BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Profitabilitas a. Pengertian Profitabilitas Menurut Hanafi, (2016:81) Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu. Sedangkan, menurut (Hery, 2016:192) Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan atau memperoleh laba. Rasio profitabilitas dikenal juga sebagai rasio rentabilitas. Rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat efektivitas kinerja manajemen. Kinerja yang baik akan ditunjukkan lewat keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba yang maksimal bagi perusahaan (Hery, 2016:192). Pengukuran rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan antara berbagai komponen yang ada dalam laporan laba rugi dan/atau neraca. Tujuannya adalah untuk memonitor dan mengevaluasi tingkat perkembangan profitabilitas perusahaan dari waktu ke waktu. Dengan melakukan analisis rasio keuangan secara berkala memungkinkan manajemen untuk melakukan perbaikan secara efektif dan efisien (Hery, 2016:192). 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 b. Tujuan dan Manfaat Profitabilitas Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio profitabilitas secara keseluruhan (Kasmir, 2015:193): 1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. 2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. 5. Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. c. Pengukuran Profitabilitas Dalam rasio profitabilitas dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Rasio Tingkat Pengembalian atas Investasi dan Rasio Kinerja Operasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis Rasio Tingkat Pengembalian atas Investasi. Lebih tepatnya yang menjadi pengukuran dalam penelitian ini yaitu rasio tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE). Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity), merupakan hasil (return) atas penggunaan ekuitas perusahaan dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 ekuitas. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap ekuitas (Hery, 2016:194). Semakin tinggi hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas (Hery, 2016:194). Menurut Prastowo (2015:82) selama perusahaan masih mampu meningkatkan labanya, maka setiap utang akan mengakibatkan naiknya angka ROE. Namun, ROE yang tinggi tidak selalu mencerminkan baiknya kinerja perusahaan. Cara lain yang dapat dipakai untuk mengungkapkan sesuatu dibalik angka ROE adalah dengan membedah ROE tersebut ke dalam rasio-rasio diantaranya Aktiva dibagi Modal (Pendanaan), Penjualan dibagi Aktiva (Investasi), dan Laba dibagi Penjualan (Operasi). Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung hasil pengembalian atas ekuitas: 2. Teori Pertukaran (Trade Off ) Menurut Julita (2015) Teori Trade Off (model gabungan antara model Modigliani-Miller, Model Miller dan Financial Distress and Agency Costs) merupakan model yang semakin besar penggunaan utang, semakin besar keuntungan dari penggunaan utang (leverage gain), tetapi biaya financial distress http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 dan agency costs juga meningkat, bahkan lebih besar. Berarti penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada waktu titik tertentu. Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya kebangkrutan (bankcruptcy costs) yang disebabkan oleh keterpaksaan menjual aktiva dibawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap karena termakan waktu sebelum terjual, dan sebagainya. Pada umumnya kemungkinan terjadi financial distress semakin meningkat dengan meningkatnya penggunaan hutang. Logikanya adalah semakin besar penggunaan utang, semakin besar pula biaya beban bunga, semakin besar kemungkinan bahwa penurunan penghasilan akan menyebabkann financial distress (Sjahrial, 2014:272). Sedangkan, Agency Costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini muncul dari problem keagenan (agency problem). Jika perusahaan menggunakan utang, ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor (Sjahrial, 2014:273). Menurut Sjahrial (2014:277) “the trade off theory of leverage” adalah dimana perusahaan menggabungkan (trade-off) manfaat manfaat dari pembiayaan hutang (menguntungkan, perlakuan terhadap pajak perusahaan) terhadap tingkat bunga yang lebih tinggi dan biaya-biaya kebangkrutan. Sedangkan menurut Brigham (2013:183) trade-off theory atau disebut sebagai teori pertukaran http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 leverage, dimana perusahaan menukar manfaat pajak dari pendanaan utang dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Teori Trade-off bagi perilaku perusahaan sebagai berikut: a) Penggunaan utang memberikan keuntungan karena adanya pengurangan pembayaran pajak akibat bunga utang. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya menggunakan utang dalam struktur modalnya. b) Namun demikian, financial distress dan agency cost membatasi penggunaan utang. Melewati suatu batas titik tertentu, biaya tersebut menutupi keuntungan penggunaan utang. 3. Pengertian Rasio Struktur Modal (Solvabilitas) Menurut Hery (2016:162) Rasio leverage (solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana asset perusahaan dibiayai dengan utang. Dengan kata lain, rasio leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar beban utang yang harus ditanggung perusahaan dalam rangka pemenuhan asset. Dalam arti luas, rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka panjang maupun kewajiban jangka pendek apabila perusahaan dibubarkan (Kasmir, 2015:165). Sedangkan menurut Agus Harjito dan Martono (2012:19) Solvabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban finansialnya yang terdiri atas hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang apabila pada http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 saat itu perusahaan dilikuidasi atau di bubarkan. Jadi, apabila pada suatu saat perusahaan tiba-tiba di likuidasi maka, apakah perusahaan dapat membayar seluruh hutang-hutangnya? Apabila hasil penjualan harta (aktiva) perusahaan mencukupi untuk membayar seluruh hutangnya, maka perusahaan tersebut dalam keadaan solvable. Sebaliknya, jika perusahaan tidak bisa membayar seluruh hutangnya maka perusahaan pada saat itu dalam keadaan tidak solvabel. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar dibandingkan total asetnya (Hanafi, 2016:79). Oleh karena itu, seorang manajer keuangan yang andal dituntut untuk memiliki kepiawaian dalam mempertimbangkan alternatif sumber pembiayaan perusahaan. Secara garis besar, sumber pembiayaan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu pembiayaan utang, dan pembiayaan ekuitas. Yang dimaksud pembiayaan utang (debt finance) adalah pembiayaan yang dilakukan denga cara menerbitkan surat utang, seperti wesel ataupun obligasi. Dalam hal ini, kebutuhan dana perusahaan diperoleh dengan cara melakukan pinjaman atau berutang kepada kreditor. Sedangkan yang dimaksud dengan pembiayaan ekuitas (equity financing) adalah pembiyaan yang bersumber dari modal sendiri (untuk jenis perusahaan perorangan dan firma) atau pembiyaan yang dilakukan dengan cara menerbitkan surat ekuitas, yaitu saham (untuk jenis perusahaan persero atau korporasi). Dalam hal ini, (untuk jenis perusahaan pesero atau korporasi), kebutuhan dana diperoleh dengan cara menjual saham kepada investor (pemegang saham) (Hery, 2016:161). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 Masing-masing jenis pembiayaan memiliki kelebihan maupun kekurangan. Sebagai contoh, penggunaan modal sendiri sebagai sumber pembiayaan. Kelebihannya yaitu kemudahan dalam mendapatkan dana, tidak dibatasi oleh berbagai aturan (ketentuan) atau persyaratan, waktu pengembalian dana yang tidak terbatas, dan tidak ada beban untuk membayar angsuran, bunga, maupun biaya lainnya. Sedangkan kekurangannya yaitu terletak pada jumlahnya yang terbatas (karena hanya mengandalkan pada modal pribadi), terutama apabila dana yang dibutuhkan cukup besar (Hery, 2016:162). Disisi lain, jika perusahaan memilih pinjaman sebagai alternatif sumber pembiayaan, kelebihannya adalah terletak pada kemungkinan untuk memperoleh dana dalam jumlah yang relatif lebih besar. Sedangkan kekurangannya terletak pada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi dan memerlukan angsuran, bunga, maupun biaya lainnya (biaya administrasi, biaya provisi, dan komisi). Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan yang ada pada setiap jenis pembiyaan diatas, oleh sebab itu penting bagi manajer keuangan untuk menyiasati kebutuhan dana perusahaan dengan cara melakukan kombinasi sumber pembiayaan antara pinjaman dan modal. Menurut Hery, (2016:163) Perusahaan dengan rasio solvabilitas yang tinggi (memiliki utang yang besar) dapat berdampak pada timbulnya risiko keuangan yang besar, tetapi juga memiliki peluang yang besar pula untuk menghasilkan laba yang tinggi. Risiko keuangan yang besar ini timbul karena perusahaan harus menanggung atau terbebani dengan pembayaran bunga dalam jumlah yang besar. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 Namun, apabila dana hasil pinjaman tersebut dipergunakan secara efesien dan efektif dengan membeli asset produktif tertentu (seperti mesin dan peralatan) atau untuk membiayai ekspansi bisnis perusahaan, hal ini akan memberikan peluang yang besar bagi perusahaan untuk meningkatkan hasil usahanya (Hery, 2016:163). Sebaliknya, perusahaan dengan rasio solvabilitas yang rendah memiliki risiko keuangan yang kecil, tetapi juga mungkin memiliki peluang yang kecil pula untuk menghasilkan laba yang besar (Hery, 2016:163). Oleh sebab itu, seorang manajer keuangan yang andal dituntut untuk memiliki kepiawaian dalam mengelola tingkat solvabilitas atau tingkat struktur modal perusahaan, khususnya dalam mencermati hubungan antar risiko keuangan dengan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari dana yang dipinjam perusahaan (Hery, 2016:163). a. Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabilitas Berikut tujuan dan manfaat rasio solvabilitas secara keseluruhan (Kasmir, 2015:165): a. Untuk mengetahui posisi total utang (kewajiban) perusahaan kepada kreditor, khususnya jika dibandingkan dengan jumlah asset atau modal yang dimiliki perusahaan. b. Untuk menilai kemampuan asset perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban, termasuk kewajiban yang bersifat tetap, seperti pembayaran angsuran pokok pinjaman beserta bunganya secara berkala. c. Untuk menilai seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh utang. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 b. Pengukuran Rasio Solvabilitas Solvabilitas dalam penelitian ini diukur dengan rasio utang terhadap ekuitas (modal) atau debt to equity ratio (der), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan utang (Kasmir, 2015:158). Rasio ini memberikan petunjuk umum tentang kelayakan kredit risiko keuangan debitor (Hery, 2016:168). Menurut Prastowo (2015:79) Debt Equity Ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang. Memberikan pinjaman kepada debitor yang memiliki tingkat debt to equity ratio yang tinggi menimbulkan konsekuensi bagi kreditor untuk menanggung risiko yang lebih besar pada saat debitor mengalami kegagalan keuangan. Hal ini tentu sangat tidak menguntungkan bagi kreditor. Sebaliknya, apabila kreditor memberikan pinjaman kepada debitor yang memiliki tingkat debt to equity ratio yang rendah (yang berarti tingginya tingkat pendanaan debitor yang berasal dari modal pemilik) maka hal ini dapat mengurangi risiko kreditor (dengan adanya batas pengaman yang besar) pada saat debitor mengalami kegagalan keuangan. Dengan kata lain, akan lebih aman bagi kreditor apabila memberikan pinjaman kepada debitor yang memiliki tingkat debt to equity ratio yang rendah karena hal http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 ini berarti bahwa akan semakin besar jumlah modal pemilik yang dapat dijadikan sebagai jaminan utang (Hery, 2016:169). Semakin tinggi debt to equity ratio maka berarti semakin kecil jumlah modal pemilik yang dapat dijadikan sebagai jaminan utang. Ketentuan umumnya adalah bahwa debitor seharusnya memiliki debt to equity ratio kurang dari 0,5 namun perlu diingat juga bahwa ketentuan ini tentu saja dapat bervariasi tergantung pada masing-masing jenis industri (Hery, 2016:169). Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung rasio utang terhadap modal (ekuitas): 4. Pengertian Rasio Likuiditas Menurut Hery (2016:149), rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Dengan kata lain, rasio likuiditas adalah rasio yang dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo. Jika perusahaan memliki kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo maka perusahaan tersebut dikatakan sebagai perusahaan yang likuid. Sebaliknya, jika perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo, perusahaan tersebut dikatakan sebagai perusahaan yang tidak likuid. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 a. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio likuiditas secara keseluruhan (Hery, 2016:151) : a) Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban atau utang yang akan segera jatuh tempo. b) Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan total aset lancar. c) Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya selama beberapa periode. b. Pengukuran Rasio Likuiditas Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan rasio lancar (Current Ratio), rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia (Hery, 2016:152). Penghitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar (Kasmir, 2015:134). Aktiva lancar (current assets) merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, biaya dibayar dimuka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya (Kasmir, 2015:134). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Utang lancar (current liabilities) merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun). Artinya, utang ini harus segera dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen utang lancarterdiri dari utang dagang, utang bank dalam satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya diterima dimuka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendeknya (Kasmir, 2015:135). Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas perusahaan tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan suatu kondisi perusahaan baik atau tidaknya, ada suatu standar rasio yang digunakan (Kasmir, 2015:135). Hery (2016:153) menyatakan bahwa, standar rasio lancar yang baik adalah 200% atau 2 : 1. Besaran rasio ini seringkali dianggap sebagai ukuran yang baik bagi tingkat likuiditas suatu perusahaan. Artinya, dengan hasil perhitungan rasio sebesar itu, perusahaan sudah dapat dikatakan berada dalam posisi aman untuk jangka pendek. Namun, perlu dicatat bahwa standar ini tidaklah mutlak karena harus diperhatikan juga faktor lainnya, seperti tipe (karakteristik) industri, efisiensi persediaan, manajemen kas, dan sebagainya. Oleh sebab itu, diperlukan suatu standar rasio rata-rata industri sebagai rasio keuangan pembanding untuk menentukan tingkat likuiditas perusahaan yang sesungguhnya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar : 5. Pengertian Rasio Aktivitas Rasio Aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Dengan kata lain, digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya bidang penjualan, sediaan, penagihan piutang dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola asset yang dimiliknya atau mungkin justru sebaliknya (Kasmir, 2015:172). Dari hasil pengukuran ini, akan diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan sehingga manajemen dapat mengukur kinerja mereka selama ini. Hasil yang diperoleh misalnya dapat diketahui seberapa lama penagihan suatu piutang dalam periode tertentu. Kemudian hasil ini dibandingkan dengan target yang telah ditentukan atau dibandingkan dengan hasil pengukuran beberapa periode sebelumnya. Di samping itu, rasio ini juga digunakan untuk mengukur hari rat-rata sediaan tersimpan di gudang, perputaran modal kerja, perputaran aktiva tetap dalam satu periode, dan penggunaan seluruh aktiva http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 terhadap penjualan dan rasio lainnya (Kasmir, 2015:172). Dengan demikian, dari hasil pengukuran ini jelas bahwa kondisi perusahaan periode ini mampu atau tidak untuk mencapai target yang telah ditentukan. Apabila tidak mampu untuk mencapai target, pihak manajemen harus mampu mencari sebab-sebab tidak tercapainya target yang telah ditentukan tersebut. Kemudian, dicarikan upaya perbaikan yang dibutuhkan. Namun, apabila mampu mencapai target yang telah ditentukan, hendaknya dapat dipertahankan atau ditingkatkan untuk periode berikutnya (Kasmir, 2015:172). Penggunaan rasio aktivitas adalah dengan cara membandingkan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode. Artinya, diharapkan adanya keseimbangan seperti yang diinginkan antara penjualan dengan aktiva sepeti sediaan, pitang, dan aktiva lainnya. Kemampuan manajemen untuk menggunakan dan mengoptimalkan aktiva yang dimiliki merupakan tujuan utama rasio ini (Kasmir, 2015:173). a. Tujuan dan Manfaat Rasio Aktivitas Tujuannya yaitu untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dibandingkan dengan penjualan. Sedangkan manfaatnya yaitu manajemen dapat mengetahui penggunaan semua aktiva perusahaan dibandingkan dengan penjualan dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2015:173). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 b. Pengukuran Rasio Aktivitas Pengukuran rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu denga menggunakan Total Assets Turnover (TAT), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva (Kasmir, 2015:185). Sedangkan menurut Margaretha (2011:26) rasio ini menunjukkan efektivitas perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba. Rumus untuk mencari total asset turn over sebagai berikut: 6. Penelitian Terdahulu Sebagai acuan dari penelitian ini maka dikemukakan hasil-haisl dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diantaranya Nasimi (2016) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Struktur Modal pada Profitabilitas Perusahaan (An Empiris Bukti dari London, UK) Periode 2005 – 2014 pada perusahaan dari indeks FTSE-100 yang terdaftar di London Stock Exchange” dengan variabel bebas debt to equity (DE) dan interest coverage (IC) sedangkan variabel dependennya return on equity (ROE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity (DE) dan interest coverage (IC) memiliki dampak positif yang signifikan terhadap ROE. Studi ini menyimpulkan bahwa tingkat yang optimal dari struktur modal yaitu dengan pemanfaatan yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 efektif dan alokasi sumber daya harus digunakan untuk mencapai tingkat yang ditargetkan efisiensi dalam bisnis. Sutria Alima (2015) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Industri Tekstil dan Garment Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” dengan variabel bebas DER sedangkan variabel dependen ROE. Hasil analisis menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif signifikan terhadap ROE industri perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di periode bursa indonesia 2008-2012. Sultan dan Adam (2015) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Struktur Modal Pada Profitabilitas: Studi Empiris Analisis Perusahaan Terdaftar Di Irak” dengan variabel bebas Financial Leverage, dan Debt Equity Ratio sedangkan variabel dependennya Return On Equity (ROE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROE). Hal ini disebabkan karena perusahaan yang mengalami keuntungan dan juga ekonomi Irak sedang stabil. Pongrangga, Dzulkirom dan Saifi (2015) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover Dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return On Equity (Studi pada Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI periode 2011-2014)” dengan variabel bebas Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), and Total Asset Turnover (TAT) sedangkan variabel dependennya Return On Equity (ROE). Hasil penelitian menunjukkan secara parsial hanya variabel total asset turnover dan debt to equity ratio yang memiliki pengaruh signifikan terhadap return on equity, sedangkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 current ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return on equity. Julita (2015) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Debt To Equity Ratio Dan Long Term Debt To Equity Ratio Terhadap Profitabilitas Perusahaan. (Studi Kasus Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)” dengan variabel bebas DER dan LTDER sedangkan variabel dependen ROE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Debt To Equity Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity, dan Longterm Debt To Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity. Secara simultan hasil penelitian menunjukkan bahwa Debt To Equity Ratio dan Longterm Debt To Equity Ratio secara serempak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity. Hantono (2015) melakukan penelitiaan yang berjudul Pengaruh “Current Ratio Dan Debt to Equity Ratio Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Logam Dan Sejenisnya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2013” dengan variabel bebas Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER) sedangkan variabel dependennya (ROE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan dengan uji F, variabel independen bersama-sama berpengaruh terhadap Return on Equity. Hasil secara parsial dengan uji t, variabel Current Ratio dan Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Return on Equity. Nusbantoro (2015) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return On Equity (Studi pada Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Listed Di Bursa Efek http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Indonesia periode 2011-2014)” dengan variabel bebas Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turnover (TAT) sedangkan variabel dependennya Return On Equity (ROE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Current Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Equity yang berarti menerima hipotesis penelitian. Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Equity yang berarti menolak hipotesis penelitian yang memprediksi pengaruh positif. Total Asset Turnover berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Equity yang berarti menerima hipotesis penelitian. Yanuarta dan Permata Sari (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Likuiditas, Kebijakan Hutang, Dan Aktivitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)” dengan variabel bebas Current Ratio (CR), Debt Ratio (DAR), and Total Asset Turnover (TAT) sedangkan variabel dependennya Return On Equity (ROE). Penelitian membuktikan bahwa CR berpengaruh positif dan tidak signifikan pada ROE, (2) DAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada ROE, (3) TAT berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Dengan demikian, penentu utama dari profitabilitas perusahaan adalah perputaran total aset, untuk perusahaan yang memproduksi dan investor harus memperhatikan variabelvariabel ini. Ashraf dan Khursheed (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Dampak Struktur Modal Pada Profitabilitas Perusahaan Terdaftar (Bukti Dari India)” dengan variabel bebas Debt-Equity Ratio dan Net Profit Ratio sedangkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 variabel dependennya Return On Equity (ROE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal memiliki dampak yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Yaitu pada rasio utang terhadap ekuitas (DER) dan Net Profit Ratio berkolerasi atau mempunyai hubungan negatif dengan rasio profitabilitas. Selain itu, perusahaan yang membuka diri untuk risiko yang lebih besar mereka akan kehilangan kontrol apabila mereka melakukannya. Monika Bolek (2013) melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan antara Profitabilitas dan likuiditas serta risiko di perusahaan yang terdaftar di pasar connect baru di Polandia” dengan variabel bebas debt ratio (DR), current ratio (CR) sedangkan variabel dependennya return on equity (ROE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt ratio (DR), current ratio (CR) memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap ROE. Hal ini disebabkan karena utang yang dimiliki perusahaan tersebut besar sehingga risikonya juga meningkat. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu NAMA Nasimi (2016) 1. Variabel Dependen Pengaruh Struktur Modal pada Profitabilitas Perusahaan (An Profitabilitas Empiris Bukti dari (ROE) London, UK) Periode 2005 – 2014 pada perusahaan dari indeks FTSE-100 yang terdaftar di London Stock Exchange Variabel Independen HASIL PENELITIAN Debt to Equity (DE) dan Interest Coverage (IC) Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity (DE) dan interest coverage (IC) memiliki dampak positif yang signifikan terhadap ROE. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 (Jurnal Internasional) Sutria Alima (2015) 2. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Industri Tekstil dan Profitabilitas (ROE) Garment Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia DER Hasil analisis menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif signifikan terhadap ROE industri perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di periode bursa indonesia 2008-2012 (Jurnal) Sultan (2015) 3. 4. dan Adam Pengaruh Struktur Modal Pada Profitabilitas Profitabilitas: Studi (ROE) Empiris Analisis Perusahaan Terdaftar Di Irak (Jurnal Internasional) Pongrangga, Dzulkirom dan Saifi (2015) Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover Dan Debt to Equity Ratio Terhadap Profitabilitas Return On Equity (ROE) (Studi pada Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI periode 2011-2014) (Jurnal) Financial Leverage, dan Debt Equity Ratio Hasil penelitian menunjukkan bahwa Secara parsial hasil menunjukkan bahwa hanya variabel total asset turnover CR, DER dan dan debt to equity ratio yang TAT memiliki pengaruh signifikan terhadap return on equity, sedangkan current ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return on equity. Julita (2015) 5. Pengaruh Debt To Profitabilitas Equity Ratio Dan Long (ROE) Term Debt To Equity Ratio Terhadap Profitabilitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROE). DER, LTDER http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Debt to Equity Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity. Dan Longterm Debt to Equity Ratio memiliki 30 Perusahaan. Kasus Perusahaan Telekomunikasi Terdaftar Di Efek Indonesia). (Jurnal) (Studi Pada pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity. Secara simultan hasil penelitian menunjukkan bahwa Debt To Equity Ratio dan Longterm Debt To Equity Ratio secara serempak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity Yang Bursa Hantono (2015) 6. Pengaruh Current Ratio Dan Debt to Equity Ratio Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Logam Dan Sejenisnya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2013. (Jurnal) ROE CR dan DER Nusbantoro (2015) 7. Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, Inventory Turnover dan Debt to Equity Ratio Terhadap Profitabilitas Return On Equity (ROE) (Studi pada Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014)” (Jurnal) (CR), (DER), dan (TAT) Yanuarta dan Permata Sari (2013) 8. Pengaruh Kebijakan Dan Likuiditas, Hutang, Aktivitas Profitabilitas (CR), (DR), http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel-variabel independen; Current Ratio dan Debt to Equity Ratio dengan uji F, secara bersama-sama berpengaruh terhadap Return on Equity. Hasil secara parsial, variabel Current Ratio dan Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Return on Equity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Current Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Equity yang berarti menerima hipotesis penelitian. Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Equity yang berarti menolak hipotesis penelitian yang memprediksi pengaruh positif. Total Asset Turnover berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Equity yang berarti menerima hipotesis penelitian. Hasil Penelitian membuktikan bahwa (1) CR berpengaruh positif dan tidak signifikan pada ROE, (2) DR berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada ROE, (3) 31 Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Jurnal) (ROE) Ashraf dan Khursheed (2013) 9. Dampak Struktur Profitabilitas Modal Pada (ROE) Profitabilitas Perusahaan Terdaftar (Bukti Dari India) (Jurnal Internasional) Monika Bolek (2013) (TAT) Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal memiliki dampak yang signifikan terhadap Debt-Equity profitabilitas perusahaan. Ratio dan Net Yaitu pada rasio utang Profit Ratio terhadap ekuitas (DER) dan Net Profit Ratio berkolerasi atau mempunyai hubungan negatif dengan rasio profitabilitas. Hubungan antara Profitabilitas dan Debt Ratio Profitabilitas likuiditas serta risiko di (DR), dan 10. (ROE) perusahaan yang Current Ratio terdaftar di pasar (CR) connect baru di Polandia (Jurnal Internasional) Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu tahun 2013-2016 B. perputaran total aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt ratio (DR), current ratio (CR) memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap ROE. Rerangka Pemikiran 1. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return on Equity (ROE) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Dan juga berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang (Hery, 2016:168). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 Bagi bank (kreditor), semakin besar rasio ini, maka akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang harus ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan semakin besar rasio ini maka semakin baik (Kasmir, 2015:158). Artinya, perusahaan dapat beroperasi dengan utang sebagai modalnya. Dana pinjaman ini apabila digunakan dengan tepat maka akan memperoleh profit yang semakin meningkat pula dibandingkan dengan modal sendiri yang dijadikan sebagai operasional perusahaan. Akan tetapi jika sebaliknya, apabila operasional perusahaan tidak berjalan seperti yang diharapkan maka bunga utang akan membebani perusahaan dan dapat mengakibatkan kebangkrutan usaha (Isnurhadi, 2016). Yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pengembalian atas pemegang saham (ROE). Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sultan dan Adam (2015) dan Nasimi (2016) yang menyatakan bahwa DER memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap ROE. Namun, hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Julita (2015) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return on equity (ROE). Dan juga pada penelitian yang dilakukan Ashraf dan Khursheed (2013) dan Alima (2015) menyatakan bahwa DER berkolerasi atau mempunyai hubungan yang negatif terhadap ROE. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti dapat menarik simpulan kedalam hipotesis. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 2. Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Return on Equity (ROE) Rasio lancar (Current Ratio), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia (Hery, 2016:152). Hal ini akan berpengaruh pada tingkat pengembalian ekuitas (ROE) untuk investor dan kreditur perusahaan dimana apabila perusahaan bisa melunasi kewajiban jangka pendeknya maka perusahaan tersebut dapat dikatakan sebagai perusahaan yang likuid. Berarti tingkat likuid atas asset lancar perusahaan cukup baik sehingga dapat cepat berputar menjadi laba. Namun, tingkat likuid perusahaan bukan berarti mencerminkan perusahaan dalam kondisi baik. Hal ini dapat terjadi karena kas yang tidak digunakan sebaik mungkin atau adanya persediaan yang berlebihan. Selain itu, bisa saja perusahaan terlalu banyak menggunakan kasnya untuk melakukan pembayaran jangka pendeknya. Sehingga profit yang diterima perusahaan menjadi sedikit karena pembayaran utang tersebut beserta bunganya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Riccardo (2012 dalam Ardiatmi 2014) bahwa tingkat likuiditas perusahaan yang baik dapat berarti bahwa penurunan laba. Hal ini dapat terjadi karena laba operasi banyak dipergunakan untuk melakukan pembayaran utang jangka pendeknya. Sehingga profit perusahaan menjadi menurun karena membayar kewajiban jangka pendeknya yang disertai dengan bunga. Oleh karena itu, perusahaan yang baik tidak hanya sekedar likuid saja, tetapi harus memenuhi standar likuiditas yang baik. Dalam praktiknya standar likuiditas yang baik adalah 200% atau 2:1. Yang pada akhirnya perusahaan bisa mengembalikan pinjaman (utang) tersebut kepada http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 investor (pemegang saham) dan kreditur. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hantono (2013) yang menyatakan bahwa current ratio (CR) berpengaruh terhadap return on equity (ROE). Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan Nusbantoro (2015) dan Monika Bolek (2013) menyatakan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Equity. Namun hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Pongrangga, Dzulkirom dan Saifi (2015) bahwa current ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return on equity. Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan Yanuarta dan Permata Sari (2013) menyatakan bahwa rasio lancar atau current ratio (CR) berpengaruh positif dan tidak signifikan pada ROE. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti dapat menarik simpulan kedalam hipotesis. 3. Pengaruh Total Assets Turnover (TAT) Terhadap Return on Equity (ROE) Rasio Perputaran Total Assets (Total Assets Turnover), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva (Kasmir, 2015:185). Rasio ini menunjukkan efektivitas perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba (Margaretha, 2011:26). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 Hal ini akan berpengaruh pada tingkat pengembalian ekuitas (ROE). Apabila perusahaan mampu mengelola aktiva yang dimilikinya dengan baik. Misalnya, persediaan, piutang, dan asset kekayaan lainnya yang bisa dikonversi menjadi kas maupun dijual atau dikonsumsi habis dalam waktu tidak lebih dari 1 tahun buku. Maka perusahaan dapat memperbesar volume penjualan dan memperoleh laba bersih yang diperoleh dari pemanfaatan asset tersebut. Jadi, semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisiensinya perusahaan dalam memanfaatkan seluruh aktivanya baik itu aktiva tetap maupun aktiva lancar sehingga dapat memperbesar volume penjualan. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pongrangga, Dzulkirom dan Saifi (2015) bahwa total assets turnover memiliki pengaruh signifikan terhadap return on equity. Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan Yanuarta dan Permata Sari (2013) dan Nusbantoro (2015) menyatakan bahwa total assets turnover (TAT) berpengaruh positif dan signifikan pada ROE. Namun hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Ardiatmi (2014) yang menyatakan bahwa total assets turnover (TAT) tidak berpengaruh terhadap return on equity (ROE). Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti dapat menarik simpulan kedalam hipotesis. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 Debt to Equity Ratio (DER) H1 Profitabilitas Current Ratio (CR) H2 (ROE) H3 Total Assets Turnover (TAT) Gambar 2.2 Rerangka Pemikiran C. Hipotesis H1 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE). H2 : Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE). H3 : Total Assets Turnover (TAT) berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE). http://digilib.mercubuana.ac.id/