prosiding seminar nasional kebidanan dan call for paper.13.13

advertisement
HUBUNGAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN BERAT BAYI LAHIR
DI RSUD PARE KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2015
Ita Eko Suparni1, Siti Asiyah2, Helga Yuliana Putri3
1. STIKES Karya Husada Kediri
Email :[email protected]
2. STIKES Karya Husada Kediri
3. STIKES Karya Husada Kediri
Email : [email protected]
ABSTRACT
Prevalensi BBLR meningkat sesuai dengan meningkatnya paritas ibu.Penyebab
kematian bayi tertinggi di Kabupaten Kediri adalah berat bayi lahir rendah (BBLR)
yaitu 49%.Kejadian BBLR lebih sering terjadi pada ibu dengan paritas tinggi.Tujuan
penelitian adalah mengetahui hubungan paritas ibu bersalin dengan berat bayi
lahir.Desain penelitian cohort dengan pendekatan retrospective.Varibel bebas yaitu
paritas, variable terikat yaitu berat bayi lahir. Jumlah populasi Ibu bersalin di RSUD
Pare Kabupaten Kediri tahun 2015 yaitu 1288 dengan sampel 306 responden diambil
dengan teknik Simple Random Sampling.Penelitian pada tanggal 7 Juni sampai 28 Juli
2016, Analisis data dengan uji Spearman Rank (Rho).Hasil analisis data diperoleh
hasil -0,422 dengan uji signifikan (p) = 0.000, sehingga p<α jadi H0 ditolak dan H1
diterima berarti ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu bersalin dengan berat
bayi lahir di RSUD Pare Kabupaten Kediritahun 2015.Kejadian BBLR lebih sering
terjadi pada ibu dengan paritas tinggi, hal ini disebabkan karena terdapatnya jaringan
parut pada rahim yang menyebabkan hambatan penyaluran nutrisi dari ibu ke janin.
Kata kunci: Paritas, Berat Bayi Lahir.
90 | Prosiding Seminar Nasional Kebidanan dan Call for
PENDAHULUAN
Berat bayi lahir merupakan salah
satu indikator kesehatan bayi baru lahir,
yang mana seorang bayi sehat dan cukup
bulan, pada umumnya mempunyai berat
lahir sekitar 3000 gram. Secara umum berat
bayi lahir yang normal adalah antara 3000
gram sampai 4000 gram, dan bila di bawah
atau kurang dari 2500 gram dikatakan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR). BBLR
berhubungan dengan angka kematian dan
kesakitan bayi, selain itu juga berhubungan
dengan kejadian gizi kurang di kemudian
hari yaitu pada periode balita, maka angka
BBLR di suatu masyarakat dianggap
sebagai
indikator
status
kesehatan
masyarakat (Kardjati, 2005).
Tidak semua bayi baru lahir yang
memiliki berat lahir <2500 gram adalah
Bayi Kurang Bulan (BKB).Demikian pula
tidak semua bayi baru lahir dengan berat
lahir >2500 gram lahir adalah aterm atau
Bayi Cukup Bulan (BCB) (Kosim, 2008:
11). Persentase berat badan bayi baru lahir
menurut Provinsi, Riskesdas 2010 di
Indonesia terdapat 82,5% dengan berat
badan lahir normal 2500–3999 gram dan
17,5% dengan berat badan lahir yang tidak
normal yang terdiri 11,1% berat badan lahir
<2500 gram, sedangkan 6,4% berat badan
lahir ≥4000 gram.
Penyebab utama kematian neonatal
antara lain adalah Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR). Definisi Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) adalah bila berat badannya kurang
dari 2500 gram. Sejak tahun 1961 WHO
telah mengganti premature baby dengan
low birth weight baby. Hal ini dilakukan
karena tidak semua bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram pada waktu
lahir bayi premature. BBLR dibedakan
dalam 2 kategori yaitu BBLR karena
premature (usia kandungan kurang dari 37
minggu) atau BBLR karena Intrauterine
Growth Retardation (IUGR) yaitu bayi
cukup bulan tetapi berat kurang untuk
usianya (Winkjosastro, 2007).
Faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi berat bayi lahir menurut
Kardjati adalah faktor lingkungan internal
(umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar
hemoglobin, status gizi ibu hamil,
pemeriksaan kehamilan dan penyakit pada
saat kehamilan) dan faktor lingkungan
eksternal (kondisi lingkungan dan tingkat
sosial ekonomi ibu hamil).
Paritas sangat berpengaruh terhadap
hasil konsepsi.Paritas tinggi lebih beresiko
daripada paritas rendah.Ini terlihat bahwa
pada paritas yang tinggi banyak ditemukan
penyulit-penyulit pada kehamilan karena
terlalu sering melahirkan (Manuaba, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian Tria
Wahyuningrum tahun 2015 di RSUD Dr.
Sudiro Husodo Mojokerto menunjukkan
bahwa sebanyak 61 bayi (76,3%) dari ibu
paritas multipara melahirkan bayi dengan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), pada
paritas dengan primipara melahirkan bayi
dengan Bayi Berat Lahir Normal (BBLN)
sebanyak
35
bayi
(74,5%)
dan
grandemultipara melahirkan bayi dengan
Berat Bayi Lahir Normal (BBLN) sebanyak
1 bayi (1,2%). Jadi, dapat disimpulkan
paritas dapat mempengaruhi berat bayi
lahir.
Paritas yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan
terganggunya
uterus
terutama dalam hal fungsi pembuluh darah.
Kehamilan yang berulang-ulang akan
menyebabkan kerusakan pada dinding
pembuluh darah uterus. Hal ini akan
Prosiding Seminar Nasional Kebidanan dan Call for Paper | 91
mempengaruhi nutrisi ke janin pada
kehamilan selanjutnya, selain itu dapat
mempengaruhi
berat
bayi
lahir
(Winkjosastro,
2008).Pada
wanita
multipara terjadi vaskularisasi pada
pembuluh darah uterus dan perubahan
atrofi pada desidua akibat persalinan masa
lampau. Hal ini mengakibatkan aliran darah
ke plasenta tidak cukup dan memperluas
permukaannnya
sehingga
menutupi
pembukaan jalan lahir dan mempengaruhi
berat bayi lahir (Sumapraja dan
Rachimhadi, 2005).
Dengan
mengetahui
hubungan
paritas ibu dengan berat bayi lahir, maka
jumlah bayi dengan berat badan lahir
rendah akan dapat dicegah dan diperkecil
angka kejadiannya. Berdasarkan uraian
diatas maka penulis tertarik melakukan
penelitian untuk mengetahui ―Hubungan
Paritas Ibu dengan Berat Bayi Lahir di
Rumah Sakit Umum Daerah Pare
Kabupaten Kediri tahun 2015‖.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah
analitik desain penelitian korelasional yaitu
menguji hubungan, memperkirakan dan
menguji
berdasarkan
teori
yang
ada.Penelitian
korelasional
ini
menggunakan desain penelitian cohort
dengan
menggunakan
pendekatan
retrospective, dimana penelitian dilakukan
pada kelompok kohort yang sudah
mengalami efek. dinilai efek yang
terjadi.Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Variabel independen
adalah paritas ibu bersalin.Sedangkan
variabel terikat dalam penelitian ini adalah
berat bayi lahir.Populasi dalam penelitian
ini adalah semua ibu yang bersalin di
92 |
RSUD Kabupaten Kediri tahun 2015 ada
1288 orang, besar sample 306.Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan simple random
sampling.Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan lembar pengumpul
data yang diisi berdasarkan data pada data
rekam medik RSUD Pare tahun 2015.
Analisa data bivariat digunakan untuk
mengetahui hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Untuk
mengetahui adanya hubungan antara paritas
dengan berat bayi lahir menggunakan uji
korelasi Spearman rank (Rho).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap
306 responden diperoleh data khusus
sebagai berikut :
1. Paritas Ibu Bersalin
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan diketahui bahwa paritas ibu
bersalin di RSUD Pare Kabupaten
Kediri tahun 2015 menunjukkan bahwa
dari total 306 responden didapatkan
hasil hampir setengah responden
multipara yaitu sebanyak 149 ibu
bersalin(48,7%) dan sebagian kecil
primipara sebanyak 63 responden
(20,6% )
2. Berat Bayi Lahir
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan diketahui bahwa berat bayi
lahir di RSUD Pare Kabupaten Kediri
tahun 2015 menunjukan bahwa dari
total 306 responden didapatkan hasil
sebagian besar BBLR sebanyak 164
(53,6%)
dan
sebagian
kecil
makrosomia sebanyak 11 (3%).
3. Hubungan Paritas Ibu Bersalin dengan
Berat Bayi Lahir
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan, diketahui bahwa tabulasi silang
hubungan paritas ibu bersalin dengan berat
bayi lahir di RSUD Pare Kabupan Kediri
Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel 1 Tabulasi Silang Hubungan Paritas
Ibu Bersalin dengan Berat Bayi Lahir
di RSUD Pare Kabupan Kediri Tahun
2015
Berat Bayi Lahir
Persenta
BBL
BBL Makrosomi
Paritas
se
R
N
a
(%)
N % N % N
%
Grandemu 81 86,2 12 12,8 1
1,1 94 30,7
lti
Multipara 64 43 79 53 6
4
149 48,7
Primipara 19 30,2 40 63,5 4
6,3 63 20,6
Total
164 53,6 131 42,8 11 3,6 306 100
Berdasarkan
tabel
4.3
diatas
menunjukan
bahwa dari total 306
responden didapat sebagian besar tabulasi
silang hubungan paritas ibu bersalin dengan
berat bayi lahir didapatkan hasil yaitu
hampir seluruh dari responden grandemulti
para yang melahirkan BBLR sebanyak 81
(86,2%) dan hampir dari setengah
responden primipara yang melahirkan
BBLR sebanyak 19 (30,2%).
Pada kasus BBLR, hasil perhitumgan
Oods Ratio (OR) dapat dilihat sebagai
BBLR
Grandemult
i
Multipara
Primipara
Grandemult
i
Multipar
a
2.01
Primipar
a
2.86
1.42
berikut:
Berdasarkan tabel di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa Ibu dengan paritas
grandemulti memiliki peluang untuk
melahirkan bayi dengan BBLR sebesar
2,01 kali dari ibu dengan paritas multipara.
Ibu dengan paritas grandemulti memiliki
peluang untuk melahirkan bayi dengan
BBLR sebesar 2,86 kali dari ibu dengan
paritas primipara.
Hasil
analisis data bivariat yang
menggunakan rumus Spearman Rank,
diperoleh nilai korelasi paritas ibu bersalin
dengan berat bayi lahir sebesar -0.422, nilai
korelasi (r) = -0,422 dengan sig-2 tailed (p)
= 0,000 pada (α) = 5% = 0,05, sehingga
p<α maka H0 ditolak berarti ada hubungan
yang signifikan antara paritas ibu bersalin
dengan berat bayi lahir. Tanda hubungan
paritas dengan berat bayi lahir negatif (-)
berarti semakin banyak jumlah kelahiran
pada seorang ibu maka semakin banyak
bayi yang lahir dengan BBLR di RSUD
Pare kabupaten Kediri tahun 2015.
PEMBAHASAN
Paritas merupakan salah satu indikator
untuk memantau resiko tinggi pada
kehamilan.Kehamilan resiko tinggi lebih
banyak terjadi pada multipara dan
grandemultipara.Paritas sangat berpengaruh
terhadap hasil konsepsi.Paritas tinggi lebih
beresiko dari pada paritas tinggi.Ini terlihat
bahwa pada paritas yang tinggi banyak
ditemukan
penyulit-penyulit
pada
kehamilan karena terlalu sering melahirkan
(Manuaba, 2007).
Kejadian BBLR lebih sering terjadi
pada ibu dengan paritas tinggi, hal ini
disebabkan karena terdapatnya jaringan
parut akibat kehamilan dan persalinan
terdahulu.Jaringan
parut
tersebut
mengakibatkan persediaan darah ke
plasenta tidak adekuat sehingga perlekatan
Prosiding Seminar Nasional Kebidanan dan Call for Paper | 93
plasenta tidak sempurna menyebabkan
plasenta menjadi tipis dan mencakup uterus
lebih luas.Perlekatan plasenta yang tidak
adekuat ini menyebabkan penyaluran
nutrisi dari ibu ke janin menjadi terhambat
atau kurang mencukupi kebutuhan janin.
Berdasarkan hasil penelitian Tria
Wahyuningrum tahun 2015 di RSUD Dr.
Sudiro Husodo Mojokerto menunjukkan
bahwa sebanyak 61 bayi (76,3%) dari ibu
paritas grandemultipara melahirkan bayi
dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
pada paritas dengan primipara melahirkan
bayi dengan Bayi Berat Lahir Normal
(BBLN) sebanyak 35 bayi (74,5%) dan
grandemultipara melahirkan bayi dengan
Berat Bayi Lahir Normal (BBLN) sebanyak
1 bayi (1,2%). Jadi, dapat disimpulkan
paritas dapat mempengaruhi berat bayi
lahir.
Paritas yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan
terganggunya
uterus
terutama dalam hal fungsi pembuluh darah.
Kehamilan yang berulang-ulang akan
menyebabkan kerusakan pada dinding
pembuluh darah uterus. Hal ini akan
mempengaruhi nutrisi ke janin pada
kehamilan selanjutnya, selain itu dapat
mempengaruhi
berat
bayi
lahir
(Winkjosastro, 2008).
Hasil penghitungan odds ratio (OR) di
RSUD
Pare
Kabupaten
Kediri
menunjukkan fakta bahwa grandemulti
cenderung melahirkan BBLR 2,01 kali dari
multipara.
Grandemulti
cenderung
melahirkan BBLR 2,86 kali dari primipara
dan multipara cenderung melahirkan BBLR
1,42 kali dari primipara.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rumalutur (2006) paritas merupakan faktor
resiko yang signifikan terhadap kejadian
94 |
BBLR. Ibu dengan paritas lebih dari 4 anak
berisiko 2,4 kali untuk melahirkan bayi
dengan BBLR.
KESIMPULAN
Ada hubungan signifikan antara paritas ibu
dengan berat bayi lahir
dengan nilai
korelasi -0,422. Tanda hubungan lahir
negatif (-) berarti semakin banyak jumlah
kelahiran pada seorang ibu maka, semakin
banyak bayi yang lahir dengan BBLR di
RSUD Pare Kabupaten Kediri Tahun 2015.
Hasil penghitungan odds ratio (OR) di
RSUD
Pare
Kabupaten
Kediri
menunjukkan fakta bahwa grandemulti
cenderung melahirkan BBLR 2,01 kali dari
multipara.
Grandemulti
cenderung
melahirkan BBLR 2,86 kali dari primipara
dan multipara cenderung melahirkan BBLR
1,42 kali dari primipara.
Paritas yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan
terganggunya
uterus
terutama dalam hal fungsi pembuluh darah.
Kehamilan yang berulang-ulang akan
menyebabkan kerusakan pada dinding
pembuluh darah uterus. Hal ini akan
mempengaruhi nutrisi ke janin pada
kehamilan selanjutnya, selain itu dapat
mempengaruhi berat bayi lahir
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar, Roestam. Sinopsis Obsetri.
Jakarta: EGC; 2009.
2. Nursalam.Konsep
dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika;
2008.
3. ________. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika;
2011.
4. Notoatmodjo,
Soekidjo.
MetodePenelitian Kesehatan. Edisi
Revisi (cetakan pertama). Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya; 2005.
5. __________________.
Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta; 2010.
6. Pantiawati, Ika. Bayi Dengan BBLR.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
7. Pudiastuti, Ratna Dewi. Buku Ajar :
Kebidanan Komunitas. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2011.
8. Prawirohardjo,
S.
Ilmu
Kebidanan.Jakarta:
Yayasan
Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009.
9. Proverawati, Atikah& Siti Asfuah.Buku
Ajar
Gizi
Untuk
Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2009.
10. Setianingrum, SIW. 2005. Hubungan
Antara kenaikan Berat Badan, Lingkar
Lengan Atas dan Kadar Hemoglobin
Ibu Hamil Trimester III dengan Berat
Bayi Lahir di Puskesmas Ampel I
Boyolali tahun 2005.Semarang.Jurnal
Universitas Negeri Semarang; 2005.
11. Sastroasmoro, Sudigdo. Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Klinis Edisi 3.
Jakarta: CV. Sagung Seto; 2008.
12. Seriawan, Ari. Metodologi Penelitian
Kebidanan. Yogyakarta.Nuha Medika;
2011.
13. Sumapraja , S. PerdarahanAntepartum
dalam:
Wiknjosastro
H.
Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005.
14. Staf Pengajar IKA FKUI. Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta: Info Medika;
2007.
15. Rukiyah, A & Lia Yulianti.Asuhan
Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta: CV.
Trans Info Media; 2010.
16. Varney.Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
Jakarta. EGC; 2006.
17. Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2006.
18. www.depkes.go.id. Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur. Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. 2013.
19. www.dinkeskabupatenkediri.go.id. AKI
dan AKB Kabupaten Kediri Tahun
2013. 2013.
20. www.kespro.co.id.
Suririnah.Tanda
Bahaya Pada Kehamialn Trimester I.
2008.
Prosiding Seminar Nasional Kebidanan dan Call for Paper | 95
Download