BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap institusi keuangan memiliki dua tujuan yaitu tujuan jangka pendek dan panjang. Tujuan jangka pendek ditetapkan untuk memaksimalkan keuntungan dan tujuan jangka panjang untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Salah satu cara yang sering digunakan oleh institusi keuangan untuk mencapai kedua tujuan tersebut adalah dengan meningkatkan efisiensi dari operasional bank (Rose dan Hudgins, 2013: 188). Efisiensi dari operasional bank juga berkaitan dengan optimalisasi penggunaan biaya atau sering disebut efisiensi biaya. Bank yang efisien dari sudut biaya memungkinkan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan bank yang tidak efisien. Keuntungan yang lebih besar memungkinkan bank untuk memberikan return yang lebih tinggi pada masa mendatang. Apabila perusahaan tidak efisien dalam penggunaan biaya, banyak input yang akan terbuang sia-sia dan tidak optimal. Hal ini dapat menurunkan peluang perusahaan untuk memperoleh keuntungan dan membagikan return yang lebih tinggi pada masa mendatang sehingga peningkatan kesejahteraan pemegang saham sulit tercapai. Oleh karena itu, penting bagi suatu bank untuk mengukur, mengevaluasi, dan menjaga tingkat efisiensi biaya untuk mencapai tujuan jangka pendek dan panjang. 1 Ada dua pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi nilai efisiensi bank, yaitu pendekatan rasio dan frontier. Rasio yang sering digunakan untuk menunjukkan tingkat efisiensi dari sisi operasional bank adalah rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional atau rasio BOPO (Rose dan Hudgins, 2012: 188). Kelemahan dari rasio BOPO dibandingkan dengan frontier adalah tidak memperhitungkan output bank, seperti kredit yang disalurkan dan aset produktif lain yang nantinya menjadi sumber pemasukan bagi bank. Pendekatan frontier yang sering digunakan di Indonesia adalah pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) dan Stochastic Frontier Analysis (SFA). Pendekatan DEA mengukur efisiensi secara relatif dengan menggunakan rumus linear programming, sedangkan pendekatan SFA dilakukan dengan menggunakan rumus ekonometrik. Menurut Coelli et. al., (2005: 242) pendekatan SFA lebih baik dibandingkan dengan pendekatan DEA karena dapat dilakukan uji statistik dan mudah untuk mengidentifikasi outlier. Bank sebagai lembaga intermediaris mengubah dana pihak III menjadi kredit dan aset produktif lain serta memperoleh pendapatan nonbunga atas aset yang digunakan dalam operasionalnya. Kegiatan operasional bank di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kelas Bank Umum Kegiatan Umum (BUKU) yang membatasi jenis kegiatan usaha yang boleh dilakukan, termasuk cakupan wilayah operasinya. Penentuan kelas BUKU didasarkan pada jumlah modal inti yang dimiliki bank. Semakin tinggi modal inti yang dimiliki bank, semakin tinggi kelas 2 BUKU bank tersebut sehingga memungkinkan bank untuk melakukan kegiatan usaha yang lebih beragam dengan cakupan yang lebih luas. Bank berskala besar di Indonesia biasanya berada di kelas BUKU III dan IV, sedangkan bank berskala kecil biasanya berada di kelas BUKU I dan II (lihat Lampiran II). Menurut Pasal 3 dan 5 pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/26/PBI/2012, bank di kelas BUKU III dan IV diizinkan melakukan kegiatan usaha perbankan yang lebih beragam dengan cakupan yang lebih luas daripada bank di level BUKU I dan II. Hal ini akan memudahkan bank berskala besar untuk menghasilkan output yang lebih beragam dan banyak sehingga memudahkan bank untuk mencapai skala ekonomis. Skala ekonomis menyebabkan biaya per unit menjadi lebih kecil sehingga efisiensi meningkat. Selain penjelasan tersebut, saat ini juga terdapat isu dimana pemerintah secara tidak langsung menstimulus bank-bank kecil agar melakukan merger untuk meningkatkan ukuran perusahaannya. Hal ini berkaitan dengan program pertama dan kedua Pemerintah Indonesia dalam 6 pilar Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang bertujuan untuk memperkuat struktur dan kinerja perbankan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilihat apakah ukuran tersebut penting (matter) bagi perbankan terutama dalam menyukseskan program pertama dan kedua API. Beberapa peneliti seperti Perera et. al., (2007), Delis (2009), Manlagnit (2011), Kaur dan Kaur (2013), Ngan (2014), Muazaroh (2014), Dong et. al., (2014 dan 2016), serta Güneş dan Yildirim (2016) menghitung nilai efisiensi biaya bank menggunakan pendekatan SFA dan atau DEA. Mereka menemukan bahwa bank berskala besar memiliki nilai efisiensi biaya yang lebih tinggi 3 dibandingkan bank berskala kecil. Bank berskala besar memiliki modal dan kapitalisasi pasar yang lebih tinggi, serta manajemen yang lebih baik sehingga dapat mengendalikan biaya yang dikeluarkan dan nilai efisiensi menjadi lebih tinggi dibanding bank berskala kecil. Penelitian Widyatmoko (2012) menyebutkan bahwa bank berskala kecil memiliki nilai efisiensi biaya lebih tinggi dibandingkan dengan bank berskala besar. Penelitian Kasman dan Yildirim (2006) menyebutkan bahwa besar kecilnya ukuran bank tidak memengaruhi tinggi rendahnya efisiensi biaya bank. Bank berskala besar menghadapi operasional yang lebih kompleks sehingga meningkatkan biaya operasional dan menurunkan efisiensi biaya. Adanya perbedaan hasil penelitian antara Perera et. al., (2007), Delis (2009), Manlagnit (2011), Kaur dan Kaur (2013), Ngan (2014), Muazaroh (2014), Dong et. al., (2014 dan 2016), dan Güneş dan Yildirim (2016) dengan Widyatmoko (2012), serta Kasman dan Yildirim (2006), peneliti melakukan analisis efisiensi biaya bank dengan menggunakan pendekatan SFA dengan membagi bank menjadi dua kelompok, yaitu kelompok bank berskala kecil dan besar. Nilai efisiensi biaya bank dihitung dengan data cross sectional dan pooling pada masing-masing kelompok bank. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan nilai efisiensi biaya antara bank berskala kecil dan besar? 4 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan nilai efisiensi biaya antara bank berskala kecil dan besar. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur tentang pendekatan terbaik untuk menghitung efisiensi biaya bank. 2. Bagi Manajemen Bank Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi manajemen bank untuk: a. mengevaluasi tingkat efisiensi biaya masing-masing bank. b. meningkatkan dan mempertahankan tingkat efisiensi biaya masing-masing bank. 1.5 Sistematika Laporan Penelitian Tesis ini terdiri dari lima bab dengan susunan sebagai berikut. BAB I Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika laporan penelitian. 5 BAB II Landasan Teori Bab ini berisi landasan teori yang digunakan dalam penelitian serta kajian penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis. BAB III Metode Penelitian Bab ini berisi penjelasan terkait data dan sampel, definisi operasional, dan metode analisis data. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini berisi deskripsi data, efisiensi biaya bank, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V Simpulan Bab ini berisi simpulan dan keterbatasan penelitian mengenai analisis efisiensi biaya dengan menggunakan pendekatan SFA, saran untuk penelitian selanjutnya, dan implikasi bagi perusahaan. 6