BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pengkajian variabel

advertisement
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Pengkajian variabel-variabel penelitian diperlukan teori-teori yang
relevan, dimana teori-teori tersebut dikaji dalam tinjauan pustaka. Tinjauan
pustaka pada dasarnya merupakan pengkajian terhadap pengetahuan tentang
konsep-konsep, hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang relevan dengan masalah.
Dilihat dari penelitian ini maka tinjauan pustaka yang dikaji adalah:
1. Pemasaran Jasa
a. Pengertian Pemasaran
The Chatered Institute of Marketing (2007) dalam buku David
Wijaya (2012:4), mendefinisikan pemasaran sebagai “proses manajemen
untuk mengidentifikasi, mengantisipasi, dan memuaskan hubungan
konsumen.”
Sedangkan Gronroos (1997) dalam buku David Wijaya (2012: 4)
juga mendefinisikan pemasaran sebagai “ proses untuk mengidentifikasi
dan menetapkan, memelihara, serta menjingkatkan hubungan dengan
pelanggan dan para pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya,
sehingga tujuan dari semua pihak yang terlibat dapat dipenuhi, yang
dilaukan dengan cara yang saling menguntungkan dan memenuhi
janjinya.”
Senada dengan Gronroos, Kotler dan Amstrong (2000) juga
mendefinisikan pemasaran sebagai “proses sosial dan manajerial yang
dilakukan individu atau kelompok untuk memperoleh kebutuhan dan
keinginan dengan cara membuat serta mempertukarkan produk dan nilai
dengan pihak lain.
b. Pengertian Pemasaran Jasa
Zeithaml dan Bitner (2003) dalam buku David Wijaya (2012:14)
mengatakan bahwa pemasaran jasa adalah mengenai “janji” yaitu janji
yang dibuat kepada pelanggan dan harus dijaga. Jadi, setiap orang dalam
11
organisasi harus menjaga janji dan berhasil membangun hubungan dengan
pelanggan.
Menurut Joewono (2008) dalam buku David Wijaya (2012: 14),
“Pemasaran jasa adalah konsep pemasaran yang mendefinisikan bahwa
organisasi harus lebih peduli terhadap apa yang dirasakan konsumen
dibandingkan dengan apa yang dipikirkan tentang barang atau jasa yang
mereka tawarkan”.
Dalam pemasaran jasa kita perlu mengetahui cara menawarkan
barang atau jasa, bukan apa yang ditawarkan. Jadi, pemasaran jasa
bertujuan untuk menciptakan pengalaman tidak terlupakan (memorable
experience) bagi konsumen.
2. Pemasaran Jasa Pendidikan
a. Pengertian Pemasaran Jasa Pendidikan
Menurut Lockhart (2005) dalam buku David Wijaya (2012: 16),
“pemasaran jasa pendidikan adalah cara untuk melakukan sesuatu dimana
siswa, orangtua siswa, karyawan sekolah dan masyarakat menganggap
sekolah sebagai institusi pendukung masyarakat yang berdedikasi
melayani kebutuhan pelanggan jasa pendidikan”.
Kotler dan Fox (1995) mengemukakan definisi pemasaran yang
digunakan secara khusus pada sekolah sebagai analisis, perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian program yang dirumuskan secara hati-hati
yang dirancang untuk menghasilkan pertukaran nilai secara suka rela
dengan pasar sasaran jasa pendidikan untuk mencapai tujuan sekolah.
Dalam hal ini pemasaran jasa pendidikan meliputi aktivitas untuk
merancang penawaran jasa pendidikan, memenuhi kebutuhan dan
keinginan pasar jasa pendidikan, serta menggunakan kebijakan penentuan
harga (pricing,)komunikasi, dan distribusi jasa pendidikan yang efektif
untuk
menginformasikan,
pendidikan.
memotivasi,
dan
melayani
pasar
jasa
12
b. Karakteristik Jasa Pendidikan
Secara umum jasa mempunyai beberapa karakteristik khusus yang
berbeda dengan barang. David Wijaya (2012) menguraikan gambaran
karakteristik jasa pendidikan yang dikutip dari pernyataan Bitner dkk
(1993) serta Tadapeli dan Hayes (2000):
1) Tidak berwujud(intangibility)
Yaitu jasa yang bersifat kasat mata sehingga pelanggan jasa
pendidikan tidak dapat melihat, mencium, mendengar, meraba dan
merasakan
hasil
keluaran
pendidikan
sebelum
mereka
mengonsumsinya menjadi subsistem sekolah. Akan tetapi, mereka
dapat merasakan dan melihat hasil keluaran pendidikan setelah
pelanggan mengkonsumsi jasa pendidikan atau menjadi lulusan
sekolah. Oleh karena itu, tugas sekolah selaku pemasar jasa
pendidikan adalah mengubah jasa pendidikan yang tidak berwujud
menjadi manfaat pendidikan (lulusan) yang konkret.
2) Tidak dapat dipisahkan (inseparability)
Yaitu jasa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari sumbernya yaitu
sekolah. Itu berarti jasa pendidikan dihasilkan dan dikonsumsi secara
serempak
pada
waktu
bersamaan.
Jasa
pendidikan
lebih
mengutamakan penjualan secara langsung dengan skala operasi
terbatas.
3) Tidak tahan lama(perishability)
Yaitu jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak
dapat disimpan. Sifat tidak tahan lama berarti jasa pendidikan tidak
dapat
dimasukkan
ke
gudang
atau
tidak
dapat
dijadikan
persediaan.Dalam dunia pendidikan, sifat tidak tahan lama dapat
dijelaskan dengan kondisi kosongnya kelas atau tidak ada siswa di
kelas sehingga menyebabkan hilangnya pendapatan sekolah.
4) Beraneka ragam(variability)
Jasa pendidikan bersifat variabel karena merupakan output tidak
standar (nonstandardized output) yaitu memiliki banyak variasi
13
bentuk, kualitas, dan jenis yang bergantung pada siapa, kapan, dan
dimana jasa pendidikan dihasilkan. Ada tiga faktor penyebab
variabilitas kualitas jasa pendidikan, yaitu:
a) Partisipasi pelanggan jasa pendidikan (siswa) selama proses
penyampaian jasa pendidikan
b) Moral dan motivasi guru untuk melayani pelanggan jasa
pendidikan (siswa)
c) Beban kerja sekolah
5) Kepemilikan (Ownership)
Karakteristik ini adalah karakteristik yang paling menantang. Siswa
membayar biaya pendidikan dimuka, dimana pada awalnya mereka
tidak mendapat kepemilikan investasi pendidikan apapun. Akan tetapi
mereka dapat menerima salah satu fasilitas yaitu kartu perpustakaan,
dengan
demikian
siswa
memperoleh
hak
untuk
mengakses
perpustakaan ketika menunjukkan kartu perpustakaan kepada petugas
(hlm.6).
Karena jasa pendidikan memiliki lima karakteristik tersebut, ada
beberapa syarat menurut David Wijaya (2012) yang harus dipenuhi
pemasar jasa pendidikan agar dapat menyampaikan jasa pendidikan, yaitu:
1) Pemasar jasa pendidikanharus berusaha membuat jasa pendidikan
menjadi berwujud
Petunjuk visual sekolah seperti, lokasi dan fasilitas sekolah (seperti
perpustakaan dan laboratorium komputer) yang secara fisik terlihat
merupakan wujud pendidikan yang signifikan.
2) Pemasar jasa pendidikan harus memperluas sistem penyampaian jasa
pendidikan.
Perluasan model penyampaian jasa pendidikan, seperti paket
pembelajaran jarak jauh atau sistem pembelajaran online.
3) Pemasar jasa pendidikan harus memberikan tanda pada kualitas
pendidikan.
Tanda pada kualitas pendidikan akan muncul apabila siswa pertama
kali bertemu dengan pihak sekolah, yaitu sewaktu berlangsungnya
14
proses rekrutmen siswa, pendaftaran dan hari pertama siswa
mengikuti aktivitas pendidikan di sekolah.
4) Pemasar jasa pendidikan harus menyediakan peluang kepemilikan.
Ketika biaya pendidikan meningkat, siswa perlu mengidentifikasikan
investasi pendidikan yang telah diterimanya, seperti partisipasi pada
pertandingan olahraga dan sebagainya (hlm. 7).
3. Kualitas Pelayanan
a. Pengertian Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan merupakan salah satu hal yang menjadi
bagian dari kegiatan perusahaan. Menurut Jasfar (2005: 47) bahwa
“Kualitas pelayanan jasa adalah bagaimana tanggapan konsumen terhadap
jasa yang dikonsumsi atau dirasakan”. Sedangkan menurut Tjiptono,
Fandy, Gregorius Chandra dan Dadi Andriana (2008: 70) bahwa “
Kualitas pelayanan mencerminkan perbandingan antara tingkat layanan
yang
disampaikan
perusahaandibandingkan
ekspektasi
pelanggan.
Kualitas layanan diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan
keinginan
pelanggan
serta
ketepatan
penyampaiannya
dalam
mengimbangi atau melampaui harapan pelanggan”.
Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa kualitas pelayanan
adalah berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan
pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan
para pelanggan.
b. Dimensi Kualitas Pelayanan
Menurut Tjiptono dan Chandra (2004) mengidentifikasikan
sepuluh dimensi pokok kualitas jasa:
1) Reabilitas, meliputi dua aspek utama yaitu konsistensi kinerja
(performance) dan sifat dapat dipercaya (dependability). Hal ini
berarti perusahaan mampu menyampaikan jasanya secara benar sejak
awal, memenuhi janjinya secara akurat dan andal misalnya
menyampaikan jasa sesuai jadwal yang disepakati, menyimpan data
(record) secara tepat, dan mengirimkan tagihan secara akurat.
15
2) Responsivitas atau daya tanggap yaitu kesediaan dan kesiapan para
karyawan untuk membantu para pelanggan yang membutuhkan jasa
secara cepat. Misalnya, ketepatan waktu pelayanan, pengiriman slip
transaksi secepatnya, kecepatan menghubungi kembali pelanggan dan
penyampaian layanan secara cepat.
3) Kompetensi yaitu penguasaan ketrampilan dan pengetahuan yang
dibutuhkan agar dapat menyampaikan jasa sesuai dengan kebutuhan
pelanggan.
Termasuk
didalamnya
adalah
pengetahuan
dan
ketrampilan personil pendukung operasioanal dan kapabilitas riset
organisasi.
4) Akses, meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui dan
kemudahan kontak. Hal ini berarti lokasi fasilitas jasa mudah
dijangkau, waktu mengantri atau menunggu tidak terlalu lama,
saluran komunikasi perusahaan mudah dihubungi dan jam operasi
nyaman.
5) Kesopanan(courtesy), meliputi sikap santun, respek, atensi dan
keramahan para karyawan (seperti resepsionis, operator telepon, bell
person, teller bank dan lain-lain).
6) Komunikasi artinya menyampaikan informasi kepada para pelanggan
dalam
bahasa
yang
mereka
mudah
pahami,
serta
selalu
mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Termasuk didalamnya
adalah penjelasan mengenai jasa/layanan yang ditawarkan, biaya jasa,
trade-of antara jasa dan biaya, serta proses penanganan masalah
potensial yang mungkin timbul.
7) Kredibilitas, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas
mencakup nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakter pribadi,
karyawan kontrak, dan interaksi dengan pelanggan (hard selling
versus soft selling opproach).
8) Keamanan (security), yaitu bebas dari bahaya, resiko atau keraguraguan. Termasuk didalamnya adalah keamanan secara fisik,
keamanan finansial, privasi dan kerahasiaan.
16
9) Kemampuan memahami pelanggan, yaitu berupaya memahami
pelanggan dan kebutuhan spesifik mereka, memberikan perhatian
individual dan mengenal pelanggan regular.
10) Bukti fisik(tangible), meliputi tampilan fisik, peralatan, personil, dan
bahan-bahan komunikasi perusahaan (seperti kartu bisnis, kop surat
dan lain-lain).
Mengutip simpulan Johnston & Silvesto (1990) dalam buku
Tjiptono dan Chandra (2005) mengelompokkan dimensi kualitas jasa
kedalam tiga kategori:
1) Hygiene factors, yakni atribut-atribut jasa yang mutlak dibutuhkan
demi terciptanya persepsi kualitas jasa yang bagus/positif. Ketiadaan
atau ketidaktepatan penyampaian faktor ini akan menimbulkan
persepsi negatif terhadap kualitas jasa. Akan tetapi, apabila faktor ini
ditingkatkan terus, tidak akan ada dampak positif yang signifikan
terhadap persepsi kualitas. Contoh faktor-faktor ini antara lain
reabilitas, fungsionalitas, dan kompetensi. Sebagai ilustrasi, reabilitas
perusahaan penerbangan dalam memastikan para penumpangnya
akan tiba tepat waktu ditempat tujuan merupakan factor hygiene
esensial. Keterlambatan akan berdampak negatif terhadap persepsi
kualitas. Namun, tiba lebih awal mungkin tidak terlalu berdampak
positif pada persepsi kualitas.
2) Quality-enchancing factors, yakni atribut-atribut jasa yang bila
tingkat kinerjanya tinggi akan berdampak positif pada persepsi
kualitas, namun bila kinerjanya sudah mencapai tingkat rendah
tertentu tidak ada dampak negatif yang signifikan. Contoh antara lain
friendlines dan ottentiveness, kebersihan dan ketersediaan. Sebagai
ilustrasi, friendliness dan ottentiveness para awak kabin pesawat dan
kebersihan kamar kecil pesawat merupakan quality-enchacing factors
yang secara linier meningkatkan persepsi kualitas. Akan tetapi, jika
kinerjanya pada atribut-atribut ini telah mencapai titik terendah
tertentu, para penumpang akan begitu frustasi atau jengkel sehingga
17
sekalipunkinerja jauh lebih buruk pun sudah tidak akan menurunkan
lagi persepsi kualitas mereka.
3) Dual-threhold factors, yaitu atribut-atribut jasa yang bila tidak ada
atau tidak tepat penyampaiannya akan membuat pelanggan
mempersepsikan
kualitas
jasa
secara
negatif,
namun
bila
penyampaiannya mencapai tingkat tertentu yang bisa diterima, maka
akan menyebabkan pelanggan puas dan persepsinya terhadap jasa
akan positif. Contoh atribut semacam ini antara lain komunikasi,
kesopanan dan kenyamanan (comfort).
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa layanan pendidikan
sekolah terdiri atas standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan.
Secara terperinci, fungsi dan tujuan standar nasional pendidikan
adalah sebagai berikut:
1) Sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan,, dan pengawasan
pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu.
2) Bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.
3) Untuk disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan
sesuai tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global.
Adapun penjelasan dari masing-masing standar nasional
pendidikan sebagai berikut:
1) Dalam pengembangannya, Standar Isi telah dikembangkan oleh
BNSP dan menjadi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk suatu pendidikan dasar dan menengah.
18
Standar Isi adalah cakupan materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
2) Standar Prosesadalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan, hal ini sebagaimana yang
dicantumkan dalam PPRI Nomor19 Tahun 2005 tentang Standar
Proses adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan proses pembelajaran
b. Pelaksanaan proses pembelajaran
c. Penilaian hasil pembelajaran
d. Pengawasan proses pembelajaran
3) Standar Kompetensi Lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap,pengetahuan, dan keterampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati.
4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan mencakup persyaratan
pendidikan prajabatan dan kelayakan, baikfisik maupun mental, serta
pendidikan dalam jabatan.
5) Standar Sarana dan Prasarana pendidikan mencakup ruang belajar,
tempat berolahraga,tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium,
bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasidan berekreasi, dan
sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran,termasuk
penggunaan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
6) Standar Pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,
provinsi atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan
meliputi:
pendidikan.
Standar
pengelolaan
pendidikan
19
a. Perencanaan program sekolah/ madrasah
b. Pelaksanaan rencana kerja sekolah
c. Monitoring dan evaluasi
d. Kepemimpinan sekolah/ madrasah, dan
e. Sistem informasi manajemen
7) Standar Pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan
besarnya biaya operasional satuan pendidikan yang berlaku selama
satu tahun. Biaya operasional pendidikan adalah bagian dari dana
pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan
pendidikan agar dapat berlangsung kegiatan pendidikan yang sesuai
dengan standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan.
Dalam rinciannya biaya operasional terdiri dari biaya investasi, biaya
operasi dan biaya personal.
8) Standar Penilaian Pendidikan adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar
belajar peserta didik, sedangkan evaluasi pendidikan adalah
pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap
berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis
pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjaaban penyelenggara
pendidikan.
Kedelapan standar nasional pendidikan ini digunakan sebagai
acuan
dalam
pengembangan
kurikulum,
pendidik
dan
tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan.
Standar kurikulum ini mencakup standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan dan standar penilaian pendidikan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pelayanan pendidikan yang berkualitas harus
mencakup lima dimensi yaitu kurikulum, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan.
Kelima dimensi kualitas pelayanan pendidikan tersebut diatas
dapat dikelompokkan dalam model SERVQUAL (Service Quality) yang
dikembangkan
oleh
Zeithml,
Berry,
dan
Parasuraman.Model
20
SERVQUAL diterapkan dalam melakukan perbandingan terhadap dua
faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu persepsi pelanggan
atas jasa yang nyata yang diterima (perceived service) dan persepsi
pelanggan atas jasa yang sesungguhnya diharapkan (expected service).
Apabila kualitas jasa yang diterima lebih tinggi dari kualitas jasa yang
diharapkan, jasa dapat dikatakan berkualitas, demikian sebaliknya. Jadi,
kualitas jasa dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara
kenyataan dan harapan pelanggan ataslayanan yang diterima.
Menurut
David
Wijaya
(2012)
mengutip
pernyataan
Parasuraman dkk (1998), terdapat lima dimensi SERVQUAL, yang
dikenal dengan istilah RATER. RATER ini dapat diterapkan dalam dunia
pendidikan dan terdiri atas unsur-unsur berikut ini:
1) Reliability ( Reliabilitas), yaitu keandalan/ kemampuan sekolah untuk
menyediakan jasa pendidikan sesuai dengan janji secara akurat dan
terpercaya. Kinerja sesuai harapan pelanggan jasa pendidikan
berupaketepatan waktu, pelayanan yang seragam untuk setiap
pelanggan jasa pendidikan tanpa kesalahan, sikap simpatik dan
keakuratan yang tinggi.
2) Assurance( Jaminan), yaitu pengetahuan, kesopansantunan, serta
kemampuan karyawan sekolah untuk menumbuhkan rasa percaya
pelanggan jasa pendidikan pada sekolah, meliputi komunikasi,
kepercayaan, keamanan, kompetensi dan sopan santun.
3) Tangible( Berwujud), kemampuan sekolah untuk menunjukkan
keberadaan dirinya pada pihak eksternal sekolah, meliputi fasilitas
fisik (gedung, gudang dan lain-lain), perlengkapan dan peralatan
pendidikan yang digunakan serta penampilan karyawan sekolah.
4) Empathy ( Empati), sekolah mampu memberikan perhatian yang tulus
dan pribadi kepada pelanggan jasa pendidikan dengan memahami
keinginan pelanggan jasa pendidikan. Sekolah juga diharapkan
memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan jasa
pendidikan, memahami kebutuhan pelanggan jasa pendidikan secara
21
khusus, serta memiliki waktu operasi jasa pendidikan yang nyaman
bagi pelanggan jasa pendidikan.
5) Responsivines ( Ketanggapan), yaitu kebijakan untuk membantu serta
memberikan jasa kependidikan yang cepat dan tepat kepada
pelanggan jasa pendidikan.
Dari penjelasan para ahli tentang dimensi kualitas pelayanan
jasa diatas, maka dapat disimpulkan beberapa dimensi yang sesuai agar
pelayanan jasa pendidikan dapat memberikan kepuasan kepada para
pelanggan
jasa
reability(keandalan),
(siswa).
Adapun
dimensi
assurance(jaminan),
tersebut
tangible(bukti
yaitu
fisik),
empathy(empati)dan responsivenes (daya tanggap). Dalam penelitian ini
kelima dimensi tersebut digunakan sebagai indikator pengukuran kualitas
pelayanan jasa pendidikan terhadap kepuasan siswa.
4. Kepuasan Pelanggan
a.
Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin “satis”
(artinya cukup baik, memadai) dan “factio” (artinya melakukan atau
membuat. Kepuasan bisa diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu”
atau membuat sesuatu memadai”.
Menurut Kotler & Amstrong, (2003: 52) bahwa “Kepuasan
adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau
hasil) yang dia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Menurut
Supriyanto dan Ernawaty, (2010: 307) “Kepuasan pelanggan terjadi
apabila apa yang menjadi kebutuhan, keinginan atau harapan pelanggan
dapat terpenuhi. Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau puas
bahwa produk atau jasa yang diterima telah sesuai atau melebihi harapan
pelanggan”.
Lupiyoadi (2001: 158) menyebutkan bahwa “mengukur tingkat
kepuasan para pelanggan sangatlah perlu, walaupun hal tersebut tidaklah
semudah mengukur berat badan atau tinggi badan pelanggan yang
bersangkutan”. Menurut Nasution (2005: 50) bahwa “Kepuasan
22
pelanggan adalah penilaian pelanggan terhadap penampilan dan kinerja
barang atau jasa itu sendiri apakah dapat memenuhi tingkat keinginan itu
sendiri, hasrat, dan tujuan pelanggan”.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan harus disertai dengan pemantauan terhadap
kebutuhan dan keinginan yang bisa dipengaruhi oleh faktor. Seperti yang
diungkapkan Lupiyoadi (2001) terdapat lima faktor yang mempengaruhi
kepuasan pelanggan yaitu:
1) Kualitas produk, yaitu pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi
mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan
berkualitas.
2) Kualitas pelayanan,terutama untuk industri jasa yaitu pelanggan akan
merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang
sesuai dengan yang diharapkan.
3) Emosional, yaitupelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan
keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila
menggunakan produk dengan merk tertentu yang cenderung
mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan yang
diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai sosial atau
self-esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek
tertentu.
4) Harga, yaituproduk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi
menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang
lebih tinggi kepada pelanggannya.
5) Biaya, yaitu pelanggan tidak perlu mengeluarkan uang tambahan atau
tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau
jasa yang cenderung puas terhadap produk atau jasa itu.
Menurut
Irawan (2004), faktor-faktor yang mendorong
kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut:
1) Kualitas produk, pelanggan puas kalau setelah membeli dan
menggunakan produk tersebut ternyata kualitas produknya baik.
23
2) Harga, untuk pelanggan yang sensitif biasanya harga murah adalah
sumber kepuasan yang penting karena pelanggan akan mendapatkan
value for money yang tinggi.
3) Service quality, kepuasan terhadap pelayanan biasanya sulit ditiru.
Kualitas pelayanan merupakan driver yang mempunyai banyak
dimensi, salah satunya yang populer adalah SERVQUAL.
4) Emotional Factor, pelanggan akan merasa puas (bangga) karena
adanya emotional value yang diberikan oleh brand dari produk
tersebut.
5) Biaya dan kemudahan, pelanggan akan semakin puas apabila relatif
mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau
pelayanan.
c.
Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Menurut Danang Sunyoto (2013) dalam mengukur kepuasan
pelanggan terdapat 4 metode yaitu:
1) Sistem Keluhan dan Saran
Organisasi yang berpusat pada pelanggan (custumer contered)
memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk
menyampaikan
keluhan
dan
sarannya,
misalnya
dengan
menyediakan kotak saran, kartu komentar dan custumer hot lines.
Dari hasil informasi akan dapat memberikan ide-ide atau masukan
kepada perusahaan untuk bereaksi dengan tanggap dan cepat
mengatasi masalah-masalah yang muncul.
2) Ghost Shoping
Ghost shoping adalah satu cara untuk memperoleh gambaran
mengenai
kepuasan
pelanggan
dengan
cara
mempekerjakan
beberapa orang (gosh shoper) untuk berperan dan bersikap sebagai
pembeli potensial terhadap perusahaan dan pesaing. Berdasarkan ini
mereka akan mendapatkan suatu informasi untuk mengerti kekuatankekuatan dan kelemahan perusahaan dan pesaing berdasarkan
24
pengalaman membeli produk-produk selain itu ghos shopper juga
dapat menangani penanganan cara keluhan, baik perusahaan yang
bersangkutan.
3) Lost Custumer Analysis
Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah
berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat
memahami mengapa itu terjadi. Bukan hanya exit interview saja
yang perlu, akan tetapi pemantauan custumer loss rate menunjukan
kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya.
4) Survey Kepuasan Pelanggan
Pada umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan
dengan penelitian survey, baik survey melalui post, telephone,
maupun wawancara pribadi melalui survey perusahaan akan
memperoleh tanggap baik (feed back) secara langsung dari
pelanggan dan juga memberikan tanda (signal) positif bahwa
perusahaan
memberikan
perhatian
khusus
terhadap
para
pelanggannya.
5. Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan
Menurut David Wijaya, (2012: 74) “ Seluruh aktivitas yang
dilakukan pemasar jasa pendidikan akhirnya bermuara pada nilai yang akan
diberikan ke pelanggan jasa pendidikan atas kepuasan yang dirasakannya”.
Aktivitas yang dimaksud disini adalah kinerja/ pelayanan yang diberikan
pihak sekolah terhadap siswa.
Dari uraian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa kepuasan
pelanggan jasa pendidikan merupakan perbandingan antara harapan yang
diinginkan ketika mendaftar menjadi siswa pada sekolah dan pelayanan yang
diterima siswa ketika menjadi siswa di sekolah tersebut.
Dalam dunia pendidikan yang penuh persaingan seperti sekarang ini,
kepuasan pelanggan jasa pendidikan adalah salah satu faktor penentu
keberhasilan kompetisi pendidikan dalam bidang kualitas pelayanan sekolah.
Apabila kualitas pelayanan jasa pendidikan sesuai dengan harapan siswa,
25
maka siswa merasa puas dengan pelayanan sekolah tersebut. Sebaliknya jika
kualitas pelayanan jasa pendidikan tidak sesuai dengan harapan siswa, maka
siswa merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan sekolah.
6. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan salah satu bagian dari teori
yang menjadi referensi dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Seperti
yang dikemukakan Sugiyono (2010: 89) yaitu bahwa “Deskripsi teori dalam
suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori bukan sekedar
pendapat pakar atau penulis buku dan hasil-hasil penelitian yang relevan
dengan variabel yang diteliti”. Penelitian yang relevan terkait dengan
penelitian ini yaitu:
1) Dr. Nguyen Minh Tuan (2012) dalam penelitian yang berjudul Effects
of Service Quality and Price Fairness on Student Satisfaction.
Penelitian ini merupakan research dengan pendekatan kuantitatif
melalui metode survei yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
kualitas pelayanan dan harga terhadap kepuasan siswa di Vietnam
National University of Ho Chi Minh City, Vietnam. Teknik
pengumpulan data dengan menyebar kuesioner. Teknik analisis data
menggunakan analisis regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel dimensi SERVQUAL dan harga berpengaruh secara
simultan terhadap kepuasan siswa.
2) Detha Rintiansyah Putri dan Sudiyono (2012), dalam penelitian yang
berjudul Kepuasan Warga Sekolah Terhadap Sistem Manajemen Mutu
Pelayanan di SMK N 2 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan
penelitian dengan menggunakan metode survey tingkat explanasi
deskriptif
dengan
pendekatan
kuantitatif.
Instrumen
variabel
kepuasanpelanggan digunakan angket tipe likert dengan rentang skor
1 sampai dengan 4.Validasi instrumen digunakan analisis butir dengan
rumus product moment, danuji reliabilitas digunakan alpha cronbach.
Data dianalisis dengan ujikecenderungan dan teknik persentase.Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Siswa yang merasa sangatpuas
26
sebanyak 4,3% responden, puas sebanyak 24% responden, cukup
puassebanyak 45,2% responden, kurang puas sebanyak 19%
responden dan sangattidak puas sebanyak 7,5% responden. Kepuasan
siswa berada pada kategori tinggidengan persentase sebanyak 65,80%.
(2) Guru yang merasa sangat puas sebanyak10,8% responden, puas
sebanyak 16,2% responden, cukup puas sebanyak 37,8%responden,
kurang
puas
sebanyak
27,1%
responden
dan
sangat
tidak
puassebanyak 8,1% responden. Kepuasan guru berada pada kategori
tinggi denganpersentase sebanyak 65,80%. (3)Karyawan yang merasa
sangat puas sebanyak8,3% responden, puas sebanyak 8,3% responden,
cukup puas sebanyak 50%responden, kurang puas sebanyak 33,4%
responden dan sangat tidak puassebanyak 0% responden. Kepuasan
karyawan berada pada kategori tinggi denganpersentase sebanyak
75,86%.
Kesamaan penelitian terdahulu dengan sekarang adalah terkait dengan
variabel-variabel yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan variabel
dimensi kualitas pelayanan sebagai variabel bebas yaitu reliability, assurance,
tangible, empathy dan responsivenes. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kepuasan pelanggan. Perbedaan penelitian dahulu dengan sekarang
terletak pada subjek penelitian. Dalam penelitian sekarang yang dijadikan
subjek penelitian adalah siswa kelas X dan kelas XI SMA Negeri 1
Sumberlawang, Sragen. Peneliti
yang sekarang menggunakan teknik
Proporsional Sampling dan Random Sampling.
27
B. Kerangka Berfikir
Menurut Sekaran (1992) dalam Sugiyono (2010: 91) menyatakan bahwa
“Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting”. Kerangka berfikir yang baik dapat menjelaskan secara teoritis
hubungan antar variabel yaitu variabel independent dan variabel dependent.
SMA Negeri 1 Sumberlawang, Sragen merupakan salah satu sekolah
menengah atas yang turut bersaing dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan
guna menciptakan kualitas lulusan yang bagus dan kompeten, dengan harapan
agar siswa merasa puas dengan kualitas pelayanan yang diberikan sekolah. Oleh
karena itu, SMA Negeri 1 Sumberlawang perlu mempelajari dimensi kualitas
pelayanan jasa yang diberikan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
reliability(keandalan), assurance(jaminan), tangible(bukti fisik), empathy(empati)
dan responsivenes(daya tanggap), sedangkan variabel dependen dalam penelitian
ini adalah kepuasan siswa dimana siswa sebagai pelanggan.
Keandalan adalah salah satu hal yang harus diperhatikan pihak sekolah.
Karena keandalan berhubungan dengan kemampuan sekolah untuk menyediakan
jasa yang sesuai dengan janji secara akurat dan terpercaya. Pelayanan yang
diberikan harus sesuai dengan harapan siswa yang berarti ketepatan waktu,
keakuratan tinggi, pelayanan yang seragam serta sikap yang simpatik dari guru
dan karyawan.
SMA Negeri 1 Sumberlawang sebagai penyedia jasa pendidikan harus
bisa memposisikan siswa sebagai seorang konsumen yang harus dilayani dengan
baik. Maka pihak sekolah harus bisa memberikan jaminan dan kepastian kepada
siswa. Jaminan yang diberikan pihak sekolah adalah pengetahuan, kesopanan
santunan serta kemampuan guru dan karyawan sekolah untuk menumbuhkan rasa
percaya siswa kepada sekolah. Meliputi kompetensi, kepercayaan, komunikasi
dan sopan santun.
Bukti fisik perlu diperhatikan bagi pihak sekolah sebagai penyedia
layanan jasa pendidikan, karena merupakan bukti nyata dari pelayanan pendidikan
yang diberikan pihak sekolah. Bukti fisik meliputi fasilitas fisik (seperti ruang
28
kelas, perpustakaan, laboratorium, masjid, dan sebagainya), perlengkapan dan
peralatan yang digunakan (teknologi), serta penampilan guru dan karyawan.
Apabila fasilitas perlengkapan dan peralatan yang disediakan sesuai harapan siswa
maka fasilitas bisa dikatakan baik dan memuaskan.
Guru dan karyawan harus mempunyai sikap empati kepada siswa, yaitu
dengan memberikan kenyamanan dan keamanan serta perhatian yang bersifat
personil kepada siswa dengan upaya memahami keinginan siswa. Perhatian yang
diberikan kepada siswa akan membuat siswa merasa puas. Meliputi sikap
pengertian terhadap siswa, rasa nyaman belajar di sekolah dan sekolah mampu
memahami kebutuhan siswa secara khusus.
Pelayanan yang baik bisa dilihat dari ketanggapan pihak sekolah yaitu
bagaimana kebijakan untuk membantu serta memberikan jasa pendidikan yang
cepat dan tepat kepada siswa. Apabila pihak sekolah tidak tanggap dengan
kebutuhan dan keinginan siswa maka akan menimbulkan persepsi yang negatif
bagi sekolah. Ketanggapan itu meliputi kesediaan guru karyawan dalam
membantu siswa yang mengalami kesulitan, sekolah memberikan pelayanan pada
siswa secara cepat dan sigap, serta kemampuan guru dan karyawan dalam
merespon keluhan siswa dengan baik.
Kepuasan siswa merupakan penilaian siswa terhadap penampilan dan
kinerja jasa itu sendiri apakah dapat memenuhi tingkat keinginan, hasrat dan
tujuan siswa. Apabila kualitas pelayanan pendidikan yang diberikan pihak SMA
Negeri 1 Sumberlawang Sragen sesuai dengan harapan siswa, maka kualitas
pelayanan dapat dikatakan baik dan memuaskan.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda. Alasan menggunakan analisis ini adalah untuk mengetahui pengaruh
variabel independen baik secara simultan maupun secara parsial terhadap variabel
dependen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1
Sumberlawang Sragen kelas X dan XI baik dari jurusan IPA maupun IPS.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka kerangka berfikir dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
29
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
C. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2010: 96) menyatakan “Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap masalah dalam penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H1
: Terdapat pengaruh yang signifikan kualitas pelayanan yang meliputi
reliability, assurance, tangible, empathy dan responsivenes secara
simultan terhadap kepuasan siswa SMA Negeri 1 Sumberlawang Sragen
tahun ajaran 2015/ 2016.
H2
: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi kualitas pelayanan
reliability(keandalan)
terhadap
kepuasan
siswa
Sumberlawang Sragen tahun ajaran 2015/ 2016.
SMA
Negeri
1
30
H3
: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi kualitas pelayanan
assurance (jaminan) terhadap kepuasan siswa SMA Negeri 1
Sumberlawang Sragen tahun ajaran 2015/ 2016.
H4
: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi kualitas pelayanan tangible
(bukti fisik) terhadap kepuasan siswa SMA Negeri 1 Sumberlawang
Sragen tahun ajaran 2015/ 2016.
H5
: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi kualitas pelayanan
empathy(empati) terhadap kepuasan siswa SMA Negeri 1 Sumberlawang
Sragen tahun ajaran 2015/ 2016.
H6
: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi kualitas pelayanan
responsivenes(ketanggapan) terhadap kepuasan siswa SMA Negeri 1
Sumberlawang Sragen tahun ajaran 2015/ 2016.
Download