000.000 12.016.000.000 17.077.935.167
Pencapaian
55.676.153.027
Sumber: Brosur Wakaf Al-Azhar, “Dukung!!! Badan Usaha Milik Wakaf: Walau
Umur Terputus Pahala Mengalir Terus.” Edisi Juli 2015.
Pada Tabel 4.1 menunjukkan, amanah wakaf yang berhasil
dihimpun oleh Wakaf Al-Azhar dari tahun 2011-2014 merupakan hasil
perolehan harta benda wakaf secara keseluruhan dari berbagai program
wakaf produktif yang dikembangkan oleh Wakaf Al-Azhar, termasuk
salah satunya adalah wakaf transportasi. Terjadi fluktuatif dalam
perolehan wakaf pertahunnya, hal ini disebabkan masih minimnya
7
Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano.
60
pengetahuan masyarakat tentang wakaf produktif, oleh karena itu
masih perlunya peningkatan sosialisasi dan optimalisasi kegiatan
marketing produk wakaf produktif yang dikembangkan oleh Wakaf
Al-Azhar.
Dari perolehan wakaf tersebut pula, sebahagian sudah mulai
diinvestasikan ke dalam unit usaha transportasi darat, yaitu 8 unit Bus
Pariwisata dan diproduktifkan dengan cara disewakan. Bus Pariwisata
ini merupakan kerjasama Wakaf Al-Azhar dengan Karoseri Gunung
Mas, sebuah perusahaan pembuatan kendaraan bus yang berlokasi di
Madiun, Jawa Timur.8
d. Penjadwalan (scheduling)
Scheduling ditentukan untuk melakukan penunjukan waktu
menurut kronologi tertentu agar mencapai target yang diharapkan.
Penjadwalan yang dibentuk oleh Wakaf Al-Azhar dalam pengelolaan
wakaf transportasi adalah sebagai berikut:
-
Tahun 2014, Wakaf Al-Azhar menargetkan peluncuran 5 unit Bus
Pariwisata
untuk
selanjutnya
diproduktifkan
dengan
cara
disewakan.
-
Tahun 2015, Wakaf Al-Azhar menargetkan menambah kembali
tiga unit Bus Pariwisata dan terus mengembangkan jumlah unit bus
di tahun-tahun berikutnya.
8
Desmoreno, “Alhamdulillah, Wakaf Al-Azhar Launching Bis Pariwisata dan Akan
Disewakan,” artikel diakses pada 13 Agustus 2015 dari http://www.zonanews.net/alhamdulillahwakaf-al-azhar-launching-bis-pariwisata-dan-akan-disewakan/
61
Dari adanya perencanaan scheduling, bertepatan dengan Milad
Ke-62 YPI Al-Azhar (Ahad, 7 Maret 2014), Wakaf Al-Azhar
launching lima unit Bus Pariwisata ukuran medium (3/4) yang
diresmikan oleh Jusuf Kalla yang ditandai dengan pemotongan pita
yang didampingi oleh Direktur Eksekutif Wakaf Al-Azhar, M. Rofiq
Thoyyib Lubis. Turut hadir pula Ketua Umum YPI Al-Azhar, Bapak
Muhammad Suhadi, Praktisi Ekonomi Syari’ah, Bapak Ahmad
Riyawan Amin, Direktur PT. Arfina Margi Wisata dan para undangan
lainnya.9 Pada Juli 2015, Wakaf Al-Azhar kembali meluncurkan Bus
Pariwisata namun dengan ukuran besar sebanyak 3 unit.
Selain itu, Wakaf Al-Azhar juga menentukan perencanaan
jangka pendek, menengah, dan panjang, yaitu sebagai berikut:
1) Perencanaan
jangka
pendeknya
yaitu
pengelolaan
bisnis
transportasi darat berupa pengadaan Bus Pariwisata dengan
pengembangan unit pertahunnya dengan jalan disewakan.
2) Perencanaan jangka menengahnya yaitu pengelolaan bisnis
transportasi umum (transportasi massal) berupa travel-travel kecil
antar kota dan Bus antar kota antar provinsi (AKAP). Paling tidak
ada di tempat-tempat perwakilan Al-Azhar, seperti di Surabaya,
Solo dan Palembang.
3) Perencanaan jangka panjangnya yaitu Wakaf Al-Azhar masuk ke
sektor bisnis jasa transportasi laut dan udara. Transportasi laut
berupa kapal tangker untuk membantu penditribusian barang
9
Adhes Satria, “Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar Siap Disewakan,” artikel diakses pada
13 Agustus 2015 dari http://www.beritawakaf.com/2014/05/bus-pariwisata-wakaf-al-azharsiap.html?m=1
62
kebutuhan pokok di tanah air. Sedangkan transportasi udara berupa
maskapai Wakaf Air untuk tujuan khusus Haji dan Umroh.10
e. Penganggaran (budgeting)
Dalam menetapkan biaya atau anggaran, Wakaf Al-Azhar
menargetkan perolehan wakaf untuk mewujudkan wakaf transportasi
adalah minimal sebesar Rp. 1 Milyar. Wakaf Al-Azhar juga
menetapkan besaran donasi wakaf untuk wakaf transportasi sebesar
Rp. 25.000,-/donasi. Hal ini dilakukan agar program ini mampu
menyasar semua segmen donatur (wakif), sehingga memungkinkan
masyarakat dari berbagai kalangan bisa berwakaf, baik dengan
nominal kecil maupun dengan jumlah yang jauh lebih besar. Untuk
membiayai kegiatan operasionalnya, Wakaf Al-Azhar memecah
besaran donasi wakaf transportasi dengan rincian Rp. 20.000,- untuk
donasi wakaf transportasi dan Rp. 5.000,- untuk membiayai kegiatan
operasionalnya.
Dengan adanya perencanaan budgeting, peluncuran 5 unit Bus
Pariwisata Wakaf Al-Azhar terbentuk dari hasil sinergis Wakaf AlAzhar dengan PPPA yang dipimpin oleh Ustadz Yusuf Mansur untuk
meluncurkan wakafnya senilai Rp. 1 Milyar sebagai bentuk CSR
Abadi. Peluncuran Bus Pariwisata merupakan wujud nyata program
wakaf transportasi lembaga Wakaf Al-Azhar.11
10
11
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis.
Adhes Satria, “Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar Siap Disewakan.”
63
f. Pengembangan prosedur (development procedure)
Prosedur
pengelolaan
wakaf
transportasi
agar
mampu
mendatangkan nilai manfaat bagi kemaslahatan umat tentunya harus
dilakukan secara tepat dan profesional. Dalam hal ini, Wakaf Al-Azhar
menggunakan sebuah skema, yaitu donasi wakaf dari berbagai sumber
diproduktifkan untuk menghasilkan nilai manfaat bagi penerima
wakaf. Pada Gambar 4.1 menunjukkan gambaran skema pengelolaan
wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar.
Gambar 4.1
Skema Pengelolaan Wakaf Transportasi
Aset
Wakaf
Transportasi
Sumber
Wakaf
Hasil Investasi Produktif
Pendidikan
dan
Dakwah
Sumber: Diolah dari berbagai sumber.
Pada Gambar 4.1 dapat dijelaskan, bahwa dalam pengelolaan
wakaf transportasi sumber-sumber wakaf yang berhasil dihimpun oleh
Wakaf Al-Azhar kemudian dijadikan aset wakaf berupa alat
transportasi (darat, laut, maupun udara). Dikarenakan Wakaf Al-Azhar
hanya sebatas menghimpun dana, maka pengelolaan bus pariwisata ini
termasuk hal-hal yang menyangkut dengan transaksi penyewaannya
64
dilakukan secara profesional oleh PT Arfina Margi Wisata (Al-Azhar
Arfina Tours & Travel). Keuntungan yang diraih dari hasil
produktifitas aset wakaf transportasi di distribusikan ke penerima
wakaf dalam bidang pendidikan dan dakwah dengan di audit terlebih
dahulu oleh pihak manajemen Wakaf Al-Azhar dan YPI Al-Azhar.
Selain
itu,
Wakaf
Al-Azhar
juga
nantinya
akan
mengembangkan wakaf transportasi ini menjadi Badan Usaha Milik
Wakaf yang bergerak di bidang transportasi, baik transportasi darat,
laut, maupun udara.12
g. Penetapan dan interpretasi kebijakan (establishing and interpreting
policies)
Kebijakan yang dilakukan oleh manajemen Wakaf Al-Azhar
dalam menjalankan aktifitas pengelolaan wakaf transportasi adalah
mengantisipasi kemungkinan risiko-risiko yang timbul pada aset wakaf
transportasi di kemudian hari, yaitu dengan cara melakukan pendanaan
risiko atau mengalokasikan dana khusus untuk manajemen aset wakaf
transportasi (maintenance, pengembangan dan promosi), karena
pengelolaan wakaf transportasi termasuk ke dalam kategori risiko
besar (high risk). sehingga dibutuhkan cara yang tepat untuk menutupi
berbagai risiko yang mungkin dihadapi.13
12
13
Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano.
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis.
65
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganiasasian pada dasarnya merupakan proses pengalokasian
sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi atau lembaga berdasarkan
suatu desain organisasi tertentu. Untuk mengelola dan mengembangkan
harta benda wakaf dengan baik, tentunya dibutuhkan sumber daya nazhir
yang amanah, profesional, berwawasan luas, tekun dan berkomitmen
tinggi, mengingat dana wakaf yang diperoleh adalah notabene milik umat
yang harus dikelola secara amanah dan profesional agar dapat
dimanfaatkan
bagi
kemaslahatan
umat.
Maka
langkah-langkah
pengorganisasian yang dilakukan di lembaga Wakaf Al-Azhar adalah
sebagai berikut:
a. Pembagian tugas kerja
Pembagian tugas dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih
pekerjaan, karena setiap orang memiliki personal skill yang berbedabeda dan mempunyai keterbatasan dalam meningkatkan volume
pekerjaan. Oleh karena itu, pembagian tugas di lembaga Wakaf AlAzhar adalah sebagai berikut:
1) Direktur Eksekutif, bertanggungjawab atas segala aktifitas
pengelolaan harta benda wakaf di lembaga Wakaf Al-Azhar
dan berkoordinasi langsung dengan seluruh elemen lembaga,
baik internal maupun eksternal.
2) Direktur Program dan Keuangan, bertugas merancang dan
mengawasi jalannya program-program Wakaf Al-Azhar. Selain
itu tugasnya yakni mengatur penggunaan dana wakaf secara
66
efektif dan efisien dan menganalisis laporan keuangan
lembaga.
3) Direktur Marketing, bertugas membuat perencanaan untuk
mempromosikan produk atau program Wakaf Al-Azhar kepada
donatur atau calon wakif dan menentukan langkah-langkah
strategis lembaga dalam upaya menghimpun dana wakaf secara
optimal.
4) Staf Keuangan, bertugas melakukan pencatatan transaksi
keuangan dan pelaporan data transaksinya kepada Direktur
Keuangan.
5) Staf Administrasi, bertugas membuat laporan data-data penting
lembaga dan lain-lainnya yang berhubungan dengan kegiatan
pengadministrasian.
6) Staf Marketing, bertugas menghimpun dana wakaf dengan
mempromosikan produk-produk Wakaf Al-Azhar kepada calon
wakif, membuat laporan perolehan dan berkoordinasi langsung
dengan Direktur Marketing.
7) Customer Service, bertugas memberikan layanan informasi
kepada para customer (wakif dan calon wakif), baik mengenai
produk wakaf maupun informasi lainnya yang berhubungan
dengan kelembagaan.
8) Design Grafis, bertugas merancang segala sesuatu yang
berhubungan dengan grafis, terutama men-design atribut-
67
atribut penunjang aktifitas marketing, seperti: banner, brosur,
pamplet, dan lain sebagainya.14
b. Menetapkan struktur dan pemberian wewenang
Pemberian
wewenang
di
lembaga
Wakaf
Al-Azhar
dilaksanakan sesuai dengan garis koordinasi yang tercantum dalam
struktur organisasi atau struktur kepengurusan lembaga Wakaf AlAzhar. Pengelolaan wakaf transportasi khusus berada di bawah tugas
dan
wewenangnya
Direktur
Program
dan
Keuangan
yang
berkoodinasi langsung dengan pihak perusahan yaitu PT Arfina Margi
Wisata (lihat Gambar 3.1 pada Bab III). Selain itu, pengelolaan wakaf
transportasi ini juga di dukung oleh Direktur Marketing yang bertugas
menentukan langkah-langkah strategis dalam upaya menghimpun dana
wakaf untuk penyediaan sarana transportasi dan menjalin kerjasama
dengan perusahaan-perusahaan potensial.15
Selain orang-orang struktural, Wakaf Al-Azhar juga memiliki
sumber daya pendukung untuk menyerap potensi wakaf yang lebih
optimal, yaitu:
1) Tim 12, yaitu orang-orang profesional di bidang Asuransi yang
menjadi koordinator dari para Sahabat Wakaf.
2) Sahabat Wakaf, yaitu orang-orang yang berkomitmen untuk
menghimpun dana wakaf dengan menjual berbagai produk
Wakaf Al-Azhar. Sahabat Wakaf berada di bawah koordinasi
Tim 12 dan Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar.
14
15
Database Wakaf Al-Azhar.
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis.
68
3. Penggerakan (Actuiting)
Setelah dilakukan tahapan perencanaan dan pembagian tugas
sesuai dengan kapasitas kemampuan SDM-nya, tahapan selanjutnya
adalah
penggerakan
yang
merupakan
suatu
kegiatan
untuk
menggabungkan usaha-usaha anggota dari suatu kelompok atau divisi.
Tahap penggerakan juga berfungsi untuk mendorong seluruh elemen
lembaga agar mampu bekerja sesuai dengan ketentuan dan mampu
meningkatkan kinerja sebagai nazhir profesional untuk mencapai cita-cita
dan tujuan lembaga. Tahapan-tahapan yang dilakukan Wakaf Al-Azhar
dalam proses penggerakan adalah sebagai berikut:
a. Pengarahan
Tujuan diadakannya pengarahan tiada lain adalah untuk
membina kedisiplinan kerja para karyawan agar sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya dengan cara memberikan
arahan, pemberian motivasi dan bimbingan oleh pimpinan kepada
semua elemen yang ada di lembaga. Selain hal tersebut, pengarahan
juga dilakukan untuk memperkecil penyimpangan-penyimpangan dari
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan memudahkan untuk
mengevaluasinya.
Setiap karyawan di lembaga Wakaf Al-Azhar diberikan arahan,
motivasi dan bimbingan oleh pimpinannya agar melaksanakan
tugasnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Bentuk
pengarahannya dilakukan dengan cara diberikan instruksi dan arahan
oleh pimpinan melalui program Spiritual Care Community (SCC).
69
Spiritual Care Community merupakan kegiatan internal lembaga
Wakaf Al-Azhar yang dilakukan setiap pagi sebelum melakukan
aktifitas kerja. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan kinerja seluruh crew Wakaf Al-Azhar yang diperkaya
dengan siraman rohani.16
b. Pengkoordinasian
Upaya mencapai tujuan lembaga diperlukan sebuah tahap
koordinasi agar usaha-usaha yang dilakukan oleh masing-masing divisi
atau karyawan dapat sejalan dan terhindar dari miscommunication
antar karyawan di Wakaf Al-Azhar. Untuk menghindari hal tersebut,
maka pola koordinasi yang dilakukan di lembaga Wakaf Al-Azhar
dalam pengelolaan wakaf transportasi adalah dengan cara melakukan
komunikasi secara langsung melalui meeting atau mengadakan
pertemuan-pertemuan khusus sesuai dengan kebutuhan lembaga, baik
pertemuan dengan pihak internal lembaga maupun dengan pihak
eksternal.17
c. Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan
dilakukan
bertujuan
untuk
memecahkan permasalahan yang terjadi dengan menetapkan berbagai
alternatif yang paling tepat sesuai dengan kondisi lembaga. Dalam
melaksanakan aktifitas pengelolaan aset wakaf transportasi, proses
pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah mufakat dengan
16
17
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis.
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis.
70
melibatkan pihak-pihak yang mempunyai wewenang dan kredibilitas
tinggi dalam bidang jasa transportasi.18
4. Pengawasan (Controlling)
Fungsi pengawasan berperan sebagai sarana kontrol dalam
melaksanakan sebuah kegiatan. Pengawasan juga diperlukan untuk
menjaga keseimbangan antara perencanaan dengan kinerja
dilaksanakan.
Dalam
melaksanakan
aktifitas
pengelolaan
yang
wakaf
transportasi, proses pengawasan di Wakaf Al-Azhar dilakukan secara
rutin. Gambar 4.2 menunjukkan tahapan pengawasan yang dilakukan di
lembaga Wakaf Al-Azhar.
Gambar 4.2
Tahapan Pengawasan di Lembaga Wakaf Al-Azhar
Penetapan
Standar
Sumber:
Penilaian
Kinerja
Sudah Sesuai
Standar?
Tidak
Ya
Evaluasi dan
Pengambilan Tindakan
Tujuan
Tercapai
Diolah dari hasil wawancara dengan Muhammad Rofiq
Thoyyib Lubis dan Hendra Yuliano.
Berdasarkan keterangan pada Gambar 4.2, proses pengawasan
yang dilakukan di lembaga Wakaf Al-Azhar dapat dijelaskan sebagai
berikut:
18
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis.
71
a. Penetapan Standar
Penetapan standar diperlukan sebagai bahan patokan dan
memudahkan dalam melakukan tindakan korektif. Standar dalam
pengelolaan dan pengembangan wakaf transportasi tentu adanya SOP
(Standar Operasional Prosedur) tersendiri yang mengacu pada kode
etik syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
hal ini ada dua hal yang menjadi patokan, yaitu:
1) Standar pengelolaan wakaf
Standar pengelolaan wakaf transportasi pada Wakaf AlAzhar dilakukan secara produktif dan tentunya mengacu pada
aturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Undang-Undang
No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Dalam Pasal 43 dijelaskan:
pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dilakukan
secara produktif antara lain dengan cara pengumpulan, investasi,
penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan, agrobisnis,
pertambangan,
perindustrian,
pengembangan
teknologi,
pembangunan gedung, apartemen, rumah susun, pasar swalayan,
pertokoan,
perkantoran,
sarana
pendidikan
ataupun
sarana
kesehatan yang tidak bertentangan dengan syari’ah. Yang
dimaksud dengan lembaga penjamin syari’ah adalah badan hukum
yang menyelenggarakan kegiatan penjaminan atas sesuatu kegiatan
usaha yang dapat dilakukan dengan antara lain melalui skim
72
asuransi syari’ah atau skim lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.19
2) Standar pengelolaan bisnis
Dalam pengelolaan bisnisnya, Pemerintah mewajibkan
bahwa dalam pengelolaan bisnis layanan jasa transportasi harus
dijalankan oleh pihak perusahaan yang mempunyai kewenangan
secara hukum dan telah mengantongi ijin dalam menjalankan
aktifitas bisnis tersebut. Oleh karena itu, Wakaf Al-Azhar bermitra
dengan PT Arfina Margi Wisata sebagai salah satu unit usaha YPI
Al-Azhar yang bergerak di bidang tours and travel yang
memberikan penyelenggaraan perjalanan mulai dari ticketing,
akomodasi hotel/penginapan, sampai penyediaan transportasi, baik
untuk perjalanan darat, laut, maupun udara, baik domestik maupun
internasional. Sebagai usaha perjalanan ibadah Haji dan Umrah, PT
Arfina Margi Wisata telah mengantongi Ijin Penyelenggaraan
Perjalanan Ibadah Haji Khusus PPIHK:
D/511 dan Ijin
Penyelenggaraan Perjalanan Umrah dari Departemen Agama
PPIU: D/14.20
b. Penilaian Kinerja
Agar terhindar dari penyimpangan terhadap ketentuanketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka Wakaf Al-Azhar
19
Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf,
2013), h. 33.
20
YPI Al-Azhar, “Al-Azhar Arfina Tours & Travel,” artikel diakses pada 12 Agustus
2015 dari http://alazhararfinatravel.com/?page_id=4067
73
melakukan proses cross check dan monitoring mulai dari aktifitas
marketing, pemeliharaan aset wakaf (Bus Pariwisata) hingga
pengelolaan bisnisnya.
Proses cross check dan monitoring dilakukan secara berkala
mulai dari per bulan, per tiga bulan sampai per tahun dengan cara
melakukan survey langsung ke beberapa pihak, diantaranya:
1) Kepada PT Arfina Margi Wisata (Al-Azhar Arfina Tours &
Travel)
selaku
operator
dalam
menjalankan
aktifitas
penyewaan Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar.
2) Kepada user atau customer (pengguna jasa transportasi atau
pengguna Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar).
3) Kepada Supir dan Kondektur bus.21
c. Evaluasi
Dalam proses evaluasi, Wakaf Al-Azhar melaksanakannya
dalam bentuk laporan pertanggungjawaban (LPJ), baik pelaporan dari
sisi kinerja karyawan, laporan keuangan dan laporan-laporan
pertanggungjawaban lainnya. Proses evaluasi dalam bentuk laporan
pertanggungjawaban ini dilaksanakan per tiga bulan, karena dalam
pengelolaan wakaf transportasi ini Wakaf Al-Azhar belum mempunyai
PIC (Person In Charge) atau penanggung jawab sendiri yang secara
konsen memonitoring pengelolaan wakaf transportasi.22
21
22
Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano.
Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano.
74
B. Upaya Wakaf Al-Azhar dalam Menjaga Kelestarian Aset Wakaf
Transportasi
Dalam melaksanakan kewajibannya selaku nazhir yang amanah dan
profesional, Wakaf Al-Azhar tentunya harus melakukan pengelolaan dan
pengembangan harta benda wakaf yang telah berhasil dihimpunnya sesuai
dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya dengan memperhatikan kaidah atau
prinsip-prinsip syari’ah Islam.
Pengertian wakaf yang disusun oleh ulama dan dimuat dalam kitabkitab fiqih merujuk kepada Sabda Nabi Saw yang menyatakan bahwa harta
pokok harus tertahan (tidak habis karena dipakai) dan yang disedekahkan
adalah hasil atau manfaatnya. Oleh karena itu, salah satu syarat wakaf adalah
bahwa objek wakaf harus kekal, tidak habis karena dikonsumsi atau
dimanfaatkan.23
Wakaf transportasi merupakan salah satu pengembangan harta benda
wakaf yang dilakukan secara produktif oleh lembaga Wakaf Al-Azhar. Dalam
pengelolaan dan pengembangannya terdapat kemungkinan risiko yang timbul
pada aset wakaf transportasi yang dapat berakibat pada ketidaktetapan nilai
wakafnya, mengingat sifat kendaraan ada masa aus-nya (masa ekonomisnya
habis) dan memiliki risiko tinggi (high risk) dalam pengembangannya,
sehingga diperlukan upaya untuk mengelola risiko-risiko yang mungkin
terjadi di kemudian hari.
Menurut Irham Fahmi, risiko atau (risk) didefinisikan sebagai bentuk
keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya
23
Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 94.
75
(future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan
pada saat ini.24
Risiko
utama
dalam
pengembangan
wakaf
produktif
adalah
berkurangnya nilai harta benda wakaf yang dikelola. Dalam perspektif
manajemen risiko, perlu diidentifikasi secara rinci hal-hal yang dapat
menyebababkan nilai harta benda wakaf produktif tersebut berkurang. Di sini
akan diuraikan sedikit penyebab umum yang mungkin terjadi. Penyebabpenyebab umum yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Kerugian dari usaha pengembangan wakaf itu sendiri. Kerugian dapat
timbul karena risiko bisnis maupun risiko finansial.
2. Depresiasi natural. Bangunan yang diwakafkan secara alamiah
berkurang nilainya karena depresiasi, demikian pula wakaf tunai dalam
bentuk uang akan tergerus nilainya oleh inflasi.
3. Terjadinya peristiwa-peristiwa force majeur seperti kecelakaan,
bencana alam, kebakaran ataupun kebanjiran.
4. Kelalaian atau ketidakamanahan nazhir.25
Jika hal-hal tersebut terjadi dalam pengelolaan wakaf transportasi,
kemungkinan tidak hanya nilai harta wakafnya saja yang berkurang,
melainkan kelestarian aset wakafnya perlahan akan hilang. Sementara tugas
nazhir adalah menjaga harta benda wakaf secara amanah dan profesional,
terutama hal-hal yang menyangkut dengan kelestariannya. Pengelolaan dan
pengembangan wakaf transportasi yang tergolong ke dalam kategori risiko
24
Irham Fahmi, Manajemen: Teori, Kasus dan Solusi, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 279.
Bey Sapta Utama, “Aspek Manajemen Risiko dalam Pengembangan Wakaf Produktif,”
artikel
diakses
pada
10
Agustus
2015
dari
http://republika.co.id:8080/berita/36559/Aspek_Manajemen_Risiko_dalam_Pengembangan_Waka
f_Produktif
25
76
besar (high risk) mengharuskan Wakaf Al-Azhar menentukan langkahlangkah cermat dalam mengelola risiko yang kemungkinan terjadi pada aset
wakaf transportasi. Menurut Irham Fahmi, pada dasarnya risiko dapat dikelola
dengan 4 (empat) cara, yaitu:26
1. Memperkecil Risiko
Keputusan untuk memperkecil risiko adalah dengan cara tidak
memperbesar setiap keputusan yang mengandung risiko tinggi tapi
membatasinya bahkan meminimalisasinya agar risiko tersebut tidak
menambah menjadi besar di luar dari kontrol manajemen perusahaan.
2. Mengalihkan Risiko
Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita
terima tersebut kita alihkan ke tempat lain sebagian, seperti dengan
keputusan mengasuransikan bisnis guna menghindari terjadinya risiko
yang sifatnya tidak diketahui kapan waktunya.
3. Mengontrol Risiko
Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan
kebijakan mengantisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu
terjadi.
4. Pendanaan Risiko
Keputusan
menyediakan
pendanaan
sejumlah
dana
risiko
sebagai
adalah
menyangkut
cadangan
(reserve)
dengan
guna
mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian hari.
26
Irham Fahmi, Manajemen: Teori, Kasus dan Solusi, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 283.
77
Upaya-upaya yang dilakukan pihak manajemen Wakaf Al-Azhar
dalam mengelola risiko-risiko yang kemungkinan timbul dalam pengelolaan
wakaf transportasi agar kelestarian aset wakafnya tetap terjaga adalah sebagai
berikut:
1. Memperkecil risiko dengan menjalin kemitraan
Dalam upaya memproduktifkan harta benda wakaf melalui bisnis
jasa layanan transportasi, Wakaf Al-Azhar terlebih dahulu melakukan
visibility study yang memadai terhadap bisnis transportasi, baik dari sisi
peluang maupun tantangan bisnisnya. Hal ini bertujuan agar sektor usaha
yang digeluti dapat berjalan sesuai dengan harapan dan cita-cita lembaga
dan tentunya untuk meminimalisir risiko-risiko yang kemungkinan timbul
di kemudian hari.
Dalam mengelola wakaf transportasi, tentunya dibutuhkan pula
sumber daya profesional yang menangani secara khusus aktifitas
pengelolaan bisnisnya, agar produktifitas aset wakaf dapat terorganisir
dengan baik. Oleh karena itu agar pengelolaannya sukses dan terhindar
dari kerugian, Wakaf Al-Azhar menjalin kemitraan dengan PT Arfina
Margi Wisata (Al-Azhar Arfina Tours & Travel) sebagai operator dalam
menjalankan aktifitas penyewaan Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar, karena
secara lisensi hukum Wakaf Al-Azhar adalah lembaga sosial yang
bergerak di bidang perwakafan dan tidak punya kapasitas dalam
menjalankan aktifitas bisnis secara langsung. Akan tetapi dalam hal ini,
Wakaf Al-Azhar berfungsi sebagai holding company dan sebagai investor.
78
Kemudian,
Wakaf
Al-Azhar
juga
bertugas
monitoring
aktifitas
pengelolaan bisnisnya yang dilakukan oleh PT Arfina Margi Wisata.
Selain itu, Wakaf Al-Azhar juga memiliki advisor yang bergerak
langsung di bidang jasa transportasi yaitu: Bapak Syahril Yeddi. Beliau
adalah seorang praktisi di bidang jasa transportasi khususnya transportasi
darat, sehingga ketika pengadaan unit sampai dengan tahap evaluasi,
campur tangan advisor juga diikut sertakan untuk memastikan bahwa dana
wakaf bisa dikelola dengan baik, menghasilkan dan terhindar dari
kerugian.27
2. Mengalihkan risiko dengan Asuransi
Dalam layanan jasa transportasi, hal-hal yang menyangkut dengan
keamanan dan keselamatan menjadi prioritas utama. Hal tersebut
dikarenakan dalam aktifitas pengoperasian transportasi kemungkinan
risiko kecelakaan sangatlah besar, sehinggga dibutuhkan adanya jaminan
keselamatan atas kendaraannya maupun penumpangnya.
Mengantisipasi terjadinya risiko kecelakaan yang dapat berdampak
pada berkurangnya nilai harta wakaf bahkan punahnya aset wakaf
transportasi, Wakaf Al-Azhar meng-cover aset wakaf tersebut dengan cara
diasuransikan, agar ketika terjadi kerusakan biaya perbaikan ditanggung
oleh pihak Asuransi. Asuransi yang dipilih oleh Wakaf Al-Azhar tentunya
asuransi yang berbasis syari’ah, yaitu Asuransi Takaful.
27
Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano.
79
3. Mengontrol Risiko
Keputusan mengontrol risiko bertujuan untuk mengantisipasi
timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi. Hal ini dilakukan pihak Wakaf
Al-Azhar dengan melakukan proses cross check baik terhadap aset
wakafnya maupun terhadap pihak perusahaan (PT Arfina Margi Wisata)
dan pihak-pihak yang dilibatkan langsung dalam pengelolaan wakaf
transportasi.
4. Pendanaan Risiko
Pendanaan risiko bertujuan untuk menyediakan sejumlah dana
sebagai cadangan (reserve) guna mengantisipasi timbulnya risiko di
kemudian hari. Sesuai dengan karakternya, aset wakaf transportasi yang
berupa kendaraan terdapat masa aus dimana umur ekonomisnya cepat
habis berdasarkan kurun waktu tertentu, apalagi jika digunakan secara
terus menerus tanpa dibarengi dengan pemeliharaan yang baik dan apik.
Padahal secara konsep fiqih, salah satu syarat wakaf adalah bahwa objek
wakaf harus kekal, tidak habis karena dikonsumsi atau dimanfaatkan.28
Oleh karena itu, hal-hal yang menyangkut dengan upaya melestarikan
harta benda wakaf dinilai sangat urgent, salah satunya yakni dengan
melakukan pendanaan risiko.
Risiko depresiasi (penyusutan) nampaknya menjadi salah satu
risiko yang perlahan mampu menggerus nilai harta wakaf transportasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pada Gambar 4.3 dijelaskan Wakaf AlAzhar mendanai risiko tersebut dengan cara mengalokasikan dana khusus
28
Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, h. 94.
80
sebesar 30% dari hasil produktifitas aset wakaf untuk biaya manajemen
aset wakaf transportasi.
Gambar 4.3
Persentase Pembagian Hasil Produktifitas
Aset Wakaf Transportasi
Nazhir
20%
Manajemen
Aset
30%
Sumber:
Mauquf
'Alaih
50%
Hasil Wawancara dengan Hendra Yuliano, Direktur Marketing
Wakaf Al-Azhar.
Berdasarkan
keterangan
yang
terdapat
pada
Gambar
4.3
menunjukkan bahwa persentase pembagian hasil produktifitas aset wakaf
transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar adalah 50% untuk mauquf
„alaih, 30% untuk manajemen aset (maintenance, pengembangan dan
promosi), dan 20% untuk Nazhir. Alokasi dana 30% itulah yang
digunakan
Wakaf
Al-Azhar
untuk
menutupi
risiko
depresiasi
(penyusutan).
Berkaitan dengan persentase pembagian hasil produktifitas aset
wakaf tersebut, secara konsep fiqih tidak ada dalil yang menyebutkan
besaran persentasenya. Namun Nabi Saw pernah bersabda ketika Umar
mendapatkan tanah di Khaibar, “Tahan pokoknya dan sedekahkan
hasilnya.” Kemudian mengenai bagian pengurus harta wakaf (Nazhir),
dalam hadist yang sama Nabi bersabda: “Dan tidak mengapa atau tidak
81
dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari
hasilnya dengan cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak
bermaksud menumpuk harta.”
Mengenai hal tersebut, di Indonesia legislasi nasional yang secara
khusus mengatur perwakafan dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004
tentang Wakaf menyebutkan, pada Pasal 12 dijelaskan nazhir dapat
menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan
harta benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh persen).29
Namun dalam pengelolaan aset wakaf transportasi, pihak Wakaf
Al-Azhar berijtihad dengan meminta sistem tersendiri kepada Badan
Wakaf
Indonesia
(BWI)
bahwasanya
dalam
pengelolaan
wakaf
transportasi hasil produktifitas aset wakafnya tidak seluruhnya disalurkan
ke mauquf „alaih, melainkan disisihkan sebahagian untuk peremajaan dan
penggantian unit baru ketika umur ekonomisnya habis. Persentasenya
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya pada Gambar 4.3.
Menyangkut
dengan
permasalahan
depresiasi
(penyusutan),
Maringan Masry Simbolon mengemukakan bahwa: “Kendaraan sedan
disusutkan kira-kira 10% pertahun, sedangkan kendaraan-kendaraan
lainnya lebih tinggi yaitu 20% dari umur kendaraan.”30 Hal ini sejalan
dengan yang dilakukan oleh pihak manajemen Wakaf Al-Azhar terhadap
aset wakaf transportasi yang saat ini berupa Bus Pariwisata. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis selaku
Direktur Eksekutif Wakaf Al-Azhar, menyatakan bahwa: “Wakaf Al29
30
h. 103.
Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, h. 6.
Maringan Masry Simbolon, Ekonomi Transportasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003),
82
Azhar mentargetkan nilai depresiasi di tahun ke lima nilainya sudah 0.
Paling tidak, ketika nilainya sudah mencapai 60% lalu dijual sisanya 40%
itu jadi 0, dengan target depresiasi pertahunnya sebesar 20%.”31
Berkaitan dengan umur ekonomis sebuah bus, Maringan Masry
Simbolon juga mengemukakan bahwa: “Suatu kendaraan bisa bertahan
kira-kira 10 tahun. Bus dan truk maupun minivan (truk kecil bak tertutup)
kira-kira 5 tahun.”32 Sejalan dengan hal tersebut, Wakaf Al-Azhar
menentukan umur ekonomis Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar maksimal
berada di angka 5 tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak
Hendra Yuliano selaku Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar, menyatakan
bahwa:
“Umur ekonomis umumnya adalah 10 tahun untuk bus, Wakaf AlAzhar malah membuatnya di angka 5 tahun. Harapannya dari pengelolaan
5 tahun pertama ini bisa beli unit baru di tahun ke lima. Jadi di tahun ke
lima itu dari satu unit berkembang menjadi dua unit. Tapi yang pertama itu
ada kemungkinan di jual untuk menambah pembelian unit baru atau tetap
diberdayakan sampai tahun ke 10. Jadi artinya, dana wakaf itu idealnya
adalah berkembang.”33
C. Analisis Hasil Penelitian
Secara garis besar, penerapan manajemen dalam pengelolaan wakaf
transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar telah menganut pada fungsi-fungsi
manajerial sebagaimana yang dikemukakan oleh George R. Terry, mulai dari
tahap perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan sudah
berjalan dengan baik, meskipun ada beberapa kekurangan yang masih harus
diperbaiki, berikut uraiannya:
31
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis.
Maringan Masry Simbolon, Ekonomi Transportasi, h. 103.
33
Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano.
32
83
1. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini Wakaf Al-Azhar mempunyai master plan yang
diwujudkan dengan adanya perencanaan jangka pendek, menengah, dan
panjang dalam pengelolaan wakaf transportasi, sehingga hal itu
menunjukkan
komitmen
lembaga
dalam
upaya
mengembangkan
perwakafan nasional melalui pengelolaan aset wakaf produktif berupa alat
transportasi yang sudah di mulai dengan transportasi darat. Dalam upaya
memaksimalkan potensi-potensi wakaf, Wakaf Al-Azhar menentukan
donasi wakaf transportasi sebesar Rp. 25.000,-/ donasi, hal ini penulis nilai
sebagai salah satu strategi yang tepat dalam menumbuhkan masyarakat
akan budaya berwakaf karena nilai donasi wakafnya yang tidak terlalu
besar, sehingga memungkinkan masyarakat dari semua segmen mampu
untuk berwakaf dengan nominal tersebut maupun dengan nominal yang
jauh lebih besar lagi dan hal ini akan berdampak pula pada perubahan
mindset masyarakat bahwasanya untuk bisa berwakaf tidaklah harus
menunggu kaya terlebih dahulu.
Perencanaan yang matang juga penulis nilai dari adanya kebijakan
pihak manajemen Wakaf Al-Azhar dalam mengelola wakaf transportasi
dengan cara menjalin sistem kemitraan dengan PT Arfina Margi Wisata
sebagai operator profesional dalam melakukan aktifitas bisnisnya. Selain
itu, Wakaf Al-Azhar juga mempersiapkan alokasi dana khusus untuk
manajemen
aset
wakaf
transportasi,
mengingat
berbagai
risiko
kemungkinan terjadi pada aset wakafnya, karena sebagaimana hasil
wawancara dengan Bapak Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis selaku
84
Direktur Eksekutif Wakaf Al-Azhar, menyatakan bahwa pengelolaan
wakaf transportasi termasuk ke dalam kategori risiko besar (high risk),
sehingga dibutuhkan upaya untuk menutupi risiko tersebut.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Dari segi pengorganisasian, lembaga Wakaf Al-Azhar termasuk ke
dalam kategori struktur kepengurusan yang ramping dan tentunya masih
membutuhkan banyak SDM profesional sesuai bidangnya agar Wakaf AlAzhar semakin progressive lagi kedepannya. Namun jika menambah
SDM, konsekuensinya akan menambah pula anggaran untuk nazhir.
Wakaf Al-Azhar juga dirasa masih kurang mempunyai tim
Marketing, padahal secara kelembagaan peran tim Marketing sangatlah
penting karena mereka dinilai sebagai ujung tombak lembaga dalam
memperoleh dana wakaf dari wakif. Akan tetapi, Wakaf Al-Azhar
mensiasatinya dengan membentuk orang-orang non-struktural seperti Tim
12 dan Sahabat Wakaf yang notabene adalah orang-orang profesional di
bidang marketing. Mereka tidak digaji oleh pihak lembaga, namun
berkomitmen untuk menghimpun dana wakaf sehingga tidak menambah
biaya operasional lembaga untuk menggaji mereka. Konsekuensinya citra
lembaga menjadi taruhannya. Pihak manajemen tidak bisa mengontrol
mereka secara luwes sebagaimana yang diberlakukan kepada para crew
internal Wakaf Al-Azhar. Oleh karena itu, masih perlunya peningkatan
baik dalam proses perekrutan maupun monitoring aktifitas marketingnya,
sehingga nantinya tidak merugikan pihak lembaga.
85
3. Penggerakan (Actuiting)
Wakaf Al-Azhar sebagai salah satu nazhir wakaf di tanah air
sangat menjunjung tinggi nilai profesionalisme kinerja karyawannya,
sehingga setiap karyawan di lembaga Wakaf Al-Azhar selalu diberikan
arahan dan bimbingan agar memaksimalkan kinerjanya dalam mengelola
amanah aset wakaf umat. Hal ini menjadi point penting, sehingga
memudahkan
langkah
koordinasi
dan
konsolidasi
dalam
proses
pengelolaan wakaf transportasi.
Dalam proses penggerakan, nampaknya Wakaf Al-Azhar masih
perlu meningkatkan sosialisasi dan edukasi secara berkesinambungan
kepada masyarakat tentang wakaf produktif lembaga Wakaf Al-Azhar
khususnya mengenai wakaf transportasi, agar budaya sedekah jariyah
(wakaf) dapat terus meningkat di kalangan masyarakat, sehingga akan
berdampak pada kemajuan perwakafan di tingkat nasional.
4. Pengawasan (Controlling)
Pada tahap ini, Wakaf Al-Azhar telah memiliki standar dalam
pengelolaan wakaf transportasi untuk mencapai keberhasilan dalam proses
pengelolaan aset wakaf. Proses pengawasan dilakukan secara berkala
mulai dari per bulan, per tiga bulan sampai per tahun dengan melakukan
survey langsung kepada pihak PT Arfina Margi Wisata, kepada user atau
customer (pengguna jasa Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar), dan kepada
supir serta kondektur untuk memastikan bahwa tingkat pelayanan
86
dilakukan secara optimal dan pengambilan tindakan jika terjadi hal-hal di
luar ketentuan.
Proses evaluasi yang dilakukan pihak Wakaf Al-Azhar kepada PT
Arfina Margi Wisata sebagai operator penyewaan bus dilakukan dalam
bentuk laporan pertanggungjawaban (LPJ), baik pelaporan dari sisi kinerja
karyawan, laporan keuangan dan laporan-laporan pertanggungjawaban
lainnya. Proses evaluasi dalam bentuk LPJ ini hanya dilakukan per tiga
bulan,
penulis
menyarankan
evaluasi
dalam
bentuk
laporan
pertanggungjawaban ini idealnya dilakukan minimal bulanan agar
nantinya tidak terlalu menumpuk permasalahan dan dapat segera
dilakukan tindakan. Kemudian karena banyaknya program wakaf
produktif yang dikembangkan oleh Wakaf Al-Azhar, maka alangkah lebih
baiknya Wakaf Al-Azhar memiliki PIC (Person In Charge) yang secara
konsen melakukan monitoring proses pengelolaan wakaf transportasi, agar
proses evaluasi dapat berjalan lebih maksimal.
Berkaitan dengan keputusan Wakaf Al-Azhar dalam meng-cover
aset wakaf transportasi dengan Asuransi berbasis syari’ah (Takaful), hal
ini penulis nilai sebagai salah satu bentuk jaminan dari pihak lembaga
Wakaf Al-Azhar terhadap kelestarian aset wakafnya, mengingat sifat
kendaraan yang sarat akan risiko kecelakaannya cukup besar dan dapat
berakibat pada berkurang bahkan punahnya aset wakaf. Hal ini sejalan
dengan ketentuan pengelolaan wakaf produktif yang tercantum dalam
Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Pada Pasal 43 poin 3
disebutkan, bahwasanya dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta
87
benda wakaf diperlukan adanya penjamin, maka digunakan lembaga
penjamin syaria’ah.34
Yang dimaksud dengan lembaga penjamin syari’ah adalah badan
hukum yang menyelenggarakan kegiatan penjaminan atas sesuatu kegiatan
usaha yang dapat dilakukan dengan antara lain melalui skim asuransi
syari’ah atau skim lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.35 Hal tersebut telah diterapkan oleh lembaga
Wakaf Al-Azhar dalam pengelolaan wakaf transportasi sebagai bentuk
antisipasi terhadap kemungkinan risiko yang dapat merusak aset
wakafnya, sehingga aset wakafnya dapat terus menerus dimanfaatkan
untuk kemaslahatan umat.
34
35
Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, h. 14.
Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, h. 33.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah meneliti, membahas dan menguraikan tentang Manajemen
Wakaf Transportasi pada Lembaga Wakaf Al-Azhar, maka penulis
mendapatkan kesimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan manajemen dalam pengelolaan wakaf transportasi pada
lembaga Wakaf Al-Azhar dimulai dari aspek perencanaan yang salah
satunya terwujud dengan adanya kegiatan pemrograman (programing),
sehingga
Wakaf
Al-Azhar
dapat
merealisasikan
program
wakaf
transportasi dengan meluncurkan Bus Pariwisata untuk diproduktifkan.
Tahap selanjutnya pengorganisasian, untuk mempermudah proses kerja
pengelolaan wakaf transportasi berada di bawah naungan dan tugas
Direktur Program dan Keuangan yang berkoordinasi langsung dengan PT
Arfina Margi Wisata. Selanjutnya tahap penggerakan, semua elemen
lembaga diberikan arahan dan bimbingan oleh pimpinan agar proses
koordinasi berjalan lancar dan pengambilan keputusan berjalan dengan
baik sesuai dengan kewenangan dalam garis struktural. Tahap terakhir
adalah pengawasan, Wakaf Al-Azhar melakukan proses evaluasi dalam
pengelolaan wakaf transportasi yang dilakukan secara berkala, mulai dari
per bulan, pertiga bulan, sampai per tahun. Namun evaluasi dalam bentuk
laporan pertanggungjawaban (LPJ) masih dilakukan pertiga bulan.
88
89
2. Upaya yang dilakukan manajemen Wakaf Al-Azhar dalam menjaga
kelestarian aset wakaf transportasi adalah meng-cover aset wakafnya
dengan Asuransi yang berbasis syari’ah (Takaful) sebagai bentuk jaminan
atas kelestarian aset wakafnya jika terjadi risiko-risiko terhadap aset
wakafnya, seperti halnya risiko kecelakaan. Selain itu, Wakaf Al-Azhar
juga mengalokasikan dana sebesar 30% dari hasil produktifitas aset
wakafnya untuk peremajaan dan penggantian unit bus baru ketika umur
ekonomisnya habis. Alhasil, saat ini aset wakafnya tetap lestari dan masih
terus di produktifkan, bahkan unit busnya mulai berkembang dari 5 unit
menjadi 8 unit. Meskipun perkembangannya belum terlalu signifikan,
namun Wakaf Al-Azhar dirasa berhasil dalam pengelolaan wakaf
transportasi ini.
B. Saran
1. Sebagai lembaga pengelola wakaf profesional, Wakaf Al-Azhar harus
lebih maksimal dalam mengedukasi dan mensosialisasikan wakaf
produktif di kalangan masyarakat, khususnya mengenai wakaf transportasi
agar mampu menyerap potensi wakaf yang lebih optimal dan peningkatan
mutu lembaga yang lebih progressive.
2. Perlunya peningkatan dalam hal maintenance aset wakaf transportasi
supaya aset wakaf maupun nilai wakafnya tetap terjaga kelestariannya
hingga akhir zaman, bahkan idealnya adalah berkembang sehingga
manfaatnya bisa terus dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat.
90
3. Peningkatan aspek transparansi dana wakaf dinilai sangatlah penting agar
wakif dapat mengetahui perkembangan harta yang telah diwakafkan,
sehingga tingkat kepercayaan wakif terhadap lembaga Wakaf Al-Azhar
semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemah. Depok: SABIQ, 2009.
A. Najib, Tuti dan al-Makassary, Ridwan, ed. Wakaf, Tuhan dan Agenda
Kemanusiaan. Ciputat: Center for the Study of Religion and Culture,
2006.
Athoillah, Anton. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.
Azis, Abdul. Manajemen Investasi Syari’ah. Bandung: Alfabeta, 2010.
Djunaidi, Ahmad dan Al-Asyhar, Thobieb. Menuju Era Wakaf Produktif: Sebuah
Upaya Progresif Untuk Kesejahteraan Umat. Jakarta: Mitra Abadi Press,
2006.
Edwin Nasution, Mustafa dan Hasanah, Uswatun, ed. Wakaf Tunai Inovasil
Finansial Islam: Peluang dan Tantangan Dalam Mewujudkan
Kesejahteraan Umat. Jakarta: Program Studi Timur Tengah dan Islam
Universitas Indonesia, 2006.
Fahmi, Irham. Manajemen Kepemimpinan: Teori dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta, 2013.
____________. Manajemen: Teori, Kasus dan Solusi. Bandung: Alfabeta, 2012.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek. Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013.
Halim, Abdul. Hukum Perwakafan di Indonesia. Ciputat: Ciputat Press, 2005.
Handoko, T. Hani. Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 2002.
Hasan, Sudirman. Wakaf Uang: Perspektif Fiqih, Hukum Positif dan Manajemen.
Malang: UIN Maliki Press, 2011.
Hasanuddin. Manajemen Dakwah. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005.
Kementrian Agama RI. Wakaf Uang dan Prospek Ekonomi di Indonesia. Jakarta:
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat
Pemberdayaan Wakaf. 2013.
___________________. Dinamika Perwakafan di Indonesia dan Berbagai
Belahan Dunia. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013.
91
92
___________________. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang
Wakaf. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013.
Masry Simbolon, Maringan. Ekonomi Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia,
2003.
Mubarok, Jaih. Wakaf Produktif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008.
Muslim. Shahih Muslim. Riyadh: Darus-Salam, 1998.
Muzarie, Mukhlisin. Hukum Perwakafan dan Implementasinya Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat: Implementasi Wakaf di Pondok Modern
Darussalam Gontor. Jakarta: Kementrian Agama, 2010.
Nasution, M Nur. Manajemen Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004.
P. Siagian, Sondang. Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Edisi-3, Cet-4.
Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. Penerjemah Muhammad Mas
Rida. Jakarta: Khalifa, 2004.
R. Terry, George. Prinsip-Prinsip Manajemen. Penerjemah J-Smith D.F.M.
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
Rahmawati, Yuke. Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah. Ciputat: UIN Jakarta
Press, 2013.
Rodoni, Ahmad. Investasi Syari’ah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009.
S.P Hasibuan, Malayu. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta:
Bumi Aksara, 2006.
Siswanto. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.
Sule, Ernie Tisnawati dan Saefullah, Kurniawan. Pengantar Manajemen. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup, 2005.
Umam, Khaerul. Manajemen Perkantoran: Referensi untuk Para Akademisi dan
Praktisi. Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Usman, Husaini dan Setiady Akbar, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
W. Griffin, Ricky. Manajemen. Penerjemah Gina Gania. Jakarta: Erlangga, 2004.
Winardi. Asas-Asas Manajemen. Bandung: CV Mandar Maju, 2010.
93
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori – Aplikasi.
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007.
Sumber Internet :
Desmoreno.“Alhamdulillah, Wakaf Al-Azhar Launching Bis Pariwisata dan Akan
Disewakan.” Artikel diakses pada 13 Agustus 2015 dari
http://www.zonanews.net/alhamdulillah-wakaf-al-azhar-launching-bispariwisata-dan-akan-disewakan/
Nasrulloh, Nasih. “Al-Azhar Jakarta, Potret Wakaf Sukses di Metropolitan.”
Artikel
diakses
pada
15
April
2015
dari
http://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/wakaf/13/12/26/myejks6alazhar-jakarta-potret-wakaf-sukses-di-metropolitan
Satria, Adhes. “Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar Siap Disewakan.” Artikel diakses
pada 13 Agustus 2015 dari http://www.beritawakaf.com/2014/05/buspariwisata-wakaf-al-azhar-siap.html?m=1
Sapta Utama, Bey. “Aspek Manajemen Risiko dalam Pengembangan Wakaf
Produktif.” Artikel diakses pada 10 Agustus 2015 dari
http://republika.co.id:8080/berita/36559/Aspek_Manajemen_Risiko_dala
m_Pengembangan_Wakaf_Produktif
Wakaf Al-Azhar.”Momentum 2015 Saatnya Wakaf Berjihad. Artikel diakses pada
http://wakafalazhar.or.id/artikel/113
Agustus
2015
dari
Momentum+2015+%22Saatnya+Wakaf+Berjihad%22/
YPI Al-Azhar. “Al-Azhar Arfina Tours & Travel.” Artikel diakses pada 12
Agustus 2015 dari http://www.al-azhar.or.id/indx.php/usaha/alazhar-arfina
LAMPIRAN – LAMPIRAN
HASIL TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber
: Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis
Jabatan
: Direktur Eksekutif Wakaf Al-Azhar
Waktu
: Rabu, 13 Mei 2015
Pukul
: 10.00 WIB
Tempat
: Kantor Wakaf Al-Azhar
1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya lembaga Wakaf Al-Azhar dan
siapakah pelopor utamanya?
Wakaf Al-Azhar memang keputusan Yayasan untuk mendirikan
wakaf, mengingat semangat dari Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar ini adalah
pendidikan yang terbaik untuk bangsa kita khususnya umat Islam dan juga
bisa pendidikan ini diberikan kepada seluruh kalangan. Karena Yayasan
Pesantren Islam Al-Azhar ini berdiri di tengah kota Jakarta yang notabene Ibu
Kota Negara dan begitu banyaknya persaingan pendidikan yang sangat luar
biasa, sehingga orang-orang yang berduit itu lebih senang menyekolahkan
anaknya ke sekolah-sekolah yang bergengsi (mahal) dan berkualitas, maka AlAzhar masuk di posisi itu. Karena orang tua yang sungkan sekali
menyekolahkan anaknya ke Pesantren lebih memilih sekolah-sekolah yang
bonafit yang mungkin sedikit akan mempengaruhi aqidah anaknya itu sendiri,
karena sekolah-sekolah yang bonafit pada masa itu banyak yang non-muslim,
sehingga dibutuhkan sekolah-sekolah yang berstandar Internasional untuk
mereka (muslim), tapi mengajarkan hal-hal yang bersifat religi dan agama
yang kuat tetapi tidak seperti pesantren, sehingga harus didirikan.
Sehingga berdirilah sekolah Al-Azhar, tapi malah banyak orang yang
mampu yang masuk ke sekolah Al-Azhar, sehingga bagaimana Al-Azhar itu
bisa juga memberikan pendidikan kepada orang-orang yang kurang mampu.
Ada rumah gemilang, namun belum sekolah formal. Sehingga bagaimana
solusinya? Solusinya adalah kita harus punya dana yang bisa membiayai itu,
paling tidak kita bisa mensubsidi guru ke sekolah-sekolah, atau mendirikan
sekolah-sekolah khusus untuk orang yang kurang mampu dan masih banyak
hal yang dibicarakan, yang intinya adalah bagaimana bisa memberikan
pendidikan sesuai standar Al-Azhar ke seluruh masyarakat Indonesia. Karena
semua butuh biaya (dana), maka Al-Azhar harus mempunyai perusahaan
untuk benar-benar bisa mendapatkan keuntungan. Oleh karenanya dibuatlah
perusahaan, ada Berkah Gemilang, PT Arfina, namun belum juga signifikan.
Melihat keberhasilan wakaf di Mesir, maka didirikanlah wakaf produktif oleh
YPI Al-Azhar pada tanggal 24 Desember 2010 (launching pertamanya).
Pelopor berdirinya lembaga Wakaf Al-Azhar adalah para pengurus
Yayasan, seperti: Pak Mahfud, Pak Suhadi, Pak Suhaji dan ada beberapa
orang lainnya.
2. Kapan wakaf transportasi pertama kali digagas?
Pada tanggal 12 juni 2012 (launcing program wakaf transportasi),
karena Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang cukup luas, maka transportasi
itu terdiri dari darat, laut dan udara. Kita baru memulai dari darat.
3. Apa tujuan dibentuknya wakaf transportasi?
Selagi ada kehidupan manusia di dunia ini, transportasi itu nomor satu.
Desa hasil pertanian butuh transportasi, pabrik untuk menyuplai barang butuh
transportasi dari desa ke kota, dari kota ke desa itu transportasi. Maka,
memang kita melihat ini suatu kebutuhan yang sangat utama, kalo transportasi
berhenti, itu bisa berhenti yang lainnya sangat vital transportasi itu. Salah satu
yang sangat vital dalam bisnis adalah transportasi. Maka melihat itu kita
masuk ke bisnis transportasi bus pariwisata. Kenapa pilih bus pariwisata? Kita
melihat market yang terbaik. Karena ini adalah dana wakaf yang harus kita
jaga dan notabene adalah milik ummat dan harus bisa pertanggungjawabkan
itu. Sebenarnya bisnis wakaf transportasi termasuk high risk, harusnya masuk
ke low risk. ini termasuk risiko tinggi bila tidak ada jaringan. Justru Al-Azhar
melihat ini menjadi risiko rendah. Karena anak-anak yang sekolah di Al-Azhar
membutuhkan transportasi, untuk mereka berwisata akhirnya kita sudah punya
captive market, makannya kita pilih ini. Untuk penyewaannya, karena ia
wakaf produktif dan perusahaan berlaku umum, siapa saja boleh menyewanya.
4. Bagaimana pola perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang
pada Wakaf Transportasi?
-
Jangka pendek: kita mengambil satu kebutuhan yang memang sangat
dibutuhkan oleh Yayasan, maka kita ambil bus pariwisata, karena hampir
70% pasarnya ada di Al-Azhar dan tinggal 30% nya lagi kita cari.
-
Jangka menengah: kita akan juga masuk ke Transportasi Umum
(transportasi massal). Contohnya: travel-travel kecil antar kota dan Bus
AKAP, paling tidak ada di tempat-tempat perwakilan Al-Azhar, seperti
Surabaya, Solo, Palembang.
-
Jangka panjang: Wakaf Al-Azhar menguasai bisnis transportasi, baik itu
darat, laut dan udara.
5. Bagaimana pola pembagian tugas dan wewenang dalam melaksanakan
aktifitas pengelolaan wakaf transportasi?
Kita ada namanya Direktur Program untuk melaksanakan aktifitasnya.
Kalo dalam melaksanakan eksekusi pembayarannya adalah Marketing yang
harus mencari uangnya. Karena, walaupun kami mengambil sementara bus
pariwisata melalui leasing, pembayaran leasing-nya itu bukan dari pendapatan
bus, tapi hasil dari penghimpunan dana wakaf agar bus itu benar-benar bus
wakaf.
6. Pihak mana sajakah yang terlibat dalam pengelolaan dan pengembangan
Wakaf Transportasi?
-
Eksternal: semua pihak yang sesuai dengan aturan Undang-Undang
Negara (Dinas Perhubungan, Kelurahan dll) karena harus ada izinnya.
Jangan wakaf membikin hukum sendiri, dia harus sesuai peraturanperaturan positif yang dibangun pemerintah.
-
Internal: melalui PT Arfina Tours & Travel, Wakaf Al-Azhar tidak bisa
menjalankan bisnis ini tanpa adanya perusahaan resmi, karena pemerintah
mewajibkan itu.
7. Bagaimana bentuk pengarahan, pengkoordinasian dan pengambilan
keputusan dari pihak Manajemen Wakaf Al-Azhar terhadap pihak-pihak
yang terlibat dalam pengelolaan wakaf transportasi?
-
Pengelolaan: dibawah langsung Direktur Eksekutif. Dijalankan oleh
Direktur Program ke perusahaan, itulah sistematika untuk menjalankan
bisnis ini.
-
Bentuk pengarahan: mereka harus ada standarnya, kita kan lembaga
wakaf (lembaga islam) bagaimana standar pelayanan, intinya itu di supir.
-
Bentuk pengkoordinasian: melalui meeting, harus ada pertemuanpertemuan. Paling tidak sebulan sekali kita adakan pertemuan dengan para
supir, sharing dengan mereka bagaimana perkembangannya, apa
laporannya, sekaligus memberikan tausiyah.
-
Pengambilan keputusan: berjenjang, ada manajemen, ada crew, kita
bikin crew itu ketemu kita kadang sebulan sekali, dua bulan sekali, paling
lama kita adakan dua bulan sekali kita adakan meeting. Untuk
mengevaluasi mereka, sharing bagaimana perasaan mereka selama dua
bulan. Kalo di manajemen, kita lebih kepada strategi bagaimana bus kita
ini bisa dipercaya masyarakat, sehingga di program itu membentuk sistemsistem pelayanannya. Kalo misalkan pendapatan kita bulan ini merosot,
kita evaluasi kenapa? Bagaimana untuk bisa memikirkan keberhasilan.
8. Apa saja kemungkinan risiko yang timbul dalam pengelolaan dan
pengembangan wakaf transportasi dan upaya apa yang dilakukan Wakaf
Al-Azhar dalam mengatasi berbagai risiko tersebut?
Wakaf transportasi termasuk high risk, tapi karena kita punya captive
market, kita bisa menutupi high risk itu. Model yang kita lakukan agar bisa
menjaga hal-hal yang demikian bisa terjadi? Maka otomatis harus ada back
up-nya dengan cara diasuransikan yang syari’ah untuk menghindari risikorisiko bila terjadi hal-hal yang di luar kemampuan kita. Kemudian adanya
pendanaan risiko harus ada, karena itu high risk karena benda wakafnya
bergerak terus kemana-mana. Artinya kita bagi bagaimanana memaintain-nya,
perawatannya gimana, bagaimana layanan yang kita lakukan itu pokok sekali.
Kalo layanan kurang bagus walaupun captive market bisa aja mereka lari dari
kita. Asuransi syari’ahnya berupa Takaful. Tapi untuk bus pariwisata kita
sudah langsung dengan Bank-nya yang mengeksekusi pembayaran kita yang
melunasinya bekerjasama dengan Bank Syari’ah Mandiri.
Hasil yang diperoleh itu dibagi. Kalo menurut Undang-Undang Wakaf,
90% untuk mauquf ‘alaih, 10% untuk Nazhir setelah dipotong biaya
perawatannya. Tapi Wakaf Al-Azhar memohon izin kepada Badan Wakaf
Indonesia (BWI) untuk sedikit membikin system tersendiri yaitu: 50% untuk
mauquf ‘alaih, 30% maintain-nya, 20% nazhirnya.
9. Bagaimana upaya yang dilakukan Wakaf Al-Azhar agar nilai aset wakaf
transportasi tetap terjaga kelestariannya?
Harus ada depresiasi. Kita targetkan paling lama 5 tahun sudah 0.
Paling tidak nilainya sudah 60% kita jual sisanya 40% itu jadi 0. Jadi pertahun
itu kita usahakan depresianya 20%, sehingga di tahun ke 5 sudah 0.
10. Bagaimana dengan keberhasilan Wakaf Al-Azhar dalam pengelolaan
wakaf transportasi ini?
Saat ini, 5 unit Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar telah di sewa PT
Newmont selama 3 tahun dengan nilai kontrak Rp. 2,4 M.
Jakarta, 13 Mei 2015
Menyetujui,
Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis
Direktur Eksekutif Wakaf Al-Azhar
HASIL TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber
: Hendra Yuliano
Jabatan
: Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar
Waktu
: Rabu, 13 Mei 2015
Pukul
: 10.45 WIB
Tempat
: Kantor Wakaf Al-Azhar
1. Apa yang melatarbelakangi lembaga Wakaf Al-Azhar membentuk
sebuah program Wakaf Transportasi dan apa tujuannya?
Wakaf Al-Azhar selama ini memperhatikan masyarakat itu cenderung
berwakaf untuk sektor-sektor keagamaan, hanya saja sektor-sektor keagamaan
itu banyak yang terbengkalai. Contoh kita perhatikan banyak masjid yang
sudah dibangun atas dana wakaf namun tidak terawat. Begitu juga tanah-tanah
yang diwakafkan tapi tumbuhnya ilalang, tidak dikelola. Lalu juga kita banyak
melihat ada rumah yang diwakafkan misalnya untuk anak yatim tapi rumah itu
rusak karena akadnya rumah itu untuk anak yatim. Sekarang kalo disediakan
rumah untuk anak yatim harus disediakan nafkahnya juga makannya,
pakaiannya, biaya pendidikannya siapa yang nyediain? Karena tidak ada yang
nyediain, tidak ada yang mengurus akhirnya rumah rusak. Itu adalah dilemadilema yang ada sekarang di Indonesia, makannya Wakaf Al-Azhar
terinspirasi dari wakaf produktif yang dikembangkan di Al-Azhar Kairo
Mesir, mereka memiliki bisnis dalam bidang perkebunan, perhotelan, dan lainlainnya yang hasilnya digunakan untuk membiayai pedidikan dan dakwah.
Karena kita terinpirasi, maka kita lakukan program-program yang mengarah
kesana. Harapannya bagaimana wakaf produktif di Indonesia itu kita punya
kiblat yang jelas tapi kita bisa melakukan hal yang lebih cepat, maka lahirlah
program-program unggulan yang berfokus salah satunya di transportasi,
program lainnya adalah di bidang perkebunan dan property. Tapi nantinya
akan berkembang ke pertambangan dan pertanian, jadi ke seluruh sektorsektor yang bisa dibilang menyangkut hajat hidup orang banyak.
2. Siapa penggagas program wakaf transportasi?
Memang kalau untuk dalam program-program seperti ini adalah Ust.
Rofiq. Kebetulan beliau memang sebelum ditunjuk menjadi Direktur di Wakaf
Al-Azhar, beliau sebelumnya sangat concern untuk pengembangan wakaf,
sehingga beliau banyak melakukan penelitian, bikin makalah-makalah tentang
wakaf, dan memang Allah mentakdirkan beliau disini. Sehingga apa yang
beliau cita-citakan itu bisa direalisasikan disini, jadi penggagasnya Ust. Rofiq.
3. Apakah Wakaf transportasi ini termasuk jenis wakaf abadi atau
sementara?
Idealnya wakaf itu pasti abadi, karena kita mengusung istilah wakaf,
maka harus abadi. Jadi tidak bisa dibilang ini bagian dari part timer. Kalau
misalkan maksudnya sementara itu adalah apakah hanya ketika sudah
direalisasikan hanya berhenti disitu mungkin beda maksudnya. Tapi yang
pasti, karena ini adalah dana wakaf maka ini ditargetkan untuk masa yang
tidak terbatas waktu, jadi nanti akan dikembangkan terus hingga akhir zaman.
Kalau misalkan sudah mencapai target tertentu lalu berhenti disitu, itu juga
bukan bagian dari rencana, karena memang target dari Wakaf Al-Azhar adalah
bagaimana setiap unit yang kita kembangkan ini kapasitasnya nasional.
Misalkan kita punya bus pasriwisata, target kita adalah bagaimana kita bisa
mengungguli Blue Bird, Express, atau mengungguli Cipaganti yang kita
cukup kenal itu adalah targetnya seperti itu. Kalau nanti misalkan pesawat
terbang, bagaimana kita bisa mengalahkan Air Asia, Lion Air, kurang lebih
targetnya seperti itu.
4. Bagaimana pola atau skema pengelolaan wakaf transportasi?
Yang pasti, untuk pengelolaan kita harus menyerahkan ke yang
ahlinya. Karena kami di Wakaf Al-Azhar ini sangat fokus di fundraising
bagaimana menghimpun dana wakaf. Sedangkan untuk operator, kita harus
menunjuk pihak ketiga yang memang memiliki lisensi secara hukum untuk
melakukan bisnis itu. Jadi fungsi kita adalah sebagai investor atau sebagai
holding, seolah-olah kita memiliki anak-anak perusahaan, Wakaf Al-Azhar itu
sebagai holding company.
5. Bagaimana prakiraan bisnis transportasi dengan melihat fakta di
lapangan terkait dengan pola perencanaan Wakaf Transportasi?
Yang pasti setiap hari kita perhatikan kehidupan masyarakat itu tidak
terlepas dari transportasi, artinya bisnis transportasi adalah bisnis yang bisa
dibilang tidak akan pernah rugi kecuali salah kelola. Keuntungannya besar,
karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak dan itu tidak berhentiberhenti. Walaupun kita concern di pariwisata, tujuannya memang adalah
bagaimana untuk sementara waktu dengan keterbatasan kita, pariwisata itu
memaintain-nya lebih mudah. Kedua segmen marketnya berbeda, kalau
transportasi umum bisa jadi dalam jangka waktu yang singkat sudah rusak
aset-asetnya belum juga untung, karena angkutan umum di subsidi sama
pemerintah sedangkan kita bergerak di sektor swasta, tentunya segmennya
harus kita pilih. Untuk segmen ini kita bermain di pariwisata yang memang
banyak dicari sama orang.
Selain itu, program kita ini memberi nilai tambah buat masyarakat
yang ingin memiliki layanan transportasi yang baik, Al-Azhar menyediakan
opsi itu plus dengan mereka memilih menggunakan layanan ini, maka secara
otomatis mereka berwakaf. Kenapa? hasil dari keuntungan penyewaan bus ini
untuk pendidikan dan dakwah, artinya secara tidak langsung mereka
mendukung gerakan wakaf ini walaupun mereka tidak ikut berwakaf. Tapi
dengan mereka memakai, itu adalah bagian dari berwakaf.
6. Program atau kegiatan apa saja yang mendukung terealisasinya dana
Wakaf Transportasi?
-
Sosialisasi yang terus berkesinambungan.
-
Mewujudkan bukti nyata bahwa itu sudah kita realiasasikan. Karena salah
satu tantangan kita di masyarakat adalah bagaimana janji-janji kita bisa
direalisasikan. Makannya untuk bisa merealisasikan itu. Misalkan kita
sudah punya uang. Contoh kita punya dana untuk membeli satu unit bus
secara cash, tapi secara itungan bisnis, kita punya satu unit itu tidak
menguntungkan, karena biaya pengurusannya tidak akan jauh berbeda
dengan kita punya beberapa, apakah 5 atau 10, biayanya tidak akan jauh
berbeda. Solusinya bagaimana? Dana satu bus ini kita jadikan DP untuk 5
bus, jadi nanti sambil bus ini berjalan kita menghimpun lagi dana
masyarakat. Dana penghimpunan itu untuk membayar cicilan Bank
penyediaan 5 bus tadi. Jadi kita memancing dengan program nyata.
7. Bagaimana
Transportasi,
prosedur
dari
pengelolaan
mulai
tahap
dan
pengembangan
penggalangan
dana
Wakaf
hingga
pendayagunaan?
Kalau prosedur memang lebih ke operator, tapi kami hanya memberi
guidance bahwasanya ini diberlakukan sebagaimana pengelolaan bus
pariwisata yang professional, izinnya pasti ada (kirs) dan segala macam itu
pasti ada. Jadi sebagaimana bus pariwisata umumnya mereka juga mengurus
seperti itu, menyediakan Pool memang kalo harus sudah diperlukan, atau
menyediakan mekanik yang lain-lainnya segala macam.
8. Bagaimana pola pembagian tugas dan wewenang yang dilakukan Wakaf
Al-Azhar dalam mengelola Wakaf Transportasi?
Kalau dalam pengelolaan, kita menyerahkan 100% ke operator PT
Arfina, artinya kita hanya memonitor (monitoring). Jadi pembagian tugasnya
lebih kesitu aja, membagi fungsi-fungsi untuk operator Arfina dengan
kebebasan bagi mereka untuk mengeksplor itu kalau kita hanya mengawasi
dan berdiskusi untuk memberikan solusi kendala-kendala di lapangan.
9. Apa upaya yang dilakukan Wakaf Al-Azhar dalam melakukan kegiatan
perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan SDM yang
terlibat langsung dalam pengelolaan dan pengembangan Wakaf
Transportasi?
Idealnya memang itu dilakukan sama operator, tapi memang pada
tahap pertama kemarin proses seleksi dilakukan di bagian kelembagaan Wakaf
Al-Azhar. Tujuannya adalah menjembatani karena memang kita masih baru
tapi kedepannya tentu akan dilakukan oleh operator berdasarkan pengalaman,
kriteria supir yang baik itu seperti apa, kriteria kondek yang baik itu seperti
apa dan berdasarkan pengalaman mereka di lapangan, jadi proses perekrutan
pada tahap awal masih dipegang oleh kelembagaan Wakaf Al-Azhar tapi
kedepannya akan dilakukan oleh operator sesuai dengan kebutuhan mereka.
10. Bagaimana bentuk pengawasan atau evaluasi yang dilakukan dalam
mengontrol kegiatan pengelolaan Wakaf Transportasi baik dari pihak
internal maupun eksternal?
LPJ sudah pasti ada, selain itu kita juga tentu suka survey juga respon
dari pengguna dan proses cross check yang tidak kalah pentingnya adalah
monitoring, apakah monitoring kepada user langsung atau by Test Cast.
11. Kapan evaluasi dilaksanakan? harian, mingguan atau bulanan?
Kalau untuk evaluasi memang yang sudah disepakati belum lama ini
per tiga bulan. Apakah dari sisi kinerja, pelaporan keuangan, dan laporan
pertanggungjawaban lainnya. Tapi memang idealnya kalau untuk evaluasi
yang baik yang akan kita terapkan berikutnya adalah bagaimana bisa
dilakukan minimal bulanan, supaya tidak terlalu ngumpul permasalahan,
mungkin nanti ketika sudah kita memiliki PIC sendiri yang bertugas untuk
memonitor kita bisa dapat minimal weekly (laporan mingguan).
12. Apa saja keunggulan program Wakaf Transportasi dan siapa saja yang
telah menerima hasil manfaat dari pengelolaan Wakaf Transportasi?
Keunggulannya tentu setiap program wakaf itu memiliki keunggulan
yang berbeda-beda. Contoh yang paling menarik di wakaf transportasi ini
adalah hasil produktifnya cepat dilihat dan bisa cepat dirasakan. Kalau
misalkan wakaf perkebunan, maka ada masa panen yang harus ditunggu, tentu
membutuhkan waktu yang tidak singkat. Sedangkan untuk wakaf transportasi,
paling lama masa tumbuhnya adalah ketika uang itu mencukupi adalah masa
proses di Karoseri. Misalkan proses pengerjaan di Karoseri tiga bulan, maka
masa tumbuh hanya tiga bulan kurang lebih. Setelah itu ketika sudah
disewakan, itu adalah sudah manfaat wakafnya, jadi bisa cepat disalurkan.
Untuk penyalurannya, saat ini kita sudah memiliki lima murid yang
mendapatkan beasiswa dari Al-Azhar dengan sementara gabungan dari
program-program yang lain.
Jakarta, 13 Mei 2015
Menyetujui,
Hendra Yuliano
Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar
HASIL TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber
: Hendra Yuliano
Jabatan
: Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar
Waktu
: Rabu, 13 Mei 2015
Pukul
: 11.25 WIB
Tempat
: Kantor Wakaf Al-Azhar
1. Apa saja metode yang digunakan Wakaf Al-Azhar dalam upaya
menggalang dana wakaf untuk sarana transportasi?
Metode yang digunakan tidak jauh berbeda dengan program-program
wakaf yang lain. Ada beberapa tools yang kita siapkan untuk menghimpun.
Kami siapkan tools khusus untuk wakaf transportasi, khususnya tahun ini kita
akan fokus di wakaf transportasi, karena memang dari berbagai program yang
dicanangkan oleh Wakaf Al-Azhar salah satu yang mendapat perhatian khusus
adalah wakaf transportasi yang juga lainnya adalah wakaf property dan wakaf
perkebunan, hanya saja untuk tahun ini kita akan fokus di wakaf transportasi.
Pertimbangannya adalah jumlah unit bus yang semakin berkembang/tumbuh
dan tentunya butuh dana cukup besar untuk mengembangkan, maka kita
mengembangkan.
-
Pertama, kita pake metode yang sudah berjalan yaitu dengan sistem
brosur yang menggambarkan tentang wakaf transportasi itu apa, tujuannya
apa, dan apa cita-cita untuk ummat dari bisnis ini? Karena nantinya wakaf
transportasi ini akan berkembang menjadi Badan Usaha Milik Wakaf yang
bergerak di bidang transportasi. Nantinya badan usaha milik wakaf ini
akan ada beberapa divisi, yang masing-masing insya Allah kita harapkan
akan besar. Pertama, yang bergerak di bidang Bus Pariwisata dan
sejenisnya yaitu angkutan darat. Kedua, nanti kita akan berkembang ke
penerbangan. Jadi target kita akan punya maskapai Wakaf Air yang
tujuannya khusus untuk Umroh dan Haji. Target berikutnya dari sisi laut,
Indonesia ini Negara kepulauan, kami banyak menerima informasi
bahwasanya biaya pengiriman barang atau impor itu jauh lebih murah dari
biaya pengiriman barang antar pulau di Indonesia. Tentunya ini menjadi
dilema, artinya ekonomi kita tidak tumbuh, karena barang tidak
terdistrubusi dengan baik ke seluruh Indonesia. Tapi barang yang terserap
di Indonesia itu justru barang-barang dari luar negeri. Tentu ini menjadi
PR, maka nanti yang menjadi salah satu focus kita di wakaf transportasi
adalah bagaimana distribusi barang dan jasa di Indonesia bisa menjadi
lebih maksimal menggunakan bisnis pariwisata wakaf yang bergerak di
bidang transportasi, itu tujuannya.
-
Kedua, wakaf transportasi masih sesuatu yang baru, tentu butuh edukasi
bagi masyarakat karena yang mereka tahu bus ini atau kendaraankendaraan yang digunakan atau alat-alat yang digunakan otomatis ada
masa aus-nya atau umur ekonomisnya pasti habis. Sedangkan pemahaman
kita biasanya lebih ke hitam putih, dalam artian kalo habis berarti
wakafnya habis. Tentu perlu adanya edukasi, bahwasanya di Wakaf AlAzhar untuk wakaf produktif transportasi itu dana wakaf ketika berhasil
diproduktifkan itu tidak 100% disalurkan, tapi disisihkan sebahagian untuk
peremajaan, penggantian unit baru ketika umur ekonomisnya habis.
Tujuannya supaya dana wakaf yang kita terima di awal tetap utuh sampai
dengan akhir zaman, justru malah harapan kita berkembang. Misalkan,
umur ekonomis umumnya adalah 10 tahun untuk bus, kita malah
membuatnya di angka 5 tahun. Harapannya dari pengelolaan 5 tahun
pertama ini kita bisa beli unit baru di tahun ke lima. Jadi di tahun ke lima
itu dari satu unit berkembang menjadi dua unit. Tapi yang pertama itu ada
kemungkinan kita jual untuk menambah pembelian unit baru atau kita
tetap berdayakan sampai tahun ke 10. Jadi artinya, dana wakaf itu
berkembang idealnya sehingga justru wakaf itu akan berkembang ini yang
coba kita terapkan. Setelah dipotong biaya operasional dll, maka barulah
dibagikan ke mauquf ‘alaih. Persentasenya dari hasil bersih: 50% untuk
mauquf ‘alaih, 30% untuk pengembangan dan promosi, 20% untuk Nazhir.
-
Ketiga, Sahabat wakaf yaitu orang-orang yang bergerak di dunia
marketing tapi bukan kita gaji. Kendala di lembaga sosial itu adalah
sumber daya khususnya finansial untuk bisa menghayat banyak orang.
Karena kita memang berbeda dengan lembaga ZIS. Lembaga ZIS, Allah
udah ngasih jatah 12,5% atau kalo kita qiyaskan dibagi 8. Kalo dia punya
program, dia bisa ngambil dana fisabilillah 12,5% lagi, artinya dia punya
alokasi sekitar 25% aja untuk pengembangan. Artinya, kalo dia mau
menghayat orang, menggaji orang, mengembangkan program, alokasi dari
penghimpunannya udah ada. Sedangkan di wakaf itu kita punya PR.
Wakaf itu tidak boleh berkurang, artinya kita punya PR bagaimana
memberdayakan dana wakaf. Di satu sisi wakaf tidak boleh berkurang, di
sisi kedua kita belum memiliki sumber daya yang cukup untuk menggaji
orang, maka secara otomatis kita harus mencari jalan keluar. Maka jalan
keluar yang kita sepakati adalah sebagaimana dalam ushul fiqh
bahwasanya muamalah itu halal kecuali ada dalil yang mengharamkan.
Maka semua program kita khususnya wakaf transportasi itu ada unsur
operasionalnya. Unsur operasionalnya itu yang kita gunakan untuk biaya
membayar fee orang-orang yang menghimpun dana wakaf, membayar fee
biaya-biaya operasional dan membayar fee sahabat wakaf yang membantu
menghimpun dana wakaf. Jadi, Sahabat Wakaf itu adalah marketing yang
tidak digaji oleh Wakaf Al-Azhar, tapi mereka berkomitmen untuk
menghimpun dana wakaf melalui Wakaf Al-Azhar.
2. Siapa saja yang menjadi sasaran donatur yang akan dijadikan objek
dalam menggalang dana Wakaf Transportasi?
Karena karakter donator itu berbeda-beda, maka sasaran donaturnya
adalah semua kalangan, karena kita memecah program wakaf transportasi ini
mulai dari Rp. 25.000/ unit, dan untuk melazimkan bisa berwakaf rutin, maka
kita mengeluarkan pengembangan dari program penghimpunan yaitu Tawaf
Pro (tabungan wakaf produktif) supaya kita punya perencanaan yang lebih
baik untuk masa depan akhirat kita. Misalkan kita mau berwakaf 25.000,perminggu, perbulan, atau terserah sesuai kesanggupan kita.
Sasaran donatur selanjutnya adalah perusahaan. Dengan keberadaan
sahabat wakaf kita bisa menyasar semua segmen. Sahabat wakaf itu punya
jaringan yang berbeda-beda, ada yang punya jaringan mahasiswa, guru-guru,
masyarakat biasa, pengusaha-pengusaha, dan perusahaan-perusahaan, itulah
fungsi sahabat wakaf. maka kita bisa mengakomodir itu. Kalo untuk
perusahaan, kita memang mengembangkan program wakaf transportasi ini
dalam bentuk program CSR Abadi, dimana dana CSR perusahaan dijadikan
aset wakaf produktif berupa bus pariwisata yang disitu ada logo perusahaan
yang memberi CSR, lalu dia pun boleh beriklan di bus itu sesuai dengan
ketentuan yang telah kita tetapkan bersama, artinya dia memberi CSR dia bisa
beriklan, logonya terpampang di bus. Selain itu, hasil dari dana penyewaan
tadi itu dicatat sebagai CSR-nya pemberi CSR. Jadi CSR-nya beranak, yang
tadinya CSR-nya hanya ceremonial habis, sekarang CSR-nya menjadi sesuatu
yang bisa membantu sosialisasi, iklan dan segala macam, karena disewakan
ada keuntungan yang diraih kita bagikan kepada mauquf ‘alaih atas nama si
pemberi CSR, jadi CSR-nya menghasilkan CSR baru, maka kita namakan
dengan CSR Abadi.
3. Bagaimana penetapan waktu dan lokasi yang dilakukan Wakaf Al-Azhar
dalam menggalang dana wakaf untuk sarana transportasi?
Kita sekarang membuat sistem berbasis internet, dan kita juga sedang
menggalang kerjasama dengan salah satu penyedia jasa pembayaran yang
memang cukup terkenal juga. Harapan kita untuk penggalangan dana ini bisa
berlaku 24 jam dalam 7 hari. Jadi setiap hari, setiap menit, setiap detik itu
bisa. Nanti fasilitasnya insya Allah akan berkembang dari kartu kredit, kartu
debet, nanti juga dengan sistem deposito ini memungkinkan untuk dilakukan,
karena kalo kita mengandalkan hanya sumber daya manusia jam kerjanya
terbatas, makannya kita memanfaatkan teknologi, harapannya supaya bisa
lebih jauh.
4. Berapa besaran biaya yang diperlukan untuk merealisasikan dana wakaf
ke dalam bentuk sarana transportasi dan berapa target perolehan
pertahunnya?
Besaran dana tentunya relatif berbeda, tapi buat gambaran yang pasti
terjadi adalah kita pasti butuh biaya survey ke beberapa Karoseri sebagai
komparasi, biaya survey ke beberapa dealer sebagai komparasi. Kalo
besarannya tentu kita tidak bisa pastikan. Tapi dari gambaran operasional yang
kita alokasikan 20% dari dana yang terhimpun itu sudah memadai untuk biaya
membayar fee relawan dalam artian sahabat-sahabat wakaf tadi, biaya survey
dan biaya operasional kantor.
5. Apa saja kemungkinan risiko yang timbul dalam pengelolaan dan
pengembangan wakaf transportasi dan upaya apa yang dilakukan Wakaf
Al-Azhar dalam mengatasi berbagai macam risiko tersebut?
Dalam bisnis risiko itu pasti ada. Jadi apa pun yang kita ambil tentu
akan mempengaruhi hasil. Karena kita memakai pola bisnis, maka pendekatan
yang kita lakukan pun adalah pendekatan bisnis. Artinya, kita mempersiapkan
yang terbaik tapi kita juga bersiap siaga untuk yang terburuk. Maka, tadi ada
alokasi dana pengembangan 30% untuk pengembangan dan promosi. Jika
terjadi risiko atau kerugian bisa di cover dari situ.
Sekarang sedang dalam proses pendirian Bank Wakaf Indonesia yang
salah satu tujuannya adalah bagaimana ekonomi bisa dibangkitkan melalui
wakaf dan apabila terjadi risiko itu bisa di cover dari dana zakat, karena ini
buat kepentingan ummat bisa di cover dari dana zakat, apakah itu dari
fisabilillah atau gharimin, sehingga dimungkinkan seperti itu, tapi untuk
sementara kita menyediakan dari alokasi yang 30% itu untuk pengembangan
dan promosi.
Untuk meng-cover risiko kecelakaan pasti ada, yang pasti setiap aset
yang kita miliki itu harus diasuransikan termasuk busnya, dalam artian jika
terjadi kecelakaan, maka biaya perbaikan ditanggung oleh asuransi,
penumpangnya pun ada asuransinya itu udah umum dalam jasa raharja.
6. Bagaimana upaya yang dilakukan Wakaf Al-Azhar agar nilai aset wakaf
transportasi tetap terjaga kelestariannya?
Aset wakaf itu akadnya harus tetap tapi idealnya adalah berkembang.
Maka yang pertama kita lakukan adalah setiap pengembangan usaha dana
wakaf itu harus melakukan visibility study yang memadai, tentunya kita juga
harus mempunyai orang yang ahli di bidang itu. Maka Wakaf Al-Azhar
memiliki advisor. Setiap program yang kita kembangkan ada advisor-nya
sendiri-sendiri. Contoh: Wakaf Transportasi memiliki advisor yang memang
bergerak di dunia transportasi dan memang praktisi di bidang itu, sehingga
ketika pengadaan sampai dengan evaluasi dan lain-lain campur tangan advisor
juga ikut ada disitu untuk memastikan bahwa dana wakaf ini bisa dikelola
dengan baik, menghasilkan dan terhindar dari kerugian.
-
Operator: PT Arfina, karena Wakaf Al-Azhar adalah lembaga wakaf dan
bukan lembaga bisnis. Jadi secara hukum, Wakaf Al-Azhar tidak boleh
melakukan bisnis langsung, tapi Wakaf Al-Azhar bisa berfungsi sebagai
investor. Operatornya adalah Arfina untuk menjalankan penyewaan bus
pariwisata, karena PT Arfina bergerak di bidang tours and travel sesuai
dengan bidang usahanya.
-
Advisor Wakaf Transportasi: Bapak Syahril Yeddi (Advisor bidang
transportasi, khususnya transportasi darat).
Jakarta, 13 Mei 2015
Menyetujui,
Hendra Yuliano
Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar
LIMA UNIT BUS PARIWISATA WAKAF AL-AZHAR
UKURAN MEDIUM
TIGA UNIT BUS PARIWISATA WAKAF AL-AZHAR
UKURAN BESAR
PERESMIAN BUS PARAWISATA WAKAF AL-AZHAR
OLEH JUSUF KALLA DI AREA MASJID RAYA AL-AZHAR
SENTRA PRIMER – JAKARTA TIMUR
(Jakarta, 16-04-2014)
MARKETING TOOLS WAKAF TRANSPORTASI
BROSUR WAKAF TRANSPORTASI
REKRUTMEN SUPIR BUS PARIWISATA
WAKAF AL-AZHAR
Download