Gambar 9.4 Aliran modal dan kas dalam proses investasi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Kewirausahaan III
Menilai peluang usaha baru
Fakultas
Program Studi
Tatap Muka
Fasilkom
Fikom
Sistem Informasi
Penyiaran
10
Kode MK
Disusun Oleh
90025
Maulida Khiatuddin, SE, DEA
Abstract
Kompetensi
Ketika usaha dikembangkan banyak
pilihan menarik yang mungkin
dilaksanakan. Tetapi perusahaan tidak
mungkin melaksanakan investasi di
semua pilihan. Untuk itu digunakan
kriteria pemilihan dengan
menggunakan alat analisa seperti nilai
sekarang dan portofolio unit usaha
strategis
Mahasiswa diharapakan dapat
mempraktekkan kriteria pemilihan
usaha yang terbaik ketika melakukan
pengembangan usaha
Pembahasan
Modul 9
Menilai peluang usaha baru
Ketika ditemukan suatu kesempatan besar untuk memulai sebuah usaha, bagaimana menilai kelayakannya?
Atau bagaimana orang yang independen seperti pemodal (investor) potensial atau bankir menilai peluang
wirausahawan untuk berhasil? Investor profesional, seperti pemodal ventura, memiliki bakat untuk memilih
calon perusahaan wirausahawan yang menurut pandangan mereka akan berhasil.
Secara rata-rata, perusahaan pemula yang dibiayai pemodal ventura memiliki peluang empat dari lima
untuk bertahan dalam 5 tahun - lebih tinggi dari rata-rata populasi seluruh perusahaan pemula. Sangat sedikit
usaha – barangkali tidak lebih dari satu dalam seribu – yang dianggap sebagai calon yang pantas untuk
tempat investasi oleh pemodal ventura profesional.
9.1 Unsur-unsur yang mendukung keberhasilan usaha
Calon wirausahawan dapat belajar banyak mengikuti proses evaluasi yang digunakan oleh investor profesional.
Ada tiga unsur penting untuk keberhasilan usaha baru, yaitu :
1. Kesempatan
2. Wirausahawan (tim manajemen, kalau itu calon perusahaan yang sangat berpotensi)
3. Dan sumber daya yang diperlukan untuk memulai usaha dan membuatnya tumbuh.
Di sekeliling tiga komponen tersebut banyak faktor yang penuh dengan ketidak pastian, yang
berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan. Faktor-faktor itu disebut juga gambar besar yang
merupakan lingkungan makro perusahaan.
Secara grafis hal tersebut dapat dilihat dalam Gambar 9.1 yang merupakan dasar dari kerangka kerja yang
digagas oleh Timmons.
Gambar 9.1 Tiga komponen untuk keberhasilan usaha
2015
2
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Di tengah-tengah kerangka kerja tersebut adalah rencana usaha, yang merupakan hasil perpaduan tiga
unsur utama ke dalam rencana strategis yang lengkap untuk peluncuran usaha baru. Bagian-bagian tersebut
harus pas secara simultan dalam waktu yang bersamaan (lihat Gambar 9.1 ).
Tidak ada gunanya memiliki ide peringkat satu untuk usaha baru, bila perusahaan hanya memiliki tim
manajemen kelas dua. Tidak ada gunanya ide dan tim manajemen yang bagus tanpa adanya sumber
daya yang memadai. Peluang yang bagus harus sesuai dengan tim kewirausahaan, sumber daya,
struktur pembiayaan, dan gambaran besar (lingkungan makro), (lihat Gambar 9.2).
Gambar 9.2 Peluang bagus memiliki kesesuaian yang bagus dengan faktor pendukungnya
Di zaman global sekarang ini, dengan siklus hidup produk yang semakin singkat, dan pertumbuhan ekonomi
yang rendah dimana-mana, kandungan penting untuk keberhasilan kewirausahaan adalah wirausaha
yang luar biasa, dengan tim manajemen kelas satu dan peluang pasar yang terbuka.
Sering dikatakan bahwa kewirausahaan sangat ditentukan oleh faktor keberuntungan. Namun, tidak ada
orang yang menyatakan bahwa menjadi ilmiawan besar atau musisi hebat juga ditentukan oleh faktor
keberuntungan. Tidak ada suatu faktor keberuntungan yang lebih besar bagi wirausahawan untuk
berhasil, dibandingkan dengan keberhasilan dalam bidang-bidang yang lain.
Penentu keberhasilan dalam berwirausaha adalah mengenali kesempatan yang baik, dan
memiliki keahlian untuk mengubah peluang tersebut menjadi usaha yang tumbuh dan
berkembang. Untuk melakukannya wirausahawan perlu mempersiapkan diri. Dalam kewirausahaan,
seperti juga dalam profesi yang lain, keberuntungan adalah ketika persiapan dan kesempatan
bertemu.
9.2 Daftar kesempatan / peluang
Daftar berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan ketika ingin memasuki pasar atau industri.
Keadaan dari faktor tersebut dapat membuat kesempatan berusaha menjadi lebih baik atau lebih buruk.
Pelanggan
2015
3
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kesempatan lebih baik
Kesempatan lebih lemah
Dapat diidentifikasikan
Sasaran pertama
Sasaran kedua
Demografis
Terdefinisi jelas dan terfokus
Definisi kabur dan tidak terfokus
Psikografis
sda
sda
Kecenderungan
Kesempatan lebih baik
Kesempatan lebih lemah
Pasar makro
Banyak dan konvergen
Sedikit dan divergen
Sasaran pasar
sda
Sda
Jendela kesempatan
Sedang terbuka
Sedang tertutup
Struktur pasar
Mencuat / terpecah
Matang / menurun
Ukuran pasar
Kesempatan lebih baik
Kesempatan lebih lemah
Seberapa banyak
Sasaran utama
Sasaran kedua
Permintaan
Lebih besar dari penawaran
Lebih kecil dari penawaran
Pertumbuhan pasar
Tingkat pertumbuhan
Kesempatan lebih baik
Kesempatan lebih lemah
20% atau lebih
Kurang dari 20%
Harga / frekuensi / nilai
Kesempatan lebih baik
2015
4
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kesempatan lebih lemah
Harga
Margin kotor > 40%
Margin kotor < 40%
Frekuensi pembelian
Sering dan berulang
Satu kali
Nilai
Tercermin secara penuh dalam harga
Harga penembusan (rendah)
Biaya operasi
Rendah dan variabel
Besar dan tetap
Margin penghasilan neto
> 10%
< 10%
Volume
Sangat tinggi
Menengah
Distribusi / penyaluran
Dimana perusahaan berada dalam rantai nilai?
Kesempatan lebih baik
Kesempatan lebih lemah
Margin tinggi, kekuatan besar
Margin rendah, kekuatan rendah
Pesaing
Kesempatan lebih baik
Kesempatan lebih lemah
Struktur pasar
Mencuat/berkembang
Matang
Jumlah pesaing langsung
Sedikit
Banyak
Jumlah pesaing tidak langsung
Sda
Sda
Jumlah barang subtitusi
Sda
Sda
Pesaing tidak kelihatan
Tidak mungkin
Mungkin
Kekuatan pesaing
Lemah
Kuat
Faktor-faktor kunci untuk keberhasilan
Kedudukan relatif
2015
5
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Kesempatan lebih baik
Kesempatan lebih lemah
Kuat
Lemah
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penjual
Kesempatan lebih baik
Kesempatan lebih lemah
Kekuatan relatif
Lemah
Kuat
Margin kotor yang mereka
kuasai dalam rantai nilai
Low
High
Pemerintah
Kesempatan lebih baik
Kesempatan lebih lemah
Peraturan
Longgar
Ketat
Pajak
Rendah
Tinggi
Lingkungan global
Kesempatan lebih baik
Kesempatan lebih lemah
Pelanggan
Tertarik dan dapat dicapai
Tidak tertarik dan tidak dapat dicapai
Pesaing
Tidak ada atau lemah
Ada dan kuat
Penjual
Bersemangat
Tidak ada
9.3 Kesempatan dalam proses kewirausahaan
Berdasarkan pertanda dari lingkungan, wirausahawan melihat adanya kesempatan untuk mendirikan
usaha. Didukung oleh keahlian, kepribadian, dorongan untuk maju dan pengalaman, dia mengumpulkan
informasi tentang pasar dan sumber daya untuk menilai apakah kesempatan tersebut layak untuk
diwujudkan dalam usaha. Bila layak akan dilaksanakan, bila tidak akan ditinggalkan (lihat Gambar 9.3) .
2015
6
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 9.3 Proses kewirausahaan
9.4 Pemilihan investasi
Ketika seorang pemodal (investor) ingin menanam modal (berinvestasi) guna memanfaatkan kesempatan
yang terbuka di pasar, dia dapat melakukannya secara langsung seperti yang dilakukan oleh seorang
wirausahawan. Dia membeli aset riil dan mengoperasikan-nya untuk memperoleh pengembalian
(keuntungan/laba) dari modal yang ditanamkannya.
Namun, ketika terjadi spesialisasi yang tinggi dalam pasar modal, pemodal dapat melakukan investasi
secara tidak langsung melalui berbagai perantara keuangan yang berada antara aset riil dan penanam
modal. Perantara bertindak untuk memudahkan pemodal mencari tempat investasi, dan bagi yang
membutuhkan modal misalnya perusahaan memudahkan mereka untuk mencari pemodal.
Gambar 8.4 menunjukkan aliran kas antara pasar modal dan aset riil dalam perusahaan. Di pasar modal,
pemodal membeli aset keuangan (tanda kepemilikan terhadap perusahaan/ saham atau surat
hutang/obligasi) yang dikeluarkan oleh perusahaan melalui perantara manajer keuangan, sehingga terjadi
aliran kas dari penanam modal ke perusahaan (1), (lihat Gambar 9.4 ). Kas yang diterima tersebut,
kemudian diinvestasikan dalam aset riil sebagai alat dan bahan operasi perusahaan (2);
Gambar 9.4 Aliran modal dan kas dalam proses investasi
2015
7
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Operasi riil perusahaan menciptakan aliran kas yang dikelola oleh manajer keuangan (3); sebagian
kas itu diinvestasikan lagi dalam operasi perusahaan (4a); sebagian kas dikembalikan kepada
penanam modal sebagai imbalan dari modal yang telah ditanamkan ke dalam perusahaan (4b).
Secara umum aliran kas berasal dari pemodal (pemegang saham dan pemberi hutang), akan masuk ke
perusahaan dan akhirnya kembali lagi kepada pemegang saham dan pembeli hutang setelah diambil sebagian
oleh pemerintah dalam bentuk pajak. Aliran tersebut berbentuk siklus kas dari pemodal ke perusahaan dan
akhirnya kembali lagi ke pemodal (lihat Gambar 9.5).
Bagi penanam modal, aliran kas yang mengalir ke pihaknya merupakan suatu hal yang penting sebagai
alasan mendasar mengapa dia menanamkan modal dalam suatu perusahaan. Berdasarkan kriteria
ekonomis, dia akan memilih suatu investasi yang mendatangkan aliran kas yang paling besar.
Perusahaan juga memilih investasi dengan kriteria yang sama yaitu memilih suatu investasi dalam aset
riil yang mendatangkan tingkat pengembalian modal yang paling besar, dengan tujuan untuk dapat
memberikan aliran kas yang besar bagi pemodal yang telah mendanai usahanya.
Gambar 9.5 Siklus aliran kas antara pemodal dan perusasahan
2015
8
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
9.5 Surat hutang (obligasi ) pemerintah sebagai patokan pemilihan investasi
Pemodal memiliki banyak pilihan investasi. Ada investasi yang menghasilkan pengembalian modal yang
pasti, misalnya deposito di bank, surat hutang pemerintah, surat hutang perusahaan, dsb, dan ada yang tidak
pasti. Penanaman modal dalam saham perusahaan mengandung ketidakpastian karena aliran kas yang
dihasil oleh aset riil perusahaan tidak menentu, yang akhirnya mengakibatkan aliran kas dari perusahaan ke
pemodal juga tidak menentu.
Karena itu, bagi penanam modal yang menghindari resiko, dia lebih cenderung memilih suatu jenis
investasi yang tingkat pengembalian modalnya pasti, misalnya surat hutang pemerintah (karena
pemerintah jarang gagal bayar) . Karena adanya kesempatan investasi yang mendapatkan pengembalian pasti
dalam surat utang pemerintah, pemodal menggunakan patokan tingkat bunga surat hutang pemerintah sebagai
pedoman pengambilan keputusan dalam melakukan investasi.
Penanam modal baru bersedia menanamkan modalnya dalam saham atau membiayai modal
perusahaan wirausahawan, bila tingkat pengembalian modal yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut,
lebih tinggi dari hasil yang diperoleh dari tingkat bunga surat hutang pemerintah.
Bila tingkat pengembalian dalam perusahaan lebih rendah dari tingkat bunga surat hutang pemerintah,
investor yang menggunakan kriteria ekonomi akan lebih memilih untuk berinvestasi dalam surat hutang
pemerintah.
Karena itu, tingkat bunga surat hutang pemerintah sering digunakan sebagai patokan biaya kesempatan dari
modal (opportunity cost of capital) bagi investasi dalam sektor-sektor lainnya. Artinya bila kita berinvestasi
dalam suatu sektor, kesempatan untuk berinvestasi dalam surat hutang pemerintah, hilang . Itu adalah biaya
(yaitu kesempatan yang hilang).
Demikian juga, bagi perusahaan yang sedang mengembangkan usaha misalnya merencanakan untuk
meluncurkan beberapa jenis produk baru. Kriteria yang digunakan sama yaitu, produk mana yang
mendatang pengembalian modal paling tinggi, yakni lebih tinggi dari hasil investasi berpenghasilan tetap,
misalnya surat hutang pemerintah. Dengan memilih investasi tersebut, perusahaan dapat memaksimumkan
laba yang dicapainya.
9.6 Kriteria pemilihan dengan menggunakan konsep nilai sekarang (present value)
Terdapat jeda waktu yang kadang-kadang cukup lama (misalnya satu tahun atau lebih) antara investasi yang
ditanamkan dengan hasil yang akan diperoleh. Karena itu, membandingkan nilai investasi yang dilakukan
sekarang, misalnya Rp 1 juta, dengan hasil yang akan diperoleh satu tahun mendatang, misalnya Rp 1,2
juta, tidak relevan. Hal itu disebabkan karena, uang yang sekarang dimiliki dapat langsung
menghasilkan kas (misalnya diinvestasikan dalam bentuk deposito atau surat hutang pemerintah, atau
diputar dalam bentuk usaha ). Sementara itu, uang yang akan diterima belum belum dapat menghasilkan
apapun (steril) selama masa penungguan pengembalian modal.
Karena itu untuk membandingkan investasi yang hasilnya di masa mendatang, digunakan konsep
nilai sekarang. Nilai sekarang adalah kebalikan dari nilai mendatang (Future Value, FV). Untuk Rp 1 juta
sekarang, FV satu tahun mendatang dengan tingkat bunga 20% per tahun adalah Rp 1,2 juta.
2015
9
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dengan tingkat bunga yang sama, maka nilai sekarang PV (present value) dari Rp 1,2 juta di tahun
mendatang, adalah 1,2 X faktor diskonto = 1,2 X [1/(1,2)] = Rp 1. juta. Nilai yang diperkirakan akan
diterima dimasa mendatang didiskontokan untuk memperoleh nilai sekarang. Rumus nilai sekarang :
•
C1 aliran kas di masa mendatang (periode 1).
•
r adalah tingkat diskonto atau biaya kesempatan dari modal, yaitu tingkat pengembalian dari
investasi yang sebanding di pasar modal yang ditinggalkan, karena melakukan investasi dalam
usaha yang dijalankan sekarang. Biasanya yang digunakan sebagai r adalah tingkat bunga surat utang
pemerintah (lihat penjelasan pada halaman sebelumnya).
Untuk menilai kelayakan sebuah investasi misalnya meluncurkan produk baru, dsb., nilai sekarang dari aliran
kas di masa depan dikurangi dengan jumlah investasi yang dikeluarkan sekarang. Sehingga diperoleh Nilai
Sekarang Netto (Net Present Value, NPV):
•
NPV = PV - investasi yang diperlukan sekarang.
Misal: Anda adalah pengembang kecil yang mendirikan rumah, yang ketika selesai dijual. Anda ingin
menilai apakah proyek itu layak dilaksanakan.
Biaya tanah, bahan bangunan dan tenaga adalah Rp 350 juta. Waktu pengerjaan adalah satu tahun. Di tahun
mendatang, rumah tersebut akan dijual Rp 400 juta. Tingkat bunga surat hutang pemerintah adalah 7% per
tahun.
NPV = PV - investasi yang diperlukan
=> C0 = - 350 jt (aliran kas keluar dilambangkan negatif)
PV
= 400 jt / (1 + 0,07) = Rp 373,8 jt
NPV = 373,8 - 350 = Rp 23,8 jt.
•
Karena NPV lebih besar dari nol (23,8 jt) , maka proyek pembangunan rumah tersebut layak
dilaksanakan, karena hasil dari kegiatan tersebut lebih besar dari biaya. Atau dengan kata lain,
kegiatan tersebut memberikan sumbangan positif untuk penciptaan nilai.
Bila menurut perhitungan, NPV ternyata negatif, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan.
Konsep nilai sekarang digunakan secara meluas untuk menilai kelayakan usaha apa saja: pendirian pabrik
baru, peluncuran produk baru, pembelian saham, dsb. Anda dapat mempelajarinya lebih lanjut dalam buku
Manajemen Keuangan.
2015
10
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
9.7 Portofolio usaha
Ketika sebuah perusahaan mengembangkan dan menjual berbagai jenis produk , perusahaan mengalami
transformasi menjadi perusahaan multidivisi (multi-usaha). Setiap divisi usaha yang otonom disebut
pusat laba (profit centre). Setiap divisi memiliki pasar dan pesaing tersendiri, sehingga disebut sebagai unit
usaha strategis (SBU, strategic business unit). Perusahaan perlu menjalankan strategi yang tersendiri untuk
setiap usaha tersebut. Keseluruhan SBU yang dimiliki oleh perusahaan disebut portofolio usaha (divisi).
Usaha yang berjalan perlu dievaluasi secara periodik untuk melihat apakah sebuah divisi perlu
diteruskan atau dihentikan. Bila diteruskan, perusahaan perlu melakukan investasi baru atau
mempertahankan aliran modal ke dalam divisi itu. Bila dihentikan, aset divisi tersebut dijual kepada
pihak lain, sehingga perusahaan dapat mengkonsentrasikan diri pada usaha (divisi) yang masih
tersisa.
Untuk membantu perusahaan mengelola portofolio usahanya, Boston Consulting Group (BCG, perusahaan
konsultan ternama) menggagas sebuat matrik yang disebut Matrik Portofolio BCG (atau disingkat Matriks
BCG).
Dimensi horizontal menggambarkan posisi relatif pangsa pasar, dimana pangsa pasar SBU
perusahaan dibagi dengan SBU pesaingnya yang paling utama (atau volume penjualan SBU perusahaan dibagi
dengan volume penjualan yang dilakukan oleh SBU pesaing utama), (lihat Gambar 9.6)
Dimensi vertikal menggambarkan laju pertumbuhan pasar / industri dimana SBU beroperasi.
Lingkaran dalam gambar di atas merupakan ukuran dari proporsi penjualan yang diciptakan oleh
sebuah SBU terhadap keseluruhan penjualan perusahaan.
Sedangkan grafik potongan serabi (pie) dalam lingkaran tersebut merupakan gambaran proporsi laba
yang diciptakan oleh sebuah SBU terhadap keseluruhan laba perusahaan (lihat lagi gambar 9.6).
Dalam dimensi horizontal, titik batas berada di angka 0,5, yaitu pangsa pasar SBU perusahaan adalah
setengah dari pangsa pasar yang dikuasai pesaing utama atau volume penjualannya adalah setengah dari
penjualan pesaing utama.
Sedangkan, dalam dimensi vertikal titik batas berada pada tingkat pertumbuhan pasar /industri 0%. Di atas
titik batas itu terjadi pertumbuhan pasar dan dibawahnya terjadi penyusutan pasar.
Berdasarkan titik batas tersebut Matrik BCG dibagi menjadi empat kuadran, yaitu:
•
2015
Kuadran I dinamakan Tanda Tanya (Question Mark) – SBU yang berada dalam kuadran ini memiliki
kedudukan pangsa pasar yang relatif kecil tetapi berada dalam industri yang tumbuh cepat.
Umumnya, kebutuhan kas dari perusahaan ini tinggi, dan menciptakan arus kas yang kecil. Usaha
ini disebut Tanda Tanya karena perusahaan perlu mempertimbangkan apakah mengejar strategi
yang intensif seperti ( penembusan pasar, pengembangan pasar atau pengembangan produk)
atau menjual usahanya ke pihak lain.
11
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 9.6 Matriks BCG
2015
•
Kuadran II dinamakan Bintang (Star). Usaha dalam kuadran ini merupakan kesempatan terbaik
organisasi dalam jangka panjang untuk meningkatkan pertumbuhan dan laba. SBU atau divisi
yang memiliki pangsa pasar yang relatif besar dan berada dalam industri yang tumbuh cepat perlu
mendapat suntikan investasi untuk mempertahankan atau memperkuat posisi dominannya.
Strategi yang tepat untuk usaha dalam kuadran ini adalah: integrasi vertikal ke belakang, ke
depan, dan integrasi horizontal; penembusan pasar; pengembangan pasar dan pengembangan
produk.
•
SBU atau divisi dalam kuadran III dinamakan Sapi perah (Cash Cow). Divisi usaha yang berada
dalam kuadran ini memiliki pangsa pasar yang relatif besar tetapi bersaing dalam industri
yang mengalami pertumbuhan rendah atau menyusut. Usaha dalam kuadran ini menciptakan
arus kas yang lebih besar dari yang dibutuhkan, sehingga diperah untuk digunakan dalam usaha
lain. Kebanyakan divisi Sapi Perah sekarang adalah Bintang kemarin. SBU sapi perah perlu
dikelola untuk memperkuat kedudukannya yang kuat selama mungkin. Strategi yang cocok untuk
SBU ini adalah pengembangan produk atau diversifikasi. Namun, kalau SBU sapi perah
melemah, strategi mundur atau penjualan aset menjadi lebih sesuai.
•
Kuadran IV dinamakan Anjing (Dog). SBU dalam kuadran Anjing memiliki pangsa pasar yang rendah
dan berada dalam industri yang mengalami pertumbuhan rendah atau tidak mengalami pertumbuhan
sama sekali. Karena mengalami kelemahan internal dan eksternal, SBU ini sering dilikuidasi, dijual
asetnya, atau dipangkas melalui strategi menarik diri. Ketika SBU menjadi Anjing, penarikan diri
adalah strategi yang terbaik untuk dijalankan, karena kebanyakan Anjing akan kembali meloncat
setelah pengurangan aset dan biaya yang ketat, untuk kembali menjadi divisi yang bertahan hidup
dan menguntungkan.
12
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Keunggulan dan kelemahan penggunaan matriks BCG
Manfaat matriks BCG

Kemanfaatan utama dari Matriks BCG adalah perhatiannya pada arus kas, karakteristik investasi, dan
kebutuhan setiap divisi dalam organisasi.
•
Divisi dari kebanyakan perusahaan berevolusi sepanjang waktu berlawanan arah dengan jarum jam:
Anjing menjadi Tanda Tanya, Tanda Tanya menjadi Bintang, Bintang menjadi Sapi Perah, dan Sapi
Perah menjadi Anjing.
•
Perusahaan berupaya mencapai portofolio divisi dalam kuadran Bintang.
Keterbatasan matriks BCG
2015
•
Keberhasilan strategi usaha menurut BCG ditentukan hanya oleh 2 faktor yaitu tingkat
pertumbuhan pasar dan pangsa pasar. Padahal dalam kenyataan, faktor penentu keberhasilan
banyak sekali.
•
Anjuran dari BCG hanya ada tiga keputusan yaitu : beli, jual dan mempertahankan usaha. Tidak
ada substansi kualitatif untuk membantu pengelolaan strategis perusahaan kecuali investasi
/divestasi.
•
Selain itu, model di atas juga tidak menggambarkan sinergi antara berbagai SBU. Membuat
keputusan yang hanya menyangkut dengan satu SBU saja dapat beresiko terhadap beberapa atau
seluruh usaha. Misal, sumber kompetensi inti dari perusahaan berasal dari SBU yang berkinerja
buruk. Menjual atau menghentikan SBU tersebut dapat melemahkan keunggulan bersaing
perusahaan secara keseluruhan.
13
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
2015
•
Brown, S., Blackman, K., Cousins, P., Maylor, H., 2001, Operation Management: Policy, Practice,
and Performance Improvement, Oxford, Butterworth-Heinemann
•
Barringer, B.R., dan Ireland, R.D., 2012, Entrepreneurship: Succesfully Launching New
Ventures, 4th ed., Pearson, Boston.
•
Bygrave, W. dan Zacharakis, A., 2011, Entrepreneurship, 2nd ed., Wiley, New York.
•
David, F.R., 2010, Strategic Management: Concept and Cases, 13th, ed., New Jersey, Prentice
Hall Hal 184-186
•
Hollensen, S., 2010, Global Marketing: a decision-oriented approach, 5th ed., Essex, Pearson.
•
Mellor, R., dkk., 2009, Entrepreneurship for Everyone : A Student Textbook, Sage, London.
•
Proctor, T., 2000, Strategic Marketing: an Introduction, London, Routledge.
14
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download