419 BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 6.1

advertisement
BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
6.1 Kesimpulan
Perubahan iklim diperkirakan memberikan dampak pada perekonomian dan
sektor kehutanan yang relatif besar. Simulasi model menunjukkan bahwa perubahan
iklim diperkirakan dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat turunnya
aktivitas ekonomi terutama konsumsi, investasi masyarakat, perdagangan luar negeri,
output sektoral, pendapatan sektoral, penyerapan tenaga kerja sektoral dan
sebagainya. Aktivitas ekonomi yang turun menyebabkan tingkat pengangguran
meningkat, tetapi emisi karbon dan pembangunan manusia turun. Perubahan iklim
sedikit meningkatkan kinerja sektor kehutanan terutama industri primer untuk
memenuhi permintaan kayu. Dampak perubahan iklim secara makroekonomi relatif
besar dengan menggunakan PDB lestari tetapi terlihat semu dengan PDB
konvensional.
Simulasi kebijakan sektor kehutanan diperkirakan lebih berdampak pada
kinerja sektor kehutanan dibandingkan dampaknya pada perekonomia nasional. Hasil
simulasi kebijakan menunjukkan bahwa politik anggaran Kementerian Kehutanan
diperkirakan tidak berpengaruh terhadap kinerja industri primer kehutanan, kinerja
ekonomi, dan degradasi hutan. Secara fiskal, pembubaran Kementerian Kehutanan
tidak memberikan pengaruh besar pada perekonomian dan kinerja sektoral. Hal ini
dikarenakan keterbatasan sumber daya dan peran yang terbatas sektor kehutanan
dalam perekonomian. Namun simulasi pembubaran kementerian Kehutanan menjadi
masalah dalam pengendalian kebakaran hutan, deforestasi dan tata kelola kehutanan.
419
Hasil
simulasi
menunjukkan
bahwa
kebijakan
moneter
dan
fiskal
mempengaruhi perekonomian nasional, industri primer kehutanan, deforestasi hutan,
degradasi hutan, output sektoral, tenaga kerja sektoral, pendapatan sektoral dan emisi
karbon sektoral. Hasil simulasi model menunjukkan kebijakan moneter dan fiskal
diperkirakan memberi dampak cukup besar pada deforestasi dan degradasi hutan
dibandingkan dengan kebijakan sektor kehutanan. Kebijakan ekonomi (moneter dan
fiskal) diperkirakan dapat menstimulan perekonomian termasuk keputusan untuk
deforestasi dan degradasi hutan.
Perubahan faktor eksternal harga komoditi kayu, karet, dan sawit diprediksi
tidak berdampak besar terhadap perekonomian makro namun berdampak pada sektor
kehutanan. Peningkatan harga komoditi sawit, karet dan kayu diperkirakan dapat
menurunkan luas kebakaran hutan dan mempengaruhi tingkat deforestasi hutan.
Sementara itu, dampak perubahan harga minyak mentah dunia relatif besar
mempengaruhi perekonomian makro Indonesia. Pengangguran dan kemiskinan turun
dengan adanya peningkatan harga minyak mentah dunia. Kinerja sektor-sektor
ekonomi terpengaruh dengan peningkatan harga minyak mentah sedangkan sektor
kehutanan relatif kecil terkena dampaknya.
Untuk kebijakan antisipasi dampak perubahan iklim, upaya pemberantasan
korupsi dan keberhasilan target penurunan emisi karbon tidak dapat mengeliminir
dampak perubahan iklim. Demikian pula dengan kombinasi kebijakan pajak karbon,
peningkatan anggaran kehutanan, penurunan terjadinya jumlah hotspot, peningkatan
luas tutupan hutan, pencegahan illegal logging dan pemberantasan korupsi juga
420
berdampak relatif kecil pada perekonomian nasional tetapi berdampak besar bagi
kemampuan kehutanan memitigasi perubahan iklim.
Untuk emisi karbon yang berasal dari sektor-sektor ekonomi, kebijakan kehutanan
diperkirakan tidak efektif dalam menurunkan emisi karbon. Kebijakan fiskal diprediksi
lebih
efektif dibandingkan kebijakan moneter, dan pengendalian perubahan faktor
eksternal cukup signifikan mengendalikan emisi karbon yang berasal dari sektor-sektor
ekonomi pengemisi karbon. Dampak perubahan iklim dapat dimitigasi dengan penurunan
emisi karbon pada sektor ekonomi dengan emisi besar dan meningkatkan kinerja sektor
ekonomi dengan emisi rendah.
Berdasarkan hasil penelitian, untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim,
kebijakan yang dapat dilakukan adalah dengan mengkombinasikan kebijakan moneter,
fiskal, dan kehutanan dengan tepat. Kebijakan-kebijakan yang dipakai sebaiknya dapat
mengeliminasi dampak buruk dari perubahan iklim yang terjadi.
6.2 Implikasi Kebijakan
Perubahan iklim berdampak besar pada perekonomian dan sektor kehutanan.
Implikasi kebijakannya adalah perlu kebijakan yang komprehensif untuk memitigasi
dan beradaptasi dari dampak perubahan iklim.
Kegiatan di sektor kehutanan selain dipengaruhi kebijakan sektor kehutanan
juga terkena dampak kebijakan fiskal dan moneter. Implikasinya, kebijakan di sektor
kehutanan perlu memperhatikan kebijakan ekonomi (fiskal dan moneter) selain
pertimbangan teknis kehutanan semata.
421
Kebijakan ekonomi (fiskal dan moneter) dan kebijakan kehutanan berdampak
pada besarnya emisi karbon serta sering tidak sinkron. Implikasinya, perlu dihitung
dampak emisi karbon yang dihasilkan dari suatu kebijakan dan kompensasi untuk
mengurangi emisi karbon tersebut.
Kinerja sektor industri primer kehutanan lebih banyak dipengaruhi oleh kebijakan
moneter dibandingkan dengan kebijakan fiskal dan kebijakan sektor kehutanan.
Implikasinya, insentif moneter berupa suku bunga dapat mendorong perkembangan
industri primer kehutanan. Selain itu, perlu diantisipasi dampak perubahan harga minyak
dunia dan harga komoditi (kayu, sawit, karet) karena mempengaruhi kinerja industri
kehutanan dan penerimaan pemerintah sektor kehutanan.
Politik anggaran dan pembubaran Departemen kehutanan tidak berdampak
besar pada perekonomian dan sektor kehutanan. Namun simulasi ini menjadi masalah
dalam pengendalian kebakaran hutan, deforestasi dan tata kelola kehutanan.
Implikasinya, perlu pertimbangan komprehensif dalam pembubaran kementerian
Kehutanan tidak hanya dilihat dari aspek fiskal dan politis saja.
Hasil simulasi kebijakan terkait penanaman dan reboisasi diperkirakan tidak
memberikan dampak yang relatif besar bagi perekonomian dan sektor kehutanan
kecuali meningkatkan kapasitas penyimpanan karbon sektor kehutanan. Implikasinya,
kebijakan reboisasi penghijauan seyogyanya dapat mengerakkan ekonomi dan
mensejahterakan masyarakat serta menjadi bagian integral pembangunan ekonomi.
Hasil simulasi model menunjukkan bahwa penurunan jumlah hotspot
diperkirakan lebih efektif dalam mengendalikan kebakaran hutan dan menurunkan
emisi karbon dibandingkan dengan pemadaman kebakaran hutan. Implikasi
422
kebijakannya, perlu perubahan paradigma pengendalian kebakaran hutan dari
pemadaman kebakaran menjadi pencegahan kebakaran hutan. Untuk itu perlu
dukungan teknologi, dana, infrastruktur, sumberdaya manusia, partisipasi masyarakat
dan keberpihakan dalam pengendalian kebakaran hutan.
Simulasi penerapan pajak karbon diperkirakan tidak mempengaruhi ekonomi
nasionla dan sektor kehutanan secara nyata. Namun kebijakan ini diperkirakan dapat
meningkatkan penerimaan pemerintah dan tidak menimbulkan penurunan kinerja
industri kehutanan serta kinerja ekonomi sektoral dilihat dari penyerapan tenaga
kerja, output sektoral dan pendapatan sektoral. Implikasi kebijakannya, penerapan
pajak karbon dapat dilaksanakan dan pendapatan pajak karbon ini dapat dipergunakan
untuk membiayai aktivitas perbaikan lingkungan dan dampak perubahan iklim.
Peningkatan harga BBM diprediksi tidak membuat kinerja ekonomi makro
terganggu dan relatif stabil. Peningkatan harga BBM diprediksi signifikan dapat
menurunkan deforestasi hutan untuk sawit, karet dan padi yang diusahakan negara
dan rakyat; tetapi tidak berpengaruh bagi deforestasi hutan untuk kebun sawit dan
karet yang diusahakan swasta. Harga BBM yang tinggi meningkatkan biaya
eksploitasi
sehingga
mempengaruhi
deforestasi.
Implikasi
kebijakannya,
penghapusan subsidi BBM dipertimbangkan untuk dilakukan dengan mempersiapkan
resiko ekonomi dan politisnya serta masyarakat yang terkena dampak.
Simulasi model mendapatkan bahwa pemberantasan korupsi diprediksi dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kinerja sektor kehutanan,
tingkat kesejahteraan manusia dan menurunkan pengangguran, tetapi meningkatkan
emisi karbon. Implikasinya, pemberantasan korupsi seyogyanya terus digiatkan dan
423
untuk memitigasi peningkatan emisi karbon perlu disinergikan dengan penerapan
teknologi ramah lingkungan rendah emisi karbon.
Simulasi model menunjukkan bahwa target penurunan emisi karbon yang
dilakukan pemerintah diprediksi tidak berpengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi
dan kinerja ekonomi. Bahkan sektor kehutanan relatif diuntungkan dengan kebijakan
target penurunan emisi karbon ini. Sektor kehutanan diuntungkan dalam hal
rendahnya tekanan untuk mengeksploitasi hutan, meningkatnya luas tutupan hutan,
penurunan luas kebakaran hutan, relatif rendahnya deforestasi dan degradasi hutan.
Implikasi kebijakannya, upaya penurunan emisi karbon terus didukung dan dilakukan
dengan lebih optimal.
Kebijakan pembangunan sektor kehutanan sebagai antisipasi dampak
perubahan iklim melalui peningkatan kemampuan serapan karbon dan penurunan
emisi karbon memberi kesempatan perkembangan ekonomi Indonesia menuju
ekonomi hijau serta manajemen yang lebih baik pada hutan dan lahan gambut.
Implikasi kebijakan, diperlukan kebijakan yang dapat memberikan dukungan,
dorongan,
pengarusutamaan
bagi
kebijakan
ekonomi
dan
politik
untuk
mengedepankan konsep ekonomi hijau dan pembangunan berkelanjutan dalam sistem
pembangunan ekonomi Indonesia.
6.3 Saran Penelitian Lanjutan
Berdasarkan studi ini dan untuk penyempurnaan pengembangan model ekonomi yang
telah dibangun, disarankan beberapa hal sebagai berikut:
Penelitian lanjutan dapat mengelaborasi leih jauh tentang konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah per jenis produk utama dan emisi karbonnya. Hal tersebut
424
untuk dapat menemukan unsur makroekonomi yang harus dikembangkan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi dengan emisi karbon yang rendah.
Dampak deforestasi dan degradasi hutan terhadap pertumbuhan ekonomi dan
pengangguran tidak dapat secara langsung dianalisis dalam model sehingga perlu
penelitian lanjutan. Pada deforestasi untuk areal HTI, penelitian ini menggunakan
data agregat dan diasumsikan digunakan untuk kepentingan industri pulp.
Penggunaan data disagregasi areal HTI akan mampu melihat respon masing-masing
areal penggunaan HTI untuk kayu pulp, kayu pertukangan dan HTI trans. Selain itu,
degradasi hutan yang dianalisis baru mencakup degradasi hutan areal HPH sehingga
model dapat dikembangkan dengan memasukkan degradasi hutan areal hutan lindung
dan hutan konservasi (taman nasonal).
Produksi kayu bulat dalam model yang dikembangkan masih merupakan
agregasi produksi kayu bulat belum dipelajari perilakunya untuk hutan alam, hutan
tanaman, dan hutan rakyat sebagai pemasok kayu bulat.
Pengembangan model kedepan perlu melihat pasar komoditas pendorong
terjadinya deforestasi dengan mengembangkan persamaan penawaran, permintaan
dan perilaku harganya sehingga dapat diketahui pemicu deforestasi dan diketahui
perubahan surplus konsumen dan produsen dari perubahan kebijakan.
Penelitian dilanjutkan dengan peramalan terhadap perubahan yang terjadi di
masa depan dan simulasi ex ante terhadap perubahan kebijakan moneter, fiskal,
kehutanan, perubahan iklim dan dampak faktor eksternal terhadap kondisi
perekonomiaan dan sektor kehutanan.
425
Download