BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Menurut William J. Stanton (2008), Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.” Menurut Kotler & Keller (2009), Pemasaran yang baik itu bukan kebetulan, melainkan hasil dari eksekusi dan perencanaan yang cermat. Praktik pemasaran terus menerus ditingkatkan dan diperbaharui di seluruh industri untuk meningkatkan peluang keberhasilan. Pemasaran itu adalah “seni” sekaligus “ilmu” ada tegangan yang terus menerus antara sisi pemasaran yang terformulasi dan sisi kreatif. Lebih lengkapnya pengertian dari Manajemen Pemasaran adalah “seni” atau “ilmu” memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan 6 menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikasikan nilai pelanggan yang unggul Dalam hal ini pemasaran merupakan proses pertemuan antara individu dan kelompok dimana masing-masing pihak ingin mendapatkan apa yang mereka butuhkan / inginkan melalui tahap menciptakan, menawarkan dan pertukaran. Sementara pengertian pemasaran secara umum adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu & kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Dalam bukunya Kotler & Keller (2009) menyatakan bahwa pertukaran dan transaksi ada 5 syarat : Sekurang-kurangnya ada 2 pihak Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin bernilai bagi pihak lain Masing-masing pihak mampu berkomunukasi dan menyerahkan sesuatu Masing-masing pihak bebas untuk menerima atau menolak tawaran pertukaran Masing-masing pihak yakin bahwa bertransaksi dengan pihak lain merupakan hal yang tepat dan diinginkan. Sementara manajemen pemasaran itu sendiri artinya proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi penetapan harga, promosi dan 7 distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran perorangan dan organisasi. 2.1.2 Perumusan Strategi Pemasaran Sasaran menunjukkan apa yang ingin dicapa oleh suatu unit bisnis, strategi adalah suatu rencana permainan untuk mencapainya. Setiap bisnis harus merancang strategi untuk mencapai tujuannya, yang terdiri dari strategi pemasaran dan strategi teknologi serta strategi penetapan sumber yang cocok. Strategi Generik Porter yang di buat oleh Michael Porter telah mengemukakan tiga strategi umum yang memberikan awal yang bagus bagi pemikiran strategis yaitu : a. Keunggulan biaya secara keseluruhan Bisnis bekerja keras untuk mencapai biaya produksi dan distribusi yang terendah, sehingga harganya menjadi lebih rendah daripada pesaing dan mendapat pangsa pasar yang besar. Perusahaan dengan strategi ini harus terampil dalam hal rekayasa (engineering), pembelian, produksi, maupun distribusi. Mereka hanya memerlukan sedikit keterampilan pemasaran. Masalah dengan strategi ini adalah bahwa perusahaan lain biasanya akan bersaing dengan biaya yang lebih murah, dan menghantam perusahaan yang hanya mengandalkan biaya rendah. 8 b. Diferensiasi Unit bisnis berkonsentrasi untuk mencapai kinerja yang terbaik dalam memberikan manfaat bagi pelanggan yang dinilai penting oleh sebagian besar pasar. Perusahaan mengolah kekuatan-kekuatan itu yang akan menyumbang kepada diferensiasi yang diharapkan. Jadi, perusahaan yang ingin posisi terdepan dalam mutu harus menggunakan komponen terbaik, memadukannya dengan baik, memeriksanya dengan teliti, dan mengomunikasikan mutunya secara efektif. c. Fokus Bisnis memfokuskan diri pada satu atau lebih segmen pasar yang sempit daripada mengejar pasar yang lebih besar. Perusahaan memahami kebutuhan segmen itu dan mengejar kepemimpinan biaya atau diferensiasi dalam segmen sasaran. Perusahaan-perusahaan yang melakukan strategi yang sama dan ditujukan untuk pasar atau segmen sasaran yang sama membentuk kelompok strategis. Perusahaan yang melaksanakan strategi tersebut dengan paling baik akan memperoleh laba paling besar. Perusahaan yang tidak menerapkan strategi yang jelas dan mencoba untuk menjadi baik pada semua dimensi strategik tidak akan bertahan dalam industrinya sebagai yang terendah dalam biaya, paling tinggi dalam nilai yang dirasakan, atau terbaik dalam melayani beberapa segmen pasar. Porter menggambarakan satu perbedaan yang tegas antara strategi dan efektivitas operasional. 9 Definisikan strategi adalah “sebagai penciptaan posisi unik dan bernilai yang mencakup perangkat kegiatan yang berbeda.” Sebuah perusahaan dapat mengklaim bahwa ia memiliki strategi ketika ia “melakukan kegiatan-kegiatan yang berbeda dengan pesaing atau melakukan kegiatan yang sama dengan cara yang berbeda.” Menurut Kotler & Keller (2009), pemasaran juga mencakup kepuasan atas kebutuhan dan keinginan konsumen. Tugas dari segala jenis bisnis adalah menyerahkan nilai pelanggan untuk mendapatkan laba. Dalam ekonomi yang hiperkompetitif, dengan semakin banyak pembeli rasional yang berhadapan dengan banyak sekali pilihan, sebuah perusahaan dapat menang hanya dengan menyetel dengan baik proses penyerahan nilai serta memilih, menyediakan dan menomunikasikasn nilai superior. 2.2 Pemasaran Jasa 2.2.1 Pengertian Jasa Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata „jasa‟ (service) itu sendiri mempuanyai banyak arti, mulai dari pelayanan pribadi (personal service) sampai jasa sebagai suatu produk. Sejauh ini sudah banyak pakar pemasaran jasa yang berusaha mendefinisikan pengertia jasa. Tjiptono mengutip dari Kotler (2004), mendefinisikan jasa sebagai, “Setiap tindakan atau kegiatan atau manfaat yang dapat ditawarkan oleh 10 satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Produksi jasa berkaitan dengan produk fisik dan sebaliknya.” Karl Albrecht dalam Dessler (2004), "Manajemen Jasa adalah pendekatan keseluruhan dari perusahaan dalam mewujudkan tercapainya kualitas pelayanan atau jasa sebagaimana yang diinginkan oleh konsumen, dan merupakan faktor pendorong utama dalam operasi bisnis." Dari berbagai definisi di atas, tampak bahwa di dalam jasa selalu ada aspek interaksi pihak konsumen dan pihak produsen jasa, meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa bukan suatu barang, melainkan suatu proses atau aktivitas atau manfaat yang tidak berwujud. Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan. Konsep bauran pemasaran pertama kali dipopulerkan oleh Jerome Mc. Carthy yang merumuskan 4P (Product, Price, Promotion, Place). Bila ditinjau dari sudut pandang pelanggan, 4P bisa dirumuskan menjadi 4C (Costumers’ needs and wants, Cost, Communication, dan Convenience) 2.2.2 Karakteristik Jasa Berbagai riset dan literatur manajemen dan pemasaran jasa mengungkap bahwa jasa memiliki empat karakteristik unik yang membedakannya dari barang dan berdampak pada strategi mengelola dan memasarkannya. Keempat karakteristik utama tersebut dinamakan 11 paradigma IHIP : Intangibilty, Heterogeneity, Inseparability, Perishability dan Lack of ownership, Tjiptono (2004) a. Intagibility (Abstrak atau tidak berwujud) Jasa tidak bisa dilihat dan dirasakan oleh konsumen sebelum konsumen membeli atau mendapatkan penyedia jasa. Konsumen juga tidak bisa memprediksikan apa hasil yang akan diperoleh dengan mengkonsumsi jasa kecuali setelah membelinya. Beberapa karakter dari intangibility adalah: - Suatu jasa baru bisa dirasakan ketika jasa tersebut disampaikan kepada konsumen. - Suatu jasa kadang terasa sulit dipahami konsumen. - Suatu jasa sulit kadang sulit untuk dijelaskan kepada konsumen - Penilaian akan kualitas sulit ditentukan oleh konsumen - Harga sulit untuk ditentukan Karena tidak berwujud, konsumen biasanya melihat tanda-tanda dan sesuatu yang bisa dilihat atau dirasakan untuk bisa menilai kualitas suatu jasa. Mereka akan melihat kualitas dari para pegawainya, peralatan, tempat, simbol, dan juga harga yang bisa mereka rasakan. Tugas pemasaran adalah bagaimana hal-hal yang tidak terwujud itu bisa ditunjukkan dalam berbagai bentuk dan wujud yang bisa menunjukkan kualitas jasa. Para pemasar bisa melakukan beberapa hal: 12 - Visualisasi, yaitu penggambaran bagaimana suatu jasa diberikan kepada konsumen. Misalnya dengan penggambaran tentang kenyamanan dan kenikmatan suatu hotel, kenikmatan melakukan penerbangan, dan lain-lain sehingga konsumen bisa mendapatkan gambaran. - Asosiasi, yaitu mengaitkan jasa yang ditawarkan dengan profil seseorang, objek, ataupun tempat. - Representasi Fisik, dengan memperlihatkan gedung, fasilitas, dan berbagai hal yang mendukung jasa yang disampaikan. - Dokumentasi, sertakan berbagai penghargaan, catatan kepuasan pelanggan, sehingga menumbuhkan kepercayaan pembeli. b. Heterogeneity/Variability/Inconsistency (banyak variasi, non-standar) Suatu jasa biasanya sulit dibuat standar kualitasnya, karena masing-masing mempunyai standar proses sendiri-sendiri tergantung kualitas dari proses internal penyedia jasa. Walaupun demikian, sedapat mungkin sebuah organisasi/perusahaan penyedia jasa seyogyanya membuat standar layanan agar kualitas jasanya bisa lebih dikontrol. Karakter jasa dalam hal ini adalah: 1) Jasa tidak bisa disampaikan dalam kondisi yang sama. 2) Kualitas yang tidak sama menambah potensi resiko pada konsumen. 3) Perusahaan perlu mengurangi resiko pelanggan dengan memberikan jaminan kualitas, misalnya kartu garansi. 13 c. Inseparability (tidak dapat dipisahkan) Jasa umumnya diproduksi dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan dengan partisipasi konsumen dalam prosesnya. Pada jasa, faktor penyedia jasa (orang) langsung berperan dalam produksi jasa. Karena konsumen juga menjadi salah satu faktor penting dalam proses penyediaan jasa, interaksi yang baik antara penyedia jasa dan konsumen menjadi faktor yang sangat penting. Karena itu, terkadang kualitas sebuah jasa tidak hanya ditentukan oleh faktor kualitas dari penyedia jasa, tetapi juga oleh kesungguhan dan komitmen dari konsumen. Karakter dari inseparability adalah: - Konsumen harus berpartisipasi dalam proses produksi jasa. - Suatu jasa yang disampaikan terikat dengan satu penyedia jasa - Jumlah jasa yang diberikan tergantung dari penyedia jasa d. Perishability (Tidak tahan lama/cepat hilang) Jasa tidak mungkin disimpan dalam bentuk persediaan, berbeda dengan produk, suatu jasa tidak bisa disimpan. Ia diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan dan tidak bisa disimpan. Efeknya pada pemasaran terutama pada sisi permintaan. Jika permintaan stabil akan memudahkan penyedia jasa untuk melakukan persiapan. Tetapi jika permintaan fluktuatif, lebih sulit bagi penyedia jasa untuk melakukan strategi pemasaran. 14 e. Lack of ownership Pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu tertentu misalanya kamar hotel, bioskop, jasa penerbangan dan pendidikan. Pembayaran biasanya ditujukan untuk pemakaian, akses atau penyewaan item-item tertentu berkaitan dengan jasa yang ditawarkan. Tabel 2.1 Karakteristik Jasa dan Implikasi Manajemen Karakteristik Intangibility Inseparability Heterogeneity Perishability Lack of ownership Implikasi Manajemen Produk bersifat abstrak, lebih berupa tindakan atau pengalaman Kesulitan dalam evaluasi alternatif penawaran jasa, persepsi konsumen terhadap resiko Tidak dapat dipajang, diferensiasi sukar dilakukan Tidak ada hak paten, hambatan masuk rendah Konsumen terlibat dalam produksi, kontak dan interaksi penting sekali Pelanggan lain juga terlibat, masalah pengendalian Karyawan mencerminkan dan mewujudkan bisnis jasa, relasi pribadi Lingkungan jasa, mendeferensiasikan bisnis Kesulitan dalam produksi massal, pertumbuhan membutuhkan jaringan kerja sama Standarisasi sukar dilakukan, sangat nergantung kepada sumber daya manusia yang terlibat Kualitas sulit dikendalikan, heterogenitas lingkungan Tidak dapat disimpan, tidak ada sediaan Masalah beban periode puncak, produktivitas rendah Sulit menentukan harga jasa, masalah penetapan harga Pelanggan tidak dapat memiliki jasa, jasa disewakan Sumber : Tjiptono, 2004 15 2.3 Kualitas Jasa 2.3.1 Pengertian Kualitas Jasa dan kepuasan konsumen kini semakin menjadi hal yang penting dan genting bagi perusahaan jasa. Kualitas merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran atau output dapat memenuhi persayaratan kebutuhan pelanggan. Pada dasarnya, yang disebut sebagai kualitas layanan adalah harapan pelanggan terhadap apa yang akan diterima dari perusahaan. Karena itu tugas perusahaan adalah bagaimana mengelola harapan pelanggan agar tidak melebihi apa yang bisa diberikan perusahaan. Kualitas jasa atau kualitas layanan (service quality) berkontribusi signifikan bagi penciptaan diferensiasi, positioning,, dan strategi bersaing setiap organisasi pemasaran baik perusahaan manufaktur maupun penyedia jasa. Kualitas jasa lebih sulit didefinisikan dan dinilai dibandingkan dengan kualitas barang. Akan tetapi bagaimanapun konsumen akan tetap menilai kualitas jasa tersebut dan pemberi jasa juga harus memahami bagaimana sebenarnya pengharapan konsumen itu agar mereka dapat merancang jasa yang efektif. Parasuraman, Zeithmal, dan Berry (1985), “Kualitas jasa adalah suatu konsep yang secara tepat mewakili inti dari kinerja suatu jasa, yaitu perbandingan terhadap keterhandalan (exelence) dalam service encouter yang dilakukan konsumen.” Dalam jurnal yang lain, Parasuraman et al 16 (1988), menyatakan “Kualitas jasa digambarkan sebagai suatu bentuk dari sikap hasil perbandingan pengharapan kualitas jasa pelanggan dengan kinerja perusahaan yang dirasakan pelanggan.” Menurut Tjiptono (2004), “Kualitas jasa merupakan keseluruhan kesan konsumen terhadap inferioritas atau superioritas organisasi beserta jasa yang ditawarkan.” Mengacu pada beberapa pengertian tersebut di atas maka, persepsi kualitas jasa adalah suatu persepsi dan realitas dari jasa yang diharapkan pelanggan terhadap jasa yang diberikan perusahaan. Konsep kualitas itu sendiri dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian. 2.3.2 Dimensi Kualitas Jasa Menurut Kotler & Keller (2009), “Apabila jasa yang dinikmati kurang dari yang diharapkan maka konsumen akan kehilangan minat terhadap pemberi jasa tersebut. Sebaliknya, apabila jasa yang mereka nikmati memenuhi atau melebihi pengharapannya, mereka cenderung akan memakai lagi pemberi jasa tersebut.” Keinginan memenuhi atau melebihi pengharapan konsumen merupakan sasaran kualitas jasa tersebut. Pengharapan konsumen dibentuk berdasarkan pengalaman penggunaan di masa lalu, informasi dari mulut ke mulut, kebutuhan pribadi konsumen, dan iklan yang dibuat oleh perusahaan jasa. 17 Banyak studi yang mencoba untuk melakukan eksploitasi terhadap dimensi kualitas pelayanan. Parasuraman et. al, (Manajemen Pemasaran Jasa edisi 2, 2006) mengungkapkan bahwa kriteria yang digunakan konsumen dalam menilai kualitas pelayanan terdiri atas lima dimensi, yaitu sebagai berikut: 1) Berwujud/bukti fisik (tangible) Berkenaan dengan fasilitas fisik, peralatan, dan penampilan dari personil karyawan perusahaan. 2) Keandalan (reliability) Berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk melakukan pelayanan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. 3) Daya Tanggap (responsiveness) Berkenaan dengan kesediaan untuk membantu pelanggan dan menyediakan layanan yang dijanjikan dengan cepat dan tepat dengan penyampaian informasi yang jelas. 4) Jaminan (assurance) Berkenaan dengan pengetahuan, dan perilaku, kesopansantunan, serta kemampuan karyawan untuk menginspirasikan kepercayaan dan keyakinan pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen, antara lain komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan (security), kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy). 18 5) Empati (empathy) Memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. 2.3.3 Kesenjangan Kualitas Jasa Namun demikian, dalam pemasaran jasa terdapat apa yang disebut sebagai quality gap „kesenjangan kualitas‟ yang menyebabkan kualitas jasa tidak sesuai dengan harapan konsumen. Ada beberapa hal yang menyebabkan kesenjangan kualitas ini: 1) Kesenjangan persepsi manajemen Persepsi yang keliru oleh manajemen mengenai kualitas layanan seperti apa yang diharapkan pelanggan. Dengan demikian, apa yang diberikan oleh perusahaan tidak sama dengan harapan pelanggan. 2) Kesenjangan spesifikasi kualitas Kesenjangan antara persepsi manajemen mengenai harapan pengguna jasa dan spesifikasi kualitas jasa. Kesenjangan terjadi antara lain karena tidak memadainya komitmen menajamen terhadap kualitas jasa, persepsi mengenai ketidaklayakan, tidak memadainya standarisasi tugas, dan tidak adanya penyusunan tujuan. 19 3) Kesenjangan penyampaian jasa Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa. Dapat terjadi karena kesalahan dalam penyampaian layanan dikarenakan keterampilan dan pengetahuan yang tidak memadai pada pegawai ataupun kesalahan prosedur layanan pelanggan. 4) Kesenjangan komunikasi pemasaran Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal. Janji yang sulit dipenuhi, dalam hal ini karena promosi yang berlebihan, bagian produksi dan pelayanan pelanggan sulit memenuhi janji tersebut, karena itu perlu kesepakatan dan prosedur standar perusahaan yang harus ditaati oleh semua karyawan. 5) Kesenjangan dalam pelayanan yang dirasakan Perbedaan persepsi antara jasa yang dirasakan dan diharapkan oleh pelanggan. Hal ini erat kaitannya dengan citra perusahaan. 2.4 Kepuasan Pelanggan Dalam pandangan tradisional, pelanggan suatu perusahaan adalah orang yang membeli dan menggunakan produknya. Pelanggan tersebut merupakan orang yang berinteraksi dengan perusahaan setelah menghasilkan produk. Sedangkan pihak-pihak yang berinteraksi dengan perusahaan sebelum tahap proses menghasilkan produk dipandang sebagai pemasok. Kepuasan pelanggan adalah: 20 - Rangkuman berbagai intensitas respon reaktif. Tipe respons afektif dan tingkat intensitas yang mungkin dialami pelanggan harus didefinisikan secara eksplisit oleh peneliti, tergantung pada konteks penelitiannya. - Dalam waktu penentuan spesifik dan durasi terbatas. Peneliti harus menentukan waktu penentuan yang paling relevan dengan masalah penelitiannya dan mengidentifikasi kemungkinan durasi respon tersebut. - Yang ditujukan bagi aspek penting dalam pemerolehan dan atau konsumsi produk. Peneliti harus mengidentifikasi focus riset berdasarkan pertanyaan riset atau masalah manajerial yang dihadapi. Fokus ini bisa luas maupun sempit cakupannya dalam hal isu atau aktivitas pemerolehan atau konsumsi publik. Menurut Tse dan Wilton dalam Tjiptono (2004) “kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap ketidak sesuaian (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual (produk yang dirasakan setelah pemakaian).” Pelanggan adalah orang yang menerima hasil pekerjaan seseorang atau perusahaan, maka hanya mereka yang dapat menentukan kualitasnya seperti apa dan hanya mereka yang dapat menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan mereka. Apabila pelanggan puas mereka akan berbagi rasa pada pelanggan yang lain dan hal ini merupakan bahan referensi bagi perusahaan yang bersangkutan. Jadi apabila kepuasan terjadi maka baik produsen maupun 21 konsumensama-sama diuntungkan. Dengan melihat hubungan ini maka kepuasan pelanggan harus menjadi salah satu hal yang menjadi tujuan utama dari setiap perusahaan. Dari pendapat para ahli mengenai pengertian kepuasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Produk yang dihasilkan dalam memenuhi keinginan konsumen 2) Adanya perasaan senang dari pelanggan karena harapannya terpenuhi 3) Produsen selalu memperhatikan keinginan dan kebutuhan para pelanggan 4) Kepuasan pelanggan harus dijaga secara berkesinambungan untuk jangka panjang Dari berbagai batasan yang dibuat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah kondisi psikologis dari pengguna yang menyangkut kepuasan dan ketidakpuasan terhadap kinerja institusi atau lembaga, hubungan atau persepsi kebutuhan akan adanya keseimbangan perlakuan terhadap dirinya dari perusahaan yang sesuai dengan kebutuhannya. Dari beberapa pengertian dan teori tantang kepuasan tersebut, kepuasan seseorang individu tergantung dari karakteristik individu dan situasi dimana individu itu berbeda. Persepsi seseorang terhadap apa yang seharusnya ada ditentukan oleh karakteristik dalam wujud kinerja dan variabel situasional. Sementara persepsi tentang apa yang ada dalam 22 kinerja sekarang, kebanyakan ditentukan oleh kondisi kinerja yang sekarang sedang berjalan. Pengertian dimaksud juga mengandung arti bahwa kepuasan merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tangkat kepuasan yang berbeda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dalam dirinya, semakin banyak aspek dalam kinerja yang sesuai dengan kepentingan dan harapan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan begitu pula sebaliknya. Dalam hubungannya faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan, seperti dikutip Tjiptono (2004) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan yaitu: faktor pertama adalah faktor individual yang meliputi wujud, kualitas dan harapan, faktor kedua adalah faktor sosial yang meliputi hubungan-hubungan dan pandangan masyarakat, serta faktor ketiga yaitu faktor utama dalam kinerja yang meliputi keandalan, keresponsifan, keyakinan, empati, dan berwujud. Selain itu penghargaan terhadap ketepatan dalam penyelesaian, perasan diperlakukan adil baik yang menyangkut pribadi maupun secara kelompok, golongan, dan status sosial. Berdasarkan pandangan beberapa ahli maka faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan secara garis besar ada dua yaitu: 1) Faktor lingkungan Segala faktor yang berhubungan dengan situasi dan kondisi pelayanan ternyata dapat mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen, baik secara 23 individu maupun kelompok. Walaupun demikian secara umum dapat digambarkan situasi dan kondisipelayanan yang memberi kepuasan dintaranya adalah peralatan, lingkungan, keamanan, kelengkapan, dan keadaan ruangan atau lingkungan yang memberikan kenyamanan. Disamping itu faktor-faktor hubungan interpersonal, suasana, tingkah laku, performance, dan kebijakan manajemen perusahaan juga mempengaruhi tingkat kepuasan. 2) Faktor psikologis Adalah merupakan semua faktor psikologis yang ada dalam diri individu yang mampu mmpengaruhi kepuasan individu lainnya. Beberapa pengamat mengatakan bahwa secara psikologis ada tiga nilai yang mendasari kepuasan yaitu kepuasan berdasarkan kepentingan, harapan dan kenyataan. Berdasarkan ketiga komponen ini, kepuasan dapat diukur. Faktor lain yang sangat penting dalam kepuasan adalah faktor kenyataan. Faktor kenyataan menjadi penting dalam kepuasan karena kenyataan apa yang diterima seseorang sangat menentukan tingkat kepuasannya. Semakin sesuai antara kenyataan yang diterima dengan harapan dan kepentingannya maka semakin puaslah orang tersebut. Ukuran Kepuasan itu sangat didasarkan pada kenyataan yang dihadapi dan diterima individu sebagai kompensasi kebutuhan dan kepentingan diterima. Kepuasan sangat tergantung pada kesesuaian atau keseimbangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan yang 24 diterima. Ada 7 elemen utama dalam program kepuasan pelanggan yakni : 1. Barang dan jasa berkualitas 2. Relationship marketing 3. Program promosi loyalitas 4. Fokus pada pelanggan terbaik (best costumer) 5. Sistem penanganan kompain secara efektif 6. Unconditional guarantesss 7. Program Pay for – performance 2.5 Jasa Training (Pelatihan) Pelatihan adalah proses pengalaman belajar yang terstruktur untuk mengingkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan (terstruktur: jadwal, materi, metode, evaluasi, dll). Pengertian lainnya adalah mengembangkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan baik diberikan secara instruksional baik In-door maupun Out-door. Obyeknya seseorang atau sekelompok orang dan sasarannya untuk memberikan pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan kepada karyawan sesuai dengan kebutuhannya Prosesnya mempelajari dan mempraktekkan dengan menuruti prosedur sehingga menjadi kebiasaan Hasilnya terlihat dengan adanya perubahan, tepatnya perbaikan cara kerja di tempat kerja. 25 Menurut Satmoko dan Irmim (2004) pelatihan adalah usaha untuk membekali, pengetahuan, pengembangan kompetensi kerja, meningkatkan kemampuan, meningkatkan produktivitas dan meningkatkan kesejahteraan. 2.6 Hubungan Kualitas Jasa dengan Kepuasan Pelanggan Banyak akademisi dan peneliti yang sepakat bahwa kepuasan pelanggan merupakan ukuran spesifik untuk setiap transaksi, situasi atau interaksi (encounter) yang bersifat jangka pendek, sedangkan kualitas jasa merupakan sikap yang dibentuk dari evaluasi keseluruhan terhdap kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Akan tetapi hubungan antara kedua konsep tersebut kerap kali belum jelas. Sejumlah peneliti melontarkan isu seputar apakah kualitas jasa dan kepuasan pelanggan merupakan konstruk yang sama atau berbeda. Dari uraian tersebut maka produsen perlu memahami dan mendalami dengan sungguh-sungguh harapan-harapan pelanggan yang akan menjadi tanggung jawab karyawan perusahaan akan arti pentingnya kepuasan pelanggan. Atas dasar tersebut maka perwujudan kenyataan dari harapan menjadi kunci sukses yang harus menjadi kebijakan utama oleh setiap perusahaan, baik perusahaaan negara maupun swasta. Karena kepuasan pelanggan merupakan faktor yang akan sangat penting peranannya guna mencari solusi alternatif kebijakan perusahaan berikutnya. 26 Ada beberapa metode yang bisa digunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggannya dan pelanggan pesain. Tjiptono (2004) mengidentifikasikan empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan : system keluhan dan saran, ghost shopping, lost costumer analysis, dan survey kepuasan pelanggan. Pada penelitian ini dilakukan survey terhadap pelanggan yang membeli jasa pelatihan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan menyangkut dua hal utama yaitu : 1. Ekspektasi Pelanggan Ekspektasi adalah harapan pelanggan atau bisa disebut juga dengan predictive expectation, berdasarkan model ini ekspektasi berfungsi sebagai standar pembanding. Kinerja produk atau jasa pada berbagai atribut atau dimensi relevan dibandingkan dengan ekspektasi. Perbandingan tersebut akan menghasilkan reaksi konsumen terhdap produk/jasa dalam bentuk kepuasan atau persepsi kualitas. 2. Perceived Performance Dalam literature kepuasan pelanggan dan kualitas jasa, Perceived Performance didefinisikan sebagai keyakinan mengenai jasa yang dialami. Menurut sweeny & Soutar, dimensi nilai untuk perceived performance terdiri atas 4 aspek utama yaitu : a. Emotional Value, yaitu utilitas yang berasal dari perasaan atau afektif/emosi positif yang ditimbulkan dari membeli produk atau jasa b. Social Value, yaitu utilitas yang didapatkan dari kemampuan produk untuk meningkatkan konsep diri-sosial konsumen 27 c. Quality/Performance Value, yakni utilitas yang didapatkan dari produk karena reduksi biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang d. Price/Value for Money, yakni utilitas yang diperoleh dari persepsi terhadap kualitas dan kinerja yang diharapkan atas produk Tabel 2.2 Alternatif Pengukuran Kepuasan Pelanggan (Derived Satisfaction) No. Operasionalisasi Kepuasan Pelanggan Persamaan Matematis 1 Kepuasan Pelanggan = Perceived Performance CS = ∑ (PP,) 2 Kepuasan Pelanggan = Ideal – Perceived CS = ∑ (Id, - PP,) Performance 3 Kepuasan Pelanggan = Tingkat Kepentingan x CS = ∑ (I, * PP,) Perceived Performance 4 Kepuasan Pelanggan = Tingkat Kepentingan x CS = ∑ I(Id, * PP,) (Ideal –Perceived Performance) 5 Kepuasan Pelanggan = Tingkat Kepentingan – CS = ∑ (I, - PP,) Perceived Performance 6 Kepuasan Pelanggan = Tingkat Kepentingan x CS = ∑ I, (E, - PP,) (Ekspektasi – Perceived Performance) 7 Kepuasan Pelanggan = Ekspektasi – Perceived CS = ∑ (E, - PP,) Performance Sumber : Tjiptono & Chandra 2004 28 CS = Kepuasan Pelanggan; PP = Perceived Performance; Id = Ideal; I = Tingkat Kepuasan; E = Ekspektasi 2.7 Kerangka Pemikiran Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik suatu barang atau jasa yang beranalisis pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan secara langsung maupun tidak langsung. Kualitas memiliki peran yang sangat dominan ketika perusahaan bersaing untuk mendapatkan pelanggan sebanyak mungkin. Mengingat pentingnya kualitas dalam pemasaran sebuah produk/jasa, maka perusahaan harus dapat meningkatkan kualitas jasa agar pelanggan mendapatkan kepuasan. Dalam hal ini pelanggan akan merasa puas ataupun kecewa ketika mereka mendapatkan kesesuaian antara harapan dan kenyataan dari sebuah produk/jasa. Dalam usaha memberikan gambaran secara komprehensif tentang penilaian mengenai analisis kualitas jasa terhadap kepuasan pelanggan cap lang, penulis menuangkan alur pikir studi kedalam kerangka penelitian dimana kualitas jasa dimasukkan oleh penulis sebagai faktor (X), diantaranya keandalan, keresponsifan, keyakinan, empaty, berwujud. Sedangkan tingkat kesesuaian menitik beratkan kepada pencapaian tingkat kesesuaian dari kualitas jasa yang meliputi kesesuaian tingkat kepentingan/harapan dengan tingkat pelaksanaan/kinerja dan terciptanya kepuasan pelanggan, dimana 29 penulis menempatkan faktor (Y) untuk kepuasan pelanggan, seperti yang nampak pada gambar dibawah ini: Kerangka Pemikiran Penelitian Tentang Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Kepuasan Dari Pengguna Jasa Pelatihan PT. Daya Dimensi Indonesia (X) Kualitas pelayanan Kepentingan/Harapan (Ekspektasi) Tingkat Pelaksanaan/Kinerja (Perceived Performance) 1. Keandalan 2. Keresponsifan 3. Keyakinan 4. Empati (Y) Kepuasan Pelanggan 5. Berwujud Sumber : Tjiptono (2004) 30