BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya instrumen investasi yang ada mengharuskan investor agar dapat membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen investasi yang menjanjikan seiring dengan terbukanya akses informasi data semakin memudahkan investor untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi. Peningkatan kemampuan analisis bagi para investor sangatlah penting disamping belum terjaminnya kemampuan manajer investasi dalam pengelolaan dana. Investor dituntut mampu membentuk sendiri portofolio yang efisien di berbagai instrumen investasi. Penentuan portofolio yang optimal merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kalangan investor. Portofolio yang optimal akan menghasilkan return yang optimal dengan resiko moderat yang dapat dipertanggungjawabkan. Hubungan antara risiko dan return bersifat linier positif artinya semakin tinggi risiko maka semakin besar pula return yang diharapkan. Langkah pendekatan yang dapat dilakukan oleh investor adalah dengan melakukan penghitungan dalam pemilihan dan penentuan portofolio serta pola perilaku investor dalam transaksi jual beli. Investor dapat menggunakan beberapa model analisis portofolio antara lain Model Markowitz dan Model Indeks Tunggal. Model Markowitz terbatas hanya pada portofolio yang terdiri dari aset berisiko. William Sharpe mengembangkan dan menciptakan Model Indeks Tunggal. Model ini mengkaitkan perhitungan return setiap aset pada return indeks pasar dan model ini mempunyai pilihan untuk 1 memasukkan aktiva bebas risiko ke dalam portofolionya (Elton dan Gruber, 1995). Pada Model Indeks Tunggal risiko disederhanakan ke dalam dua komponen, yaitu risiko pasar dan risiko keunikan perusahaan. Penyederhanaan dalam model indeks tunggal bisa menyederhanakan perhitungan risiko portofolio Markowitz yang sangat kompleks menjadi perhitungan sederhana (Tandelilin 2001:70) Menurut Hartono (2013), kelebihan dari analisis Model Indeks Tunggal adalah lebih menyederhanakan dalam perhitungan dan memperhatikan perubahan pasar, sedangkan dalam analisis Model Markowitz hanya terfokus pada sekuritasnya saja atau pada risiko tidak sistematis dan tidak memperhatikan korelasi antara sekuritas dengan perubahan pasarnya. Analisis Model Indeks Tunggal menunjukkan terjadi korelasi antara sekuritas dengan perubahan pasar. Hal tersebut dapat diamati dimana pada saat pasar membaik yang ditunjukkan oleh indeks pasar yang tersedia maka harga saham akan meningkat, demikian pula pada saat pasar memburuk maka harga saham akan menurun. Indeks yang saat ini mulai banyak dilirik oleh investor adalah saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII), atau biasa juga disebut dengan indeks syariah. Bagi investor Muslim yang harus diperhatikan adalah sejauh mana investasi yang dilakukan tidak bertentangan dengan aspek syariah. Sejak keberadaannya di tahun 1995, dan berbagai penyempurnaan tahun 2000 dan 2003, saham-saham JII menunjukkan kinerja yang baik dan mampu bersaing dengan saham-saham dari anggota indeks lainnya (Wahyu, 2010) dalam jurnal Riska Rosdiana (2012), seperti ditunjukkan pada gambar 1.1. 2 (Sumber: Bloomberg) Gambar 1.1: Grafik Return Indeks JII, IHSG, LQ45 Sejak periode 12 Mei 2011 hingga 22 November 2013, kedua indeks syariah (ISSI dan JII) mengalami pertumbuhan yang signifikan dibandingkan dengan Indeks LQ45 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan pertumbuhan return masing-masing sebesar 19% dan 13%. Sedangkan, LQ45 hanya tumbuh 6% dan IHSG naik tumbuh sebesar 13% (Abdalloh, 2013). Saham-saham yang selalu muncul sebagai anggota Indeks JII belum tentu menjamin harapan investor untuk dapat memperoleh return yang diinginkan yakni return dari portofolio optimal. Dalam menganalisis kinerja portofolionya, investor perlu membandingkan return portofolio tersebut dengan return dari portofolio lain 3 yang sebanding dan relevan. Portofolio benchmark tersebut juga harus dapat mencerminkan tujuan investasi investor Pengukuran kinerja portofolio saham dapat dipermudah dengan menggunakan suatu proksi. Proksi tersebut dapat berdasarkan jenis industri emiten, seperti manufaktur atau perbankan, serta dapat juga menggunakan indeks pasar. Indeks yang sering digunakan sebagai dasar pembentukan portofolio saham adalah IHSG dan indeks LQ 45 pada BEI (Hartono, 2013). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) digunakan sebagai proksi penghitung return pasar karena mewakili kinerja portofolio saham secara keseluruhan. Saham-saham LQ 45 merupakan saham likuid kapitalisasi pasar yang tinggi, yang memiliki transaksi perdagangan tinggi, baik dari segi frekuensi maupun volume, dan memiliki prospek pertumbuhan serta kondisi keuangan yang cukup baik, tidak fluktuatif dan secara objektif telah diseleksi oleh BEI. Selain itu, jika dilihat dari segi risiko, kelompok saham LQ 45 memiliki risiko terendah dibandingkan saham-saham lain karena fundamental kinerja saham ini bagus dan fluktuatif harga pada kelompok saham LQ 45 cenderung smooth sehingga menjadikan return dari capital gain tidak setinggi kelompok saham yang mengalami fluktuasi harga signifikan (Sulistyowati, 2012). Karakteristik saham LQ 45 ini dapat mewakili kinerja portofolio saham, dimana penilaian kinerja portofolio dilihat dari dua sisi yaitu hasil dan risiko (Sartono dan Zulaihati, 1998). Anggota Indeks LQ 45 selalu mengalami perubahan sesuai likuiditas yang dicapai oleh emiten. Dalam menganalisis kinerja portofolio, faktor lamanya periode waktu juga akan mempengaruhi tingkat return portofolio. Strategi investasi menjadi strategi yang 4 buruk ketika menggunakan jangka waktu historis pendek untuk pembentukan portofolio (khususnya yang kurang dari satu bulan), strategi investasi sangat menguntungkan pada jangka waktu menengah (sampai dengan 24 bulan, walaupun yang terkuat adalah dalam rentangan 6 sampai 12 bulan), dan strategi investasi juga buruk untuk periode waktu yang panjang (Wiksuana, 2009). Penelitian ini untuk menganalisis kinerja portofolio saham optimal JII 1 bulan setelah dibentuk dengan menggunakan Model Indeks Tunggal dengan IHSG, dan Indeks LQ45 sebagai proksi return pasar, sehingga investor bisa menentukan proksi return yang tepat dalam pembentukan portofolio optimal JII agar memberikan return yang diinginkan. 1.2 Permasalahan Bagaimana kinerja portofolio saham optimal JII 1 bulan setelah dibentuk dengan menggunakan Model Indeks Tunggal dengan IHSG, dan Indeks LQ45 sebagai proksi return pasar? 1.3 Tujuan Menganalisis kinerja portofolio saham optimal JII 1 bulan setelah dibentuk dengan menggunakan IHSG dan Indeks LQ45 sebagai proksi return pasar. 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti untuk menganalisis kinerja portofolio optimal JII 1 bulan setelah dibentuk bila digunakan pendekatan Indeks LQ45 dam IHSG sebagai proksi return pasar dengan 5 Model Indeks Tunggal, dan dapat menjadi referensi atau masukan bagi investor dalam menanamkan dananya agar lebih memberikan manfaat optimal bagi investor. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis, manfaat dari penelitian ini diharapkan : 1. Investor dapat mengambil keputusan dan menentukan strategi investasi secara cepat dan tepat agar mendapatkan hasil yang maksimal dengan tingkat risiko yang minimal. 2. Dapat membantu pihak lain dalam penyajian informasi untuk mengadakan penelitian serupa. 6