Kualitas pupuk kompos campuran kotoran ayam

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk Organik
Pupuk dapat diartikan sebagai bahan-bahan yang diberikan pada tanah agar
dapat menambah unsur hara atau zat makanan yang diperlukan tanah baik secara
langsung maupun tidak langsung. Definisi yang dikemukakan oleh International
Organization for Standarization (ISO), pupuk organik adalah bahan organik yang
umumnya berasal dari tumbuhan dan atau hewan, ditambahkan ke dalam tanah
secara spesifik sebagai sumber hara, pada umumnya mengandung nitrogen yang
berasal dari tumbuhan dan hewan (Sutanto, 2002). Pupuk organik mempunyai
kandungan unsur, terutama N, P dan K sangat sedikit, tetapi mempunyai peranan lain
yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan
tanaman (Suriawiria, 2003).
Kompos
Menurut Dalzell et al. (1987), bahan utama kompos dapat berupa sampah
rumah tangga, daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, sekam, batang
jagung, kotoran hewan dan bahan lainnya terutama yang mudah busuk. Kandungan
unsur hara dalam pupuk organik tidak terlalu tinggi, tapi jenis pupuk ini memiliki
keistimewaan lain yaitu dapat memperbaiki sifat tanah, struktur tanah, daya menahan
air dan kation-kation tanah (Hardjowigeno, 1995).
Kompos telah dipergunakan secara luas selama ratusan tahun dalam
menangani limbah pertanian, sekaligus sebagai pupuk alami tanaman. Pengaruh
penggunaan kompos terhadap sifat kimiawi tanah terutama adalah kandungan humus
dalam kompos yang mengandung unsur-unsur makro bagi tanah seperti N, P dan K
serta unsur-unsur mikro seperti Ca, Mg, Mn, Cu, Fe, Na dan Zn. Humus yang
menjadi asam humat atau asam-asam lain dapat melarutkan Fe dan Al sehingga
fosfat tersedia dalam keadaan bebas. Selain itu, humus merupakan penyangga kation
yang dapat mempertahankan unsur-unsur hara sebagai bahan makanan untuk
tanaman. Kompos juga berfungsi sebagai pemasok makanan untuk mikroorganisme
seperti bakteri, kapang, Actinomycete dan protozoa, sehingga dapat meningkatkan
dan mempercepat proses dekomposisi bahan organik (Syarief, 1986).
3
Pengomposan menurut Yang (1997), merupakan suatu proses biooksidasi
yang menghasilkan produk organik yang stabil, yang dapat dikontribusikan secara
langsung ke tanah dan digunakan sebagai pupuk. Produk dari pengomposan berupa
kompos yang apabila diberikan ke tanah akan mempengaruhi sifat fisik, kimia
maupun biologis tanah (Harada et al., 1993).
Kotoran Ayam
Kotoran ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam petelur
maupun ayam pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk organik.
Komposisi kotoran sangat bervariasi tergantung pada sifat fisiologis ayam, ransum
yang dimakan, lingkungan kandang termasuk suhu dan kelembaban. Kotoran ayam
merupakan salah satu bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan
pertumbuhan tanaman. Kotoran ayam mempunyai kadar unsur hara dan bahan
organik yang tinggi serta kadar air yang rendah. Setiap ekor ayam kurang lebih
menghasilkan ekskreta per hari sebesar 6,6% dari bobot hidup (Taiganides, 1977).
Kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar
air 55% (Lingga, 1986).
Raihan et al. (2000) menyatakan bahwa penggunaan bahan organik kotoran
ayam mempunyai beberapa keuntungan antara lain sebagai pemasok hara tanah dan
meningkatkan retensi air. Apabila kandungan air tanah meningkat, proses
perombakan bahan organik akan banyak menghasilkan asam-asam organik. Anion
dari asam organik dapat mendesak fosfat yang terikat oleh Fe dan Al sehingga fosfat
dapat terlepas dan tersedia bagi tanaman. Penambahan kotoran ayam berpengaruh
positif pada tanah masam berkadar bahan organik rendah karena pupuk organik
mampu meningkatkan kadar P, K, Ca dan Mg tersedia.
MOL Tapai
Tapai adalah sebuah makanan yang dibuat dari bahan singkong yang
difermentasi dengan ragi tapai. Mikroba yang terdapat di dalam ragi adalah kapang,
khamir dan bakteri. Bakteri yang sering ditemukan di dalam ragi tapai berasal dari
genus Pediococcus dan Basillus. Kapang yang berperan adalah Amylomyces, Mucor
4
dan Rhizopus Sp. Khamir yang berperan adalah Endomycopsis fibuliger,
Saccharomyces cerevisiae dan Hansenula sp. (Saono et al., 1982).
MOL tapai dibuat dengan mencampurkan tapai singkong dengan air dan gula.
Campuran tersebut disimpan di dalam botol kemudian didiamkan selama lima hari.
Setelah lima hari, MOL dapat digunakan dengan dosis pemakaian 2,5 liter untuk
membuat 1 ton kompos (Setiawan dan Tim ETOSA, 2010).
Batang Pisang
Pisang mempunyai kandungan gizi yang sangat baik antara lain menyediakan
energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang kaya kandungan
mineral seperti kalium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin
yaitu C, B kompleks, B6 dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam
kelancaran fungsi otak (Sunarjono, 2002).
Batang atau pelepah pisang merupakan bagian dari tanaman pisang yang
berada di atas tanah yang berfungsi sebagai kultur penyangga daun, tunas dan buah.
Batang pisang berfungsi sebagai jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke
bawah. Batang semu tersusun dari cekungan-cekungan pelepah daun. Cekungan
pelepah daun tersebut umumnya terdapat pada tumbuhan yang tergolong dalam
tumbuhan berbiji tunggal atau Monocotyledonae, gabungan daun tersebut berbentuk
sirkuler (Tjitrosoepomo, 1988).
Batang pisang sebagian berisi air dan serat (selulosa), disamping mineral,
kalium dan fosfor. Komposisi kimia batang pisang dipengaruhi oleh berbagai faktor
yaitu komposisi tanah, frekuensi pemotongan, fase pertumbuhan, pemupukan, iklim
setempat dan ketersediaan air. Serat batang pisang mengandung 63% selulosa, 20%
hemiselulosa dan 5% lignin (Small, 1954 dalam Wijaya, 2002).
Rasio Karbon-Nitrogen (C/N)
Rasio C/N memberikan gambaran tentang mudah tidaknya bahan tersebut
dilapuk, tingkat kematangan dari bahan organik tersebut ataupun mobilisasi N pada
tanah. Rasio C/N tumbuhan berkisar antara 20-30, sedangkan pupuk kandang dan
pupuk hijau mencapai 90. Nilai C/N bahan organik segar menentukan reaksi dalam
5
tanah. Tanah-tanah dengan bahan organik stabil umumnya mempunyai nisbah C/N
sekitar 10 (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
Bahan organik yang diberikan umumnya memiliki nisbah C/N yang tinggi,
oleh karena itu perlu dilakukan proses pengomposan yang bertujuan untuk
menurunkan nisbah C/N. Proses penguraian bahan organik dengan nisbah C/N yang
tinggi akan memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap tanaman karena dapat
menyebabkan ketersediaan hara-hara lain berkurang, seperti nitrogen tersedia dalam
tanah. Tingginya C/N bahan organik menyebabkan terjadinya persaingan antara
tanaman dan mikroba, sehingga tanaman akan mengalami penurunan suplai nitrogen
(Hakim,1986).
Unsur Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Menurut Manan (2006),
di alam nitrogen ditemukan di
atmosfer bumi (78% volume) sebagai gas diatom dengan rumus molekuk N2, tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak dapat terbakar, sangat sedikit larut dalam
air dan bersifat tidak reaktif kecuali pada suhu tinggi. Dalam keadaan cair, nitrogen
diperoleh secara komersial melalui distilasi bertingkat udara cair. Kegunaan unsur N
adalah untuk pembuatan amoniak (proses Haber).
Menurut Edmond et al. (1957), pemberian pupuk harus memperhatikan
kandungan unsur hara yang tersedia di dalam tanah, tipe pertumbuhan yang
diinginkan dan faktor iklim. Kekurangan unsur nitrogen selama pertumbuhan dapat
menyebabkan tanaman menjadi kerdil, perakaran terbatas, daun menjadi berwarna
kuning dan senses, tetapi pemberian nitrogen secara berlebihan juga akan
mengakibatkan pertumbuhan vegetative sangat pesat, warna daun menjadi hijau tua
dan tanaman menjadi lebih sukulen (Prawiranata dan Tjondronegoro, 1992),
sehingga tanaman menjadi mudah terserang hama dan penyakit.
Unsur Fosfor
Menurut Manan (2006), unsur P ditemukan dalam urin oleh Brand pada tahun
1669. Fosfor merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan, dapat
menimbulkan entrofikasi di danau, sungai dan perairan lain. Unsur P juga merupakan
6
zat yang penting tetapi selalu berada dalam keadaan kurang di dalam tanah. Fosfor
diserap tumbuhan terutama dalam bentuk anion monovalen (H2PO4-) dan anion
divalent (HPO42-). Ketersediaan P sangat dipengaruhi pH tanah, pada pH rendah
(<7), P lebih banyak diserap dalam bentuk HPO42- (Mengel dan Kirkby, 1982).
Unsur P sangat penting sebagai sumber energi (ATP). Oleh karena itu,
kekurangan P dapat menghambat pertumbuhan maupun reaksi-reaksi metabolism
tanaman. Fosfor pada tanaman berfungsi dalam pembentukan bunga, buah dan biji,
serta mempercepat pematangan buah. Kualitas pupuk organik dipengaruhi oleh
metode pengomposan, kualitas bahan organik, suhu dan aktivitas mikroorganisme
perombak bahan organik. Pemberian unsur P dalam jumlah memadai dapat
meningkatkan mutu benih yang meliputi potensi perkecambahan dan vigor bibit
(Mugnisjah dan Setiawan, 1995).
Unsur Kalium
Kalium dapat dinyatakan bukan elemen yang langsung pembentuk bahan
organik. Kalium berperan dalam pembentukan protein serta karbohidrat, pengerasan
bagian kayu dari tanaman, meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit dan
meningkatkan kualitas biji dan buah. Kalium diserap dalam bentuk K+ (terutama
pada tanaman muda). Kalium banyak terdapat dalam jaringan muda, pada sel
tanaman. Zat ini terdapat sebagai ion di dalam cairan sel dan keadaan demikian akan
merupakan bagian yang penting dalam melaksanakan turgor yang disebabkan oleh
tekanan osmosis (Mulyadi, 1994). Tanaman yang kekurangan unsur K mengalami
gejala kekeringan pada ujung daun terutama daun tua. Ujung yang kering akan
semakin menjalar hingga ke pangkal daun. Kadang-kadang terlihat seperti tanaman
yang kekurangan air. Kekurangan K pada tanaman buah-buahan mempengaruhi rasa
manis buah (Winata, 1998).
Kangkung Darat
Tanaman kangkung merupakan tanaman sayuran yang sudah dikenal oleh
masyarakat Indonesia, tanaman ini diduga berasal dari daerah tropis terutama di
kawasan Afrika dan Asia dan terpusat pada awalnya di Malaysia serta berkembang
7
secara intensif dan komersial (di Taiwan, Thailand, Filipina dan juga Indonesia)
(Westphal, 1994).
Tanaman kangkung dapat tumbuh di daerah iklim panas dan dingin,
membutuhkan lahan yang terbuka dan mendapat sinar matahari yang cukup. Di
tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang
(tinggi) tetapi kurus. Apabila tanaman kangkung ditanam ditempat yang agak
terlindung maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen.
Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan
mudah membusuk, sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu
tergenang air. Jika kangkung darat ditanam di lahan untuk kangkung air maka
produksi kurang baik, warna daun menguning, bentuk kecil dan cepat membusuk
(Westphal, 1994).
Setiap 100 g daun dan batang kangkung mengandung air sebanyak 90,2 g,
protein 3,0 g; lemak 0,3 g; karbohidrat 5,0 g; serat 1,0 g; abu 1,6 g; kalsium 81 mg;
magnesium 52 mg; besi 3,3 mg; pro vitamin A 4.000-10.000 IU dan vitamin C serta
energi masing-masing sebanyak 30-130 mg dan 134 kJ (Ashari, 1995).
8
Download