BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

advertisement
1.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi
perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam
kelembagaan (institusi) nasional. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan
nasional atau daerah adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output perkapita dalam jangka
panjang. Tingkat dan laju pendapatan nasional bruto per kapita dapat digunakan
untuk mengukur kesejahteraan ekonomi penduduk secara keseluruhan, seberapa
banyak barang dan jasa riil yang tersedia untuk dikonsumsi dan diinvestasikan oleh
rata-rata penduduk (Todaro, 2011: 16). Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dengan
berbagai faktor pendukung seperti sumber daya alam yang tersedia, stabilitas
nasional, belanja pemerintah yang tercantum dalam APBD, dan sumber daya
manusia yang berkualitas.
Suatu daerah dikatakan semakin baik tingkat perekonomiannya, salah satunya
dengan melihat perkembangan PDRB per kapitanya. PDRB per kapita merupakan
perubahan relatif nilai riil Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dibagi dengan
jumlah penduduk. Indikator ini sudah cukup memadai untuk mengetahui tingkat
perekonomian suatu daerah dalam lingkup makro, paling tidak sebagai acuan
memantau kemampuan daerah dalam menghasilkan produk domestik barang dan
jasa.
1
Sulawesi Barat adalah daerah yang memiliki jumlah penduduk sebesar
1.234.300 orang dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 74 orang per km 2.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk, perkembangan perekonomian Provinsi
Sulawesi Barat terus membaik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai PDRB pada tahun
2013 yang mencapai sekitar 16.184,01 miliar rupiah atau terjadi peningkatan 16,08
persen dibandingkan dengan keadaan tahun 2012.
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pertumbuhan Ekonomi
Pulau Sulawesi Tahun 2013
6.112,5
PDRB
per kapita
(Rp juta)
13,11
Pertumbuhan
Ekonomi
(%)
7,16
53.401,10
22.972,16
22,62
7,45
Sulawesi Tengah
58.641,18
22.979,40
21,08
9,38
Sulawesi Selatan
184.783,06
642.484,83
22,15
7,65
Sulawesi Tenggara
400.773,20
12.040,86
17,01
7,28
Gorontalo
11.752,20
3.646,55
10,70
7,76
Indonesia
7.578.118,87
2.661.070,76
11,13
5,78
PDRB berlaku
(Rp Miliar)
PDRB Konstan
(Rp Miliar)
Sulawesi Barat
16.184,01
Sulawesi Utara
Provinsi
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, 2014
Berdasarkan rincian Tabel 1.1, terlihat jika Provinsi Sulawesi Tengah
memiliki capaian pertumbuhan tertinggi sebesar 9,38 persen. Provinsi Gorontalo
diurutan kedua dengan capaian pertumbuhan sebesar 7,76 persen, selanjutnya
Provinsi Sulawesi Selatan dengan capaian pertumbuhan sebesar 7,65 persen.
Provinsi Sulawesi Utara dengan capaian 7, 45 persen, Provinsi Sulawesi Tenggara
dengan 7, 2 persen, dan yang terakhir Provinsi Sulawesi Barat dengan capaian 7,16
persen. Apabila dilihat dari pertumbuhan ekonomi tahun 2013, Pulau Sulawesi
masih berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 5,78
persen.
2
Bila ditinjau dari PDRB per kapita, Provinsi Sulawesi Barat dari tahun ke
tahun mengalami kenaikan, di mana hal ini sebenarnya berbeda dengan
pertumbuhan ekonomi yang cenderung fluktuatif.
6,000,000
5,000,000
Rupiah
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
-
2008
2009
2010
2011
2012
2013
PDRB per Kapita 3,751,514 3,918,930 4,070,000 4,410,000 4,600,000 4,950,000
Sumber: BPS Sulawesi Barat, 2014
Gambar 1.1 Perkembangan PDRB per Kapita Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2013
Secara riil, PDRB per kapita mengalami peningkatan yaitu dari tahun 2012
sebesar 4,6 juta rupiah menjadi 4,95 juta rupiah pada tahun 2013, dimana pada lima
tahun sebelumnya yaitu tahun 2008 hanya berjumlah 3,75 juta rupiah. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan perekonomian Provinsi Sulawesi Barat, karena
meskipun bertambahnya jumlah penduduk namun juga diimbangi dengan kenaikan
PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstannya sehingga
tetap meningkatkan PDRB per kapita.
Undang-undang
telah
mengamanahkan
kepada
pemerintah
untuk
mengalokasikan anggaran untuk kepentingan umum yang pada akhirnya
meningkatkan kesejahteraan penduduk. Alokasi anggaran yang tepat sasaran akan
3
turut serta dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, taraf sosial-ekonomi
masyarakat, mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Pemerintah memiliki
peranan yang penting dalam memajukan perekonomian. Peran tersebut mencakup
penyediaan barang publik, perlindungan terhadap kemiskinan, dan peran aktif
seperti mendorong kegiatan swasta dan redistribusi aset, yang diwujudkan dalam
belanja pemerintah setiap tahunnya (Kuncoro, 2004: 110).
Belanja Pemerintah Provinsi
Sulawesi
Barat
cenderung mengalami
peningkatan yang signifikan sejak tahun 2010 hingga tahun 2013. Belanja tersebut
terbagi kedalam 2 kelompok, yaitu belanja modal dan belanja operasional yang
digunakan baik untuk pengeluaran rutin maupun pembangunan, di samping itu
digunakan juga untuk belanja aparatur dan pelayanan publik. Peningkatan
pelayanan sektor publik secara berkelanjutan akan meningkatkan sarana dan
prasarana publik, investasi pemerintah juga meliputi perbaikan fasilitas pendidikan,
kesehatan, serta sarana penunjang lainnya.
Belanja modal pemerintah secara umum dialokasikan untuk membangun
sarana dan prasarana yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan intensitas
kegiatan ekonomi. Kenaikan aktivitas ekonomi kemudian diharapkan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi yang dapat memperbaiki kesejahteraan
masyarakat. Selain itu, belanja modal pemerintah dalam pelaksanaannya
memerlukan tenaga kerja sehingga akan memperbesar penyerapan tenaga kerja,
yang berarti pengangguran akan menurun, lebih banyak orang yang bekerja dan
memperoleh penghasilan, yang pada akhirnya akan menuju pada perbaikan
kesejahteraan masyarakat.
4
Tabel 1.2 Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, 2010-2013
Tahun
Total Belanja Pemerintah
(Rp)
Belanja Modal (Rp)
2010
578.409.200.257
2011
693.251.740.696
2012
817.093.086.943
2013
964.108.706.424
Sumber: BPK Sulawesi Barat, 2014 (diolah)
205.063.859.620
230.691.749.087
135.387.012.072
183.451.335.732
Rasio Belanja Modal
terhadap Total Belanja
(%)
35,45
33,28
16,57
19,39
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat
terus mengalami peningkatan, namun belanja modal mengalami fluktuasi yang
trennya cenderung menurun. Tahun 2010 jumlah belanja modal sebesar 205,06
miliar rupiah, terus menurun hingga tahun 2013 menjadi 183,45 miliar rupiah. Hal
ini disebabkan karena pengalokasian belanja pemerintah di Sulawesi Barat masih
didominasi oleh belanja pegawai serta belanja barang dan jasa yang justru
jumlahnya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Amalia (2013), meneliti tentang hubungan belanja modal dengan PDRB per
kapita, menemukan bahwa belanja modal berpengaruh positif dan signifikan
terhadap PDRB per kapita. Hal yang berbeda ditemukan oleh Hendarmin (2012)
yang menjelaskan bahwa variabel belanja modal pemerintah walaupun memiliki
pengaruh yang positif (sesuai dengan teori ekonomi) namun tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini mencerminkan bahwa belanja modal dapat
memiliki pengaruh yang positif dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi,
tergantung dari keadaan masing-masing daerah dan struktur perekonomian yang
ada pada daerah tersebut.
Faktor lain yang mempengaruhi output suatu daerah adalah angkatan kerja.
Arsyad (2010: 271), mengemukakan bahwa:
“Pertumbuhan ekonomi dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan
jumlah angkatan kerja (labor force) secara tradisional dianggap sebagai faktor
5
yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut berarti:
(1) semakin banyak jumlah angkatan kerja berarti semakin banyak pasokan
kerja, dan (2) semakin banyak jumlah penduduk akan meningkatkan potensi
daerah domestik”.
Angkatan kerja terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu angkatan kerja yang bekerja
dan yang tidak bekerja (pengangguran). Angkatan kerja yang bekerja akan
terbentuk menjadi besar apabila suatu daerah mempunyai jumlah penduduk yang
besar. Pertumbuhan penduduk yang besar memiliki kecenderungan membawa
pertumbuhan ekonomi yang lambat apabila tidak dapat mengatasi angkatan kerja
yang bekerja yang tidak terserap ke dalam lapangan pekerjaan. Penciptaan lapangan
kerja merupakan tanggung jawab pemerintah dan stakeholders terkait.
Penyerapan tenaga kerja yang tinggi merupakan aset dalam pembangunan
daerah. Tenaga kerja yang terserap otomatis memiliki penghasilan yang pada
akhirnya akan meningkatkan daya beli dan dapat menopang konsumsi rumah
tangga sebagai salah satu komponen penggerak perekonomian daerah termasuk di
Provinsi Sulawesi Barat. Kenaikan output suatu sektor ekonomi diharapkan sejalan
dengan penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut.
Dilihat dari angka pengangguran atau TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka)
mengalami penurunan dan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) mengalami
peningkatan setiap tahunnya. TPT menunjukkan tren yang menurun sejak tahun
2008 hingga tahun 2013, kendati demikian, dalam kurun waktu tersebut terjadi
peningkatan persentase pengangguran. Tabel 1.3 menunjukkan gambaran situasi
angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Barat.
6
Tabel 1.3 Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Barat, 2008-2013
TPAK
(%)
TPT
(%)
2008
495.959
67,37
2009
511.144
68,07
2010
532.171
71,46
2011
551.631
72,27
2012
560.762
71,73
2013
536.475
66,83
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, 2014
4,57
4,51
3,25
2,82
2,14
2,33
Tahun
Angkatan Kerja
(jiwa)
Seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran Provinsi
Sulawesi Barat cenderung menurun. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Sulawesi Barat selama enam tahun terakhir terus menurun, di mana pada tahun
2008 angkanya mencapai 4,57 persen dan terkahir pada tahun 2013 angkanya sudah
menurun menjadi 2,33 persen. Berbeda dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) yang trennya meningkat pada enam tahun terakhir, di mana pada tahun
2008 angkanya mencapai 67,37 persen terus meningkat hingga tahun 2012 menjadi
71,73 persen, namun pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 66,83 persen.
Levine (2013) menemukan bahwa hubungan antara pertumbuhan ekonomi
(GDP) dan tingkat pengangguran terbuka adalah negatif dan signifikan. Hal ini
sejalan dengan hukum Okun yang mengemukakan bahwa semakin besar
pertumbuhan GDP, maka akan semakin cepat menurunkan tingkat pengangguran.
Hal yang sama juga ditemukan oleh Kurniawan (2013) bahwa PDRB berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka. Suranta (2003)
menemukan bahwa angkatan kerja yang bekerja berpengaruh positif signifikan
terhadap PDRB kabupaten/kota di Jawa Tengah.
Hasil yang berbeda dikemukakan oleh Shahid (2014), yang menemukan
bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja memiliki dampak yang negatif signifikan
7
dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang, ada hubungan antarvariabel
yang ditunjukkan dengan Jhonson Co-integration test. Beberapa hasil penelitian
tersebut, mengindikasikan bahwa pengaruh dari angkatan kerja, baik itu yang
bekerja maupun yang tidak bekerja, membawa dampak yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Pengaruh tersebut khusunya bagi angkatan kerja yang tidak
bekerja
(pengangguran)
adalah
negatif,
karena
semakin
rendah
tingkat
pengangguran, maka tentu penyerapan tenaga kerjanya semakin besar sehingga
membawa dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Faktor penentu pertumbuhan ekonomi selanjutnya adalah teknologi, dimana
kemajuan teknologi diwakili oleh konsumsi listrik. Industrialisasi memerlukan
ketersediaan listrik sebagai sarana poduksi. Begitu juga, dengan meningkatnya
kualitas hidup (dapat dicerminkan dari tingkat pendapatan per kapita), maka
masyarakat akan cenderung menambah konsumsi listrik dalam aktivitas sehari-hari.
Semakin tinggi pendapatan per kapita, maka konsumsi listrik cenderung semakin
meningkat.
Pembangunan ekonomi membutuhkan dukungan ketersediaan jaringan listrik
yang memadai sehingga dapat mendorong produktifitas daerah. Konsumsi listrik di
Sulawesi Barat termasuk rendah dan kurang dari rata-rata tingkat konsumsi listrik
nasional sebesar 753,7 kWh. Efisiensi infrastrukur kelistrikan diukur dengan cara
membandingkan tingkat pendapatan per kapita provinsi di Indonesia dengan
menggunakan data 33 provinsi.
8
Sumber: Statistik PLN, 2013
Gambar 1.2 Konsumsi Listrik per Kapita (kWh) Tahun 2013
Gambar 1.2, terlihat bahwa konsumsi listrik di Sulawesi Barat jauh lebih
rendah dari konsumsi listrik provinsi lain. Tingkat konsumsi listrik Sulawesi Barat
kurang dari 25 persen rata-rata tingkat konsumsi listrik nasional.
Suranta (2003), menemukan bahwa energi listrik berpengaruh positif
signifikan terhadap PDRB Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Hasil yang sama
ditemukan oleh Yilmaz dan Hasan (2014), bahwa konsumsi listrik memiliki
dampak yang positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, di mana ada
hubungan 2 arah antara konsumsi listrik dan pertumbuhan ekonomi. Li dan Karanfil
(2014) juga menemukan hal yang sama, bahwa ada hubungan yang positif
signifikan antara konsumsi listrik dan GDP riil per kapita baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Dari beberapa temuan penelitian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa konsumsi listrik memiliki pengaruh yang positif terhadap
perekonomian, di mana kebutuhan akan konsumsi listrik saat ini sudah menjadi
kebutuhan pokok, khususnya bagi produsen yang melangsungkan kegiatan
9
produksinya dengan menggunakan teknologi yang membutuhkan pasokan energi
listrik.
1.2
Keaslian Penelitian
Penelitian tentang belanja modal pemerintah, angkatan kerja, dan teknologi
telah dilakukan oleh banyak orang, baik di dalam maupun di luar negeri. Berikut
adalah beberapa penelitian terdahulu.
Tabel 1.4 Penelitian Terdahulu
No
1.
Peneliti
Suranta (2003)
Alat Analisis
Regresi Data
Panel
2.
Yoo (2006)
3
Chen (2007)
Hsiao’s
Version
of
Granger
Causality
Method
Granger
Causality Test
and ECM
4.
Amalia (2013)
Regresi Data
Panel
5.
Hendarmin (2013)
Ordinary
Least Square
(OLS)
6.
Suryanto (2013)
7.
Levine (2013)
Vector Auto
Regressive
(VAR)
Okun’s Law
Analysis
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menemukan bahwa angkatan
kerja, investasi, saran angkutan, dan energi
listrik berpengaruh positif signifikan terhadap
PDRB Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
Investasi pemerintah tidak berpengaruh
signifikan terhadap PDRB Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang
bervariasi, khusus untuk Indonesia ditemukan
bahwa konsumsi energi listrik mengikuti
pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek.
Hasil studi menemukan bahwa khusus di
Indonesia ditemukan bahwa uni-directional
long-run causality dari konsumsi listrik ke
GDP, namun tidak ditemukan bahwa adanya
short-run causality di Indonesia.
Hasil menunjukkan bahwa belanja modal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
PDRB per kapita
Menemukan bahwa variabel belanja modal
pemerintah daerah walupun memiliki slope
yang positif (sesuai dengan teori ekonomi),
namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Studi ini menemukan bahwa pertumbuhan
ekonomi tidak mendukung konsumsi energi
listrik dan sebaliknya.
Menemukan
bahwa
hubungan
antara
pertumbuhan ekonomi (GDP) dan tingkat
pengangguran terbuka adalah negatif dan
signifikan, dimana hal ini sejalan dengan
hukum Okun yang mengemukakan bahwa
semakin besar pertumbuhan GDP, maka akan
semakin
cepat
menurunkan
tingkat
pengangguran.
10
Lanjutan Tabel 1.4
8.
Kurniawan
(2013)
Regresi
Linear
Berganda
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa PDRB
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
tingkat pengangguran terbuka.
9.
Simanungkalit
(2014)
Regresi
Panel
Data
10.
Li dan Karanfil
(2014)
Regresi
Panel
Data
12.
Yilmaz
dan
Hasan (2014)
13.
Habibi (2015)
Pedroni,
Kao,
Jhosnson
cointegrationtest,
and
Granger
causality test
Regresi
Data
Panel
Hasil penelitian menemukan bahwa tenaga
kerja, Human Capital, dan belanja
pemerintah
berpengaruh
positif
dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil penelitian menemukan bahwa ada
hubungan yang positif signifikan antara
konsumsi listrik dan GDP riil per kapita baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
Menemukan bahwa konsumsi listrik memiliki
dampak yang positif signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dimana ada hubungan
dua arah antara keduanya.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa PDRB
berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka
Berdasarkan Tabel 1.4, pada umumnya belanja modal, angkatan kerja, dan
konsumsi listrik memiliki pengaruh yang signifikan, baik itu terhadap PDRB
maupun pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan
penelitian sebelumnya, di mana perbedaannya adalah pada lokasi penelitian di
Provinsi Sulawesi Barat, periode waktu yaitu dari tahun 2008-2013, serta variabel
yang akan diteliti yaitu belanja modal pemerintah, angkatan kerja yang diwakili
oleh tingkat pengangguran terbuka, dan yang terakhir adalah teknologi yang
diwakili oleh konsumsi listrik industri.
1.3
Rumusan Masalah
Pelaksanaan otonomi daerah dengan fokus pembangunan lebih diletakkan
pada daerah kabupaten/kota, maka sangat menarik untuk mengkaji faktor-faktor apa
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Salah satu indikator yang
digunakan adalah PDRB. Oleh karena itu, untuk mengkaji pertumbuhan ekonomi
11
Sulawesi Barat dapat diamati dari faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.
Alokasi belanja pemerintah yang besar dengan perkembangan yang signifikan
dari tahun ke tahun, tidak diiringi oleh belanja modal yang mengalami tren yang
fluktuatif dan cenderung menurun. Peran belanja modal pemerintah secara umum
dialokasikan untuk membangun sarana dan prasarana yang selanjutnya diharapkan
akan dapat meningkatkan intensitas kegiatan ekonomi. Selain itu, belanja modal
pemerintah dalam pelaksanaannya memerlukan tenaga kerja sehingga akan
memperbesar penyerapan tenaga kerja, yang berarti pengangguran akan menurun,
lebih banyak orang yang bekerja dan memperoleh penghasilan, yang pada akhirnya
akan menuju pada perbaikan kesejahteraan masyarakat.
Seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka
mengalami penurunan dan tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami
peningkatan. Hal sebaliknya terjadi pada tahun 2013, di mana tingkat pengangguran
terbuka mengalami kenaikan dan tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami
penurunan. Selain itu, perkembangan teknologi yang ditandai dengan jumlah
konsumsi listrik per kapita, masih di bawah tingkat konsumsi listrik nasional. Pada
pelaksanaanya, konsumsi listrik mempunyai korelasi dan hubungan yang positif
terhadap PDRB per kapita baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini
dibuktikan dengan semakin meningkatnya kebutuhan untuk jaringan listrik guna
mendorong produktivitas pembangunan daerah.
12
1.4
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian yang
dikemukakan adalah sebagai berikut.
1.
Bagaimana pengaruh belanja modal pemerintah, angkatan kerja, dan
teknologi terhadap PDRB per kapita?
2.
Berapa besar kontribusi belanja modal pemerintah, angkatan kerja, dan
teknologi terhadap PDRB per kapita?
1.5
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Untuk menganalisis pengaruh belanja modal pemerintah, angkatan kerja, dan
teknologi terhadap PDRB per kapita.
2.
Untuk menghitung seberapa besar kontribusi dari belanja modal pemerintah,
angkatan kerja, dan teknologi terhadap PDRB per kapita.
1.6
Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan sebagaimana yang telah disebutkan diatas memiliki
manfaat sebagai berikut.
1.
Bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan di jajaran Pemerintah
Daerah Provinsi Sulawesi Barat dalam menetapkan kebijakan pembangunan
ekonomi daerah.
2.
Bahan informasi bagi pihak-pihak yang melakukan studi terkait.
13
1.7
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiridari 5 bab. Bab I
Pendahuluan dengan materi bahasan antara lain, latar belakang, keaslian penelitian,
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan. Bab II yang merupakan Landasan Teori, perhitungan untuk
sumber-sumber ekonomi, dan kajian terhadap penelitian terdahulu yang menjadi
dasar dalam penelitian ini, model penelitian dan formulasi hipotesis. Bab III adalah
Metode Penelitian yang memuat desain penelitian, metoda pengumpulan data,
metode anlisis data, uji kelayakan, perhitungan sumber-sumber ekonomi, dan
definisi operasional. Bab IV merupakan Bab Analisis yang berisikan deskripsi data,
chow test, uji hausman, uji asumsi klasik, uji analisis statistik, perhitungan sumbersumber PDRB per kapita dan pembahasan yang berisi pengaruh belanja modal
pemerintah terhadap PDRB per kapita, pengaruh angkatan kerja terhadap PDRB
per kapita, pengaruh teknologi terhadap PDRB per kapita, dan perhitungan sumbersumber ekonomi. Bab V merupakan bab Simpulan dan Saran yang berisi simpulan,
implikasi, keterbatasan, serta saran.
14
Download