Ringkasan Khotbah - 10 February 2013 Depresi Rohani & Panggilan untuk Menderita Rm. 8:18, 26–30 Pdt. Andi Halim, M.Th. Banyak gereja tidak bertanggung jawab dalam menafsirkan Alkitab. Gereja-gereja tidak bertanggung jawab ini memberikan pengertian yang salah mengenai penderitaan, yaitu bahwa orang Kristen seharusnya tidak menderita, tidak miskin, tidak sakit, hidup sehat, dll. Mereka juga menambahkan bahwa untuk mencapai kondisi tersebut mereka harus menggunakan ritual tertentu untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya, misalnya baptis atau urapan minyak. Banyak orang Kristen tertarik dengan ajaran ini meskipun hal ini tidak benar dan tidak Alkitabiah. Selain itu, orang yang mengenal kebenaran pun tidak memberitakan kebenaran yang sudah diketahuinya dan menyerah pada keadaan. Dalam Fil. 1:29, kita dipanggil untuk menderita bagi Dia, tetapi banyak orang sulit menerima kebenaran ini. Umumnya, orang menganggap penderitaan sebagai suatu kesialan / kutukan. Tetapi dalam kekristenan sesungguhnya penderitaan merupakan hak istimewa bagi orang percaya. Dalam 1Ptr. 2:19–21 dikatakan bahwa jika kita diperbolehkan mengalami penderitaan karena Yesus maka hal itu adalah kasih karunia. Hal ini bertentangan dengan prinsip yang diajarkan gereja yang tidak bertanggung jawab bahwa Allah tidak mengijinkan penderitaan bagi anak-Nya. Banyak gereja menekankan kehidupan yang sukses sebagai keinginan dari Allah. Hal yang perlu kita ingat adalah bahwa standar Allah berbeda dengan standar manusia. Penderitaan karena Kristus bukan kutukan tetapi kasih karunia dan hak istimewa. Spirit menderita demi kemuliaan bukan hanya milik Kristen, agama lain pun mempunyai konsep seperti itu. Banyak orang Kristen yang mementingkan kesenangan sehingga kualitasnya lebih bobrok dibandingkan orang non Kristen. Orang Kristen seharusnya sedih melihat kualitas orang Kristen yang makin jelek ini. Namun banyak orang yang justru tetap mencari ajaran yang tidak benar ini. Gereja yang memberitakan kebenaran malah dihindari, dianggap membosankan dan kuno. 1/3 Ringkasan Khotbah - 10 February 2013 Firman Tuhan menegaskan jika kita berdosa kita layak menerima hukuman. Namun, jika karena perbuatan baik kita dianiaya hal ini merupakan kasih karunia. Firman Tuhan ini sudah sangat jelas tetapi banyak orang Kristen mengabaikan kebenaran ini. Orang yang tidak mau menderita demi Kekristenan, merupakan orang yang mau melawan kekristenan dan melawan Yesus Kristus. Kesimpulannya adalah ajaran Kristen yang menekankan kesuksesan, kekayaan, kesehatan, merupakan ajaran Kristen palsu dan bukan kebenaran firman Tuhan. Pada zaman Perjanjian Lama, tidak pernah ada kompromi antara nabi asli dan nabi palsu. Bagaimana dengan kita sekarang? Manusia zaman sekarang sudah terpengaruh iklim pluralisme. Manusia lebih mementingkan persahabatan dan hubungan baik daripada kebenaran. Yoh. 15:19 dan Yoh. 17:14 menjelaskan mengapa orang percaya menderita di dunia ini. Tidak ada ajaran yang mengatakan bahwa Yesus menginginkan kita hidup enak di dunia. Kita bukan berasal dari dunia tetapi dari Kristus sehingga dunia membenci kita. Apakah kita benar-benar memahami bahwa dunia membenci orang percaya? Memahami bahwa kita tidak berasal dari dunia? Kata-kata ini seharusnya mencelikkan mata rohani kita. Menyadarkan bahwa kita berasal dari Allah dan mengemban mandat dari Allah untuk menyebarkan kebenaran. Bukannya mementingkan keinginan dan ambisi pribadi untuk semakin dicintai oleh dunia ini. Ataukah kita merasa bahwa dunia ini bersahabat dan tidak membenci kita? Menjadi orang Kristen tidak berarti bahwa semua orang mencintai kita. Guru Agung kita yang tidak punya dosa dan kesalahan, tidak punya kelemahan, justru dibenci oleh banyak orang yang mendengar kebenaran yang diberitakan-Nya. Orang percaya adalah pengikut Tuhan Yesus Kristus, oleh karena itu dunia pun akan membenci kita. Apakah kita sadar bahwa kita sedang menjalankan misi Tuhan yang membuat dunia membenci dan menolak kita? Hidup orang Kristen seharusnya penuh dengan perjuangan dan semangat. Hidup orang Kristen 2/3 Ringkasan Khotbah - 10 February 2013 seharusnya mengerti panggilan untuk menderita bagi Dia. Mari kita renungkan hal ini, apakah kita benar-benar mengerti panggilan-Nya? Menderita bukanlah hal yang dipandang normal bagi manusia. Kekristenan memang penuh dengan keanehan. Tetapi hal inilah yang benar dan merupakan panggilan sejati dari Tuhan. Semua orang pasti tidak suka menderita tetapi kita dipanggil oleh Tuhan untuk memberitakan kebenaran dan menderita bagi-Nya. Orang Kristen banyak yang tidak mengerti kebenaran yang mendasar ini. Kita tidak boleh puas hanya dengan mengenal kebenaran. Jika kita mengerti kebenaran tetapi tidak memberitakannya, kita juga berdosa besar. Dalam Yoh. 16:33 firman Tuhan memberikan keseimbangan dalam penderitaan. Penderitaan yang kita alami karena Kristus tidak hanya berhenti sampai penderitaan saja tetapi ada janji Kristus bahwa Ia telah mengalahkan dunia. Penderitaan Tuhan kita Yesus Kristus justru membawa kebahagiaan sejati. Banyak orang Kristen mau kerja keras dan menderita luar biasa demi uang, tetapi kenapa demi darah Kristus yang mahal tidak ada perjuangan? Tidak ada gairah dan semangat untuk menderita bagi Dia? Dalam Rm. 8:28 Paulus menjelaskan bahwa Allah bekerja dalam segala sesuatu termasuk dalam konteks penderitaan. Pada saat itu, orang Kristen di Roma sedang mengalami penderitaan dan tekanan hebat. Mereka diancam untuk mengingkari iman mereka. Di tengah penderitaan yang menggoyahkan kehidupan jemaat ini, Rasul Paulus memberikan penghiburan bagi jemaat Roma bahwa Tuhan Yesus sedang bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya. Firman ini masih berlaku bagi orang-orang Kristen sampai hari ini. Di tengah berbagai penderitaan yang terjadi dalam hidup orang percaya, kita bisa yakin dan percaya bahwa Ia turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi-Nya. (Transkrip ini belum diperiksa pengkhotbah, MD) 3/3