BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Komunikasi Organisasi Pengertian atau definisi komunikasi organisasi bermacam-macam sebagaimana yang dikemukakan oleh masing-masing ahli. Namun yang dikemukakan tersebut hanyalah untuk memberikan batasan terhadap apa yang dimaksud dengan komunikasi organisasi. Menurut Purwanto (2003: 20), Komunikasi Organisasi adalah suatu proses komunikasi yang menggunakan media yaitu bahasa atau simbol-simbol yang biasa digunakan untuk mentransfer pesan-pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan melalui proses komunikasi agar diperoleh suatu hasil yang sangat berarti bagi suatu organisasi. Menurut Wiryanto (2004: 9), Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya. Perpindahan efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi seseorang mengirimkan dan menerima berita sangat tergantung pada keterampilan tertentu (membaca, menulis, mendengar, berbicara dan lain-lain) untuk membuat sukses pertukaran informasi. Sedangkan menurut Widjaya (2001: 1), menyebutkan penyebab komunikasi organisasi diartikan pada umumnya Universitas Sumatera Utara sebagai hubungan atau pun kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebagai sarana tukar menukar pendapat atau sebagai kontak antara manusia secara individu ataupun kelompok. Berdasar definisi ini, dapat dinyatakankan bahwa komunikasi sebagai satu proses, dalam hal ini orang-orang bermaksud memberikan pengertian melalui pengiriman berita secara simbolis, dapat menghubungkan para anggota dan berbagai satuan organisasi yang berbeda dan bidang yang berbeda pula sehingga sering disebut rantai pertukaran informasi. Menurut Widjaya (2001: 2), konsep ini mempunyai unsur-unsur : 1. Suatu kegiatan untuk membuat seseorang mengerti. Karena komunikasi memiliki fungsi untuk memberikan informasi dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan yang tahu menjadi mengerti. 2. Suatu sarana pengaliran informasi. Sebagai wadah untuk bertukar informasi dari satu orang kepada orang lain. 3. Suatu sistem bagi terjalin nya komunikasi diantara individu-individu. Komunikasi dalam hal ini adalah saling bertukar ide dan gagasan. Arti penting dari komunikasi bagi perusahaan adalah sebagai saluran untuk melakukan dan menerima pengaruh atau mekanisme perubahan, alat untuk mendorong atau mempertinggi motivasi sebagai sarana yang memungkinkan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Oleh sebab itu, pimpinan perusahaan harus dapat berkomunikasi secara efektif dengan semua anggota organisasi agar kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan lancar untuk mencapai tujuannya. Universitas Sumatera Utara Komunikasi berperan penting dalam memperlancar kegiatan perusahaan, hal ini dapat terlihat dari beberapa hal berikut : a. Fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat tercapai. b. Meningkatkan kegairahan dan motivasi kerja. c. Dengan menggunakan komunikasi sebagai alat koordinasi dan pengendalian para pimpinan dapat mengetahui keadaan dari setiap bidang yang menjadi tugasnya. d. Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antara bawahan dengan atasan, bawahan dengan bawahan, dan antara atasan, karena pengawasan yang jelas dan mantap. e. Dengan komunikasi semua bagian organisasi dapat mengetahui kebijakan, peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemimpin. 2.1.1.1 Proses komunikasi Komunikasi memiliki 6 (enam) tahapan yaitu : 1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan. Sebelum proses penyampaian pesan dilakukan, maka pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber, ide yang diolah dalam benak pengirim disaring dan disusun kedalam suatu memori dalam pikiran orang yang memiliki mental yang berbeda. Hal ini disebabkan karena penyerapan berbagai informasi dan pengalaman berbeda-beda dari setiap individu. Universitas Sumatera Utara 2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan Pada proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti dengan sempurna pengirim pesan harus memperhatikan subyek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), penerima pesan, gaya personal dan latar belakang budaya. 3. Pengirim menyampaikan pesan. Pada saat menyampaikan pesan dapat digunakan berbagai saluran. Biasanya rantai komunikasi yang digunakan relatif pendek, namun ada juga yang cukup panjang. Hal ini akan berpengaruh terhadap efektifitas penyampaian pesan. Ketika penyampaian pesan dapat digunakan berbagai media komunikasi baik media tulisan maupun lisan. 4. Penerima menerima pesan. Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut. 5. Penerima menafsirkan pesan. Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah di mengerti dan tersimpan dalam benak penerima pesan. Selanjutnya pesan baru bisa di tafsirkan secara benar bila penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim. 6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim. Setelah menerima pesan penerima akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan Universitas Sumatera Utara oleh penerima pesan beraneka ragam, hal ini tergantung dari pesan yang diterimanya. Umpan balik memegang peranan penting dalam proses komunikasi karena ia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Di samping itu, adanya umpan balik dapat menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi, misalnya perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata dan perbedaan reaksi secara emosional. Proses komunikasi dapat di gambarkan sebagai berikut : Tahap 1 Pengiriman mempunyai gagasan Tahap 2 Pengirim mengubah ide pesan Tahap 6 Penerima mengirim ide pesan Tahap 5 Penerima menafsirkan pesan SALURAN Tahap3 Pengirim mengirim pesan Tahap 4 Pengirim menerima pesan Sumber: Purwanto (2003: 12) Gambar 2.1 Proses Komunikasi 2.1.1.2 Jenis Komunikasi Komunikasi yang dianut oleh perusahaan tergantung dari kompleksitas lingkup kerja dari organisasi tersebut. Pengertian sistem adalah keseluruhan komponen/bagian yang saling bereaksi sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang terpadu untuk mencapai komunikasi yang efektif dan efisien. Sistem komunikasi yang dianut oleh organisasi akan langsung mempengaruhi tipe Universitas Sumatera Utara atau jenis komunikasi. Berdasarkan hal ini sistem komunikasi bergantung pada struktur organisasi dan mekanisme koordinasi. Ada beberapa bentuk komunikasi yang lazim digunakan, yaitu: 1. Komunikasi verbal. Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang lazim di gunakan untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain baik tulisan maupun lisan. Bentuk komunikasi ini memiliki struktur yang teratur dan terorganisir dengan baik. Melalui komunikasi lisan dan tulisan di harapkan orang dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengirim pesan dengan baik. Penyampaian suatu pesan melalui tulisan dan lisan memiliki suatu harapan bahwa seseorang akan dapat membaca atau mendengar apa yang dikatakan pihak lain dengan baik dan benar. Secara umum, untuk mengirimkan pesan, orang lebih senang berbicara dari pada menuliskan suatu pesan. Alasannya, komunikasi lisan relatif lebih mudah, praktis dan cepat dalam penyampaian pesan. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa komunikasi tulisan tidak penting, karena tidak semua hal bisa disampaikan dengan lisan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mendengar dan memahamiyang relatif lemah atau kurang baik dari msingmasing orang. Kaitannya dengan keterampilan membaca, seseorang sering mengalami kesulitan dalam mengambil pesan-pesan penting dari suatu bacaan. Meskipun mendengar dan membaca adalah hal yang berbeda, keduanya memerlukan pendekatan yang serupa. Universitas Sumatera Utara 2. Komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal memiliki sifat yang kurang terstruktur yang membuat komunikasi non verbal sulit untuk dipelajari. Jenis komunikasi non verbal adalah gerak-gerak isyarat tertentu, komunikasi ini lebih bersifat spontan misalnya, seseorang akan menggelengkan kepala, apa bila ia merasa tidak setuju. Komunikasi non verbal memiliki kebaikan yaitu kesahihannya dalam hal ini dikaitkan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat. Secara umum, orang akan mudah menipu orang lain dengan menggunakan kata-kata daripada menggunakan gerakan tubuh(bahasa isyarat). Hal ini disebabkan oleh sifat komunikasi yang lebih spontan. Komunikasi non verbal penting artinya bagi pengirim dan penerima karena sifatnya yang lebih efesien, suatu pesan nonverbal dapat disampaikan tanpa harus berfikir panjang dan pihak pendengar juga dapat menangkap arti dengan cepat. 3. Komunikasi dari atas ke bawah Komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dimulai dari manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia paling bawah.Maksud utama komunikasi kebawah adalah untuk memberi pengarahan, informasi, instruksi, nasehat/sarandan penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi kepada para anggota organisasi tentang tujuan dan kebijakan organisasi. Universitas Sumatera Utara Pesan atau berita kebawah dapat berbentuk tulisan maupun lisan, dan biasanya disampaikan melalui memo, laporan atau dokumen lainnya, buletin, pertemuan atau rapat, dan percakapan serta melalui interaksi orang per orang atau kelompok kecil. Salah satu kelemahan saluran komunikasi ini adalah kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor informasi penting yang ditujukan ke para bawahannya. Dengan kata lain, informasi yang diterima bawahan bisa jadi tidak selengkap aslinya. 4. Komunikasi dari bawah ke atas Fungsi utama komunikasi dari bawah ke atas (upward communication) adalah untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa yang terjadi pada tingkatan bawah. Tipe komunikasi ini mencakup laporanlaporan periodik, penjelasan, gagasan, dan permintaan untuk diberikan keputusan. Hal ini dapat dipandang sebagai data atau informasi umpan balik bagi manajemen atas. Para manajer harus benar-benar memiliki rasa percaya terhadap para bawahannya untuk mencapai keberhasilan komunikasi ini. Kalau tidak, informasi sebagus apapun dari bawahan tidak akan bermanfaat baginya, karena yang muncul hanyalah rasa curiga atau ketidakpercayaan terhadap informasi tersebut. 5. Komunikasi lateral atau horizontal Komunikasi ini meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Komunikasi diantara anggota dalam kelompok kerja yang sama. Universitas Sumatera Utara b. Komunikasi yang terjadi antara departemen pada tingkat organisasi yang sama. Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif, dan merupakan hasil dari konsep spesialisasi organisasi. Komunikasi ini dirancang guna mempermudah koordinasi dan penanganan masalah. Komunikasi lateral, selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan lateral, juga menghindarkan prosedur pengerjaan yang lambat. 6. Komunikasi diagonal Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara menyilang (diagonal) rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil hubungan-hubungan departemen lini dan staf, yaitu bahwa hubungan yang ada antara personalia lini dan staf dapat berbeda-beda, yang akan membentuk beberapa komunikasi diagonal yang berbeda-beda pula. 2.1.2 MOTIVASI 2.1.2.1 Pengertian motivasi Kebutuhan atau needs dapat dipandang sebagai pembangkit dan penggerak perilaku. Ini berarti bahwa apabila terdapat kekurangan akan kebutuhan, maka orang akan lebih peka terhadap motivasi. Kekurangan itu dapat bersifat fisiologis (makanan, pakaian, dan tempat tinggal), psikologis (pengakuan dan penghargaan), dan social (berkelompok). Apabila berbagai macam kekurangan tersebut dapat diatasi maka akan memberikan dorongan terhadap seseorang untuk berprestasi lebih baik lagi. Universitas Sumatera Utara Menurut Winardi (2001: 6), Motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang manusia yang dapat dikembangkannya sendiri, atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter, dan imbalan non moneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif dan secara negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan. Menurut Wursanto (2002: 302), Motivasi merupakan penggerak, alasan, dorongan yang ada didalam diri manusia yang menyebabkan orang lain berbuat sesuatu. Dapat dikatakan pula bahwa motivasi merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri manusia untuk berbuat atau untuk melakukan sesuatu. 2.1.2.2 Teori Motivasi Ada beberapa teori motivasi yang berusaha memberikan penjelasan tentang hubungan antara perilaku dan hasilnya, yaitu: 1. Teori Hierarki Kebutuhan ( Abraham Maslow) Inti dari teori Maslow adalah bahwa kebutuhan itu tersusun dalam bentuk hierarki. Tingkat kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologis dan tingkat yang tertinggi adalah kebutuhan realisasi diri (self actualization needs). a. Kebutuhan Fisiologis merupakan kebutuhan akan makan, minum, dan mendapat tempat tinggal. Universitas Sumatera Utara b. Kebutuhan keselamatan dan keamanan merupakan kebutuhan akan kebebasan dari ancaman (contoh : penjahat, dan gangguan lingkungan lainnya) c. Kebutuhan rasa memiliki cinta, yaitu kebutuhan akan teman, afiliasi, interaksi, mencintai dan dicintai. d. Kebutuhan akan penghargaan, yaitu kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain. e. Kebutuhan akan realisasi diri, yaitu kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan penggunaan kemampuan maksimum, melalui keterampilan dan potensi yang ada. Maslow juga mengemukakan sejumlah proposisi penting tentang perilaku manusia sebagai berikut: a. Manusia merupakan makhluk yang serba berkeinginan (man is a wanting being). Ia senantiasa menginginkan sesuatu dan ia senantiasa menginginkan lebih banyak. Tetapi apa yang diinginkannya tergantung apa yang sudah dimiliki olehnya. b. Sebuah kebutuhan yang dipenuhi, bukanlah sebuah motivator perilaku. Hanya kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi, memotivasi perilaku (contoh : kebutuhan akan hawa udara) c. Kebutuhan manusia diatur dalam suatu seri tingkatan-suatu hirarki menurut pentingnya masing-masing kebutuhan. Universitas Sumatera Utara 2. Teori 2 faktor (Hezberg) Hezberg mengembangkan teori dua faktor tentang motivasi , dimana faktor yang membuat orang merasa puas dan yang membuat tidak puas (ekstrinsik dan intrinsik), yang juga dikenal sebagai teori higieni motivasi (Motivation Hygiene Theory). Penelitian Hezberg melahirkan dua kesimpulan mengenai teori tersebut: pertama; ada serangkaian kondisi ekstrinsik, dimana keadaan pekerjaan dan hygienic yang menyebabkan rasa tidak puas di antara para karyawan apabila kondisi ini tidak ada maka hal ini tidak perlu memotivasi karyawan. Sebaliknya, apabila keadaan pekerjaan dan hygienic cukup baik, keadaan ini membentuk kepuasan bagi karyawan. Faktor-faktor ini meliputi: a. Upah b. Keamanan kerja c. Kondisi kerja dan hygienic d. Status e. Prosedur perusahaan f. Mutu dari supervisi teknis Mutu dari hubungan interpersonal di antara teman sejawat, dengan atasan dan dengan bawahan. Kedua; serangkaian kondisi instrinsik. Kepuasan pekerjaan yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi pekerjaan yang baik. Jika kondisi ini tidak ada, maka tidak menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan, yang dinamakan pemuas atau motivator yang meliputi, antara lain: Universitas Sumatera Utara 1. prestasi (achievement) 2. pengakuan (recognition) 3. tanggung jawab (responsibility) 4. kemajuan (advancement) 5. pekerjaan itu sendiri (the work it self) 6. kemungkinan berkembang (the possibility of growth) 3. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi) Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbedabeda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendalakendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.” Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : 1. Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat. 2. Menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya- Universitas Sumatera Utara upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya. 3. Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah. 4. Teori penetapan tujuan (goal setting theory) Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : 1. Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian. 2. Tujuan-tujuan mengatur upaya 3. Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi. 4. Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. 2.1.3 Semangat Kerja 2.1.3.1 Pengertian Semangat Kerja Seorang karyawan yang bekerja pada perusahaan mengharapkan sesuatu dari perusahaan tersebut. Sesuatu yang di harapkan karyawan bukan hanya sekedar upah dan gaji, tetapi juga hal-hal yang dapat memberikan jaminan kepada karyawan tersebut tentang semua kesinambungan pekerjaan dan kariernya. tercapainya harapan karyawan tersebut akan meningkatkan semangat kerja karyawan. Semangat kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan meskipun semangat kerja tidak mesti disebabkan oleh iklim Universitas Sumatera Utara kerja. Apabila perusahaan mampu meningkatkan semangat kerja karyawan maka pekerjaan akan lebih cepat selesai dan pada akhirnya keuntungan lebih banyak diperoleh. Menurut Schuler dan Jackson (2001: 71), semangat kerja merupakan sesuatu kondisi bagaimana seseorang karyawan melakukan pekerjaan seharihari.Semakin tinggi semangat kerja akan meningkatkan produktivitas karyawan. Menurut Siagian (2003: 57), bahwa semangat kerja karyawan menunjukkan sejauh mana karyawan bergairah dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya didalam perusahaan. Semangat kerja karyawan dapat dilihat dari kehadiran, kedisiplinan, ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan, gairah kerja dan tanggung jawab. Hasibuan (2001: 105), mengatakan semangat kerja adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaan dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Indikasi semangat keja dapat diketahui dari: 1. Turun/rendahnya produktivitas kerja. 2. tingkat absensi yang tinggi. 3. Labour turnover/tingkat perputaran karyawan yang tinggi. 4. Tingkat kerusakan naik/tinggi. 5. Kegelisahaan dimana-mana. 6. Tuntutan yang sering terjadi. 7. Pemogokan. Universitas Sumatera Utara Dari uraian ini dapat dilihat bahwa peningkatan semangat kerja karyawan dari sebuah kelompok organisasi sangat komplek sekali, sehingga dengan demikian dapat dipahami bahwa pengertian semangat kerja adalah esensial didalam menjalankan kegiatan suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta. 2.1.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Semangat kerja Semangat kerja merupakan sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Banyak faktor yang mempengaruhi semangat kerja diantaranya sistem pengupahan, kondisi kerja, insentif produksi, pendidikan, komunikasi dan lain sebagainya. Penghargaan serta penggunaan motivasi yang tepat akan menimbulkan atau mengakibatkan semangat kerja yang lebih tinggi. Faktor komunikasi merupakan salah satu faktor pembangkit semangat kerja. Dengan diketahuinya penyaebab turunnya semangat kerja oleh suatu organisasi maka akan lebih mudah mencari jalan keluar dari permasalahan semangat kerja tersebut. Dengan demikian suatu organisasi akan dapat mengambil tindakan pencegahan se awal mungkin. Menurut Siagian (2002: 114), cara-cara yang paling tepat untuk meningkatkan semangat kerja dan kegairahan kerja antara lain: 1. Gaji yang cukup Setiap perusahaan seharusnya bisa memberikan gaji yang cukup pada karyawan. Pengertian cukup sangat relatif sifatnya, yaitu apabila jumlah yang Universitas Sumatera Utara mampu dibayarkan oleh perusahaan tanpa membuat perusahaan rugi dan dengan sejumlah gaji yang diberikan tersebut akan mampu memberikan semangat kerja pada karyawan. 2. Memperhatikan kebutuhan rohani Perusahaan harus memperhatikan kebutuhan rohani karyawan dengan membangun tempat ibadah, yaitu agar karyawan dapat memenuhi kewajiban kepada Tuhan yang Maha Kuasa. 3. Sesekali perlu mendapatkan suasana santai Suasana kerja yang kompleks dapat menimbulkan kebosanan dan ketegangan kerja bagi karyawan. Untuk menghindari hal-hal tersebut perusahaan perlu menciptakan suasana santai dalam bekerja. 4. Harga diri perlu mendapat perhatian Pihak perusahaan perlu memperhatikan harga diri karyawan, yaitu dengan memberikan penghargaan, baik dengan memberikan surat penghargaan maupun dalam bentuk hadiah materi bagi karyawan yang memiliki prestasi kerja yang menonjol. 5. Menempatkan pegawai pada posisi yang tepat Setiap perusahaan hendaknya menempatkan para karyawan pada posisi yang tepat karena apabila terjadi ketidaktepatan dalam posisi dapat menurunkan prestasi kerja karena tidak sesuai dengan kemampuan yang di miliki. 6. Memberikan kesempatan untuk maju Universitas Sumatera Utara Semangat kerja karyawan akan timbul apabila mereka memiliki harapan untuk maju. Perusahaan hendaknya memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi, berupa pegakuan, hadiah, kenaikan gaji, kenaikan pangkat dan kenaikan jabatan. 7. Perasaan aman untuk masa depan perlu diperhatikan Semangat kerja karyawan akan terbina apabila mereka merasa aman dalam menghadapi masa depan dengan pekerjaan yang ditekuni. Untuk menciptakan rasa aman perusahaan mengadakan program pensiun, mereka memiliki alternatif lain yaitu mewajibkan karyawan untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung dalam polis asuransi. 8. Usahakan agar karyawan mempunyai loyalitas Untuk dapat menimbulkan loyalitas pada karyawan maka pihak pimpinan harus mengusahakan agar karyawan merasa senasib dengan perusahaan. Salah satu cara menimbulkan rasa memiliki para karyawan terhadap perusahaan adalah memberi gaji yang cukup, dan memenuhi kebutuhan rohani mereka. 9. Sesekali karyawan perlu diajak berunding Mengajak karyawan berunding dalam mengambil keputusan, mereka akan memiliki rasa tanggung jawab dan semangat untuk mewujudkan nya. 10. Pemberian insentif yang menyenangkan Perusahaan hendaknya memberikan insentif dengan cara sebaikbaiknya dengan meningkatkan loyalitas karyawan, kesenangan dan prestasi kerja mereka. Universitas Sumatera Utara 11. Fasilitas yang menyenangkan Fasilitas yang menyenangkan dengan melakukan kegiatan rekreasi, cafeteria, tempat olahraga, balai pengobatan, tempat ibadah, toilet yang bersih dan pendidikan untuk anak. Dari kutipan ini dapat diketahui banyak cara-cara yang tepat untuk meningkatkan semangat dan kegairahan kerja karyawan. Dan banyak pula pekerjaan yang gagal atau kurang memberikan hasil yang memuaskan karena cara-cara seperti ini kurang diperhatikan pimpinan perusahaan. As’ad (2003: 114) Menyatakan ada 5 (lima) faktor yang menimbulkan semangat kerja, yaitu: 1. Kedudukan (posisi) 2. Pangkat (golongan) 3. Umur 4. Jaminan finansial dan jaminan sosial 5. Mutu pengawasan Sedangkan menurut Loteiner dan Tohardi (2002: 431) ada 6 (enam) faktor yang mempengaruhi semangat kerja, yaitu: 1. Kebanggaan atau kecintaan pekerja pada pekerjaannya dan kepuasan dalam menjalankan pekerjaan dengan baik. 2. Sikap terhadap pimpinan. 3. Hasrat untuk maju. 4. Perasaan telah diperlukan dengan baik. 5. Kemampuan untuk bergaul dengan teman sekerjanya. Universitas Sumatera Utara 6. Kesadaran akan tanggung jawab terhadap penyelesaian pekerjaannya. Tolak ukur peningkatan semangat kerja yang mutlak tidak ada, karena setiap individu karyawan berbeda standart kepuasannya. Indikator semangat kerja hanya diukur dengan kedisiplinan, moral kerja dan turnover yang kecil, maka secara relatif semangat kerja karyawan baik, tetapi sebaliknya jika kedisiplinan, moral kerja dan turnover karyawan besar, maka semangat kerja karyawan diperusahaan kurang baik. 2.2 Penelitian Terdahulu Dimas Prayogi (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Terhadap Semangat Kerja Karyawan Pada PT Telkom Regional I Bidang Customer Care”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Komunikasi Terhadap Semangat Kerja Karyawan Pada PT Telkom Regional I Bidang Customer Care. Teknik sampling digunakan adalah Nonprobability dengan menggunakan metode sampling jenuh dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel karena jumlah populasinya relatif kecil (Sugiyono 2005:78). Metode analisis yang dipergunakan adalah metode analisis deskriptif, metode analisis statistik yang terdiri dari analisis regresi linier sederhana, pengujian signifikan parsial (Uji-t) dan pengujian koefisien determinasi (R2). Dengan demikian, untuk hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan variabel Komunikasi (X) terhadap Semangat Kerja Karyawan (Y) PT Telkom Regional I Bidang Customer Care. Universitas Sumatera Utara Cody Hanggara (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh komunikasi terhadap semangat kerja karyawan pada Bank BRI cabang Lubuk Pakam”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi terhadap semangat kerja karyawan pada Bank BRI cabang Lubuk Pakam. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode sampling jenuh (sensus). Populasi sasaran adalah seluruh karyawan pada Bank BRI cabang Lubuk Pakam yang berjumlah 36 orang dan sampel yang digunakan sebagai responden adalah keseluruhan dari jumlah populasi yaitu 36 orang. Data yang dikumpulkan menggunakan metode wawancara dan kuesioner. Variabel yang diukur menggunakan sekala likert. Analisis data menggunakan perangkat lunak SPSS 13,0 dan pengujian hipotesis menggunakan analisis linier berganda. Hasil penelitian menggunakan SPSS 13,0 menunjukkan bahwa komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja karyawan sebesar 65,1%, artinya bahwa semangat kerja karyawan dipengaruhi oleh komunikasi sebesar 65,1%, sedangkan sisanya 34,9% dipengaruhi oleh faktor lain. 2.3 Kerangka Konseptual Menurut Purwanto (2003: 20), komunikasi organisasi adalah suatu proses komunikasi yang menggunakan media yaitu bahasa atau simbol-simbol yang biasa digunakan untuk mentransfer pesan-pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan melalui proses komunikasi agar diperoleh suatu hasil yang sangat berarti bagi suatu organisasi. Universitas Sumatera Utara Menurut Wursanto (2002: 302), motivasi merupakan penggerak, alasan, dorongan yang ada didalam diri manusia yang menyebabkan orang lain berbuat sesuatu, yang bisa bersumber dari: gaji, keamanan kerja, kondisi kerja, status. Dapat dikatakan pula bahwa motivasi merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri manusia untuk berbuat atau untuk melakukan sesuatu. Menurut Siagian (2003: 57), semangat kerja karyawan menunjukkan sejauh mana karyawan bergairah dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya didalam perusahaan. Semangat kerja karyawan dapat dilihat dari tingkat kehadiran, disiplin kerja, produktivitas dan ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan. Purwanto (2003: 13) menyatakan apabila cara menyampaikan pesan dan mengembangkan pesan tidak terdapat masalah-masalah dan si penerima pesan juga bisa menerima pesan dan menafsirkan pesan dengan komunikasi yang efektif ini maka semangat kerja karyawan akan meningkat karena antara karyawan telah mengerti pesan yang disampaikan. Wursanto (2002: 302) menyatakan dengan adanya pemberian hak sesuai dengan kewajiban dan pemberian penghargaan atas prestasi ini akan meningkatkan motivasi karyawan dan tentu saja akan meningkatkan semangat kerja karyawan. Berdasarkan latar belakang perumusan masalah, dan penjelasan tersebut maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat di gambarkan sebagai gambar 2.2. berikut ini Universitas Sumatera Utara Komunikasi Organisasi (X1) 1. Bahasa / simbol 2. Proses 3. Hasil Motivasi (X2) 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. Semangat Kerja Karyawan (Y) Tingkat kehadiran Disiplin kerja Produktivitas Ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan Gaji Keamanan kerja Kondisi kerja status Sumber: Purwanto (2003: 20) Wursanto (2002: 302) Siagian (2003: 57), data diolah (2010) Gambar 2.2. Kerangka konseptual 2.4 Hipotesis Mengacu kepada perumusan masalah, hipotesis penelitian ini adalah: “Komunikasi organisasi dan motivasi berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Medan Putri Hijau” Universitas Sumatera Utara