BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker hati, terutama karsinoma hepatoselular (KHS), merupakan penyebab utama kematian ketiga dari kanker diseluruh dunia dan penyebab kesembilan penyebab kematian akibat kanker di Amerika Serikat. Infeksi virus Hepatitis B (HBV dan virus Hepatitis C (HCV) diperkirakan menyebabkan 78% kasus KHS global (Parkin et al., 2005; Altekruse et al., 2009; Frieden et al., 2010). Untuk mengamati kecenderungan insidensi KHS di Amerika Serikat, CDC menganalisis data dari tahun 2001-2006 dari sistem surveillance CDC’s National Program of Cancer Registries (NPCR) dan the National Cancer Institute’s Surveillance, Epidemiology, and End Result (SEER). Dari laporan ini didapatkan rerata insidensi tahunan HCC dari tahun 2001-2006 adalah 3,0 per 100.000 orang dan peningkatan signifikan dari 2,7 per 100.000 orang tahun pada tahun 2001 menjadi 3,2 pada tahun 2006, dengan perkiraan rerata insidensi annual percentage change (APC) 3,5% (Frieden et al., 2010). Tumor Necrosis Factor (TNF)-α merupakan sitokin pleiotropik yang menginduksi respon selular seperti proliferasi, produksi mediator inflamasi, dan cell death dan memainkan peran utama pada patofisiologi syok septik dan wasting syndrome (Schwabe & Brenner, 2006). Pada hati, TNF α terlibat dalam patofisiologi hepatitis viral, penyakit hati alkoholik, nonalcoholic fatty liver disease, dan ischemia-reperfusion (I/R) injury. 1 2 TNF α memainkan peran ganda di hati, berperan sebagai mediator cell death dan menginduksi proliferasi hepatosit dan regenerasi hati (Schwabe & Brenner, 2006). TNF α diproduksi terutama di hati oleh makrofag tetapi juga diproduksi oleh tipe sel yang lain seperti sel limfoid, mast sel, sel endothelial, fibroblast, dan sel neuronal. TNF α pada awalnya diproduksi sebagai protein transmembran tipe II tetapi dilepaskan dalam bentuk soluble trimetric melalui proteolytic cleavage oleh metalloprotease TNF-converting enzyme (TACE). Meskipun TNF α dapat berperan sebagai aktivator yang poten terhadap jalur proinflamatori dan proapoptosis, signal jalur-jalur ini berinteraksi dalam jaringan yang komplek pada beberapa tingkat, dan aktivasi salah satu jalur ini sering tergantung pada inaktivasi jalur yang lain, menunjukkan bahwa sel-sel tersebut mampu memilih respon terhadap TNF α yang diinginkan. Pada pasien dengan infeksi Hepatitis B virus (HBV) kronik dan penyakit hati aktif terjadi peningkatan ekspresi TNF-α intrahepatik dibandingkan pada pasien dengan penyakit hati inaktif (Hussain, 1994; Schwabe & Brenner, 2006). B. Pertanyaan penelitian Apakah terdapat perbedaan kadar TNF α pada penderita Hepatitis Kronis dan Karsinoma Hepatoselular? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar TNF α pada penderita Hepatitis Kronis dan Karsinoma Hepatoselular. 3 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pasien hepatitis kronis dan karsinoma hepatoselular, peneliti maupun institusi, berupa; a. Manfaat bagi pasien Dengan didapatkan nilai cutoff, sensitivitas dan spesifitas kadar TNF α yang lebih baik dari marker sebelumnya pada KHS, diharapkan bisa digunakan sebagai prediktor perjalanan klinis penyakit hepatitis kronis, sehingga dapat mendeteksi lebih dini kejadian KHS, selanjutnya dapat diupayakan pencegahan progresifitas maupun pengobatan keganasan pada stadium dini. Juga dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. b. Manfaat bagi peneliti Peneliti mendapat data mengenai kadar TNF α pada kasus hepatitis kronis dan KHS, sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai prediktor perjalanan penyakit mulai dari hepatitis kronis sampai karsinoma hepatoselular dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. c. Manfaat bagi institusi Institusi mendapatkan pengetahuan mengenai pentingnya pemeriksaan TNF α pada pasien hepatitis kronis dan KHS yang diharapkan dapat digunakan sebagai marker pemeriksaan rutin untuk memprediksi progresifitas penyakit hepatitis kronis sehingga dapat memperbaiki pelayanan pada penderita-penderita dengan hepatitis kronis dan KHS. 4 E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai perbedaan rerata kadar TNF α pada penderita hepatitis kronis dan karsinoma hepatoselular sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan di Indonesia. Daftar penelitian yang digunakan sebagai acuan penulis untuk penelitian ini adalah: Tabel 1. Keaslian Penelitian Peneliti/Metode Hussain et al., (1994) Cohort Study Subyek : 19 pasien dengan HBV surface antigen (HBsAg) seropositif Judul Hasil Hepatic expression of tumour necrosis factor-a in chronic hepatitis B virus infection Ekspresi intra hepatik TNF alfa meningkat pada pasien dengan infeksi HBV kronis dan penyakit hati aktif dibandingkan dengan penyakit hati yang inaktif . Induction of Tumor Necrosis Factor Case control Study Production by Human Hepatocytes in Chronic Subyek: 20 pasien hepatitis Viral Hepatitis B dan C kronis pasien dimasukkan dalam analisis Amaro et al., (1994) Moustapha et al., (2010) Case control Study Subyek 45 pasien Evaluation of Tumor Necrosis Factor- α (TNFα), soluble P-selectin (sP-Selectin), gamma-glutamyl transferase (GGT), glutathione Stransferase Pi (GST-Pi) and alphafetoprotein (AFP) in patients with hepatocellular carcinoma before and during chemotherapy Infeksi virus menginduksi produksi TNF α dalam hepatosit secara in vitro dan in vivo dan mengindikasi bahwa protein HBV X mengatur ekspresi sitokin ini Pasien dengan HCC memiliki kadar TNF α (270.0±19.3) yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan benign liver diseases (248.3±12.1) dan kontrol (12.4±0.98), serta menurun setelah dilakukan khemoterapi pada HCC (258.7±18.4)