informasi kebangkrutan suatu perusahaan sangat

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Menurut Hanafi dan Halim (2007), informasi kebangkrutan suatu
perusahaan sangat berguna bagi banyak pihak. Tidak terbatas pada pihak internal
saja namun juga pihak eksternal. Pihak-pihak yang memanfaatkan informasi
kebangkrutan antara lain kreditor, pemerintah, akuntan, manajemen bahkan
investor. Kebangkrutan menurut Peraturan Bursa Efek Indonesia (2004) dibagi
menjadi dua penyebab. Pertama karena masalah hukum, kedua karena perusahaan
mengalami kegagalan keuangan atau financial distress.
Informasi kebangkrutan karena kegagalan keuangan sangat bermanfaat
sebagai alat pengambilan keputusan siapa saja yang akan diberi pinjaman oleh
kreditor serta sebagai alat untuk memonitor pinjaman yang ada. Pemerintah
memanfaatkannya sebagai alat untuk mengawasi dan melihat tanda-tanda
kegagalan keuangan sehingga pemerintah dapat mempersiapkan tindakan preventif
untuk menghadapinya. Bagi akuntan, informasi kebangkrutan karena kegagalan
keuangan berguna untuk mengidentifikasi kemampuan going concern perusahaan.
Manajemen memanfaatkan informasi kegagalan keuangan sebagai alat
evaluasi kinerja dan pengambilan keputusan dimasa mendatang. Menurut Fauzias
dan Chin (2002) dalam Ong et al (2011), model-model prediksi kegagalan
keuangan membantu dalam pengambilan keputusan para manajer terutama sebagai
tindakan preventif menghindari kebangkrutan ataupun hanya untuk mengevaluasi
1 kinerjanya. Manajemen yang menangkap sinyal kegagalan keuangan dengan
informasi ini dapat mengambil tindakan-tindakan penghematan seperti merger
atau restrukturisasi keuangan.
Bagi investor, informasi kegagalan keuangan adalah salah satu alat untuk
mengetahui kesehatan investasinya. Para investor aktif pada umumnya
mengembangkan model prediksi kegagalan keuangan untuk menganalisis tandatandanya lebih dahulu. Dengan adanya informasi ini, investor dapat terbantu dalam
memilih apakah ia harus menjual atau terus menyimpan sahamnya.
Beberapa model yang digunakan sebagai alat menganalisis kebangkrutan
karena kegagalan keuangan antara lain dari Beaver (1966), Ohlson (1980), Altman
(1984), Wang dan Campbell (2010), dan Springate (1978).
Kebangkrutan merupakan hal terburuk dalam perjalanan hidup suatu
perusahaan. Menurut Kasilingam dan Ramasundaram (2012) kebangkrutan yang
diawali dengan kegagalan keuangan dapat menurunkan citra perusahaan sehingga
ketertarikan investor atas sahamnya menurun dan mengakibatkan turunnya harga
penjualan saham. Untuk menstabilkan kondisi ini manajemen perlu mengelola
ketertarikan investor atas sahamnya dengan mengevaluasi kinerja keuangannya.
Salah satu representasi dari kegagalan keuangan di bursa efek Indonesia adalah
terjadinya penghapusan pencatatan secara paksa dari bursa (delisting).
Perusahaan yang delisting adalah perusahaan-perusahaan yang dihapuskan
pencatatan sahamnya dari bursa. Delisting ini dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan kerugian semakin besar yang dialami oleh investor maupun
perusahaan itu sendiri.
2 Perusahaan akan dikeluarkan dari pencatatan bursa apabila tidak dapat
memenuhi persyaratan-persyaratan perusahaan tercatat. Bursa telah menetapkan
peraturan tentang dikeluarkannya perusahaan dari pencatatan. Peraturan tersebut
tercantum dalam Peraturan Bursa Tahun 2004 Nomor I-I tentang Penghapusan
Pencatatan (Delisting).
Delisting atau keluar dari pencatatan bursa saham memiliki dua tipe. Yang
pertama adalah keluar dari pencatatan bursa atas kemauan sendiri atau sukarela.
Pada umumnya perusahaan keluar dari pencatatan bursa secara sukarela karena
tujuan masing-masing. Salah satunya karena perusahaan menghendaki untuk
melakukan privatisasi. Perusahaan yang keluar secara sukarela ini tidak selalu
karena mengalami ketidakstabilan finansial ataupun mengalami kebangkrutan.
Tipe delisting kedua yaitu perusahaan secara paksa dikeluarkan dari
pencatatan bursa. Hal ini terjadi karena perusahaan yang keluar secara paksa ini
tidak memenuhi syarat perusahaan tercatat di bursa. Perusahaan yang dikeluarkan
dari pencatatan bursa ini pada umumnya mengalami ketidakstabilan baik secara
finansial maupun secara hukum. Hal ini menyebabkan perusahaan tidak dapat
memenuhi syarat-syarat yang ada di peraturan bursa. Dikeluarkan dari pencatatan
bursa ini sesungguhnya demi kebaikan investor dan perusahaan itu sendiri agar
kondisinya tidak semakin memburuk. Pada umumnya perusahaan-perusahaan ini
mengalami kemerosotan laba, terjerat masalah hukum, performa manajemen yang
buruk dan lain sebagainya.
Melakukan delisting dari bursa efek baik secara sukarela maupun secara
terpaksa sebenarnya memiliki dampak yang negatif. Pertama, perusahaan akan
3 mengalami penurunan likuiditas. Oleh pihak eksternal, perusahaan yang
melakukan delisting diasumsikan mengalami penurunan kinerja sehingga pihak
eksternal
mengurangi
transaksi
dengan
perusahaan
tersebut.
Perusahaan
mengalami kesulitan mendapatkan tambahan kredit. Kedua, penurunan citra
perusahaan di mata publik. Dampak ketiga adalah menurunnya harga saham
apabila perusahaan tersebut mencatatkan kembali sahamnya atau relisting.
Dalam periode 2009 sampai dengan 2012 terdapat 17 perusahaan yang
diketahui sudah tidak lagi tercatat di bursa efek. Beberapa diantaranya keluar dari
pencatatan bursa karena menderita kegagalan keuangan.
Berdasarkan fenomena keluarnya perusahaan dari pencatatan bursa yang
terjadi di bursa efek Indonesia ini maka penulis tertarik untuk menganalisis apakah
model prediksi kegagalan keuangan dapat memprediksi kegagalan keuangan yang
terjadi pada perusahaan-perusahaan yang keluar secara terpaksa dari pencatatan
bursa.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Fenomena terjadinya delisting pada 17 perusahaan tercatat di bursa efek
Indonesia menarik perhatian peneliti untuk menganalisis kondisi perusahaan
menggunakan rasio keuangan yang terdapat pada model-model analisis kegagalan
keuangan yang ada. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
Bagaimana tingkat akurasi model analisis kegagalan keuangan dalam
memprediksi perusahaan yang keluar dari pencatatan bursa efek Indonesia?
4 Berdasarkan rumusan diatas disusunlah beberapa pertanyaan spesifik
terkait model analisis dan fenomena keluarnya perusahaan dari pencatatan bursa
secara terpaksa, antara lain:
1. Bagaimanakah tingkat akurasi model analisis Altman (1984) dalam
memprediksi perusahaan yang keluar secara terpaksa karena
kegagalan keuangan dari bursa efek Indonesia?
2. Bagaimanakah tingkat akurasi model analisis Wang dan Campbell
(2010) dalam memprediksi perusahaan yang keluar secara terpaksa
karena kegagalan keuangan dari bursa efek Indonesia?
3. Bagaimanakah tingkat akurasi model analisis Springate (1978)
dalam memprediksi perusahaan yang keluar secara terpaksa karena
kegagalan keuangan dari bursa efek Indonesia?
1.3
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan penelitian ini
adalah:
1. Menguji akurasi model analisis Altman (1984) dalam memprediksi
perusahaan yang keluar dari pencatatan bursa efek Indonesia secara
terpaksa karena kegagalan keuangan.
2. Menguji akurasi model analisis Wang dan Campbell (2010) dalam
memprediksi perusahaan yang keluar dari pencatatam bursa efek
Indonesia secara terpaksa karena kegagalan keuangan.
5 3. Menguji
akurasi
model
analisis
Springate
(1978)
dalam
memprediksi perusahaan yang keluar dari pencatatan bursa efek
Indonesia secara terpaksa karena kegagalan keuangan.
1.4
MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Manfaat praktis penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi informasi
bagi para stakeholder sehingga dapat membantu dalam pengambilan
kebijakan yang tepat dan dapat terhindar dari kerugian yang tidak
diinginkan.
1.4.2 Manfaat teoritis penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk
menambah pengetahuan dalam membandingkan antara teori dengan
aplikasi di lapangan dan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian
berikutnya.
1.5
SISTEMATIKA PENELITIAN
Penelitian ini memiliki sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
6 BAB II : LANDASAN TEORI
Berisi tentang tinjauan pustaka mengenai analisis laporan keuangan,
analisis rasio keuangan, analisis kegagalan keuangan, telaah penelitian
sebelumnya dan pengembangan hipotesis.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang populasi dan penentuan sampel, sumber data, variabel
pengukuran, metode analisis data dan prosedur analisis data.
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang analisis data, pengujian chi-square dan pembahasan.
BAB V: KESIMPULAN
Berisi tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran.
7 
Download