BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Istilah manajemen dalam kehidupan masyarakat bukanlah merupakan istilah atau masalah baru. Manajemen berasal dari kata “to manage” yang berarti mengelola aktifitas – aktifitas sekelompok orang agar dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau organisasi. Manajemen merupakan suatu usaha dalam pengelolaan fungsi – fungsi organisasi atau perusahaan. Menurut Stoner (2001:14) mengatakan bahwa: “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha – usaha para anggota organisasi lainnya agar tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”. Menurut Hasibuan (2007:10): “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber – sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.” Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. 11 12 2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaraan merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang pelaksanaan dari aktivitas pemasaraan. Dengan menetapkan ilmu manajemen pemasaraan, perusahaan dapat menetukan pasar yang dituju dan membina hubungan yang baik dengan pasar sasaran tersebut. Menurut Kotler & Keller (2009:7) : “Pengertian manajemen pemasaraan adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan pengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.” Sedangkan menurut Sofjan Assauri (2007:12) : “Manajemen pemasaran merupakan kegiatan penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program – program yang dibuat untuk membentuk, membangun, dan memelihara keuntungan dari pertukaran melalui sasaran pasar guna mencapai tujuan organisasi atau perusahaan dalam jangka panajang.” Berdasarkan kedua pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dan prinsip manajemen pemasaran adalah sama, yaitu kegiatan penganalisa, pelaksanaan, pengendalian atas program yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan dan memperoleh keuntungan. 13 2.2.1 Jenis – Jenis Pemasaran Jasa Menurut Supriyanto (2010), Jenis – jenis pemasaran jasa ada 3 yaitu : 1. Pemasaran Internal Pemaran Internal merupakan salah satu dari jenis jenis pemasaran. Pada dasarnya karyawan adalah pelanggan pertama dari suatu bisnis atau perusahaan. Bagaimana suatu perusahaan harus memuaskan karyawan, memperhatikan kebutuhan, keinginan serta harapan, demikian juga mengenai kesejahteraan karyawan. Semua tersebut merupakan hak yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan. Karena itu kewajiban perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan karyawan seperti gaji, tunjangan hari tua, pengembangan karir, asuransi dan lain-lain. Di lain pihak harus memasarkan perusahaan tersebut, termasuk sumber daya perusahaan dan brand image (citra merek). 2. Pemasaran Interaktif Pemasaran Interaktif merupakan salah satu dari jenis jenis pemasaran. Kemampuan karyawan untuk berinteraksi dengan pelanggan mengharuskan setiap karyawan memiliki keterampilan dan profesional dalam malayani pelanggan. Untuk memuaskan kebutuhan dan harapan pelanggan, karyawan harus selalu kelihatan menarik, murah senyum, mau mendengarkan keluhan, siap bila diperlukan, hormat, sabar, jujur dan bisa dipercaya. 3. Pemasaran Eksternal Pemasaran Eksternal merupakan salah satu dari jenis jenis pemasaran. Pemasaran eksternal menjadi tugas dari manager dan organisasi pemasaran perusahaan. Dalam 14 memahami kebutuhan dan harapan pasar, upaya menciptakan produk atau jasa pelayanan, serta mengupayakan terjadinya transaksi yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Gambar 2.1 Segitiga Pemasaran Jasa 2.3 Internal Marketing Internal Marketing awalnya diusulkan sebagai pendekatan untuk manajemen layanan yang mensyaratkan penerapan konsep pemasaran tradisional dan pemasaran ke dalam campuran yang terkait dalam suatu pasar internal, dimana karyawan diperlakukan sebagai pelanggan organisasi dalam rangka meningkatkan efektivitas perusahaan dengan memperbaiki internal. (Helman & Payne,1992). 15 2. 3 .1 Pengertian Internal Marketing Internal marketing adalah menerapkan teori dan praktik pemasaran, terhadap para karyawan (Alma, 2011). Manajer harus mempekerjakan orang yang melayan konsumen dan mereka harus bekerja sebaik mungkin. Secara teknis ungkapan internal marketing berarti mengaplikasikan setiap aspek marketing di dalam perusahaan. Menurut Alma (2011), Internal marketing artinya manajer harus memandang karyawan sebagai langganan, memandang pekerjaan mereka sebagai produk, dan usahakan desain produk ini sebaik mungkin guna memenuhi selera konsumen. Oleh sebab itu untuk memajukan usaha jasa yang high contact, gunakan konsep internal marketing, agar bisa menawarkan jasa lebih baik, lebih memuaskan, dengan tingkat kompetensi karyawan menjadi lebih profesional, dan layanan lebih efektif. Dalam penelitian sebelumnya mengenai internal marketing dapat dibagi kedalam empat kategori Hwang & Chi (2005) : 1. Memperlakukan karyawan sebagai satu konsumen internal. Banyak ahli (Sasser dan Arbeit, 1976; Berry, 1981; Greene et al., 1994; Cahill, 1996; Huit et al., 2000) percaya bahwa tugas dari internal marketing adalah untuk memandang pekerjaan sebagai produk, dan karyawan sebagai konsumen. 2. Mengembangkan perilaku karywan yang berorientasi pada pelanggan. Piercy dan Morgan (1991) mengalamatkan aplikasi keterampilan pemasaran dalam pemasaran internal perushaan. Mereka berargumentasi dengan pemasaran eksternal dan mengembangkan program pemasaran yang ditujukan untuk 16 pasar internal. Tujuannya adalah untuk menstimulasi service awareness dan custumer oriented behavior. Banyak para ahli lain berpendapat serupa (Gronroos, 1985; Heskett, 1987; Gronroos,1994; Pfeffer dan Veiga, 1999; Conduit danMavondo, 2001). 3. Orientasi pada Manajemen Sumber Daya Manusia (HRM). Menurut Yoseph (1996), pemasaran internal harus disatukan dengan teori-teori Sumberdaya manusia, teknologi dan prinsip-prinsip. Cooper dan Cronin (2000) percaya bahwa pemasaran internal terdiri atas usaha-usaha dalam organisasi-organisasi untuk melatih dan mendorong karyawan dalam menyediakan jasa yang lebih baik. 4. Pertukaran Internal. Bak et al. (1994)serta Cahill (1996), Pitt dan Foreman (1999), menyatakan bahwa operasi yang efisien dari suatu hubungan pertukaran antara organisasi dan karyawan adalah gerakan awal untuk sampai kepada tujuan perusahaan dalam pasar eksternal. 2.3.2 Dimensi Internal Marketing Menurut Tanhusaj et al (1988); Gronroos (1990); Berry & Parasuraman (1991); Reynoso & Moores (1996) dalam internal marketing terdiri dari tiga dimensi , yaitu: 1. Service Training Programmes Service training programmes adalah kesadaran manajemen dan pimpinan untuk memberikan pelayanan yang baik kepada para karyawan dan 17 kesadaran manajemen bahwa pengembangan pengetahuan dan keahlian para karyawan adalah sebuah investasi bagi mereka. Organisasi juga harus memiliki fleksibilitas dalam mengakomodasi kebutuhan karyawan. Service training program dilaksanakan oleh organisasi untuk melatih para karyawan dalam menjalankan pelayanan kepada para konsumen eksternal. 2. Performance Incentive Performance incentive adalah cara organisasi dalam memberikan reward terhadap karyawan yang berkeja dengan baik dan memberikan kontribusi terhadap visi organisasi. Performance incentive juga diberikan kepada karyawan yang telah melakukan fungsi pelayanan yang baik terhadap konsumen eksternal. 3. Vision About Excellence Service Vision about excellence service adalah suatu kondisi dimana organisasi mengkomunikasikan kepada para karyawan tentang visi organisasi mereka dan mengkomunikasikan pentingnya pelayanan tiap – tiap orang/bagian. Vision about excellence service juga mewajibkan pimpinan organisasi untuk dapat berkomunikasi dengan baik dengan para karyawan. 2.3.3 Proses Penting Dalam Internal Marketing Untuk dapat meraih kesuksesan dalam internal marketing, perusahaan jasa perlu menekankan pada pentingmnya komunikasi, keterbukaan, tanggung jawab, dan integritas yang tinggi terhadap pencapaian tujuan (Ratnasari & Mastuti, 2011). 18 Internal marketing merupakan langkah awal untuk menciptakan motivasi yang tinggi baik bagi karyawan maupun pelanggan sebagai pengguna jasa. Proses manajemen yang penting dalam hal ini menurut (Gronroos dalam Ratnasari & Mastuti, 2011) adalah sebagai berikut: 1. Attitude Management Attitude Management meliputi sikap dan motivasi karyawan dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Pihak manajemen perlu bersifat proaktif, terutama dalam perencanaan dan pengawasan kegiatan karyawannya. 2. Communication Management Communication management merupakan proses manajemen dalam menyampaikan setiap informasi yang bertujuan untuk memberikan petunjuk kerja dan memberikan kesempatan pula pada para karyawan untuk menyampaikan segala permasalahan yang dihadapi, sehingga dapat terjadi komunikasi dua arah dan terjalin suasan keterbukaan. 2.3.4 Implementasi Konsep Internal Marketing Menurut Ratnasari & Mastuti (2011), dilihat dari sisi manajemen perusahaan, terdapat beberapa program umum yang digunakan untuk mengimplementasikan konsep internal marketing, yaitu sebagai berikut : 1) Training Training merupakan program yang ditujukan bagi SDM perusahaan berupa pemberian informasi pengetahuan dasar mengenai strategi kerja, sikap, 19 dan kemampuan, baik berkomunikasi maupun pemasaran jasa, serta memahami pelanggan. 2) Management Support and Internal Interactive Communication Management Support and Internal Interactive Communication merupakan sarana kerja sama yang efektif dari kalangan manajemen perusahaan kepada SDM pelaksana, dan juga membuka komunikasi dua arah dari karyawan kepada atasan. Informasi meliputi masalah kerja atau keputusan-keputusan penting lainnya dalam perusahaan. 3) Personnel Adminstration Tools an Human Resource Management Manajemen perlu mempersiapkan program perencanaan SDM yang tepat dan efektif agar dalam pelaksanaan sesuai strategi telah ditetapkan perusahaan. Pada aplikasinya, diperlukan koordinasi secara berkesinambungan. 4) Developing a Service Culture Manajemen perusahaan harus dapat menciptakan suatu pola yang sama untuk setiap SDM agar kinerjanya memuaskan pelanggan. Untuk perusahaan jasa, internal marketing memberikan banyak manfaat dalam mencapai kesuksesan pemasaran, karena lebih bersifat integratif dan merupakan proses yang berkelanjutan. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut : a. Sarana efektif untuk mengembangkan keunggulan-keunggulan kompetetif yang dimiliki perusahaan, karena internal marketing memberikan suasana 20 keterbukaan, sehingga memungkinkan penggalian informasi terutama mengenai potensi SDM. b. Mengurangi adanya konflik, karena terencananya setiap program dan partisipasi sangat ditekankan dalam pengambilan keputusan. c. Memfasilitasi adanya inovasi, karena internal marketing merupakan proses berkelanjutan dan memotivasi karyawan untuk berfikir kreatif. Keberhasilan perusahaan untuk memuaskan lingkungan internalnya akan dapat membawa keberhasilan pula bagi lingkunmgan eksternalnya. Bahkan, perusahaan akan mampu menciptakan suatu pola pemasaran yang integratif dalam jangka panjang, baik bagi karyawan maupun bagi pelanggannya. Kompensasi yang seimbang antara kinerja dan kepuasan akan imbalan menciptakan pandangan positif bagi SDM tentang perusahaan yang akan diwujudkan sebagai loyalitas kerja yang positif pula. Perusahaan harus berupaya untuk melaksanakan internal marketing sebagai bagian baru proses manajemen usahanya. 2.4 Kepuasan Kerja 2.4.1 Kepuasan Dari seluruh proses kegiatan pemberian pelayanan jasa kepada pelanggan oleh sebuah perusahaan, pada akhirnya akan bermuara pada nilai yang akan diberikan oleh pelanggan mengenai kepuasan yang dirasakan. Kepuasan menurut (Kotler & Keller dalam Ratnasari, 2011), dinyatakan sebagai tingkat perasaan dimana seseorang 21 menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk/jasa yang diterima dan diharapkan. Perusahaan harus berhasil membangun komitmen bersama seluruh personel di tiap bagian untuk menciptakan visi di dalam perbaikan proses pelayanan. Yang termasuk di dalamnya adalah memperbaiki cara berpikir, perilaku kemampuan, dan pengetahuan dari semua sumber daya manusia yang ada, misalnya dengan metode brainstroming dan management by walking around untuk mempertahankan komitmen pegawai (pelanggan internal). 2.4.2 Pengertian Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam diri setiap individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan. Menurut Robbins (2010) kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima. 22 2.4.3 Teori Kepuasan Kerja a. Teori Keseimbangan (Equity Theory) Teori ini dikembangkan oleh Adam, adapun komponen dari teori ini adalah input, outcome, comparison person, dan equtiy – in – equtiy. Wexley dan Yuki (1977) mengemukakan bahwa “Input is anything of value that an employee perceives that he contributes to his job”. Input adalah semua nilai yang diterima pegawai yang dapat menunjang pelaksanaan kerja. Misalnya, pendidikan, pengalaman, skill, usaha, peralatan pribadi, jumlah jam kerja. “Outcome is anything of value that the employee perceives he obtains from the job”. Outcome adalah semua nilai yang diperoleh dan dirasakan oleh pegawai. Misalnya upah, keuntungan tambahan, status simbol, pengenalan kembali (recognition), kesempatan untuk berprestasi atau mengekspresikan diri. Sedangkan “Comparison person mey be someone in the same organization, someone in a different organization, or even the person him self in a previous job”. Comparison person adalah seorang pegawai dalam organisasi yang sama, seorang pegawai dalam organisasi yang berbeda atau dirinya sendiri dalam pekerjaan sebelumnya. Menurut teori ini, puas atau tidak puasnya pegawai merupakan hasil perbandingan input–outcome pegawai lain (comparison person). Jadi, jika perbandingan tersebut dirasakan seimbang (equity) maka pegawai tersebut akan merasa puas. menyebabkan Tetapi, dua (ketidakseimbangan apabila terjadi kemungkinan, yang ketidakseimbangan yaitu menguntungkan over dirinya) (inequity) compensation dan sebaliknya dapat inequity under 23 compensation inequity (ketidakseimbangan yang menguntungkan pegawai lain yang menjadi pembanding atau (comparison person ). b. Teori Perbedaan ( Discrepancy Person ) Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter (1961) yang berpendapat bahwa mengukur kepuasan kerja dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan pegawai. Locke (1969) mengemukakan bahwa kepuasan kerja pegawai bergantung pada perbedaan antara apa yang didapat dan apa yang diharapakan oleh pegawai. Apabila yang didapat pegawai ternyata lebih kecil dari pada apa yang diharapkan, akan menyebabkan pegawai tidak puas. 2.4.4 Tingkat Mengukur Kepuasan Kerja Menurut Robbins dalam Amijaya (2014), empat faktor yang kondusif munculnya level tinggi kepuasan kerja karyawan, yaitu: a. Pekerjaan yang secara mental menantang Orang lebih menyukai pekerjaan yang memberikan peluang kepada mereka untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan keberagaman tugas, kebebasan, dan umpan balik tenatang bagaimana kinerja mereka. Karakteristik-karakteristik tersebut membuat pekerjaan secara mental menantang. b. Imbalan yang setimpal Karyawan menginginkan sistem pembayaran dan kebijakan promosi yang mereka anggap adil, tidak bermakna ganda, dan sesuai dengan harapan 24 mereka. Ketika pembayaran dipandang adil berdasarkan tuntutan pekerjaan, level keterampilan individu, dan standar pembayaran komunitas, maka kepuasan berpotensi muncul. c. Kondisi kerja yang mendukung Karyawan peduli dengan lingkungan kerja mereka untuk kenyamanan pribadi sekaligus untuk memfasilitasi kinerja yang baik. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa karyawan lebih menyukai kondisi fisikyang tidak berbahaya atau nyaman. Disamping itu, sebagian besar karyawan lebih menyukai berada dalam fasilitas yang bersihdan relatif modern, dan dengan peralatan dan perlengkapan yang memadai. d. Mitra kerja yang mendukung Bagi sebagian besar karyawan, pekerjaan juga memenuhi kebutuhan interaksi sosial mereka. Oleh kaena itu, tidak mengejutkan bahwa mitra kerja yang ramah dan mendukung mendorong kepuasan kerja. Perilaku atasan karyawan juga menjadi penentu penting kepuasan kerja. 2.5 Hubungan Antara Internal Marketing dan Kepuasan Kerja Menurut Amijaya (2014), untuk menciptakan kepuasan kerja yang menunjang terciptanya kualitas pelayanan prima, perusahaan dapat menerapkan internal marketing. Dalam konsep internal marketing, karyawan diperlakukan sebagai 25 customer. Dan dalam konsep internal marketing, perlu juga dibangun suatu iklim kerja yang menekankan pelayanan iklim kerja yang baik akan membentuk persepsi karyawan atas prosedur, tindakan, dan perilaku yang diharapkan oleh perusahaan terkait dengan pelayanan kepada pelanggan. Dengan membentuk persepsi karyawan, karyawan akan merasa bahwa dengan pelayanan yang baik, perusahaan akan bersikap mendukung dan bahkan akan memberi penghargaan atas apa yang mereka upayakan bagi perusahaan. Dari perspektif internal marketing, dukungan kepada karyawan dan kepuasan karyawan dibutuhkan untuk mencapai kualitas pelayanan yang tinggi kepada pelanggan. Jadi menurut perspektif ini, baik organisasi maupun atasan harus memberikan dukungan kepada karyawan untuk menghasilkan output yang lebih baik yakni kualitas pelayanan yang lebih baik. 2.6 Penelitian Terdahulu Penyusunan penelitian ini didukung dengan penelitin sebelumnya mengenai internal marketing dan kepuasan kerja ( job satisfaction ). Penelitian tredahulu dipaparkan sebagai berukut : 26 Tabel 2.1 Penelitian Terhdahulu NO 1 Nama Peneliti dan Judul Variabel Yang Tahun Peneliti Penelitian Digunakan Ribhan, (2010) Internal Kesimpulan Variabel Berdasarkan Independen: pengujiannya - Internal Marketing menggunanakan Satisfaction, Variabel Dependen: dengan Organizational - Job Satisfaction, didapatkan Commitment - internal Pada Commitment. berpengaruh secara positif Customers - terhadap Satisfaction Satisfaction Marketing Dampak : Job Organizational Customers SEM AMOS 4.0 bahwa, marketing komitmen organisasi dan kepuasan konsumen serta kepuasan kerja secara berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi. 2 Dyah (2012) Ratri Satiti, Analysis Variabel Pengaruh Internal Internal Independen: marketing sangat Marketing - Internal Marketing perbengaruh Variabel Dependen: kepuasan kerja dengan di Effect Employee’s Job Satisfaction of on - terhadap Job sertai dan dilaksanakan Satisfaction nya 3 variable : 1. Training , 2. Motivasi , 3. 27 (Study in The Komunikasi Oberoi Hotel Bali) 2.7 Kerangka Kerja dan Hipotesis Masalah merupakan selisih antara harapan dan kenyataan, dan persepsi karyawan Sucofindo mengenai kegiatan internal marketing yang dilakukan oleh Sucofindo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami lebih lanjut hubungan interal marketing terhadap kepuasan kerja karyawan di Sucofindo. Dalam model penelitian, diteliti mengenai hubungan internal marketing terhadap kepuasan kerja karyawan di Sucofindo. 2.7.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan paparan yang telah diuraikan diatas, sebuah kerangka kerja dikembangkan sebagai acuan dalam menjelaskan hubungan antara konstruk yang ada dalam cakupan penelitian ini. Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya, maka kerangka kerja teoritis penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: 28 Gambar 2.2 Kerangka Kerja Teoritis Penelitian Internal Marketing (X) Kepuasan Kerja (Y) 2.7.2 Hipotesis Dari kerangka kerja teoritis diatas, dapat disimpulkan bahwa internal marketing yang dilaksanakan dengan baik akan memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan. Dengan demikian hipotesis penelitian ini adalah: Ha : Internal Marketing berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan di Sucofindo.