BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Radio Suara

advertisement
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Radio Suara Surabaya atau yang lebih dikenal dengan SS berdiri pada 11 Juni
1983 dibawah PT. Fiskaria Jaya Suara Surabaya. Pada awal mengudaranya format
SS adalah radio informasi dengan motto FM News dan Musik Hit. Kemudian pada
tahun 1995 SS mengembangkan konsep interaktif yang pada akhirnya mengubah
mottonya hingga saat ini menjadi News, Interaktif, Solutif. Sebagai media lokal,
siaran SS mencakup wilayah Surabaya dan Jawa Timur, dengan segmentasi
dewasa, mapan dan kelas menegah keatas.
Dalam menjalankan bisnisnya di industri media, radio SS menghadapi
masalah yaitu menurunnya jumlah pendengar radio secara nasional. Di Surabaya
berdasarkan data Nielsen radio reach atau pendengar radio (radio listenership)
cenderung turun dari tahun ke tahun, diawali dari tahun 2008 yang mencapai 62%
hingga pada 2010 merosot menjadi 48% saja. Selain itu Time Spent Listening
(TSL) atau lamanya pendengar mendengarkan radio juga menurun, hal ini
menunjukkan bahwa radio sudah tidak lagi menjadi media favorit untuk khalayak
dalam
mengakses
kebutuhannya
seperti
informasi
dan
hiburan
(http://www.radioprssni.com/prssninew/internallink/Program%20Umum%20PRS
SNI%202011.pdf).
Menurunnya minat masyarakat dalam mendengarkan radio tersebut tidak
lepas dari munculnya media baru yang mengakibatkan beralihnya pola perilaku
khalayak dalam mengonsumsi media saat ini. Melalui media baru yang berbasis
internet seseorang dapat lebih mudah mengakses informasi dan hiburan kapanpun
dan dimanapun. Menghadapi lingkungan pasar tersebut radio SS kemudian
mengambil tindakan untuk memanfaatkan media baru sebagai peluang baru
dilingkungan pasar yang sudah berubah.
Untuk pertama kalinya pada 2010 radio SS mulai aktif mendistribusikan
konten informasinya melalui media sosial Facebook, kemudian seiring dengan
1
pertumbuhan pengguna Twitter, radio SS juga tidak mau ketinggalan untuk
memanfaatkan Twitter.
Dalam perkembangannya radio SS kemudian berinovasi dan hadir dalam
bentuk On Device Portal (ODP) yang dapat diakses dari beberapa mobile device
melalui koneksi internet. Melalui ODP radio SS dapat menjangkau audiensnya
lebih dekat melalui perangkat bergerak (mobile device) mereka. Selain itu melalui
ODP audiens juga dapat mengakses berbagai konten SS baik streaming radio,
foto, berita, info traffic dan sebagainya dalam mobile device mereka. Inovasi yang
dikembangkan SS ini merupakan bentuk konvergensi multiplatform.
Sepanjang 2010 hingga 2014 radio SS terus menyusun strategi komunikasi
pemasarannya dalam menghadapi lingkungan pasar yang sudah berubah karena
pergeseran era dan munculnya pasar baru di era digital saat ini. Radio SS
menyadari bahwa industrinya tidak mungkin terus memelihara pendengar
lamanya hingga saat ini, karena secara kriteria mereka sudah tidak lagi sesuai
segmentasi yang dilayani SS. Pergeseran era memunculkan generasi baru yang
harus dilayani radio SS sesuai dengan segmentasi yang ditetapkan, untuk dapat
melayani generasi yang saat ini sudah pasti memerlukan pendekatan yang berbeda
pula. Strategi yang digunakan untuk mendekati generasi lama, tidak akan bisa
digunakan untuk mendekati generasi saat ini. Selain itu demi menjaga
kelangsungan bisnisnya di bidang penyiaran SS juga mulai membidik pasar
pendengar anak muda sebagai langkah awal regenerasi dengan melakukan
berbagai pendekatan terutama menyentuh mereka melalui media-media yang
mereka gunakan saat ini seperti media sosial dan beberapa platform media baru.
Sementara untuk dapat merebut pendengar, strategi yang dilakukan radio SS
adalah dengan memposisikan radionya secara tepat dibenak pendengarnya.
Disamping itu, positioning SS dalam sebuah merek juga memerlukan sebuah
klarifikasi karena sesuai brand nama Suara Surabaya sangat erat dengan
keberadaan stasiun lokal yang ditujukan untuk masyarakat Surabaya, padahal
dengan konvergensi yang dilakukannya saat ini jangkauan siaran SS semakin luas
tidak hanya nasional bahkan global.
2
Radio SS sebagai brand yang sudah dikenal lama dengan informasi lalu
lintasnya memasuki tahun 2010 mencoba untuk lebih relevan dengan audiens saat
ini, hal tersebut dapat diketahui dari beberapa kegiatannya dalam membangun
brand dimana dalam event yang diselenggarakan SS mulai menargetkan anak
muda. Bahkan event rutin tahunan yang dulu menargetkan pendengar yang sudah
mapan dan berkeluarga tidak terdengar lagi.
Evolusi pada radio SS juga terjadi pada konten baik itu informasi, musik, dan
tema talkshow. Untuk melayani pendengar saat ini, SS menyesuaikan kebutuhan
(needs) dan keinginan (wants) mereka. Namun untuk menyesuaikan konten
tersebut dengan pendengar saat ini berbagai pertimbangan dilakukan SS karena
hal ini terkait dengan potensi pasar pendengar dan iklan yang masuk. Sebagai
radio komersial salah satu tujuan SS diantaranya adalah meraih keuntungan dari
sejumlah pengiklan. Upaya-upaya yang dilakukan radio SS dengan memanfaatkan
media baru dan membidik anak muda menjadi usaha dalam meningkatkan
pendapatan dari iklan masuk yang mempertimbangkan daya jangkau media dan
target segmentasi yang luas.
Selain memodifikasi konten agar lebih relevan untuk pendengar saat ini, SS
juga terus memperluas saluran distribusinya melalui platform yang sedang
menjadi trend seperti perangkat bergerak yang berbasis operasi sistem Blackberry,
Android, dan iOs. Melalui media sosial dan beberapa platform yang digunakan, SS
berharap dapat menarik khalayak yang aktif di media baru untuk menjadi
pendengarnya.
Untuk dapat mencapai tujuan perusahaan, maka perlu didukung dengan
promosi sebagai bagian dari strategi komunikasi pemasaran. Promosi pada
industri penyiaran berbeda dengan promosi industri yang menjual barang pada
umumnya. Promosi yang dilakukan radio lebih ditujukan untuk menarik audiens
dan pengiklan. Pada radio promosi khususnya yang sudah memasuki era media
baru saat ini diantaranya terdiri dari onair promotion, web promotion, publicity,
advertising, sales promotion, dan community building.
Dari strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan radio SS yang sudah
dipaparkan tersebut, ternyata hasil yang dicapainya justru kurang memuaskan,
3
karena pada kenyataanya pendengar dari tahun 2010 hingga data terakhir yang
diperoleh pada 2013 menurun, berdasarkan data dari Nielsen Media Radio Survey
2013 pada kuartal kedua tahun 2010 pendengar SS mencapai 52,9% dan pada
kuartal keempat tahun 2013 merosot menjadi 44,83% (Report Summary Suara
Surabaya : 2013). Tidak hanya itu upaya SS dalam meregenerasi pendengarnya
dengan membidik pasar pendengar anak muda juga belum kuat dan tidak
signifikan untuk menarik mereka menjadi pendengar di mana dari perolehan data
terakhir pada 2013 pendengar anak muda hanya mencapai 17,54% paling rendah
dibandingkan prosentase pendengar di usia 30 sampai 44 tahun yang mencapai
30,35% (Report Summary Suara Surabaya : 2013). Berdasarkan uraian diatas,
dari seluruh upaya yang dilakukan radio SS demi menjaga kelangsungan bisnis
utamanya yakni sebagai media penyiaran di masa depan, dalam penelitian ini
penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih jauh mengenai strategi komunikasi
pemasaran radio Suara Surabaya periode 2010-2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana strategi komunikasi pemasaran radio
Suara Surabaya periode 2010-2014?
C. Tujuan Penilitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari
penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran radio Suara Surabaya
periode 2010-2014.
2. Untuk menjelaskan proses strategi komunikasi pemasaran radio Suara
Surabaya periode 2010-2014.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
a. Penelitian ini berada dalam ranah manajemen media, sehingga hasil
penelitian diharapkan dapat menambah wawasan tentang strategi
komunikasi
pemasaran
radio
sebagai
media
penyiaran
dalam
menghadapi pasar.
b. Penelitian diharapkan bisa memberi referensi baru tentang strategi
komunikasi pemasaran di industri media penyiaran radio.
2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan rekomendasi kepada kalangan
industri penyiaran khususnya radio dalam mengaplikasikan strategi
komunikasi pemasaran, sebagai upaya media konvensional dalam
menghadapi persaingan dan mempertahankan eksistensinya.
b. Hasil penelitian juga diharapkan menjadi sumbangan pemikiran yang
turut mendorong kemajuan media radio.
E. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah aktivitas strategi
komunikasi pemasaran radio Suara Surabaya dibawah naungan PT. Fiskaria Jaya
Suara Surabaya periode 2010-2014.
F. Kerangka Pemikiran
1. Strategi Pemasaran Radio
Strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi
terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Pada definisi ini, setiap organisasi pasti
memiliki strategi, Meskipun strategi tersebut tidak pernah dirumuskan secara
eksplisit. Pandangan ini diterapkan bagi para manajer yang bersifat reaktif, yaitu
hanya menanggapi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara pasif
manakala dibutuhkan (Tjiptono, 2008 : 3).
5
Sementara konsep paling dasar yang melandasi pemasaran adalah
kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan permintaan (demands). Perusahaan
pemasaran yang terkemuka berusaha keras untuk mempelajari dan memahami
kebutuhan, keinginan, dan permintaan konsumen mereka. Perusahaaan akan
melakukan riset mengenai kesenangan dan ketidaksenangan pelanggan. Mereka
mengamati yang menggunakan produk mereka dan produk pesaing
untuk
mencari kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi. Dengan memahami
kebutuhan, keinginan, dan permintaan pelanggan secara detail akan memberikan
masukan penting untuk merancang strategi pemasaran (Kotler & Armstrong,
2001: 8).
Saat ini di industri penyiaran radio dalam proses perubahan, mencari
perspektif baru untuk membuat bisnis lebih menguntungkan dan menghadapi
persaingan media digital. Saat ini Digitalisasi dan internet telah mengubah
pemasaran media khususnya radio.
Radio saat ini adalah multimedia,
multiplatform dan terkonvergen, hal ini berbeda dengan era FM, dimana radio
sekarang dapat menyajikan gambar, lebih interaktif, lebih melibatkan partisipasi,
mampu berbagi, tidak serempak, dapat diulang, dapat produksi ulang, mudah
dicari, bisa menyesuaikan, hyper-textual, sesuai permintaan dan sebagainya.
Semua itu dipercaya dapat memperkuat kemampuan radio dalam membangun rasa
pada komunitas diantara pendengar, rasa yang dapat meningkatkan kemampuan
radio dalam menghadapi paradigma yang tidak menentu (Cordeiro, 2012 : 492).
Selain itu radio saat ini berorientasi kepada audiens, kehadiran media
online memberikan kontribusi untuk mengubah model distribusi, struktur dan
pesan, menggabungkan fitur tradisional radio dengan sifat multimedia dari
internet, menciptakan media yang menyiarkan real-time audio. Audio yang dapat
disertai dengan teks dan gambar.
Pirker (2009) menemukan strategi 3M yaitu Mutimedia, Multichannel, dan
Multiplatform di industri media cetak dalam melakukan konvergensi media,
strategi tersebut saat ini juga dijumpai pada media konvensional lainnya termasuk
radio dalam bertahan hidup ditengah era digital. Menurutnya strategi pertama
yaitu multimedia adalah membuat dan menyediakan informasi atau konten dalam
6
berbagai format, seperti teks, foto, gambar, grafik, video menjadi model utama.
Sementara multichannel adalah menggunakan dan memaksimalkan
berbagai metode dan kanal distribusi informasi, baik melalui fisik maupun
nonfisik (digital). Sistem distribusi dipersonifikasikan kedalam multichannel yang
lebih mengacu pada banyaknya kanal untuk mendistribusikan informasi.
Misalnya, selain dalam wujud radio, informasi yang sama juga dapat diperoleh
dalam bentuk digital melalui jaringan internet. sementara platform audiens dalam
mengonsumsi informasi juga beragam, didukung banyaknya alat untuk
mengonsumsi berita. Sedangkan multiplatform adalah menggunakan berbagai alat
dan perangkat untuk mengakses informasi. misalnya komputer, smartphone,
tablet dan sebagainya. multiplatform ini memberikan keleluasaan konsumen untuk
menikmati produk (Sugiya, 2012 : 50-51).
Secara konseptual, strategi pemasaran adalah alat fundamental yang
direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan
keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan
program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut (Tull
dan Kahle dalam Tjiptono, 2008 : 6). Keberhasilan sebuah pemasaran adalah hasil
dari perencanaan strategi yang matang. Strategi yang digunakan dalam industri
penyiaran radio, diantaranya terkait dengan strategi segmentation, positioning,
dan branding (Albarran, 2010 ; 196).
a. Segmentation
Secara umum segmen pasar dalam strategi segmentation terdiri dari
pelanggan atau audiens yang memiliki sekumpulan kebutuhan dan keinginan
yang serupa. Dalam sebuah perusahaan tugas pemasar adalah mengidentifikasi
segmen dan memutuskan segmen mana yang akan dibidik. Manfaat pemasaran
segmen diantaranya perusahaan dapat merancang, memberi harga, melepaskan,
dan menghantarkan produk atau jasa dengan lebih baik dan juga dapat
menyesuaikan program dan kegiatan pemasaran untuk mengalahkan pemasaran
yang dilakukan pesaing (Kotler & Keller, 2009 : 228).
7
Sementara menurut Albarran (2010 ; 196) dalam industri penyiaran radio
segmentation adalah target sasaran (audiens). Tujuan utama dari segmentasi
adalah untuk mengidentifikasi segmen audiens yang belum terlayani dan
mengembangkan produk untuk memenuhi kebutuhan segmen tersebut. Menurut
Runyon (1980) dalam Albarran (2010 ; 196) supaya efektif, segmen harus dapat
diukur, berpotensi menghasilkan keuntungan cukup besar, dan dapat dijangkau.
Sedangkan menurut Masduki (2004 ; 20) adalah proses membagi-bagi atau
mengelompokkan pendengar dalam kotak-kotak psikografis-sosiografis yang
lebih homogen.
Di Indonesia media penyiaran yang sudah sangat tersegmentasi adalah
stasiun radio. Berdasarkan riset, stasiun radio di kota besar tidak dapat lagi
menjadi media yang bersifat umum yang membidik seluruh lapisan masyarakat.
Stasiun radio dikota besar harus membidik segmen secara terbatas misalnya,
kalangan remaja, perempuan, kalangan pebisnis dan sebagainya. Di kota besar
program stasiun radio umumnya sudah tersegmentasi. Stasiun radio dengan
segmentasi audiens yang jelas pada dasarnya memiliki potensi yang sangat besar
digunakan para pemasang iklan untuk mencapai konsumennya.
Sebagai langkah awal, database pemasaran menjadi alat utama dalam
mengembangkan strategi segmentasi. Industri radio menggunakan database
pemasaran untuk meraih target audiens tertentu. Database yang dimaksud disini
adalah terkait pengumpulan data audiens dalam memberikan informasi
mengenai kebutuhan yang mereka perlukan. Informasi aktual dari sebuah
database dapat disusun dari berbagai sumber misal, registrasi web/digital,
promosi event, direct mail dan informasi lainnya yang dapat membantu seperti
data populasi dan demografi (Albarran, 2010 ; 196-197).
Dalam
menentukan
segmennya
sebuah
perusahaan
akan
mempertimbangkan seberapa potensial segmen yang akan disasar, berikut
variabel utama segmentasi (Morissan, 2008 ; 167-178):
1. Segmentasi Demografis
Pada dasarnya segmentasi demografis didasarkan pada variabel seperti
usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, siklus keluarga,
8
agama, ras, dan kebangsaan. Data demografi dibutuhkan untuk
mengantisipasi perubahan-perubahan audiens menyangkut bagaimana
media penyiaran radio menilai potennsi audien yang tersedia dalam setiap
area geografi yang dapat dijangkau.
2. Segmentasi Geografis
Segmentasi ini membagi-bagi khalayak audien berdasarkan jangkauan
geografis. Pasar audien dibagi-bagi kedalam beberapa unit geografis yang
berbeda yang mencakup suatu wilayah negara, provinsi, kabupaten, dan
kota.
3. Segmentasi Psikografis
Segmentasi psikografis adalah segmentasi berdasarkan gaya hidup dan
kepribadian manusia. Gaya hidup memengaruhi perilaku seseorang, dan
akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.
Untuk menentukan strategi segmentasi agar lebih efektif yaitu terdiri dari
lima kriteria yang pertama apakah segmen itu cukup besar dan potensial
sehingga dapat menjamin kontinuitas program dan produksi program. Kedua
daya beli, populasi yang besar dalam sebuah segmen belum menjamin
keberhasilan, pertanyaanya adalah apakah audien itu memiliki daya beli yang
memadai dan memeiliki kesediaan membeli. Ketiga adalah apakah dapat
dibedakan atau didiferensiasi dengan segmen lainnya, sebuah segmen yang baik
harus dapat dibedakan secara jelas dengan segmen-segmen lainnya, dapat
dibedakan secara konseptual dan mempunyai respon yang berbeda terhadap
elemen dan program bauran pemasaran yang berbeda, sebuah stasiun radio harus
memiliki program unik dan didengar oleh banyak orang. Untuk itu program
harus memiliki USP (Unique Selling Point). keempat apakah sudah ada pesaing
lain yang menguasai segmen itu. Kelima adalah apakah segmen itu dapat
dijangkau, segmen yang baik harus dapat dijangkau. Dalam hal ini, media
penyiaran radio harus memiliki sarana pemancar dan promosi yang dapat
menjangkau segmen yang dituju (Triartanto, 2010 : 176).
9
b. Targeting
Setelah melakukan evaluasi terhadap berbagai peluang yang ditawarkan
berbagai segmen audien penyiaran, media penyiaran selanjutnya harus memilih
segmen audien yang ingin dimasuki yang disebut target audien (targeting) yang
akan menjadi fokus perhatian media penyiaran bersangkutan. Segmen yang dipilih
bisa terdiri satu segmen atau lebih dari satu di mana media penyiaran harus
menentukan tujuan dan sasaran berdasarkan target audien yang sudah dipilih serta
apa yang diharapkan untuk dicapai pada audien tersebut (Morissan, 2009 ; 184185).
Secara singkat target audien adalah memilih satu atau beberapa segmen
audien yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran program dan
promosi. Kadang-kadang targeting disebut juga dengan selecting karena audien
harus diseleksi. Perusahaan harus memiliki keberanian untuk memfokuskan
kegiatannya pada beberapa segmen audien saja dan meninggalkan segmen lainnya
(Morissan, 2009 ; 185).
c. Positioning
Strategi kedua adalah positioning dimana secara umum dalam sebuah
pemasaran positioning didefinisikan sebagai tindakan merancang penawaran dan
citra perusahaan agar mendapatkan tempat khusus dalam pikiran pasar sasaran.
Tujuannya adalah menempatkan merek dalam pikiran konsumen untuk
memaksimaalkan manfaat potensial bagi perusahaan. Positioning merek yang
baik membantu memandu strategi pemasaran dengan cara memperjelas esensi
merek, tujuan apa yang dapat diraih pelanggan dengan bantuan merek dan
bagaimana merek menjalankannya secara unik (Kotler & Keller, 2009 : 292293).
Positioning adalah strategi komunikasi yang berhubungan dengan
bagaimana khalayak menempatkan suatu produk, merek atau perusahaan di dalam
benaknya, sehingga khalayak atau audiens memiliki penilaian tertentu (Morissan,
2009 : 189). Sementara menurut Hiebing & Cooper (1997), mendefinisikan
positioning sebagai membangun persepsi produk didalam pasar sasaran relatif
10
terhadap persaingan (Morissan, 2009 : 189). Dalam hal ini suatu produk harus
memiliki pernyataan positioning yang memiliki hubungan erat dengan strategi
merebut konsumen dan harus bisa mewakili citra atau persepsi yang hendak
dicetak dalam benak audiens. Sementara ppendapat lainnya adalah positioning
merupakan strategi memasuki jendela otak pendengar dan strategi komunikasi
pembentukan citra produk siaran dibenak pikiran (Masduki, 2004 ; 21).
Strategi positioning adalah dimana perusahaan menemukan beragam
kebutuhan dan kelompok dipasar, membidik mana yang dapat dipenuhi oleh
perusahaan secara superior, dan kemudian memposisikan penawarannya agar
pasar mengenali kelebihan dari penawaran dan citra perusahaan. Jika perusahaan
melakukan positioning dengan buruk, pasar akan bingung (Kotler & Keller,
2009 : 292).
Dalam industri penyiaran radio positioning adalah dimana produk dari
radio harus dapat diposisikan dengan jelas dibenak audien, dalam hal ini
bagaimana organisasi media membangun identitas yang jelas dari sebuah brand
di pasar dan yang membedakan dengan media pesaing. Selama ini radio SS telah
berhasil menjadi sebuah merek yang memberikan nilai, fungsional, emosional,
dan nilai ekspresi. Secara fungsional kepada konsumen pendengar, merek
memberikan nilai yang berkaitan langsung dengan fungsi yang diberikan SS
melalui produknya (Arifin, 2010 : 341-342).
Positioning pada industri radio membutuhkan analisis obyektif dari
berbagai faktor. Menurut Warner and Buchman (1991) positioning seharusnya
mempertimbangkan pasar, pesaing dan strategi pemasarannya, serta analisis
internal secara menyeluruh (Albarran, 2010 ; 197). Positioning menjadi penting
bagi media penyiaran karena tingkat kompetisi yang cukup tinggi saat ini,
sementara persaingan yang dihadapi oleh SS saat ini tidak hanya dari sesama
media radio saja, namun di era digital radio SS juga harus bersaing dengan
media digital yang banyak bermunculan.
Adapaun langkah dalam menentukan strategi positioning menurut Temmy
Lesanpura (1992) adalah sebagai berikut menjadi stasiun radio “Yang Pertama”
dalam sebuah/suatu hal, menampilkan station identity atau ciri khas, menetapkan
11
target audience/segmentasi yang menerima posisi stasiun radio, nama dan slogan
yang menarik dan tetap untuk menyatakan positioning, sajian format yang sesuai
dan konsisten yang dikehendaki audience, musik yang sesuai dengan kebutuhan
pendengarnya, menyajikan keunggulan pada acara tertentu yang sesuai dengan
format siaran, bahasa siaran yang sesuai dan menujukan positioning stasiun
radio, kegiatan off air yang sesuai dengan kebutuhan target audience, Air
personality (penyiar) yang dapat membawa acara yang sesuai dengan
positioning, dan tidak meniru stasiun radio lain (Triartanto, 2010 ; 59-60).
d. Branding
Strategi ketiga adalah branding, yaitu cara lain untuk menjelaskan sebuah
citra produk di pasar adalah dengan merek yang membedakan produk serta
layanan. Brand image pada sebuah radio dipengaruhi diantaranya produk, harga,
distribusi dan promosi. (Albarran, 2010 ; 198). Pada industri penyiaran radio
branding yang dilakukan seperti mengidentifikasikan format dengan stasiun
radionya melalui “stasion id”.
Merek tidak dibangun hanya dari iklan semata. Konsumen atau audiens
radio mengenal merek melalui banyak sentuhan dan titik kontak seperti
observasi dan penggunaan pribadi, berita dari mulut ke mulut, interaksi dengan
personel perusahaan, pengalaman online atau telepon, dan masih banyak lagi.
Kontak merek (brand contact) adalah semua pengalaman yang membawa
informasi, baik positif maupun negatif, yang dimiliki pelanggan atau prospek
dengan merek, kategori produk, atau pasar yang berhubungan dengan produk
atau jasa pemasar.
Pemasar menciptakan kontak merek
dan membangun ekuitas merek
melalui banyak jalan seperti klub dan komunitas konsumen, pameran dagang,
pemasaran acara, sponsor, kunjungan pabrik, hubungan masyarakat dan
konferensi pers, serta pemasaran yang bertujuan sosial (Kotler & Keller, 2009 :
270).
Upaya manajemen stasiun radio dalam membangun identitas stasiun dan
branding, memungkinkan struktur komunikasi untuk berhubungan dengan target.
12
Saat ini, sejumlah stasiun radio melakukan pendekatan dengan logika brand
community, dimana stasiun radio dapat dipahami sebagai brand atau merek karena
lebih mementingkan sejumlah atribut yang melekat dibandingkan fungsional dari
radio itu sendiri. Dalam hal ini, pemahaman sebuah stasiun radio sebagai sebuah
merek berarti bahwa kita mengintegrasikan pendengar radio menjadi kelompokkelompok, membuat mereka merasa bahwa mereka adalah bagian dari komunitas
yang unik (Cordeiro, 2012 : 495).
Membangun brand dalam radio SS menjadi tanggung jawab divisi
promosi. Divisi promosi di radio SS pada dasarnya bertugas dalam proses public
relation yakni dengan melakukan serangkaian brand building di mata
masyarakat. Dengan sejumlah kegiatan yang dilakukan, radio SS berharap tetap
eksis dibenak khalayaknya baik itu pendengar setia maupun calon pendengar.
Sehingga tidak menutup kemungkinan dari brand building yang sudah
diciptakan dapat meningkatkan jumlah audiens yang pada akhirnya turut
menarik klien pengiklan untuk membeli space iklan.
2. Komunikasi Pemasaran Radio
Komunikasi pemasaran menjadi aspek penting dalam keseluruhan misi
pemasaran, serta menentukan suksesnya pemasaran. Dalam dekade terakhir ini,
komponen komunikasi pemasaran dalam bauran pemasaran menjadi semakin
penting. Bahkan telah diklaim bahwa pemasaran di era 1990-an adalah
komunikasi dan komunikasi adalah pemasaran. Keduanya tidak terpisahkan
(Shimp, 2003 : 4).
Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur
pokoknya yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah proses dimana
pemikiran dan pemahaman disampaikan antar individu, atau antara organisasi
dengan individu. Sementara pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana
perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara
mereka dengan pelanggannya. Jika digabungkan, komunikasi pemasaran
merepresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang
13
memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang
disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya (Shimp, 2003 : 4).
Perkembangan penting dalam dunia pemasaran menjadi tren dengan
munculnya
komunikasi
pemasaran
terpadu
communication/IMC) yang menekankan integrasi
(intregrated
antara
marketing
komunikasi
dan
pemasaran untuk meraih sukses. Seperti yang dikutip dalam Shimp (2003),
“Pemasar yang sukses dalam lingkungan baru adalah orang yang
mengkoordinasikan bauran komunikasi secara ketat, sehingga anda
dapat melihat dari media (periklanan) yang satu ke media lainnya, dari
program even yang satu ke program even lainnya, dan secara instan
dapat melihat bahwa merek tersebut berbicara dengan satu suara.”
Secara definisi IMC adalah proses pengembangan dan implementasi berbagai
bentuk program komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan
secara berkelanjutan (Shimp, 2003 : 24). Peran komunikasi dalam pemasaran
dianggap penting dalam menyebarluaskan pesan terkait sebuah produk yang
ditawarkan oleh perusahaan. Menurut Schultz (1994) bidang komunikasi dan
pemasaran semakin erat hubungannya terutama kontak komunikasi antara
perusahaan dengan pelanggan potensial. Bila menelusuri perkembangan produk
atau jasa, maka apapun yang dilakukan pemasar tertentu terkait dengan bentuk
komunikasi terhadap pelanggan dan pelanggan potensial. Misalnya rancangan
produk melalui kemasan dan saluran distribusi yang dipilih, program periklanan,
promosi penjualan, pemasaran langsung, dan hubungan masyarakat (Amalia, 2011
: 71).
Smith
(1999) menyatakan sejumlah keuntungan dari organisasi yang
mengembangkan strategi komunikasi pemasaran yang pertama membangun dan
menciptakan kekuatan komunikasi melalui komunitas dan konsisten. Kedua
membantu menciptakan pesan-pesan yang lebih jelas, tajam, dan tepat yang
ditujukan pada khalayak sasaran melalui berbagai tahapan dalam proses
pembelian mereka. Ketiga perencanaan taktis dari setiap alat-alat komunikasi
akan lebih mudah dan cepat ketika arah strategi yang jelas telah ditetapkan.
Terakhir yang keempat adalah mempelancar komunikasi terpadu yang menghemat
14
waktu, uang dan ketegangan serta memberikan keuntungan-keuntungan lainnya
melalui konsistensi dan kejelasan (Amalia, 2011 : 70).
Fungsi komunikasi pemasaran terpadu (IMC) sangat penting karena
banyaknya media dalam menyampaikan informasi memberikan masalah bagi
pemasar, perusahaan seringkali gagal memadukan berbagai saluran komunikasi
mereka. Hasilnya adalah kekacauan komunikasi bagi konsumen. Dalam sebuah
kasus misalnya, iklan di media massa mengatakan satu hal, sementara promosi
mengirimkan pesan yang berbeda, dan label produk menciptakan pesan lain.
Catatan penjualan perusahaan juga mengatakan sesuatu yang berbeda, dan situs
web perusahaan tampak tidak sinkron dengan semuanya. Untuk itu perusahaan
harus cermat dengan mengintegrasikan berbagai saluran komunikasinya untuk
menghantarkan pesan yang jelas, konsisten, dan menarik tentang organisasi dan
mereknya (Kotler &Armstrong, 2008 : 119-120).
Saat ini teknologi informasi yang canggih menyebabkan perubahan besar
dalam cara komunikasi antara perusahaan dan konsumen, jika pada radio audiens
dan pengiklan. Era digital telah menghasilkan sejumlah informasi dan sarana
komunikasi baru misalnya telepon seluler, iPod, dan internet sampai sistem satelit
dan perekan video digital (digital video recorder-DVR). Teknologi baru
memberikan sarana media baru yang menarik bagi perusahaan untuk berinteraksi
dengan konsumen sasaran, mereka juga memberikan lebih banyak kendali kepada
konsumen atas sifat dan waktu pesan dalam mengakses sebuah pesan atau
informasi yang mereka inginkan (Kotler &Armstrong, 2008 : 117-118).
Dalam Media elektronik radio, komunikasi pemasaran memainkan peran
penting untuk kelangsungan bisnis radio memasuki era digital. Pada perusahaan
media terutama radio seluruh program termasuk menentukan strategi dalam
pemasaran dan promosi yang dilakukan menjadi bahan evaluasi terhadap semua
usaha yang dilakukannya. Indikator dari pencapaian usahanya tersebut dapat
diukur misalnya melalui pemasukan iklan, rating audiens, serta seluruh data riset
yang menunjukkan bahwa usaha komunikasi pemasaran yang dilakukan
menunjukkan derajat keberhasilan, sehingga straegi komunikasi pemasaran radio
dianggap efektif dan efisien (Albarran, 2010 ; 251).
15
Komunikasi pemasaran disebut juga promosi, dimana bauran pemasaran 4P
menyebabkan istilah promosi umum digunakan dalam mendeskripsikan
komunikasi dengan pelanggan maupun calon pelanggan. Namun terminologi
komuniasi pemasaran (marketing communication) sekarang ini lebih disukai oleh
praktisi dan akademisi pemasaran. Pada hakikatnya promosi adalah bentuk
komunikasi pemasaran (Shimp, 2003 : 4).
a. Bauran Pemasaran Radio
Dalam sebuah strategi pemasaran konsep bauran pemasaran menjadi penting
sebelum menentukan langkah promosi sebagai aspek dari komunikasi pemasaran
yang akan dilakukan perusahaan penyiaran radio, karena pomosi masih menjadi
bagian dari bauran pemasaran. Oleh karena itu penting untuk mengkaji seluruh
teori konsep marketing mix 4P sebelum
membahas lebih jauh komunikasi
pemasaran yang lebih menyeluruh. Konsep marketing mix 4P secara umum
dikenalkan oleh Jerome McCarthy (1968) yang terdiri dari product, price, place,
dan promotion. Sementara menurut Albarran (2010 ; 194) konsep tersebut juga
telah diaplikasikan pada perusahaan media elektronik seperti radio.
Tujuan dalam menetapkan bauran pemasaran adalah menjangkau audiens
dimana dengan menetapkan bauran pemasaran dapat menarik audiens yang
menjadi target sasaran. Pada radio Suara Surabaya audiens yang menjadi target
sasaran adalah generasi yang selalu terhubung dengan perangkat digital mereka.
Sementara dari 4 elemen pada bauran pemasaran dijelaskan yaitu yang pertama
adalah product. Dalam kegiatan pemasaran ada 2 produk yang ditawarkan media
elektronik yakni radio untuk meraih profit seperti yang disebutkan Picard (1989)
yaitu dual product market. Menurutnya
produk yang pertama adalah bentuk
format atau program radio, dimana konten tersebut di targetkan pada audiens
untuk dikonsumsi. Sementara produk pasar yang kedua adalah iklan, dimana tiap
perusahaan media berusaha meningkatkan penjualan ruang iklan (Albarran, 2010 :
26-27).
Pada radio product merupakan sesuatu yang diproduksi untuk konsumen atau
audiens. Product adalah materi program yang dipilih dan memenuhi harapan
16
audiens yang menjadi target sasaran (Morissan, 2008 : 201). Dengan memahami
kebutuhan, keinginan, dan permintaan pelanggan secara detail akan memberikan
masukan penting untuk merancang strategi pemasaran (Kotler & Armstrong,
2001; 8). Namun dalam menciptaka produk setidaknya produk media juga
dicirikan oleh tuntutan yang tinggi terhadap originalitas gagasan Rahayu (2010 ;
45).
Program radio sebenarnya terdiri atas tiga kategori besar format program,
yaitu informasi, diskusi publik, musik, dan format khusus. Kedua jenis ini
kemudian dikemas dalam berbagai bentuk yang intinya harus dapat memenuhi
kebutuhan audiens dalam hal musik dan informasi (Morissan, 2008 : 224,
Triartanto, 2010 : 140). Setiap program siaran pada radio harus mengacu pada
pilihan format siaran tertentu seiring makin banyaknya stasiun penyiaran dan
semakin tersegmennya audien. Format siaran diwujudkan dalam bentuk prinsipprinsip dasar tentang apa, untuk siapa, dan bagaimana proses pengolahan suatu
siaran sehingga dapat diterima audiens. Menurut Webster, Phalen, dan Lichty
(2006 ; 41) format radio merupakan karakteristik yang penting, alasannya yang
pertama, selain radio cenderung sangat kompetitif, programmer biasanya
menggunakan format untuk membuat stasiun mereka tampak unik atau istimewa
sehingga lebih mencuri hati audiens untuk tetap mendengar. Alasan kedua adalah
melalui format yang berbeda radio dapat menarik beragam pendengar, hal ini
berkaitan dengan pengiklan yang ingin meraih berbagai pendengar secara
demografis.
Pada program informasi terbagi menjadi beberapa bagian yaitu dominasi
berita (all news) misalnya terdiri atas berita lokal, regional, nasional, serta
internasiponal, format berikutnya adalah dominasi perbincangan (all talk atau talk
news), dan terakhir kombinasi dari format keduanya (Morissan, 2008 : 220-223).
Pada diskusi publik, radio menjadi arena untuk menyampaikan gagasan dan
kritik terhadap situasi sosial, ekonomi, dan politik. Perencanaan siaran yang
cerdik menangkap peluang ini dengan menyuguhkan beragam acara debat publik
seputar masalah kesehatan, dinamika politik elit, problem lingkungan hidup,
penataan kota dan masih banyak lagi. Lokalitas radio sebagai media penyalur ide
17
membuatnya cepat memberi dampak bagi pergeseran kebijakan ditingkat
pemerintahan lokal dan dilingkup internal masyarakat (Masduki, 2004 : 42).
Selain itu program musik, di mana sejumlah programmer radio, konsultan
dan analis sebelumnya telah membagi secara khusus 40 format yang berbeda
(Webster, Phalen & lichty, 2006 ; 41). Format yang disajikan diantaranya, adult
contemporary dimana format ini berisi lagu-lagu yang dikhususkan kepada
pendengar dewasa usia 25 tahun sampai 45 tahun. Kemudian format top 40
menyajikan lagu dengan kriteria pop terbaru atau new entry yang terdaftar dalam
deretan 40 tangga lagu terlaris. Selain itu masih banyak format musik yang
disajikan antara lain Jazz, classical, classic rock, nostalgia, oldies, dan masih
banyak lagi. Tak sedikit radio yang memilih format musik, radio yang memilih
menjadi stasiun radio berformat musik biasanya karena alasan profit selain karena
menghindari acara berita dan public affair yang biayanya mahal serta memutar
lagu dari kaset atau CD yang jauh lebih murah (Vivian, 2008 ; 214)
Sementara untuk format program khusus, penyajian siarannya dicirikan
oleh spesifikasi yang khas. Artinya format siarannya mengarah terhadap
kekhususan tertentu yang dominan. Misalnya format program otomotif, sport,
agama, etnik, dan lainya.
Produk radio lainnya adalah iklan, menurut Owen & Wildman (1992) serta
Napoli (2003) bahwa ciri utama industri media adalah operasi bisnisnya yang
meliputi “dual product marketplace” maksudnya memproduksi konten untuk
dijual kepada audiens, dan menjual audiens kepada pengiklan (Rahayu, 2010 : 44)
Pada produk iklan meliputi adlib dimana ruang iklan ini formatnya disampaikan
oleh penyiar secara langsung berupa siaran kata saja. Disampaikan secara
langsung (bukan hasil rekaman). Adlib dilakukan oleh penyiar disela-sela ia
melakukan siaran, baik mengantarkan musik, dialog, dan sebagainya. Selain itu
bentuk iklan di radio juga dikemas dalam bentuk spot yang disampaikan dengan
teknik perekaman sebelumnya. Dalam iklan spot radio, berisi perpaduan antara
voice (siaran kata), musik, dan sound effect (efek suara). Umumnya durasi yang
digunakan berkisar antara 15 sampai 60 detik, namun umumnya 30 detik. Pada
radio juga terdapat sponsor program yaitu pemberian waktu khusus kepada
18
sponsor untuk menyampaikan pesan dengan membiayai sebuah program acara
radio (Triartanto, 2010 : 173-174). Selain iklan slot airtime, tak jarang saat ini
media konvensional memanfatkan website-nya untuk membuka ruang iklan,
seperti yang diungkapkan Boone & Kurtz (2007 ; 21-22) di era digital inovasi
teknologi telah memainkan suatu peranan dalam sejarah bisnis dan membuka
peluang-peluang bisnis baru, bahkan perubahan-perubahan yang terjadi pada
teknologi juga menciptakan industri yang benar-benar baru dan cara-cara baru
dalam menjalankan bisnis terutama setelah kehadiran media baru internet
Dalam menciptakan produk yang sesuai kebutuhan audiens, disini riset
konsumen dapat membantu perusahaan mengidentifikasi tipe produk yang akan
ditawarkan (Albarran, 2010 ; 194). Data bagi radio SS menjadi sesuatu yang
memiliki peranan penting untuk menentukan arah dan kebijakan perusahaan. Data
riset mempunyai pengaruh besar, karena melalui data tersebut radio SS dengan
cepat menangkap selera pasar, termasuk jika ada kesalahan pemasaran karena
ternyata produknya kurang mendapat respon pasar, sehingga manajemen bisa
dengan cepat merevisi produknya.
Saat ini radio tidak saja terdampak oleh fenomena iPod atau MP3 namun
juga ribuan stasiun radio internet yang menawarkan keunggulannya dalam
menentukan musik favorit dan daftar putar. Di era dimana media tradisional dan
platform new media melebur, audiens disini mempunyai banyak pilihan dan
kendali dalam mengakses informasi dan hiburan (Albarran, 2010 ; 187).
Elemen kedua dalam bauran pemasaran adalah Price, dimana harga menjadi
pertimbangan yang sangat penting dalam sebuah pemasaran. Pada perusahaan
media elektronik radio harga meliputi penjualan iklan dan biaya yang dikenakan
audiens untuk layanan yang ditawarkan. Untuk layanan akses yang ditawarkan
kepada audiens saat ini sejumlah media konvensional dengan berintegrasi dengan
media baru internet memberikan layanannya secara gratis, hal ini mengacu pada
konsep freenomics yang dicetuskan oleh Chris Anderson, dimana jika semakin
banyak perusahaan yang menyediakan platform, lama kelamaan kita akan melihat
praktik pricing gratis dan premium (freemium) akan ada dimana-mana (Kertajaya,
2010 ; 149)
19
Sementara elemen ketiga yaitu place atau distribution memiliki pemahaman
yaitu tahap pendistribusian produk. Saat ini kehadiran internet mengubah konsep
place sebagai distribusi yang lebih efektif dibandingkan distribusi konvensional
dalam menarik konsumen (Albarran, 2010 ; 194). Dalam menyebarkan konten
media menurut Negroponte (1995) perkembangan inovasi dalam perangkat
teknologi pada unit bisnis memiliki kecepatan yang luar biasa, transformasi
pengiriman konten ke elektronik dan saluran yang kita pilih sudah dipercepat
(Lawson & Borders, 2009 ; 92).
Menurut Yterberg (2009 ; 469), era digital industri penyiaran saat ini
menghadapi sejumlah tantangan pasar, satu diantaranya meningkatnya persaingan
sebagai akibat dari banyaknya saluran yang tersedia dan perluasan platform.
Perluasan platform yang terjadi saat ini awalnya dianggap merugikan pada
industri penyiaran, karena audiens beralih ke media digital.
Perubahan teknologi menjadi satu diantara faktor yang sangat berpengaruh.
Pada tahun 1990-an merupakan dekade dimana sejumlah industri media
bertransisi dari sistem analog ke digital. Transisi media elektronik ke sistem
digital mendorong sebuah integrasi dan konvergensi media. Saat ini perusahaan
media elektronik harus berpikir untuk menyediakan konten secara multiplatform
dengan menawarkan audiens akses pilihan distribusi yang berbeda. Sementara
sebagai dampaknya saat ini di era digital audiens saat ini dapat mengunggah data
digital baik itu informasi, gambar atau foto melalui jejaring sosial yaitu Facebook,
Twitter dan YouTube dalam hal ini audiens dikatakan sebagai User-generated
content (Albarran, 2010 ; 33).
Sementara menurut Doyle (2010 ; 4) menyatakan dalam pemahaman
distribusi media saat ini, di era digital konvergensi yang dilakukan industri
sebagai upaya mempercepat arus distribusi sebuah konten media keseluruh
saluran-saluran untuk memperluas peluang pendapatan, pasar, dan mempererat
komitmen dengan audiensi. Perubahan teknologi adalah fitur konstan dalam
industri media dan sejumlah penelitian telah menaruh perhatian dengan
bagaimana organisasi telah beradaptasi dengan strategi mereka untuk menghadapi
konvergensi dan pertumbuhan internet.
20
Promotion merupakan elemen terakhir dalam bauran pemasaran sekaligus
menjadi langkah strategi komunikasi pemasaran dalam perusahaan media
elektronik. Promotion merupakan aktivitas terpadu dalam menyampaikan
kesadaran pada konsumer atau audiens serta penjualan produk secara nyata. Ada
sejumlah bentuk kegiatan promosi yang ditawarkan Albarran (2010 ; 214 ) dalam
membidik audiens ataupun pengiklan.
b. Promosi Radio
Promosi adalah bentuk dari komunikasi pemasaran. Setelah industri media
radio merencanakan dan merancang strategi pemasaran kemudian eksekusi
terakhir adalah mengomunikasikannya melalui promosi. Menurut Morissan
Morissan (2009 ; 419) kegiatan promosi diarahkan pada dua pihak, yaitu audien
dan pemasang iklan. Dua pihak ini memiliki kontribusi sangat penting untuk
menjamin kelangsungan operasi media penyiaran. Dalam kegiatan promosi selaku
manajer promosi menangani perencanaan dan mengkoordinasi kegiatan yang
ditujukan pada audiens dan pengiklan, serta mengawasi dan mengevaluasi seluruh
kegiatan promosinya (Albarran, 2010 ; 213).
Promosi pada radio memiliki beberapa tipe atau pilihan. Bentuk kegiatan
promosi yang ditawarkan Albarran (2010 ; 214) yaitu On-air Promotion, satu
diantara alat yang paling efektif dan efisien dalam kegiatan promosi adalah on-air
promotion. Pada radio on-air promotion diantaranya termasuk hal-hal yang
sederhana seperti menyiarkan station id, pengumuman program atau layanan
diudara.
Cara lain kegiatan promosi yang dilakukan media elektronik seperti radio di
era digital saat ini adalah melalui Web. Sekarang radio mengoptimalkan web yang
dimilikinya untuk kegiatan promosi dan tujuan pemasaran. Website dimanfaatkan
mulai dari memfasilitasi content streaming hingga menyediakan informasi penting
tentang umpan balik dan pastisipasi audiens. Radio terus mencoba menguji cara
memanfaatkan internet untuk menghasilkan pendapatan baru. Selain promosi web
ada juga cara yang digunakan adalah publicity, disini radio dapat mempromosikan
event atau kegiatannya ke media massa lain seperti koran. Selain itu dalam sebuah
21
promosi media elektronik radio, juga terdapat promosi dalam bentuk advertising,
bentuk promosi advertising adalah membayar jam dan ruang iklan di media lain
seperti billboard, iklan tv, website banner, dan lain-lain.
Bentuk promosi lainnya adalah sales promotion, promosi ini didesain
untuk menarik audiens dan pengiklan baru. Misalnya sebuah radio melakukan
seminar pada pengiklan potensial. Jika pada sales promotion perusahaan
terkadang memliki strategi untuk membina hubungan dengan pengiklan tersebut
yakni dengan prospect company network yang dikemukakan Kertajaya (2010 ;
178), yaitu dengan melakukan pendekatan untuk mendapatkan buy-in dari
pelanggan, dimana SS mencoba menjalin perkenalan dan membangun networking
dengan orang-orang dalam organisasi perusahaan yang menjadi pelanggan dalam
beriklan.. Sementara untuk pasar audiens dapat berupa booth atau stan yang
dibuka dalam sebuah event.
Sedangkan yang terakhir bentuk promosi yaitu dapat berupa community
involvement, dimana radio berusaha untuk mempromosikan tujuan perusahaanya
kepada komunitas yang dilayaninya. Dengan melibatkan kelompok masyarakat
dan organisasi non-profit pada kegiatan komunitas dapat membangun citra positif
untuk perusahaan media.
Dalam komunikasi pemasaran promosi menurut Fill (2005) dalam Tran (2013
: 19-20)adalah sebagai suatu kegiatan yang memfokuskan pada audiens. Peran
utama dari promosi adalah melibatkan audiens. Keterlibatan ini membantu
menghubungkan merek atau organisasi dengan khalayak sasaran dan menciptakan
nilai-nilai bersama untuk keduanya. Secara umum, komunikasi pemasaran harus
memenuhi tugas-tugas seperti menginformasikan khalayak sasaran tentang produk
perusahaan, mempengaruhi audiens melalui nilai-nilai bersama, memperkuat
pengalaman dengan mengingatkan jaminan dari
sebuah manfaat
serta
membedakan produk perusahaan dan merek dari pesaingnya.
Dalam sebuah pemasaran radio, membangun hubungan dengan audien dan
pengiklan yang baik membutuhkan lebih dari sekadar mengembangkan produk
yakni konten program yang menarik dan menawarkannya. Industri radio juga
harus mengomunikasikan proposisi nilai mereka, dan apa yang dikomunikasikan
22
perlu direncanakan dan dipadukan kedalam program komunikasi pemasaran yang
diintegrasikan
secara
cermat.
Selain
penting
dalam
membangun
dan
mempertahankan berbagai jenis hubungan, komunikasi yang baik merupakan
elemen penting dalam usaha perusahaan membangun hubungan pelanggan yang
menguntungkan (Kotler & Armstrong, 2008 : 116).
G. Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka proses
intepretasi penelitian ini menjelaskan bahwa komunikasi pemasaran menjadi
bagian penting dari strategi pemasaran radio. Dalam penelitian ini untuk menggali
lebih dalam sebagai upaya memahami strategi komunikasi pemasaran yang
dilakukan radio Suara Surabaya periode 2010-2014 peneliti membagi konsep
penelitian menjadi tiga tahapan yaitu strategi pemasaran radio, bauran pemasaran
radio, dan komunikasi pemasaran radio.
Dengan dasar tersebut peneliti mengadopsi model strategi komunikasi
pemasaran radio menurut pakar yang ahli dibidangnya, namun tentunya dalam
penelitian ini tidak mengadopsi secara utuh model strategi komunikasi pemasaran
radio tanpa menyaring sesuai dengan kebutuhan penelitian, sehingga pemilihan
model ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kesesuaian dengan objek yang
dianalisis.
Saat ini kegiatan pemasaran banyak melibatkan aktifitas komunikasi, agar
meraih kesuksesan dalam kegiatan pemasaran perlu perencanaan strategi yang
matang. Strategi pemasaran yang digunakan dalam industri penyiaran radio tidak
lepas dari strategi segmentation, positioning, dan branding.
Sebagai radio yang berada di lingkungan digital saat ini, radio SS mengahdapi
generasi baru. Namun sebagai langkah strategis dalam melayani generasi tersebut
radio SS perlu menentukan langkah strategi segmentation yang diambilnya, seperti
segmen yang terukur, substansial, dapat diakses, dapat didiferensiasi atau
dibedakan, dan segmen dapat ditindak lanjuti.
Setelah menentukan strategi segmentasi, selanjutnya SS perlu melakukan
eksekusi dalam menetapkan segmentasi yang disasar yaitu dengan melakukan
23
targeting. Kemudian dalam tahap pemasaran berikutnya adalah strategi
positioning, dimana produk dari radio harus dapat diposisikan dengan jelas
dibenak audien. Bagaimana radio SS membangun persepsi produk didalam pasar
sasaran meliputi apa yang sudah dikonsepkan oleh oleh Temmy Lesanpura (1992)
dan telah diolah menyesuaikan objek penelitian yakni seperti apa posisi stasiun
radio menjadi yang pertama dalam sebuah pasar, station identity atau ciri khas,
slogan yang menarik dan tetap untuk menyatakan positioning, musik yang sesuai
dengan kebutuhan pendengarnya, menyajikan keunggulan pada acara tertentu
yang sesuai dengan format siaran, bahasa siaran yang sesuai dan menujukan
positioning stasiun radio, kegiatan off air yang sesuai dengan kebutuhan target
audience, dan Air personality (penyiar) yang dapat membawa acara yang sesuai
dengan positioning (Triartanto, 2010 : 59-60).
Sementara pada strategi branding adalah upaya radio SS membangun kontak
merek dengan audiens atau pendengar dan pengiklan. kontak merek
dan
membangun ekuitas merek biasanya banyak dilakukan melalui berbagai cara
seperti membentuk klub dan komunitas konsumen, pameran dagang, pemasaran
acara, sponsor, kunjungan pabrik, hubungan masyarakat dan konferensi pers, serta
pemasaran yang bertujuan sosial.
Setelah merencanakan strategi pemasaran konsep bauran pemasaran menjadi
penting sebelum menentukan langkah promosi sebagai aspek dari komunikasi
pemasaran yang akan dilakukan perusahaan penyiaran radio, karena pomosi masih
menjadi bagian dari bauran pemasaran. Adapun bauran pemasaran yang terdiri
dari 4P dioperasionalisasikan sebagai berikut, pada product terdiri dari program
yang ditinjau dari formatnya seperti program informasi, musik, dan program
khusus, sementara price berkaitan dengan harga iklan dan harga yang dikeluarkan
audiens radio SS dalam mengakses programnya. Pada place yang dalam penelitian
ini kemudian lebih merujuk pada distribution operasionalisasinya meliputi saluran
yang dipilih radio SS untuk mendistribusikan konten program, dan untuk
promotion sebagai aspek komunikasi pemasaran, mengadopsi konsep Albarran
(2010 ; 214) yaitu ada enam tools yaitu on-air
promotion, web promotion,
publicity, advertising, sales promotion, dan community building. Untuk
24
mengoperasionalkan konsep-konsep yang tercantum dalam kerangka pemikiran
maka tabel 1 menunjukkan konsep, makna konsep, dan indikator yang diinginkan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 1.
Operasionalisasi Konsep
No. Konsep
1.
Strategi
Pemasaran yang
meliputi :
- Segmentation
- Targeting
- Positioning
- Branding
Makna
Segmentation,
segmentasi yang yang
ditetapkan SS sebagai
kriteria pendengarnya.
Indikator
Segmentasi secara
demografis, geografis,
dan psikografis.
Pemilihan segmen
berdasarkan kriteria.
Targeting, pendengar
yang menjadi target
radio SS.
Target yang ingin
disasar dari peluang
segmentasi.
Positioning, Upaya radio
SS dalam menempatkan
posisinya dengan
memasuki jendela otak
pendengarnya.
2.
Komunikasi
Pemasaran dalam
Bauran Pemasaran
(Marketing Mix)
Branding, cara untuk
menjelaskan sebuah citra
produk di pasar adalah
dengan merek yang
membedakan produk
serta layanan.
Product, dalam radio SS
produk yaitu dalam
bentuk program untuk
audiens dan ruang iklan
Identitas yang dibangun
radio SS melalui sebuah
brand di pasar diantaranya,
posisi stasiun radio dalam
sebuah pasar, station
identity, nama dan slogan,
musik, keunggulan dalam
acara tertentu, bahasa
siaran, kegiatan off air dan
Air personality penyiar
Kegiatan branding yang
dilakukan radio SS.
Format program dan ruang
iklan yang ditawarkan.
25
4P :
- Product
- Price
- Place/Distrib
ution
- Promotion
untuk pengiklan.
Price, harga meliputi
penjualan iklan dan
biaya yang dikenakan
audiens untuk layanan
yang ditawarkan.
Place / Distribution,
saluran yang dipilih
radio SS untuk
mendistribusikan konten
program
Promotion, keseluruhan
program komunikasi
pemasaran yang
dilakukan radio SS
secara On-air
Promotion, Web,
publicity, advertising,
sales promotion, dan
community
Penetapan harga iklan
meliputi adlib, spot dan
sponsor program. Selain itu
harga yang dikeluarkan
audiens radio SS dalam
mengakses konten
programnya
Saluran distribusi konten
program siaran yang
digunakan.
Implementasi kegiatan
promosi.
H. Metododologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif deskriptif, dimana menurut
Denzin & Lincoln (1994) data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dalam
bentuk kata-kata atau gambar bukan angka (Wahyuni, 2012 : 12). Sehingga
penulisan hasil penelitian berisi kutipan-kutipan dari data untuk menggambarkan
dan memperkuat penyajian tentang strategi komunikasi pemasaran radio Suara
Surabaya periode 2010-2014.
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Secara
umum studi kasus merupakan metode yang lebih cocok jika pertanyaan penelitian
yang digunakan dalam rumusan masalah adalah how (bagaimana), karenanya
membutuhkan sebuah klarifikasi (Yin, 2008 : 1-10). Metode studi kasus ini dipilih
26
ketika peneliti perlu memahami atau menjelaskan sebuah fenomena (Wimmer dan
Dominick, 2011:141) yaitu fenomena strategi komunikasi pemasaran radio Suara
Surabaya periode 2010-2014.
Jenis studi kasus yang digunakan adalah studi kasus instrumental, dimana
pada studi kasus instrumental penelitian dilakukan dengan meneliti kasus untuk
memberikan pemahaman mendalam atau menjelaskan kembali suatu proses
generalisasi. Dalam penelitian ini, kasus diposisikan sebagai instrumen atau alat
untuk memberikan penjelasan yang mendalam serta pemahaman tentang
bagaimana strategi komunikasi pemasaran pada radio Suara Surabaya dijalankan
(Stake, 2005 : 12). Penelitian ini akan melihat bagaimana proses strategi
komunikasi yang dilakukan radio Suara Surabaya untuk mencapai tujuan yang
diharapkan selama rentang waktu 2010-2014.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan terbagi menjadi 2
bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh
melalui wawancara mendalam terhadap informan dan observasi.
Sedangkan data sekunder merupakan segala bentuk dokumentasi atau bukti
sumber tertulis yang relevan dan dapat digunakan untuk mendukung penelitian.
Untuk menunjang keberhasilan penelitian ini terdapat 4 teknik pengumpulan data
yang akan dilakukan yaitu (Creswell, 2009 : 181):
a. Observasi adalah dimana mengamati perilaku dan kegiatan subyek
penelitian di lapangan. Observasi dalam penelitian dilakukan dengan
cara mengamati kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan di
radio Suara Surabaya.
b. Wawancara, peneliti mengadakan wawancara tatap muka dengan
subyek penelitian. Wawancara dalam penelitian bersifat tidak
terstruktur dan terbuka. Teknik wawancara ini dilakukan pada subyek
penelitian yang memiliki pengalaman dibidangnya, dan mampu
memberikan konseptualisasi permasalahannya yaitu :
27
1. Errol Jonathans selaku Direktur Utama sekaligus Direktur
Operasonal.
2. Rudy Hartono sebagai Business Development.
3. Yoyong Burhanuddin sebagai Manajer Siaran.
4. Iman Dwi Hartanto sebagai Manajer Pemberitaan.
5. Aries Widojoko sebagai Supervisor Music Programmer.
6. Eddy Prasetyo sebagai Manajer Divisi New Media.
7. Iwan Adi Nugroho sebagai Manajer Marketing.
8. Irma Widya Budianti sebagai Manajer Promosi.
c. Dokumen, dalam hal ini peneliti memperoleh dokumentasi diantaranya
bisa dari dokumen perusahan misalnya laporan kerja, laporan kegiatan
pemasaran. Dokumentasi digunakan sebagai bukti tambahan pendukung
data-data yang berkaitan dengan proses strategi komunikasi pemasaran
radio Suara Surabaya periode 2010-2014.
d. Materi audio atau visual, data yang dimaksud disini adalah berupa
gambar, foto atau rekaman suara yang dapat ditranskrip dan menjadi
bukti kegiatan strategi pemasaran di radio Suara Surabaya.
3. Analisis Data
Seperti yang sudah dijelaskan pada metode penelitian, bahwa penelitian ini
adalah penelitian kualitatif, dimana logika yang digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah logika induktif abstraktif, yaitu suatu logika yang bertitik tolak
dari
“khusus
ke
umum”.
Konseptualisasi,
kategorisasi,
dan
deskripsi
dikembangkan atas dasar kejadian yang diperoleh ketika penelitian di lapangan
berlangsung. Dalam menganalisis data, peneliti mengadopsi teknik analisis milik
Miles and Huberman, dimana pada teknik analisis ini teoritisasi memperlihatkan
hubungan antar kategori yang kemudian dikembangkan atas dasar data yang
diperoleh ketika penelitian di lapangan berlangsung. Karenanya, antara kegiatan
pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama
lain. Keduanya berlangsung secara serempak seperti yang telah digambarkan
Miles dan Huberman berikut ini:
28
Gambar 1. Analisis Data Miles & Huberman
Sumber : Burhan Bungin. Analisis Data Penelitian Kualitatif. 2008. P. 69
Dalam menganalisis terdapat sifat interaktif antara pengumpulan data
dengan analisis data. Lebih jelasnya masing-masing komponen didefinisikan
sebagai berikut :
1. Data Collection atau pengumpulan data adalah berbagai data yang telah
dikumpulkan dilapangan baik itu hasil observasi, wawancara,
dokumentasi dan materi audio visual yang terkkait dengan proses
strategi komunikasi pemasaran radio Suara Surabaya periode 20102014. Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan perbandinganperbandingan
apakah
data
yang
diperoleh
dilapangan
dapat
memperkaya data bagi tujuan konseptualisasi, kategorisasi, ataukah
teoritisasi.
2. Data Reduction, setelah sejumlah data yang diperlukan berhasil
dikumpulkan, data tersebut perlu direduksi atau diolah. Pengolahan data
ini mencakup mengikhtiarkan hasil pengumpulan data selengkap
mungkin, dan memilah-milahnya kedalam satuan konsep tertentu,
kategori tertentu, atau tema tertentu.
3. Display Data atau penyajian data, setelah hasil reduksi data selesai
maka selanjutnya hasil tersebut diorganisasikan ke dalam masingmasing kategori. Display data pada penelitian kualitatif ini pemaparan
29
hasil penelitian yang menggambarkan fenomena atau keadaan sesuai
dengan data yang telah direduksi.
4. Conclution drawing and Verifiying, ini adalah langkah terakhir yakni
dengan menarik kesimpulan. Kesimpulan diambil dari hasil penelitian
dan pembahasan yang mempertegas hasil dari temuan dilapangan
tentang proses strategi komunikasi pemasaran radio Suara Surabaya
periode 2010-2014.
I.
Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini peneliti memaparkan strategi komunikasi pemasaran radio
Suara Surabaya kedalam empat bab yaitu :
1. Pada bab 1 merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka
pemikiran, konsep penelitian, dan metodologi penelitian.
2. Pada bab 2 peneliti menjelaskan gambaran umum objek penelitian yakni
Radio Suara Surabaya.
3. Pada bab 3 peneliti memaparkan temuan di lapangan dan hasil analisis
data. Pada bab ini akan menjelaskan hasil strategi pemasaran dan
komunikasi pemasaran radio Suara Surabaya.
4. Pada bab 4 peneliti menyimpulkan akhir dari penelitian dan rekomendasi
untuk penelitian selanjutnya.
30
Download