MODUL 8 : ANESTESI UMUM Mengembangkan Kompetensi Waktu

advertisement
MODUL 8 :
ANESTESI UMUM
Mengembangkan Kompetensi
Waktu (Semester 1)
Sesi di dalam kelas
2 X 1 jam (classroom session)
Sesi dengan fasilitasi Pembimbing
3 X 2 (coaching session)
Sesi praktik dan pencapaian
kompetensi
4 minggu (facilitation & assessment)
PERSIAPAN SESI
Audiovisual Aid:
1. LCD Projector dan screen
2. Laptop
3. OHP
4. Flipchart
5. Video player
Materi presentasi:
CD PowerPoint
Sarana:
1. Ruang belajar
2. Ruang pemeriksaan
3. Ruang Operasi
Kasus : pasien di kamar operasi
Alat Bantu Latih : Model anatomi /Simulator
Penuntun Belajar : lihat acuan materi
Daftar Tilik Kompetensi : lihat daftar tilik
TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan mampu memberikan anestesi umum
intravena, inhalasi, intramuskuler baik nafas spontan atau kendali, diintubasi atau
dengan LMA pada pasien dengan status fisik ASA I-II.
TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kompetensi dalam ranah-ranah
berikut ini :
Kognitif
1. Memahami cara kerja alat monitoring, mesin anestesi dan obat-obatan apa yang
perlu di tersedia di Kamar operasi.
2. Mengetahui mekanisme terjadinya anestesi umum
3. Mengetahui cara pemberian dan obat yang dipakai untuk induksi anestesi umum
4. Mengetahui komplikasi yang sering terjadi selama anestesi: obstruksi jalan
nafas, hipoksemia, hiperkarbia, hipotensi, hipertensi.
5. Mengetahui farmakokinetik dan farmakodinamik obat anestesi intra vena dan
anestetika inhalasi.
6. Mengetahui tentang balans anestesi umum intravena, balans anestesi umum
inhalasi.
7. Memahami indikasi dan cara melakukan anestesi dengan sungkup, LMA,
endotracheal.
8. Memahami indikasi dan komplikasi intubasi untuk keperluan anestesi umum.
9. Memahami kapan dilakukan ekstubasi serta komplikasi ekstubasi.
Psikomotor
1. Mampu melakukan pembebasan jalan nafas tanpa alat (triple manuver), dengan
OPA, LMA, dan intubasi.
2. Mampu melakukan induksi intravena dan induksi inhalasi dengan tepat.
3. Mampu menilai dan mengatasi komplikasi akibat induksi intravena, induksi
inhalasi seperti obstruksi jalan nafas, hipoksemia, hiperkarbia, hipotensi,
hipertensi.
4. Mampu mengetahui stadium anestesi.
5. Mampu melakukan ekstubasi.
6. Mampu mengatasi komplikasi akibat ekstubasi.
Komunikasi
1. Berkomunikasi dengan ahli bedah bila terjadi komplikasi yang memerlukan
tindakan pembedahan .
Professionalisme
1. Mampu mengenali dan memahami urgensi dari komplikasi anestesi umum.
2. Mampu memberikan anestesi umum selancar mungkin (smooth induction and
maintenance of anesthesia).
KEYNOTES:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Memahami cara kerja mesin anestesi
Memahami cara memasang alat monitor.
Mengetahui dengan pasti indikasi anestesi umum
Mengetahui dengan pasti teknik induksi anestesi
Mengetahui dengan pasti cara pemeliharaan anestesi
Mengetahui dengan pasti dan mampu mengatasi bila terjadi komplikasi saat
induksi, maintenance dan saat emergens.
7. Mengetahui farmakokinetik dan farmakodinamik obat anestesi intravena dan
anestetika inhalasi
8. Mengetahui farmakokinetik dan farmakodinamik analgetik opioid, obat
pelumpuh otot
9. Mengetahui farmakokinetik dan farmakodinamik antidotum narkotik dan
pelumpuh otot.
GAMBARAN UMUM
Untuk dapat melakukan anestesi umum dengan aman diperlukan pengetahuan dan
ketrampilan dalam mekanisme kerja alat monitoring, cara kerja mesin anestesi dan
obat-obatan apa yang perlu di ada di Kamar operasi, mekanisme terjadinya anestesi
umum, cara pemberian dan obat induksi anestesi umum, komplikasi yang sering
terjadi selama anestesi (obstruksi jalan nafas, hipoksemia, hiperkarbia, hipotensi,
hipertensi), farmakokinetik dan farmakodinamik obat anestesi intra vena dan
anestetika inhalasi, balans anestesi umum intravena, balans anestesi umum inhalasi,
indikasi dan cara anestesi dengan sungkup, LMA, endotracheal. Memahami indikasi
dan komplikasi intubasi unuk keperluan anestesi umum, kapan dilakukan ekstubasi
serta komplikasi ekstubasi, melakukan pembebasan jalan nafas tanpa alat (triple
manuver), dengan OPA, LMA, dan intubasi, melakukan induksi intravena dan
induksi inhalasi dengan tepat, mampu mengatasi komplikasi akibat ekstubasi.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan mampu melakukan anestesi umum inhalasi
dan intravena pada pasien dengan status fisik ASA I-II.
METODE PEMBELAJARAN
Peserta didik sudah harus mempelajari:
1. Bahan acuan (references)
2. Ilmu dasar yang berkaitan dengan topik pembelajaran
3. Ilmu klinis dasar
Tujuan 1: mampu melakukan anestesi umum inhalasi.
Metode pembelajaran
1.
2.
3.
4.
Small group discussion
Peer assisted learning (PAL)
Bedside teaching
Task-based medical education
Tujuan 2: mampu melakukan anestesi umum intravena.
Metode pembelajaran
1.
2.
3.
4.
Small group discussion
Peer assisted learning (PAL)
Bedside teaching
Task-based medical education
MEDIA
1.
2.
3.
4.
Papan tulis
Komputer
LCD dan slide projector
Pasien di kamar bedah .
ALAT BANTU PEMBELAJARAN
1.
2.
3.
4.
Virtual patients
Reading assigment
Audiovisual
Perpustakaan, internet, skill lab
EVALUASI
1. Kognitif :
EMQ (Extended Medical Question)
Multiple observations and assessments
Multiple observers/raters
OSCE (Objective Structure Clinical Examination)
Minicheck
2. Skill/psikomotor :
Multiple observations and assessments
Multiple observers
OSCE
Minicheck
3. Communication and Interpersonal Skills
Multiple Observations and assessments
Multiple observers/rater
4. Professionalism
Multiple Observations and assessments
Multiple observers/rater
Pretest
1. Jelaskan tentang alat pantau dan obat-obatan apa yang diperlukan di kamar
operasi.
2. Bagaimana cara melakukan induksi inhalasi dan induksi intravena?
3. Jelaskan tentang komplikasi yang sering saat induksi anestesi dan saat
ekstubasi dan cara mengatasinya!
4. Jelaskan tentang indikasi anestesi umum.
5. Jelaskan tentang indikasi intubasi dan tekniknya untuk keperluan anestesi
umum.
6. Lelaskan tentang uptake dan distribusi anestetika inhalasi.
7. Jelaskan tentang MAC, MAC EI, MAC BAR, MAC awake dan keadaan apa
saja yang mempengaruhinya.
8. Jelaskan pasien efek obat anestesika inhalasi halotan, enfluran, isofluran,
sevofluran, desfluran terhadap organ tubuh.
9. Jelaskan tentang efek obat anestesi intravena propofol, pentotal, ketamin,
etomidat terdap organ tubuh.
Bentuk pretest : MCQ, ujian essay dan lisan sesuai tingkat masa pendidikan
(semester).
Bentuk ujian :
-
Ujian akhir rotasi (post test tulis dan ujian pasien)
Ujian akhir profesi (lisan/ujian nasional)
Bisa dalam bentuk :
1. Kognitif
a. EMQ (Extended Medical Question)
b. Multiple observation and assessments
c. Multiple observers
d. OSCE (Objective Structure Clinical Examination)
e. Minicheck
2. Skill/psikomotor
a. Multiple observation and assessments
b. Multiple observers
c. OSCE (Objective Structure Clinical Examination)
d. Minicheck
3. Affective : Professionalism, Communication and Interpersonal Skills
a. Multiple observation and assessments
b. Multiple observers
DAFTAR CEK PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR ANESTESIA
Tindakan / operasi :
No Daftar cek penuntun belajar prosedur anestesia
1
Pemasangan monitor
2
Pemasangan jalur vena.
Sudah
dilakukan
Belum
dilakukan
3.
Melakukan induksi intravena
4
Melakukan induksi inhalasi
5
Menilai dan mengatasi komplikasi obstruksi jalan nafas
hipoksemia, hiperkarbia, hipotensi, hipertensi.
6
Melakukan ventilasi dengan sungkup
7
Melakukan pemasangan OPA
8
Malakukan pemasangan LMA dan memeriksa
ketepatan posisinya.
9
Melakukan intubasi dan memeriksa ketepatan posisinya
10
Melakukan ventilasi mekanik manual
11
Melakukan ventilasi mekanik dengan ventilator mesin
anestesi.
12
Melakukan pengahiran anestesi
13
Melakukan ekstubasi
14
Melakukan pengelolaan pasien pasca ekstubasi
Catatan: Sudah / Belum dikerjakan beri tanda (√ )
DAFTAR TILIK
Berikan tanda ✓ dalam kotak yang tersedia bila keterampilan/tugas telah dikerjakan dengan
memuaskan, dan berikan tanda  bila tidak dikerjakan dengan memuaskan serta T/D bila
tidak dilakukan pengamatan
✓
Memuaskan
Langkah/ tugas dikerjakan sesuai dengan prosedur standar atau
penuntun

Tidak
memuaskan
Tidak mampu untuk mengerjakan langkah/ tugas sesuai dengan
prosedur standar atau penuntun
T/D
Tidak
diamati
Langkah, tugas atau ketrampilan tidak dilakukan oleh peserta latih
selama penilaian oleh pelatih
Nama peserta didik
Tanggal
Nama pasien
No Rekam Medis
DAFTAR TILIK
Kesempatan ke
No
Kegiatan / langkah klinik
1
2
3
4
5
Peserta dinyatakan :
 Layak
 Tidak layak
melakukan prosedur
Tanda tangan dan nama terang
Tanda tangan pelatih
MODUL 9 :
ANESTESI REGIONAL I
Mengembangkan Kompetensi
Waktu (Semester Semester 2)
Sesi di dalam kelas
2 X 1 jam (classroom session)
Sesi dengan fasilitasi Pembimbing
3 X 2 (coaching session)
Sesi praktik dan pencapaian
kompetensi
4 minggu (facilitation & assessment)
PERSIAPAN SESI
Audiovisual Aid:
1. LCD Projector dan screen
2. Laptop
3. OHP
4. Flipchart
5. Video player
Materi presentasi:
CD PowerPoint
Sarana:
1. Ruang belajar
2. Ruang pemeriksaan
3. Ruang Pulih
4. Bangsal Rawat Inap/Pengamatan Lanjut
Kasus : pasien di ruang PACU
Alat Bantu Latih : Model anatomi /Simulator
Penuntun Belajar : lihat acuan materi
Daftar Tilik Kompetensi : lihat daftar tilik
TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi fungsional,
farmakologi anestesia lokal, fisiologi anestesia neuraksial
dan anestesia regional intravena, dapat melakukan anestesia regional neuraksial dan anestesia
regional intravena secara baik dan benar, melakukan penatalaksanaan komplikasi anestesia regional
dan penatalaksanaan nyeri akut pasca bedah dengan anestesia neuraksial.
TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik mampu untuk :
Kognitif
a. Mampu menjelaskan jenis-jenis obat anestesi lokal, mekanisme kerja dan sifat obat
anestesia lokal
b. Mampu menjelaskan jenis-jenis serabut syaraf yang dihambat serta jenis hambatan motorik
dan sensorik yang dihasilkan dan cara pengecekkannya.
c. Mampu menjelaskan faktor-faktor patofisiologi yang mempengaruhi kerja obat anestesi
lokal.
d. Mampu menjelaskan dosis, dosis maksimum, mula kerja, masa kerja, cara pemberian
masing-masing obat anestesi lokal.
e. Mampu menjelaskan penggunaan klinik masing-masing obat anestesi lokal termasuk bentuk
preparasinya, penambahan dengan adjuvan lain.
f. Mampu menjelaskan berbagai efek samping dan toksisitas yang dapat ditimbulkan obat
anestesi lokal beserta tanda-tanda klinisnya
g. Mampu menjelaskan anatomi tulang belakang dan medula spinalis, lapisan-lapisannya mulai
dari kulit, ligamen-ligamen, sampai ke rongga subarahnoid , variasi anatomi yang mungkin
dijumpai, dan implikasinya terhadap anestesia subarahnoid
h. Mampu menjelaskan tentang fisiologi cairan serebrospinal
i. Mampu menjelaskan perubahan fisiologi yang terjadi pada anestesia subarahnoid dan
penatalaksanaan perubahan fisiologis yang terjadi.
j. Mampu menjelaskan fisiologi terjadinya analgesia pada anestesia regional intravena
k. Mampu menjelaskan indikasi dan kontraindikasi tindakan anestesia subarahnoid dam
anestesia regional intravena
l. Mampu menjelaskan persiapan preoperatif termasuk kunjugan preanestesi dan
mengidentifikasi kelainan atau penyakit pasien yang akan mempengaruhi jalannya anestesia
subarahnoid dan anestesia regional intravena.
m.
Mampu menjelaskan persiapan alat , jenis-jenis jarum dan obat anestesi lokal yang
akan dipakai untuk anestesia subarahnoid dan anestesia regional intravena.
n. Mampu menjelaskan prosedur tindakan anestesia subarahnoid dan anestesia regional
intravena yang baik dan benar.
o. Mampu menyebutkan berbagai posisi pasien anestesia subarahnoid serta keuntungan dan
kerugiannya untuk efek penyebaran obat.
p. Mampu menjelaskan level ketinggian minimal dan jenis blok yang diinginkan termasuk
dermatom yang dipengaruhinya, untuk masing-masing tindakan operasi yang akan
dilakukan.
q. Mampu menyebutkan jenis obat, dosis, konsentrasi, pengenceran, mula kerja, lama kerja
obat anestesi lokal yang dapat dipakai untuk anestesia subarahnoid, serta jenis ajuvan yang
dapat mempengaruhi atau membantu kerja obat anestesia lokal.
r. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran obat, ketinggian blok
anestesia subarahnoid, mula dan masa kerja anestesia subarahnoid
s. Mampu menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi pada anestesia subarahnoid dan
anestesia regional intravena, cara mencegah dan mengatasi komplikasi tersebut.
Psikomotor
a. Mampu memilih dan mempersiapkan jenis obat anestesi lokal yang akan dipakai dengan
dosis, konsentrasi dan pengenceran, penambahan adjuvan yang sesuai dengan indikasi dan
kebutuhan.
b. Mampu menjaga sterilitas dan melakukan penyimpanan obat anestesi lokal dengan baik dan
benar.
c. Mampu mengenali tanda-tanda klinis dan melakukan pemeriksaan adanya hambatan
sensorik dan motorik saat obat anestesi lokal mulai bekerja atau akan habis.
d. Mengenali tanda- tanda klinis , dan mampu mencegah dan melakukan penatalaksanaan efek
samping dan toksisitas obat anestesia lokal.
e. Mampu melakukan persiapan preoperatif yaitu kunjugan preanestesia, memilih pasien yang
sesuai untuk tindakan anestesia subarahnoid dan anestesia regional intravena, dan
mengidentifikasi kelainan atau penyakit pasien yang akan mempengaruhi jalannya anestesia
subarahnoid dan anestesia regional intravena.
f. Mampu melakukan persiapan alat (alat anestesia subarahnoid , alat anestesia regional
intravena dan alat resusitasi) , monitor , dan obat –obatan (anestesi lokal, ajuvan, obat
resusitasi) untuk anestesia subarahnoid dan anestesia regional intravena.
g. Mampu melakukan prosedur tindakan anestesia subarahnoid dan anestesia regional
intravena yang baik dan benar
h. Mampu melakukan prosedur anestesia subarahnoid dengan berbagai posisi pasien dan
melalui pendekatan midline dan paramedian
i. Mampu memeriksa level ketinggian minimal dan jenis blok pada anestesia subarahnoid
yang diinginkan termasuk dermatom yang dipengaruhinya, untuk masing-masing tindakan
operasi yang akan dilakukan.
j. Mampu menyiapkan berbagai jenis obat, dosis, konsentrasi, pengenceran dan memakai
berbagai jenis obat anestesi lokal yang dapat dipakai untuk anestesia subarahnoiddan
anestesia regional intravena, serta jenis adjuvan yang dapat mempengaruhi atau membantu
kerja obat anestesia lokal.
k. Mampu melakukan pemantauan pasien dalam anestesia subarahnoid dan anestesia regional
intravena
l. Mampu mengenali komplikasi yang terjadi pada anestesia subarahnoid dan anestesia
regional intravena, melakukan pencegahan dan mengatasi komplikasi yang tersebut
Ketrampilan komunikasi interpersonal
a. Mampu menjelaskan kepada pasien, keluarga pasien dan teman sejawat operator tentang
manfaat, efek yang ditimbulkan anestesia subarahnoid dan anestesia regional intravena dan
resiko yang dapat timbul dari pemberiannya
b. Berkomunikasi dengan pasien dan sejawat operator bila timbul efek samping.
c. Mampu berkomunikasi dengan sejawat operator tentang kondisi pasien sebelum, selama dan
sesudah operasi, terutama bila terjadi keadaan yang tidak diinginkan, untuk kerjasama dalam
mengelola pasien.
d. Mampu memberikan kepercayaan pada pasien tentang rasa tidak nyaman yang dapat timbul,
penanggulangan nyeri dan penatalaksanaan pasca bedah.
Profesionalisme
a. Mampu bekerja sesuai prosedur dengan efisien.
b. Mampu memberikan kemudahan kepada operator saat operasi.
c. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain maupun tenaga paramedik dan tenaga medis lain
atas dasar menghargai kompetensi masing-masing.
d. Mampu memahami, memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang kondisi
pasien sesuai hak pasien.
KEYNOTES:
1. Hampir semua obat anestesi lokal memblok terowongan Na dari sisi sebelah dalam sel,
mencegah aktivasi terowongan dan terjadi Na influks secara selintas yang banyak dan
dihubungkan dengan depolarisasi membran. Konduksi impuls melambat, kecepatan
peningkatan dan besarnya aksi potensial menurun, dam ambang untuk eksitasi meningkat
dengan cepat sampai aksi potensial yang dihasilkan tidak lebih lama dan perambatan impuls
berakhir.
2. Tidak semua serabut saraf dipengaruhi obat anestesi lokal dengan akibat yang sama.
Sensitivitas terhadap blokade ditentukan oleh diameter akson, tebalnya meilinisasi, dan
berbagai faktor anatomi dan fisiologis lain.
3. Potensi berkorelasi dengan kelarutan dalam lemak, itu adalah kemampuan molekul obat
anestesi lokal untuk menembus membran, yang merupakan lingkungan yang hidrophobic.
4. Mula kerja bergantung pada banyak faktor, termasuk kelarutan dalam lemak dan konsentrasi
relatif bentuk non-ion yang larut dalam lemak (B) dan bentuk ion yang larut dalam air (BH+),
yang ditunjukkan dengan pKa. Obat anestesi lokal dengan nilai pKa hampir sama dengan pH
fisiologis, mempunyai konsentrasi basa non-ion yang lebih tinggi yang dapat menembus
membran sel saraf, dan umumnya mempunyai onset yang lebih cepat.
5. Lama kerja umumnya berkorelasi dengan kelarutan dalam lemak. Lebih tinggi kelarutan obat
anestesi lokal dalam lemak lebih panjang lama kerjanya, kemungkinan disebabkan karena
sedikit diambil oleh aliran darah.
6. Disebabkan karena obat anestesi lokal disuntikkan sangat dekat ke site of action, gambaran
farmakokinetik umumnya lebih penting ditentukan oleh eliminasi dan toksisitas daripada
efek klinis.
7. Kecepatan absorpsi sistemik adalah sebanding dengan vaskularisasi tempat suntikan:
intravena > tracheal > interkostal > caudal > paraservical > epidural > flekus brachialis >
sciatic > subkutan.
8. Obat anestesi lokal golongan ester terutama dimetabolisme oleh pseudocholinesterase. Obat
anestesi lokal golongan amid dimetabolisme (N-dealkilasi dan hidroksilasi) oleh enzym
microsomal P-450 dalam liver.
9. Susunan saraf pusat tempat dari tanda permulaan dari overdosis pada pasien yang sadar.
Tanda dini adalah rasa baal, parestesi lidah, dan pusing. Keluhan perasaan berupa tinitus, dan
pandangan kabur. Gejala eksitatori (misalnya gelisah, agitasi, cemas, paranoid) sering
mendahuli depresi SSP (misalnya bicara seperti menelan, ngantuk, dan tidak sadar).
Twitching otot merupakan petanda akan terjadinya kejang tonik-klonik.
10. Toksisitas kardiovaskuler yang berat umumnya memerlukan 3 kali konsentrasi dalam darah
yang menimbulkan kejang. Aritmia jantung atau kolaps sirkulasi merupakan tanda yang
biasa pada overdosis obat anestesi lokal selama anestesi umum.
11. Suntikan intravaskuler yang tidak disengaja dari bupivakain selama anestesi reguional
menimbulkan reaksi kardiotoksik yang berat, termasuk hipotensi, AV blok, irama
idioventrikuler, dan aritmia yang mengancam nyawa seperti ventricular takikardia dan
fibrilasi.
12. Reaksi hipersensitivitas yang betul-betul disebabkan oleh obat anestesi lokal—seperti dari
toksisitas sistemik yang disebabkan karena konsentrasi plasma yang besar—adalah jarang
terjadi. Golongan ester lebih sering menimbulkan reaksi alergi disebabkan karena golongan
ester merupakan derivat para aminobenzoic acid yang diketahui merupakan suatu alergen.
13. Spinal, epidural dan caudal blok juga disebut sebagai Neuroaxial anestesi. Setiap blok ini
dapat dilakukan dengan suntikan tunggal atau dengan kateter sehingga dapat dilakukan
pemberian secara intermiten atau kontinu.
14. Melakukan tusukan lumbal (subarachnoid) harus dibawah L1 pada dewasa (L3 pada anak)
untuk menghindari kemungkinan trauma oleh jarum pada medulla spinalis.
15. Tempat kerja utama blok neuroaxial adalah pada nerve root (radiks saraf).
16. Terdapat perbedaan blokade pada blokade simpatis (sensitivitas temperatur) 2 segmen lebih
tinggi dari blok sensoris (nyeri, raba halus), dan 2 segmen lebih tinggi daripada blokade
motoris. Sensoris 2 segmen lebih tinggi dari motoris.
17. Interupsi transmisi eferen otonom pada radiks nerves spinalis dapat menimbulkan blokade
simpatis dan parasimpatis.
18. Blokade neuroaxial dapat menurunkan tekanan darah yang disertai penurunan denyut jantung
dan kontraksi jantung.
19. Efek kardiovaskuler yang berbahaya harus diantisipasi untuk mengurangi derajat hipotensi.
Loading volume 10-20 ml/kg intravena pada pasien sehat untuk mengkompensasi pooling
vena.
20. Bradikardia harus diterapi dengan sulfas atropin, dan hipotensi diterapi dengan vasopressor.
GAMBARAN UMUM
Untuk dapat melakukan anestesi regional diperlukan pengetahuan dan ketrampilan tentang
farmakologi obat anestesi lokal, mekanisme terjadi blok saraf, teknik melakukan anestesi regional,
mencegah dan melakukan terapi bila ada komplikasi
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan mampu melakukan dan memehami:
1. Farmakologi Obat Anestesi Lokal
2. Anestesia subarahnoid
3. Anestesia regional intravena
METODE PEMBELAJARAN
-
-
-
Kuliah Persiapan Preanestesia Regional, Farmakologi Obat Anestesi Lokal, Monitoring
Anestesia Regional, Anestesia subarahnoid dan Anestesia Regional Intravena dilakukan pada
semester 1
Pelatihan di skill lab anestesia subarahnoid pada manekin subarahnoid dilakukan semester 1
Pelatihan di skill lab anestesia regional intravena dengan menggunakan manekin
Pelatihan di kamar bedah anestesia subarahnoid dan anestesia regional intravena pada pasien
dilakukan semester 1 mulai dari minggu ke 18 dan semester 2, dengan bimbingan dan
pengawasan staf pengajar.
Diskusi dan laporan tentang masalah yang timbul pada anestesia subarahnoid sesuai sasaran
pembelajaran.
Kuliah partisipatif
Tugas tulisan (tinjauan pustaka) dan tugas baca
Laporan kasus
Diskusi kelompok
Demonstrasi dan bedside teaching
Tutorial individual
MEDIA
-
Papan tulis
Komputer
LCD dan slide projector
Pasien di kamar bedah.
ALAT BANTU PEMBELAJARAN
-
Manekin anestesia regional
Manekin pemasangan kateter intravena
EVALUASI
Pretest
1.Jelaskan jenis-jenis obat anestesi lokal.
a. Jelaskan mekanisme kerja dan sifat obat anestesi lokal.
2. Jelaskan jenis-jenis serabut syaraf yang dihambat serta jenis hambatan motorik dan sensorik
yang dihasilkan dan cara pengecekkannya.
3. Jelaskan faktor-faktor patofisiologi yang mempengaruhi kerja obat anestesi lokal.
4. Jelaskan dosis, dosis maksimum, mula kerja, masa kerja, cara pemberian masing-masing obat
anestesi lokal.
5. Jelaskan penggunaan klinik masing-masing obat anestesi lokal termasuk bentuk preparasinya,
penambahan dengan adjuvan lain.
6. Jelaskan berbagai efek samping dan toksisitas yang dapat ditimbulkan obat anestesi lokal beserta
tanda-tanda klinisnya.
7. Jelaskan cara mencegah dan menangani komplikasinya akibat pemberian obat anestesi lokal.
8. Jelaskan anatomi tulang belakang dan rongga subarahnoid
9. Jelaskan perubahan fisiologi yang terjadi pada anestesia subarahnoid
10.Jelaskan berbagai teori timbulnya tekanan negatif pada rongga epidural.
11. Jelaskan mekanisme kerja obat anestesi lokal pada anestesia subarahnoid dan anestesia
regional intravena.
10. Jelaskan persiapan preoperatif termasuk kunjugan preanestesi dan mengidentifikasi kelainan
atau penyakit pasien yang akan mempengaruhi jalannya anestesia spinal dan anesteia regional
intravena
11. Jelaskan persiapan alat dan obat yang akan dipakai untuk anestesia subarahnoid dan anestesia
regional intravena.
12. Jelaskan prosedur tindakan anestesia subarahnoid dan anestesia regional intravena yang baik
dan benar.
13. Sebutkan beberapa cara penusukkan jarum spinal
14. Jelaskan level ketinggian minimal dan yang diinginkan termasuk dermatom yang
dipengaruhinya, untuk masing-masing tindakan operasi yang akan dilakukan.
15. Jelaskan indikasi dan kontraindikasi tindakan anestesia spinal dan anestesia regional intravena
16. Sebutkan dan jelaskan jenis obat, dosis, konsentrasi, pengenceran, mula kerja, lama kerja obat
anestesi lokal yang dapat dipakai untuk anestesia spinal dan anestesia regional intravena serta
jenis ajuvan yang dapat mempengaruhi atau membantu kerja obat anestesia lokal.
17. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi mula dan masa kerja, penyebaran obat, ketinggian
blok anestesia subarahnoid.
18. Jelaskan komplikasi yang dapat terjadi pada anestesia spinal dan anestesia regional intravena,
tanda –tanda dan gejala, cara mencegah dan mengatasi komplikasi tersebut.
Kognitif
-
EMQ (Extended Medical Question)
Multiple observation and assessments
Multiple observers
OSCE (Objective Structure Clinical Examination)
Minicheck
Skill
Multiple observation and assessments
- Multiple observers
- OSCE (Objective Structure Clinical Examination)
- Minicheck
Communication and Interpersonal Skills
Multiple observation and assessments
- Multiple observers
Professionalism
Multiple observation and assessments
- Multiple observers
Knowledge
-
MCQ (pretest)
EMQ (Extended Medical Question)
Daftar Cek Penuntun Belajar Anestesia Blok Subarahnoid
No
Prosedur Anestesia Blok
Subarahnoid
(pendekatan cara midline)
PERSIAPAN PRA ANESTESIA
1
Informed consent
2
Pemeriksaan fisik dan lab
Sudah
dikerjakan
Belum
dikerjakan
3
Pemeriksaan tambahan
PROSEDUR ANESTESIA
SUBARAHNOID
1
Periksa kesiapan alat dan obat yang
diperlukan
2
Siapkan kelengkapan tindakan untuk
asepsis dan antisepsis
3
Pasang monitor standar pada pasien dan
amati tanda vital pasien
4
Pasang jalur intravena pada pasien
5
Posisikan pasien lateral dekubitus atau
duduk, ganjal bahu dan kepala pasien
bila diposisikan lateral dekubitus.
6
Tentukan landmark celah antara L2-3,
L3-4 atau L4-5. Celah antara L3-4 atau
prosesus spinosus L4 tegak lurus dari
spina iliaka anterior superior.
7
Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis
pada landmark yang ditentukan.
8
Berikan anestesi lokal pada celah yang
akan dilakukan penusukan jarum spinal.
9
Lakukan penusukan jarum spinal (atau
introduser) pada celah yang telah diberi
anestesi lokal. Penusukan jarum harus
sejajar dengan prosesus spinosus atau
sedikit membentuk sudut kearah
sefalad, dengan arah bevel ke lateral
atau sefalad.
10
Dorong jarum sampai melewati
resistensi ligamentum flavum dan dura,
terasa loss of resistence pada rongga
subarahnoid.
11
Cabut mandren jarum, dan pastikan
posisi jarum sudah tepat yang ditandai
dengan mengalir keluar cairan
cerebrospinal yang bening. Jarum dapat
dirotasikan 90° untuk memastikan
kelancaran liquor yang keluar.
Penusukkan harus diulang bila liquor
tidak keluar atau keluar darah.
12
Sambungkan jarum dengan spuit berisi
obat anestesi lokal yang sudah
dipersiapkan. Aspirasi sedikit liquor,
bila lancar suntikan obat anestesi lokal
secara perlahan. Lakukan aspirasi ulang
untuk memastikan ujung jarum tetap
pada posisi yang tepat dan suntikan
kembali obat.
13
Setelah selesai cabut jarum dan
kembalikan posisi pasien sesuai dengan
yang diinginkan.
Cara penyuntikkan paramedian pada
dasarnya sama seperti diatas, hanya
jarum spinal disuntikkan pada 1,5 cm
lateral dan 1cm kaudal dari celah
penyuntikkan yang dituju.
DURANTE ANESTESIA
SUBARAHNOID
1
Monitor ABC dan ketinggian blok
2
Amati perubahan fisiologis yang terjadi
, pencegahan dan penatalaksanaannya
3
Komplikasi yang terjadi, pencegahan
dan penatalaksanaannya
4
Penatalaksanaan bila blok tidak adekuat
PASCA BEDAH
1
Monitor ABC di ruang pulih
2
Pasien dikembalikan ke ruang rawat
3
Komplikasi yang terjadi, pencegahan
dan penatalaksanaan
Daftar Cek Penuntun Belajar Anestesia Regional Intravena
No
Prosedur Anestesia Blok
Regional Intravena
Sudah
dikerjakan
PERSIAPAN PRA ANESTESIA
1
Informed consent
2
Pemeriksaan fisik dan lab
3
Pemeriksaan tambahan
PROSEDUR ANESTESIA
REGIONAL INTRAVENA
1
Periksa kesiapan alat dan obat yang
diperlukan dan cek kesiapan alat
2
Siapkan kelengkapan tindakan untuk
asepsis dan antisepsis
3
Pasang monitor standar pada pasien dan
amati tanda vital pasien
4
Pasang jalur intravena pada ekstremitas
lain yang tidak diblok
5
Premedikasi bila perlu
6
Posisikan pasien dengan ekstremitas
yang akan diblok dielevasi selama 1-2
menit
7
Lengan dibalut dengan vellband dan
tourniquet duoble cuff dipasang pada
bagian proksimal ekstremitas yang
diblok
8
Kateter intravena 22 G dipasang pada
dorsum manus atau dorsum pedis pada
lengan/kaki yang akan diblok
9
Elevasi ekstremitas 1 menit untuk
exsanguinasi
Belum
dikerjakan
10
Pembalut Esmarch dipasang dengan
baik secara sistematis dari ujung jari
sampai cuff distal
11
Inflasikan cuff distal sampai 300 mmHg
12
Inflasikan cuff proksimal sampai 300
mmHg
13
Deflasikan cuff distal
14
Pembalut Esmarch dilepaskan
15
Cek ekstremitas untuk warna (pucat)
dan oklusi arteri (tidak ada denyut
arteri)
16
Ekstremitas diturunkan, obat anestesia
lokal disuntikkan melalui kateter
intravena pada ekstremitas yang akan
diblok
DURANTE ANESTESIA
REGIONAL INTRAVENA
1
Monitor ABC
2
Penatalaksanaan rasa tidak nyaman
pasien selama anestesia regional
intravena
3
Komplikasi yang terjadi, pencegahan
dan penatalaksanaannya
4
Penatalaksanaan bila durasi blok akan
habis
PASCA BEDAH
1
Lepaskan tourniquet pelan dan bertahap
2
Monitor ABC di ruang pulih
3
Pasien dikembalikan ke ruang rawat
DAFTAR TILIK
Berikan tanda ✓ dalam kotak yang tersedia bila keterampilan/tugas telah dikerjakan dengan
memuaskan, dan berikan tanda  bila tidak dikerjakan dengan memuaskan serta T/D bila tidak
dilakukan pengamatan
✓
Memuaskan
Langkah/ tugas dikerjakan sesuai dengan prosedur standar atau penuntun

Tidak
memuaskan
Tidak mampu untuk mengerjakan langkah/ tugas sesuai dengan prosedur
standar atau penuntun
T/D
Tidak diamati
Langkah, tugas atau ketrampilan tidak dilakukan oleh peserta latih selama
penilaian oleh pelatih
Nama peserta didik
Tanggal
Nama pasien
No Rekam Medis
DAFTAR TILIK
Kesempatan ke
No
Kegiatan / langkah klinik
1
2
3
4
5
Peserta dinyatakan :
 Layak
 Tidak layak
melakukan prosedur
Tanda tangan dan nama terang
Tanda tangan pelatih
MODUL 10
ANESTESI REGIONAL II
Mengembangkan Kompetensi
Waktu (Semester 3)
Sesi di dalam kelas
2 X 1 jam (classroom session)
Sesi dengan fasilitasi Pembimbing
3 X 2 (coaching session)
Sesi praktik dan pencapaian kompetensi
4 minggu (facilitation & assessment)
PERSIAPAN SESI
Audiovisual Aid:
1. LCD Projector dan screen
2. Laptop
3. OHP
4. Flipchart
5. Video player
Materi presentasi:
CD PowerPoint
Sarana:
1. Ruang belajar
2. Ruang pemeriksaan
3. Ruang Pulih
4. Bangsal Rawat Inap/Pengamatan Lanjut
Kasus : pasien di ruang PACU
Alat Bantu Latih : Model anatomi /Simulator
Penuntun Belajar : lihat acuan materi
Daftar Tilik Kompetensi : lihat daftar tilik
TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi fungsional , fisiologi
anestesia epidural , kaudal dan anestesia regional blok perifer, dapat melakukan anestesia anestesia
epidural , kaudal dan anestesia regional blok perifer secara baik dan benar, melakukan
penatalaksanaan komplikasi anestesia epidural , kaudal dan anestesia regional blok perifer
TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik mampu untuk :
Kognitif
a. Mampu menjelaskan anatomi tulang belakang, medula spinalis dan rongga epidural,lapisanlapisannya mulai dari kulit, ligamen-ligamen, sampai ke rongga epidural, regio sakralis,
hiatus sakralis, fungsional anatomi pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral
b. Mampu menjelaskan perubahan fisiologi yang terjadi pada anestesia epidural, kaudal,
pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral.
c. Mampu menjelaskan berbagai teori timbulnya tekanan negatif pada rongga epidural.
d. Mampu menjelaskan mekanisme kerja obat anestesia lokal pada anestesia epidural, kaudal
,blok pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral .
e. Mampu menjelaskan persiapan preoperatif termasuk kunjugan preanestesi dan
mengidentifikasi kelainan atau penyakit pasien yang akan mempengaruhi jalannya anestesia
epidural, kaudal, blok perifer pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral.
f. Mampu menjelaskan rencana penatalaksanaan anestesia epidural, kaudal, blok perifer pleksus
brakhialis dan pleksus lumbosakral untuk prosedur bedah yang akan dilakukan.
g. Mampu menjelaskan persiapan alat dan obat yang akan dipakai untuk anestesia epidural,
kaudal, blok pleksus brakhialis dan blok pleksus lumbosakral .
h. Mampu menjelaskan cara kerja nerve- stimulator dan metode lainnya untuk identifikasi
syaraf , keuntungan dan keugiannya
i. Mampu menjelaskan prosedur tindakan anestesia epidural, kaudal, berbagai pendekatan blok
pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral yang baik dan benar.
j. Mampu menyebutkan beberapa cara pemasangan jarum epidural .
k. Mampu menjelaskan level ketinggian minimal dan jenis blok yang diinginkan termasuk
dermatom yang dipengaruhinya, untuk masing-masing tindakan operasi yang akan
dilakukan.
l. Mampu menjelaskan indikasi dan kontraindikasi tindakan anestesia epidural, kaudal, blok
pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral.
m.
Mampu menyebutkan jenis obat, dosis, konsentrasi, pengenceran, mula kerja, lama
kerja obat anestesi lokal yang dapat dipakai untuk anestesia epidural, kaudal, blok pleksus
brakhialis dan pleksus lumbosakral serta jenis ajuvan yang dapat mempengaruhi atau
membantu kerja obat anestesia lokal.
n. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran obat, ketinggian blok
anestesia epidural,dan kaudal
o. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi mula dan masa kerja obat pada
anestesia epidural, kaudal, blok pleksus brakhialis dan blok pleksus lumbosakral
p. Mampu menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi pada anestesia epidural, kaudal, blok
pleksus brakhialis dan blok pleksus lumbosakral, tanda- tanda dan gejala, cara mencegah dan
mengatasi komplikasi tersebut.
q. Mampu menjelaskan penatalaksanaan pencabutan kateter epidural pada pasien yang
mendapat terapi antikoagulan.
Psikomotor
a. Mampu melakukan persiapan preoperatif termasuk kunjugan preanestesi ,memilih pasien
yang sesuai untuk anestesia epidural lumbal , kaudal, blok pleksus brakhialis dan pleksus
lumbosakral , dan mengidentifikasi kelainan atau penyakit pasien yang akan mempengaruhi
jalannya anestesia.
b. Mampu melakukan persiapan alat (alat anestesia epidural, kaudal ,blok perifer dan alat
resusitasi) dan obat (anestesia lokal, ajuvan, obat resusitasi) untuk anestesia epidural lumbal,
kaudal, blok perifer dan blok pleksus lumbosakral dengan baik dan benar.
c. Mampu melakukan prosedur tindakan anestesia epidural lumbal , kaudal , blok pleksus
brakhialis, blok pleksus lumbosakral yang baik dan benar dengan berbagai cara pendekatan.
d. Mampu memeriksa level ketinggian minimal dan jenis blok yang diinginkan termasuk
dermatom, miotom dan osteotom yang dipengaruhinya pada anestesia epidural lumbal,
kaudal, blok pleksus brakhialis, blok pleksus lumbosakral sehingga sesuai untuk kebutuhan
masing-masing tindakan operasi yang akan dilakukan.
e. Mampu menyiapkan berbagai jenis obat, dosis, konsentrasi, pengenceran dan memakai
berbagai jenis obat anestesi lokal yang dapat dipakai untuk anestesia epidural lumbal, kaudal,
blok pleksus brakhialis, blok pleksus lumbosakral, serta jenis ajuvan yang dapat
mempengaruhi atau membantu kerja obat anestesia lokal.
f. Mampu melakukan monitor pasien dalam anestesia epidural lumbal, kaudal, blok pleksus
brakhialis, blok pleksus lumbosakral
g. Mampu mengenali perubahan fisiologis yang terjadi pada anestesia epidural lumbal, blok
kaudal, blok pleksus brakhialis , blok pleksus lumbosakral dan penatalaksanaannya
h. Mampu mengenali tanda- tanda dini komplikasi yang terjadi pada anestesia epidural lumbal,
kaudal, blok pleksus brakhialis, blok pleksus lumbosakral ,melakukan pencegahan dan
mengatasi komplikasi tersebut.
i. Mampu melakukan pencabutan kateter epidural dengan benar terutama pada pasien yang
mendapat terapi antikoagulan.
Komunikasi/Hubungan interpersonal
a. Mampu menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang kondisi pasien preoperatif
manfaat dan resiko tindakan anestesia epidural, kaudal, blok pleksus brakhialis, blok pleksus
lumbosakral untuk mendapatkan informed consent.
b. Mampu menjelaskan kepada sejawat senior atau konsulen tentang kondisi pasien untuk
kemungkinan pemeriksaan tambahan, pemberian obat-obatan atau upaya optimalisasi kondisi
pasien.
c. Mampu berkomunikasi dengan sejawat operator tentang kondisi pasien sebelum, selama dan
sesudah operasi, terutama bila terjadi keadaan yang tidak diinginkan, untuk kerjasama dalam
mengelola pasien.
d. Mampu memberikan kepercayaan pada pasien tentang rasa tidak nyaman yang dapat timbul,
penanggulangan nyeri dan penatalaksanaan pasca bedah.
Profesionalisme
a. Mampu bekerja sesuai prosedur dengan efisien.
b. Mampu memberikan kemudahan kepada operator saat operasi.
c. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain maupun tenaga paramedik dan tenaga medis lain
atas dasar menghargai kompetensi masing-masing.
d. Mampu memahami, memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang kondisi
pasien sesuai hak pasien
KEYNOTES:
1. Spinal, epidural dan caudal blok juga disebut sebagai Neuroaxial anestesi. Setiap blok ini
dapat dilakukan dengan suntikan tunggal atau dengan kateter sehingga dapat dilakukan
pemberian secara intermiten atau kontinu.
2. Melakukan tusukan lumbal (subarachnoid) harus dibawah L1 pada dewasa (L3 pada anak)
untuk menghindari kemungkinan trauma oleh jarum pada medulla spinalis.
3. Tempat kerja utama blok neuroaxial adalah pada nerve root (radiks saraf).
4. Terdapat perbedaan blokade pada blokade simpatis (sensitivitas temperatur) 2 segmen lebih
tinggi dari blok sensoris (nyeri, raba halus), dan 2 segmen lebih tinggi daripada blokade
motoris. Sensoris 2 segmen lebih tinggi dari motoris.
5. Interupsi transmisi eferen otonom pada radiks nerves spinalis dapat menimbulkan blokade
simpatis dan parasimpatis.
6. Blokade neuroaxial dapat menurunkan tekanan darah yang disertai penurunan denyut jantung
dan kontraksi jantung.
7. Efek kardiovaskuler yang berbahaya harus diantisipasi untuk mengurangi derajat hipotensi.
Loading volume 10-20 ml/kg intravena pada pasien sehat untuk mengkompensasi pooling
vena.
8. Bradikardia harus diterapi dengan sulfas atropin, dan hipotensi diterapi dengan vasopressor.
9. Kontraindikasi neuroaxial blokade adalah pasien menolak, gangguan perdarahan, hipovolemia
berat, peningkatan tekanan intrakranial, infeksi di tempat suntikan, penyakit katup jantung
stenosis berat atau obstruksi outflow ventricular.
10. Untuk anestesi epidural, hilangnya tahanan yang tiba-tiba menunjukkan jarum masuk rongga
epidural. Untuk spinal anestesi ditandai dengan keluarnya liquor serebrospinalis.
11. Epidural anestesi adalah suatu teknik neuroaksial yang tempat pemasangannya mempunyai
rentang yang lebih luas daripada Spinal Anestesi. Epidural blok dapat dilakukan pada level
lumbal, torakal, cervical.
12. Epidural teknik digunakan secara luas untuk anestesi operasi, obstetri analgesia, pengelolaan
nyeri pascabedah, pengelolaan nyeri kronis.
13. Onset epidural anestesi lebih lambat (10-20 menit), dan kurang dalam dibandingkan dengan
spinal anestesi.
14. Kuantitas (volume dan konsentrasi) obat anestesi lokal yang diperlukan untuk epidural
anestesi lebih banyak dibandingkan dengan spinal anestesi. Toksisitas yang nyata dapat terjadi
bila jumlah tersebut disuntikkan intratekal atau intravena. Panduan yang aman adalah
gunakan test dose dan berikan secara incremental.
15. Epidural Caudal anestesi adalah salah satu teknik regional anestesi yang sering digunakan
pada pasien pediatrik.
GAMBARAN UMUM
Untuk dapat melakukan anestesi regional spinal atau eidural lumbal/epidural caudal diperlukan
pengetahuan dan ketrampilan dalam anatomi, farmakologi obat, komplikasi akaibat obat anestesi,
pemasangan alat, dan komplikasi akibat perubahan fisiologis yang besar.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan mampu melakukan:
1.
2.
3.
4.
Anestesia epidural lumbal
Blok kaudal
Blok pleksus brakhialis pendekatan interskalenus dan aksilaris
Blok pleksus lumbosakral : blok sciatic, blok femoralis, blok poplitea
METODE PEMBELAJARAN
-
-
Kuliah Persiapan Anestesia Epidural , Blok Kaudal, Blok Pleksus Brakhialis, Blok Pleksus
lumbosakral dilakukan pada semester 3
Pelatihan di skill lab anestesia epidural lumbal dan blok kaudal pada manekin epidural
dilakukan semester 3
Pelatihan di skill lab dengan sukarelawan untuk menggambar landmark blok plesus brakhialis
dan blok pleksus lumbosakral
Pelatihan di kamar bedah anestesia epidural lumbal, blok kaudal, blok pleksus brakhialis dan
blok pleksus lumbosakral pada pasien dilakukan semester 3 dan selanjutnya terintegrasi
dengan rotasi lainnya, dengan bimbingan dan pengawasan staf pengajar.
Diskusi dan laporan tentang masalah yang timbul pada anestesia epidural lumbal , blok
kaudal, blok pleksus brakhialis dan blok pleksus lumbosakral sesuai sasaran pembelajaran.
Kuliah partisipatif
Tugas tulisan (tinjauan pustaka) dan tugas baca
Laporan kasus
Diskusi kelompok
-
Demonstrasi dan bedside teaching
Tutorial individual
MEDIA
-
Papan tulis
Komputer
LCD dan slide projector
Pasien di kamar bedah.
Sukarelawan
ALAT BANTU PEMBELAJARAN
-
Manekin anestesia epidural
EVALUASI
Pretest
1.Jelaskan anatomi tulang belakang dan rongga epidural
2. Jelaskan anatomi regio sakralis, hiatus sakralis dan variasinya
3. Jelaskan anatomi dan dermatom, osteotom, miotom yang disyarafi pleksus brakhialis dan
cabang- cabangnya
4. Jelaskan anatomi dan dermatom, osteotom, miotom yang disyarafi pleksus lumbosakral dan
cabang- cabangnya
5. Jelaskan perubahan fisiologi yang terjadi pada anestesia epidural
6. Jelaskan perubahan fisiologi yang terjadi pada blok kaudal
7. Jelaskan berbagai teori timbulnya tekanan negatif pada rongga epidural.
8. Jelaskan mekanisme kerja obat anestesi lokal pada anestesia epidural, blok kaudal, blok
pleksus brakhialis dan blok pleksus lumbosakral
9. Jelaskan persiapan preoperatif termasuk kunjugan preanestesi, pemilihan pasien yang sesuai
dan mengidentifikasi kelainan atau penyakit pasien yang akan mempengaruhi jalannya
anestesia epidural, blok kaudal, blok pleksus brakhialis dan blok pleksus lumbosakral
10. Jelaskan persiapan alat dan obat yang akan dipakai untuk anestesia epidural, blok kaudal, blok
pleksus brakhialis, dan blok pleksus lumbosakral .
11. Jelaskan prosedur tindakan anestesia epidural dan blok kaudal yang baik dan benar.
12. Jelaskan prosedur tindakan anestesia blok pleksus brakhialis pendekatan interskalenus dan
aksilaris dengan menggunakan nerve stimulator yang baik dan benar
13. Jelaskan prosedur tindakan anestesia blok pleksus lumbosakral : blok sciatic, blok femoralis,
blok poplitea dengan menggunakan nerve stimulator yang baik dan benar
14. Sebutkan beberapa cara penusukan jarum epidural
15. Jelaskan level ketinggian minimal dan yang diinginkan termasuk dermatom , osteotom,
miotom yang dipengaruhinya untuk anestesia epidural, blok kaudal, blok pleksus brakhialis,
blok pleksus lumbosakral untuk masing-masing tindakan operasi yang akan dilakukan.
16. Jelaskan indikasi dan kontraindikasi tindakan anestesia epidural, blok kaudal, blok pleksus
brakhialis (interskalenus dan aksilaris), blok pleksus lumbosakral (sciatic, femoral, poplitea)
17. Sebutkan dan jelaskan jenis obat, dosis, konsentrasi, pengenceran, mula kerja, lama kerja obat
anestesi lokal yang dapat dipakai untuk anestesia epidural, blok kaudal, blok pleksus
brakhialis (interskalenus, aksilaris) dan blok pleksus lumbosakral ( sciatic, femoral, poplitea)
serta jenis ajuvan yang dapat mempengaruhi atau membantu kerja obat anestesia lokal.
18. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi mula dan masa kerja, penyebaran obat, penyebaran
dan intensitas blok anestesia epidural, blok kaudal, blok pleksus brakhialis, blok pleksus
lumbosakral .
19. Jelaskan komplikasi yang dapat terjadi pada anestesia epidural, blok kaudal, blok pleksus
brakhialis (interskalenus , aksilaris), blok pleksus lumbosakral (sciatic, femoralis, poplitea),
tanda –tanda dan gejala, cara mencegah dan mengatasi komplikasi tersebut.
Kognitif
-
EMQ (Extended Medical Question)
Multiple observation and assessments
Multiple observers
OSCE (Objective Structure Clinical Examination)
Minicheck
Skill
Multiple observation and assessments
- Multiple observers
- OSCE (Objective Structure Clinical Examination)
- Minicheck
Communication and Interpersonal Skills
Multiple observation and assessments
- Multiple observers
Professionalism
Multiple observation and assessments
- Multiple observers
Knowledge
-
MCQ (pretest)
EMQ (Extended Medical Question)
Daftar Cek Penuntun Belajar Anestesia Epidural Lumbal Tehnik Loss of Resistance
No
Prosedur Anestesia Blok
Epidural
(pendekatan cara midline)
PERSIAPAN PRA ANESTESIA
1
Informed consent
2
Pemeriksaan fisik dan lab
Sudah
dikerjakan
Belum
dikerjakan
3
Pemeriksaan tambahan
PROSEDUR ANESTESIA
EPIDURAL
1
Periksa kesiapan alat (epidural,
resusitasi) dan obat (epidural, resusitasi)
yang diperlukan
2
Siapkan kelengkapan tindakan untuk
asepsis dan antisepsis
3
Pasang monitor standar pada pasien dan
amati tanda vital pasien
4
Pasang jalur intravena pada pasien,
premedikasi bila perlu
5
Posisikan pasien lateral dekubitus atau
duduk, ganjal bahu dan kepala pasien
bila diposisikan lateral dekubitus.
6
Tentukan landmark celah antara L2-3,
L3-4 atau L4-5. Celah antara L3-4 atau
prosesus spinosus L4 tegak lurus dari
spina iliaka anterior superior.
7
Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis
pada landmark yang ditentukan.
8
Berikan anestesi lokal pada celah yang
akan dilakukan penusukan jarum Tuohy
9
Lakukan penusukan jarum Tuohy pada
celah yang telah diberi anestesi lokal
sampai jarum Tuohy terfiksasi di
ligamentum. Penusukan jarum harus
sejajar dengan prosesus spinosus atau
sedikit membentuk sudut kearah
sefalad, dengan arah bevel ke lateral
atau sefalad. Cabut stylet dan
hubungkan jarum dengan syringe yang
berisi NaCl 0,9%.
10
Dengan tangan non dominan menahan
jarum pada punggung pasien, tangan
dominan mendorong maju jarum Tuohy
pelan sambil menekan plunger syringe
sampai ujung distal jarum epidural
sampai di ruang epidural yang ditandai
dengan adanya loss of resistance.
11
Cabut syringe dan kateter epidural
dimasukkan sampai ujung kateter
melewati ujung jarum epidural
10
Cabut jarum epidural sambil
mendorong kateter epidural sedemikian
sehingga kateter tidak ikut tercabut
11
Pastikan kateter epidural yang masuk ke
ruang epidural sepanjang lebih kurang
4 cm (fiksasi di kulit : kedalaman ruang
epidural + 4 cm)
12
Sambungkan kateter dengan filter yang
sudah diisi NaCl0,9%. . Aspirasi untuk
memastikan kateter tidak masuk ruang
subarachnoid. Fiksasi kateter, tutup
dengan kasa steril/ tegaderm.
13
Lakukan test dose untuk memastikan
ujung kateter tidak terletak di ruang
subarachnoid atau intravaskular
14
Masukkan anestesia lokal dengan pelan
dan aspirasi sering
15
Cara penyuntikkan paramedian pada
dasarnya sama seperti diatas, hanya
jarum Tuohyl disuntikkan pada 1,5 cm
lateral dan 1cm kaudal dari celah
penyuntikkan yang dituju.
Cara hanging drop pada dasarnya
sama dengan tehnik loss of resistance
hanya identifikasi ruang epidural
dilakukan dengan cara mengamati
tertariknya tetesan Nacl o,9% pada hub
jarum Tuohy oleh tekanan negatif
ruang epidural
DURANTE ANESTESIA
EPIDURAL
1
Monitor ABC ,ketinggian blok,
intensitas blok
2
Amati perubahan fisiologis yang terjadi
, pencegahan dan penatalaksanaannya
3
Komplikasi yang terjadi, pencegahan
dan penatalaksanaannya
4
Penatalaksanaan bila blok tidak adekuat
5
Topping-up dose bila pembedahan
berlangsung lama
6
Monitor kenyamanan pasien dan
penatalaksanaan rasa tidak nyaman
pasien
PASCA BEDAH
1
Monitor ABC , intensitas blok di ruang
pulih
2
Pasien dikembalikan ke ruang rawat
3
Pencabutan kateter epidural
3
Komplikasi yang terjadi, pencegahan
dan penatalaksanaan
Daftar Cek Penuntun Belajar Blok Kaudal
No
Prosedur Anestesia Blok
Kaudal
Sudah
dikerjakan
PERSIAPAN PRA ANESTESIA
1
Informed consent
2
Pemeriksaan fisik dan lab
3
Pemeriksaan tambahan
Belum
dikerjakan
PROSEDUR BLOK KAUDAL
1
Periksa kesiapan alat (blok kaudal,
resusitasi) dan obat yang diperlukan
2
Siapkan kelengkapan tindakan untuk
asepsis dan antisepsis
3
Pasang monitor standar pada pasien dan
amati tanda vital pasien
4
Pasang jalur intravena pada pasien,
premedikasi bila perlu
5
Posisikan pasien pada posisi Sims
6
Identifikasi kornu sakralis dan SIPS
7
Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis
pada landmark yang ditentukan.
8
Berikan anestesi lokal pada kulit di atas
kornu sakralis
9
Lakukan penusukan jarum kateter
intravena / Tuohy dengan sudut 45
derajat dengan sacrum di antara kedua
kornu sakralis, setelah jarum dirasakan
melalui membran sacracoccygeal atau
kontak dengan bagian ventral kanalis
sacralis, jarum ditarik beberapa mm
dari periosteum, diturunkan 5 sampai
15 derajat, dan kateter diteruskan
masuk beberapa mm (bayi/anak ) atau
cm (dewasa). Perhatikan ujung jarum
tidak melewati garis imajiner yang
menghubungkan kedua SIPS
10
Cabut stylet jarum kateter intravena/
Tuohy
11
Hubungkan syringe berisi NaCl0,9%
dengan hub kateter/ Tuohy, aspirasi ,
bila negatif, injeksikan sambil
merasakan loss of resistance ruang
epidural dan meraba tidak adanya
penyuntikan intramuscular/ subkutan
13
Lakukan test dose untuk memastikan
ujung jarum tidak terletak di ruang
subarachnoid atau intravaskular
14
Masukkan anestesia lokal dengan pelan
dan aspirasi sering sambil tangan non
dominan meraba regio sakrum
DURANTE BLOK KAUDAL
1
Monitor ABC ,ketinggian blok,
intensitas blok
2
Amati perubahan fisiologis yang terjadi,
pencegahan dan penatalaksanaannya
3
Komplikasi yang terjadi, pencegahan
dan penatalaksanaannya
4
Penatalaksanaan bila blok tidak adekuat
5
Penatalaksanaan ketidaknyamanan
pasien bila ada
PASCA BEDAH
1
Monitor ABC di ruang pulih
2
Pasien dikembalikan ke ruang rawat
3
Komplikasi yang terjadi, pencegahan
dan penatalaksanaan
Daftar Cek Penuntun Belajar Blok Interskalenus Pleksus Brakhialis
No
Prosedur Anestesia Blok
Interskalenus Pleksus
Brakhialis
PERSIAPAN PRA ANESTESIA
Sudah
dikerjakan
Belum
dikerjakan
1
Informed consent
2
Pemeriksaan fisik dan lab
3
Pemeriksaan tambahan
PROSEDUR BLOK
INTERSKALENUS
1
Periksa kesiapan alat (blok perifer,
resusitasi) dan obat (blok perifer,
resusitasi) yang diperlukan dan cek
kesiapan alat
2
Siapkan kelengkapan tindakan untuk
asepsis dan antisepsis
3
Pasang monitor standar pada pasien dan
amati tanda vital pasien
4
Pasang jalur intravena pada ekstremitas
lain yang tidak diblok
5
Premedikasi bila perlu
6
Posisikan pasien dengan kepala pasien
miring ke arah sisi yang tidak diblok
7
Gambar landmark blok interskalenus :
bagian posterior otot
sternocleidomastoideus pars
clavicularis, vena jugularis eksterna,dan
clavicula. Raba otot scalenus anterior
dan medial di bagian posterior otot
sternocleidomastoideus pars clavicula,
di dekat vena jugularis eksterna
8
A dan antisepsis daerah penyuntikan
9
Anestesia lokal daerah penyuntikan
10
Jarum stimulator 2 inch dihubungkan
dengan nerve stimulator, dengan arus
1,5 mA, disuntikkan pada daerah antara
otot skalenus anterior dan medial
dengan arah sedikit caudal dan
posterior. Perhatikan jarum jangan
masuk lebih dari 2cm
11
Amati adanya respon positif berupa
twitch otot deltoid, lengan atas , lengan
bawah atau tangan. Kecilkan arus
sampai didapat twitch adekuat dengan
arus 0,2 -0,4 mA. Sesuaikan posisi
jarum bila perlu.
12
Hubungkan syringe berisi anestesia
lokal dengan jarum stimulator. Aspirasi
dan injeksikan anestesia lokal secara
pelan dan aspirasi sering
DURANTE BLOK
INTERSKALENUS PLEKSUS
BRAKHIALIS
1
Monitor ABC, intensitas blok dan
dermatom, osteotom, miotom yang
terblok
2
Penatalaksanaan rasa tidak nyaman
pasien selama blok interskalenus
pleksus brakhialis
3
Komplikasi yang terjadi, pencegahan
dan penatalaksanaannya
4
Penatalaksanaan bila blok tidak adekuat
PASCA BEDAH
1
Monitor ABC di ruang pulih
2
Pasien dikembalikan ke ruang rawat
3
Komplikasi dan penatalaksanaan
komplikasi

Catatan: Sudah / Belum dikerjakan beri tanda
Daftar Cek Penuntun Belajar Blok Aksilaris Pleksus Brakhialis
No
Prosedur Anestesia Blok
Aksilaris Pleksus Brakhialis
Sudah
dikerjakan
PERSIAPAN PRA ANESTESIA
1
Informed consent
2
Pemeriksaan fisik dan lab
3
Pemeriksaan tambahan
PROSEDUR BLOK
INTERSKALENUS
1
Periksa kesiapan alat (blok perifer ,
resusitasi)dan obat yang diperlukan dan
cek kesiapan alat
2
Siapkan kelengkapan tindakan untuk
asepsis dan antisepsis
3
Pasang monitor standar pada pasien dan
amati tanda vital pasien
4
Pasang jalur intravena pada ekstremitas
lain yang tidak diblok
5
Premedikasi bila perlu
6
Posisikan pasien dengan kepala pasien
miring ke arah sisi yang tidak diblok,
dan lengan yang akan diblok abduksi
dan fleksi di sendi siku sehingga aksila
terekspose
7
Raba denyut arteri aksilaris pada lengan
yang akan diblok
8
A dan antisepsis daerah penyuntikan
9
Anestesia lokal daerah penyuntikan
10
Jarum stimulator 2 inch dihubungkan
dengan nerve stimulator, dengan arus
1,5 mA, disuntikkan pada daerah di
Belum
dikerjakan
atas denyut arteri aksilaris
11
Amati adanya respon twitch tangan.
Kecilkan arus sampai didapat twitch
adekuat dengan arus 0,2 -0,4 mA.
Sesuaikan posisi jarum bila perlu.
12
Hubungkan syringe berisi anestesia
lokal dengan jarum stimulator. Aspirasi
dan injeksikan anestesia lokal secara
pelan dan aspirasi sering
13
Bila perlu dapat dicari respon motorik
nervus medianus, ulnaris, radialis satu
persatu.
DURANTE BLOK AKSILARIS
PLEKSUS BRAKHIALIS
1
Monitor ABC , intensitas dan
dermatom, osteotom , miotom yang
terblok
2
Penatalaksanaan rasa tidak nyaman
pasien selama blok interskalenus
pleksus brakhialis
3
Komplikasi yang terjadi, pencegahan
dan penatalaksanaannya
4
Penatalaksanaan bila blok tidak adekuat
PASCA BEDAH
1
Monitor ABC di ruang pulih
2
Pasien dikembalikan ke ruang rawat
3
Komplikasi dan penatalaksanaan
komplikasi

Catatan: Sudah / Belum dikerjakan beri tanda
Daftar Cek Penuntun Belajar Blok Sciatic Pleksus Sakralis
No
Prosedur Anestesia Blok
Sciatic Pleksus Sacralis
Sudah
dikerjakan
PERSIAPAN PRA ANESTESIA
1
Informed consent
2
Pemeriksaan fisik dan lab
3
Pemeriksaan tambahan
PROSEDUR BLOK SCIATIC
PLEKSUS SACRALIS
1
Periksa kesiapan alat (blok perifer,
resusitasi)dan obat yang diperlukan dan
cek kesiapan alat
2
Siapkan kelengkapan tindakan untuk
asepsis dan antisepsis
3
Pasang monitor standar pada pasien dan
amati tanda vital pasien
4
Pasang jalur intravena pada ekstremitas
lain yang tidak diblok
5
Premedikasi bila perlu
6
Posisikan pasien dengan posisi lateral
sedikit jatuh ke ventral dengan tungkai
yang akan diblok di sebelah atas,
dengan fleksi sendi panggul dan lutut
7
Gambar landmark blok sciatic : 4 cm
dari pertengahan garis yang
menghubungkan SIPS dan trochanter
mayor
8
A dan antisepsis daerah penyuntikan
9
Anestesia lokal daerah penyuntikan
Belum
dikerjakan
10
Jarum stimulator 4 inch dihubungkan
dengan nerve stimulator, dengan arus
1,5 mA, disuntikkan dengan arah tegak
lurus semua plana.
11
Amati adanya respon twitch otot
hamstring, betis atau kaki. Kecilkan
arus sampai didapat twitch adekuat
dengan arus 0,2 -0,4 mA. Sesuaikan
posisi jarum bila perlu.
12
Hubungkan syringe berisi anestesia
lokal dengan jarum stimulator. Aspirasi
dan injeksikan anestesia lokal secara
pelan dan aspirasi sering
DURANTE BLOK SCIATIC
PLEKSUS SACRALIS
1
Monitor ABC , intensitas dan
dermatom, osteotom , miotom yang
terblok
2
Penatalaksanaan rasa tidak nyaman
pasien selama blok
3
Komplikasi yang terjadi, pencegahan
dan penatalaksanaannya
4
Penatalaksanaan bila blok tidak adekuat
PASCA BEDAH
1
Monitor ABC di ruang pulih
2
Pasien dikembalikan ke ruang rawat
3
Komplikasi dan penatalaksanaan
komplikasi

Catatan: Sudah / Belum dikerjakan beri tanda
Daftar Cek Penuntun Belajar Blok Femoralis Pleksus Lumbalis
No
Prosedur Anestesia Blok
Femoralis Pleksus Lumbalis
Sudah
dikerjakan
PERSIAPAN PRA ANESTESIA
1
Informed consent
2
Pemeriksaan fisik dan lab
3
Pemeriksaan tambahan
PROSEDUR BLOK FEMORALIS
PLEKSUS LUMBALIS
1
Periksa kesiapan alat (blok perifer,
resusitasi) dan obat yang diperlukan dan
cek kesiapan alat
2
Siapkan kelengkapan tindakan untuk
asepsis dan antisepsis
3
Pasang monitor standar pada pasien dan
amati tanda vital pasien
4
Pasang jalur intravena pada ekstremitas
lain yang tidak diblok
5
Premedikasi bila perlu
6
Posisikan pasien supine
7
Gambar landmark blok femoralis :
lipatan inguinal da denyut arteri
femoralis
8
A dan antisepsis daerah penyuntikan
9
Anestesia lokal daerah penyuntikan
10
Jarum stimulator 2 inch dihubungkan
dengan nerve stimulator, dengan arus
1,5 mA, disuntikkan dengan arah
hampir tegak lurus tepat di sebelah
denyut arteri femoralis
Belum
dikerjakan
11
Amati adanya respon twitch otot
quadriceps femoris .Kecilkan arus
sampai didapat twitch adekuat dengan
arus 0,2 -0,4 mA. Sesuaikan posisi
jarum bila perlu.
12
Hubungkan syringe berisi anestesia
lokal dengan jarum stimulator. Aspirasi
dan injeksikan anestesia lokal secara
pelan dan aspirasi sering
DURANTE BLOK FEMORALIS
PLEKSUS LUMBALIS
1
Monitor ABC , intensitas dan
dermatom, osteotom , miotom yang
terblok
2
Penatalaksanaan rasa tidak nyaman
pasien selama blok
3
Komplikasi yang terjadi, pencegahan
dan penatalaksanaannya
4
Penatalaksanaan bila blok tidak adekuat
PASCA BEDAH
1
Monitor ABC di ruang pulih
2
Pasien dikembalikan ke ruang rawat
3
Komplikasi dan penatalaksanaan
komplikasi
Catatan: Sudah / Belum dikerjakan beri tanda

Daftar Cek Penuntun Belajar Blok Poplitea Pleksus Sakralis
No
Prosedur Anestesia Blok Poplitea
Pleksus Sakralis
Sudah
Belum
(pendekatan posterior)
PERSIAPAN PRA ANESTESIA
1
Informed consent
2
Pemeriksaan fisik dan lab
3
Pemeriksaan tambahan
PROSEDUR BLOK POPLITEA PLEKSUS
SAKRALIS
1
Periksa kesiapan alat (blok perifer, resusitasi)
dan obat yang diperlukan dan cek kesiapan alat
2
Siapkan kelengkapan tindakan untuk asepsis
dan antisepsis
3
Pasang monitor standar pada pasien dan amati
tanda vital pasien
4
Pasang jalur intravena pada ekstremitas lain
yang tidak diblok
5
Premedikasi bila perlu
6
Posisikan pasien dengan posisi prone
7
Gambar landmark blok poplitea : 8 cm dari
lipatan poplitea ke arah kaudal di pertengahan
tendon otot semimembranosus dan otot biceps
femoris
8
A dan antisepsis daerah penyuntikan
9
Anestesia lokal daerah penyuntikan
10
Jarum stimulator 4 inch dihubungkan dengan
nerve stimulator, dengan arus 1,5 mA,
disuntikkan dengan arah tegak lurus
11
Amati adanya respon twitch otot kaki. Kecilkan
arus sampai didapat twitch adekuat dengan arus
0,2 -0,4 mA. Sesuaikan posisi jarum bila perlu.
12
Hubungkan syringe berisi anestesia lokal
dengan jarum stimulator. Aspirasi dan
injeksikan anestesia lokal secara pelan dan
dikerjakan
dikerjakan
aspirasi sering
DURANTE BLOK POPLITEA PLEKSUS
SACRALIS
1
Monitor ABC, intensitas dan dermatom,
osteotom, miotom yang terblok
2
Penatalaksanaan rasa tidak nyaman pasien
selama blok
3
Komplikasi yang terjadi, pencegahan dan
penatalaksanaannya
4
Penatalaksanaan bila blok tidak adekuat
PASCA BEDAH
1
Monitor ABC di ruang pulih
2
Pasien dikembalikan ke ruang rawat
3
Komplikasi dan penatalaksanaan komplikasi
Catatan: Sudah / Belum dikerjakan beri tanda

DAFTAR TILIK
Berikan tanda ✓ dalam kotak yang tersedia bila keterampilan/tugas telah dikerjakan dengan
memuaskan, dan berikan tanda  bila tidak dikerjakan dengan memuaskan serta T/D bila tidak
dilakukan pengamatan
✓
Memuaskan
Langkah/ tugas dikerjakan sesuai dengan prosedur standar atau penuntun

Tidak
memuaskan
Tidak mampu untuk mengerjakan langkah/ tugas sesuai dengan prosedur
standar atau penuntun
T/D
Tidak diamati
Langkah, tugas atau ketrampilan tidak dilakukan oleh peserta latih selama
penilaian oleh pelatih
Nama peserta didik
Tanggal
Nama pasien
No Rekam Medis
DAFTAR TILIK
Kesempatan ke
No
Kegiatan / langkah klinik
1
2
3
4
5
Peserta dinyatakan :
 Layak
 Tidak layak
melakukan prosedur
Tanda tangan dan nama terang
Tanda tangan pelatih
Download