BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi menurut Berelson & Steiner adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbolsimbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain. 3 Jadi jika ada dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung. Tubb dan Moss mendefinisikan komunikasi sebagai “proses” penciptaan makna antara dua orang (komunikator 1 dan komunikator 2) atau lebih, sedangkan Gudykunst dan Kim mendefinisikan komunikasi (antarbudaya) sebagai “proses transaksional, simbolik, yang melibatkan pemberian makna antara orang-orang”.4 Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu hadir dalam setiap komunikasi, yaitu sumber informasi, saluran, dan penerima informasi. Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Sementara itu, untuk menjalin rasa kemanusiaan yang akrab diperlukan saling pengertian sesama anggota masyarakat. Untuk keberhasilan suatu komunikasi kita harus mengetahui dan mempelajari unsur-unsur apa saja yang terkandung dalam proses komunikasi. 3 4 Onong Uchjana Effendy. Teori dan Filsafat Komunikasi. 2002. Hal 48 Dedy Mulyana. Ilmu Komunikasi, Cet 9. 2007. Hal 54 17 18 Minimal unsur-unsur yang diperlukan dalam proses komunikasi adalah sumber (pembicaraan), pesan (message), saluran (channel, media) dan penerima (receiver, audience).5 Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss: “Komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih”. 6 Dari semua definisi diatas jika dikaitkan dengan penelitian ini, komunikasi adalah proses interaksi antara PT Tulip Promo Karya dengan masyarakat sekitar guna menjalin hubungan yang baik dan menyampaikan informasi sesuai dengan tujuan PT Tulip Promo Karya. Proses pertukaran informasi ini sifatnya berkesinambungan dan berkelanjutan. 1.2 Public Relations Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. 7 Jefkin mengatakan, “Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik berlandaskan pada pengertian.8 5 6 H.A.W Widjaja. Komunikasi & Hubungan Masyarakat. 2008. hal. 1 Ibid, Hal 75 Cutlip. Effective Public Relations. 2007. Hal 6 8 Frank Jefkin. Public Relations. 2003. Hal 10 7 19 Semua definisi dan diskusi mengenai Public Relations selalu menunjuk kepada masyarakat atau khalayaknya yang sangat penting dalam PT Tulip Promo Karya sebab jika PT Tulip Promo Karya kurang hati-hati menjaga hubungan baik dengan masyarakatnya dan mengolah opini masyarakat maka akan berakibat buruk terhadap perusahaan. 1.3 Fungsi dan Peran Public Relations Fungsi PR dalam membantu penyesuaian organisasional selain membutuhkan komunikasi juga memerlukan upaya untuk mempengaruhi kebijakan di level manajemen dan membutuhkan tindakan korektif. Fungsi PR menurut Scott M. Cutlip dan Allen Center adalah sebagai berikut: 1. Memudahkan dan menjamin arus opini yang bersifat mewakili publik suatu organisasi, sehingga kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi dapat dipelihara keserasiannya dengan ragam kebutuhan dan pandangan publik-publik tersebut. 2. Menasehati manajemen mengenai jalan dan cara menyusun kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi untuk dapat diterima secara maksimal oleh publik. 3. Merencanakan dan melaksanakan program-program yang dapat menimbulkan penafsiran yang menyenangkan terhadap kebijaksanaan operasionalisasi organisasi. 20 Pada dasarnya kegiatan PR bertujuan menanamkan serta mendapat pengertian, penghargaan, dan kepercayaan dari publik perusahaan yang bersangkutan, baik publik internal maupun eksternal yang pada akhirnya dapat tercipta opini publik yang menyenangkan bagi kelanjutan organisasi. Disamping fungsi yang sudah dijelaskan diatas berikut adalah beberapa peran PR dalam suatu organisasi menurut Cutlip, antara lain: 1. Teknisi Komunikasi Kebanyakan praktisi masuk ke bidang ini sebagai teknisi komunikasi. Deskripsi kerja dalam lowongan pekerjaan biasanya menyebutkan keahlian komunikasi dan jurnalistik sebagai syarat. Teknisi komunikasi disewa untuk menulis dan mengedit newsletter karyawan, menulis new release dan feature, mengembangkan isi Web, dan menangani kontrak media. Praktisi yang melakukan peran ini biasanya hadir saat manajemen mendefinisikan problem dan memilih solusi. Mereka hadir untuk mengimplementasikan program. 2. Expert Prescriber Peran “Pakar Perumus” atau “expert prescriber” sangat menarik karena menarik perhatian praktisi karena menjalani peran ini membutuhkan orang dilihat sebagai pihak yang punya otoritas untuk menentukan bagaimana cara mengerjakan segala sesuatu. Pimpinan dan klien menginginkan posisi ini diisi orang yang ahli karena mereka ingin memastikan bahwa PR sudah ditangani oleh pakar PR. 3. Fasilitator Komunikasi 21 Peran fasilitator komunikasi bagi seorang praktisi adalah sebagai pendengar yang peka dan broker (perantara) komunikasi. Fasilitator komunikasi bertindak sebagai perantara (liason), interpreter, dan mediator antara organisasi dan publiknya. Mereka menjadi komunikasi dua arah dan memfasilitasi percakapan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan dan menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah memberi informasi yang dibutuhkan oleh baik manajemen maupun publik untuk membuat keputusan demi kepentingan bersama. Praktisi yang berperan sebagai fasilitator komunikasi ini bertindak sebagai sumber informasi dan agen kontak resmi antara organisasi dan publik. Mereka menengahi interaksi, menyusun agenda diskusi, meringkas dan menyatakan ulang suatu pandangan, meminta tanggapan, dan membantu mendiagnosis dan memperbaiki kondisi-kondisi yang mengganggu hubungan komunikasi antara kedua belah pihak. Fasilitator komunikasi berfungsi sebagai mediator antara penghubung antara organisasi dan publik. 4. Fasilitator Pemecah Masalah Ketika praktisi melakukan peran fasilitator pemecah masalah, mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah. Mereka menjadi bagian dari tim perencanaan strategi. Kolaborasi dan musyawarah mulai dengan persoalan pertama dan kemudian sampai ke evaluasi program final. Manajer lini memainkan peran penting dalam menganalisa situasi problem, karena mereka adalah pihak yang paling tahu dan paling dekat dengan kebijakan, produk, prosedur, dan tindakan organisasi. Mereka juga merupakan 22 pihak yang mempunyai kekuasaan untuk melakukan perubahan. Ketika manajer lini berpartisipasi dalam proses perencanaan strategis PR, mereka akan memahami motivasi dan tujuan program, mendukung keputusan taktis dan strategis, dan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan program. 1.3.1 Publik dari Aktifitas Kegiatan Public Relations Dalam menjalankan kegiatan perusahaan berhubungan dengan pihak-pihak lain baik dari dalam maupun dari luar perusahaan. Pihak-pihak itulah yang disebut publik perusahaan. Masyarakat yang menjadi sasaran-sasaran kegiatan PR disebut khalayak atau publik yakni kelompok masyarakat yang senantiasa harus dihubungi dan diperhatikan. Khalayak (publik) adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi baik secara internal dan eksternal. 9 Seluruh kegiatan PR ditujukan kepada publik perusahaan. Publik dibedakan menjadi10: 1. Publik Internal Publik internal adalah meraka yang bekerja di dalam organisasi atau perusahaan itu, mereka adalah top manajemen, pemegang saham, karyawan, dan keluarga karyawan. 2. Publik Eksternal 9 Frank Jefkin. Public Relations. 2003. Hal 80 Rhenald Kasali. Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. 2005. Hal 11 10 23 Publik eksternal adalah mereka yang berada di luar dari organisasi atau perusahaan. Mereka adalah pelanggan, pemerintah, masyarakat dan pers. Setiap organisasi memiliki sendiri khalayak khususnya. Kepada khalayak khusus itu PR senantiasa menjalin komunikasi baik secara internal maupun eksternal. Untuk kepentingan, kemajuan dan kelangsungan suatu organisasi pers pelanggan eksternal harus lebih diperhatikan dengan baik dan dilayani secara layak. Tentu saja dalam menghadapi publik eksternal seorang PR harus memiliki strategi yang berbeda pula, sesuai dengan karakteristik segmennya. Demikian juga ketika harus berhubungan dengan pelanggannya. Tindakan-tindakan yang diarahkan kepada pelanggan eksternal disebut sebagai eksternal public relations, yaitu kegiatan yang ditujukan untuk mempererat hubungan atau memeliharanya loyalitas pelanggan. Menurut F. Rachmadi salah satu tujuan eksternal relations adalah: “Mempererat hubungan dengan orang-orang diluar perusahaan sehingga akan terbentuk opini yang menguntungkan terhadap perusahaan tersebut. Tugasnya adalah mengadakan komunikasi dua arah yang sifatnya informatif dan persuasif kepada publik luar. Informasi harus diberikan dengan jujur, berdasarkan fakta dan harus ditelilit, karena publik mempunyai hak untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang sesuatu yang menyangkut kepentingannya.”11 Masing-masing publik eksternal mempunyai kepentingan yang berbeda dengan organisasi, sehingga pendekatannya perlu berbeda satu dengan lainnya. Eksternal relations yang PR lakukan dapat kita lihat seperti dibawah ini: 11 F. Rachmadi. Public Relations dalam Teori dan Praktik. 1994. Hal 53 24 1. Konsumen / pelanggan (customer), yaitu antara perusahaan dengan para pelanggan atau klien dengan tujuan menjalin, memelihara dan memperbaiki hubungan yang harmonis dan saling pengertian serta kerjasama yang baik antara perusahaan dan publiknya. 2. Masyarakat (community), yaitu hubungan dengan masyarakat sekitar. Dengan saling mengenal antara PR dengan penduduk sekitar akan mudah diselesaikan apabila timbul suatu masalah yang menyangkut kepentingan penduduk dalam kaitannya dengan orang di tempat PR bekerja. Dalam hubungan ini komunikasi amat berperan. 3. Pemerintah (government), yaitu hubungan dengan organisasi atau instansi pemerintah. Tujuan hubungan tersebut ialah, disatu pihak melancarkan hubungan kerja bilamana suatu ketika diperlukan, pemecahan permohonan kalau sewaktu-waktu diajukan mempermudah pemecahan masalah jika suatu saat terjadi salah pengertian. 4. Media massa (pers), yaitu hubungan dengan media. Tujuan pokok diadakannya hubungan pers adalah menciptakan “pengetahuan dan pemahaman”, jadi jelas bukan semata-mata untuk menyebarkan suatu pesan sesuai dengan keinginan perusahaan atau klien demi mendapatkan “suatu citra atau sosok yang lebih indah daripada aslinya di mata umum”. Tidak seorangpun yang berhak mendikte apa yang harus diterbitkan atau disiarkan oleh media massa, setidak-tidaknya disuatu masyarakat yang demokratis. 5. Pemasok (supplier), yaitu hubungan dengan para pemasok perusahaan. 25 6. Pesaing (competitor), yaitu hubungan dengan para pesaing. Tugas PR disini adalah meyakinkan para manajer bahwa ada batas-batas tertentu perusahaan dapat memanfaatkan pesaing, yang disebut Marketing Control (mengukur efisiensi perusahaan dalam keadaan yang ditawarkan pesaing). 7. Lembaga Pendidikan (academic community), yaitu hubungan dengan lembaga pendidikan. Hubungan-hubungan tersebut diatas harus tetap dibina sebaik mungkin, sehingga terjalin hubungan yang harmonis agar perusahaan memperoleh penilaian positif. Dalam membina hubungan dengan publik eksternal itu setidaknya ada dua bentuk kegiatan PR yang dilakukan yakni kegiatan komunikasi dan non komunikasi. Kegiatan komunikasi tersebut biasanya berupa penyebaran informasi, pandangan organisasi suatu masalah, data atau fakta. Sedangkan non komunikasi lain dilakukan community relations merupakan tindakan untuk memperbaiki kualitas hidup komunitas atas peran serta organisasi, seperti membangun fasilitas publik, upaya pengembangan masyarakat (community development). Sebagaimana telah kita ketahui, pelanggan eksternal terdiri dari individu (perorangan) dan institusi (perusahaan), yang pada prinsipnya mempunyai harapan sama yaitu memperoleh kepuasan dan pengorbanan yang sepadan. Harapan-harapan pelanggan eksternal itu antara lain: a. Kemudahan dalam memperoleh barang dan jasa (easy to get) b. Persyaratan kualitas barang atau jasa (quality and reliability) 26 c. Harga yang kompetitif (competitive price) d. Cara pelayanan yang cepat, tepat dan ramah (best service) e. Layanan purnajual sebagai jaminan dan tanggung jawab (after sales service). Disamping harapan tersebut di atas masih ada beberapa harapan yang diharapkan masyarakat dari suatu industry: 12 1. Pendapat (Income). Komunitas mengharapkan adanya perputaran uang melalui gaji dan upah karyawan, melalui pembelian dari pemasok local atau melalui pembayaran pajak. 2. Penampilan (Appearance). Komunitas mengharapkan agar perusahaan membangun gedung enak dipandang, dan bahkan dapat dijadikan symbol kota. 3. Partisipasi. Hadirnya perusahaan di suatu lokasi menimbulkan interaksi antara perusahaan dan masyarakatnya. Dalam kegiatan kemasyarakatan, perusahaan bisa berbagi fasilitas seperti sekolah, taman bermain, tempat peribadatan, tempat parkir, saran olahraga, dan sebagainya. 4. Stabilitas. Kegiatan bisnis yang terlalu agresif sering menimbulkan hal yang tidak diharapkan. PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dan likuidasi. Masyarakat menginginkan adanya kesinambungan dan pertumbuhan stabil. 12 Rhenald Kasali. Manajemen Public Relations (John E. Marson, Modern Public Relations (New York: Mc Grow Hill Book Company, 1979) hal. 139 27 5. Kebanggaan (Pride). Banyak tempat di dalam peta dunia ini – apakah Negara, kota besar atau kota kecil – dikenal sebagai tempat asal perusahaan besar menyebut nama barang-barang buatan Fuji, Honda, Sony atau Komatsu, orang akan segera ingat Jepang. Menyebut Djarum, teringat Kudus. Semuanya pada mulanya memang dicitacitakan para pendirinya agar perusahaan-perusahaan itu mampu menjadikan kebanggaan komunitas asalnya. Namun sebaliknya, dari komunitasnya perusahaan mengharapkan akan mendapatkan perlakuan yang wajar sebagai warga kota; perlindungan terhadap tindak kekerasan, pemerasan, dan perusakan oleh massa; pengenaan pajak yang wajar; lingkungan kehidupan yang sehat bagi karyawannya, tenaga kerja yang sehat, jujur, dan terampil; serta terlindungi dari kejadian tak terduga (force majeur) seperti kebakaran, banjir, bencana alam dan sebagainya. Konsep CSR sekarang ini tidak lagi sekedar membagi-bagikan sumbangan tetapi membentuk pemberdayaan masyarakat agar bisa mandiri, berproduksi dan menjadi mitra untuk organisasi sekitarnya. 2.3.2 Sasaran Kegiatan Publik Relations Menurut H. Fayol beberapa sasaran kegiatan Publik Relations (PR), adalah sebagai berikut: a. Membangun identitas dan citra perusahaan (building corporate identity and image) dengan cara menciptakan identitas dan citra perusahan 28 yang positif serta mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak. b. Menghadapi krisis (facing of crisis) menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi dengan membentuk manajemen krisis dan Publik Relations (PR) recovery image yang bertugas memperbaiki lost of image and damage. c. Mempromosikan aspek kemasyarakatan (promotion public causes) a. Mempromosikan yang menyangkut kepentingan public b. Mendukung kegiatan kampanye social anti merokok, serta menghindari obat-obatan terlarang, dan sebagainya. 2.3.3 Strategi Public Relations (PR) Berikut adalah strategi PR dalam melaksanakan kegiatan PR dalam suatu perusahaan: a. Publication (Publikasi) adalah cara PR dalam menyebarkan informasi, gagasan atau ide kepada khalayaknya. b. Event (acara) adalah setiap bentuk kegiatan yang dilakukan oleh PR dalam proses penyebaran informasi kepada khalayaknya, contoh: kampanye PR, seminar, pameran, launching, CSR (Corporate Social Responsibility), charity, dan lain-lain. c. News (pesan/berita) adalah informasi yang dikomunikasikan kepada khalayak yang dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. 29 Informasi yang disampaikan bertujuan agar dapat diterima oleh khalayak dan mendapatkan respons yang positif. d. Corporate Identity (Citra Perusahaan) adalah cara pandang khalayak kepada suatu perusahaan terhadap segala aktifitas usaha yang dilakukan. Citra yang terbentuk dapat berupa citra positif maupun negative, tergantung dari upaya apa saja yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk menciptakan dan mempertahankan citra positif, demi keberlangsungan sebuah perusahaan. e. Community Involvement (Hubungan dengan khalayak) adalah sebuah relasi yang dibangun dengan khalayak (Stake holder, stock holder, media, masyarakat disekitar perusahaan, dan lain-lain). f. Lobbying and Negotiation (Teknik Lobby dan Negosiasi) adalah sebuah rencana baik jangka panjang maupun jangka pendek yang dibuat oleh PR dalam rangka penyusunan budget yang dibutuhkan. Dengan perencanaan yang matang akan membuat kegiatan yang sudah direncanakan berjalan dengan baik dan dapat meminimalisasi kegagalan. g. Speak (Komunikasi) adalah cara berkomunikasi yang dilakukan oleh PR dalam penyebaran informasi. 13 13 Rosady Ruslan. Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi. 2001 hal 54 30 2.4 Community Relations Kesuksesan sebuah organisasi tidak hanya ditentukan oleh produk dan pelayanannya tetapi juga dipengaruhi oleh bagaimana sebuah organisasi berhubungan baik dengan komunitas lokalnya. Perusahaan harus berhubungan baik dengan komunitas lokal yang ada disekitarnya. Perencanaan community relations yang baik akan memberikan dampak positif atau negatif terhadap perusahaan. Komunitas lokal adalah masyarakat yang bermukim atau mencari nafkah di sekitar pabrik. W.J Peak mendefinisikan community relations: Community relations, as a public functions, is an institution’s planned, active, and continuing participation with and within and community to maintain and enhance its environtment to the benefit of both the institution and community.14 Dalam skala lingkungan yang besar, perhatian terhadap komunitas lokal masih sangat minim. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam membina hubungan baik dengan komunitas lokal, misalnya saja membangun sekolah, memperbaiki jalan di sekitarnya, memberikan beasiswa kepada pelajar yang berprestasi bagi warga sekitar yang tidak mampu, memberikan bantuan bencana alam datang, dan lain-lain. Semuanya tergantung dari peran PR organisasi dalam menciptakan hubungan timbal balik dengan komunitas lokal. Kwame F. Kilpatrick mengutip: “If you dont have community pride, if you don’t have a safe, clean city, you don’t have a world-class city”.15 14 Dan Lattimore, and friends, Public Relations The Profession and the Practice, 2nd ed. 2007 hal 224 15 Ibid, hal 222 31 Saat ini perusahaan harus membina hubungan baik dengan komunitas lokal untuk mencapai sukses perusahaan. Perusahaan menjadi bagian dari komunitas, menciptakan win-win solution sehingga menghasilkan hubungan yang sehat terhadap stakeholders dan kepada masyarakat pada umumnya. Kunci efektif dalam membangun hubungan dengan komunitas lokal yang positif adalah tindakan tanggung jawab sosial terhadap komunitas lokal sebagai bagian dari perusahaan. Komunikasi yang efektif dengan komunitas lokal tergantung dari kebutuhan yang saling ketergantungan antara perusahaan dan komunitas lokalnya. Dimulai dengan warga sekitar yang ingin meningkatkan taraf hidupnya dengan bekerja di perusahaan sesuai dengan kemampuannya. Perusahaan mempekerjakan sehingga terjadi simbiosis mutualisme. Hubungan baik PT Tulip Promo Karya dengan komunitas lokal bertujuan dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan dan menyediakan apa yang diinginkan oleh komunitasnya. Yang akhirnya akan membantu menjaga perusahaan, meningkatkan penjualan, mengurangi biaya dan mempermudah hubungan dengan pemerintah setempat. 2.5 Program Public Relations (PR) Program Public Relations selalu dimulai dan diakhiri dengan penelitian. Berikut ini adalah empat langkah yang biasa dilakukan dalam proses PR: 32 Cutlip dalam bukunya Efektif Public Relations juga memberikan penjelasan bahwa PR adalah bagian dari proses perubahan dan pemecahan masalah di organisasi yang dilakukan secara ilmiah. Berikut adalah empat langkah dalam melakukan program PR16: 1. Mendefinisikan Problem (atau Peluang) Langkah pertama ini mencakup penyelidikan atau memantau pengetahuan, opini, sikap dan perilaku pihak-pihak yang terkait dengan, dan dipengaruhi oleh tindakan dan kebijakan organisasi. Pada dasarnya ini adalah fungsi intelijen organisasi. Fungsi ini menyediakan dasar untuk semua langkah dalam proses pemecahan problem dengan menentukan “Apa yang sedang terjadi saat ini?” Pendefinisian masalah dimulai dengan melakukan penilaian tentang adanya sesuatu yang salah, sesuatu yang seharusnya berjalan dengan lebih baik. Dalam hal ini terkandung gagasan bahwa tujuan organisasi adalah menyediakan kriteria untuk penilaian tersebut. Metode paling ilmiah dan akurat dalam mendefinisikan masalah PR adalah dengan melakukan riset. Riset dilakukan dengan tujuan menggali informasi sebanyak mungkin melalui berbagai teknik yang dapat dilakukan. Informasi yang didapat tentunya harus dapat menggambarkan situasi yang sedang berlangsung. Dari riset yang dilakukan, diharapkan munculnya data dan fakta yang akan memperkukuh argumentasi praktisi PR dalam menyusun 16 Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom, Effective Public Relations. 1985 hal 320 33 dan menyajikan program di hadapan manajemen. Dalam konteks ini, riset adalah pengumpulan informasi secara sistematis untuk mendeskripsikan dan memahami situasi dan untuk memeriksa asumsi tentang publik dan konsekuensi PR. Ada dua metode riset yang dapat digunakan, yaitu metode informal dan metode formal. Tujuan dari kedua metode ini tentunya untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan bermanfaat. Kedua metode ini tentu memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Metode informal sangat berguna untuk uji awal riset dan strategi program dan metode formal berguna sebagai dasar perencanaan dan evaluasi program. Penelitian pencarian data dengan metode informal seperti dengan cara: kontak personal, informan kunci, kelompok forum diskusi, dewan penasihat, saluran telepon bebas (customer care), analisis surat, sumber online. Untuk pencarian data dengan metoder formal adalah dengan cara-cara: analisis sekunder dan database online, analisis isi, dan survey. 2. Perencanaan dan Pemrograman Setelah masalah PR tertuang melalui riset dan analisis, PR harus menyusun sebuah strategi untuk mengatasi masalah atau memperbesar peluang tersebut. Perencanaan meliputi pembuatan keputusan mendasar tentang apa yang akan dilakukan, dan dengan langkah apa, dalam rangka mengantisipasi masalah atau peluang. Efektivitas taktik yang digunakan dalam 34 langkah selanjutnya akan tergantung pada perencanaan yang baik dan dilakukan dalam langkah kedua ini. Perencanaan strategis dalam PR melibatkan pembuatan keputusan tentang tujuan dan sasaran program, mengidentifikasi publik kunci, menentukan kebijaksanaan atau aturan untuk memandu pemilihan strategi dan menentukan strategi. Perencanaan program PR diawali dengan pernyataan misi organisasi agar program selaras dengan visi. Namun hal penting lain yang harus diingat, publik sasaran harus jelas. Caranya adalah dengan mendefinisikan publik sasaran. Perencana program harus meneliti publik dalam rangka menyusun sasaran, strategi dan taktik yang diperlukan untuk melaksanakan suatu program. Pendekatan demografis dan lintas situasional untuk mendefinisikan publik biasanya memberikan pedoman minimal yang berguna untuk menyusun strategi program. Definisi yang berguna harus mendeskripsikan publik program berdasarkan bagaimana orang terlibat dalam, atau dipengaruhi oleh, situasi problem atau isu, siapa mereka itu, dimana mereka tinggal, masuk anggota organisasi mana, apa tindakan mereka yang relevan dengan situasi dan sebagainya. Definisi ini berasal dari situasi khusus yang rencananya akan diintervensi oleh PR. Setelah publik ditetapkan, tinggal menetapkan sasaran program. Sasaran ini berguna untuk: 35 1. Memberikan fokus dan arah bagi mereka yang menyusun strategi dan taktik program. 2. Menyediakan pedoman dan motivasi bagi mereka yang ditugasi mengimplementasikan program. 3. Menyebutkan criteria hasil yang akan dipakai untuk monitoring dan evaluasi program. 3. Mengambil Tindakan dan Berkomunikasi Yaitu merupakan tahap pelaksanaan beberapa kegiatan yang sudah direncanakan pada tahap sebelumnya. Langkah ketiga ini adalah mengimplementasikan program aksi dan komunikasi yang didesain untuk mencapai tujuan spesifik untuk masing-masing publik dalam rangka mencapai tujuan program. Pertanyaan dalam langkah ini adalah “Siapa yang harus melakukan dan menyampaikannya, dan kapan, dimana, dan bagaimana caranya?” Pada tahap pengkomunikasian HRD sebagai pelaksana fungsi Humas melakukan proses penyampaian pesan atau informasi untuk mendukung aktivitas community relations yang dilakukan tahap tahap ini dengan melakukan aksi dan komunikasi mengacu dan sesuai dengan perencanaan. Dalam program community relations selalu ada aspek bagaimana menyusun pesan yang ingin disampaikan kepada komunitas, serta melalui 36 media apa dan dengan cara bagaimana. Sedangkan aksi sebagai implementasi permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat. 4. Mengevaluasi Program Langkah terakhir dalam proses ini adalah melakukan penilaian atas persiapan, implementasi, dan hasil dari program. Penyesuaian akan dilakukan sambil program diimplementasikan, dan didasarkan pada evaluasi atas umpan balik tentang bagaimana program ini berhasil atau tidak. Program akan dilanjutkan atau dihentikan setelah menjawab pertanyaan “Bagaimana keadaan kita sekarang atau seberapa baik langkah yang telah kita lakukan?” Dari setiap langkah yang dilakukan dalam management program PR mempunyai hubungan antara langkah pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Peneliti melihat bahwa setiap proses yang dilaksanakan harus jelas baik dari mulai identifikasi masalah, perencanaan, aksi dan komunikasi, dan evaluasi program. Identifikasi masalah harus jelas sehingga program yang akan dilakukan tidak salah sasaran tetapi sesuai dengan kebutuhan perusahaan misalnya dengan melakukan riset. Kemudian dengan adanya riset ini dilanjutkan dengan sasaran program yang sesuai dengan hasil riset yang kemudian akan menetapkan untuk apa, sasaran program, tahap-tahap, dan hasil yang akan dicapai program tersebut. Kemudian menetapkan pelaksanaan program tersebut. Selanjutnya adanya tindakan dan komunikasi untuk memastikan kapan, dimana, dan bagaimana program itu akan dilaksanakan. 37 Evaluasi sangat penting dalam setiap program agar ada acuan dan penilaian terhadap program yang dilaksanakan apakah sesuai yang diharapkan. Dengan demikian proses PR yang diharapkan bisa berjalan dengan baik dan dapat melanjutkan pada program selanjutnya. 2.6 Corporate Social Responsibility Pada umumnya pelaksanaan program Corporate Social Responsibility ditangani oleh praktisi humas, dan oleh karena itu CSR merupakan bagian dari kegiatan Public Relations, dan sebagai tehnik untuk membangun hubungan dengan beberapa kelompok seperti komunitas lokal, sekaligus menyampaikan pesan kepada berbagai kelompok dalam masyarakat. Praktisi humas dapat bxertanggung jawab untuk mengajukan kegiatankegiatan CSR dan mengidentifikasikan publik yang sesuai. Pada pelaksanaan kegiatan tersebut, praktisi humas terlibat langsung dalam pembentukkan kebijakan dimana titik utamanya ialah komunikasi pada pesan-pesan khusus kepada beberapa kelompok dengan pandangan membangun citra yang diinginkan dengan khalayak tertentu. Minimnya kesadaran pengusaha terhadap perlunya CSR membuat posisi konsep yang dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dipandang menjadi suatu beban. Stephen B Young, Ketua Coux Round Table mengatakan “Pendekatan tradisional bisnis bereformasi kemudian menghasilkan pandangan bahwa CSR adalah sebuah investasi jangka panjang”. 38 Stephen B Young menjelaskan CSR merupakan konsep, dimana perusahaan berkewajiban memikirkan kepentingan komunitas, pekerja, pelanggan, dan para pemilik modal. “CSR harus dilihat sebagai cara membangun nilai-nilai perusahaan di tengah masyarakat. Tidak hanya sekedar memikirkan kepentingan shareholder tapi juga stakeholder,” jelas Stephen B Young. Samual dan Sari (Iriantara 2004, 55) mengkaji adanya tiga perspektif terhadap tanggung jawab sosial korporat, yaitu: 1. Kapital Reputasi: tanggung jawab sosial pada dasarnya dipandang sebagai strategi bisnis yang bertujuan untuk meminimalkan resiko dan memaksimalkan keuntungan dengan menjaga kepercayaan stakeholders. 2. Ekososial: tanggung jawab sosial pada dasarnya dipandang sebuah nilai dan strategi untuk menjaga keberlanjutan bisnis. Disebut nilai karena pandangan ini menekankan pada kenyataan bahwa bisnis dan pada hakikatnya dimaksudkan untuk kesejahteraan masyarakat. Disebut strategi dikarenakan cara pandang seperti itu bisa membantu mengurangi ketegangan sosial dan membantu memfasilitasi pasar. 3. Hak-Hak Pihak Lain: korporat adalah institusi bisnis namun kemudian berkembang menjadi institusi publik yang kelangsungan hidupnya bergantung pada kesediaan konsumen membeli produk dan pemegang saham menanamkan uangnya. Pandangan ini menekankan pada akuntabilitas, transparansi, dan investasi sosial dan lingkungan. Pandangan 39 inilah yang sesungguhnya membentuk konsep dan praktik tanggung jawab sosial korporat.17 Keuntungan dalam menerapkan Corporate Sosial Responsibility, kita bisa melihat lebih jauh manfaat dalam penerapan CSR, yaitu: 1. Meningkatkan penjualan pasar Dari penelitian yang dilakukan oleh Cone / Roper pada tahun 1993, ditemukan bahwa konsumen memiliki persepsi positif pada perusahaan yang melakukan CSR. 2. Memperkuat Brand Positioning Perusahaan atau brand yang melakukan aksi sosial sebagai bentuk kontribusinya pada masyarakat, dapat menciptakan “Spirit of The Brand” (Jiwa pada satu Merk). Aktivitas marketing yang mencakup hal yang berbau sosial lebih berdampak positif terhadap brand judgments (penilaian terhadap suatu merk). 3. Meningkatkan Citra Perusahaan Reputasi yang kuat di masyarakat bisa menjadi aset nyata yang bernilai khususnya pada masa krisis. Citra perusahaan yang positif juga dapat mempengaruhi pada pembuat kebijaksanaan. 4. Meningkatkan Kemampuan untuk Menarik, Memotivasi, Mempertahankan Pegawai 17 Yosal Iriantara. Community Relation Konsep dan Aplikasinya. 2007 hal 55 dan 40 Penelitian menunjukkan bahwa 38% pegawai yang bekerja di perusahaan yang menerapkan CSR merasa lebih bangga bekerja di tempat demikian daripada perusahaan yang tidak menerapkan CSR. 2.7 Pemberdayaan Masyarakat Menurut Ife dan Tesoriero (2008 : 510), “pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya, kesempatan, kosa kata, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menentukan masa depan mereka sendiri dan untuk berpartisipasi serta mempengaruhi kehidupan masyarakatnya”.18 Dari definisi ini terlihat jelas bahwa pemberdayaan bukan sekedar menolong orang miskin agar menjadi tidak miskin. Pengertian pemberdayaan menurut Ife dan Tesoriero lebih diarahkan kepada peningkatan kemampuan masyarakat untuk mandiri, dapat mengendalikan masa depannya dan bahkan dapat mempengaruhi orang lain. Menurut Carver & Clatter Back seperti yang dikutip oleh Roesmidi dalam bukunya yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat mendefinisikan pemberdayaan sebagai berikut: ”Upaya memberi keberanian dan kesempatan pada individu untuk mengambil tanggungjawab perorangan guna menigkatkan cara kerja mereka dan memberikan kontribusi pada tujuan organisasi” (Reosmidi, 2006:3). Berdasarkan pendapat tersebut dapat kita lihat bahwa pemberdayaan lebih menekankan kepada upaya untuk memberikan kesempatan kepada setiap individu 18 Ife, Jim dan Frank Tesoriero. Alternatif Perkembangan Masyarakat di Era Globalisasi: Community Development, Edisi ketiga. 2008 Hal 501 41 untuk bekerja dan bertanggungjawab serta berpartisipasi dalam mewujudkan tujuan organisasi. Dengan demikian terlihat jelas bahwa pemberdayaan bukanlah proses sepihak, melainkan proses yang dijalankan untuk kepentingan bersama. 42