BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Teori Profitabilitas
a. Pengertian Profitabilitas
Menurut Hanafi, (2016:81) Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada
tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu. Sedangkan, menurut
(Hery, 2016:192) Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal
bisnisnya. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan atau memperoleh laba.
Rasio profitabilitas dikenal juga sebagai rasio rentabilitas. Rasio
profitabilitas atau rasio rentabilitas dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur
tingkat efektivitas kinerja manajemen. Kinerja yang baik akan ditunjukkan lewat
keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba yang maksimal bagi
perusahaan (Hery, 2016:192). Pengukuran rasio profitabilitas dapat dilakukan
dengan membandingkan antara berbagai komponen yang ada dalam laporan laba
rugi dan/atau neraca. Tujuannya adalah untuk memonitor dan mengevaluasi
tingkat perkembangan profitabilitas perusahaan dari waktu ke waktu. Dengan
melakukan analisis rasio keuangan secara berkala memungkinkan manajemen
untuk melakukan perbaikan secara efektif dan efisien (Hery, 2016:192).
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
b. Tujuan dan Manfaat Profitabilitas
Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio profitabilitas secara keseluruhan
(Kasmir, 2015:193):
1.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode tertentu.
2.
Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
3.
Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4.
Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari
setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
5.
Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari
setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas.
c. Pengukuran Profitabilitas
Dalam rasio profitabilitas dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Rasio
Tingkat Pengembalian atas Investasi dan Rasio Kinerja Operasi. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan jenis Rasio Tingkat Pengembalian atas Investasi. Lebih
tepatnya yang menjadi pengukuran dalam penelitian ini yaitu rasio tingkat
pengembalian atas ekuitas (ROE).
Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity), merupakan hasil
(return) atas penggunaan ekuitas perusahaan dalam menciptakan laba bersih.
Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba
bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
ekuitas. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap ekuitas (Hery,
2016:194).
Semakin tinggi hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin tinggi pula
jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam
ekuitas. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas ekuitas berarti
semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana
yang tertanam dalam ekuitas (Hery, 2016:194). Menurut Prastowo (2015:82)
selama perusahaan masih mampu meningkatkan labanya, maka setiap utang akan
mengakibatkan naiknya angka ROE. Namun, ROE yang tinggi tidak selalu
mencerminkan baiknya kinerja perusahaan. Cara lain yang dapat dipakai untuk
mengungkapkan sesuatu dibalik angka ROE adalah dengan membedah ROE
tersebut ke dalam rasio-rasio diantaranya Aktiva dibagi Modal (Pendanaan),
Penjualan dibagi Aktiva (Investasi), dan Laba dibagi Penjualan (Operasi).
Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung hasil pengembalian atas
ekuitas:
2. Teori Pertukaran (Trade Off )
Menurut Julita (2015) Teori Trade Off (model gabungan antara model
Modigliani-Miller, Model Miller dan Financial Distress and Agency Costs)
merupakan model yang semakin besar penggunaan utang, semakin besar
keuntungan dari penggunaan utang (leverage gain), tetapi biaya financial distress
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
dan agency costs juga meningkat, bahkan lebih besar. Berarti penggunaan utang
akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada waktu titik tertentu.
Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan
keuangan dan terancam bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan,
maka akan timbul biaya kebangkrutan (bankcruptcy costs) yang disebabkan oleh
keterpaksaan menjual aktiva dibawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan,
rusaknya aktiva tetap karena termakan waktu sebelum terjual, dan sebagainya.
Pada umumnya kemungkinan terjadi financial distress semakin meningkat dengan
meningkatnya penggunaan hutang. Logikanya adalah semakin besar penggunaan
utang, semakin besar pula biaya beban bunga, semakin besar kemungkinan bahwa
penurunan penghasilan akan menyebabkann financial distress (Sjahrial,
2014:272).
Sedangkan, Agency Costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul
karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik
perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini muncul dari
problem keagenan (agency problem). Jika perusahaan menggunakan utang, ada
kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor
(Sjahrial, 2014:273).
Menurut Sjahrial (2014:277) “the trade off theory of leverage” adalah
dimana perusahaan menggabungkan (trade-off) manfaat manfaat dari pembiayaan
hutang (menguntungkan, perlakuan terhadap pajak perusahaan) terhadap tingkat
bunga yang lebih tinggi dan biaya-biaya kebangkrutan. Sedangkan menurut
Brigham (2013:183) trade-off theory atau disebut sebagai teori pertukaran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
leverage, dimana perusahaan menukar manfaat pajak dari pendanaan utang
dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Teori Trade-off bagi perilaku
perusahaan sebagai berikut:
a)
Penggunaan utang memberikan keuntungan karena adanya pengurangan
pembayaran pajak akibat bunga utang. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya
menggunakan utang dalam struktur modalnya.
b) Namun demikian, financial distress dan agency cost membatasi penggunaan
utang. Melewati suatu batas titik tertentu, biaya tersebut menutupi
keuntungan penggunaan utang.
3. Pengertian Rasio Struktur Modal (Solvabilitas)
Menurut Hery (2016:162) Rasio leverage (solvabilitas) merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur sejauh mana asset perusahaan dibiayai dengan
utang. Dengan kata lain, rasio leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur seberapa besar beban utang yang harus
ditanggung perusahaan dalam rangka pemenuhan asset. Dalam arti luas, rasio
solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka panjang maupun kewajiban jangka
pendek apabila perusahaan dibubarkan (Kasmir, 2015:165).
Sedangkan menurut Agus Harjito dan Martono (2012:19) Solvabilitas
yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban finansialnya
yang terdiri atas hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang apabila pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
saat itu perusahaan dilikuidasi atau di bubarkan. Jadi, apabila pada suatu saat
perusahaan tiba-tiba di likuidasi maka, apakah perusahaan dapat membayar
seluruh hutang-hutangnya? Apabila hasil penjualan harta (aktiva) perusahaan
mencukupi untuk membayar seluruh hutangnya, maka perusahaan tersebut dalam
keadaan solvable. Sebaliknya, jika perusahaan tidak bisa membayar seluruh
hutangnya maka perusahaan pada saat itu dalam keadaan tidak solvabel.
Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar
dibandingkan total asetnya (Hanafi, 2016:79). Oleh karena itu, seorang manajer
keuangan
yang
andal
dituntut
untuk
memiliki
kepiawaian
dalam
mempertimbangkan alternatif sumber pembiayaan perusahaan.
Secara garis besar, sumber pembiayaan perusahaan dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu pembiayaan utang, dan pembiayaan ekuitas. Yang
dimaksud pembiayaan utang (debt finance) adalah pembiayaan yang dilakukan
denga cara menerbitkan surat utang, seperti wesel ataupun obligasi. Dalam hal ini,
kebutuhan dana perusahaan diperoleh dengan cara melakukan pinjaman atau
berutang kepada kreditor. Sedangkan yang dimaksud dengan pembiayaan ekuitas
(equity financing) adalah pembiyaan yang bersumber dari modal sendiri (untuk
jenis perusahaan perorangan dan firma) atau pembiyaan yang dilakukan dengan
cara menerbitkan surat ekuitas, yaitu saham (untuk jenis perusahaan persero atau
korporasi). Dalam hal ini, (untuk jenis perusahaan pesero atau korporasi),
kebutuhan dana diperoleh dengan cara menjual saham kepada investor (pemegang
saham) (Hery, 2016:161).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Masing-masing
jenis
pembiayaan
memiliki
kelebihan
maupun
kekurangan. Sebagai contoh, penggunaan modal sendiri sebagai sumber
pembiayaan. Kelebihannya yaitu kemudahan dalam mendapatkan dana, tidak
dibatasi oleh berbagai aturan (ketentuan) atau persyaratan, waktu pengembalian
dana yang tidak terbatas, dan tidak ada beban untuk membayar angsuran, bunga,
maupun biaya lainnya. Sedangkan kekurangannya yaitu terletak pada jumlahnya
yang terbatas (karena hanya mengandalkan pada modal pribadi), terutama apabila
dana yang dibutuhkan cukup besar (Hery, 2016:162). Disisi lain, jika perusahaan
memilih pinjaman sebagai alternatif sumber pembiayaan, kelebihannya adalah
terletak pada kemungkinan untuk memperoleh dana dalam jumlah yang relatif
lebih besar. Sedangkan kekurangannya terletak pada sejumlah persyaratan yang
harus dipenuhi dan memerlukan angsuran, bunga, maupun biaya lainnya (biaya
administrasi, biaya provisi, dan komisi).
Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan yang ada pada
setiap jenis pembiyaan diatas, oleh sebab itu penting bagi manajer keuangan untuk
menyiasati kebutuhan dana perusahaan
dengan cara melakukan kombinasi
sumber pembiayaan antara pinjaman dan modal.
Menurut Hery, (2016:163) Perusahaan dengan rasio solvabilitas yang
tinggi (memiliki utang yang besar) dapat berdampak pada timbulnya risiko
keuangan yang besar, tetapi juga memiliki peluang yang besar pula untuk
menghasilkan laba yang tinggi. Risiko keuangan yang besar ini timbul karena
perusahaan harus menanggung atau terbebani dengan pembayaran bunga dalam
jumlah yang besar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Namun, apabila dana hasil pinjaman tersebut dipergunakan secara efesien
dan efektif dengan membeli asset produktif tertentu (seperti mesin dan peralatan)
atau untuk membiayai ekspansi bisnis perusahaan, hal ini akan memberikan
peluang yang besar bagi perusahaan untuk meningkatkan hasil usahanya (Hery,
2016:163). Sebaliknya, perusahaan dengan rasio solvabilitas yang rendah
memiliki risiko keuangan yang kecil, tetapi juga mungkin memiliki peluang yang
kecil pula untuk menghasilkan laba yang besar (Hery, 2016:163).
Oleh sebab itu, seorang manajer keuangan yang andal dituntut untuk
memiliki kepiawaian dalam mengelola tingkat solvabilitas atau tingkat struktur
modal perusahaan, khususnya dalam mencermati hubungan antar risiko keuangan
dengan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari dana yang dipinjam perusahaan
(Hery, 2016:163).
a. Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabilitas
Berikut tujuan dan manfaat rasio solvabilitas secara keseluruhan (Kasmir,
2015:165):
a.
Untuk mengetahui posisi total utang (kewajiban) perusahaan kepada
kreditor, khususnya jika dibandingkan dengan jumlah asset atau modal yang
dimiliki perusahaan.
b.
Untuk menilai kemampuan asset perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajiban, termasuk kewajiban yang bersifat tetap, seperti pembayaran
angsuran pokok pinjaman beserta bunganya secara berkala.
c.
Untuk menilai seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh utang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
b. Pengukuran Rasio Solvabilitas
Solvabilitas dalam penelitian ini diukur dengan rasio utang terhadap
ekuitas (modal) atau debt to equity ratio (der), merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total ekuitas. Rasio ini
berguna untuk mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang
disediakan oleh kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik
perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui berapa bagian
dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan utang (Kasmir,
2015:158).
Rasio ini memberikan petunjuk umum tentang kelayakan kredit risiko
keuangan debitor (Hery, 2016:168). Menurut Prastowo (2015:79) Debt Equity
Ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki
perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang.
Memberikan pinjaman kepada debitor yang memiliki tingkat debt to equity
ratio yang tinggi menimbulkan konsekuensi bagi kreditor untuk menanggung
risiko yang lebih besar pada saat debitor mengalami kegagalan keuangan. Hal ini
tentu sangat tidak menguntungkan bagi kreditor. Sebaliknya, apabila kreditor
memberikan pinjaman kepada debitor yang memiliki tingkat debt to equity ratio
yang rendah (yang berarti tingginya tingkat pendanaan debitor yang berasal dari
modal pemilik) maka hal ini dapat mengurangi risiko kreditor (dengan adanya
batas pengaman yang besar) pada saat debitor mengalami kegagalan keuangan.
Dengan kata lain, akan lebih aman bagi kreditor apabila memberikan pinjaman
kepada debitor yang memiliki tingkat debt to equity ratio yang rendah karena hal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
ini berarti bahwa akan semakin besar jumlah modal pemilik yang dapat dijadikan
sebagai jaminan utang (Hery, 2016:169).
Semakin tinggi debt to equity ratio maka berarti semakin kecil jumlah
modal pemilik yang dapat dijadikan sebagai jaminan utang. Ketentuan umumnya
adalah bahwa debitor seharusnya memiliki debt to equity ratio kurang dari 0,5
namun perlu diingat juga bahwa ketentuan ini tentu saja dapat bervariasi
tergantung pada masing-masing jenis industri (Hery, 2016:169).
Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung rasio utang terhadap
modal (ekuitas):
4. Pengertian Rasio Likuiditas
Menurut Hery (2016:149), rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka
pendeknya. Dengan kata lain, rasio likuiditas adalah rasio yang dapat digunakan
untuk mengukur sampai seberapa jauh tingkat kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo. Jika perusahaan
memliki kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh
tempo maka perusahaan tersebut dikatakan sebagai perusahaan yang likuid.
Sebaliknya, jika perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk melunasi
kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo, perusahaan tersebut
dikatakan sebagai perusahaan yang tidak likuid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
a. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas
Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio likuiditas secara keseluruhan
(Hery, 2016:151) :
a)
Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban atau
utang yang akan segera jatuh tempo.
b) Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek dengan menggunakan total aset lancar.
c)
Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu
dengan membandingkannya selama beberapa periode.
b. Pengukuran Rasio Likuiditas
Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan rasio lancar (Current Ratio),
rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh
tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia (Hery, 2016:152).
Penghitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total
aktiva lancar dengan total utang lancar (Kasmir, 2015:134).
Aktiva lancar (current assets) merupakan harta perusahaan yang dapat
dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva
lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, biaya dibayar
dimuka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan
aktiva lancar lainnya (Kasmir, 2015:134).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Utang lancar (current liabilities) merupakan kewajiban perusahaan jangka
pendek (maksimal satu tahun). Artinya, utang ini harus segera dilunasi dalam
waktu paling lama satu tahun. Komponen utang lancarterdiri dari utang dagang,
utang bank dalam satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen,
biaya diterima dimuka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo,
serta utang jangka pendeknya (Kasmir, 2015:135).
Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan
bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil
pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan baik. Hal ini dapat saja
terjadi karena kas perusahaan tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk
mengatakan suatu kondisi perusahaan baik atau tidaknya, ada suatu standar rasio
yang digunakan (Kasmir, 2015:135).
Hery (2016:153) menyatakan bahwa, standar rasio lancar yang baik adalah
200% atau 2 : 1. Besaran rasio ini seringkali dianggap sebagai ukuran yang baik
bagi tingkat likuiditas suatu perusahaan. Artinya, dengan hasil perhitungan rasio
sebesar itu, perusahaan sudah dapat dikatakan berada dalam posisi aman untuk
jangka pendek. Namun, perlu dicatat bahwa standar ini tidaklah mutlak karena
harus diperhatikan juga faktor lainnya, seperti tipe (karakteristik) industri,
efisiensi persediaan, manajemen kas, dan sebagainya. Oleh sebab itu, diperlukan
suatu standar rasio rata-rata industri sebagai rasio keuangan pembanding untuk
menentukan tingkat likuiditas perusahaan yang sesungguhnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar :
5. Pengertian Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.
Dengan kata lain, digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas)
pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya bidang
penjualan, sediaan, penagihan piutang dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio
aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas
akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola asset
yang dimiliknya atau mungkin justru sebaliknya (Kasmir, 2015:172).
Dari hasil pengukuran ini, akan diketahui berbagai hal yang berkaitan
dengan aktivitas perusahaan sehingga manajemen dapat mengukur kinerja mereka
selama ini. Hasil yang diperoleh misalnya dapat diketahui seberapa lama
penagihan suatu piutang dalam periode tertentu. Kemudian hasil ini dibandingkan
dengan target yang telah ditentukan atau dibandingkan dengan hasil pengukuran
beberapa periode sebelumnya. Di samping itu, rasio ini juga digunakan untuk
mengukur hari rat-rata sediaan tersimpan di gudang, perputaran modal kerja,
perputaran aktiva tetap dalam satu periode, dan penggunaan seluruh aktiva
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
terhadap penjualan dan rasio lainnya (Kasmir, 2015:172).
Dengan demikian, dari hasil pengukuran ini jelas bahwa kondisi
perusahaan periode ini mampu atau tidak untuk mencapai target yang telah
ditentukan. Apabila tidak mampu untuk mencapai target, pihak manajemen harus
mampu mencari sebab-sebab tidak tercapainya target yang telah ditentukan
tersebut. Kemudian, dicarikan upaya perbaikan yang dibutuhkan. Namun, apabila
mampu mencapai target yang telah ditentukan, hendaknya dapat dipertahankan
atau ditingkatkan untuk periode berikutnya (Kasmir, 2015:172).
Penggunaan rasio aktivitas adalah dengan cara membandingkan antara
tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode. Artinya,
diharapkan adanya keseimbangan seperti yang diinginkan antara penjualan
dengan aktiva sepeti sediaan, pitang, dan aktiva lainnya. Kemampuan manajemen
untuk menggunakan dan mengoptimalkan aktiva yang dimiliki merupakan tujuan
utama rasio ini (Kasmir, 2015:173).
a. Tujuan dan Manfaat Rasio Aktivitas
Tujuannya yaitu untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan
dibandingkan dengan penjualan. Sedangkan manfaatnya yaitu manajemen dapat
mengetahui penggunaan semua aktiva perusahaan dibandingkan dengan penjualan
dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2015:173).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
b. Pengukuran Rasio Aktivitas
Pengukuran rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
denga menggunakan Total Assets Turnover (TAT), merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan
dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva
(Kasmir, 2015:185). Sedangkan menurut Margaretha (2011:26) rasio ini
menunjukkan efektivitas perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva
untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba.
Rumus untuk mencari total asset turn over sebagai berikut:
6. Penelitian Terdahulu
Sebagai acuan dari penelitian ini maka dikemukakan hasil-haisl dari
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diantaranya
Nasimi (2016) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Struktur
Modal pada Profitabilitas Perusahaan (An Empiris Bukti dari London, UK)
Periode 2005 – 2014 pada perusahaan dari indeks FTSE-100 yang terdaftar di
London Stock Exchange” dengan variabel bebas debt to equity (DE) dan interest
coverage (IC) sedangkan variabel dependennya return on equity (ROE). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa debt to equity (DE) dan interest coverage (IC)
memiliki dampak positif yang signifikan terhadap ROE. Studi ini menyimpulkan
bahwa tingkat yang optimal dari struktur modal yaitu dengan pemanfaatan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
efektif dan alokasi sumber daya harus digunakan untuk mencapai tingkat yang
ditargetkan efisiensi dalam bisnis.
Sutria Alima (2015) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Industri Tekstil dan Garment Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” dengan variabel bebas DER sedangkan
variabel dependen ROE. Hasil analisis menunjukkan bahwa DER berpengaruh
negatif signifikan terhadap ROE industri perusahaan tekstil dan garmen yang
terdaftar di periode bursa indonesia 2008-2012.
Sultan dan Adam (2015) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Struktur Modal Pada Profitabilitas: Studi Empiris Analisis Perusahaan Terdaftar
Di Irak” dengan variabel bebas Financial Leverage, dan Debt Equity Ratio
sedangkan variabel dependennya Return On Equity (ROE).
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh signifikan positif terhadap
profitabilitas (ROE). Hal ini disebabkan karena perusahaan yang mengalami
keuntungan dan juga ekonomi Irak sedang stabil.
Pongrangga, Dzulkirom dan Saifi (2015) melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover Dan Debt to Equity Ratio
Terhadap Return On Equity (Studi pada Perusahaan Sub Sektor Property dan Real
Estate yang Terdaftar di BEI periode 2011-2014)” dengan variabel bebas Current
Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), and Total Asset Turnover (TAT)
sedangkan variabel dependennya Return On Equity (ROE).
Hasil penelitian
menunjukkan secara parsial hanya variabel total asset turnover dan debt to equity
ratio yang memiliki pengaruh signifikan terhadap return on equity, sedangkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
current ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return on equity.
Julita (2015) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Debt To
Equity Ratio Dan Long Term Debt To Equity Ratio Terhadap Profitabilitas
Perusahaan. (Studi Kasus Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia)” dengan variabel bebas DER dan LTDER sedangkan
variabel dependen ROE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Debt
To Equity Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On
Equity, dan Longterm Debt To Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Return On Equity. Secara simultan hasil penelitian menunjukkan bahwa
Debt To Equity Ratio dan Longterm Debt To Equity Ratio secara serempak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity.
Hantono (2015) melakukan penelitiaan yang berjudul Pengaruh “Current
Ratio Dan Debt to Equity Ratio Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Logam Dan Sejenisnya Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009 – 2013” dengan variabel bebas Current Ratio (CR) dan
Debt to Equity Ratio (DER) sedangkan variabel dependennya (ROE). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara simultan dengan uji F, variabel independen
bersama-sama berpengaruh terhadap Return on Equity. Hasil secara parsial
dengan uji t, variabel Current Ratio dan Debt to Equity Ratio berpengaruh
terhadap Return on Equity.
Nusbantoro (2015) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Current
Ratio, Total Asset Turnover, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return On Equity
(Studi pada Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Listed Di Bursa Efek
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Indonesia periode 2011-2014)” dengan variabel bebas Current Ratio (CR), Debt
to Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turnover (TAT) sedangkan variabel
dependennya Return On Equity (ROE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Current Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Equity yang
berarti menerima hipotesis penelitian. Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap Return on Equity yang berarti menolak hipotesis
penelitian yang memprediksi pengaruh positif. Total Asset Turnover berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Return on Equity yang berarti menerima hipotesis
penelitian.
Yanuarta dan Permata Sari (2013) melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Likuiditas, Kebijakan Hutang, Dan Aktivitas Terhadap Profitabilitas
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”
dengan variabel bebas Current Ratio (CR), Debt Ratio (DAR), and Total Asset
Turnover (TAT) sedangkan variabel dependennya Return On Equity (ROE).
Penelitian membuktikan bahwa CR berpengaruh positif dan tidak signifikan pada
ROE, (2) DAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada ROE, (3) TAT
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Dengan demikian, penentu
utama dari profitabilitas perusahaan adalah perputaran total aset, untuk
perusahaan yang memproduksi dan investor harus memperhatikan variabelvariabel ini.
Ashraf
dan
Khursheed (2013) melakukan penelitian yang berjudul
“Dampak Struktur Modal Pada Profitabilitas Perusahaan Terdaftar (Bukti Dari
India)” dengan variabel bebas Debt-Equity Ratio dan Net Profit Ratio sedangkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
variabel dependennya Return On Equity (ROE). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa struktur modal memiliki dampak yang signifikan terhadap profitabilitas
perusahaan. Yaitu pada rasio utang terhadap ekuitas (DER) dan Net Profit Ratio
berkolerasi atau mempunyai hubungan negatif dengan rasio profitabilitas. Selain
itu, perusahaan yang membuka diri untuk risiko yang lebih besar mereka akan
kehilangan kontrol apabila mereka melakukannya.
Monika Bolek (2013) melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan
antara Profitabilitas dan likuiditas serta risiko di perusahaan yang terdaftar di
pasar connect baru di Polandia” dengan variabel bebas debt ratio (DR), current
ratio (CR) sedangkan variabel dependennya return on equity (ROE). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa debt ratio (DR), current ratio (CR) memiliki
hubungan yang negatif dan signifikan terhadap ROE. Hal ini disebabkan karena
utang yang dimiliki perusahaan tersebut besar sehingga risikonya juga meningkat.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
NAMA
Nasimi (2016)
1.
Variabel
Dependen
Pengaruh
Struktur
Modal
pada
Profitabilitas
Perusahaan
(An
Profitabilitas
Empiris Bukti dari
(ROE)
London, UK) Periode
2005 – 2014 pada
perusahaan dari indeks
FTSE-100
yang
terdaftar di London
Stock Exchange
Variabel
Independen
HASIL PENELITIAN
Debt to
Equity (DE)
dan Interest
Coverage
(IC)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa debt to equity (DE)
dan interest coverage (IC)
memiliki dampak positif yang
signifikan terhadap ROE.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
(Jurnal Internasional)
Sutria Alima (2015)
2.
Pengaruh
Struktur
Modal
Terhadap
Profitabilitas
Pada
Industri Tekstil dan Profitabilitas
(ROE)
Garment
Yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
DER
Hasil analisis menunjukkan
bahwa DER berpengaruh
negatif signifikan terhadap
ROE industri perusahaan
tekstil dan garmen yang
terdaftar di periode bursa
indonesia 2008-2012
(Jurnal)
Sultan
(2015)
3.
4.
dan
Adam
Pengaruh
Struktur
Modal
Pada Profitabilitas
Profitabilitas:
Studi
(ROE)
Empiris
Analisis
Perusahaan Terdaftar
Di Irak
(Jurnal Internasional)
Pongrangga,
Dzulkirom dan Saifi
(2015)
Pengaruh
Current
Ratio, Total Asset
Turnover Dan Debt to
Equity Ratio Terhadap Profitabilitas
Return On Equity
(ROE)
(Studi pada Perusahaan
Sub Sektor Property
dan Real Estate yang
Terdaftar
di
BEI
periode 2011-2014)
(Jurnal)
Financial
Leverage,
dan Debt
Equity Ratio
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Secara parsial hasil
menunjukkan bahwa hanya
variabel total asset turnover
CR, DER dan dan debt to equity ratio yang
TAT
memiliki pengaruh signifikan
terhadap return on equity,
sedangkan current ratio tidak
berpengaruh secara signifikan
terhadap return on equity.
Julita (2015)
5.
Pengaruh Debt To Profitabilitas
Equity Ratio Dan Long
(ROE)
Term Debt To Equity
Ratio
Terhadap
Profitabilitas
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
struktur
modal
berpengaruh signifikan positif
terhadap profitabilitas (ROE).
DER,
LTDER
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara parsial Debt to
Equity Ratio tidak memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap Return On Equity.
Dan
Longterm Debt to
Equity
Ratio
memiliki
30
Perusahaan.
Kasus
Perusahaan
Telekomunikasi
Terdaftar Di
Efek Indonesia).
(Jurnal)
(Studi
Pada
pengaruh yang signifikan
terhadap Return On Equity.
Secara
simultan
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa Debt To Equity Ratio
dan Longterm Debt To Equity
Ratio
secara
serempak
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Return
On Equity
Yang
Bursa
Hantono (2015)
6.
Pengaruh
Current
Ratio Dan Debt to
Equity Ratio Terhadap
Profitabilitas
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Sektor
Logam Dan Sejenisnya
Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia
Periode 2009 – 2013.
(Jurnal)
ROE
CR dan DER
Nusbantoro (2015)
7.
Pengaruh
Current
Ratio, Total Asset
Turnover,
Inventory
Turnover dan Debt to
Equity Ratio Terhadap
Profitabilitas
Return On Equity
(ROE)
(Studi
pada
Pada
Perusahaan Makanan
Dan Minuman Yang
Listed Di Bursa Efek
Indonesia
periode
2011-2014)”
(Jurnal)
(CR),
(DER), dan
(TAT)
Yanuarta dan Permata
Sari (2013)
8.
Pengaruh
Kebijakan
Dan
Likuiditas,
Hutang,
Aktivitas Profitabilitas
(CR), (DR),
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
secara
simultan
variabel-variabel independen;
Current Ratio dan Debt to
Equity Ratio dengan uji F,
secara
bersama-sama
berpengaruh terhadap Return
on Equity. Hasil secara
parsial, variabel Current
Ratio dan Debt to Equity
Ratio berpengaruh terhadap
Return on Equity.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
Current
Ratio
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Return on
Equity yang berarti menerima
hipotesis penelitian. Debt to
Equity Ratio berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap Return on Equity
yang
berarti
menolak
hipotesis penelitian yang
memprediksi
pengaruh
positif. Total Asset Turnover
berpengaruh
positif
dan
signifikan terhadap Return on
Equity yang berarti menerima
hipotesis penelitian.
Hasil
Penelitian
membuktikan bahwa (1) CR
berpengaruh positif dan tidak
signifikan pada ROE, (2) DR
berpengaruh negatif dan tidak
signifikan pada ROE, (3)
31
Terhadap Profitabilitas
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang
Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia (BEI)
(Jurnal)
(ROE)
Ashraf
dan
Khursheed (2013)
9.
Dampak
Struktur Profitabilitas
Modal
Pada
(ROE)
Profitabilitas
Perusahaan Terdaftar
(Bukti Dari India)
(Jurnal Internasional)
Monika Bolek (2013)
(TAT)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
struktur
modal
memiliki
dampak
yang
signifikan
terhadap
Debt-Equity profitabilitas
perusahaan.
Ratio dan Net Yaitu pada rasio utang
Profit Ratio terhadap ekuitas (DER) dan
Net Profit Ratio berkolerasi
atau mempunyai hubungan
negatif
dengan
rasio
profitabilitas.
Hubungan
antara
Profitabilitas
dan
Debt Ratio
Profitabilitas
likuiditas serta risiko di
(DR), dan
10.
(ROE)
perusahaan
yang
Current Ratio
terdaftar
di
pasar
(CR)
connect
baru
di
Polandia
(Jurnal Internasional)
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu tahun 2013-2016
B.
perputaran
total
aset
berpengaruh
positif
dan
signifikan terhadap ROE.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa debt ratio (DR),
current ratio (CR) memiliki
hubungan yang negatif dan
signifikan terhadap ROE.
Rerangka Pemikiran
1. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return on Equity
(ROE)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai utang dengan ekuitas. Dan juga berguna untuk mengetahui jumlah dana
yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata
lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang (Hery, 2016:168).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Bagi bank (kreditor), semakin besar rasio ini, maka akan semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang harus ditanggung atas
kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan semakin
besar rasio ini maka semakin baik (Kasmir, 2015:158). Artinya, perusahaan dapat
beroperasi dengan utang sebagai modalnya. Dana pinjaman ini apabila digunakan
dengan tepat maka akan memperoleh profit yang semakin meningkat pula
dibandingkan dengan modal sendiri yang dijadikan sebagai operasional
perusahaan. Akan tetapi jika sebaliknya, apabila operasional perusahaan tidak
berjalan seperti yang diharapkan maka bunga utang akan membebani perusahaan
dan dapat mengakibatkan kebangkrutan usaha (Isnurhadi, 2016). Yang pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkat pengembalian atas pemegang saham (ROE).
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sultan dan Adam
(2015) dan Nasimi (2016) yang menyatakan bahwa DER memiliki pengaruh
signifikan dan positif terhadap ROE. Namun, hal ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Julita (2015) yang menyatakan bahwa debt to
equity ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return on
equity (ROE). Dan juga pada penelitian yang dilakukan Ashraf dan Khursheed
(2013) dan Alima (2015) menyatakan bahwa DER berkolerasi atau mempunyai
hubungan yang negatif terhadap ROE. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti
dapat menarik simpulan kedalam hipotesis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
2. Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Return on Equity (ROE)
Rasio lancar (Current Ratio), merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia
(Hery, 2016:152). Hal ini akan berpengaruh pada tingkat pengembalian ekuitas
(ROE) untuk investor dan kreditur perusahaan dimana apabila perusahaan bisa
melunasi kewajiban jangka pendeknya maka perusahaan tersebut dapat dikatakan
sebagai perusahaan yang likuid. Berarti tingkat likuid atas asset lancar perusahaan
cukup baik sehingga dapat cepat berputar menjadi laba.
Namun, tingkat likuid perusahaan bukan berarti mencerminkan perusahaan
dalam kondisi baik. Hal ini dapat terjadi karena kas yang tidak digunakan sebaik
mungkin atau adanya persediaan yang berlebihan. Selain itu, bisa saja perusahaan
terlalu banyak menggunakan kasnya untuk melakukan pembayaran jangka
pendeknya. Sehingga profit yang diterima perusahaan menjadi sedikit karena
pembayaran utang tersebut beserta bunganya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Riccardo (2012 dalam Ardiatmi 2014) bahwa tingkat likuiditas perusahaan yang
baik dapat berarti bahwa penurunan laba. Hal ini dapat terjadi karena laba operasi
banyak dipergunakan untuk melakukan pembayaran utang jangka pendeknya.
Sehingga profit perusahaan menjadi menurun karena membayar kewajiban jangka
pendeknya yang disertai dengan bunga. Oleh karena itu, perusahaan yang baik
tidak hanya sekedar likuid saja, tetapi harus memenuhi standar likuiditas yang
baik. Dalam praktiknya standar likuiditas yang baik adalah 200% atau 2:1. Yang
pada akhirnya perusahaan bisa mengembalikan pinjaman (utang) tersebut kepada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
investor (pemegang saham) dan kreditur.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hantono
(2013) yang menyatakan bahwa current ratio (CR) berpengaruh terhadap return
on equity (ROE). Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan Nusbantoro (2015)
dan Monika Bolek (2013) menyatakan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Return on Equity. Namun hal ini bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan Pongrangga, Dzulkirom dan Saifi (2015) bahwa
current ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return on equity. Selain
itu, menurut penelitian yang dilakukan Yanuarta dan Permata Sari (2013)
menyatakan bahwa rasio lancar atau current ratio (CR) berpengaruh positif dan
tidak signifikan pada ROE. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti dapat
menarik simpulan kedalam hipotesis.
3. Pengaruh Total Assets Turnover (TAT) Terhadap Return on Equity
(ROE)
Rasio Perputaran Total Assets (Total Assets Turnover), merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki
perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap
rupiah aktiva (Kasmir, 2015:185). Rasio ini menunjukkan efektivitas perusahaan
dalam menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan
mendapatkan laba (Margaretha, 2011:26).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Hal ini akan berpengaruh pada tingkat pengembalian ekuitas (ROE).
Apabila perusahaan mampu mengelola aktiva yang dimilikinya dengan baik.
Misalnya, persediaan, piutang, dan asset kekayaan lainnya yang bisa dikonversi
menjadi kas maupun dijual atau dikonsumsi habis dalam waktu tidak lebih dari 1
tahun buku. Maka perusahaan dapat memperbesar volume penjualan dan
memperoleh laba bersih yang diperoleh dari pemanfaatan asset tersebut. Jadi,
semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat
berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisiensinya perusahaan
dalam memanfaatkan seluruh aktivanya baik itu aktiva tetap maupun aktiva lancar
sehingga dapat memperbesar volume penjualan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pongrangga,
Dzulkirom dan Saifi (2015) bahwa total assets turnover memiliki pengaruh
signifikan terhadap return on equity. Selain itu, menurut penelitian yang
dilakukan Yanuarta dan Permata Sari (2013) dan Nusbantoro (2015) menyatakan
bahwa total assets turnover (TAT) berpengaruh positif dan signifikan pada ROE.
Namun hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Ardiatmi (2014)
yang menyatakan bahwa total assets turnover (TAT) tidak berpengaruh terhadap
return on equity (ROE). Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti dapat menarik
simpulan kedalam hipotesis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Debt to Equity Ratio (DER)
H1
Profitabilitas
Current Ratio (CR)
H2
(ROE)
H3
Total Assets Turnover (TAT)
Gambar 2.2
Rerangka Pemikiran
C.
Hipotesis
H1 :
Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Return On
Equity (ROE).
H2 :
Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap Return On Equity
(ROE).
H3 :
Total Assets Turnover (TAT) berpengaruh terhadap Return On
Equity (ROE).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download