3 Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat atau Amerika Selatan. Kelapa sawit termasuk keluarga palmae dan merupakan penghasil minyak tertinggi (Fauzi et al., 2005). Taksonomi dari tanaman kelapa sawit adalah Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledonae Ordo : Cocoidae Family : Palmae Genus : Elaeis Species : Elaseis guinensis Jacq Menurut Lubis (1996) tanaman ini justru berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1884 berasal dari Mauritius dan Amsterdam sebanyak empat tanaman yang kemudian dibudidayakan di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumuatera Utara. Kelapa sawit termasuk tumbuhan monokotil. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatifny yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan adalah bunga dan buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Akar kelapa sawit merupakan akar serabut yang terbagi menjadi akar primer yang tumbuh kebawah dan kesamping, akar skunder yang merupakan cabang akar sekunder berupa bulu-bulu akar (pilus radicus) yang banyak menyerap hara makanan dan berfungsi sebagai alat pernapasan. Akar kelapa sawit dapat berkembang hingga kedalaman 100 cm dengan daerah perakaran terpadat pada kedalaman 25 cm, sehingga permukaan air tanah diusahakan pada kedalaman 80-100 cm. Panjang akar yang tumbuh menyamping dapat mencapai 800 cm, penyerapan unsur hara dan air dilakukan oleh akar kuartier (Risza, 2006). Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (photottropi) dibungkus oleh pangkal pelepah daun (front base). Jarang bercabang, berbentuk silindris berdiameter 50 cm pada tanaman dewasa. Bagian bawah umumnya lebih besar 4 yang disebut bongkol batang (bowl). Batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah daun yang belum dipangkas atau ditunas sampai umur tiga tahun. Daun kelapa sawit berbentuk lanceolate. Pangkal pelepah daun (petiole) dalam bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya helaian daun (leflet) dan terdiri atas rachis (basis folii), tangkai daun (fetiole), duri (spine), helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folii), lidi (nervatio), tepi daun (margo folii), dan daging daun (intervenium). Daun kelapa sawit memiliki rumus 3/8. Lingkaran umumya berputar kearah kanan. Perputaran ini penting diketahui agar kita dapat mengetahui letak daun ke-9 dan ke-17 dan lain-lain yang sering dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh dan pengamatan lainnya. Pelepah diisi oleh anak daun kiri dan kanan rachis. Luas permukaan daun dapat mencapai 10-15 m2 pada tanaman dewasa yang berumur 10 tahun lebih. Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Buah terdiri dari tiga lapisan: bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin (eksoscarp), serabut buah (mesoscarp), cangkang pelindung inti (endoscarp). Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu 270 C dengan suhu maksimum 320 C dan suhu minimum 220 C. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1250 - 3000 mm yang merata sepanjang tahun, curah hujan optimal berkisar 1750 - 2500 mm. Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam/hari dan kelembaban nisbi untuk kelapa sawit pada kisaran 50% - 90% (optimal 80%). Tanaman kelapa sawit dapat diusahakan pada tanah yang memiliki tekstur agak kasar sampai halus yaitu antara pasir berlempung sampai lempung berliat. Tanah harus berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam, dan tidak berbatu. Tanah latosol, ultisol dan aluvial yang meliputi tanah 5 gambut, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit (Buan at al., 2005). Pemanenan Kelapa Sawit Panen adalah kegiatan memotong tandan buah matang panen serta mengumpulkan brondolannya kemudian mengangkut tandan buah serta brondolan ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Buah digolongkan buah matang panen apabila daging buah megandung minyak maksimal dengan asam lemak bebas serendah mungkin. Sistem panen bertujuan untuk memperoleh sejumlah minyak (rendeman) yang tinggi serta mutu minyak yang baik. Tujuan ini tercapai jika ketentuan panen yang telah ditetapkan diikuti, yaitu tandan dan berondolan harus segera diangkut ke pabrik pada hari yang sama dan diolah pada hari itu juga. Oleh karena itu, panen, pengangkutan tandan, brondolan dan pengolahan terikat kedalam suatu hubungan keja yang sangat erat. Untuk menciptakan keharmonisan diantara kegiatan tersebut maka diperlukan manajemen yang baik. Persiapan Panen Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan pemanenan yaitu tanaman berumur 30 bulan di lapangan dan 60% pohon telah memiliki buah yang berkembang baik, berat TBS > 3 kg. Persiapan panen yang harus dilakukan yaitu peningkatan/pengerasan jalan, pengadaan peralatan pemanenan, pengangkutan dan kesiapan pabrik menerima tandan buah keapa sawit (Lubis, 1996). Rotasi dan Sistem Ancak Panen Rotasi panen adalah lama waktu antara panen yang sedang berjalan dengan panen sebelumnya atau yang akan datang dalam suatu ancak panen. Penentuan rotasi panen erat hubungannya dengan kerapatan panen. Kerapatan panen diartikan sebagai jumlah pokok yang dapat dipanen dalam suatu areal tertentu, misalnya dalam satu hektar populasi 130 pohon, pokok yang dapat dipanen sebanyak 26 pokok, kerapatan panen adalah 26 : 130 = 1: 5 (Fauzi et al., 2005). 6 Sistem ancak panen yang dikenal ada dua yaitu ancak tetap dan ancak giring. Ancak tetap adalah sistem ancak dengan ketentuan pemanen diberi ancak luas agar tidak berpindah ancak. Ancak giring adalah sistem ancak dengan ketentuan pemanen diberi ancak sempit dan selalu berpindah ancak secara terpimpin oleh mandor panen. Letak ancak disusun melingkar supaya tidak sulit untuk pindah ancak. Pengawasan intensif pada sistem ancak giring mudah dilakukan dan buah lebih cepat diangkut ke TPH dan pabrik kelapa sawit (Fauzi et al., 2005). Organisasi Panen Organisasi panen terdiri atas satu orang mandor panen dengan 16-20 pemanen. Mandor bertugas menentukan da dan n mengawasi ancak setiap pemanenan. Selain mandor ada krani buah yang bertugas mencatat jumlah tandan dan brondolan serta mutu buah yang dipanen setiap pemanen. Mandor panen bertanggung jawab pada mandor I, mandor I pada asisten dan asisten pada manajer. Tenaga kerja panen adalah tenaga kerja yang bertugas untuk menurunkan buah dari pokok dan membawanya ke TPH. Nilai indeks tenaga kerja panen standar dari perusahaan perkebunan kelapa sawit yaitu 0.04 HK/ha Manajemen tenaga kerja panen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Kebutuhan tenaga kerja pemanenan dapat dihitung dengan rumus : Kebutuhan tenaga pemanen = Keterangan : A = Luas hanca yang akan dipanen (ha) B = Kerapatan panen C = Rata-rata berat buah (kg) D = Populasi tanaman (pokok/ha) E = Basis panen (kg/HK) Kebutuhan alat pengangkutan disesuaikan dengan produksi dan jalan ke pabrik kelapa sawit. Pengangkutan buah dari kebun ke pabrik kelapa sawit harus dilakukan secepat mungkin agar menjaga kualitas buah kelapa sawit pada kadar asam lemak bebas normal (< 3%).