TRANSFER PANAS SATU DIMENSI PADA KEADAAN TUNAK Ringkasan Seminar Fisika Oleh : Jarot Dwi wibowo K2304031 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2007 2 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu transfer panas atau ilmu perpindahan kalor (head transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material. Ilmu perpindahan kalor melengkapi hukum pertama dan kedua termodinamika yaitu dengan memberikan beberapa kaidah percobaan yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan perpindahan energi. Pada makalah ini penulis ingin menyampaikan tentang transfer panas satu dimensi pada keadaan tunak. Di dalam analisis transfer panas kita akan menghubungkan tentang penerapan hukum Faurier tentang konduksi termal untuk menghitung aliran termal dalam sistem sederhana satu dimensi. Untuk menganalisisnya kita menggunakan persamaan dasar dari volume kontrol diferensial dengan metode hukum pertama termodinamika: Q WS dt dt W P e v . n dA e dV c. s dt t c.v. Dalam hal ini kita akan mencari solusi persamaan umum dari transer panas dalam satu dimensi. Aplikasi persamaan umum dari panas satu dimensi dalam keadaan tunak ada dua macam yaitu : a. Transfer panas satu dimensi dalam keadaan tunak tanpa pembangkit kalor pada silinder panjang berongga dan bola berongga. b. Transfer panas satu dimensi dalam keadaan tunak dengan sumber kalor pada dinding datar dan silinder. B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat di identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Adanya solusi sederhana dari persamaan transfer panas satu dimensi pada keadaan tunak. 2. Adanya aplikasi dari persamaan transfer panas satu dimensi pada keadaan tunak 3 3. Adanya persamaan dasar suatu volume kontrol diferensial dengan metode hukum pertama termodinamika untuk membuat persamaan diferensial umum transfer panas satu dimensi 4. Adanya persamaan hukum Faurier tentang konduksi termal untuk menghitung aliran termal dalam sistem sederhana satu dimensi pada keadaan tunak. C. Pembatasan Masalah Dalam makalah ini penulis membatasi permasalahan pada : 1. Solusi sederhana dari persamaan umum transfer panas satu dimensi pada keadaan tunak. 2. Aplikasi dari persamaan umum transfer panas satu dimensi dalam keadaan tunak tanpa pembangkit kalor pada silinder panjang berongga dan bola berongga. 3. Aplikasi dari persamaan umum transfer panas satu dimensi dalam keadaan tunak dengan sumber kalor pada silinder dan dinding datar. D. Perumusan Masalah 1. Bagaimana solusi persamaan umum dari transfer panas satu dimensi pada keadaan tunak ? 2. Bagaimana aplikasi dari persamaan transfer panas satu dimensi dalam keadaan tunak tanpa pembangkit kalor pada silinder panjang berongga dan bola berongga? 3. Bagaimana aplikasi dari persamaan transfer panas satu dimensi dalam keadaan tunak dengan sumber kalor pada silinder dan dinding datar ? E. Tujuan Masalah Makalah ini bertujuan antara lain : 1. Untuk mengetahui bagaimana solusi dari persamaan transfer panas satu dimensi pada keadaan tunak. 4 2. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi dari persamaan tranfer panas satu dimensi dalam keadaan tunak tanpa pembangkit kalor pada silinder panjang berongga. 3. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi dari persamaan transfer panas satu dimensi dalam keadaan tunak dengan sumber kalor pada silinder dan dinding datar. F. Manfaat Makalah Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain : 1 Bagi penulis dan pembaca akan menambah wawasan pengetahuan tentang dasar transfer panas satu dimensi pada keadaan tunak dengan menerapkan diferensial volume kontrol dengan metode hukum termodinamika. 5 BAB II PEMBAHASAN A. Konduksi Konduksi yakni perpindahan energi kalor dengan cara tumbukan antar partikel tanpa disertai perpidahan partikel, contoh konduksi pada : tembaga, udara,dan lain-lain. B. Sistem dan Volume Kontrol Sebuah sistem didefinisikan sebagai sekumpulan zat yang identitasnya tetap. Gambar 1 Volume control untuk analisis aliran lewat sebuah nosel Sebuah metode analisis nosel yang lebih mudah adalah dengan memperhatikan daerah yang dibatasi garis titik-titik. Daerah semacam itu adalah satu volume kontrol. Volume kontrol adalah suatu daerah dalam ruang yang dilewati aliran fluida. C. Hukum Pertama Termodinamika Hukum pertama termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut: ”Jika sebuah sistem menjalani suatu siklus, maka panas total yang ditambahkan pada sistem tersebut dari sekitarnya akan sebanding dengan kerja yang dilakukan oleh sistem tersebut pada sekitarnya”. Kita dapat menuliskan suatu persamaan lain untuk hukum pertama termodinamika : Q W dE Q positif bila panas ditambahkan pada sistem tersebut. W akan positif bila kerja dilakukan oleh sistem. 6 Untuk suatu sistem yang mengalami proses yang terjadi dalam selang waktu dt persamaan (1.4) dapat ditulis sebagai: Q dt W dt dE dt D. Konduksi Keadaan Tunak Pada sebagian besar peralatan transfer panas, energi mengalir dari satu fluida ke fluida lainnya melewati dinding padat. Keadaan tunak berarti kondisi, temperatur, densitas, dan semacamnya di semua titik dalam daerah kondusi tidak bergantung pada waktu. y P y' vo x' z' x z Gambar 3 Aliran tunak didasarkan pada sistem koordinat yang bergerak E. Kekekalan Energi Dengan Pendekatan Volume Kontrol laju penambahan panas laju kerja yang dilakukan laju energi keluar dari ke volume kontrol oleh volume kontrol volume kotrol yang dari sekitarnya pada sekitarnya dusebabkan aliran fluida laju energi kedalam laju akumulasi volume kontrol yang energi kedalam ................................................(1.7) disebabkan aliran fluida volume kontrol Laju pertambahan panas dan kerja yang dilakukan oleh volume kontrol dinyatakan sebagai Q dt dan W dt energi ke keluar laju energi ke dalam laju dari volume kontrol dari volume kontrol = fluks energi neto Laju akumulasi energi ke dalam volume kontrol dapat dinyatakan sebagai : e dA t c.v 7 Persamaan sekarang dapat ditulis sebagai Q dt W dt c. s e v . n dA e dV t c.v Bentuk akhir untuk persamaan hukum pertama dapat kita peroleh setelah mempertimbangkan lebih lanjut tentang suku laju kerja atau daya W dt . sehingga persamaan umum volume kontrol adalah: Q Ws W P e v . n dA e dV c. s .. dt dt dt t c.v. Ada tiga jenis yang tercakup didalam suku laju kerja. 1 Ws (kerja poros) adalah kerja yang dilakukan oleh volume kontrol pada sekitarnya yang dapat menyebabkan suatu poros berputar atau menyelesaikan pengangkatan suatu beban melalui suatu jarak. 2 W (kerja aliran) adalah kerja yang dilakukan sekitarnya untuk mengatasi tegangan normal pada permukaan kontrol di mana terdapat aliran fluida. 3 W (kerja geser) adalah kerja yang dilakukan pada sekitarnya untuk mengatasi tegangan-tegangan geser pada permukaan kontrol 4 F. Solusi Sederhana Persamaan Diferensial Transfer Panas y y x z x z Gambar 9 laju panas yang masuk melewati volume kontrol diferensial 8 Untuk : Q T k dt x T k z x x z z T T T x y z k y y k x z x y y T k x y q x y z ...............................................2.5 z z k Suku laju kerja atau daya poros akan dianggap sebagai nol untuk tujuan saat ini.suku ini berpengaruh apabila kerja yang dilakukan di dalam volume kontrol cukup besar yang untuk kasus diferensial tidak ada. Suku daya dengan demikian dihitung sebagai Ws 0 .........................................................2.6 dt W dt x y z .................................2.7 di mana adalah laju kerja viskos per satuan volume v2 v2 P P P x y z e v . n dA v gy u v gy u x x x x c.s. 2 2 v2 v2 P P v y gy u y y v y gy u y x z 2 2 2 2 v v P P vz gy u z z vz gy u z x y 2 2 Suku akumulasi energi, menghubungkan perubahan energi total di dalam volume kontrol sebagai fungsi waktu, adalah v2 x y z e dV gy u t c.v. t 2 Dengan memanfaatkan persamaan kontinuitas, maka persamaan diatas dapat digabung sehingga menjadi persamaan umum transfer panas pada keadaan tunak adalah: kT q Cv DT Dt Fungsi disipasi dapat diabaikan dalam semua kasus sehingga persamaan transfer panas satu dimensi pada keadaan tunak adalah : 9 T DT k q Cv x x Dt Dimana, q = energi yang dibangkitkan persatuan volume, (W/m3) C = kalor spesifik bahan (J/kg.oC) ρ = kerapatan (densitas) (kg/m3) Persamaan di atas digunakan untuk medium konduksi tidak mengandung sumber panas dan digunakan untuk medium konduksi yang mengandung sumber panas dalam satu dimensi. I. Jika medium konduksi tidak mengandung sumber panas, maka persamaan (3.9) tereduksi menjadi persamaan medan Fourier. T T k t x x Yang kadang-kadang disebut sebagai hukum kedua Fourier tentang konduksi panas. Untuk kasus distibusi temperatur harus memenuhi persamaan Laplace yang telah direduksi. T k 0 t x II. Jika suatu sistem di mana sumber panas ada tetapi tidak ada perubahan waktu (tunak) persamaan (4.15) akan tereduksi menjadi persamaan poisson. T q k 0 t x k 10 G. Aplikasi Persamaan Transfer Panas Satu Dimensi Pada Keadaan Tunak 1. Transfer panas satu dimensi dalam keadaan tunak tanpa pembangkit kalor. a. Silinder panjang berongga. r1 q T1 To Gambar 10 Konduksi panas radial dengan temperatur permukaan yang uniform. Rumus transfer panas satu dimensi dalam keadaan tunak tanpa pembangkit kalor berupa silinder panjang berongga adalah : qr 2kL T0 T1 r0 In r1 Contoh soal : Sebuah pipa baja yang mempunyai diameter dalam 1,88 cm dan tebal dinding 0,391 cm (k = 42,90 W/m) masing-masing mengalami temperatur dalam dan temperatur luar, berturut-turut 367 K dan 344 K (lihat gambar 11). Cari laju aliran panas per feet panjang pipa dan hitung juga fluks panasnya berdasarkan luas permukaan dalam dan luas permukaan luar. Penyelesaiannya : r0 T1 T0 Gambar 11 Konduksi panas dalam arah radial dengan temperatur permukaan yang uniform. 11 Dengan menggunakan rumus di atas kita tinggal memasukkan nilai-nilai numeri yang diberikan., kita mendapatkan : qr = 2kL T0 T1 r0 In r1 2 42,90W / m . K 367 344K ln 2,66 1 , 88 = 17,860 W/m atau 18,600 Btu/hr.ft Jadi laju aliran panas pipa baja adalah 17,860 W/m atau 18,600 Btu/hr.ft Luas permukaan dalam dan permukaan luar per satuan panjang pipa adalah : A0 = п (1,88)(10-2)(1) = 0,059 m2/m atau 0,194 ft2/ft A1 = п (2,662)(10-2)(1) = 0,084 m2/m atau 0,275 ft2/ft Sehingga kita dapatkan : qr 17,860 302,7 kW / m 2 atau 95.500 Btu/hr.ft2 A0 0,059 qr 17,860 212,6 kW / m 2 atau 67.400 Btu/hr.ft2 A1 0,084 Jadi luas permukaan dalam pipa baja adalah 302,7 kW/m2 atau 95.500 Btu/hr.ft2 Dan luas permukaan luar pipa baja adalah212,6 kW/m2 atau 67.400 Btu/hr.ft2 b. Bola berongga r0 T0 r1 T1 Gambar 12 Konduksi panas radial pada bola berongga 12 Rumus transfer panas satu dimensi dalam keadaan tunak tanpa pembangkit kalor berupa bola berongga adalah : qr 4 k r 1r0 Ti To r0 r1 Contoh soal : Satu bola copper dengan massa 4700 gr dan radius 5 cm diselubungi lapisan isolasi dengan tebal 5 cm (di jari-jari luar 10 cm). termal konduktivitas dari isolasi itu k = 0,002 kal/s.cmoC dan permukaan luar dipertahankan pada temperatur20oC. panas jenis copper 0,093. a Bila copper bersuhu 100oC. berapa arus panas yang melalui isolasi? b Kira-kira berapa lama waktunya untuk mendinginkan coppe dari 100oC99oC? Penyelesaian : 20oC r0 100oC r 10 a Dengan menggunakan rumus diatas kita dapat memasukkan nilai-nilainya. qr 4 k r 1r0 Ti To r0 r1 qr 4 .3,14.0,002.5.10 20 100 5 101 = 20,05 kal/s b Panas yang dibutuhkan untuk mendinginkan copper 1oC Q m.c.t 4700.0,093.1 437 kal Waktu t yang dibutuhkan Q 437 21,8 s q r 20,05 untuk mengeluarkan panas Q adalah 13 2. Transfer panas satu dimensi dalam keadaan tunak dengan sumber kalor. a. Dinding datar q = Kalor yang dibangkitkan persatuan volume x=0 T0 T1 T1 Gambar 13 Dinding datar pada konduksi satu dimensi dengan pembangkit kalor -L- -LRumus untuk suhu bidang tengah T0 bisa didapat dari neraca energi. Pada keadaan tunak, jumlah kalor yang dibangkitkan mestinya sama dengan rugi kalor pada permukaan. Jadi rumusnya : q L2 T0 = TI 2k dan konduktivitas permukaan pada kedua permukaannya adalah : h qL T0 T Contoh soal : Suatu fluida T 3400 K yang konduktivitas listriknya rendah dipanaskan oleh sebuah pelat besi yang panjang, dengan tebal 15 mm dan lebar 75 mm. panas dibangkitkan secara seragam didalam panas dengan laju q = 1000000 W/m3 dengan mengalirkan arus listrik melalui pelat itu. Tentukanlah konduktansi permukaan satuan yang diperlukan untuk mempertahankan suhu pelat tersebut dibawah 420 0K! (k = 43 W/m.K) Penyelesaiannya : Dengan mengabaikan panas yang terbuang dari tepi-tepi pelat, maka berlaku rumus suhu bidang tengah. Beda suhu antara bidang tengah dan permukaan adalah : 14 q L2 q L2 T0 = TI atau T0 T1 2k 2k 1000000 W / m 0,0075 m = 243 W / m K 2 3 = 0,65 0K Jatuh suhu di dalam besi begitu rendah karena konduktivitasnya tinggi (k = 43 W/m.K) maka kita mendapatkan : h qL 1000000 W / m3 0,005 m = 94W / m2 .K T0 T 420 340K b. Silinder panjang. ∆r r Gambar 14 Elemen anular dalam sebuah silinder panjang lingkaran dengan pembangkit panas internal Rumus transfer panas satu dimensi dalam keadaan tunak dengan sumber kalor pada silinder berongga adalah : q r r 2 L q Contoh soal : Arus sebesar 200 A dilewatkan melalui sebuah kawat baja tahan karat (k = 19 W/m.oC) yang diameternya 3mm. Resitifitas baja dapat dianggap 70μΩ.cm, dan panjang kawat 1m. kawat ini dibenamkan di dalam zat cair pada 110oC di mana koefisien perpindahan kalor konveksi ialah 4 kW/m2.oC. Hitunglah suhu pusat kawat! 15 Penyelesaian : A = 200A d = 3 mm L = 1m Seluruh daya yang dibangkitkan di dalam kawat haruslah di lepas melalui konveksi ke cairan P = I2R =q = h A Tw T .............................................(1) L 70 106 100 Tahan kawat dihitung dari R 0,099 A 0,152 Dimana ρ adalah resistifitas kawat. Luas permukaan kawat ialah п dL, sehingga dari persamaan (1) diperoleh : 2002 0,099 4000 3 103 1Tw 110 3960 Tw 2150 C atau 4190 F Kalor yang dibangkitkan perasatuan volume q dihitung dari : P qV q r 2 L Sehingga : q 3960 1,5 10 1 3 2 560,2 MW / m3 atau 5,41 107 Btu / h. ft 3 Akhirnya suhu pusat kawat dihitung dari persamaan (5.6) q R2 T0 = Tw 4k 5,602 10 1.5 10 = 8 419 3 2 215 231,60 C atau 449o F Jadi suhu pusat kawat baja adalah 231,6oC atau 449 oF 16 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. .Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dipaparkan di depan, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yang dapat dianggap penting, antara lain: 1. Solusi sederhana dari persamaan transfer panas satu dimensi pada keadaan tunak dapat dianalisis dengan menerapan persamaan dasar dari volume kontrol diferensial dengan pengembangan metode hukum pertama termodinamika. Bentuk umum dari persamaan dasar dari volume kontrol diferensial dengan pengembangan metode hukum pertama termodinamika adalah : Q WS dt dt W P e v . n dA e dV c. s dt t c.v. 2. Rumusan persamaan umum dari transfer panas satu dimensi pada keadaan tunak adalah : T DT k q Cv x x Dt 3. Rumusan persamaan umum dari transfer panas satu dimensi pada keadaan tunak dapat digunakan untuk medium konduksi tidak mengandung sumber panas dan medium konduksi yang mengandung sumber panas. a. Jika medium konduksi tidak mengandung sumber panas, maka persamaan umum dari transfer panas satu dimensi pada keadaan tunak tereduksi menjadi persamaan medan Fourier. T T k t x x Yang kadang-kadang disebut sebagai hukum kedua Fourier tentang konduksi panas. Untuk kasus distibusi temperatur harus memenuhi persamaan Laplace yang telah direduksi. T k 0 t x 17 b. Jika suatu sistem di mana sumber panas ada tetapi tidak ada perubahan waktu (tunak) maka persamaan umum dari transfer panas satu dimensi pada keadaan tunak akan tereduksi menjadi persamaan poisson. T q k 0 ………………………………(4.2) t x k B. Saran Berdasarkan hasil penulisan makalah seminar dapat diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Materi makalah ini hanya mengenai transfer panas satu dimensi pada keadaan tunak. Sebetulnya masih ada lagi tentang transfer panas selain satu dimensi pada keadaan tunak dan harapan kami ada mahasiswa lain yang bersedia mengkajinya. 2. Kajian yang lebih mendalam baik secara teori maupun praktek tentang materi penguatan ini akan lebih berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 18 DAFTAR PUSTAKA 1. Welty, James R. 2002. Dasar-Dasar Fenmena Transport. Edisi ke-4. Jakarta : Erlangga. 2. Lee, JF dan Sear, FW. 1983. Thermodynamics. 2nd. Edition Massachusetts : Addision-Wesley. Publishing Company. 3. Wark, K dan Richards, D. 1999. Thermodynamic. 6th edition. Singapore : MC 4. Pitt, Donald R. 1983. Heat Transfer. Singapore : MC Graw-hill. 5. Holman, J.P. 1994. Perpindahan Kalor. Edisi ke-6. Jakarta : Erlangga.