hasil dan pembahasan

advertisement
30
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Makroskopis
Keadaan normal struktur tulang panjang seperti os tibia memiliki bentuk
yang kompak dan padat. Pembuatan lubang dengan menggunakan bor gigi pada
os tibia akan merubah struktur bagian tulang yang dibor tersebut. Penanaman
implan pada bagian defek setelah pengeboran akan direspon oleh jaringan tubuh.
Begitu juga apabila tidak diberi implan akan mengalami perbaikan secara alami di
dalam tubuh. Tubuh akan merespon suatu defek untuk memperbaiki kerusakan
tersebut. Berikut hasil pengamatan makroskopis persembuhan kerusakan tulang
segmental yang diimplantasi dengan HA-TKF (Tabel 1).
Tabel 1 Perubahan makroskopis jaringan tulang tibia dan implan HA-TKF pada
berbagai periode pemanenan
Karakteristik pengamatan makroskopis
Periode pemanenan HA-TKF yang diimplantasi
pada tulang tibia domba
30 hari
60 hari
90 hari
1.Keadaan implan
Terdegradasi Terdegradasi
Terdegradasi
2.Warna
Putih
Putih
Putih
3.Bentuk implan
Pecah (+)
Pecah (++)
Pecah (+++)
4.Tingkat degradasi
(+)
(++)
(+++)
5.Pertumbuhan jaringan baru ke dalam implan
(+)
(++)
(+++)
Keterangan: (+): sedikit; (++): banyak; (+++): semakin banyak
Berdasarkan pengamatan makroskopis (Tabel 1), pada keseluruhan
periode pemanenan bagian implan HA-TKF memperlihatkan keadaan implan
terdegradasi. Degradasi terhadap implan HA-TKF semakin meningkat seiring
lamanya
periode
penanaman.
Tubuh
dapat
melakukan
respon
dengan
mendegradasi implan karena implan HA-TKF merupakan bahan material yang
bersifat biodegradabel dan dapat digunakan untuk menggantikan jaringan tulang
(Sunil et al. 2008).
Pemeriksaan makroskopis pada hari ke-30 pascaoperasi penanaman
implan HA-TKF memperlihatkan adanya pertumbuhan jaringan ikat ke dalam
implan (Gambar 6A). Pertumbuhan jaringan ini membuat keadaan implan menjadi
terpecah dan terdegradasi dengan tingkat degradasi implan yang masih rendah
(Gambar 6A). Menurut Bansal et al. (2009), dalam kondisi fisiologis normal,
beberapa bahan hidroksiapatit komersial lain memiliki daya resorpsi yang lambat,
31
sedangkan trikalsium fosfat umumnya dapat diresorpsi setelah 6 minggu
pascaoperasi. Implan yang diamati berwarna putih, dan memiliki konsistensi yang
keras dan rapuh. Beberapa literatur juga menyebutkan komposisi bahan TKF
memiliki sifat yang sangat rapuh (Viswanath et al. 2008). Keadaan berbeda terjadi
pada tulang kontrol yang dipanen pada hari ke-30 tanpa pemberian implan. Secara
makroskopis pada defek tulang kontrol memperlihatkan adanya massa jaringan
ikat yang tumbuh menutup lubang defek (Gambar 6B). Massa jaringan tersebut
menunjukkan adanya pertumbuhan kalus. Pertumbuhan kalus terjadi pada awal
minggu pertama sampai minggu keempat pasca kerusakan (Cheville 2006).
Gambaran pengamatan makroskopis pada hari ke-60 pascaoperasi
menunjukkan adanya peningkatan proliferasi jaringan ikat ke dalam bahan
implan. Jaringan ikat tumbuh ke dalam implan seperti pada tahap 30 hari dan
terjadi peningkatan degradasi (Gambar 6C). Hasil makroskopis memperlihatkan
bentuk implan HA-TKF yang terpecah menjadi bagian yang lebih kecil dari pada
bentuk implan pada pemanenan 30 hari. Pada daerah pinggir implan terlihat jelas
pertumbuhan tulang tetapi bagian pusat implan belum terlihat adanya
pertumbuhan. Sedangkan tulang kontrol memperlihatkan gambaran makroskopis
dengan adanya massa jaringan pada lubang defek (Gambar 6D). Tahap
persembuhan tersebut telah mencapai fase pertumbuhan kalus keras.
Gambaran pengamatan makroskopis pada hari ke-90 memperlihatkan
perubahan keadaan implan HA-TKF yang sudah terpecah menjadi ukuran yang
lebih kecil. Pecahan tersebut terlihat seperti butiran-butiran serbuk implan HATKF. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama implan ditanam maka tubuh akan
meresorpsi implan tersebut. HA-TKF merupakan senyawa apatit yang secara
alami terdapat dalam tulang (Saraswathy et al. 2001), sehingga bahan yang serupa
dapat diterima oleh tubuh dan tubuh akan merespon dengan melakukan degradasi
dan resorpsi. Pada matriks tulang terdapat komponen HA berupa garam kristal
(Guyton & Hall 2006) dan TKF yang merupakan mineral kalsium yang terdapat di
dalam tubuh dalam jumlah yang rendah (Samuelson 2007). Implan HA-TKF
terlihat tidak lagi dalam bentuk pellet yang padat tetapi berubah menyerupai
bentuk granul karena adanya degradasi yang lebih besar (Gambar 6E). Pada area
pinggir defek terlihat adanya pertumbuhan tulang mengarah ke pusat implan,
32
sedangkan pada tulang kontrol lubang defek telah menunjukkan adanya
pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tersebut sudah mirip dengan tulang
disekitarnya (Gambar 6F).
A
s
i
B
s
D
C
i
s
s
E
i
s
F
s
Gambar 6 Gambaran makroskopis persembuhan tulang perlakuan (kolom kiri)
dan tulang kontrol (kolom kanan) dengan pemanenan pada hari ke-30
(A, B), ke-60 (C, D), dan hari ke-90 (E, F) pascaoperasi. Peningkatan
degradasi ditandai dengan semakin banyaknya pertumbuhan jaringan
ikat ke pusat implan (Æ) dan terjadi perubahan struktur implan
menjadi terpecah-pecah sehingga berubah menjadi bentuk granul pada
hari ke-90. Persembuhan pada kelompok kontrol ditunjukkan pada
lingkaran merah. s : sumsum tulang; i: implan. Bar : 5 mm.
33
Pengamatan Mikroskopis
Gambaran Mikroskopis Preparat Tulang Gosok
Proses penggosokan pada pembuatan preparat tulang gosok bertujuan
untuk mendapatkan ketebalan minimum sehingga preparat mudah diamati dengan
mikroskop cahaya. Saat proses penggosokan, bagian implan sulit untuk
dipertahankan. Hal ini dikarenakan implan HA-TKF telah mengalami proses
degradasi namun belum terbentuk tulang kompakta yang akan menggantikan
implan dengan struktur tulang padat. Keadaan di pusat implan menjadi sangat
rapuh sehingga dapat hilang karena proses mekanis saat penggosokan. Selain itu
proses tersebut juga dapat mengikis jaringan ikat yang melekatkan tulang dengan
implan.
Pada preparat tulang gosok yang diimplan dengan HA-TKF, bagian pusat
implan tidak dapat diamati. Pertumbuhan jaringan tulang tipe trabekular terlihat
pada bagian batas antara implan dan tulang. Adanya sedikit celah antara implan
dan tulang tersebut (bagian pinggir implan) diduga memberikan ruang untuk
migrasi sel-sel osteogenik dalam melakukan proses perbaikan. Hal sebaliknya
terjadi di pusat implan. Keadaan implan yang padat saat awal implantasi
memungkinkan sulitnya vaskularisasi dan migrasi sel-sel osteogenik ke dalam
implan, sehingga bagian pinggir antara tulang dan implan terlihat lebih cepat
tumbuh dibandingkan dengan bagian pusat implan.
Pada preparat tulang gosok kelompok kontrol setelah pemanenan hari ke30, menunjukkan pertumbuhan tulang yang lebih cepat dibandingkan dengan
kelompok perlakuan. Lubang defek telah diisi dengan pertumbuhan jaringan.
Pertumbuhan tersebut berupa tulang trabekular. Tulang tersebut memiliki bentuk
berlubang-lubang seperti anyaman jala. Jarak antara lubangnya lebih besar dari
pada tulang kompakta (Samuelson 2007). Tipe tulang ini sering dideskripsikan
sebagai tulang yang belum dewasa (immature bone). Jaringan tulang yang mengisi
defek tersebut merupakan bentuk jaringan kalus. Kalus tulang atau kalus keras
dapat terbentuk satu sampai empat minggu pasca kerusakan (Cheville 2006). Pola
pertumbuhan kalus terlihat dimulai dari bagian yang masih memiliki unsur
vaskular seperti bagian sisi defek, periosteum atau sumsum tulang menuju pusat
defek. Gambaran bentukan kalus diperlihatkan pada gambar 7B.
34
A
B
Gambar 7 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang perlakuan (A) dan tulang
kontrol (B) pada hari ke-30 pascaoperasi. Tanda panah merah
menunjukkan daerah pertumbuhan tulang baru berbentuk tulang
trabekular dan lingkaran merah menunjukkan daerah defek. Pewarnaan
Hematoksilin. Bar: 0,5 mm.
Pada pengamatan preparat gosok yang diberi perlakuan implan selama 60
hari pascaoperasi terlihat pola pertumbuhan tulang di bagian pinggir menuju pusat
implan. Pertumbuhan tersebut berasal dari bagian kerusakan di kedua sisinya.
Selain itu pertumbuhan tulang trabekular juga aktif terjadi pada bagian pinggir
tulang ke arah sumsum tulang (Gambar 8A). Proses ini terjadi karena bagian
sumsum tulang mengandung bahan-bahan osteogenik (Kalfas 2001) seperti sel-sel
osteoprogenitor yang akan berdeferesiasi menjadi sel osteoblas. Sel osteoblas ini
yang nantinya akan berkembang menjadi struktur tulang yang kompak karena
proses mineralisasi (Samuelson 2007).
Pada preparat kelompok kontrol pengamatan pascaoperasi selama 60 hari,
daerah defek yang tidak diberi implan mengalami pertumbuhan atau proses
osteogenesis. Tulang yang terbentuk memperlihatkan keadaan yang lebih baik
dibandingkan dengan kelompok perlakuan. Bentukan tulang tidak lagi seperti
pengamatan kontrol 30 hari. Pada keadaan defek yang telah menutup mengalami
peningkatan tahap perbaikan. Tulang menjadi lebih padat, kompak dan terlihat
memiliki unsur-unsur seperti sistem osteonal, saluran Haver’s dan saluran
Volkmann (Gambar 9). Pertumbuhan tulang baru sudah mencapai tahap mature.
Kepadatan tulang mature dalam bentuk kompak (kortikal) menghasilkan suatu
kekuatan tulang (Baron & Emile 2003). Kekuatan tulang ini menyebabkan saat
35
dilakukan penggosokan struktur tulang tidak akan mengalami perubahan atau
pengikisan dan bentukan tulang dapat diamati dengan baik. Pola pertumbuhan
memperlihatkan tulang menutupi daerah defek.
B
A
Gambar 8
Gambaran mikroskopis persembuhan tulang perlakuan (A) dan tulang
kontrol (B) pada hari ke-60 pascaoperasi. Tanda panah merah
menunjukkan daerah pertumbuhan tulang baru dan lingkaran merah
menunjukkan daerah defek pada pertumbuhan tulang baru. Bagian
persembuhan pada defek tulang kontrol (B) memperlihatkan bentukan
tulang kompakta. Pewarnaan Hematoksilin. Bar: 0,5 mm
H
OS
V
Gambar 9 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang kontrol pada hari ke-60
pascaoperasi, terbentuk tulang kompakta dengan struktur osteon
(lingkaran merah), saluran Haver’s (H), saluran Volkmann (V), dan
osteosit (OS). Pewarnaan Hematoksilin. Bar: 20µm
36
Pengamatan preparat gosok kelompok perlakuan pada hari ke-90
pascaoperasi memperlihatkan pada bagian pinggir antara implan dan tulang terjadi
pertumbuhan tulang trabekular. Sedangkan bagian pusat implan belum
menunjukkan adanya bentukan tulang kompakta seperti yang terjadi pada defek
kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol bagian defek telah menutup dan
berbentuk tipe tulang kompakta. Umumnya setelah 90 hari, perbaikan tulang telah
mencapai tahap remodelling (Cheville 2006). Pada tahap ini kerusakan tulang
telah kembali mempunyai bentuk, struktur, dan kekuatan mekanik seperti semula
(Kalfas 2001). Pola pertumbuhan tulang terlihat menutupi lubang defek, dan pada
kelompok perlakuan, pola pertumbuhan tulang menuju bagian pusat implan.
A
B
Gambar 10 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang perlakuan (A) dan tulang
kontrol (B) pada hari ke-90 pascaoperasi. Tanda panah merah
menunjukkan daerah pertumbuhan tulang baru dan lingkaran merah
menunjukkan daerah defek pada pertumbuhan tulang baru. Pewarnaan
Hematoksilin. Bar : 0,5 mm
Secara keseluruhan daerah defek yang diimplantasi dengan HA-TKF,
pertumbuhan dan regenerasi tulang terjadi lebih lambat dibandingkan dengan
persembuhan
defek
tanpa
pemberian
implan.
Pada
kelompok
kontrol
menunjukkan pada daerah pengeboran setelah 90 hari keadaannya menutup,
ditandai dengan adanya osteosit-osteosit yang mengalami kalsifikasi sehingga
terbentuk struktur osteonal.
37
Gambaran Mikroskopis Preparat Tulang Dekalsifikasi
Pemeriksaan dengan menggunakan preparat dekalsifikasi dan diwarnai
dengan menggunakan Hematoksilin Eosin (HE) memperlihatkan perubahanperubahan secara mikroskopis baik dari segi implan HA-TKF dan respon jaringan
terhadap perbaikan alami dan respon terhadap implan. Hasil secara detail
pengamatan mikroskopis preparat dekalsifikasi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Perubahan mikroskopis jaringan tulang tibia dan implan HA-TKF pada
berbagai periode pemanenan
Karakteristik pengamatan mikroskopis
1.Proliferasi jaringan ikat ke dalam implan
2.Pertumbuhan jaringan tulang baru di
pinggir implan
3.Pertumbuhan jaringan tulang (bone
growth) baru di pusat implan
4. Proliferasi sumsum tulang
Periode pemanenan HATKF yang diimplan pada
tulang tibia domba
30 hari 60 hari 90 hari
(+)
(++)
(+++)
(+)
(++)
(+++)
(-)
(++)
(+++)
*
*
*
5.Ikatan antara tulang lama dengan implan
*
*
*
6.Pembentukan trabekular di dalam implan
7.Biodegradasi
8.Reaksi inflamasi pada pinggir implan
9.Neovaskularisasi di dalam implan
(+)
(+)
(+)
(+)
(++)
(++)
(+)
(+++)
(+++)
Keterangan
Seperti membelah implan
Menyebar di beberapa
lokasi pinggir implan
Berupa tulang rawan
*Terdapat serpihan tulang,
sumsum terlihat sel lemak
dan neovaskularisasi
*Dilekatkan dengan
jaringan ikat diantara
keduanya
Bertambah seiring
peningkatan proliferasi
jaringan ikat
Keterangan (-): tidak ada; (+): sedikit; (++): banyak; (+++): sangat banyak
Berdasarkan pengamatan mikroskopis tulang dekalsifikasi pada hari ke-30
pascaoperasi telah menunjukkan adanya proliferasi jaringan ikat ke dalam implan.
Jaringan ikat yang masuk ke dalam implan berbentuk serabut dengan inti
berwarna biru. Selain itu, neovaskularisasi banyak terdapat pada jaringan ikat di
dalam implan (Gambar 12A). Hasil tersebut mengindikasikan HA-TKF memiliki
sifat osteokonduktif. Menurut Kalfas (2001) osteokonduktif adalah sifat fisik dari
graft dalam menjalankan fungsi sebagai scaffold untuk mendukung dalam
persembuhan
tulang.
Biomaterial
yang
memiliki
sifat
osteokonduktif
memungkinkan untuk pertumbuhan neovaskularisasi dan infiltrasi sel-sel
precursor osteogenik ke dalam ruang graft. Jaringan ikat tumbuh mendesak tulang
38
dan membelah implan. Pertumbuhan jaringan dan neovaskularisasi di dalam
implan menandakan adanya degradasi dan resorpsi jaringan terhadap implan HATKF. Ruang sumsum tulang terdapat banyak pembuluh darah dan sel-sel lemak
(Gambar 12B), hal ini menunjukkan sumsum tulang dalam keadaan normal.
Implan terlihat menempel di bagian tulang dengan dilekatkan oleh
jaringan ikat. Pada area antara implan dengan tulang tidak terdapat reaksi
inflamasi karena tidak ditemukannya sel-sel radang di area tersebut. HA-TKF
merupakan senyawa kalsium yang tidak menimbulkan inflamasi, respon
imunologi dan respon iritasi terhadap jaringan (Murugan dan Ramakrishna 2004).
Namun, pada sisi implan yang berkontak dengan sumsum tulang terdapat
tumpukan sel-sel darah merah yang menandakan adanya ruptur pembuluh darah.
Pertumbuhan tulang rawan juga terlihat pada bagian pinggir implan
(Gambar 11). Pada bagian implan HA-TKF yang telah diresorpsi akan digantikan
dengan massa tulang rawan. Area pusat implan sebagian besar berupa massa HATKF yang berbentuk seperti serabut beraspek eosinofilik dalam preparat
dekalsifikasi dengan pewarnaan HE. Pertumbuhan tulang yang berbentuk
trabekular terjadi pada bagian pinggir defek (Gambar 12C).
Os tibia
HA-TKF
JI
Gambar 11 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang perlakuan pada hari ke30 pascaoperasi. Tulang rawan (Æ) terbentuk di bagian pinggir
implan dan jaringan ikat (JI) tumbuh ke bagian pusat implan.
Pewarnaan HE. Bar: 30µm.
39
A
p
JI
HA-TKF
p
B
p
L
C
T
Gambar 12 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang perlakuan pada hari
ke-30 pascaoperasi. A. Pertumbuhan jaringan ikat (JI) di pusat
implan dan neovaskularisasi (p) di dalam implan HA-TKF. B.
Daerah sumsum tulang dengan adanya neovaskularisasi (p) dan
sel-sel lemak (L). C. Pertumbuhan trabekular (T) dengan
regenerasi sel-sel tulang. Pewarnaan HE. Bar A&B: 10µm; C:
20µm.
40
Berbeda dengan keadaan persembuhan segmental tulang yang diimplan
dengan HA-TKF, kelompok tulang kontrol pada pengamatan hari ke-30
pascaoperasi menunjukkan bagian defek tulang telah tertutup dengan tulang
trabekular dan sebagian jaringan ikat (Gambar 13A). Jaringan ikat tersebut
memiliki sel-sel dengan inti berwarna ungu dan berbentuk serabut. Daerah pinggir
defek memperlihatkan proses persembuhan dengan ditandai pembentukan tulang
baru. Pertumbuhan tulang baru tersebut berupa tulang trabekular atau beraspek
spongiosa. Pada tulang trabekular ini terlihat sel-sel osteoblas berada di pinggir
tulang (Gambar 13).
Osteoblas membentuk formasi berderet menyerupai sel-sel epithelium.
Pada daerah tengah tulang-tulang trabekular juga terlihat membentuk sel-sel
osteosit yang terisolasi di dalam matrik karena proses mineralisasi. Pada daerah
tengah defek juga terlihat jelas pertumbuhan tulang trabekular dan di sekitarnya
terdapat pertumbuhan tulang secara meluas berupa penjuluran-penjuluran
trabekular (Gambar 13A). Periosteum pada daerah defek menebal. Sumsum tulang
dipenuhi sel-sel lemak dan pembuluh darah.
A
B
OS
JI
T
T
M
JI
OB
Gambar 13 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang kontrol pada hari ke-30
pascaoperasi. Gambar A merupakan area defek yang telah tertutup
jaringan ikat (JI) dan tulang trabekular (T). Gambar B, pertumbuhan
tulang trabekular di bagian pinggir defek, dengan adanya osteoblas
(OB) dan pembentukan osteosit (OS) di tengah-tengah matriks
tulang (M). Pewarnaan HE. Bar A: 40 µm, B: 20 µm.
Persembuhan tulang kontrol pada hari ke-30 pascaoperasi secara
keseluruhan menunjukkan perbaikan dan pertumbuhan tulang yang lebih baik
dibandingkan dengan defek tulang yang diberi implan HA-TKF. Pertumbuhan
41
tulang berawal dari perbaikan dari pinggir defek kemudian ke bagian tengah
defek. Degradasi dan resorpsi implan telah terjadi pada pengamatan di hari ke-30.
Hasil pengamatan pada hari ke-60 pascaoperasi menunjukkan adanya
peningkatan proliferasi jaringan ikat ke dalam implan dibandingkan pada
pengamatan hari ke-30. Jaringan ikat mendegradasi implan seperti pada tahap 30
hari namun terjadi peningkatan degradasi. Pada daerah pinggir implan terlihat
jelas pertumbuhan tulang trabekular. Keadaan pada pusat implan mengalami
perubahan
yaitu
terbentuknya
matriks
tulang
rawan.
Zona
tersebut
memperlihatkan adanya kalsifikasi dan osifikasi. Kalsifikasi tulang rawan
ditunjukkan dengan zona berwana biru dan matriks tulang ditandai dengan massa
berwarna lebih eosinofilik. Proses perubahan ini ditunjukkan pada Gambar 14.
Adanya persembuhan dengan munculnya massa tulang rawan menunjukkan
bahwa HA-TKF dapat memberikan persembuhan tulang yang baik. Sebagian
besar komposisi bahan anorganik tulang adalah fase hidroksiapatit, dan
terkandung beberapa mineral lainnya yaitu karbonat, magnesium, flourida,
klorida, kalium dan pirofosfat (Yusof 2008). Kandungan mineral ini memberikan
kekerasan dan melindungi tulang dari kerusakan seperti patah. Apabila tahap
mineral meningkat maka akan meningkatkan kekuatan dan kekakuan tulang
(Yusof 2008). Hidroksiapatit mempunyai komposisi kimia yang hampir sama
dengan tulang yang sebenarnya pada manusia, maka HA dianggap sangat sesuai
digunakan untuk penggantian dan perbaikan jaringan tulang manusia yang rusak
(Yusof 2008). Keadaan sumsum tulang memperlihatkan banyaknya pembuluh
darah besar, selain itu sumsum tulang juga dipenuhi sel-sel lemak.
Ikatan antara tulang dan implan diperantai oleh adanya jaringan ikat.
Kemudian celah antara keduanya terlihat pertumbuhan jaringan tulang seperti
tulang trabekular. Tulang trabekular juga tumbuh di dalam implan. Pertumbuhan
tulang trabekular berawal dari daerah pinggir ke bagian pusat implan.
Pembentukan tulang ditandai dengan hadirnya sel-sel osteoblas yang aktif
mensintesis. Sel osteoblas aktif berbentuk kubus dan berderet di pinggir
penjuluran tulang trabekular. Pertumbuhan tulang juga ditandai dengan adanya
osteosit yang terisolasi di dalam matrik tulang trabekular. Daerah sekitar
pertumbuhan tulang dipenuhi jaringan ikat dan bahan material implan HA-TKF.
42
HA-TKF
M
JI
K
Gambar 14 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang perlakuan pada hari ke-60
pascaoperasi, terjadi perkembangan struktur implan dengan adanya
indikasi pembentukan tulang rawan dan pertumbuhan jaringan ikat.
Kalsifikasi tulang rawan (K) ditunjukkan dengan zona berwana ungu
dan matriks tulang (M) ditandai dengan massa berwarna lebih
eosinofilik. Pewarnaan HE. Bar: 20 µm.
Pada daerah implan juga ditemukan sel-sel berinti banyak dan memiliki
ukuran lebih besar dibandingkan sel-sel tulang lainnya. Sel tersebut diduga
merupakan sel osteoklas. Sel osteoklas yang ditemukan memiliki banyak inti,
dengan warna inti biru dan sitoplasma bersifat asidofilik berwarna merah dalam
pewarnaan HE. Sel ini menandakan adanya proses bioresorpsi dan biodegradasi
yang terjadi pada implan HA-TKF.
Pada persembuhan tulang kontrol tanpa pemberian implan HA-TKF,
jaringan memberikan respon yang berbeda. Pada pengamatan makroskopis, defek
tulang telah ditutupi suatu massa jaringan. Hasil ini diperjelas dengan
pemeriksaan secara mikroskopis. Pada hari ke-60 pascaoperasi massa jaringan
tersebut merupakan pertumbuhan tulang. Pada sebagian lokasi, tulang tumbuh
berbentuk trabekular namun sebagian besar tulang telah memasuki tahap tipe
kompakta. Bagian pinggir tulang dekat dengan periosteum memperlihatkan
aktifitas osteoblastik. Sebagian besar tulang telah membentuk struktur kompakta
(Gambar 15).
43
PR
PD
K
Gambar 15 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang kontrol pada hari ke-60
pascaoperasi, terjadi penebalan periosteum dan terbentuknya tulang
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah (PD), struktur kompakta
sudah terlihat (K). Pewarnaan HE; Bar 40µm .
Pada pemeriksaan mikroskopis antara tulang kontrol dan tulang perlakuan
pada hari ke-60 pascaoperasi, menunjukkan adanya perbedaan. Pertumbuhan dan
persembuhan pada tulang kontrol terjadi lebih cepat dibandingkan dengan tulang
perlakuan.
Gambaran mikroskopis pada kelompok perlakuan implan HA-TKF hari
ke-90 menunjukkan adanya peningkatan proliferasi jaringan ke dalam pusat
implan. Perubahan yang paling menonjol yaitu keberadaan tulang rawan yang
semakin meluas dan lebih kompak dari perlakuan 30 dan 60 hari (Gambar 16).
Adanya ikatan antara implan dengan tulang menunjukkan bahwa HA-TKF
memiliki sifat bioaktif, yaitu mampu berkontak dengan sistem jaringan dan
mampu bereaksi dengan jaringan dan menghasilkan ikatan kimia yang sangat baik
(Purnama 2006). Tingkat biodegradasi dan resorpsi pada tahap ini menunjukkan
intensitas tinggi. Implan yang ditanam sebagian besar didegradasi dan diserap
oleh tubuh dan digantikan oleh jaringan baru. Pertumbuhan jaringan ikat dan
pembuluh darah juga meningkat. Peningkatan jumlah pembuluh darah yang
memvaskularisasi bagian pusat implan menunjukkan tingkat penyerapan yang
semakin besar dan menandakan jaringan baru telah tumbuh secara meluas.
44
TR
tulang
JI
Gambar 16 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang perlakuan pada hari ke-90
pascaoperasi. Tulang rawan (TR) dan jaringan ikat (JI) tumbuh secara
meluas di bagian pusat dan pinggir implan. Pewarnaan HE; Bar: 20
µm.
PR Gambar 17 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang kontrol pada hari ke-90
pascaoperasi. Tulang terbentuk memenuhi lubang defek. PR:
periosteum. Pewarnaan HE. Bar : 40µm.
Gambaran defek tulang kontrol pada hari ke-90 menunjukkan lubanglubang yang terbentuk lebih sedikit, tulang memiliki tingkat kekompakan yang
hampir sempurna, ditandai dengan adanya struktur seperti saluran Harver’s,
45
osteosit yang telah tersebar dalam matriks dan saluran Volkmann. Daerah
pengeboran dengan daerah sekitarnya terlihat memiliki struktur yang hampir
mirip. Proses osteogenesis pada tulang kontrol terjadi lebih cepat dibandingkan
dengan tulang yang ditanam implan HA-TKF.
Kajian Morfologi Persembuhan Tulang
Proses persembuhan pada kerusakan tulang segmental mirip dengan
persembuhan fraktur. Pengeboran pada tulang akan membuat bagian tulang
tersebut nekrosis dan terjadi peluruhan pembuluh darah dan tejadi ruptur kapilerkapiler darah (Cheville 2006). Pada tulang kontrol, lubang akan dipenuhi darah
dan terjadi koagulasi oleh sel-sel darah yang diinduksi oleh fibrinogen kemudian
terjadi lesio hematoma (Kalfas 2001). Begitu pula yang terjadi pada tulang yang
diberi implan, adanya celah (gap), pori atau defek lain antara tulang dan implan
maka akan terisi dengan bekuan darah sesaat setelah operasi (Brunski 1999).
Kerusakan seluler membuat sebagian tulang kehilangan vaskularisasi atau
terjadi kerusakan vaskuler, dan terjadi trauma serta nekrotik. Keadaan ini akan
mengaktifkan sel-sel monosit, limfosit, sel-sel polimorfonuklear dan fibroblast
yang akan menginfiltrasi tulang dengan diperantarai oleh prostaglandin (Kalfas
2001). Tahap ini sudah tidak teramati pada umur kerusakan 30 hari. Tahap
inflamasi terjadi pada umur kerusakan sekitar dua atau tiga hari (Cheville 2006).
Monosit yang masuk ke dalam daerah fraktur akan bertransformasi menjadi
makrofag yang memainkan peranan penting dalam persembuhan tulang (Cheville
2006). Hal ini akan menyebabkan pembentukan jaringan granulasi, pertumbuhan
jaringan pembuluh darah (neovaskularisasi), dan migrasi dari sel-sel osteogenik
(Kalfas 2001). Umumnya pasca 30 hari terjadi kerusakan segmental atau fraktur
pada tulang akan mengalami persembuhan dalam tahap remodelling (Cheville
2006).
Penanaman implan HA-TKF di dalam kerusakan segmental memberikan
suatu respon yang berbeda oleh jaringan tulang seiring dengan lamanya waktu
penanaman implan, mulai hari ke-30, 60 dan 90 pascaoperasi, jaringan tulang
mengikat implan melalui pertumbuhan jaringan ikat dan semakin meluas pada
hari ke-60 dan 90. Jaringan ikat memiliki fungsi sebagai penunjang tubuh dan
46
merupakan jaringan penghubung di dalam tubuh (Astawan 2002). Proses
osteointegrasi terjadi dengan pembentukan jaringan ikat pada pertautan antara
tulang dan implan HA-TKF. Mengingat fungsi jaringan ini sebagai penunjang dan
memelihara integritas struktur tubuh hewan maupun manusia.
Jaringan ikat tidak hanya melapisi bagian pinggir implan tetapi juga
tumbuh di dalam implan. Proliferasi jaringan ini berdampak pada keadaan implan.
Bentuk implan yang semula ditanam memiliki bentuk padat dan utuh setelah 30
sampai 90 hari diimplantasi pada tulang domba mengalami degradasi dan terpecah
oleh pertumbuhan jaringan ikat. Bahkan dalam pengamatan 90 hari implan sudah
berbentuk menyerupai granul. Pada daerah implan menunjukkan adanya
hubungan fibroseluler dengan bagian tulang yang lama, hal ini mengindikasikan
terjadinya resorpsi dan proses penggantian di dalam implan (graft) secara
ekstensif (Maiti et al. 1995).
Pada preparat kontrol, jaringan ikat hanya muncul pada pengamatan hari
ke-30. Hal ini membuktikan adanya persembuhan yang mencapai tahap
pembentukan kalus. Kalus merupakan jaringan baru antara dua ujung fraktur yang
kemudian akan berubah menjadi jaringan tulang (Dorland 2002). Pada fase ini
tulang kontrol telah terbentuk kalus dan disini tulang menjadi osteoporotik akibat
resorpsi kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel yang berkembang memiliki potensi
kondrogenik dan osteogenik mulai membentuk jaringan kartilago dan tulang. Pada
awal persembuhan akan terbentuk jaringan granulasi yang merupakan kalus lunak
dan kemudian ketika berubah menjadi tulang rawan atau tulang dinamakan kalus
keras (Cheville 2006).
Pada pengamatan kelompok tulang kontrol hari ke-30, tulang baru sudah
terbentuk di daerah pinggir defek dan sebagian tumbuh di pusat defek dengan
berbentuk tulang trabekula. Pertumbuhan tulang baru ditandai dengan hadirnya
sel-sel osteoblas dan osteosit. Sel osteoblas membentuk deretan di pinggir tulang
trabekular yang baru. Sel tersebut berfungsi mensekresikan bahan-bahan matriks
tulang dan membentuk osteoid. Kemudian sel osteoblas akan terisolasi di dalam
matrik dan berubah menjadi sel osteosit. Pertumbuhan tulang terlihat mengarah ke
dalam lubang segmen tempat pengeboran. Proses ini akan berlangsung secara
47
kontinyu sampai tulang mencapai stabilitas sempurna. Periosteum di daerah defek
mengalami penebalan.
Pertumbuhan tulang baru mulai tampak jelas pada hari ke-30 pascaoperasi
penanaman implan HA-TKF. Pada periode ini pertumbuhan tulang terjadi di
daerah pinggir implan di dekat sumsum tulang. Hal serupa terjadi pada penelitian
yang dilakukan oleh Sunil et al. (2008) yang mengimplankan HA-TKF pada
kelinci, setelah 8-12 minggu hasil mikroskopis menunjukkan pertumbuhan tulang
mulai terjadi di pinggir kemudian tumbuh menuju pusat implan dan menyebar ke
dalam implan. Penyebaran pertumbuhan tulang baru merupakan hasil dari aksi
osteogenik yang berasal dari sumsum tulang di dalam ruang defek (Sunil et al.
2008).
Tulang baru yang tumbuh berbentuk jala atau disebut tulang trabekular.
Osteoblas sebagai sel pembentuk tulang terletak di pinggir tulang trabekular dan
membentuk deretan seperti barisan sel epithelium. Sel osteoblas berasal dari sel
osteogenik yang ada pada periosteum, endosteum atau sumsum tulang. Osteoblas
akan aktif mensintesis komponen organik tulang atau disebut osteoid (prebone).
Komponen tersebut berupa kolagen, proteoglikan dan glikoprotein (Samuelson
2007). Osteoid yang terbentuk berawal dari bahan dasar fibril kolagen yang belum
berkapur dan bersifat lunak (Hartono 1989).
Pada bagian tengah tulang trabekular memperlihatkan adanya sel-sel
osteosit. Adanya sel-sel osteosit menandakan terjadinya perkembangan pada
tulang trabekular. Sel osteosit merupakan perkembangan lanjutan dari sel-sel
osteoblas yang terisolasi oleh matriks yang dihasilkan (Mills 2009). Osteosit
berada dalam matriks membentuk suatu ruang berbentuk oval dan disebut lakuna
(Samuelson 2007). Selanjutnya osteosit akan membentuk kanalikuli yang
merupakan suatu penjuluran-penjuluran secara radial.
Pertumbuhan tulang baru tidak hanya terjadi pada bagian perifer tetapi
juga tumbuh di dalam pusat implan berupa pertumbuhan jaringan tulang rawan.
Pertumbuhannya menyebar tidak beraturan. Massa tulang rawan di pusat implan
ditemukan pada pemanenan hari ke-60 dan 90. Pembentukan jaringan tersebut
menunjukkan bahwa persembuhan telah memasuki tahap perbaikan dengan
pembentukan tulang rawan yaitu mencapai fase pembentukan kalus keras. Tulang
48
rawan yang terbentuk hanya bersifat sementara karena akan segera digantikan
dengan woven bone yang kemudian akan mengalami remodelling menjadi
lamellar bone. Matriks ekstraselular tulang rawan akan mengalami kalsifikasi,
sehingga khondrosit mati.
Adanya pertumbuhan tulang di dalam implan menandakan HA-TKF
memiliki sifat osteokonduktif. Menurut Xue et al. (2009) HA-TKF keramik
memiliki potensi sebagai osteokonduktif dan memiliki tingkat resorpsi optimal
untuk pembentukan tulang. Osteokonduktif adalah sifat fisik dari graft dalam
menjalankan fungsi sebagai scaffold untuk mendukung dalam persembuhan
tulang. Osteokonduktif memungkinkan untuk pertumbuhan neovaskularisasi dan
infiltrasi sel-sel prekursor osteogenik ke dalam ruang graft (Kalfas 2001).
Pada penelitian ini proses resorpsi dan degradasi HA-TKF telah terjadi
minimal pada hari ke-30 penanaman. Setelah tiga bulan HA-TKF diimplan pada
tulang domba telah memperlihatkan pembentukan tulang yang belum merata di
seluruh implan. Penelitian yang telah dilakukan Uchida et al. (1990) melaporkan
pertumbuhan tulang secara sempurna di seluruh bagian pori implan HA-TKF
terjadi setelah 12 bulan. Sehingga dalam penelitian ini perlu penambahan waktu
implantasi sampai mencapai adanya pertumbuhan tulang yang optimal di dalam
implan.
Sel osteoklas memiliki peranan yang penting dalam resorpsi dan
remodelling tulang (Samuelson 2007). Daya bioresorpsi menjadi salah satu syarat
dalam menentukan biomaterial yang ideal. Hasil yang diperoleh menunjukkan
HA-TKF mampu diresorpsi oleh jaringan tulang. Hadirnya sel-sel osteoklas yang
ditemukan pada hari ke 60 di dalam daerah implan membuktikan HA-TKF
memiliki potensi bioresorbabel.
Osteoklas merupakan multinukleat giant sel yang memiliki 6-50 atau
lebih inti sel yang berperan dalam penyerapan dan remodelling jaringan tulang
(Samuelson 2007) dengan ukuran diameternya sekitar 40 sampai 100 µm
(Dellman & Eurell 2002). Dalam pewarnaan HE, sitoplasmanya berwarna merah
muda karena bersifat acidophilic dan inti sel berwarna biru karena memiliki sifat
basophilic. Osteoklas berasal dari sumsum tulang dan merupakan derivat dari sel
monosit. Osteoklas melakukan aksi resorpsi melalui reaksi enzimatis (Samuelson
49
2007). Osteoklas akan mensekresikan berbagai bahan seperti asam laktat, asam
sitrat, enzim hidrolitik kuat (acid hydrolase, collagenase, dll.) yang akan
mencerna bahan matriks ekstraseluler.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, implan HA-TKF memiliki sifat
biodegradabel dan bioresorbabel. Implan mulai terpecah di hari ke-30, tetapi
implan masih terlihat dalam pengamatan setelah 60 dan pada 90 hari pascaoperasi.
Pada akhir pengamatan sisa implan sudah sangat sedikit. Jika dibandingkan
dengan persembuhan kontrol tanpa pemberian implan, kerusakan segmental pada
tulang kontrol menunjukkan perbaikan dan pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan kerusakan segmental yang diberi implan HA-TKF.
Biodegradasi dari suatu bahan implan keramik dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain seperti pori-pori (porosity), kepadatan (density), rasio bahan
implan HA-TKF, ukuran partikel serta waktu dan temperatur pembuatan (Maiti et
al. 1995). Pori-pori di dalam implan akan meningkatkan kemampuan ikatan
tulang, karena beberapa alasan antara lain a) adanya pori-pori akan memperbesar
area permukaan sehingga menghasilkan daya bioreabsorpsi yang tinggi, dan dapat
lebih menginduksi bioaktivitas, b) pori-pori yang saling berhubungan dapat
memberikan suatu kerangka atau tempat untuk pertumbuhan tulang ke dalam
matriks implan, c) hubungan antara pori juga berfungsi sebagai tempat saluran
vaskularisasi, sehingga pembuluh darah dapat masuk ke dalam implan dan dapat
menyuplai nutrien untuk pertumbuhan tulang (Nandi et al. 2009). Pada penelitian
ini porositas dan kepadatan dari implan HA-TKF yang digunakan belum diketahui
secara mendetail sehingga perlu pengkajian lebih lanjut dalam mendesain struktur
implan untuk meningkatkan daya biodegradasi dan resorpsi agar dapat
mendukung persembuhan tulang dengan baik.
Pada tulang perlakuan selama 30, 60 dan 90 hari pascaoperasi tidak
memperlihatkan reaksi inflamasi. Tidak adanya reaksi inflamasi dan respon
terhadap benda asing pada akhir pengamatan menandakan bahwa implan dapat
digunakan sebagai alternatif penggantian tulang dalam mengisi defek tulang
(Nandi et al. 2009) dan bersifat aman dan tidak toksik untuk tubuh. Tidak adanya
reaksi penolakan oleh tubuh terhadap implan HA-TKF juga menunjukakan bahwa
implan tersebut memiliki kecocokan dan bersifat biokompatibel dengan tubuh.
50
Bone graft dapat digunakan untuk membantu perbaikan berbagai
kerusakan tulang, salah satunya adalah kerusakan fraktur. Fraktur atau patah
tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan.
Berdasarkan luka yang ada patah tulang dapat dibagi menjadi patah tulang terbuka
dan patah tulang tertutup (Brinkker et al. 1983). Fraktur tulang dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa tipe antara lain seperti tipe transverse, oblique,
spiral, comminuted (tulang patah pada beberapa fragmen) dan segmental
berdasarkan keparahan gangguan pada tulang (Scott & McLaughlin 2007).
Penanganan patah tulang atau fiksasi yang dilakukan tergantung dengan derajat
keparahan gangguan pada tulang. Patah tulang luka terbuka dengan tipe
comminuted memerlukan fiksasi menggunakan bone graft (Scot t & McLaughlin
2007). Pemasangan graft dalam penanganan fraktur tipe comminuted juga
memerlukan fiksasi dengan menggunakan plate dan screw. Bone graft sintetik
seperti HA-TKF dapat digunakan untuk menangani kerusakan tersebut.
Bahan keramik seperti HA-TKF juga memiliki fungsi untuk berbagai
macam aplikasi antara lain sebagai pengganti untuk jaringan yang berkapur dan
membantu
memperbaiki
pembentukan
tulang.
Dalam
bidang
biomedis,
biomaterial keramik dapat digunakan sebagai implan untuk defek pada tulang
panjang, digunakan sebagai hip prosthesis implan, penanganan arthrodesis
(Fossum et al. 2007), digunakan dalam implantasi untuk operasi spinal dan
sebagai pelapis implan berbahan metal untuk keperluan ortopedik (Maxian et al.
1993; Hayashi et al. 1993; Nascimento et al. 2007).
Dalam penelitian ini HA-TKF diaplikasikan sebagai bahan pengisi
kerusakan segmental pada tulang panjang tibia. Implan ditanam pada bagian
medial diafise tulang dan menunjukkan hasil adanya formasi pertumbuhan tulang
yang menggantikan bone graft HA-TKF. Bahan tersebut memiliki laju resorpsi
dan degradasi yang lebih cepat dibanding laju pertumbuhan dan pergantian
tulangnya. Berdasarkan hasil tersebut bahan HA-TKF tersebut dimungkinkan
cocok untuk penanganan defek kecil dan untuk persembuhan yang memerlukan
waktu recovery yang cepat. Sedangkan apabila diaplikasikan untuk defek yang
cukup besar akan beresiko terjadi pemendekan tulang karena faktor beban
mekanik yang akan menekan ruang defek.
Download