B A B I I LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Konsep Diri.
2.1.1. Pengertian Konsep Diri.
Menurut pakar teori konsep diri bahwa diri seseorang merujuk pada
evaluasi yang menyangkut berbagai bidang-bidang tertentu dari diri (Santrock,
2007) . Konsep diri adalah pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang diri
sendiri atau persepsi terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial
dan aspek psikologis yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi terhadap
orang lain (Sobur, 2009).
Menurut Worchel, dkk (2003), konsep diri dapat diartikan sebagai pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki individu tentang karakteristik atau ciri-ciri
pribadinya.
Menurut Chaplin dalam kamus psikologi (2002), bahwa self concept
diartikan sebagai evaluasi individu mengenal diri sendiri, penilaian atau
penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan.
Rini (2002) mengartikan konsep diri secara umum sebagai keyakinan,
pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya.
2.1.2. Aspek Konsep Diri.
A. Menurut (Agus Dariyo, 2007), konsep ini meliputi beberapa aspek:
11
12
a. Aspek Fisiologis berkaitan dengan unsure fisik, seperti warna kulit,
berat, tinggi badan, bentuk, tinggi badan, raut muka (tampan cantik,
sedang, atau jelek, memiliki kondisi badan yang sehat, normal/cacat
dan sebagainya. Karakteristik fisik adalah bagaimana seseorang
mempengaruhi bagaimana seseorang menilai diri sendiri.
b. Aspek Psikologis, yang meliputi 3 hal:
- Kognisi (Kecerdasan, minat dan bakat, kreativitas, kemampuan kon-
sentrasi).
- Afeksi (Ketahanan, ketekunan, dan keuletan bekerja, motivasi
berprestasi, resiliensi). Pemahaman terhadap unsur-unsur tersebut
mempengaruhi penilaian terhadap diri sendiri, penilaian yang baik
akan mempengaruhi penilaian yang positif akan meningkatkan
konsep yang baik terhadap diri sendiri, dan sebaliknya yang buruk
akan cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk.
c. Aspek Psiko-Sosiologis yaitu pemahaman individu yang masih memiliki hubungan dengan lingkungan sosialnya yang juga meliputi 3 unsur
:
- Orang tua, saudara kandung dan kerabat dalam keluarga.
- Teman-teman pergaulan dalam peer group dan kehidupan bertetang-
ga.
- Lingkungan sekolah (guru, sekolah, aturan sekolah)
13
d. Aspek Psiko Spiritual yaitu kemampuan dan pengalaman seseorang
yang berhubungan dengan nilai-nilai agama, yang meliputi 3 aspek
theologies :
- Ketaatan beribadah
- Kesetiaan berdoa dan puasa
- Kesetiaan menjalankan ajaran agamanya.
Hal tersebut berhubungan dengan Tuhannya, dengan mengimplikasikan
kedekatan Tuhan yang terpencar perilaku yang religious.
e. Aspek Psikoetika dan Moral yaitu suatu kemampuan memahami dan
melakukan perbuatan berdasarkan nilai-nilai etika dan moralitas.
Konsep diri merupakan gabungan dari pemikiran, usaha dan harapan, kekhawatiran dan angan-angan individu, pandangan individu mengenai dirinya saat
ini, masa lalu dan masa yang akan datang, serta sikap yang mendukung penilaian
dirinya. Dunia dalam (inner world) merupakan dunia subyektif individu dan hal
ini merupakan dasar untuk memahami tingkah laku individu. Dengan kata lain
dengan adanya inner world maka setiap individu membangun suatu realitas berdasarkan pengalaman pribadinya dan pengalaman ini hanya dapat diketahui oleh
individu sendiri.
Konsep diri juga berarti gambaran seseorang mengenai dirinya, gambaran
ini merupakan gabungan pandangan orang tersebut mengenai karakteristik fisik,
psikologis, emosi, aspirasi dan prestasi dirinya. Konsep merupakan sesuatu yang
kita sadari dan penting dalam kehidupan, karena ia inti dari keberadaan kita. “Self”
14
memainkan peranan penting dalam kesadaran kepribadian bahkan keseluruhan
organisme kita.
Sedangkan Higgins (Sarwono, dkk ,2009) melihat tiga aspek jenis self pada diri individu actual atau Real self, ideal self dan ought self (sosial self). Inti
dari teori konsep diri Higgins dengan istilah persamaan:
a.
Actual atau Real self yaitu konsep diri ini cenderung bersifat realistik.
Apa yang dipersepsikan individu tentang dirinya sebagaimana apa
adanya sesuai dengan realita dirinya, merupakan sesuatu yang nyata
dan tidak mengandung harapan.
b.
Ideal self yaitu diri ini adalah sesuatu yang diharapkan individu
menjadi dirinya, menganggap dirinya yang ideal adalah jenis pribadi
yang diharapkan oleh individu yang bersangkutan. Konsep diri ideal
merupakan aspirasi yang dimiliki seseorang dan apa yang dipercayai
sebagai sesuatu yang harus dimilikinya. Konsep diri ideal ini
mempengaruhi konsep diri fisik dan psikologis.
c.
Ought atau sosial self yaitu konsep diri bagaimana seseorang
meyakini persepsi orang terhadap dirinya. Konsep diri sosial dapat
berkembang menjadi konsep diri Real apabila individu tersebut
percaya bahwa dirinya adalah seperti apa yang dipersepsikan orang.
William H.Fitts (1971) mengatakan diri atau konsep diri merupakan aspek
yang penting dalam diri seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan
(frame of reference) dalam seseorang berinteraksi dengan lingkungannya yang
15
berpengaruh dalam tingkah laku. Sebaliknya pengalaman-pengalaman seseorang
dalam pembentukan konsep dirinya.
2.1.3. Dimensi-Dimensi Konsep Diri.
Fitts (1971) dalam menggambarkan diri dan hal-hal apa yang ada dalam
terbentuknya konsep diri, melihat bahwa seseorang dalam mengamati dirinya
dapat dilihat dari dua dimensi yaitu: dimensi internal dan dimensi external. Pada
dimensi internal, individu melihat dirinya sebagai kesatuan yang unik dan dinamis
dimana ia melakukan pengamatan dan penilaian terhadap identitas dirinya,
tingkah lakunya dan kepuasan dirinya. Sedangkan dimensi eksternal, pegamatan
dan penilaian terhadap diri timbul sebagai hasil pertemuan individu dengan dunia
luar, khususnya dalam hubungan interpersonal. Kedua dimensi ini beserta bagianbagian diri yang ada saling membentuk suatu kepribadian.
Fitts juga menegaskan bahwa konsistensi antara bagian diri akan
menunjang keseluruhan fungsi diri yang terintegrasi dan efektif. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Widiastuti (2010):
a. Dimensi Internal.
Berdasarkan dimensi internal Fitts melihat ada 3 bagian dari diri yaitu diri
identitas (identity self), diri sebagai perilaku (behavioural self) dan diri sebagai
pengamat nilai (judging self).
1. Diri Identitas (sub bagian Dimensi Internal).
16
Diri identitas adalah aspek yang paling dasar dari konsep diri. Aspek ini
adalah ciri yang mempertanyakan “siapa aku”. Didalam diri identitas terkumpulah
seluruh label dan symbol yang dipergunakan seseorang untuk menggambarkan
dirinya. Dengan bertambahnya pengalaman, label yang dimiliki seseorang akan
bertambah. Kesemuanya ini menambah pengenalan diri dan menolong menggambarkan diri dalam menjawab pertanyaan tentang identitasnya. Diri dapat
mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan lingkungannya dan juga
dirinya sendiri.
2. Diri sebagai Pelaku (Behavioral Self).
Diri sebagai pelaku merupakan persepsi seseorang terhadap tingkah
lakunya atau caranya bertindak. Dalam melakukan sesuatu apapun seseorang
didorong oleh stimulus eksternal dan internal. Konsekuensi dari tingkah laku
mempengaruhi dipertahankan atau tidak suatu tingkah laku. Disamping itu juga
menentukan apakah tingkah laku baru tersebut diabtraksikan, disimbolisasikan
dan dimasukan kedalam diri identitas.
Sebagai contoh, seorang anak kecil yang sedang belajar berjalan, ketika ia
dapat berjalan maka ia akan marasa puas dan senang, perasaan tersebut
merupakan konsekwensi dirinya sendiri yang memperkuat tingkah lakunya
berjalan sehingga lambat laun ia akan terbiasa berjalan. Konsekwensi dari pihak
luar yang akan ia terima mungkin dari orang tuanya yang akan memujinya dan
menganggap anak ini pintar. Kemudian tingkah lakunya akan menjadi label bagi
dirinya sendiri. Tingkah laku itu merupakan bagian dari diri pelaku.
17
3. Diri sebagai Penilai (Judging Self).
Interaksi antara diri identitas dan diri pelaku dan integrasinya dalam keseluruhan konsep diri meliputi juga bagian diri yang ketiga yaitu sebagai penilai.
Diri penilai berfungsi sebagai pengamat dan pemberi nilai standart, pembanding
dan terutama sekali sebagai penilai diri. Juga mediator antara 2 ‘diri’ yang lain.
Penilaian diberikan terhadap label-label yang ada dalam diri identitas atau diri
pelaku secara terpisah, misalnya “saya pintar” atau “saya tidak melakukannya”.
Selain itu penilaian belajar dan saya pintar. Dalam hal ini berarti, orang itu
member label terhadap keseluruhan dirinya dan bukan tingkah laku tertentu. Atau
orang itu bisa juga mengatakan, “Saya melakukan ini tetapi saya bukan orang
yang biasa berbuat demikian”. Hal ini bahwa orang tersebut tidak setuju dengan
tingkah lakunya.
b. Dimensi Eksternal.
Pengamatan diri dari dimensi eksternal timbul dalam pertemuan dengan
dunia luar, khususnya dalam hubungan interpersonal.
Ada 5 bagian diri yang tercakup dalam dimensi eksternal, yaitu diri fisik,
firi etik moral, diri personal, diri keluarga dan diri social.
1. Diri Fisik (Physical Self).
Merupakan persepsi seseorang terhadap keadaan fisik, kesehatan dan penampilan diri serta gerak motorik.
18
2. Diri Etik Moral (Moral Ethical Self).
Merupakan persepsi seseorang tentang dirinya ditinjau dari standart pertimbangan nilai-nilai etik dan moral. Seperti dalam hubungan seseorang dengan
Tuhannya, rasa puas seseorang pada kehidupan keagamaannya, nilai-nilai moral
yang dianut berkenan dengan apa yang baik dan yang jahat.
3. Diri Personal (Personal Self).
Merupakan perasaan individu terhadap nilai-nilai pribadi terlepas dari
keadaan fisik dan hubungannya dengan orang lain dan sejauh mana ia merasa
dekat sebagai pribadi.
4. Diri Keluarga (Familial Self).
Merupakan perasaan dan harga diri seseorang sebagai keluarga dan temanteman dekatnya.
5. Diri Social (Social Self).
Merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya dalam interaksi dengan
orang lain dan dalam lingkungan yang lebih luas.
Dari penjelasan diatas tersebut maka peneliti menggunakan dimensi yang
akan diteliti dalam penelitian ini diambil dari dimensi konsep diri. Adapun dimensi konsep diri meliputi:
(1) Pengetahuan Tentang Diri Sendiri
(2) Pengharapan Tentang Diri Sendiri
19
(3) Penilaian Tentang Diri Sendiri
(4) Diri Etik Moral
(5) Diri Sosial.
2.1.4. Perkembangan Konsep Diri.
Berbagai pandangan tentang konsep diri, pada dasarnya para ahli sependapat bahwa konsep diri bukan bawaan diri sejak lahir. Seseorang anak ketika lahir
belumlah menyadari diri dan lingkunganya. Hal ini ditekankan oleh beberapa ahli,
yaitu:
One thing is quite certain: the young infant is not aware of himself as a
self. He does not separate the ‘me’from the rest if the word. And it is precisely this
separation that is the pivot of later life…the infant, though presumably concius,
lacks self-conciousness completery. (Hurlock, 1974:24)
Anak dapat melihat dirinya dan membedakan antara diri dengan lingkungannya secara berangsur-angsur melalui pengalaman dengan tubuh dan lingkungannya.
Papalia & Old (2001) berpendapat bahawa masa remaja merupakan masa
antara kanak kanak dan dewasa, konsep diri remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak kedewasa, seperti halnya masa transisi lain, masa remaja ditandai
20
dengan ketidak mantapan si remaja yang berpindah-pindah dari perilaku atau
norma lama ke yang baru. Masa ini menghasilkan sejumlah perubahan yang
memungkinkan reorganisasi dari konsep diri.
Orang bereaksi terhadap pengalaman-pengalaman yang disadari dan orang
lain cenderung untuk melakukan ‘reality testing’ yaitu mengecek pengalamanpengalamannya dengan info-info lain, sehingga ia dapat bertingkah laku secara
realitas, namun demikian tetap ada sebagian pengalaman yang tidak diuji atau diuji dengan tidak tepat yang menyebabkan orang tersebut bertingkah laku tidak realitis dan mengganggu dirinya sendiri.
Perkembangan konsep diri merupakan proses yang bertahap dimana
seseorang anak mulai dapat mengadakan diferensiasi antara dirinya dengan
lingkungan dan kemudian ia menyadari dirinya sendiri. Pada masa bayi dan
kanak-kanak peran keluarga sangat berpengaruh dalam membentuk konsep diri,
selanjutnya hubungan social turut menentukan cara seseorang dalam menilai
dirinya sendiri.
Anak semakin mengidentifikasikan diri dengan kelompok usianya dan
mengadopsi tingkah laku peer-group dari jenis kelamin yang sama dengan
dirinya. Pada akhirnya masa anak-anak konsep diri agak stabil, namun dengan
datangnya masa pubertas terjadi perubahan yang drastis pada konsep diri.
Walaupun remaja belum sepenuhnya melepaskan diri dari ketergantungan pada
orang dewasa, ia mulai menentukan sendiri tingkah lakunya. Umumnya remaja
menjadi sangat tergantung pada peer-groupnya sebelum mereka mencapai kesiapan untuk sungguh sungguh dapat berdiri sendiri. Karena perubahan-perubahan
21
dimasa remaja akan turut berpengaruh dihampir segala bidang, maka periode ini
konsep diri juga dalam keadaan yang terus berubah. Ketidak pastian masa depan
membuat formulasi tujuan yang pasti merupakan tugas yang sulit. Walaupun
demikian dalam masa remaja yang penuh bergejolak inilah remaja konsep dirinya
mulai muncul. Pada masa dewasa, yaitu sekitar 25 s/d 30 tahun konsep diri
seseorang sudah mantap. Sejak usia ini, konsep diri menjadi sulit berubah.
2.1.5. Konsep Diri Remaja.
Konsep diri remaja, beberapa hal mulai berkembang, terjadi pergolakan
fisik, emosional, dan social. Sepanjang maturasi seksual perasaan senang, peran
dan nilai baru harus diintergrasikan dalam diri, dengan demikian konsep diri
remaja tentang dirinya bertambah, harapan tentang masa yang akan datang mulai
muncul, terjadi penilaian diri atas tingkah laku dan cara mengisi kehidupan. Konsep diri remaja yang mengembangkan dirinya positif akan merasa dirinya berharga sehingga lebih percaya diri dalam menghadapi keadaan dan masalah, sebaliknya remaja yang berkembang dengan negatif mempunyai kesulitan menerima
dirinya sendiri, sering menolak untuk menyesuaikan dirinya.
2.1.6. Pola Konsep Diri.
Menurut Psikolog Yelia Dini Puspita, M.Psi (Sentra tumbuh kembang
anak, 2010). Anak memiliki konsep diri positif mampu memenuhi harapan-
22
harapan sendiri lebih dari pada harapan orang lain terhadap dirinya. Anak dengan
konsep diri positif dapat menerima pengalaman pengalaman baru, sebaliknya anak
mempunyai konsep diri negatif, anak bisa menarik diri sampai dapat
mempengaruhi prestasi belajarnya tidak mempunyai kemampuan untuk memperbaiki diri.
Brooks (dalam Rakhmat: 2002), menyatakan bahwa ada dua macam pola
konsep diri, yakni konsep diri positif dan konsep diri negative. Berdasarkan
proses perkembangannya konsep diri yang telah dijelaskan bahwa konsep diri
terbentuk dari hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Dalam konsep diri
melalui interaksi sosialnya akan membentuk konsep diri positif dan konsep diri
negative:
A.
Konsep diri positif yaitu dalam proses berkembangnya konsep diri ini
berkembang kearah positif yang diperlukan untuk proses berinteraksi
dengan orang lain. (Montana, 2001) memberikan ciri-ciri tingkah laku
yang mempunyai konsep diri positif, contohnya:
-
Bercita-cita menjadi pemimpin.
-
Mau menerima kritikan yang bersifat membangun.
-
Bersifat mandiri terhadap orang lain.
-
Menerima tanggung jawab atas tindakannya sendiri.
-
Sabar menghadapi kegagalan.
-
Menanggani persoalan dengan keyakinan dan kepercayaan.
Sedangkan konsep diri negatifnya adalah:
-
Menghindari peran-peran pemimpin.
23
-
Menghindari kritikan dan tidak mengambil resiko.
-
Kurang memiliki motivasi belajar, bekerja dan umumnya ia
mempunyai kesehatan emosi dan psikologis kurang baik.
-
B.
Mudah frustasi dan menyalahkan orang lain atas kekurangannya.
Sedangkan Orang yang memiliki konsep diri yang negatif ditandai dengan:
1. Peka terhadap kritik.
2. Responsif terhadap pujian.
3. Sikap hiperkritis.
4. Cenderung merasa tidak disenangi orang lain.
5. Pesimis terhadap kompetisi.
2.2. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi.
2.2.1. Pengertian Kesehatan Reproduksi.
Secara sederhana reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi =
membuat atau menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup. Jadi kesehatan
reproduksi adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan social secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan system reproduksi serta fungsi dan proses reproduksi (Cholil,
2006).
Teori kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (2010),
adalah suatu keadaan fisik, mental dan social yang utuh bukan hanya bebas dari
24
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan system
reproduksi, fungsi serta prosesnya. (Pinem, 2009)
Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa kesehatan reproduksi
remaja adalah keadaan fisik, mental dan social secara utuh yang semata-mata
bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan
system reproduksi serta fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Remaja secara seksual memiliki kemampuan untuk melindungi diri sendiri
dari penyakit, kehamilan yang tidak dikehendaki, sadar akan sikap perilaku
seksualnya serta mampu bertanggung jawab terhadap perilaku seksualnya.
2.2.2. Proses Menuju Masa Kedewasaan.
Sehubungan dengan hal tersebut, remaja dalam perkembangannya menuju
kedewasaan pada saat itu mereka tidak hanya menjadi tinggi dan lebih besar saja
tetapi terjadi juga perubahan-perubahan didalam tubuh yang memungkinkan
untuk bereproduksi atau berketurunan, perubahan menuju masa dewasa dikenal
dengan masa puberitas, ditandai dengan datangnya menstruasi pada perempuan
dan mimpi basah pada laki-laki. Mimpi basah pada laki-laki memproduksi sprema
setiap harinya. Sperma bisa dikeluarkan melalui proses yang disebut ejakulasi,
yaitu keluarnya sprema melalui penis. Ejakulasi ini bisa terjadi secara alami (tidak
disadari oleh remaja laki-laki) melalui mimpi basah (Nugraha,2008), sedang proses menstrulasi bisa terjadi karena sel telur yang diproduksi ovarium tidak dibuahi
oleh sel sperma dalam rahim sehingga sel telur itu menempel pada dinding rahim,
25
kemudian menipis dan luruh keluar melalui mulut rahim dan vagina dalam bentuk
darah (Sarwono, 2007).
2.2.3. Faktor Pengaruh Kesehatan.
Faktor yang mempengaruhi siklus kesehatan wanita, BKKBN (2001):
1. Faktor Genetik
Merupakan modal utama atau dasar faktor bawaan yang normal, contoh:
jenis kelamin, suku, bangsa.
2. Faktor lingkungan.
Komponen biologis, misalnya organ tubuh, gizi, perawatan, kebersihan
lingkungan, pendidikan, social budaya, tradisi, agama, adat, ekonomi, politik.
3. Faktor Perilaku
Keadaan perilaku akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Perilaku
yang tertanam pada masa anak-anak akan terbawa dalam kehidupan selanjutnya.
Menurut BKKBN, 2001 bahwa factor yang berpengaruh buruk terhadap
kesehatan remaja termasuk kesehatan reproduksi:
a. Masalah Gizi: anemia dan kurang gizi kronis serta pertumbuhan yang
menghambat pada diri remaja putri.
b. Masalah pendidikan: buta huruf, pendidikan yang rendah.
26
c. Masalah lingkungan dan pekerjaan: lingkungan pekerjaan, lingkungan
sosial dan suasana yang kurang memperhatikan kesehataan fisik, emosional, dan mental remaja.
d. Masalah seksualitas: pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tahu
tentang masalah seksualitas, kurangnya bimbingan untuk bersikap positif
terhadap seksualitas, penggunaan NAPZA yang mengarah penularan
HIV/AIDS, serta penyalahgunaan seksual.
e. Masalah kesehatan reproduksi remaja: Ketidakmatangan secara fisik dan
mental, risiko komplikasi dan kematian ibu dan janin lebih besar,
kehilangan kesempatan pengembangan diri, risiko bertambah untuk
melakukan aborsi yang tidak aman.
2.2.4. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi.
2.2.4.1. Pengertian Pengetahuan.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat
mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman,
kita juga tahu karena kita diberitahukan oleh orang lain dalam hal ini menerima
informasi. Pengetahuan adalah hasil pengindraan atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki dapat menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan.
Pada era modern ini, remaja mulai mengeksplore dirinya melalui
informasi–informasi, makin tinggi tingkat pendidikan atau usia makin kurang
27
pentingnya fungsi orang tua sebagai sumber seks. Remaja masa kini lebih memilih informasi mengenai seksual dari luar keluarganya, baik dari internet, pertemanan atau pasangannya masing-masing.
2.2.4.2. Tingkat Pengetahuan.
Tingkat pengetahuan mencerminkan seberapa banyak pengetahuan dimiliki orang tersebut. Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, Notoatmodjo (2010):
a. Tahu (know) artinya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (comprehension) artinya tidak sekedar tahu tetapi dapat
diinterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (application) artinya apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui pada situasi yang lain.
d. Analis (analysis) adalah kemampuan seseorang menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
e. Sintetis (Synthetic) menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponenkomponen pengetahuan yang dimiliki.
28
f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penelitian terhadap objek tertentu.
2.2.4.3. Pengetahuan Mengenai Seksual.
Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut sikap yang berkaitan
dengan perilaku seksual maupun orientasi seksualnya (BKKBN, 2006). Meurut
Sarwono (2001), bahwa manfaat pengetahuan seksual adalah:
a. Mengerti tentang perbedaan seksualitas antara pria dan wanita dalam
keluarga, pekerjaan dan seluruh kehidupan yang selalu berubah dan berada
dalam tiap masyarakat dan kebudayaan.
b. Mengerti peran seksual dalam kehidupan manusia, keluarga dan pekerjaan.
c. Mengembangkan pengertian tentang diri sendiri sehubungan dengan
fungsi dan kebutuhan seks.
d. Membantu untuk mengembangkan kepribadian sehingga remaja mampu
untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab.
2.2.4.4. Pengetahuan Sistem Reproduksi.
Menurut Suryadi dkk, 2002 bahwa sistem reproduksi adalah suatu
rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk
29
berkembang biak. System reproduksi pada suatu organism berbeda antara pria dan
wanita. Pada manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan
peristiwa fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generative atau seksual. Tanda kematangan alat reproduksi
pada pria ditandai dengan keluarnya air mani (ejakulasi) yang pertama yaitu pada
saat mimpi basah sedangkan tanda reproduksi wanita ditandai dengan haid yang
pertama (menarche).
 Alat reproduksi pada wanita: Bibir luar, libia minora, kelenit (clitoris),
lubang vagina, rambut kemaluan, vagina, mulut rahim (cervix), rahim
(uterus), sel telur (lubang fallopi), indung telur(ovarium).
 Alat reproduksi pada laki-laki: Zakar (penis), buah zakar (testis), Saluran
Zakar (Uretra), Skrotum, Saluran sperma, Kelenjar prostat, Bladder
(kandung kencing).
Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organizme yang digunakan untuk berkembang biak. Reproduksi adalah cara
dasar untuk mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan:
setiap individu organism ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya.
2.2.5. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi dalam Siklus Kehidupan.
Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi, (Widyastuti et
al, 2010) yaitu :
30
a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
b. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) termasuk PMS-HIV/AIDS.
c. Pencegahan dan penanggulangan kompliasi aborsi.
d. Kesehatan reproduksi remaja.
e. Pencegahan dan penangganan infertilitas.
f. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis.
g. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi genital, fistula, dll.
Berikut adalah table anatomi dan fisiologi organ reproduksi wanita
Gambar 2.1. Alat Kandungan Wanita
a. Organ Reproduksi Wanita Eksternal.
Organ reproduksi wanita eksternal dalam Widyastuti (2010) sebagai berikut:
1. Vulva :
31
Merupakan suatu daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,
or-
ificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
2. Mons pubis/mons veneris:
Merupakan lapisan lemak di bagian depan simfisis pubis, yang mana tertutup oleh rambut pubis mulai usia remaja sebagai pertanda seksualitas
skunder.
3. Labia Mayora:
Organ ini merupakan lipatan kulit yang tebal dan mengandung lemak. Pada keadaan biasa bibir luar ini akan selalu menutup dan merapat serta hanya membentuk sebuah celah sehingga bagian-bagian lainnya tertutupi. Organ ini ditumbuhi rambut dan banyak mengandung kelenjar minyak. Bibir
besar ini juga bermanfaat sebagai pelindung. (Yahya, 2010).
4. Labiya minora:
Organ ini merupakan lipatan kecil di sebelah dalam yang berwarna kemerahan dan selalu basah. Organ ini tidak mengandung folikel rambut, tetapi
banyak mengandung akhiran saraf sensible (sangat sensitif) yang penting
sebagai pembangkit rangsangan saraf seksual. (Yahya, 2010)
5. Clitoris:
Merupakan organ kecil yang terdiri dari korpus yang mana banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif dan berperan besar da-
32
lam fungsi seksual dalam mencapai orgasme. Ketika fase perangsangan
klitoris akan membesar dan menonjol. Identik dengan penis pada pria.
Ukuran sebesar kacang polong, terdapat androgen pada klitoris.
6. Vestibulum:
Bagian atas dibatasi oleh klitoris, bagian bawah fourchet, dan batas bagian
lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Pada bagian ini terdapat
6 lubang/orificium yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae,
duktus glandulae, bartholinii kanan-kiri dan duktus skene kanan-kiri.
Kelenjar-kelenjar ini akan mengeluarkan cairan pada saat fase perangsangan dalam hubungan seks sehingga memudahkan penetrasi.
7. Introitus/orifisium vagina:
Merupakan bagian/lubang vagina. Beberapa milimeter lebih ke dalam tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara/hymen pada waktu masih perawan.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat
berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribifomis, septum atau fimbriae. Hymen dapat robek setelah coitus atau trauma lain, dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan.
8. Perineum :
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis.
33
b. Organ Reproduksi Wanita Internal.
Organ reproduksi wanita internal dalam Widyastuti (2010) yaitu sebai berikut:
a. Vagina
Saluran yang elastis, berbentuk tabung panjang sekitar 9 s/d 11 cm, berawal dari
introitus vagina dan berakhir pada rahim. Vagina yang menjorok di sekitar cerviks
uteri disebut fornix, yang dibagi dalam 4; Fornix anterior, fornix posterior, dan
fornix lateral kanan-kiri. Vagina mempunyai fungsi penting sebagai jalan lahir
lunak, sebagai tempat hubungan seksual yang mana sebagai penetrasi penis
melalui introitus vagina dan saluran untuk mengalirkan lendir dan darah
menstruasi lendir vagina banyak mengandung glikogen yang dapat dipecah oleh
bakteri doderlein, sehingga cairan vagina bersifat asam.
b. Uterus
Merupakan organ muskuler berbentuk seperti buah pir yang terbalik, dilapisi peritoneum (serosa), dengan berat sekitar 30 gram. Selama kehamilan uterus berfungsi sebagai tempat implantasi hasil konsepsi yang mana bagian yang paling
sering untuk implantasi adalah fundus uteri.
c. Serviks uteri
Serviks uterus merupakan bagian terbawah uterus. Portio merupakan bagian terendah dari rahim/uterus yang menonjol ke dalam vagina.
d. Salping/Tuba fallopi
Tuba fallopi merupakan organ saluran sel telur/ovum.
e. Ovarium
34
Ovarium merupakan organ berbentuk oval, terletak didalam rongga peritoneum,
terdiri dari sepasang kiri-kanan. Ovarium dilapisi mesovarium, sebagai jaringan
ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel primordial menjadi folikel degraf, selanjutnya terdiri dari ovulasi. Ovarium juga mensintesis dan
menghasilkan sekresi hormon-hormon steroid yaitu esterogen dan progesteron.
2.2.5.1 Menstruasi.
Menstruasi adalah sebuah perubahan-perubahan yang kompleks dan
harmonis yang dipengaruhi oleh hormon-hormon tertentu. Hormon-hormon ini
diatur oleh otak, alat-alat kandungan, kelenjar tiroid, dan beberapa kelenjar
lainnya. (Yahya, 2010)
Menurut Yahya (2010), hormon-hormon tersebut adalah:

FSH/follicle stimulating hormone yang dikeluarkan oleh otak.

Estrogen yang dihasilkan kandung telur.

LH/luteinizing hormone yang dihasilkan otak.

Progesteron yang dihasilkan kandung telur.
2.2.5.2 Fisiologi Menstruasi.
Fisiologi menstruasi dalam Widyastuti (2010) yaitu sebagai berikut :

Stadium Menstruasi.
35
Stadium ini berlangsung selama 3 s/d 7 hari. Pada saat itu, endometrium
(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan. Hormon-hormon
ovarium berada pada kadar paling rendah.

Stadium Proliferasi.
Stadium ini berlangsung pada 7 s/d 9 hari. Dimulai sejak berhentinya darah
menstruasi sampai hari ke 14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase
proliferasi di mana terjadi pertumbuhan desidua fungsional yang mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh
kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari
indung telur (disebut ovulasi).

Stadium Sekresi.
Stadium sekresi berlangsung 11 hari. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan memengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi
(perleketan janin ke rahim).

Stadium Premenstruasi/Iskemia.
Stadium yang berlangsung selama 3 hari. Ada infiltrasi sel-sel darah putih,
bisa sel bulat. Stroma mengalami disintegrasi dengan hilangnya cairan dan
sekret sehingga akan terjadi kolaps dari kelenjar dan arteri. Pada saat ini terjadi vasokontriksi, kemudian pembuluh darah itu berelaksasi dan akhirnya
pecah.
2.2.5.3
Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi.
36
Faktor yang mempengaruhi menstruasi dalam Widyastuti (2010) yaitu sebagai
berikut:
 Faktor Hormon.
Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita yaitu
Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang dikeluarkan oleh hipofisis, estrogen
yang dihasilkan oleh ovarium, Luteinizing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh
hipofisis, serta progesteron yang dihasilkan oleh ovarium.
 Faktor Enzim.
Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan
dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan
regresi endometrium dan perdarahan.
 Faktor Vaskuler.
Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan
fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pada arteri-arteri, vena-vena, dan hubungan di antara keduanya. Dengan regresi endometrium, timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan
pembentukan hematoma, baik dari arteri maupun vena.
 Faktor Prostaglandin.
Endometrium mengandung protasglandin E2 da F2. Dengan adanya desintegrasi
endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi miometrium
sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.
37
2.2.6. Pemelihara Organ Reproduksi
Perawatan organ-organ reproduksi sangatlah penting. Jika tidak dirawat
dengan benar, maka akan menyebabkan berbagai macam akibat yang dapat merugikan, misalnya infeksi. Cara pemeliharaan dan perawatan dapat dilakukan
menurut tuntunan agama, budaya, maupun medis. Cara pemeliharaan dan perawatan alat-alat reproduksi ini ada yang khusus sesuai jenis kelamin, tetapi ada juga
yang bersifat umum. (Widyastuti et al, 2010).
a. Pemeliharaan Organ Reproduksi Remaja Perempuan.
Dalam buku Widyastuti (2010), cara pemeliharaan organ reproduksii remaja
perempuan adalah sebagai berikut:
1. Tidak memasukkan benda asing ke dalam vagina.
2. Menggunakan celana dalam yang menyerap keringat.
3. Tidak menggunakan celana yang terlalu ketat.
4. Pemakaian pembilas vagina secukupnya, tidak berlebihan.
b. Pemeliharaan Organ Reproduksi Remaja Laki-Laki.
Dalam buku Widyastuti (2010), cara pemeliharaan organ reproduksi laki-laki
antara lain:
1. Tidak menggunakan celana yang ketat yang dapat memengaruhi suhu testis,
sehingga dapat menghambat produksi sperma;
38
2. Melakukan sunat, untuk mencegah penumpukan kotoran atau smegma (cairan
dalam kelenjar sekitar alat kelamin dan sisa air seni) sehingga alat kelamin
menjadi bersih.
c. Cara Pemeliharaan Untuk Laki-Laki Dan Perempuan.
Dalam buku Widyastuti (2010), cara pemeliharaan alat reproduksi secara
umum untuk remaja laki-laki dan erempuan antara lain:
A. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari;
Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin dan anus dengan air
atau kertas pembersih (tissu), gerakan cara membersihkan anus untuk perempuan
adalah dari daerah vagina kearah anus mencegah kotoran anus masuk ke vagina;
B. Tidak menggunakan air yang kotor untuk mencuci vagina;
Dianjurkan tidak mencukur atau merapikan rambut kemaluan karena bisa
ditumbuhi jamur atau kutu yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal.
Alat reproduksi dapat terkena sejenis jamur atau kutu yang dapat menyebabkan rasa gatal atau tidak nyaman apabila tidak dirawat kebersihannya.
Mencuci vagina dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar,
penggunaan pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak higienis,
dan adanya benda asing dalam vagina dapat menyebabkan keputihan yang abnormal. Keputihan juga biasa timbul karena pengobatan hormonal, celana yang tidak
menyerap keringat, dan penyakit menular seksual. Keputihan yang abnormal
39
berwarna putih, hijau, atau kuning, berbau, sangat gatal, atau disertai nyeri perut
bagian bawah. (Widyastuti et al, 2010)
2.2.7. Pengetahuan Proses Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu bentuk alamiah reproduksi manusia, yaitu
proses regenerasi yang diawali dengan pertemuan sel embrio dimana terdapat
cikal bakal janin dan berkembang didalam rahim sampai akhirnya dilahirkan
sebagai bayi.
Kehamilan diawali keluarnya sel telur yang telah matang dari indung telur.
Sel telur yang matang (berada disaluran telur) yang bertemu sperma (yang masuk
akan menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh (Zygote). Zygote akan
membelah menjadi dua sel, lalu membelah lagi menjadi empat sel dan seterusnya
dan bergerak menuju kerahim. Sesampainya dirahim hasil konsepsi tersebut akan
menanamkan pada dinding rahim uterus, sel yang tertanam tersebut disebut embrio. Embrio akan bertahan hingga dua bulan untuk selanjutnya dia akan disebut
janin pada saat bayi dilahirkan.
2.2.8 Pengetahuan Konsekuensi Hubungan Seks. (dalam hal ini masa remaja).
40
Remaja pada era ini sudah berani melakukan hubungan seksual pranikah.
Menurut Luthfie (2002) perilaku seksual pranikah adalah perilaku seks yang
dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun
menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu.
Kehamilan usia dini memuat resiko yang tidak kalah berat pasalnya
emosional yang belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan bisa
muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan dengan adanya rasa emosional
ketika si ibu sedang mengandung bayinya (Ubaydillah, 2000) Berikut ini adalah
konsekuensinya:
a. Kehamilan yang tidak diinginkan.
Adalah kehamilan yang tidak diharapkan oleh salah satu atau kedua calon
orang tua bayi tersebut. Kasus kehamilan yang tidak diinginkan bukan saja
beresiko bagi kesehatan fisik dan psikis bagi remaja wanita, ketakutan
yang datang pun pada dunia remaja akan ketidaksiapan menjadi ibu akan
alasan–alasan seperti tidak punya cukup uang, takut akan proses kehamilan, malu atau ketahuan akan kehamilan, putus sekolah. Sehingga jalan
keluar yang ditempuh oleh sang remaja ini dengan mengaborsi untuk
upaya menutup aibnya yang bakal menghancurkan masa depannya.
Berikut ini adalah resiko kehamilan yang bahaya mengancam gadis
dibawah umur saat hamil diusia muda (dibawah 20 tahun), Ubaydillah (2000) :
-
Secara ilmu kedokteran, organ reproduksi untuk gadis dengan
umur dibawah 20 tahun ia belum siap untuk melakukan hubungan
41
seks atau mengandung, sehingga jika terjadi kehamilan beresiko
mengalami tekanan darah tinggi (karena tubuhnya tidak kuat).
-
Kondisi sel telur pada gadis dibawah usia 20 tahun belum begitu
sempurna sehingga dikhawatirkan bayi yang dilahirkan mengalami
cacat fisik.
-
Beresiko mengalami kanker serviks (kanker leher rahim) karena
makin muda usia pertama kali seseorang berhubungan seks maka
semakin besar resiko daerah reproduksi terkontaminasi virus.
2.2.9. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi.
Menurut Dr. Taufan, 2010 ,hal ini dapat digolongkan menjadi 4 (empat)
hal yang berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi:
1. Faktor sosio-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan
proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).
2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya praktek tradisional yang
berdampak pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak
rejeki informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan
remaja karena saling berlawanan satu dengan lain.
3. Faktor Psikologis (dampak pada keretakan orang tua dan remaja, depresi
karena tidak seimbang hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria
yang memberi kebebasan secara materi.
42
4. Faktor biologis (Cacat lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual).
5.
2.3.10. Kaitan Antara Kesehatan Remaja Dan Kesehatan Reproduksi
Remaja.
Berikut keadaan berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja:
1. Masalah gizi contohnya pertumbuhan yang terlambat pada remaja puteri
sehingga mengakibatkan pinggul sempit dan resiko untuk melahirkan.
2. Masalah pendidikan, dengan pendidikan rendah remaja kurang mampu
memenuhi kebutuhan fisik dasar, berpengaruh buruk terhadap derajat
kesehatan dirinya.
3. Masalah lingkungan dan pekerjaan, suasana akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan dan perkembangan.
4. Masalah seksual; pengetahuan yang tidak lengkap dan tepat tentang masalah seksual, kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal seksualitas, penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA yang mengarah terhadap penularan HIV/AIDS melalui suntikan jarum dan hubungan seks.
5. Masalah kesehatan reproduksi remaja: ketidakmatangan fisik dan mental,
kehilangan kesempatan untuk pengembangan diri remaja
2. 3. Seksualitas.
43
2.3.1.Definisi Seksualitas.
Menurut Kurt Lewin ( Notoatmojo, 2007) bahwa perilaku manusia adalahh suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan – kekuatan pendorong (driving
force) dan kekuatan-kekuatan penahan (resisting forces). Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam
diri seseorang .
Manuaba dan Sumiati, 2009, mengemukakan bahwa seksualitas sering
diartikan sebagai bentuk hubungan antara laki-laki dan perempuan yang didasari
oleh hasrat dan keinginan (libido) dengan maksud untuk mendapatkan suatu
kenikmatan atau kepuasan. Dalam bentuk hubungan seksualitas tersebut tidak
hanya alat kelamin yang berperan akan tetapi melibatkan peran psikologis dan
emosi. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar dan alamiah sebagai bentuk
dorongan fisiologis dan sebagai wujud dari upaya mempertahankan kelangsungan
hidup untuk memperoleh keturunan.
Miron & Miron (2006) menyatakan bahwa tujuan seks adalah mencapai
orgasme semata, merasa bergairah dan ingin mencapai klimaks. Seks dapat terjadi dalam hubungan yang penuh cinta. Seperti seks-kesenangan, cinta tidak dibutuhkan untuk melakukannya. Tak seperti seks-kesenangan, tujuan seks pada dasarnya melepaskan ketegangan seksual.
Sarwono (2006) menyatakan bahwa secara psikologis bentuk prilaku seks
remaja pada dasarnya adalah normal sebab prosesnya dimulai dari rasa tertarik
kepada orang lain, muncul gairah diikuti puncak kepuasan dan diakhiri dengan
44
penenangan. Tingkah lakunya pun bermacam-macam, dimulai dari perasaan
tertarik sampai bertingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama.
Sumiati (2009), perilaku seksual timbul sebagai akibat dari dorongan atau
hasrat dalam diri seseorang yang merasa tertarik baik dengan lawan jenisnya atau
dengan sejenis.
Seksualitas merupakan ciri, sifat peranan seks. Seksualitas merupakan
interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan atau
sama dengan mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, dan emosi
atau ekspresi psikologis dari prilaku seksual yang berhubungan dengan reproduksi
dalam hal ini antara dua individu.
Menurut Cupan & Comstock (1990 dalam Strong et al, 2005) mengatakan
bahwa hubungan seksual untuk beberapa pasangan adalah keinginan untuk
meningkatkan hubungan dan arti hubungan tersebut. Saat pasangan telah
melakukan hubungan seksual, kepuasan seksual umumnya meningkatkan kepuasan hubungan termasuk perasaan akan cinta dan komitmen kedua belah pihak.
Untuk lebih jelasnya, Oriza (2000) mengemukakan bahwa seksualitas
adalah cara seseorang berpikir dan merasakan berbagai hal yang berkaitan dengan
tubuh sendiri, jadi seksualitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara
seseorang berpikir dan merasakan berbagai hal yang berkaitan dengan tubuh
sendiri serta perilaku yang berkaitan dengan tubuh sendiri serta perilaku yang
berkaitan dengan seks.
45
2.3.2. Perilaku.
2.3.2.1. Pengertian Perilaku.
Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Perilaku merupakan suatu tindakan yang mempunyai frekuensi, lama, dan tujuan
khusus dan baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar (Green, 2000).
Menurut teori Skiner (2001) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar). Perilaku manusia dari segi biologis adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentang yang sangat luas seperti berjalan,
berbicara, menangis, bekerja dan sebagainya. Dilihat dari bentuk respon terhadap
stimulus Skinner (Notoadmojo , 2010 ) membedakan perilaku menjadi dua:
a. Perilaku Tertutup (Convert Behaviour)
Respon seseorang stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup.
Re-
spon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati seara jelas oleh
orang lain.
b. Perilaku Terbuka (Overt Behaviour)
46
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang
lain.
Skinner dalam Notoatmodjo (2001) mengemukakan bahwa perilaku
adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan
atau respon, respon dibedakan menjadi dua respon:
1. Respondent Respone atau Reflexive Respon ialah respom yang
ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang relative tetap.
Respon responden (Responden Behaviour) mencakup juga emosi respon dan emotional behaviour.
2. Operant Respons atau Instrumental Respon adalah respon yang timbul
dan berkembang diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang ini
disebut juga reinforcing stimuli atau reinforce.
Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar individu. Aspek-aspek dalam
diri individu yang sangat berperan/berpengaruh dalam perubahan perilaku adalah
persepsi, motivasi dan emosi. Persepsi adalah pengamatan yang merupakan kombinasi dari penglihatan, pendengaran, penciuman serta pengalaman masa lalu.
2.3.3. Perilaku Seksual Remaja.
47
Baru-baru ini kita digegerkan berita tentang siswa-siswi SMP pemeran
video mesum disalah satu sekolah, menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro
Jaya Kombes Pol. Rikwanto mengatakan, keterangan siswa yang melakukan
adegan mesum mengaku berhubungan seksual dengan pacarnya karena suka sama
suka. (Lembar Konsultasi Kompas, minggu 3 November 2013 ). Contoh lain yang
terjadi dibeberapa Flyover Jakarta, Flyover Kalibata, Flyover Cijantung, Flyover
Cempaka Putih, Flyover Kemayoran, Flyover Buaran, adalah tempat nongkrong
anak remaja, mereka berpacaran ditempat umum, berpelukan, ciuman disana, kata pengamat sosial dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Syarif Hidayat
kepada detikcom Senin (26/8/13) lalu.
Menurut Kaum remaja dan dorongan seksual adalah dua hal yang sangat
erat sehingga tidak bisa dipisahkan. Hal itu disebabkan pada fase remaja, mereka
umumnya memiliki dorongan seksual yang sangat kuat, sedangkan resiko akibat
kegiatan seksual yang menjurus pada hubngan seks belum sepenuhnya mereka
ketahui. Begitu juga menurut Sigmund Freud diantara tahap perkembangan yaitu
pada masa genital, masa remaja yang ditandai dengan kecenderungan perilaku
untuk memusatkan perhatian pada kepuasan genital.
2.3.4. Aspek Perilaku Seksual
Menurut Pratiwi (2004), adapun aspek Perilaku seksual adalah:
48
1. Aspek Biologis mengenai organ-organ reproduksi baik laki-laki dan
perempuan disertai dengan fungsi masing-masing organ tersebut yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
2. Aspek Psikologis berkaitan dengan hubungan antar fungsi secara
biologis dengan emosi, motivasi dan pengendalian diri terhadap
seksualitas. Dimensi ini membahas tentang fungsi organ reproduksi
dengan psikologis remaja, contohnya ketika sedang menstrulasi.
3. Aspek social berkaitan dengan hubungan antar individu dalam konteks
sosialnya.
4. Aspek kultural berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan norma yang
berlaku dimasyarakat , dimensi ini membahas tentang perilaku seksual
yang berkaitan dengan norma-norma social seperti apa yang berlaku
atau tidak pantas dan perilaku yang dilarang secara sosil serta apa
dampaknya pada masyarakat.
2.3.5. Dimensi Perilaku Seksual.
Berkaitan
dengan
perilaku
seksual,
Damayanti
(2007),
melalui
penelitiannya menemukan 11 perilaku remaja di Jakarta yang tidak jauh berbeda
yang telah dikemukakan Duvall dan Miller, (1985).
49
Table 2.1
Kategori Perilaku Seksual Remaja di Jakarta
No
Perilaku Seksual (Dunvall dan Perilaku Seksual Remaja ( Damayanti,
Miller, 1985)
2007)
1.
Bersentuhan (Touching)
Berpegangan tangan, berangkulan, berpelukan.
2.
Berciuman (Kissing)
Berciuman pipi, berciuman bibir
3.
Bercumbu ( Petting)
Meraba-raba dada, meraba-raba alat kelamin.
Mengesek-gesekan alat kelamin, seks
oral
4
Hubungan Seksual (Intercourse)
Melakukan hubungan seks
Bahkan banyak ahli berpendapat fungsi seksual remaja perempuan lebih
cepat matang dari pada laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki
lebih aktif secara seksual dari pada remaja perempuan hal tersebut dikarenakan
adanya perbedaan sosialisasi seksual antara remaja perempuan dan remaja lakilaki. Hubungan seks sebelum menikah dianggap “benar” apabila orang-orang yang
terlibat saling mencintai atau saling terkait. Sejumlah penelitian menemukan bahwa remaja perempuan, lebih banyak dari pada remaja laki-laki, mengatakan bah-
50
wa alasan utama mereka aktif secara seksual adalah karena jatuh cinta (Santrock,
2003).
Dibawah ini terdapat penjabaran mengenai perilaku- perilaku seksual
lainnya :
Masturbasi berarti melakukan, meraba atau mengosok-gosok alat kelamin
miliknya sendiri atau milik orang lain, terutama bagian penis atau klitoris, untuk
mendapatkan kenikmatan seksual, masturbasi ini dilakukan sebagai salah satu
cara untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan atau tanpa pasangan seksual.
(Sri, 2008).
Konsekuensi muncul akibat melakukan masturbasi pada keadaan fisik dan
mental yaitu sterilitas, impoten dan gangguan kemampuan mengingat. Masturbasi
dapat menyebabkan gangguan fisik dan mental karena berlebihnya stimulasi pada
system saraf. Dari asumsi tersebut muncul keyakinan bahwa masturbasi merupakan perilaku yang immoral dan tidak sehat (Kay dalam Kelly, 2001). Beberapa
orang melakukan masturbasi untuk kepuasan atau melepaskan ketegangan
seksual, adapun cara untuk menghilangkan kecemasan. Masturbasi dipandang sebagai bentuk pelepasan dorongan seksual yang menyenangkan pada individu (Kay
dalam Kelly, 2001). Penelitian yang dilakukan Kinsey dkk (dalam Sawono, 2002)
menunjukan 80% pria melakukan masturbasi.
Oral Seks adalah perilaku seks yang dilakukan dengan menstimulasi
secara oral alat kelamin pasangannya. Di Indonesia keperawanan masih dipercayai sebagai symbol kesucian sehingga oral seks dapat dilakukan dengan tidak merobek selaput dara (Sri, 2008 ).
51
Anal Seks adalah perilaku seksual yang melibatkan penetrasi penis
kedalam rectum. Seperti halnya di Indonesia masih banyak meyakini keperawanan maka anal seks dapat dijadikan alternatif agar tidak merobek selaput dara
pada vagina, dan untuk mencegah kehamilan dapat pula melakukan seks lain
dengan vaginal intercourse, namun ada yang berpendapat bahwa aktivtas ini diasosiasikan sebagai aktivitas bagi homoseksual. Anal seks merupakan perilaku yang
beresiko karenaa sensitifnya otot rectum yang dapat robek ketika penetrasi berlangsung (Kelly, 2001).
Petting merujuk pada ciuman, pelukan, belaian dan meraba-raba tubuh
yang terjadi antara dua orang individu.
Hubungan seksual bersatunya dua orang yang melakukan kegiatan seksual (Nugraha dalam its about seks, 2013), sedangkan menurut sri (2008) dalam
bukunya tentang pendidikan seks menyebutkan bahwa hubungan seks adalah seuatu kegiatan perkawinan yang laki-laki akan menempatkan penisnya dalam vagina
seorang perempuan.
Ponografi adalah segala bentuk gambaran visual ataupun tulisan yang
mungkin secara seksual dapat merangsang penggunanya (Kelly,2001). Ponografi
diasumsikan sebagai aspek kekerasan, agresi dan merendahkan martabat manusia
(Kelly, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh David & Buserman (dalam Kelly,
2001) menunjukan bahwa dalam waktu 24 jam setelah melihat pornografi,
terdapat peningkatan perilaku seksual seperti fantasi seks, mimpi , membicarakan
seks, masturbasi dan sexual inrecourse.
52
Homoseksual atau lesbian adalah seseorang yang tertarik pada dan
melakukan hubungan seksual dari jenis kelamin yang sama, namun apa yang
menyebabkan seseorang menjadi homoseksual belum ditemukan jawaban
pastinya. Ada yang mengatakan bahwa lingkungan social dimana seseorang
tinggal lebih memberikan pengaruh disbanding factor biologis: bahwa perilaku
seksual manusia adalah perilaku yang dipelajari. Penelitian Mary Mcintocsh (dalam Sarwono, 2002) tentang homoseksual menyimpulkan bahwa homoseks
bukanlah kelainan jiwa ataupun tubuh, melainkan suatu konstruk social yang
ditetapkan dan diterapkan masyarakat pada orang-orang tertentu yang secara sadar atau tidak sadar mempraktekannya.
2.3.6. Faktor Faktor Ketertarikan Perilaku Dan Cara Pandang Seseorang.
Berikut adalah faktor mengapa seseorang tertarik kepada seseorang lain
Nugraha (2013):
1. Fisik Sebagai Daya Tarik Seksual
Pada masa remaja mulai timbul ketertarikan antara remaja laki-laki dan
remaja perempuan karena perbedaan bentuk fisik kepribadian mereka. Perbedaan
ini membuat mereka saling mengagumi eksistensi lawan jenisnya. Bisa jadi mereka saling memuji kecantikan dan ketampanan lawan jenisnya. Adanya saling tindakan mengagumi atau saling memuji diantara para remaja menunjukan besarnya
kadar perhatian yang dicurahkan terhadap orang yang dikagumi atau dipuji terse-
53
but. Beberapa aspek penting yang mempengaruhi daya tarik fisik seseorang dapat
dilihat sebagai berikut :
a. Usia
Unsur penting yang tidak bisa dimanipulasi dan sangat mempengaruhi daya
tarik fisik adalah usia. Pada saat ini, usia remaja adalah masa seperti buah
mangga yang sedang berkembang.
b. Kesehatan Jasmani
Daya tarik fisik berkaitan dengan kesehatan jasmani , fisik yang letih, lesu,
lemah dan berbadan berat akan membuat daya tarik seseorang pudar.
c. Kebersihan Fisik
Betapapun cantik atau tampannya seseorang secara fisik, namun jika ia
jorok, bau, dekil, acak-acakan, tidak terurus dapat dipastikan daya tarik akan
padam.
d. Postur
Tubuh yang terlalu kurus akan pasti kurang menarik karena menampilkan
kesan kurang bergizi. Sebaliknya tubuh yang terlalu gemuk menampilkan
kesan rakus. Tubuh yang ideal adalah jika terdapat keseimbangan yang
wajar antara tinggi dan berat badan. .
e. Kemulusan Fisik
Sudah pasti, seseorang akan tertarik jika fisiknya baik dan mulus.
f.
Wajah.
Penampilan fisik yang paling banyak adalah wajah. Cantik atau tampan
merupakan komponan penting penunjang daya tarik.
54
2. Daya Tarik Non Fisik.
Selain daya tarik fisik banyak mempesona diantaranya adalah:
a. Karakter
Karakter merupakan ekspresi diri dalam bentuk tingkah laku atau
perbuatan kemauan yang ditentukan dan sejak semula diarahkan kepada
nilai-nilai tertentu.
b. Kepribadian
Melihat, mengenali kepribadian seseorang yang dianggap baik merupakan salah satu faktor daya tarik tersendiri.
Dewasa ini, kasus kasus penyimpangan perilaku seksual yang tidak
dikehendaki dikalangan remaja yang belum menikah, seperti kehamilan diluar nikah makin meningkat (Sarwono, 2006).
Melakukan hubungan seksual pada saat remaja atau melakukan hubungan seksual sebelum menikah merupakan salah satu tingkah laku seksual yang
dapat muncul sehubungan dengan adanya dorongan seksual dan kebutuhan social
dalam diri remaja. Tetapi penyaluran dorongan tersebut tidak dapat begitu saja
ditampilkan. Adanya norma-norma atau aturan-aturan dalam masyarakat yang tidak setuju dengan tingkah laku tersebut merupakan hal yang menghambat penyalurannya.
2.3.7. Dorongan Seksual.
55
Setiap orang pasti memahami, seks merupakan salah satu kebutuhan
manusia. Ini tidak dapat dipungkiri, karena kenyataannya sekarang seks bukan
lagi sesuatu yang tabu. berkaitan dengan ini, Sigmund Freud, seorang psikolog
klasik yang sangat kontrovesial pernah mengatakan dorongan seksual manusia
merupakan motivasi paling kuat untuk melakukan tindakan dalam kehidupan
manusia. Seks dan seksualitas sebenarnya adalah karunia Sang Khalik yang patut
disyukuri keberadaannya didalam system tubuh seseorang. Dorongan pada pasangan bisa berbeda-beda bisa berubah ubah , tergantung temperamen dan suasana
pada saat seseorang dihadapkan, namun seks dan seksualitas bukanlah sesuatu
yang jahat, kotor, dan memalukan sehingga harus dihindari atau ditolak. Menolak
tubuh seksual sebenarnya sama saja dengan mengingkari kemahakuasaan Sang
Pencipta yang telah memperlengkapi setiap insan dengan kemampuan seksual
yang baik untuk tujuan reproduksi (Sri, dalam pendidikan seks, 2008).
Untuk memperjelas bagaimana timbulnya suatu tingkah laku atau perbuatan (Gunarsa & Gunarsa,2000 dalam psikologi untuk muda-mudi : hal 77):
Merangsang
Dorongan
Individu
Bertingkah laku
Rangsangan dari luar
Dorongan didalam individu
Motif
Dorongan dorongan
merangsang
Individu
Individu
Bertingkah laku.
Bertingkah
laku
pemuasan
56
Naluri
a. Dorongan adalah rangsangan yang timbul didalam individu yang ada
dasar fisiologisnya, sering juga disebut kebutuhan karena berhubungan
dengan sesuatu kekurangan didalam tubuh dengan sesuatu kekurangan
didalam tubuh dan pemuasannya yang hanya dapat diperoleh dengan
tercapainya tujuan tertentu.
Contoh : kekurangan air didalam tubuh
minuman
rasa haus
mencari
puas .
b. Motif merupakan suatu rangsangan yang kuat dan mendorong
seseorang kesuatu tujuan tertentu, tetapi tidak sekuat seperti kebutuhan.
Kebutuhan merupakan suatu keperluan yang harus dipenuhi atau harus dicapai pemuasan. Sebaliknya motif tidak merupakan suatu keharusan yang
mutlak .
Contohnya: motif untuk memperoleh dan mempertahankan harga diri
terhadap orang lain. Motif ini tidak sama kuatnya pada setiap orang.
Walaupun demikian kita harus mengakui bagaimana “hilang muka” dan
perasaan dihina oleh orang lain dapat melukai rasa harga diri kita.
c. Naluri atau instink. Tingkah laku naluriah adalah tingkah laku yang
majemuk, timbul dengan sendirinya artinya sudah terbentuk dari dalam
sejak lahir mengikuti persiapan dalam perkembangan manusia dan tidak
dipelajari
57
Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai
pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis kelamin. Ketertarikan
antara lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola berpasangan lebih serius
yang memilih arah ditetapkannya teman hidup. Seiring timbulnya gejolak pada
diri remaja masalah yang timbul yaitu akibat adanya dorongan seks dan dorongan
seks yang bertentangan dengan moral. Bila dorongan seks terlalu besar sehingga
menimbulkan konflik yang kuat, maka dorongan seks tersebut cenderung untuk
dimenangkan
dengan
berbagai
dalih
sebagai
pembenaran
diri.
(www.bkkbn.go.id).
Surbakti (2012; hal 89) mengungkapkan bahwa dorongan seksual
remaja umumnya memiliki dorongan seksual yang dasyat, sehingga perasaan cinta
dan sayang dapat berubah menjadi nafsu birahi yang mendorong mereka
melakukan hubungan seksual yang belum pada waktunya. Banyak remaja yang
tidak mampu mengkang desakan dorongan seksual mereka yang dasyat dengan
mengumbarnya sehingga harus berurusan dengan klinik-klinik aborsi.
2.3.8 . Keintiman.
Menurut Erikson (2003) berpendapat bahwa keintiman timbul setelah ia
mampu untuk mulai, menciptakan suatu identitas individual yang stabil dan
sukses. Namun keintiman merupakan salah satu identitas individual yang terisolasi. Tugas remaja adalah menghadapi perkembangan untuk membentuk hub-
58
ungan yang intim dengan orang lain. Keintiman adalah elemen emosi, yang didalamnya ada terdapat kehangatan, kepercayaan dan keinginan untuk membina hubungan social yang dialami masa remaja. Alasan lainnnya akan pentingnya keintiman dimasa remaja adalah adanya perubahan hubungan social dimasa remaja, yaitu mulai tumbuh kesadaran tentang pentingnya teman sebaya, dan diusia remaja
pertengahan dan remaja lanjut tumbuh kesadaran akan pentingnya pasangan
lawan jenis. (Furman, Brown & Feiring,1999).
Strong et al(2005) mengatakan dua faktor dalam aktivitas seksual adalah
tingkat intimacy suatu hubungan dan lamanya waktu pasangan tersebut telah
bersama.
2.3.9. Faktor Penyebab Seksual Remaja Timbul.
Menurut Sarwono (2006) penyebab perilaku seksual remaja terjadi karena
beberapa faktor:
1. Perubahan hormone yang berpengaruh pada seksualitas.
2. Penundaan usia perkawinan.
3. Adanya norma agama yang melarang aktivitas seksual, sehingga membuat
keinginan remaja semakin membesar mengenai seksualitasnya. Tidak
jarang mencari tahu sendiri.
4. Sosialisasi seksualitas yang tidak sempurna melalui orang tuanya.
5. Pergaulan bebas.
59
2.4. Remaja.
2.4.1. Pengertian Remaja.
Masa remaja, menurut Stanley Hall, seorang bapak pelopor psikologi
perkembangan remaja (Santrock, 2002), dianggap sebagai masa topan badai dan
stress (strom and stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk diri
sendiri.
Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak. Masa yang penuh dengan
berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru, termasuk
pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk mengisi
kehidupan mereka kelak (Boyke Nugraha, 2013).
Sarwono, 2006 mengemukakan bahwa masa remaja (adolesens) adalah
masa peralihan dari kanak- kanak ke dewasa bukan arti dalam artian psikologis,
tetapi juga fisik. Pengelompokan fase remaja menjadi remaja awal (12 – 14
tahun), remaja pertengahan (14 – 16 tahun), dan remaja akhir (17 – 19 tahun)
(Kaplan & Sadock, 2007).
2.4.2. Tahap Perkembangan Remaja.
60
Teori-teori Psikoanalis, perkembang berkembang dan berlangsung secara
tidak disadari (unconscious) diluar kesadaran seseorang dan diwarnai emosi
(disoroti dalam teori psikoanalis utama Sigmun Freud) yang menekankan bahwa
perilaku hanyalah merupakan karakteristik dipermukaan. Pemahaman sepenuhnya
perkembangan hanya dapat dicapai melalui analis terhadap makna-makna symbol
daan perilaku serta menelaah pikiran yang lebih dalam (Bornstein,2003: dl,
Santrock 2007). Selain itu menurut Erickson (dalam Salazar dkk, 2004) tugas
perkembangan remaja adalah mencari identitas yaitu remaja harus menghadapi
konflik tentang gambaran dirinya , menemukan identitas seksualnya serta
menghadapi masalah psikologis yang akan muncul dalam menghadapi masa yang
lebih dewasa.
G. S. Hall dalam santrok, 2003 menyatakan bahwa dalam proses
penyesuaian diri menuju kedewasaan ada 3 tahap perkembangan:
1. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran – heran akan perubahanperubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang
menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan fikiran-fikiran baru,
cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah teragsang secara erotis. Dengan
dipegang bahunya saja dengan lawan jenis, ia sudah berfantasi erotic dengan
lawan jenis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan kekurangannya kendali “ego” menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti
orang dewasa.
61
2. Remaja Madya (Midlle Adolescence)
Tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau
banyak teman yang menyukainya. Ada kecendungan “narcistic”, yaitu mencintai
diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-sifat yang sama
dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak
tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai ramai atau sendiri,
optimis atau pesimis, idealis atau materialis dan sebagainya. Remaja pria harus
membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada
masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lain
jenis.
3. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian 5 (lima) hal, yaitu:
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan
dalam pengalaman-pengalaman baru.
c. Terbentuk identidas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
62
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).
2.4.3. Perkembangan Fisik Remaja.
Papalia, Olds dan Felman (2001), yang dimaksud dengan perubahan fisik
remaja yaitu terjadinya perubahan secara biologis yang ditandai dengan kematangan organ seks primer maupun organ seks sekunder, yang dipengaruhi yang dipengaruhi oleh kematangan hormone seksual. Hormon seks pada remaja laki-laki
dikenal dengan hormon androgen (testosterone) sedang pada remaja wanita disebut hormon estrogen.
Di antara perubahan-perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin
panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid
pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda –tanda seksual sekunder
yang tumbuh.
A. Perubahan Psikologis.
Selain terjadi perubahan fisik, remaja juga mengalami perubahan, perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab yang
dihadapi. Perubahan- perubahan kebutuhan konflik nilai antara keluarga dengan
63
lingkungan dan perubahan fisik menyebabkan remaja sangat sensitive sering bersikap irasional, mudah tersinggung bahkan mengalami stress. (Muazz, dkk).
Gunarsa (2001), masa remaja mempunyai ciri-ciri yang membedakan
periode sebelum dan sesudahnya:
a. Masa remaja sebagaii periode yang penting.
b. Masa remaja periode peralihan.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan.
d. Masa remaja sebagai periode bermasalah.
e. Masa remaja sebagai masa pencari identitas.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu,
ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri sekunder (Turner dan Helms, 1995; Papalia, Olds
dan Feldman, 2001):
a. Ciri-ciri seks primer.
Yang dimaksud dengan seks primer adalah perubahan-perubahan organ
seksual yang semakin matang sehingga dapat berfungsi untuk melakukan proses
reproduksi, dimana seorang individu dapat melakukan hubungan seksual dengan
lawan jenis dan dapat memperoleh keturunan anak. Untuk remaja laki-laki sudah
biasa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah, mimpi
basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun. Remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstrulasi), menstrulasi adalah pristiwa
64
keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah.
b. Ciri-ciri seks sekunder.
Seks sekunder ialah perubahan tanda-tanda identitas seks seseorang yang
diketahui melalui penampakan postur tanda-tanda identitas seseorang yang membesar atau tumbuh. Remaja laki-laki yang terjadi berupa, bahu melebar, pinggul
menyempit, pertumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan dan
kaki, kulit menjadi kasar dan tebal, sedang remaja perempuan pinggung melebar,
bulat dan membesar, putting susu membesar dan menonjol, serta berkembangnya
kelenjar susu, payudara menjadi besar dan bulat, suara menjadi penuh dan semakin merdu.
2.4.4. Tugas Perkembagan Remaja.
Remaja dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, remaja harus
memenuhi beberapa tugas perkembangan sebagai berikut SIECUS (1995) pada
Byer et al (1999), sedang Santrock (2003), menurutnya menuntut perubahan besar
yakni meliputi:
1. Kematangan fisik seksual.
Remaja butuh penyesauaian diri terhadap perubahan hormone. Laki-laki
dan perempuan memiliki peningkatan dorongan seks.
2. Kemandirian.
65
Kemandirian pada umumnya berkembang secara bertahap. Hubungan antara anak dengan orang tua mengalami perubahan dan butuh penyesuaian
kedua belah pihak. Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan orang
tua.
3. Perkembangan kognitif.
Mereka lebih berpikir konkrit, focus kepada objek yang nyata, kebutuhan
keinginan saat ini serta keuntungan yang didapatkan, lebih merencanakan
masa depan.
4. Fungsi identitas
Merujuk kepada bagaimana menemukan peran orang dewasa dimasyarakat. Lebih mencoba untuk berkompetensi dan memutuskan untuk mendukung diri sendiri dan keluarganya sebagai anggota yang produktif.
5. Konsep identitas.
Menempatkan diri diantara multi etnis, ekonomi, agama, etika dan lingkungannya.
6. Konsep diri akan seksualitas.
Seks diasumsikan punya peran yang besar dalam kesadaran seseorang.
2.4.5. Karakteristik Remaja
Makmun (2003), karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja
meliputi aspek:
66
a. fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proposi ukuran
tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang.
b. Psikomotor, gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan
serta aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
c. Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik
mempelajari bahasa asing, gemari literatur yang mengandung segi
erotic, fantastik dan estetik.
d. Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi
bersifat temporer, serta adanya ketergantungan yang kuat kepada kelompok
sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi.
e. Perilaku kognitif, terjadi perubahan, seperti proses berfikir sudah mampu
mengoperasikan kaidah – kaidah logika formal, punya kecakapan dasar
intelektual, kecakapan bakat yang menunjukan kecenderungan yang lebih
jelas.
f. Moralitas, meliputi adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari
dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua,
bersikap lebih kritis, mengidentifikasi tokoh yang dipandang tepat dengan
idolanya
g. Perilaku keagamaan, mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan
Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis, masih mencari dan mencoba
pegangan hidup.
h. Konatif, emosi, afektif dan Kepribadian.
67
a. Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri
dan aktualisasi diri) menunjukan arah kecenderungannya.
b. Reaksi – reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum
terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih
dapat berubah- ubah dan silih berganti.
c. Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya
yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya yang akan
membentuk kepribadiannya.
d. Kecenderungan arah sikap nilai-nilai mulai tampak meski dalam taraf
eksplorasi.
2.5. Dampak dan Resiko.
Berikut adalah dampak kehamilan risiko tinggi pada usia muda , Sarwono
(2007):
a. Keguguran.
 Persalinan premature, berat badan lahir rendah dan kelainan
kelahiran bawaan.
 Mudah terjadi infeksi.
 Anemia kehamilan.
 Keracunan kehamilan.
 Kematian ibu yang tinggi.
68
b. Aborsi
Tindakan yang dilakukan remaja sebagai penghilang rasa malu karena kehamilan yang tidak diinginkan, sesungguhnya remaja ini sudah
menghilangkan nyawa sekaligus merusak masa depannya. Tindakan aborsi
bisa mengakibatkan pendarahan serta implikasi kehamilan yang bermasalah bila usia sudah cukup nanti.
c. IMS (Inveksi Menular Seksual)
Adalah infeksi yang menyerang organ kelamin seseorang dan sebagian besar ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan
besar ditularkan melalui hubungan seksual dengan berganti pasangan baik
melalui vaginal, oral dan anal. Infeksi hanya dapat dicegah dengan hanya
tidak melakukan hubungan sama sekali.
d. HIV (Human Immunodefiency).
Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah
putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak system kekebalan
tubuh manusia. Setelah beberapa tahun jumlah virus itu semakin meningkat sehingga system kekebalan tubuh tidak dapat lagi melawan penyakit
yang masuk. Padahal sel darah putih ini sangat berguna dan diperlukan untuk system kekebalan tubuh, tanpa kekebalan tubuh ketika kita diserang
penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah
kita dapat meninggal dunia walau hanya pilek biasa.
69
-
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom) yang merupakan
dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV, virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang
mematikan. Metode penyebaran dan penularan virus ini lewat:

Darah, contoh pada transufi darah yang terjangkit virus ini.

Hubungan seksual lewat cairan semen, sperma, air mani
contohnya pada laki-laki yang berhubungan badan dan
tidak menggunakan alat pengaman atau kondom, oral seks.

ASI – Air Susu Ibu yang terjangkit HIV, bayi akan
otomatis menderita penyakit ini.

Wanita hamil yang menderita HIV akan menularkan pada
janinnya.
2.6. Kerangka pemikiran.
Berpasangan adalah satu hal yang khas bagi individu dari masa remaja,
pada fenomena yang terjadi di SMP 4 tersebut, bahwa ditengah berkembangnya
perkembangan remaja pada umumnya dipengaruhi pada lingkungan, norma, kebudayaan, nilai nilai. Pada remaja yang menjelang dewasa, kebutuhan akan
pasangan akan semakin besar karena adanya kebutuhan akan dukungan positif
seperti dorongan atau pujian, yang dapat meningkatkan kemampuan untuk membina hubungan menunjukkan kematangan kognitif remaja dan perubahan ini dapat
mempengaruhi konsep diri mereka.
70
Dewasa ini Indonesia tampak adanya pergeseran dari perilaku tidak serba
boleh menjadi perilaku boleh terhadap hubungan antar jenis kelamin sebelum
menikah (Sarlito, 2001). Hal hal yang membuat bingung remaja juga banyak
dilihat pada remaja di media misalkan pada pemberitaan seorang artis ketahuan
menikah dalam keadaan hamil artinya melakukan hubungan seks, padahal normanorma di Indonesia memegang adat ketimuran. Hal ini membuat remaja bingung
tentang keterbukaan dan ketertutupan seksualitas, yang dapat mempengaruhi konsep diri pada remaja. Dengan demikian interaksi dengan lingkungannya turut berperan dalam pembentukan konsep diri .
Salah satu tugas perkembangan remaja dalah dapat membina hubungan social yang lebih matang dengan teman sebayanya baik dengan teman sejenis maupun dengan teman lawan jenisnya.
Menurut Green (dalam Mubarak, 2011) mengemukakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan adalah pengetahuan, perilaku, kepercayaan mengenai konsep dirinya.
Pada remaja yang menjelang dewasa kebutuhan akan berpasangan akan
semakin besar karena adanya kebutuhan dukungan positif dalam membentuk
konsep dirinya.
Bahwa Konsep diri ada hubungan yang signifikan dengan
perilaku berpasangan dalam hal ini adalah perilaku seksual , pada akhirnya konsep
diri menjadi lebih kompleks, dan perilaku seksual ada hubungannya signifikan
dengan diskrepansi . Semakin remaja melihat, mengamati dari lingkungan sekitar
yang merupakan gambaran sosial terhadap dirinya dimana identitas kepribadian
individu sangat tergantung dengan hubungan individu satu sama lain semakin ter-
71
bentuk konsep dirinya . Konsep diri tidak diberi begitu saja merupakan hasil dari
pengaruh dan interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Berdasarkan teori diatas penulis hanya melakukan variable yaitu konsep
diri variable X1 dan Kesehatan Reproduksi X2 dan Perilaku Seksual sebagai variable Y. Untuk lebih jelasnya Blue print dapat dilihat dibawah ini:
Gambar 3.1 Blue print penelitian
Konsep diri (X1)
Perilaku Seksual (Y)
Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi (X2)
1.
Dengan menggunakan Variabel konsep diri :X1
Aspek yang akan diteliti dalam penelitian ini diambil dari dimensi konsep diri.
Adapun dimensi konsep diri meliputi:
(1) Pengetahuan tentang diri sendiri.
(2) Pengharapan tentang diri sendiri.
(3) Penilaian tentang diri sendiri.
(4) Diri etik moral.
72
(5) Diri sosial.
2.
Variabel Pengetahuan Kesehatan Reproduksi : X2
Berdasarkan keingintahuan kecakupan pengetahuan yang ingin diketahui maka
dimensinya adalah:
-
Pengetahuan kehamilan.
-
Pengetahuan penyakit menular seksual.
-
Pengetahuan HIV/AIDS.
-
Pengetahuan Kontrasepsi.
Variabel Perilaku Seksual ( Y ) menggunakan dimensi
3.
-
Berciuman.
-
Bersentuhan.
-
Bercumbu.
-
Berhubungan Seksual.
2.7. Hipotesis
Pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan dominan dititik beratkan untuk
mengukur konsep diri, diskrepansi diri hubungan seksual remaja. Sedang pengalaman-pengalaman subyektif individu mengenai diri, masyarakat sebagai data
tambahan.

Hipotesis Konsep Diri:
(H1) Apakah ada pengaruh konsep diri terhadap perilaku seksual
73

Hipotesis Pengetahuan kesehatan produksi.
(H2) Apakah ada pengaruh pada pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pada remaja.

Hipotesis Perilaku Seksual.
(H3) Apakah ada pengaruh pada konsep diri dan
dengan perilaku seksual pada remaja.
pengetahuan
Download