14 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA 2.1. Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan Sejarah perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan dimulai sejak tahun 1974, berdasarkan Surat Keputusan Bersama 3 Menteri, yaitu : Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan RI tanggal 7 Februari 1974, tentang “Perizinan Usaha Leasing” sehingga muncullah perusahaan Leasing berjumlah 48 perusahaan. Kemudian pada tahun 1988 dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 menjelaskan mengenai perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan. Perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan (finance companies) termasuk perantara investasi (investment intermediaries), yaitu lembaga keuangan yang memperoleh dana dengan menjual sekuritas/surat-surat berharga. Perusahaan pembiayaan memperoleh dana dengan menjual warkat niaga (commercial papers/CP) yang merupakan instrumen utang jangka pendek (instrumen pasar uang), dan mengalokasikannya terutama untuk memberikan pinjaman kepada konsumen (consumer loans), misalnya untuk membeli perabot dan peralatan rumah tangga lainnya atau membiayai pinjaman dalam jumlah kecil. Pinjaman tersebut bersifat konsumtif nilai barang yang dijadikan jaminan terdepresiasi dengan bertambahnya waktu sehingga memiliki risiko default tinggi. Perusahaan pembiayaan juga bersedia memberikan pinjaman kepada konsumen yang tidak 15 memperoleh pinjaman ke bank atau lembaga lainnya. Oleh karena itu perusahaan pembiayaan mengenakan bunga tinggi atas pinjamannya. Perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan juga menyediakan pinjaman bagi perusahaan bisnis yang memerlukan barang modal, atau memerlukan dana likuid. Pada awalnya, bank komersial tidak tertarik untuk melakukan bisnis seperti yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan karena risikonya yang tinggi. Akan tetapi, dengan meningkatnya kompetisi antarbank dan keuntungan dari pinjaman konsumen yang cukup tinggi telah mendorong bank untuk memberikan pinjaman konsumen dengan bunga yang lebih rendah. Namun dalam beberapa hal, perusahaan pembiayaan lebih unggul dibandingkan bank. Perusahaan pembiayaan bersedia memberikan pinjaman kepada konsumen yang tidak memperoleh pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya, misalnya pinjaman dengan jaminan mobil bekas. Selain itu, perusahaan pembiayaan konsumen (consumer finance companies) biasanya dimiliki oleh perusahaan manufaktur (manufacturer) untuk meningkatkan penjualan produknya Silvanita (2009 : 56). Bidang usaha sub sektor lembaga pembiayaan pada awalnya, sebagaimana yang diatur oleh Keppres No. 61 tahun 1988 adalah : sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, kartu kredit, modal ventura dan perusahaan perdagangan surat-surat berharga. Selanjutnya sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan Nomor 1256/KMK.00/1989 tanggal 18 November 1989, bidang usaha perdagangan surat berharga dikeluarkan dari lingkup usaha sub sektor lembaga pembiayaan karena kegiatan tersebut sangat terkait dengan kegiatan di bidang pasar modal. Pengaturan dan pembinaan kegiatan perusahaan perdagangan surat 16 berharga atau perusahaan efek tersebut dialihkan kepada Bapepam sebagai otoritas pasar modal. Lingkup usaha sub sektor lembaga pembiayaan tersebut lebih lanjut disesuaikan kembali dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 468/KMK.017/1995 tanggal 3 Oktober 1995 dimana bidang usaha modal ventura menjadi kegiatan yang terpisah dari perusahaan pembiayaan. Dengan kata lain, usaha modal ventura harus dilakukan dengan mendirikan perusahaan tersendiri khusus untuk kegiatan usaha modal ventura. Dipisahkannya modal ventura dari bidang usaha lembaga pembiayaan didasarkan pada pertimbangan agar bisnis modal ventura dapat berkembang lebih optimal mengingat pembiayaan modal ventura memiliki karakteristik yang berbeda dengan jenis pembiayaan lainnya dalam lingkup usaha lembaga pembiayaan. Berdasarkan deregulasi 20 Desember 1988 atau Pakdes 20 Tahun 1988, pembinaan dan pengawasan kegiatan usaha perusahaan pembiayaan dilakukan oleh Menteri Keuangan. Namun selama kurun waktu yang cukup lama kegiatan usaha lembaga pembiayaan ini dapat dikatakan tidak dilakukan pengaturan, pembinaan dan pengawasan yang berarti. Peraturan pembinaannya yang ada pada dasarnya hanya mengatur mengenai kelembagaannya, misalnya : masalah kepemilikan, permodalan, penyampaian laporan, serta larangan menarik dana secara langsung dari masyarakat. Dapat dikatakan sampai akhir 1995, lembaga pembiayaaan menikmati kebebasan berusaha yang sangat longgar tanpa banyak pengaturan dari pemerintah. 17 Selanjutnya sejak sub sektor lembaga pembiayaan diperkenalkan pada akhir 1988 sampai sebelum terjadinya krisis moneter dan perbankan akhir 1997. Perkembangan usaha sub sektor lembaga pembiayaan telah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Perkembangan perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan tersebut antara lain terdorong oleh situasi berusaha yang sangat kondusif dan tingginya pertumbuhan ekonomi. Faktor lain yang cukup mendorong adalah kurangnya pengaturan mengenai kegiatan usaha perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan sehingga mereka dapat melakukan bisnis secara lebih bebas. Dengan demikian, hampir tidak ada pengawasan dari pihak otoritas dalam hal sumber pendanaan dan penyaluran pembiayaannya. 2.2. Lingkup dan Bidang Usaha Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK/013/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Ketentuan dan Tatacara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, yang antara lain menerangkan bahwa perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan melakukan kegiatan meliputi bidang usaha : a. Sewa guna usaha (leasing) Perjanjian antara lessor (perusahaan leasing) dengan lesse (nasabah) dimana pihak lessor menyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lesse dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu. b. Model ventura Badan usaha yang melakukan suatu pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan. 18 c. Perdagangan surat berharga Bidang usaha perdagangan surat berharga dengan lingkup usaha lembaga pembiayaan karena kegiatan tersebut sangat terkait dengan kegiatan di bidang pasar modal d. Anjak piutang Perusahaan yang kegiatannya adalah melakukan penagihan dan pembelian atau pengambilalihan atau pengelolaan utang piutang suatu perusahaan dengan imbalan atau pembayaran tertentu milik perusahaan. e. Usaha kartu kredit Usaha kartu kredit merupakan kartu plastik yang diberikan kepada nasabah untuk dapat digunakan sebagai alat pembayaran. f. Pembiayaan konsumen Perusahaan pembiayaan konsumen memberikan pinjaman kepada konsumen untuk membeli perabot dan peralatan rumah tangga lainnya, memperbaiki rumah atau membiayai utang dalam jumlah kecil. Jadi perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan dapat melakukan semua kegiatan yang disebutkan di atas. Dengan demikian, perusahaan lembaga pembiayaan mempunyai lingkup yang sangat luas. Istilah lembaga pembiayaan yaitu badan usaha yang melakukan kegiataan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat (Martono, 2010 : 115-116). 19 2.3. Sumber Daya Sumber daya manusia sub sektor lembaga pembiayaan menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Jumlah Sumber Daya Manusia Perusahaan Lembaga Pembiayaan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 – 2013 Jenis 2009 2010 Kelamin Perempuan 24.645 39.948 Laki-Laki 90.506 107.646 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2014) 2011 2012 2013 38.558 138.256 45.887 148.897 49.209 162.755 Berdasarkan Tabel 2.1. di atas menjelaskan bahwa Sumber daya manusia sub sektor lembaga pembiayaan menurut jenis kelamin dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sebagian besar dengan jenis kelamin laki-laki. Sumber daya manusia sub sektor lembaga pembiayaan menurut pendidikan adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Jumlah Sumber Daya Manusia Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan Menurut Pendidikan Tahun 2009 – 2013 Pendidikan 2013 SD 138 SMP 706 SMA 67.088 Sarjana 142.557 Pascasarjana 1.313 Tenaga Asing 162 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2014) 20 Berdasarkan Tabel 2.2 di atas menjelaskan bahwa Sumber daya manusia sub sektor lembaga pembiayaan menurut pendidikan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sebagian besar dengan pendidikan Sarjana (Strata-1). Sumber pendanaan sub sektor lembaga pembiayaan adalah sebagai berikut : Tabel 2.3 Sumber Pendanaan Perusahaan Lembaga Pembiayaan Tahun 2009 – 2013 (Dalam Triliun Rupiah) Sumber Pendanaan 2009 2010 Ekuitas 40,09 47,83 Pinjaman 0,68 0,52 Subordinasi Obligasi 13,60 18,39 Pinjaman Luar 44,36 59,89 Negeri Pinjaman Dalam 56,92 84,91 Negeri Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2014) 2011 56,14 0,31 2012 66,72 0,34 2013 82,75 0,40 30,29 78,66 43,77 86,61 53,21 101,24 108,61 124,54 142,11 Berdasarkan Tabel 2.3. di atas menjelaskan bahwa sumber pendanaan Perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan di danai dari pinjaman dalam negeri hingga mencapai tahun 2013 sebesar Rp. 142,11 trilun. 2.4. Tantangan Bisnis Kamar Dagang dan Industri Indonesia (2014) mendesak pemerintah segera membentuk lembaga pembiayaan khusus industri. Hal tersebut diperlukan agar industri dalam negeri semakin berdaya saing, terutama saat menghadapi persaingan regional dan global yang semakin ketat (www.kompas.com). 21 Berdasarkan data Bank Indonesia 2014, bidang industri mendapatkan pembiayaan perbankan Rp. 650,9 triliun atau sekitar 25 persen dari total pembiayaan perbankan di Indonesia. "Bunga pinjaman yang diberikan perbankan di Indonesia sekitar 12 persen. Bunga pinjaman ini lebih tinggi dibandingkan dengan di Thailand yang sekitar 6,5 persen, Filipina 5,5 persen, Singapura 5 persen, dan Malaysia 4,5 persen. Industri di Indonesia perlu alternatif pembiayaan dengan bunga lebih rendah dan waktu lebih panjang. Menteri Perindustrian Saleh Husin (2014) menjelaskan bahwa daya saing industri nasional yang rendah menghambat pencapaian target pertumbuhan sektor industri. Salah satu penyebabnya adalah pembiayaan investasi dalam negeri yang mahal karena suku bunga perbankan tidak kompetitif. Dengan demikian, tantangan bisnis lembaga pembiayaan adalah suku bunga perbankan yang tidak kompetitif. Menurut Nainggolan (2014 : 1) banyak orang memperkirakan, lembaga pembiayaan sama dengan bank, padahal itu tidak sama, walaupun sama-sama bergerak dalam bidang keuangan. Lembaga pembiayaan adalah suatu usaha yang berbentuk badan usaha secara hukum yang melakukan kegiatan pembiayaan dengan menyediakan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat, dimana secara khusus melakukan kegiatan seperti perusahan sewa guna usaha (leasing), perusahaan modal ventura, perusahaan perdagangan surat berharga, perusahaan anak piutang, perusahaan kartu kredit dan perusahaan pembiayaan konsumen (www.kompasiana.com). 22 Namun yang paling terkenal adalah perusahaan pembiayaan konsumen (Consumers Finance Company) dimana badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran ataupun pembayaran secara berkala oleh konsumen. Dengan demikian, hal tersebut menjadi tantangan bisnis lembaga pembiayan untuk memberikan produk-produk pembiayaan yang berbeda dengan produk perbankan. Misalnya seperti pembayaran angsuran pembelian secara cicilan kendaraan roda dua, roda empat dan lain-lain. Namun demikian, saat ini pertumbuhan lembaga pembiayaan otomotif baik kendaraan roda dua maupun roda empat masih positif di tengah adanya tekanan suku bunga tinggi. Selain itu, melalui Undang-Undang (UU) Perindustrian Nomor 3 Tahun 2014, pemerintah telah mengamanatkan dibentuknya lembaga pembiayaan pembangunan industri yang berfungsi sebagai lembaga pembiayaan investasi di bidang Industri. Hal tersebut dapat menjadi tantangan bisnisi bagi lembaga pembiayaan untuk dapat meningkatkan ekspansi usahanya pada sektor industri. 2.5. Proses/Kegiatan Fungsi Bisnis Proses/kegiatan fungsi bisnis perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan menurut Kasmir (2014 : 240) dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Sewa guna usaha (leasing) Kegiatan leasing dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1) Melakukan sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lessee (finance lease) dengan kritera sebagai berikut : 23 1) Jumlah pembayawan sewa guna usaha dan selama masa sewa guna usaha pertama kali, ditambah dengan nilai sisa barang yang dilease harus dapat menutupi harga perolehan barang modal yang dileasekan dan keuntungan bagi pihak lessor. 2) Dalam perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lessee. 2) Melakukan sewa guna usaha dengan tanpa hak opsi bagi lessee (operating lease) dengan kritera sebagai berikut : a) Jumlah pembayaran selama masa leasing pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang dileasekan ditambah keuntungan bagi pihak lessor. b) Didalam perjanjian leasing tidak memuat mengenai hak opsi bagi lessee. b. Model ventura Kegiatan modal ventura memiliki karakteristik tersendiri jika dibandingkan dengan lembaga pembiayaan lainnya yakni : 1. Kegiatan dilakukan bersifat penyertaan langsung ke suatu perusahaan 2. Penyertaan dalam perusahaan bersifat jangka panjang dan biasa di atas tiga tahun. 3. Bisnis yang dimasuki merupakan bersifat jangka panjang dan biasanya di atas tiga tahun. 4. Keuntungan yang diperoleh berasal dari capital gain, deviden atau bagi hasil tergantung dari penyertaan modalnya di bidang jenis yang diinginkan. 24 5. Kegiatan lebih banyak dilakukan dalam usaha pembentukan usaha baru atau pengembangan usaha baru. c. Perdagangan surat berharga d. Anjak piutang Kegiatan utama perusahaan anjak piutang adalah mengambil alih pengurusan piutang suatu perusahaan dengan suatu tanggung jawab tertentu, tergantung permintaan pihak kreditor (pihak yang punya piutang). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 kegiatan anjak piutang meliputi kegiatan antara lain : 1. Pengambilalihan tagihan suatu perusahaan dengan fee tertentu. 2. Pembelian piutang perusahaan dalam transaksi perdagangan dengan harga yang sesuai dengan kesepakatan. 3. Mengelola usaha penjualan kredit suatu perusahaan, artinya perusahaan anjak piutang dapat mengelola kegiatan administrasi kreditr suatu perusahaan sesuai kesepakatan. e. Usaha kartu kredit Sistem kerja kartu kredit ini mulai dari permohonan penerbitan kartu, transaksi pembelanjaan sampai dengan penagihan yang dilakukan pleh lembaga pembayar yang dijelaskan sebagai berikut : 1. Nasabah mengajikan permohonan sebagai pemegang kartu dengan memenuhi segala peraturan yang telah dibuat. 25 2. Bank atau lembaga pembiayaan akan menerbitkan kartu apabila disetujui setelah melalui penelitian terhadap kredibilitas dan kapabilitas calon nasabah kemudian diserahkan ke nasabah. 3. Dengan kartu yang sudah disetujui pemegang kartu berbelanja di suatu tempat dengan bukti pembayarannya. f. Pembiayaan konsumen Perusahaan pembiayaan konsumen juga memberikan pinjaman dengan jaminan hipotik, kedua (second mortgage) yaitu pinjaman yang dijamin dengan rumah (real estate) yang telah dijaminkan pada hipotik sebelumnya.